TESIS
OLEH
TATI SUMIATI
NIM : 2811011000046
Dosen Pembimbing
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat benar-benar hasil
karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang
saya tulis.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
TATI SUMIATI
NIM. 2811011000046
ii
ABSTRAK
Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam
Di SDN Kelurahan Tanah Sereal
iii
ABSTRACT
Teacher Professionalism Of Islamic Religion Education
In SDN Kelurahan Tanah Sereal
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat taufik
dan hidayah-Nya, tesis ini dapat diselesaikan penulisannya sesuai jadwal yang
ditentukan. Shalawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabatnya yang setia.
Selama penulisan ini banyak kendala yang dihadapi sebagai akibat dari
keterbatasan penulis. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
berbagai kendala tersebut dapat diatasi.
Sehubungan hal tersebut di atas penulis sampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada: Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Nurlena Rifai, M.A, Ph. D.; Wakil Dekan dan Ketua
Program Magister PAI Fakultas Tarbiyah Dr. Fahriany.Mpd Sekretaris Program
Magister PAI Faku;tas Tarbiyah Dr. Jejen Musfah, M.A., Koordinator Mahasiswa
Beasiswa PAIS 2011 Abdul Rozak, M. A., bapak dan Ibu penguji yang telah
memberikan arahan dan bimbingan; seluruh dosen yang telah memberikan ilmu,
bimbingan, arahan, dan motivasi; serta para karyawan Program Magister PAI
Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
pelayanan akademik; dan secara khusus penulis haturkan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Dosen pembimbing Dr. Anshori LAL. MA, atas
semua arahan, bimbingan, dan kesabaran didalam penyelesaian tulisan ini.
Ucapan terima kasih yang tiada terhingga penulis haturkan kepada: Kepala
Sekolah SDN Tanah Sereal 01 Sri Rachmi, M.Si., Kepala Sekolah SDN Tanah
Sereal 02 Petang Gunari, S.Pd., Kepala Sekolah SDN Tanah Sereal 03 Pagi, dan
Kepala Sekolah SDN Tanah Sereal 04, guru-guru SDN Tanah Sereal 01-04,
siswa-siwa dan karyawan SDN Kelurahan Tanah Sereal, atas izin dan bantuan
serta kerja samanya dalam penelilitian ini.
Ucapan terima kasih yang teristimewa penulis persembahkan kepada
suami tercinta H. Sudirman atas izin dan doanya dalam menyelesaikan
perkuliahan ini, serta kepada anak berserta mantu dan cucu-cucu yang selalu
memberi semangat dalam menjalankan hidup ini, serta saudara-saudaraku yang
vi
telah membantu dan mendoakan dalam menyelesaikan tulisan dan perkuliahan
ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman mahasiswa
beasiswa PAIS angkatan 2011 kelas B yang selalu komitmen di dalam
memberikan semangat sesama teman agar semua dapat menyelesaikan
perkuliahan ini dengan sempurna.
Terimakasih penulis haturkan pula kepada Kementrian Agama Republik
Indonesia, khususnya pada Direktorat Jendral Pendidikan Agama Islam (Ditjen
PAIS) yang telah memberikan beasiswa kepada penulis untuk mengikuti studi
Program Magister Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Akhirnya, penulis berdoa semoga pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan perkuliahan ini Allah mudahkan segala urusannya di dunia
dan akhirat, serta semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membacanya. Amin.
Tati Sumiati
NIM. 2811011000046
vii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................. 7
C. Pembatasan .......................................................... 7
D. Rumusan Masalah ................................................ 7
E. Tujuan Penelitian ................................................. 7
F. Manfaat Penelitian ................................................ 8
G. Penelitian Terdahulu yang Relevan ..................... 8
viii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian .......................................... 79
B. Desain Penelitian ................................................. 79
C. Subyek Penelitian ................................................ 80
D. Sumber Data ........................................................ 81
E. Teknik Analisa Data ............................................ 82
F. Pengecekan Keabsahan Data ............................... 85
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................... 121
B. Saran ..................................................................... 122
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.4 Kegiatan Penunjang Program Kerja Guru (PKG) ........ 119
x
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Data Peserta Didik SDN Kelurahan Tanah Sereal Per 1 Februari 2013
3. Data Fasilitas Sekolah di SDN Kelurahan Tanah Sereal Per 1 Februari 2013
4. Data Terbaru Keadaan Peserta Didik SDN Tanah Sereal 01 Pagi Per 1
Februari 2013
9. Rekam Jejak Kepemimpinan SDN Tanah Sereal 01 Pagi sampai dengan saat
ini
11. Data Terbaru Keadaan Peserta Didik SDN Tanah Sereal 02 Petang per 1
Februari 2013
xi
19. Data Tenaga Kependidikan SDN Tanah Sereal 03 Pagi
21. Data Terbaru Keadaan Peserta Didik SDN Tanah Sereal 04 Petang per 1
Februari 2013
28. Pedoman Wawancara Dengan Majlis Guru Di SDN kelurahan Tanah Sereal
xii
BAB I
PENDAHULUAN
________________
1
Muhammad Surya, Percikan Perjuangan Guru (Cet. I; Semarang: CV. Aneka Ilmu,
2003), h.2.
1
Dengan kata lain, guru merupakan komponen yang paling
berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang
berkualitas. Dengan demikian upaya perbaikan apapun yang dilakukan
untuk meningkatkan pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang
signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkompeten.
Oleh karena itu, diperlukanlah sosok guru yang mempunyai kualifikasi,
kompetensi dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas
profesionalnya.
Menurut Mulyasa Peranan guru memiliki posisi sentral dalam proses
pembelajaran. Ada tiga faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum,
yaitu dukungan kepala sekolah, dukungan rekan sejawat guru, dan dukungan
dari dalam guru itu sendiri.2 Sehingga dari tiga faktor tersebut guru merupakan
faktor penentu di samping faktor-faktor yang lain. Dengan kata lain keberhasilan
implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan sangat ditentukan oleh guru
karena bagaimanapun baiknya suatu kurikulum ataupun sarana pendidikan jika
gurunya tidak memahami dan melaksanakan tugas dan fungsi secara baik, hasil
implementasi kurikulum tidak memuaskan. Oleh karena itu, pengembangan
profesionalisme guru merupakan keniscayaan dalam menyukseskan
impelementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Maju atau mundurnya pendidikan anak bangsa secara operasional
ditentukan kualitas guru. Secara sistemik, masalah mutu guru termasuk dalam
spektrum persoalan pendidikan yang mengemukan dalam dua dasawarsa
terakhir. Semula guru cukup hanya berkualifikasi ak ademik tamatan SPG, PGA,
D2, D3, dan saat ini sesuai Undang-undang dan Peraturan Pendidikan di
Indonesia harus memiliki kualifikasi akademi S1.
.
2
E. Mulyasa, Implementasi KTSP, Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, Ed. I (Cet.
I; Jakarta: BumiKarsa, 2008), h. 180.
2
Peran strategis para guru Pendidikan Agama Islam dalam proses
pembelajaran adalah dalam kerangka mengembangkan potensi anak didik
sehingga mutu pendidikan agama Islam ditentukan oleh profesionalitas guru
Pendidikan Agama lslam. Melalui guru-guru professional, maka transformasi
nilai dan ilmu pengetahuan berlangsung sebagaimana diharapkan dapat
diwujudkan dengan baik. Begitu pula, jika kualitas guru Pendidikan Agama
Islam rendah maka hasil belajar anak didik juga cenderung kurang
memuaskan atau tidak maksimal pencapaiannya.3
3
Pendidikan agama sebagai salah satu aspek sasaran pembangunan bangsa
menempati bagian dasar dalam usaha pendidikan, sebab tujuan pendidikan
adalah pembentukan pribadi yang luhur dan utuh. Dalam pendidikan agama
Islam lebih menitik beratkan pada pembentukan pribadi anak bukan semata-
mata masalah intelektual saja bahkan dalam pendidikan agama tersebut
diharapkan mencapai 3 hal kemampuan yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dengan pengertian lain selain anak mendapat ilmu pengetahuan dan
menghayatinya sehingga menimbulkan peningkatan kesadaran beragama juga
mendorong anak didik untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Jika tiga hal kemampuan tersebut ingin dicapai maka diperlukan strategi,
wacana, metode yang tepat. Dengan demikian profesionalitas seseorang guru
sangat mendukung dalam rangka mencapai tujuan pendidikan khususnya
pendidikan agama Islam. Mengingat begitu penting peranan guru maka sudah
sepatutnya guru memiliki kompetensi yang sesuai dengan tuntutan profesi.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan
kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran,
sertifikasi guru, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan
peningkatan manajemen.5
Meskipun sejumlah usaha telah dilakukan, mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan yang merata baik itu di kota-kota maupun daerah
lainnya sehingga hasil yang ingin dicapai belum optimal khususnya dalam dunia
pendidikan agama Islam.
Guru yang profesional pada intinya adalah guru yang memiliki
kompetensi dalam melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi
berasal dari kata competency, yang berarti kemampuan atau kecakapan.
Menurut kamus bahasa Indonesia, kompetensi dapat diartikan (kewenangan)
kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal.6
5
Buchari Alma, Guru Profesional MenguasaiMetodedanTrampilMengajar (Bandung:
Alfabeta, 2009 ) h 124.
6
Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2005), Cet ke 17, 14.
4
Menurut Usman dalam Kusnandar, "Kompetensi adalah suatu hal
yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang
kualitatif maupun kuantitatif.7 Pengertian kompetensi ini, jika digabungkan
dengan sebuah profesi yaitu guru atau tenaga pengajar, maka kompetensi guru
mengandung arti kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan
kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak atau kemampuan
dan kewenangnan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.
Kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada
dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.
Kompetensi-kompetensi yang meliputi keprofesionalan guru
(berdasarkan Undang-undang No 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen),
dapat dilihat dari empat kompetensi, yaitu (1) Kompetensi pedagogik, (2)
Kompetensi kepribadian, (3) Kompetensi Profesional, dan (4) Kompetensi
Sosial.8
Masalah kompetensi guru merupakan hal urgen yang harus dimiliki oleh
setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun. Guru yang terampil mengajar
tentu harus pula memiliki pribadi yang baik dan mampu melakukan social
adjustment dalam masyarakat. Kompetensi guru sangat penting dalam rangka
penyusunan kurikulum. Ini dikarenakan kurikulum pendidikan haruslah disusun
berdasarkan kompetensi yang dimiliki oleh guru.
Tujuan, program pendidikan, system penyampaian, evaluasi, dan
sebagainya, hendaknya direncanakan sedemikian rupa agar relevan dengan
tuntutan kompetensi guru secara umum. Dengan demikian diharapkan guru
tersebut mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab sebaik mungkin.9
Menyikapi hal di atas, maka setiap guru harus memiliki sikap
profesionalisme, karena seorang guru merupakan faktor penentu dalam
pencapaian mutu pendidikan.
7
Kusnandar, Guru Profesional:Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan
Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), 51.
8
Undang-Undang RI No, 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta:
Penerbit Widyatama, 2003)
9
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi (Jakarta:
Bumi Aksara,2006), Cet Ke-4, 36.
5
Profesionalisme guru PAI dalam melakukan proses mendidik pada
lembaga pendidikan Islam atau pendidikan secara umum, menjadi sangat urgen,
ia akan mendorong terjadinya perubahan-perubahan dalam pembelajaran dan
perkembangan kualitas mutu pendidikan Agama Islam pada era globalisasi.
Kusnandar mengemukakan bahwa "Dengan profesionalisme guru PAI, maka
guru masa depan tidak tampil lagi sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya
yang menonjol selama ini, tetapi beralih sebagai pelatih (coach) pembimbing
10
(counselor), dan manajer belajar. Dengan demikian jelaslah bahwa tugas guru
PAI bukanlah sekedar memindahkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge)
kepada anak didik, tetapi guru PAI juga bertanggung jawab atas pengelolaan
(manager of learning), pengarah (director of learnig), fasilitator dan perencana
(the planner of future society)".11
Proses dan tujuan pendidikan di manapun dilaksanakan tidak akan
pernah mencapai hasil secara optimal tanpa adanya pendidik yang profesional.
Pendidik yang baik, dalam hal ini adalah guru dengan kepemilikan
profesionalisme yang memadai, merupakan persyaratan mutlak bagi
terselenggaranya proses pendidikan yang baik. Dunia pendidikan merupakan
sarana yang diharapkan mampu membangun generasi muda yang diidamkan.
Guru profesional akan dapat mengarahkan sasaran pendidikan
membangun generasi muda menjadi suatu generasi penuh harapan.12 Karena
kepemilikan profesionalisme guru harus senantiasa dibina dan dikembangkan
dengan harapan kualitas atau mutu pendidikan bisa meningkat. Berangkat dari
pentingnya profesionalisme guru PAI ini maka penulis perlu melakukan
penelitian tentang profesionalisme guru pendidikan agama Islam di SDN
kelurahan Tanah Sereal, hal ini dikarenakan kawasan tempat penulis mengajar
berada di daerah tanah sereal.
10
Kusnandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru)h, 50.
11
Tim Departemen Agama RI, Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PPPAI-
PTU, 1984),h 149
12
Buchari Alma, et al., Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampail Mengajar
(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 124.
6
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, masalah-masalah penelitian dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
a. Penguasaan kurikulum masih minim.
b. Proses pembelajaran kurang menarik.
c. Materi pembelajaran kurang dikembangkan.
d. Matode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang variasi, sehingga
pola pembelajaran lebih cenderung berpusat pada guru
e. Masih minimnya fasilitas sekolah yang dimiliki.
C. Pembatasan Masalah
Dari masalah-masalah yang telah diidentifikasi diatas, nampak bahwa
masalah-masalah tersebut sangat penting untuk dijawab. Namun
permasalahan tersebut masih sangat luas, maka perlu ada pembatasan.
Masalah-masalah itu dibatasi pada: Profesionalisme Guru PAI di SDN
Kelurahan Tanah Sereal. Profesionalisme yang dimaksud adalah
Profesionalisme yang mencakup 4 kompetensi yaitu : kompetensi
pedagogik, kepribadian. Sosial dan profesional . Keempat kompetensi ini
harus terus dikembangkan sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan.
D. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah yang tersebut diatas , maka masalah pokok dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana Profesionalisme Guru PAI di SDN Kelurahan Tanah Sereal ?
Dari uraian ini dikaji hal-hal sebagai berikut :
a. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat
Profesionalisme guru PAI di SDN Kelurahan Tanah Sereal?
b. Apa manfaat Profesionalisme guru PAI di SDN Kelurahan Tanah Sereal
bagi mutu pendidik?
7
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengungkapkan Profesionalisme guru PAI di SDN
Kelurahan Tanah Sereal dalam meningkatkan kwalitas pendidikan. Mengetahui
faktor yang menjadi pendukung dan penghambat Profesionalisme guru PAI di
SDN Kelurahan Tanah Sereal, serta mengetahui manfaat Profesionalisme guru
PAI di SDN Kelurahan Tanah Sereal.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tentang Profesionalisme guru PAI di SDN Kelurahan
Tanah Sereal ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui Profesionalisme Guru PAI di SDN Kelurahan Tanah
Sereal.
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat
Profesionalisme guru PAI di SDN Kelurahan Tanah Sereal.
3. Untuk mengetahui manfaat Profesionalisme guru PAI di SDN Kelurahan
Tanah Sereal.
13
Fatur Rahman, Pengembangan Profesionalisme Guru Madrasah di Pondok
Pesantren, Tesis Program Pascasarjana UIN Malang, 2008.
8
Dari hasil penelitiannya menunjukkan adanya korelasi positif antara
sikap manajerial guru Pendidikan Agama Islam pada Manajemen ISO 900:2000
terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam. Hasil penelitian ini
berguna bagi guru Pendidikan Agama Islam agar menjadi guru profesional yang
dapat meningkatkan mutu pendidikan. 14
Sunari, dengan judul tesis Implementasi Gaya Kepemimpinan
Transformasional. Dari hasil penelitiannya dalam tesis ini menunjukkan bahwa
implementasi gaya kepemimpinan transformasional dalam meningkatkan
profesionalisme guru di SMA Negeri 1 Depok diwujudkan dengan beberapa
transformasi yang dapat meningkatkan profesionalitas guru. Hal ini berbeda
dengan tesis yang ditulis penulis, namun ada persamaanya yaitu tentang
profesionalisme.
Jika dalam tesis ini lebih fokus membahas tentang kompetensi guru
Pendidikan Agama Islam dan mutu profesionalisme guru agama Islam, penulis
lebih memfokuskan terhadap keadaan profesionalisme guru pendidikan agama
Islam di SDN kelurahan Tanah sereal.
Nurul Laela dalam tesis yang berjudul Hubungan Antara Kompetensi
Guru Agama dan Sikap Keberagaman Siswa dengan Hasil Belajar Pendidikan
Agama Islam Kelas XII SMA Sekota Cilegon. 15 Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa kompetensi guru agama memberikan nilai hubungan pada
hasil belajar siswa. Sementara sikap keberagaman siswa dengan hasil belajar
Pendidikan Agama Islam juga menunjukkan nilai hubungan yang signifikan
sehingga dari kedua hubungan antara kompetensi guru agama dan sikap
keberagaman dengan hasil belajar memberikan nilai korelasi dengan kategori
baik.
Adapun persamaan kajian ini dengan yang penulis teliti adalah sama-
sama mengenai kompetensi guru mempunyai dampak yang positif terhadap
kemajuan siswa.
14
Feri Azwan S., manajemen ISO, Sikap dan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama
Islam Tesis Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
15
Nurul laela, Hubungan Antara Kompetensi Guru Agama dan Sikap Keberagaman
Siswa dengan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas XII SMA Sekota Cilegon,
(Tesis S2 FTIK, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta, 2008)
9
Sedangkan perbedaan kajian ini dengan yang penulis teliti adalah terletak pada
ruang lingkup bahasannya. Nurul Laela kajiannya meliputi kompetensi sikap
keberagaman. Sedangkan kajian penulis meliputi empat kompetensi yang harus
dikuasai guru. Yakni kompetensi pedagogik, kepribadianm, sosial dan
profesional.
Kegiatan ini memfasilitasi guru dari mulai memberi kesempatan lewat
kegiatan pengembangan diri sampai memberi kesempatan untuk mengeksplorasi
ide-ide dan pemikirannya dalam bidang pendidikan melalui publikasi. Selain itu
penilaian kinerja guru dan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan ini
dapat pula mendorong sekolah dan berbagai instansi pendidikan terkait untuk
lebih meningkatkan pelayanannya kepada guru dengan cara memberikan
kesempatan bagi guru secara merata untuk mengembangkan profesinya.
Sedangkan penelitian yang penulis lakukan mengacu pada Undang-
undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menyatakan bahwa
dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya guru berkewajiban meningkatkan
dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Dalam hal
ini ada persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan bahwa
pengembangan kompetensi guru dalam rangka pengamalan ilmu pengetahuan,
teknologi, serta keterampilan untuk meningkatkan mutu, baik bagi proses
pembelajaran atau profesionalisme wajib bagi guru karena guru adalah perisai di
dalam dunia pendidikan. Sedangkan perbedaannya adalah Nanang meneliti
secara rinci dan dalam ruang lingkup yang luas, sementara penulis meneliti
dalam ruang lingkup yang terbatas.
Penelitian yang berkaitan dengan meningkatkan kompetensi guru sudah
banyak dilakukan, akan tetapi penulis belum menemukan penelitian yang fokus
pada peningkatan komptensi guru di sekolah. Dengan demikian topik tentang
profesionalisme guru di sekolah dasar kelurahan Tanah Sereal yang dibahas
dalam tesis ini belum pernah dilakukan oleh orang lain. Oleh sebab itu,
penelitian dengan tema tersebut di atas masih layak untuk dilaksanakan dan
menarik untuk diteliti.
10
BAB II
PROFESIONALISME GURU PAI
A. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebagai fenomena kebudayaan, maka pendidikan menjadi faktor yang
menjamin pembinaan potensi secara maksimal guna mencapai kedewasaan
individu dan memelihara eksistensi serta perkembangan suatu masyarakat dalam
mengisi kehidupan dengan pengabdian dan kekhalifahannya secara
berkualitas/unggul sebagai insan sholeh di muka bumi.
Pendidikan berasal dari kata didik, yang mengandung arti perbuatan, hal,
dan cara. Pendidikan Agama dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
religion education, yang diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk
menghasilkan orang beragama. Pendidikan agama tidak cukup hanya
memberikan pengetahuan tentang agama saja, tetapi lebih ditekankan pada
feeling attituted, personal ideals, aktivitas kepercayaan .1
Berbicara tentang pengertian pendidikan agama Islam, banyak pakar
dalam pendidikan agama Islam memberikan rumusan secara berbeda.
Pendidikan agama Islam adalah upaya dasar terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani,
bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan agama Islam dari sumber
utamanya kitab suci Alquran dan Hadist, melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan, serta penggunaan pengamalan. Dibarengi tuntutan untuk
menghormati penganut agama lain dalam masyarakat hingga terwujudnya
kesatuan dan persatuan bangsa.2
1
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, cet ketiga, Jakarta, Kalam Mulia,
2001, h. 3.
2
Depdiknas, Kurikulum 2004 Standar Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas
dan Madrasah Aliyah, (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2003), h. 7
11
Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan untuk mewujudkan
pribadi muslim yang beriman dan bertwakwa kepada Allah serta berakhlak mulia.
Sementara itu, dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta memiliki bekal untuk kehidupan yang lebih tinggi. 3
Dalam peraturan pemerintah tentang pengertian pendidikan agama Islam
adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap,
kepribadian dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran
agamanya yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran / mata
kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.
Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya dipercaya.
Sedangkan ditiru artinya dicontoh atau diikuti. Dilihat dari bahasa aslinya
Sansekerta, menurut Hamka Abdul Azis adalah: Kata guru merupakan
gabungan dari gu dan ru artinya melepaskan atau membebaskan. Jadi guru
adalah manusia yang berjuang terus menerusdan secara gradual, untuk
melepaskan manusia dari kegelapan.4 Dapat disimpulkan guru adalah profesi
dimana seseorang menanamkan nilai-nilai kebajikan kedalam jiwa manusia,
membentuk karakter dan kepribadian manusia, dipundaknya memikul beban
berat menciptakan sebuah generasi yang bertanggung jawab. Guru adalah
pendidik yang memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi
yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral.
Guru merupakan teladan bagi siswa dan memiliki peran yang sangat
besar dalam pembentukan karakter siswa. Dalam undang-undang guru dan
dosen, Undang-undang nomor 14 tahun 2005, guru didefinisikan sebagai
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah.
3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah , Bagian Proyek Peningkatan Wawasan Kependidikan Guru Agama , Bahan Dasar
Peningkatan Keagamaan (Islam) Guru Bukan Pendidikan Agama dan SLTA, (Jakarta:
Depdikbud, 1998) h. 92.
4
Hamka Abdul Azis, Karakter Guru Profesional, Jakarta, Al-Mawardi Prima, 2012, h.19.
12
Abdurrahman Al-Nahlawi dalam bukunya Abd Rahman menggunakan
kata tarbiyah dalam arti pendidikan berpendapat bahwa istilah tarbiyah
(pendidikan) berarti.
1. Memelihara fitrah anak.
2. Menumbuhkan seluruh bakat dan kesiapannya.
3. Mengarahkan fitrah dan seluruh bakatnya agar menjadi baik dan sempurna.
4. Bertahap dalam prosesnya.
Berdasarkan pengertian di atas Al-Nahlawi menyimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan tarbiyah adalah:
1. Pendidikan adalah proses yang mempunyai tujuan, sasaran dan target.
2. Pendidik yang sebenarnya adalah Allah, karena Dialah yang menciptakan
fitrah dan bakat manusia. Dialah yang membuat dan memperlakukan hukum-
hukum perkembangan serta bagaimana fitrah dan bakat itu berinteraksi.
Dialah yang menggariskan syariat untuk mewujudkan kesempurnaan,
kenaikan, dan kebahagiaannya.
3. Pendidikan menghendaki penyusunan langkah-langkah sistematis yang harus
didahului secara bertahap oleh berbagai kegiatan pendidikan dan pengajaran.
4. Pendidik harus mengikuti hukum-hukum penciptaan dan syariat yang
ditetapkan Allah.5
Kata Talim menurut bahasa mempunyai asal kata dan dasar makna
sebagai berikut.
1. Berasal dari kata dasar allama-ya lamu yang berarti mengecap atau
memberi tanda.
2. Berasal dari kata dasar alima-ya lamu yang berarti mengerti atau memberi
tanda.
Dari kedua makna di atas, Tadjab menyimpulkan makna istilah Talim
mempunyai pengertian Usaha untuk menjadikan seorang (anak) mengenal
tanda-tanda yang membedakan sesuatu dari lainnya, dan mempunyai
pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang sesuatu. Kata Talim
mempunyai konotasi khusus dan merujuk kepada ilmu, sehingga konsep talim
itu mempunyai pengertian sebagai pengajaran ilmu menjadi seseorang berilmu.6.
5
Abd. Rahman Abdullah, Aktualisasi Konsep Dasar Pendidikan Islam, (Yogyakarta: UII
Press, 2001) h. 27
6
Abd. Rahman Abdullah, Aktualisasi Konsep Dasar Pendidikan Islam, (Yogyakarta: UII
Press, 2001) h. 27
13
Menurut Naquib Al-attas Tadib berasal dari kata adab yang diartikan
dengan ilmu pengetahuan, pengajaran dan pendidikan atau pengasuhan. Adab
sebagai sasaran pendidikan dan makna pendidikan (Islam) yang termasuk proses
pendidikan di dalamnya (Al-Tadib). Menurut kamus Bahasa Arab, Al-Mujam
al-Wasith istilah Tadib yang biasa diterjemahkan dengan pelatihan atau
pembiasaan mempunyai makna dasar sebagai berikut.
1. Tadib berasal dari kara dasar aduba-ya dubu yang berari melatih,
mendisiplin diri untuk berperilaku yang baik dan sopan santun.
2. Berasal dari kata dasar adaba ya dibu yang berarti mengadakan pesta
atau perjamuan yang berarti berbuat dan berperilaku sopan.
3. Kata adaba sebagai bentuk kata kerja tadib mengandung pengertian
mendidik, melatih, memperbaiki, mendisiplin, dan memberi tindakan.7
Menurut Al-Attas (1980) dalam Hasan Langgulung, bahwa kata tadib yang
lebih tepat digunakan dalam pendidikan agama Islam, karena tidak terlalu
sempit sekedar mengajar saja, dan tidak terlalu luas, sebagaimana kata tarbiyah
juga digunakan untuk hewan dan tumbuh-tumbuhan dengan pengertian
memelihara. Dalam perkembangan selanjutnya, bidang spelisiasi dalam ilmu
pengetahuan, kata adab dipakai untuk kesusastraan, dan tarbiyah digunakan
dalam pendidikan Islam hingga populer sampai sekarang.8
Menurut Langgulung, Pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai
tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku
tertentu pada kanak-kanak atau yang sedang dididik. Setiap suasana pendidikan
mengandung tujuan-tujuan, maklumat-maklumat berkenaan dengan
pengalaman-pengalaman yang dinyatakan sebagai materi, dan metode yang
sesuai untuk mempersembahkan materi itu secara berkesan kepada anak.9
7
Abd. Rahman Abdullah, Aktualisasi Konsep Dasar Pendidikan Islam, (Yogyakarta: UII
Press, 2001) h. 32-34.
8
Nazarudin Rahman, Manajemen Pembelajaran ; Implementasi Konsep, Karakteristik
dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Cet I. Yogyakarta: Pustaka
Felicha. 2009. h. 12
9
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan
Pendidikan, (Jakarta: Pusataka Al-Husna, 1989), h.22.
14
Lain halnya dengan Armai yang membahas teori pendidikan
dengan tiga macam aliran.
1. Aliran nativisme yang dipelopori Schopenhauer. Ia mengatakan bahwa
bakat mempunyai peranan yang penting. Tidak ada gunanya orang mendidik
kalau bakat anak memang jelek. Sehingga pendidikan diumpamakan dengan
Mengubah emas menjadi perak adalah suatu hal yang tidak mungkin.
2. Aliran empirisme yang dipelopori Jhon Lock. Ia mengatakan bahwa
pendidikan itu perlu sekali. Teorinya terkenal dengan istilah Teori
Tabularasa. Ini artinya bahwa kelahiran anak diumpamakan sebagai kertas
putih-bersih yang dapat diwarnai setiap orang (penulis). Dalam konteks
pendidikan, pendidik adalah orang yang mampu memberi warna terhadap
anak didik.
3. Aliran convergensi yang dipelopori Wiliam Stern. Aliran ini mengakui
kedua aliran sebelumnya. Oleh karena itu,menurut aliran ini, pendidikan
sangat perlu, namun bakat (pembawaan) yang ada pada anak diidk juga
mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Aliran ini seolah-olah merupakan
campuran dari aliran nativisme dan empirisme. Kendati pada kenyataannya
aliran ini lebih menekankan tentang pentingnya pendidikan.10
Ketiga aliran tersebut, dua diantaranya yaitu aliran nativisme dan aliran
empirisme sudah mulai hilang ditinggalkan oleh penganutnya, sementara aliran
convergensi ini aliran yang sekarang banyak dianut oleh para pendidik karena
lebih menekankan pada pentingnuya pendidikan. Selain pengertian pendidikan,
adapula
pula pengertian Islam yang menurut pemakaian bahasa berarti berserah diri
kepada Allah. Hal itu dipertegas oleh firman Allah berikut ini:
Maka, apakah mereka mencari agama yang lain dari Agama Allah, pada hal
kepada-Nyalah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan
suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.(Ali
Imran: 83).11
10
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Peandidikan Islam, (Jakarta Ciputat Pers,
2002) h. 5-6
11
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta Ciputat Pers,
2002)h. 24.
15
Dalam al-Quran kata tersebut digunakan sebagai tanda bagi ad-din dan
sistem agama yang untuk itu Allah telah mengutus Rasul-Nya, Muhammad saw.
Allah pun menjelaskan bahwa setiap orang yang mengambil dan mengikuti
agama selain agamanya, walaupun yang diikutinya itu adalah agama samawi, dia
tidak akan diterima sebagaimana tercantum dalam firman-Nya ini:
Sesungguhnya, agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam... (Ali
Imran: 19).
Islam merupakan syariat Allah bagi manusia yang dengan bekal syariat
itu manusia beribadah. Agar manusia mampu memikul dan merealisasikan
amanat besar itu, syariat itu membutuhkan pengamalan, pengembangan, dan
pembinaan. Pengembangan dan pembinaan itulah yang dimaksud dengan
pendidikan Islam.
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan
gunung-gunung,semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan pikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zholim dan amat bodoh Al-Ahzab:72)12
12
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta Ciputat Pers,
2002)h. 25.
16
Pendidikan Islam mengantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan
manusia yang berpedoman pada syariat Allah. Artinya, manusia tidak merasa
keberatan atas ketetapan Allah dan Rosulnya, sebagaimana yang digambarkan
Allah dalam Firman-Nya ini :
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam arti mereka terhadap putusan
yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (An Nisa: 65)13
Dengan demikian, tidak akan ada yang dapat menyelamatkan manusia
dari kebaikan dan kerugian kecuali keimanan kepada Allah dan hari akhir,
beramal sholeh, dan saling berpesan menetapi kesabaran dalam mewujudkan
kebenaran serta memerangi kebathilan. Allah SWT telah berfirman:
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasehat-
menasehati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasehati supaya menetapi
kesabaran.(Al-Ashr: 1-3)14
Ayat di atas mengisaratkan bahwa keselamatan manusia dari kerugian
dan azab Allah dapat tercapai melalui tiga bentuk pendidikan berikut. Pertama,
pendidikan individu yang membawa manusia pada keimanan dan ketundukan
kepada syariat Allah SWT serta beriman kepada yang ghaib. Kedua, pendidikan
diri membawa manusia pada amal sholeh dalam menjalani hidupnya sehari-hari,
ketiga pendidikan masyarakat yang membawa manusia pada sikap saling pesan
dalam kebenaran dan saling memberi kekuatan ketika menghadapi kesulitan
yang pada intinya, semuanya ditujukkan untuk beribadah kepada Allah.15
13
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta Ciputat Pers,
2002)h. 26.
14
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta Ciputat Pers,
2002)h. 26.
15
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,
(Jakarta:Gema Insani Press) h. 26-27
17
Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam di sekolah diarahkan untuk
meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran
agama Islam.
Marimba dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam yang sering dikutip
dalam berbagai pembahasan pendidikan Islam menyatakan bahwa Pendidikan
Islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam
menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam.16 Dari
pengertian ini nampak pendidikan agama Islam ini menekankan pada segala
usaha berupa bimbingan terhadap perkembangan jasmani-rohani berdasarkan
ajaran Islam dalam bentuk akhlak mulia menuju terbinanya kepribadian utama
sesuai dengan ajaran agama Islam.
Arifin dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam suatu Tinjauan Teoritis dan
Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner mengemukakan bahwa Hakikat
pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa secara
sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah
(kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal
pertumbuhan dan perkembangannya. 17 Dari definisi ini nampak ada penekanan
kepada usaha membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah (kemampuan
dasar) anak didik ke tingkat yang maksimal (sebagai tujuan pendidikan) yang
dilakukan oleh pendidik muslim melalui ajaran Islam.
Zuhairini dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam ketika membicarakan
arti pendidikan Islam mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah usaha
yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan
ajaran Islam atau sesuatu upaya dengan ajaran Islam, memikir, memutuskan dan
berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, serta bertanggung jawab sesuai dengan
nilai-nilai Islam.18
16
Ahmad D. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-MaArif, 1989) h.23.
17
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994) h. 32.
18
Zuhairini, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1994), h.32.
18
Dari definisi ini nampak ada penekanan kepada usaha untuk
mengarahkan dan mengubah tingkah laku anak untuk mencapai pertumbuhan
kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam dalam proses kependidikan melalui
latihan-latihan akal pikiran (kecerdasan, kejiwaan, keyakinan, kemauan dan
perasaan serta panca indra) dalam seluruh aspek kehidupan manusia yang
menjadikannya memikir, memutuskan, berbuat dan bertanggung jawab sesuai
dengan nilai-nilai Islam. (sebagai sasaran hasil pendidikan).
Zakiah Daradjat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam mengemukakan
secara umum dapat dinyatakan bahwa Pendidikan Islam itu adalah pembentukan
kepribadian muslim. Selanjutnya digambarkan pengertian pendidikan Islam
dengan pernyataan syariat Islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau
hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan.
Nabi telah mengajak orang untuk beriman dan beramal serta berakhlak
sesuai dengan ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan. Dari satu
segi, Pendidikan Agama Islam lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap
mental yang terwujud dalam amal perbuatan bagi diri sendiri maupun orang lain.
Di segi lain Pendidikan Agama Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga
praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan iman dan amal sekaligus. Ajaran Islam
berisi ajaran sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, maka pendidikan Islam
adalah pendidikan individu dan masyarakat. 19 Definisi di atas memberi
penekanan pentingnya pendidikan dapat menanamkan ajaran Islam dan
membentukan kepribadian, syariat Islam yang harus melalui proses pendidikan,
mengajak beriman, beramal sholeh dan berakhlak, adanya perbaikan sikap
mental, pendidikan teoritis dan praktis, pendidikan iman dan amal, pendidikan
individu dan masyarakat, untuk menjadikan manusia yang sesuai dengan cita-
cita Islam. Bimbingan secara sadar dan terus menerus yang sesuai dengan
kemampuan dasar (fitrah dan kemampuan ajarannya pengaruh diluar) baik
secara individu maupun kelompok sehingga manusia memahami, menghayati,
dan mengamalkan ajaran agama Islam secara utuh dan benar meliputi Aqidah
(keimanan), Syariah (ibadah muamalah) dan akhlaq (budi pekerti).
19
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h.28.
19
Al-Abrasyi memberikan pengertian bahwa Pendidikan Agama Islam
(al-Tarbiyah al-Islamiyah) mempersiapkan manusia supaya hidup dengan
sempurna dan bahagia mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi
pekertinya (akhlaknya), teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam
pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan atau tulisan. 20 Definisi
tersebut menekankan untuk mempersiapkan manusia supaya hidup bahagia dan
sempurna, punya rasa kebangsaan, kesehatan, berakhlak, berketrampilan dan
mampu berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dengan sebaik-baiknya yang
didapat dari mempelajari pendidikan agama Islam. Pendidikan Islam dapat
diartikan sebagai studi tentang proses kependidikan yang bersifat progresif
menuju ke arah kemampuan optimal anak diidk yang berlangsung di atas
landasan nilai-nilai ajaran Islam. Ilmu pendidikan Islam mengandung kesesuaian
(kompornitas) pandangan dengan teori-teori dalam ilmu pedagogik, terutama
yang menyangkut masalah anak didik, pendidik, alat-alat pendidikan dan lain
sebagainya, sehingga dalam pengembangan teorisasi ilmu pendidikan Islam bisa
meliputi aspek hakikat pendidikan Islam, asas pendidikan Islam, modal dasar
pendidikan Islam, strategi pendidikan Islam, ruang lingkup pendidikan Islam
serta metode yang akan digunakan.
20
Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Al-Tarbiyah Al-Islamiyah, (Al-Arabi: Dar al-Fikr,
tt), h.100.
21
Nazarudin,Rahman. 2009. Manajemen Pembelajaran ; Implementasi Konsep,
Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Cet I. Yogyakarta:
Pustaka Felicha. h.12
20
Sebagai salah satu komponen ilmu pendidikan Islam, metode
pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus mengandung potensi yang bersifat
mengarahkan materi pelajaran kepada tujuan pendidikan agama Islam yang
hendak dicapai proses pembelajaran.
Dari berbagai definisi pendidikan Islam menurut beberapa ahli yang
dikemukakan di atas pendidikan agama Islam adalah usaha secara sadar
memimpin dan mendidik anak diarahkan kepada perkembangan jasmani dan
rohani untuk membantu dan mengarahkan fitrah agama si anak didik menuju
terbentuknya kepribadian utama sesuai dengan ajaran agama sehingga mampu
membentuk kepribadian yang utama yang sesuai dengan ajaran agama Islam.
Oleh karena itu pendidikan Islam sangat penting sebab dengan
pendidikan Islam kita berusaha untuk membentuk manusia yang berkepribadian
kuat dan baik (berakhlakul karimah) berdasarkan pada ajaran agama Islam.
Sehingga pembentukan kepribadian tersebut salah satunya adalah tugas guru
dengan keprofesionalannya menanamkan kepada anak didiknya untuk
berakhlakul karimah berdasarkan pada ajaran agama Islam.
Agar hal di atas tercapai, maka guru pendidikan agama Islam dituntut
mampu mengembangkan kemampuannya dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam, disinilah pentingnya mempelajari metode pembelajaran
pendidikan agama Islam.
22
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1995), Edisi ke-2, cet, ke-4. h.1077.
21
Kajian historis seperti yang diungkapkan terdahulu bahwa pendidikan Islam
di Indonesia, telah berlangsung sejak masuknya Islam ke Indonesia. Pendidikan
itu pada tahap awal terlaksana atas adanya kontak antara pedagang atau
mubaligh dengan masyarakat sekitar, bentuknya lebih mengarah kepada
pendidikan informal. Setelah berdiri kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia maka
pendidikan Islam tersebut berada di bawah tanggung jawab kerajaan Islam. Dan
Pendidikan tidak hanya berlangsung di langgar-langgar atau masjid, tetapi ada
yang telah dilaksanakan di lembaga pendidikan pesantren.
Masuknya kaum penjajah Barat, memisahkan pendidikan Islam, dengan
pendidikan Barat. Pendidikan Barat berada pada alur dan jalur binaan
pemerintah dengan fasilitas yang memadai, sedangkan pendidikan Islam terlepas
dari tanggung jawab pemerintah kolonial. Kenyataannya membuat ada dua
generasi yang berbeda orientasinya. Pertama, pendidikan Islam yang ketika itu
dilaksakan di pesantren orientasinya keakhiratan, kedua, pendidikan Barat
orientasinya adalah keduniaan.
Sebetulnya perbedaan yang mencolok bukan hanya terletak kepada
perbedaan kedua orientasi itu, tetapi lebih dari itu pemerintah kolonial Belanda
tidak menempatkan pendidikan Islam sebagai bagian dari perhatian mereka.
Tidak memasukkan pendidikan Islam dalam sistem pendidikkan kolonial
Belanda, bukan hanya itu bahkan pendidikan agama pun tidak diberikan di
sekolah-sekolah pemerintah.
Pendidikan Islam dalam uraian ini dapat dikemukakan pengertiannya dalam
tiga hal. Pertama, sebagai lembaga, kedua, sebagai mata pelajaran, dan ketiga,
sebagai value. Pendidikan Islam sebagai lembaga, sejak Indonesia merdeka ada
beberapa lembaga pendidikan Islam formal,yaitu pesantren, sekolah dan
madrasah dan perguruan tinggi Islam. Di pesantren dengan berbagai polanya
dilaksanakan pentransferan ilmu-ilmu dan nilai-nilai (value) keislaman. Di
sekolah sejak Indonesia merdeka dimasukkan mata pelajaran agama, sedangkan
di madrasah sejak Indonesia merdeka telah diprogramkan mata pelajaran agama
dan umum yang seimbang.
22
Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989, Undang-Undang tentang
Sistem Pendidikan Nasional, ditindaklanjuti dengan berbagai Peraturan
Pemerintah (PP) yang berkenaan dengan pendidikan, yaitu:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1990 tentang Pra-sekolah .
2. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi.
Peraturan ini sekarang telah berubah menjadi PP 60 Tahun 1999.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar
Sekolah.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1992 tentang Peran serta Masyarakat
dalam Pendidikan Nasional.
Dalam Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang pendidikan
ditemmukan beberapa point tentang pendidikan Islam sebagai mata pelajaran.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989, Bab IX pasal 39 ayat (2) dan (3):
Ayat (2): Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib
memuat:
1. Pendidikan Pancasila
2. Pendidikan Agama, dan
3. Pendidikan Kewarganegaraan.
Ayat (3): Isi kurikulum pendidikan dasr memuat sekurang-kurngnya
bahan kajian dan pelajaran (PP 28 Bab VII Pasal (14), ayat (2).
1. Pendidikan Pancasila
2. Pendidikan Agama
3. Pendidikan Kewarganegaraan
4. Bahasa Indonesia
5. Membaca dan Menulis
6. Matematika (termasuk berhitung)
7. Pengantar Sains dan Teknologi
23
8. Ilmu Bumi
9. Sejarah Nasinal dan Sejarah Umum
10. Kerajinan tangan dan Kesenian
11. Pedidikan Jasmani dan Kesehatan
12. Menggambar
13. Bahasa Inggris
PP 28 Tahun 1990 Bab VIII Pasal (16) ayat (2): Siswa mempunyai hak
memperoleh pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya.
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 dicantumkan tentang
beberapa hal yang berkenaan dengan pendidikan agama.
Pasal 12 (Peserta Didik) (1). Setiap peserta didik pada satuan pendidikan
berhak: mendapat pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan
diajarkan oleh pendidik yang seagama.
Bentuk pembinaan yang dilakukan oleh Departemen Agama terhadap
Pendidikan Agama Islam di sekolah yaitu sebagai berikut.
1. Peningkatan mutu dan wawasan guru agama, pengawas pendidikan agama,
antara lain dengan penataran dan pembentukan musyawarah guru mata
pelajaran pendidikan agama dan kelompok kerja pengawas pendidikan agama
dan buku-buku pedoman pendidikan Islam.
2. Bantuan sarana ibadah bagi sekolah umum negeri maupun swasta.
3. Pengembangan pola pendidikan agama Islam terpadu.
Penamaan bidang studi ini dengan Pendidikan Agama Islam, bukan
Pelajaran Agama Islam, adalah disebabkan berbedanya tuntutan pelajaran ini
dibandingkan pelajaran lainnya. Bahkan, yang diajarkan tidak cukup hanya
diketahui dan diresapi saja, tetapi dituntut pula untuk diamalkan. Bahkan ada
sebahagian bahan tersebut yang wajib untuk dilaksanakannya, seperti shalat,
puasa, zakat, dan lain-lain.23
24
Misalnya kemampuan siswa dalam melaksanakan wudhu, shalat, puasa,
dan ibadah-ibadah lain. Begitu pula ibadah-ibadah yang sifatnya berhubungan
dengan Allah (ibadah mahdah), serta kemampuan siswa untuk beribadah yang
sifatnya hubungan antara sesama manusia, misalnya siswa bisa melakukan zakat,
sadaqah, jual beli, dan lain-lain yang termasuk ibadah dalam arti luas (ghairu
mahdah).
Pendidikan Agama Islam yang kedudukannya sebagai mata pelajaran
wajib diikuti seluruh siswa yang beragama Islam pada semua jenis dan jenjang
sekolah. Hal ini sesuai dengan UUD 1945 yang menjamin warga negara untuk
beribadah menurut agamanya masing-masing.
Pendidikan Agama Islam sebagai satu bidang studi merupakan kesatuan
yang tidak bisa dipisahkan dengan bidang studi lainnya, karena bidang studi
secara keseluruhan berfungsi untuk mencapai tujuan umum pendidikan nasional.
Oleh karena itu, antara satu bidang studi dengan bidang studi yang lain
hendaknya saling membantu dan saling menguatkan.
24
Muslih Usa, ed. Pendidikan Islam di Indonesia: Antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 1991). h.11
25
Zakiyah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara dan Departemen
Agama RI, 1992) cet. ke-2. h.29
25
Tujuan pendidikan Islam adalah idealistas (cita-cita) yang mengandung
nilai-nilai Islami yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang
berdasarkan ajaran Islam secara bertahap. Secara umum, tujuan pendidikan
Islam terbagi menjadi empat, yaitu tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir
dan tujuan operasional.
Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan
pendidikan.
Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam
sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Karena itu pendidikan Islam selain sebagai proses pembinaan fitrah/potensi
anak sekaligus merupakan transformasi kebudayaan sehingga eksistensi dan
pengembangan hidup umat Islam berlangsung berkelanjutan. Tujuan yang ditata
Islam dalam pendidikan adalah membuat kepatuhan manusia, dan menghambakan
diri sepenuhnya kepada Allah. Pendidikan adalah proses pemenuhan keyakinan
dan cita-cita pendidikan Islam adalah keagamaan. Pendidikan Islam membuat
kesadaran manusia sebagai kenyataan jiwa mempengaruhi kegiatan dan
kehidupanm tidak sempurna dan hanya melalui pendidikan maka bimbingan jiwa
mencapai keunggulannya.26
Oleh karena itu masalah akhlak atau budi pekerti merupakan salah satu
pokok ajaran Islam yang harus diutamakan dalam pendidikan agama Islam untuk
ditanamkan atau diajarkan kepada anak didik
Dengan melihat arti pendidikan Islam dan ruang lingkupnya itu, jelaslah
bahwa dengan pendidikan Islam kita berusaha untuk membentuk manusia yang
berkepribadian kuat dan berakhlakul karimah berdasarkan pada ajaran agama
Islam.
26
M. Arifin. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991) cet. ke-1. h.224
26
Oleh karena itu, pendidikan Islam sangat penting sebab dengan pendidikan
Islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar memimpin dan mendidik anak
diarahkan kepada perkembangan jasmani dan rohani sehingga mampu membentuk
kepribadian yang utama yang sesuai dengan ajaran agama Islam.
Pendidikan agama Islam hendaknya ditanamkan sejak dini, sebab
pendidikan pada masa kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan untuk
pendidikan selanjutnya.
Sebagaimana Darajat dalam Zafar Alam mengemukakan bahwa: Pada
umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan
yang dilaluinya sejak sejak kecil.27 Oleh karena itu dalam mewujudkan Tujuan
Pendidikan nasional, pendidikan agama Islam di sekolah memegang peranan yang
sangat penting. Oleh karena itu pendidikan agama Islam di Indonesia
dimaksudkan ke dalam kurikulum nasional yang wajib diikuti oleh semua anak
didik mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi.
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Upaya peningkatan keimanan dan ketakwaan di sekolah umum
berlandaskan pancasila, UUD 1945, dan UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Dalam pancasila, pendidikan iman dan takwa merupakan
penjabaran dari sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam UUD 1945,
upaya ini selaras dengan apa yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945,
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa.....
Pernyataan ini mengandung pesan bahwa berdirinya Republik Indonesia
dilandasi semangat KeTuhanan Yang Maha Kuasa bersama dengan keinginan
luhur yang mendorong bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya. Hal
ini dipertegas lagi dalam pasal 29 ayat (1) dan (2).
27
Zafar Alam, Islamic Education Theory &Practice, (New Delhi: Adam Publishers &
Distributors, 2003), h.42
27
Dalam mengembangkan ilmu pendidikan Islam diperlukan beberapa hal,
antara lain sebagai berikut.
1. Landasan atau basis filsafat yang akan dijadikan dasar pengembangan ilmu
pendidikan Islam. Yang dimaksud dengan filsafat di sini adalah yang
berdasarkan Islam.
2. Paradigma bagi penyusunan metodologi pengembangan ilmu pendidikan
Islam. Paradigma yang dimaksud disini adalah kerangka logika
pengembangan ilmu pendidikan Islam.
3. Metodologi pengembangan ilmu pendidikan Islam. Metodologi tersebut dapat
berupa metode-metode pengembangan ilmu pendidikan Islam juga dapat
berupa tuntutan praktis, langkah-langkah dalam mengembangkan teori-teori
ilmu pendidikan Islam .
4. Model-model penelitian untuk digunakan dalam penelitian pendidikan Islam.
Teori-teori ilmu pendidikan Islam secara berangsur-angsur dapat diperoleh
melalui penelitian-penelitian.
5. Organisasi yang berskala nasional. Organisasi nasional sangat berguna karena
dapat menghindari duplikasi penelitian dan dapat memberi rekomendasi
dalam mencari tenaga ahli penelitian. Organisasi tersebut juga diharapkan
dapat memberikan jasa dalam mencari biaya untuk penelitian tersebut.28
Kelima hal di atas merupakan landasan atau orientasi kerja dalam
pengembangan ilmu pendidikan Islam.
Menurut Abdullah pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk
kepribadian sebagai khalifah Allah SWT. Atau sekurang-kurangnya
mempersiapkan ke jalan yang mengacu kepada tujuan akhir. Tujuan utama
khalifah Allah adalah beriman kepada Allah dan tunduk serta patuh secara total
kepada-Nya.29
28
Ahmad Tafsir, Epistemologi untuk Ilmu Pendidikan, (Bandung:IAIN Sunan Gunung
Djati, 1995)Cet.I. h. 11-12
29
Abdullah, Abdurrahman Saleh, Teori-teori Pendidikan berdasarkan Al-Quran,
(Jakarta:Rineka Cipta, 1990)
28
Selanjutnya tujuan pendidikan Islam menurutnya dibangun atas tiga
komponen sifat dasar manusia yaitu: tubuh, ruh dan akal yang masing-masing
harus dijaga sebaik-baiknya.30 Berdasarkan hal tersebut maka tujuan pendidikan
Islam dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Tujuan Pendidikan Jasmani
Rasulullah SAW. bersabda:
Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disayangi Allah ketimbang
orang mukmin yang lemah. (HR. Imam Muslim)
Oleh Imam Nawawi menafsirkan hadis di atas sebagai kekuatan iman yang
ditopang oleh kekuatan fisik. Kekuatan fisik merupakan bagian pokok dari
tujuan pendidikan, maka pendidikan harus mempunyai tujuan ke arah
keterampilan-keterampilan fisik yang dianggap perlu bagi tumbuhnya
keperkasaan tubuh yang sehat dan bertujuan untuk menghindari situasi yang
mengancam kesehatan fisik para pelajar. Pendidikan Islam dalam hal ini
mengacu pada pembicaraan fakta-fakta terhadap jasmani yang relevan bagi
para pelajar, contohnya diberikan pendidikan olah raga, dll.
2. Tujuan Pendidikan Rohani
Orang yang betul-betul menerima ajaran Islam tentu akan menerima
seluruh cita-cita ideal yang terdapat dalam Al-quran. Peningkatan jiwa dan
kesetiannya yang hanya kepada Allah semata dan melaksanakan moralitas
Islami yang diteladani dari tingkah laku kehidupan nabi saw. merupakan
bagian pokok dalam tujuan pendidikan Islam.
Tujuan pendidikan Islam harus mampu membawa dan mengembalikan
ruh tersebut kepada kebenaran dan kesucian, yaitu manusia dapat
berhubungan dengan Allah secara terus menerus. Maka pendidikan Islam
menurut Muhammad Qutb ialah meletakkan dasar-dasar yang harus
memberi petunjuk agar manusia memelihara kontaknya yang terus-menerus
dengan Allah swt.
30
Abdullah, Abdurrahman Saleh, Teori-teori Pendidikan berdasarkan Al-Quran,
(Jakarta:Rineka Cipta, 1990)
29
3. Tujuan Pendidikan Akal
Tujuan ini mengarah kepada perkembangan intelegensi para pelajar
diharapkan dapat berfikir secara kreatif, inovatif, dan spekulatif berdasarkan
ajaran Islam yang mengarahkan setiap manusia sebagai individu untuk dapat
menemukan kebenaran yang sebenar-benarnya.
Pendidikan yang dapat membantu tercapainya tujuan akal, seharusnya
dengan bukti-bukti yang memadai dan relevan dengan apa yang mereka
pelajari. Disamping itu pendidikan Islam mengacu kepada tujuan memberi
daya dorong menuju peningkatan kecerdasan manusia. Pendidikan yang
lebih berorientasi kepada hafalan, tidak tepat menurut teori pendidikan
Islam. Karena pada dasarnya pendidikan Islam bukan hanya memberi titik
tekan hafalan, sementara proses intelektualitas dan pemahaman
31
dikesampingkan.
Al-Ghazali, sebagaimana yang dikutip oleh Arief menjelaskan bahwa
tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan kepada:
1. Membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri
kepada Allah swt.
2. Membentuk insan purna untuk memperoleh kebahagiaan hidup, baik di
dunia maupun di akhirat.32
Dari kedua tujuan di atas dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan
menurut Al-Ghazali tidak hanya bersifat ukhrawi (mendekatkan diri kepada
Allah), yang dikenal dengan kesufiannya, tetapi juga bersifat duniawi. Karena
itu Al-Ghazali memberi ruang yang cukup luas dalam sistem pendidikannya bagi
perkembangan duniawi. Namun dunia, hanya dimaksudkan sebagai jalan menuju
kebahagiaan hidup di alam akhirat yang lebih utama dan kekal.
31
Armai Areif, M.A, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat
Press, 2002)h. 19-21
32
Al-Ghazali, Ihya ulum al-din, (Bairut:dr al-fik, t.th jilid III )h.12
30
Dalam Al-quran banyak ayat menyatakan agar manusia tidak terlena
dengan kehidupan dunia, sementara akhirat adalah tempat kembali yang kekal.
Allah berfirman:
33
Armai Arief, M.A, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat
Press, 2002)h. 22-23
31
Tujuan pendidikan menurut Dhany, sebagaimana yang dikutip oleh
Armai Arief, adalah sebagai berikut.
1. Pembinaan kepribadian anak didik yang sempurna.
a. Pendidikan harus mampu membentuk kekuatan dan kesehatan badan
serta pikiran anak didik.
b. Sebagai individu, maka anak harus dapat mengembangkan
kemampuannya semaksimal mungkin.
c. Sebagai anggota masyarakat, anak harus dapat memiliki tanggung jawab
sebagai warga negara.
d. Sebagai pekerja, anak harus bersifat efektif dan produktif serta cinta akan
kerja.
2. Peningkatan moral, tingkah laku yang baik dan menanamkan rasa
kepercayaan anak kepada Tuhan.
3. Mengembangkan intelegensi anak secara efektif agar mereka siap
mewujudkan kebahagiannya di masa mendatang. 34
34
Armai Areif, M.A, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat
Press, 2002)h. 24
35
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997) h 53-
54
32
Ciri tujuan pendidikan di atas memberikan gambaran bahwa dengan
pendidikan agama Islam manusia sebagai khalifah di arahkan untuk
menjalankan tugas sebagai makhluk Allah yang baik di permukaan bumi ini baik
dalam kerangka kehidupan individu maupun kemasyarakatan.
Menurut Arifin pendidikan Islam bertugas mempertahankan,
menanamkan dan mengembangkan kelangsungan fungsi nilai-nilai Islam yang
bersumber dari kitab suci Alquran dan Alhadis, mampu sejalan dengan tuntutan
kemajuan atau modernisasi kehidupan masyarakat. Oleh karenanya pendidikan
Islam bertugas disamping menginternalisasikan nilai-nilai Islami, juga
mengembangkan anak didik menjadi mampu mengamalkan dan
mengembangkannya secara dinamis dan fleksibel dalam konfigurasi idealitas
wahyu Tuhan.
Hal ini berarti pendidikan Islam secara optimal harus mampu
mewujudkan kedewasaan atau kematangan dalam beriman, bertaqwa dan
mengamalkan hasil pendidikan, sehingga mampu menjadi pengamal dan pemikir
mujtahid baru yang dialogis terhadap perkembangan zaman.36
Dari rumusan tujuan pendidikan Islam di atas dapat penulis simpulkan
bahwa dengan pendidikan Islam diharapkan dapat membentuk pribadi muslim
untuk menjalankan tugas sebagai makhluk Allah yang selalu taat beribadah
kepada Allah swt, membina kepribadian anak didik, meningkatkan moral dan
mengembangkan intelegensi anak juga dapat mengemban misi mempertahankan
ajaran Islam, mengembangkan dan menjadikannya sebagai nilai-nilai yang
senantiasa diamalkan sesuai dengan keadaan masyarakat.
36
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) h. 121-122.
33
D. Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam
Profesionalitas seseorang sangat urgen dalam semua segi kehidupan,
termasuk dalam jabatan guru, karena akan dapat meningkatkan martabat dan
harkat guru di satu sisi, dan pada sisi yang lain akan dapat meningkatkan mutu
pendidikan nasional. Pengkajian terhadap pembinaan dan pengembangan
kemampuan profesional guru, sepertinya sudah klise, dalam makna selalu
didiskusikan.
Sesungguhnya hal itu tidaklah klise karena dari waktu ke waktu
persyaratan guru ideal senantiasa berubah sehingga pertumbuhan profesionalnya
harus terus-menerus dirangsang. Lebih lagi pada era globalisasi yang makin
masif dan ekstensif ini tanpa didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas baik dalam bidang pendidikan, kemajuan teknologi ataupun ekonomi
suatu negara akan tertinggal jauh. Negara manapun di dunia ini memerlukan
SDM yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni serta beriman
dan bertaqwa yang dipersiapkan melalui proses pendidikan yang dikembangkan
secara luas terutama ketaqwaan yang dikembangkan melalui proses pendidikan
agama Islam untuk bekal hidup keduniaan terutama keakhiratan.
Keberadaan guru PAI sebagai pendidik utama dalam pelaksanaan
pendidikan agama Islam adalah berperan sebagai perancang, pelaksana,
pemimpin, komunikator dan evaluator terhadap proses pendidikan agama Islam
dalam kerangka mencapai tujuan terbentuknya kepribadian anak didik yang
luhur. Secara filosofis, manusia/anak adalah makhluk theomorfic, (manusia
berasal dari Tuhan dan kembali kepada Tuhan) yang diberi amanah sebagai
khalifah (pemimpin/wakil, penguasa), dan abdun (hamba), dalam kerangka misi
menemukan dan mengamalkan sunnatullah untuk keselamatan dan kemakmuran.
Profesionalitas guru PAI adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap
para guru PAI terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang
mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Dengan demikian,
sebutan profesionalitas guru PAI lebih menggambarkan suatu keadaan derajat
keprofesian setiap guru PAI untuk bangkit menggapai sikap, pengetahuan, dan
keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya dalam pembelajaran
34
bidang studi PAI. Dalam hal ini, guru PAI diharapkan memiliki profesionalisme
keguruan yang memadai sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara
efektif.
Sejak diterbitkannya Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD), profesionalisme guru sering
dibicarakan di dalam berbagai forum. Profesionalisme guru dikaitkan dengan
tiga faktor yang cukup penting, yaitu kompetensi guru, sertifikasi guru, dan
tunjangan profesi guru. Ketiga faktor tersebut merupakan latar yang disinyalir
berkaitan erat dengan kualitas pendidikan. Guru profesional yang dibuktikan
dengan kompetensi yang dimilikinya akan mendorong terwujudnya proses dan
produk kinerja yang dapat menunjang peningkatan mutu pendidikan. Dengan
demikian untuk menjalankan peran strategis guru PAI maka diperlukan
ketersediaan guru PAI yang professional. Untuk mengajarkan mata pelajaran
agama, tentu saja harus diserahkan kepada orang-orang yang ahli dalam bidang
pendidikan agama Islam. Inilah praktik pendidikan agama Islam professional,
yang dilaksanakan oleh guru yang ahli merencanakan, melaksanakan dengan
strategi, memimpin siswa dengan keteladanan, dan mengevaluasi.
Semiawan dalam Danim Sudarwan mengemukakan hierarki profesi
tenaga kependidikan, yaitu tenaga profesional, tenaga semiprofesional dan
tenaga para-profesional.
1. Tenaga profesional merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi
pendidikan sekurang-kurangnya S1(atau yang setara), dan memiliki
wewenang penuh dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan
pengendalian pendidikan/ pengajaran. Tenaga kependidikan yang termasuk
dalam kategori ini juga berwenang untuk membina tenaga kependidikan yang
lebih rendah jenjang profesionalnya, misalnya guru senior membina guru
yang lebih yunior.
2. Tenaga semiprofesional merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi
pendidikan tenaga kependidikan D3 (atau yang setara) yang telah berwenang
mengajar secara mandiri, tetapi masih harus melakukan konsultasi dengan
35
tenaga kependidikan yang lebih tinggi jenjang profesionalnya, baik dalam hal
perencanan, pelaksanaan, penilaian maupun pengendalian pengajaran.
3. Tenaga paraprofesional merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi
pendidikan tenaga kependidikan D3 ke bawah, yang memerlukan pembinaan
dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengendalian pendidikan/
pengajaran.37 Saat ini tenaga kependidikan minimal berkualifikasi S1.
Sejalan dengan pendapat di atas, Windam dalam Danim Sudarwan
mengklasifikasikan derajat mutu tenaga kependidikan menjadi tiga kategori,
yaitu berkualifikasi penuh, berkualifikasi sebagian, dan tidak memenuhi
kualifikasi.38
Profesionalisme berasal dari kata profession artinya ahli atau terampil
dalam bidangnya. Kata profesional berasal dari kata sifat yang berarti
pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai
keahlian seperti guru, dokter, hakim dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan
yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh
mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan
oleh mereka yang karena tidak mendapat pekerjaan lain. 39
Profesi adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu
serta memerlukan pendidikan profesi.
37
Danim Sudarwan, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002) h. 31
38
Danim Sudarwan, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002) h. 31
39
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003),
h. 14.
36
Guru merupakan pekerjaan profesi dalam Oemar Hamalik dirumuskan
bahwa, Profesi itu pada hakekatnya adalah suatu pernyataan dan suatu janji
terbuka, bahwa seorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan dalam
arti biasa, karena orang tersebut terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. 40
Profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu.
Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang
oleh sembarang orang, tetapi memerlukan persiapan melalui pendidikan dan
pelatihan secara khusus. Professional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu
atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.41
Itu artinya profesi adalah kedudukan atau jabatan yang memerlukan ilmu
pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh melalui pendidikan atau
perkuliahan yang bersifat teoretis dan disertai praktek, diuji dengan berbagai
bentuk ujian di universitas atau lembaga yang diberi hak untuk dan diberikan
kepada orang-orang yang memilikinya (sertifikat, lisensi, brafet) suatu
kewenangan tertentu dalam hubungannya dengan kliennya yang dipelihara
dengan hati-hati dan selalu ditingkatkan melalui organisasinya.
Ada tiga pilar pokok yang ditunjukkan untuk suatu profesi, yaitu
pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik. 42 Pengetahuan bermakna aspek
kognitif yang dimiliki oleh seseorang melalui proses belajar, keahlian bermakna
terhadap penguasaan dari keilmuan yang dapat dijadikan acuan dalam bertindak
atau bisa juga disebut pakar dalam cabang ilmu tertentu, dan persiapan
akademik mengandung makna bahwa untuk mencapai derajat profesional atau
memasuki jenis profesi tertentu diperlukan persyaratan pendidikan khusus,
berupa pendidikan yang dilaksanakan pada lembaga pendidikan formal,
khususnya jenjang perguruan tinggi.
40
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru berdasarkan Pendekatan Kompetensi (Jakarta:
Bumi Aksara, 2002), h.1.
41
Kusnandar, Guru Profesional, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 45.
42
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia Bandung, 2002), h.22.
37
Secara terminologi, profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang
mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada
pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kemampuan mental yang
dimaksudkan di sini adalah adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai
instrumen untuk melakukan perbuatan praktis. 43
Dari uraian di atas bahwa profesi adalah suatu pekerjaan yang didasarkan
kepada pendidikan dan pelatihan khusus dengan tujuan memberikan layanan
dengan keahliannya kepada orang lain dengan imbalan dan gaji tertentu.
Pekerjaan atau jabatan itu dilaksanakan seseorang apabila dia telah mendapatkan
ijazah tertentu sehingga tidak sembarangan orang dapat melakukan pekerjaan
tersebut. Demikian hanya pekerjaan yang dikategorikan profesi seperti dokter,
pengacara, akuntan, bidan, guru dan lain sebagainya.
Nurdin, mengartikan profesi Sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan
pendidikan lanjut di dalam science dan teknologi yang digunakan sebagai
prangkat dasar untuk diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang
bermanfaat.44 Dari pengertian di atas, bahwa profesi adalah suatu pekerjaan
yang memerlukan pendidikan lanjut, profesi juga memerlukan keterampilan
melalui ilmu pengetahuan yang mendalam, ada jenjang pendidikan khusus yang
mesti dilalui sebagai sebuah persyaratan.
Jika disandangkan kata professional kepada guru, maka menurut Danim,
Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi tertentu sesuai dengan
persyaratan yang dituntut oleh profesi keguruan45
Kalau begitu guru profesional adalah guru yang senantiasa menguasai
bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan dalam interaksi belajar
mengajar, serta senantiasa mengembangkan kemampuannya secara
berkelanjutan, baik dalam segi ilmu yang dimilikinya maupun pengalamannya.
43
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia Bandung, 2002), h.21.
44
Syafruddin Nurdin, Guru Profesinal dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta : Ciputat
Pers, 2002), h. 16.
45
Sudarman Danim, Media Komunikasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 1994),
h..53.
38
Sedang persyaratannya menurut Usman adalah sebagai berikut.
1. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam.
2. Menemukan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang
profesinya.
3. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan.
5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.
6. Memiliki kode etik sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
7. Memiliki klien/objek layanan yang tetap, seperti guru dengan muridnya.
8. Diakui oleh masyarakat, karena memang jasanya perlu dimasyarakatkan.
9. Belajar memahami dan berfikir seperti orang-orang yang mereka layani
sehingga bisa mewakili mereka ketika orang-orang itu tidak ada di tempat;
10. Mereka adalah pemain tim;
11. Bisa dipercaya memegang rahasia;
12. Jujur bisa dipercaya dan setia
13. Terbuka terhadap kritik-kritik yang membangun mengenai cara
meningkatkan diri.46
39
Tugas guru tidak hanya memerankan fungsi sebagai subjek yang
mentransfer pengetahuan kepada anak didik, melainkan juga melakukan tugas-
tugas sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator dalam PBM, baik di dalam
maupun di luar kelas. Untuk menjalankan tugas-tugas itu secara efektif dan
efisien para guru harus memiliki kompetensi tertentu. Merujuk pada konsep
yang dianut di lingkungan Depdiknas, sebagai instructional leader guru harus
memiliki 10 kompetensi sebagai berikut.
1. Mengembangkan kepribadian.
2. Menguasai landasan kependidikan.
3. Menguasai bahan pengajaran.
4. Menyusun program pengajaran.
5. Melaksanakan program pengajaran.
6. Menilai hasil dan proses belajar-mengajar.
7. Menyelenggarakan program bimbingan.
8. Menyelenggarakan administrasi sekolah.
9. Kerjasama dengan sejawat dan masyarakat.
10. Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran. 49
Berdasarkan uraian di atas setiap Guru PAI harus merasa bahwa
pekerjaannya adalah sebuah profesi. Bahkan lebih dari itu seorang Guru PAI
harus menyadari sepenuhnya bahwa aktivitasnya sebagai seorang pendidik
merupakan aktivitas mulia untuk mengangkat derajat manusia lain. Aktivitas
mengajar sebagai profesi harus dijalanknan secara sungguh-sungguh dan
Profesional. Apalagi dari aktivitas ini seseorang mendapatkan nafkah hidup
karenanya dia harus menjaga agar berjalan pada posisi yang seharusnya.
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari
para petugasnya. Artinya pekerjaan yang disebut profesi itu tidak bisa dilakukan
oleh orang yang tidak terlatih dan tidak dsiapkan secara khusus terlebih dahulu
untuk melakukan pekerjaan itu.50
49
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia Bandung, 2002), h.21.
50
Mungin Eddy Wibowo, Paradigma Bimbingan dan Konseling, (Semarang;
DEPDIKNAS, 2001),
40
Menurut Friedman dalam Sudarwan Danim pengakuan atas suatu
pekerjaan agar menjadi suatu profesi sungguhan dapat ditempuh melalui tahap,
yaitu registrasi (registration), sertifikasi (certification), dan lisensi (licensing).51
1. Registrasi adalah suatu aktivitas yang jika seseorang ingin melakukan
pekerjaan profesional, terlebih dahulu rencananya diregistrasikan pada kantor
registrasi milik negara dengan melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi.
2. Sertifikasi mengandung makna jika hasil penelitian atas persyaratan
pendaftaran yang diajukan memenuhi persyaratan akan diberikan pengakuan
oleh negara atas kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya berupa
pemberian sertifikat yang memuat penjelasan tentang kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki oleh pemegangnya berikut kewenangannya.
3. Lisensi mengandung makna bahwa atas dasar sertifikat yang dimiliki oleh
seseorang, barulah orang tersebut memperoleh izin atau lisensi dari negara
untuk mempraktikkan pengetahuan dan keterapilan yang dimilikinya.
Ada beberapa alasan rasional menurut penulis, tugas mengajar disebut
sebagai profesi, pertama bidang tugas guru memerlukan perencanaan yang
matang, pelaksanaan mantap dan pengendalian yang baik.
Tugas mengajar dilaksanakan atas dasar sistem, kedua bidang pekerjaan
mengajar memerlukan dukungan ilmu teoritis pendidikan dan mengajar, ketiga
bidang pendidikan ini memerlukan waktu lama dalam masa pendidikan dan
latihan, sejak pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi untuk pendidik dan
tenaga kependidikan. Profesionalitas guru PAI adalah gambaran atau keadaan
derajat keprofesian setiap guru PAI dalam menggapai sikap mental,
pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki untuk melaksanakan tugasnya
dalam pembelajaran bidang studi PAI secara optimal efektif dan efisien.
Karena itu, sejak tahun ini sudah dimulai seterusnya ke depan, seorang
sarjana. Pendidikan sebagai calon guru wajib mengikuti pendidikan profesi guru
(PPG) satu tahun supaya mendapat sertifikat pendidik professional sebagai
syarat profesi melakukan tugas dan jabatan mengajar.
51
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia Bandung, 2002), h.30.
41
Menurut Arifin Profesionalisme dalam bidang pendidikan merupakan
seperangkat tugas dan fungsi dalam lapangan pendidikan berdasarkan keahlian.
Para guru yang profesional memiliki kompetensi keguruan berkat pendidikan
atau latihan di lembaga pendidikan guru dalam jangka waktu tertentu. Misi
profesional disimpulkan dalam tiga dimensi utama, yaitu: pengetahuan,
keterampilan dan komitmen. Pelaksanaan tugas guru yang mengacu kepada tiga
dimensi tadi mencakup kriteria dasar yaitu: kepribadian guru, penguasaan ilmu
yang diajarkan dan keterampilan mengajar. 52
Orang yang profesional memiliki sikap-sikap yang berbeda dengan orang
yang tidak profesional meskipun dalam pekerjaan yang sama. Menurut
Abbuddin Nata ciri-ciri profesionalisme untuk guru secara garis besarnya ada
tiga, yakni: pertama, seorang guru yang profesional harus menguasai bidang
ilmu pengetahuan yang akan diajarkannya dengan baik. Ia benar-benar seorang
ahli dalam bidang ilmu yang diajarkannya. Selanjutnya karena bidang
pengetahuan apapun selalu mengalami perkembangan, maka seorang guru juga
harus terus menerus meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang diajarkannya
itu, seoraang guru harus secara terus menerus melakukan penelitian dengan
menggunakan berbagai macam metode. Kedua, seorang guru yang profesional
harus memiliki kemampuan menyampaikan atau mengajarkan ilmu yang
dimilikinya (transfer of knowledge) kepada murid-muridnya secara efektif dan
efisien. Untuk itu seorang guru harus memiliki ilmu keguruan. Sehingga dapat
menjalankan metode dan strategi dalam pembelajaran. Ketiga, seorang yang
proefsional harus berpegang teguh kepada kode etik profesional. Kode etik
disini lebih ditekankan pada perlunya memiliki akhlak yang mulia. Dengan kode
etik tersebut maka seorang guru harus dijadikan panutan contoh dan teladan,
dengan demikian ilmu yang diajarkan/ nasehat yang diberikannya kepada para
siswa akan didengarkan dan dilaksanakannya dengan baik. 53
52
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Agama dan Umum,(Jakarta: Bina Aksara,
1991), h.113.
53
Abdul Rachman Saleh, Pendidikan Agama & Pembangunan Watak Bangsa,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 293.
42
Profesionalisme berasal dari kata bahasa Inggris professionalism yang
secara leksikal berarti sifat profesional. Profesionalisme dapat diartikan sebagai
komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan
profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang
digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya. 54
Kusnandar mengatakan bahwa profesionalisme adalah suatu kondisi,
arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan
dengan mata pencaharian seseorang.55 Hamalik mengemukakan yang dimaksud
dengan Profesionalisme guru sebagai berikut.
Profesionalisme guru adalah guru yang memiliki keahlian atau keterampilan
khusus dalam bidangnya sebagai pendidik dan pengajar, sehingga ia mampu
melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.
Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih
bukan hanya mendapat pendidikan formal tetapi juga harus menguasai landasan-
landasan kependidikan.56
54
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia Bandung, 2002), h.23.
55
Kusnandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP)
dan Sukses dalam Serifikasi Guru Ed. I (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 54.
56
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi (Jakarta:
Bumi Aksara, 2002) h.1
43
Secara tegas Undang-undang Nomor 14 tentang Undang-Undang Guru
dan Dosen pasal 1 butir 4 mengatakan: profesional adalah pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi.57 Atas dasar pernyataan ini, ternyata pekerjaan profesional berbeda
dengan pekerjaan lainnya karena suatu profesi memerlukan kemampuan dan
keahlian dalam melaksanakan profesinya, dimana kemampuan dan keahian
tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan yang memang sesuai dengan profesi
yang akan ditekuninya.
Profesional menunjuk pada dua hal, pertama orang yang menyandang
suatu profesi, kedua penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang
sesuai dengan profesinya.58 Guru sebagai profesi berarti guru sebagai perkerjaan
yang mensyaratkan kompetensi (keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan
dan pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan
efisien serta berhasil guna. 59 Sedangkan menurut UU No.14 Tahun 2005
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran,
atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi.
Ciri-ciri profesionalisme untuk guru mengacu kedua pendapat di atas
yaitu seorang guru berasal dari sekolah yang memang memiliki kompetensi yang
ditunjukkan (ilmu keguruan) sehingga guru tersebut menguasai bidang ilmu
pengetahuan yang akan diajarkannya dengan selalu meningkatkan dirinya serta
mengembangkan ilmu yang diajarkannya sehingga guru dapat membimbing,
mengajar dan melatih anak didik dengan berpegang teguh kepada kode etik
profesional.
57
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
(Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 3.
58
Mungin Eddy Wibowo, Konseling Kelompok Perkembangan, (Semarang: UNNES
Press, 2005) h.2.
59
Kusnandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007) h. 46.
44
Selanjutnya profesionalisme guru sebagai berikut.
1. Kepribadian guru yang unik dapat mempengaruhi murid yang dikembangkan
terus menerus sehingga ia benar-benar terampil a) memahami dan
menghargai setiap potensi murid b) Membina situasi sosial yang meliputi
interaksi belajar mengajar mendorong murid dalam meningkatkan
kemampuan memahami pentingnya kebersamaan dan kesepahaman arah
pemikiran dan perbuatan di kalangan murid c) Membina perasaan saling
mengerti, saling menghormati dan saling bertanggung jawab dan percaya
mempercayai antara guru dan murid.
2. Penguasaan ilmu pengetahuan yang mengarah pada spesialisasi ilmu yang
diajarkan kepada murid.
3. Keterampilan dalam mengajarkan bahan pelajaran terutama menyangkut
perencanaan program, satuan pelajaran dan menyusun seluruh kegiatan untuk
satu mata pelajaran menurut waktu (catur wulan, semester, tahun pelajaran).
Dia terampil menggunakan alat-alat, bentuk dan mengembangkannya bagi
murid di dalam proses belajar mengajar yang diperlukan.
Adapun ciri-ciri guru profesional menurut Abdul Rachman Shaleh
berikut.
1. Jabatan guru adalah tugas membimbing, mengajar dan melatih dan lebih dari
sekedar mencari nafkah.
2. Guru harus memiliki kompetensi yang ditunjukkan oleh ijazah dan LPTK
yang bersangkutan.
3. Mengajar mempersyaratkan dirinya setiap saat agar tumbuh dan berkembang
dalam jabatan.
4. Guru perlu meningkatkan dirinya setiap saat agar tumbuh dan berkembang
dalam jabatan.
5. Guru memiliki kode etik yang disepakati. 60
60
Abdul Rachman Saleh, Pendidikan Agama & Pembangunan Watak Bangsa,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 293.
45
Untuk melihat apakah seorang guru dikatakan profesional atau tidak
dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari tingkat pendidikan
minimal dari latar belakang pendidikan untuk jenjang sekolah tempat ia menjadi
guru. Kedua penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, mengelola proses
pembelajaran, mengelola siswa, melakukan tugas-tugas bimbingan, dan lain-
lain.
Pembelajaran merupakan proses menyiapkan lingkungan yang
memungkinkan anak untuk melakukan pembelajaran dalam rangka mencapai
perubahan perilaku. Untuk mengaplikasikan tugas-tugas pembelajaran lebih
kreatif, sehingga tercapai tujuan atau sasaran yang diharapkan dalam proses
pembelajaran maka setiap guru sangat dituntut untuk memiliki kompetensi
dalam proses pembelajaran.
Kompetensi merupakan salah satu kualifikasi guru yang terpenting. Bila
kompetensi itu tidak ada pada diri seorang guru, maka ia tidak memiliki
kompetensi dalam melaksanakan tugas guru di lembaga pendidikan
formal. Sebab guru harus dapat memenuhi kompetensi yang diharapkan oleh
masyarakat dan anak didik dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran.
Spencer dan Spencer dalam Hamzah B. Uno (2007: 63), kompetensi
merupakan karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan menjadi cara-cara
berperilaku dan berfikir dalam segala situasi, dan berlangsung dalam periode
waktu yang lama.61 Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa kompetensi
menunjuk pada kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari
pikiran, sikap, dan perilaku. Lebih lanjut Spencer dan Spencer dalam Hamzah B.
Uno (2007: 63), membagi lima karakteristik kompetensi yaitu sebagai berikut.
1. Motif, yaitu sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang menyebabkan
sesuatu.
2. Sifat, yaitu karakteritik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi.
3. Konsep diri, yaitu sikap, nilai, dan image dari sesorang.
4. Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu.
5. Ketrampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan
dengan fisik dan mental.62
61
B.Uno, Hamzah. Model Pembelajaran. (Gorontalo: Bumi Aksara, 2007) h. 63
62
B.Uno, Hamzah. Model Pembelajaran. (Gorontalo: Bumi Aksara, 2007) h. 63
46
Kompetensi tersebut, guru dapat mengembangkan karirnya sebagai guru
yang baik, sehingga ia dapat mengatasi berbagai kesulitan dalam proses
pembelajaran. Di samping itu ia akan mengerti dan sadar akan tugas dan
kewajibannya sebagai pendidik yang baik dan didambakan oleh masyarakat.
Guru kompeten setidaknya dapat dibuktikan dengan perolehan sertifikasi
guru berikut tunjangan profesi yang memadai menurut ukuran Indonesia.
Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam menguasai materi
materi pelajaran secara luas dan mendalam.
Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan.
Kompetensi menurut Uzer adalah Gambaran hakekat kualitatif dari
perilaku guru yang tanpak sangat berati 63 Sekarang ini, terdapat sejumlah guru
yang telah tersertifikasi, akan tersertifikasi, telah memperoleh tunjangan profesi,
dan akan memperoleh tunjangan profesi.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi
merupakan seperangkat penguasaan kemampuan, ketrampilan, nilai, dan sikap
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai guru yang bersumber dari
pendidikan, pelatihan, dan pengalamannya sehingga dapat menjalankan tugas
mengajarnya secara profesional.
Fakta bahwa guru telah tersertifikasi merupakan dasar asumsi yang kuat,
bahwa guru telah memiliki kompetensi. Undang-Undang nomor 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen pada pasal 10 ayat 1 menjelaskan bahwa dari pasal 8
tentang kompetensi meliputi (1) kompetensi pedagogik (2) kompetensi
kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional.64
63
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1997) h. 14.
64
Undang-undang Guru dan Dosen (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h.212.
47
Dalam rangka memiliki dan menjaga komitmen untuk meningkatkan
mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia, seorang guru mau
tidak mau harus berupaya mengembangkan profesionalisme yang ia miliki.
Secara moral Guru PAI memiliki tanggung jawab besar dalam hal ini karena
selain peningkatan mutu pendidikan ia juga dituntut untuk meningkatkan
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia peserta didik.
Selanjutnya profesionalisme guru sebagai berikut.
4. Kepribadian guru yang unik dapat mempengaruhi murid yang dikembangkan
terus menerus sehingga ia benar-benar terampil a) memahami dan
menghargai setiap potensi murid b) Membina situasi sosial yang meliputi
interaksi belajar mengajar mendorong murid dalam meningkatkan
kemampuan memahami pentingnya kebersamaan dan kesepahaman arah
pemikiran dan perbuatan di kalangan murid c) Membina perasaan saling
mengerti, saling menghormati dan saling bertanggung jawab dan percaya
mempercayai antara guru dan murid.
5. Penguasaan ilmu pengetahuan yang mengarah pada spesialisasi ilmu yang
diajarkan kepada murid.
6. Keterampilan dalam mengajarkan bahan pelajaran terutama menyangkut
perencanaan program, satuan pelajaran dan menyusun seluruh kegiatan untuk
satu mata pelajaran menurut waktu (catur wulan, semester, tahun pelajaran).
Dia terampil menggunakan alat-alat, bentuk dan mengembangkannya bagi
murid di dalam proses belajar mengajar yang diperlukan.
Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam
memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial
serta memiliki kemampuan interaksi yang efektif. Tanggung jawab intelektual
diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung
jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk
yang beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-
norma agama dan moral.
48
Perubahan yang cepat berimplikasi terhadap nilai-nilai yang diyakini
masyarakat. Ini merupakan tantangan para guru pendidikan agama Islam. Dalam
menentukan nasib bangsa di masa depan maka peranan guru pendidikan agama
Islam tidak bisa diabaikan, sebab para guru merupakan ujung tombak bagi
keberhasilan pendidikan dan pengajaran di setiap sekolah. Konsekuensinya
adalah bahwa untuk keberhasilan program pendidikan agama Islam mutlak
diperlukan ketersediaan guru pendidikan agama Islam yang profesional. Peranan
guru-guru yang profesional ini penting sekali dalam menuntun proses
pendidikan agama Islam sehingga nilai-nilai ajaran agama Islam benar-benar
mantap sejak dari pendidikan dasar sebagai bekal hidup anak menghadapi
perubahan zaman yang cepat. Sebab nilai-nilai universal sajalah yang dapat
membimbing anak dalam cepatnya perubahan zaman. Di sini diperlukan
peningkatan mutu profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam yang sangat
berperan strategis membina anak didik.
Menurut Alam, guru dalam sistem pendidikan Islam adalah: diharapkan
menjadi orang yang kompromi terhadap sesuatu yang berasal pada pengetahuan
secara langsung diperoleh melalui sumber utama.65
Karena itu, umat Islam dilarang agar tidak berpegang terhadap suatu
pendapat yang tidak ada padanya ilmu. Itu artinya, guru dalam Islam harus
memiliki kemampuan berpikir original, dan harus diperoleh dan tersusun dalam
sumber yang terpercaya.
Prinsip ini adalah kualitas utama yang secara langsung menyelidiki lebih
dahulu sebelum menyampaikan segala sesuatu kepada siswanya. Itu artinya,
guru dalam Islam selain sebagai tugas pengabdian dalam profesinya juga
sekaligus ilmuan. Dalam konteks ini guru dalam pendidikan Islam dalam
peranannya Pribadi yang memiliki komitmen. Semua loyalitasnya tertumpah
kepada ideologi Islam dalam kehidupannya. Pengajaran bagi guru tidak hanya
profesi untuk kehidupannya.66
65
Zafar Alam, Islamic Education Theory & Practice,(New Delhi: Adam Publishers &
Distributors, 2003), h.78-79.
66
Syafaruddin, Dkk, Ilmu Pendidikan Islam: Melejitkan Potensi Budaya Umat, (Jakarta:
Hijri Pustaka Utama, 2012), h.18.
49
Guru memiliki komitmen untuk menghasilkan generasi muda untuk
meningkatkan masyarakat Islam. Prinsip ini membuat guru adalah pribadi kunci
dalam menata pendidikan Islam, meningkatkan kualitas masyarakat Islam
dengan memperkuat tujuan moral Islam. Alam mengemukakan Sesungguhnya
pekerjaan guru tidak hanya mengajar dan melatih pelajar, dalam menata
pelajaran yang dipelajari tetapi lebih dari itu guru bertindak sebagai teladan
untuk menanamkan nilai Islam dalam hati dan jiwa pelajar. Berkenaan dengan
penegasan tersebut Seorang guru dalam Islam dianggap tidak baik atau gagal
untuk memindahkan teori ke dalam pengamalan anak. Sebagai seorang guru
Pendidikan Agama Islam diharapkan mengaktualisasikan semua yang
diucapkannya.67 Peran strategis para guru Pendidikan Agama Islam dalam
proses pembelajaran adalah dalam kerangka mengembangkan potensi anak didik
sehingga mutu Pendidikan Agama Islam ditentukan oleh profesionalitas guru.
Melalui guru-guru professional, maka transformasi nilai dan ilmu pengetahuan
berlangsung sebagaimana diharapkan dapat diwujudkan dengan baik. Begitu
pula, jika kualitas guru rendah maka hasil belajar anak didik juga cenderung
kurang memuaskan atau tidak maksimal pencapaiannya. 68 Peningkatan mutu
(kualitas) berarti penambahan pengetahuan, pembinaan skil, dan pengembangan
keterampilan tentang pelaksanaan tugas mengajar sebagai guru.
Dalam konteks zaman yang terus berubah, maka peningkatan kualitas
menjadi suatu keniscayaan. Untuk itu sebenarnya diperlukan pengembangan
tingkat profesionalitas sehingga profesionalisme yang dimiliki guru-guru
pendidikan agama Islam menjadi matang dalam menjawab tantangan pergeseran
nilai dan kemajuan teknologi di bidang pendidikan. Karena itu, pengembangan
kemampuan profesional guru tidak hanya bagi guru-guru baru dalam tugasnya,
akan tetapi dipentingkan pula sekaligus untuk mengembangkan pola karir guru
yang menjanjikan antusiasme, pengharapan dan komitmen mereka dalam
bertugas sebagai guru.
67
Zafar Alam, Islamic Education Theory & Practice,(New Delhi: Adam Publishers &
Distributors, 2003), h.79-80
68
Iskandar Agung, Menghasilkan Guru Kompeten & Profesional, Jakarta: Bee Media
Indonesia, 2012, h.1.
50
Profesionalisme guru menuntut dipersyaratkannya kualifikasi akademik
minimum dan bersertifikat pendidik. Guru Pendidikan Agama Islam semakin
berat apalagi mengingat fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan tujuan
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab. 69
Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional dimaksudkan
berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen
pembelajaran sehingga diharapkan meningkatkan mutu pendidikan nasional
secara umum.70
Profesionalisme guru perlu dipupuk, dibina, dan dikembangkan sehingga
merasa memiliki tanggung jawab dalam menentukan arah pendidikan serta
mewujudkan cita-cita dan tugas luhur ini, yang pada gilirannya akan tercipta
bangsa yang sejahtera dan bermartabat.
Islam sangat memperhatikan peran penting guru dalam mengelola
pendidikan Islam. Tidak diragukan lagi, peran strategis mereka dalam upaya
menciptakan generasi Qurani (pandangan dan perilaku berbasis nilai Quran),
berkarakter, dan berkualitas. Ketersedian guru profesional sangat menentukan
generasi yang diharapkan tampil dengan kekuatan iman dan taqwa, memiliki
keterampilan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, menuju pembumian
nilai Islam secara kaffah, Cita ideal ini perlu diwujudkan sebagai upaya
memenuhi tugas risalah, menyemai suburnya iman, menginternalisasi akhlak
mulia, menguasai IPTEK, serta membangun kekuatan budaya Islami dengan
mengamalkan Islam sebagai rahmatan lil alamain.
69
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Jakarta: BP. Panca Usaha, 2003), h. 7.
70
Sudarwan Danim dan Khairil, Profesi Kependidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 6.
51
Visi keunggulan dan daya saing umat, sebagai umat terbaik, umat
tengah/adil sebagai saksi sejarah yang mendapat petunjuk hanya mungkin
dicapai dengan mengutamakan pencapaian pendidikan berkualitas termasuk
guru Pendidikan Agama Islam yang profesional.
Dalam perspektif global ada beberapa faktor yang disoroti oleh Djamali,
sebagai fenomena kemunduran umat, yaitu: kemunduran bidang agama, akhlak,
keterbelakangan ilmu pengetahuan, dan teknologi, keterbelakangan ekonomi,
sosial, kesehatan, politik, manajemen, dan bidang pendidikan. 93 Secara global
di dunia Islam, faktor-faktor tersebut yang memperlemah peran umat Islam
dalam daya saing dalam percaturan dunia global. Umat Islam nampaknya masih
kurang memiliki daya saing global karena keterbelakangan sistemik yang belum
bisa dieliminir melalui upaya melejitkan potensi dan kemampuan umat untuk
melakukan tindakan kompetitif serta kooperatif umat Islam dalam pergaulan
antar bangsa.
Sebagai seorang guru Pendidikan Agama Islam diharapkan
mengaktualisasikan semua yang diucapkannya. Rasulullah contoh teladan bagi
umatnya, termasuk bagi para guru. Seluruh perkataan, perbuatan dan perilaku
Rasulullah Muhammad SAW menjadi contoh keutamaan kepribadian bagi
semua peran yang ada di muka bumi ini, sesuai kepemimpinan Rasul, sebagai
pemimpin, kepala negara dan pemerintahan, sebagai suami, sebagai ayah,
ulama, dan panglima perang. Dalam proses pendidikan Islam, Rasulullah
menggunakan seluruh strategi pengembangan kepribadian muslim dalam tugas
risalahnya. Prinsip dan strategi tilawah (membacakan ayat-ayat Tuhan) yang
tertulis/Quraniyah dan ayat tidak tertulis (yang ada di alam ini), tazkiyah,
(pensucian jiwa) dan talim (pembelajaran), dalam melaksanakan tugas risalah
harus menjadi misi utama dan kualitas prima yang dituntut ada pada diri guru
dalam Islam.
52
E. Kriteria Guru Pendidikan Agama Islam Profesional
Tujuan pendidikan Islam ditegaskan bahwa:The aim of education in
Islam is to produce a good man, yang berarti bahwa tujuan pendidikan Islam
adalah menghasilkan pribadi manusia yang baik. Adapun yang baik itu adalah
berkenaan dengan adab, berkenaan esensi budi dalam pencapaian kualitas
71
kebaikan dimensi spiritual dan material manusia.
Pendidik mempunyai tugas yang sangat penting dalam proses
pendidikan, diantaranya ialah:
1. Membimbing, mencari pengenalan terhadap kebutuhan dan kesanggupan
pelajar.
2. Menciptakan situasi pendidikan yaitu kondusif, dimana seluruh tindakan
pendidikan dapat berlangsung dengan baik sehingga mencapai hasil yang
memuaskan.
3. Memiliki pengetahuan agama dan pengetahuan yang diperlukan untuk
diamalkan dan diyakininya.
Hasil studi beberapa ahli mengenai sifat atau karakteristik profesi itu
menghasilkan kesimpulan sebagai berikut. 72
1. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan, yaitu jenjang
pendidikan tinggi yang didalamnya termasuk pelatihan-pelatihan khusus
yang berkaitan dengan keilmuan profesinya kelak.
2. Memiliki pengetahuan spesialisasi, penguasaan bidang keilmuan tertentu
yang lebih khusus/ spesialisasi seperti guru yang memiliki spesialisasi di
bidang tertentu.
3. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang
lain atau klien.
4. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan, seorang guru harus
mampu berkomunikasi supaya apa yang disampaikan dapat dipahami oleh
peserta didik.
71
Fadhil Al-Djamali, Menerabas Krisis Pendidikan Dunia Islam, Jakarta: PT. Golden
Terayon Press, 1993, h.58-59, h.114.
72
Nur Ubiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997) Cet Ih. 71.
53
5. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau self-
organization, pekerjaan yang dia lakukan dapat dikelola sendiri tanpa
bantuan orang lain.
6. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Seorang guru harus siap
memberikan layanan kepada anak didiknya pada saat diperlukan baik di
kelas lingkungan sekolah bahkan di luar sekolah.
7. Memiliki kode etik.
8. Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas.
9. Mempunyai sistem upah.
10. Budaya profesional.
Keberadaan guru Pendidikan Agama Islam sebagai pendidik utama
dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam adalah berperan sebagai perancang,
pelaksana, pemimpin, komunikator dan evaluator terhadap proses pendidikan
agama Islam dalam kerangka mencapai tujuan terbentuknya kepribadian anak
didik yang luhur. Secara filosofis, manusia/anak adalah makhluk theomorfic,
(manusia berasal dari Tuhan dan kembali Tuhan) yang diberi amanah sebagai
khalifah (pemimpin/wakil, penguasa), dan abdun (hamba), dalam kerangka misi
menemukan dan mengamalkan sunnatullah untuk keselamatan dan kemakmuran
umat manusia di muka bumi.
Peran para pendidik dalam mendidik anak tentu saja harus diarahkan
untuk mengembangkan potensi/talenta anak secara maksimal dan menyiapkan
lingkungan yang kondusif bagi pembelajaran sehingga tercapai kedewasaan
yang maksimal (intelektualitas, moralitas, estetik, spiritualitas) sebagaimana
pribadi muslim sejati/insan sholeh. Tegasnya, pribadi yang diinginkan sistem
pendidikan Islam adalah yang memiliki kecerdasan intelek, emosi dan spiritual
secara terpadu. Suatu perpaduan berpikir Islami (aqliyah Islamiyah)-cara
berpikir dengan landasan Islam dan menjadikan Islam sebagai satu-satunya
standar pemikiran, dan dengan sikap Islami (nafsiyah Islamiyah) sikap jiwa
dan kecenderungan berpedoman kepada Islam dalam standar pemuasan semua
keperluan manusia.
54
Al-Ghazali menasehati para pendidik agar memiliki sifat-sifat sebagai
berikut.
1. Mempunyai rasa kasih sayang pada anak didik.
2. Tidak mengharapkan balas jasa ataupun ucapan terima kasih, tetapi
hendaklah mengajar dengan maksud mencari keridlaan Allah swt. Dan
mendekatkan diri kepada-Nya.
3. Mencegah anak didik dari akhlak yang tidak baik.
4. Supaya memperhatikan tingkat akal pikiran anak didik dan berbicara kepada
mereka sesuai dengan tingkat akal pikirannya.
5. Jangan memperlihatkan adanya kontrakdiksi antara perkataan dengan
perbuatan.
6. Berikan nasehat kepada anak didik dalam setiap kesempatan.
7. Jangan menimbulkan rasa benci pada murid mengenai suatu cabang ilmu. 73
Al-Abrasyi dalam Armai menyatakan bahwa guru dalam Islam
sebaiknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
1. Juhud, tidak mengutamakan materi, mengajar dilakukan karena mencari
keridlaan Allah.
2. Bersih jasmani dan rohani.
3. Sesuai antara perkataan dan perbuatan.
4. Bijaksana.
5. Tidak malu mengakui ketidak tahuan.
6. Sabar, rendah hati, pemaaf, berkepribadian baik, bersifat kebapakan.
7. Mengetahui karakter anak didik.
8. Ikhlas dalam pekerjaan.
9. Menguasai mata pelajaran.74
73
DR. Armai Areif, M.A, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta:
Ciputat Press, 2002)h. 73.
74
DR. Armai Areif, M.A, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta:
Ciputat Press, 2002)h. 73.
55
Sementara itu Mahmud Yunus menghendaki sifat-sifat guru muslim
sebagai berikut.
1. Menyayangi muridnya.
2. Selalu memberi nasehat kepada muridnya dengan bijak.
3. Guru tidak boleh merendahkan pelajaran lainnya yang tidak diajarkannya.
4. Hendaklah guru mengajak murid-muridnya supaya berpikir dan berijtihad,
dan tidak semata-mata menerima materi yang disampaikan oleh guru.
5. Hendaklah guru mengajarkan murid mula-mula dengan bahan pelajaran yang
mudah dan banyak terjadi di masyarakat.
6. Memperlakukan murid dengan adil. 75
Dari pemaparan di atas menunjukkan bahwa menjadi pendidik tidaklah
mudah, sebab pendidik atau guru memegang peranan yang sangat penting
dalam proses pendidikan. Pertanggung jawaban hasil pendidikan terletak di
tangan pendidik.
Berbicara tentang perbaikan kinerja guru atau pengembangan
profesionalisme khususnya Guru Pendidikan Agama Islam, tidak bisa dilepaskan
dari tugas pokok (tupoksi) utama dan berbagai tanggung jawab guru yang terkait
lainnya. Tugas dan tanggung jawab guru meliputi banyak hal, yaitu guru dapat
berperan sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan
belajar, perencana pembelajaran, supervisor, motivator, evaluator, inovator,
serta tugas lainnya yang terkait dengan statusnya sebagai guru pendidikan
agama Islam.
Untuk memenuhi tuntutan kinerja guru yang baik, maka pembinaan
profesionalisme guru menjadi sebuah keniscayaan. Ketika hal ini dihindari maka
peningkatan mutu pendidikan yang diharapkan tidak akan terwujud.
Kompetensi profesional merupakan kompetensi yang berkaitan langsung
dengan ketrampilan mengajar, penguasaan terhadap materi pelajaran dan
penguasaan penggunaan metodologi pengajaran serta termasuk didalam
kemampuan menyelenggarakan administrasi sekolah, inilah keahlian khusus
yang harus dimiliki oleh guru yang profesional yang telah menempuh
pendidikan khusus keguruan.
75
Armai Areif, M.A, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta:
Ciputat Press, 2002)h. 74.
56
Guru yang berkualifikasi profesional yaitu guru yang tahu secara
mendalam tentang apa yang diajarkan, cakap dalam cara mengajarkan secara
efektif serta efisien dan guru tersebut berkepribadian yang mantap.
Pada umumnya orang memberi arti sempit terhadap pengertian
profesional. Profesional sering diartikan sebagai suatu ketrampilan teknis yang
dimiliki seseorang. Misalnya seorang guru dikatakan profesional bila guru itu
memiliki kualitas mengajar yang tinggi. Padahal profesional mengandung
makna yang lebih luas dari hanya berkualitas tinggi dalam hal teknis.
Profesional mempunyai makna ahli, tanggung jawab, baik tanggung jawab
moral dan memiliki rasa kesejawatan.
Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja di tuntut melaksanakan
tugasnya secara profesional, tapi juga harus memliki pengetahuan dan
pengetahuan profesonal. Dalam diskusi pengembangan model pendidikan
profesional tenaga kependidikan, yang diselenggarakan oleh Program
Pascasarjana (PPs) IKIP Bandung , di rumuskan 10 ciri suatu profesi.
1. Memiliki fungsi dan signifikasi sosial.
2. Memliki keahlian dan ketrampilan tertentu.
3. Keahlian atau ketrampilan diperoleh dengan menggunakan teori dalam
metode ilmiah.
4. Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas.
5. Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama.
6. Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesionalis.
7. Kebebasan untuk memberikan Judgemen dalam memecahkan masalah
dalam lingkup kerjanya
8. Memiliki tanggung jawab profesional dan otonomi.
9. Ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan profesinya. 76
76
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek,
(Bandung; Remaja Rosdakarya, 1999), h.191.
57
Apabila tugas tersebut dilimpahkan kepada orang yang bukan ahlinya
maka tidak akan berhasil bahkan akan mengalami kegagalan, sebagaimana sabda
nabi Muhammad SAW:
) ( .
Apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka
tunggulah kehancurannya.77
77
Imam Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail Bin Ibrohim Bin Mughiroh Bardizah Al-
Bukhori Al-Jafi, Shahih Bukhori, Juz 1, (Beriut-libanon; Dar-al kutb al Ilmiah, 1992), h 26.
58
Kemampuan atau profesionalitas guru (termasuk guru agama) menurut
Mohammad Usman meliputi hal-hal berikut ini.
1. Menguasai landasan kependidikan
a. Mengenal tujuan pendidikan Nasional untuk mencapai tujuan
b. Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat
c. Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan
dalam proses belajar mengajar.
2. Menguasai bahan pengajaran
a. Mengusai bahan pengajaran kurikulum pendidikan, pendidikan dasar dan
(menengah)
b. Mengusai bahan pengayaan
3. Menyusun program pengajaran
a. Menetapkan tujuan pembelajaran
b. Memiliki dan mengembangkan bahan pembelajaran
c. Memiliki dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai
d. Memilih dan memanfaatkan sumber belajar
4. Melaksanakan program pengajaran
a. Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat
b. Mengatur ruangan belajar
c. Mengelola intraksi belajar mengajar
5. Menilai hasil belajar mengajar yang telah dilaksanakan
a. Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran
b. Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.78
59
Kelima, diciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Dalam hal ini di
lakukan guru dengan cara belajar yang punya rasa persahabatan, punya humor,
pengakuan keberadaan siswa dan menghindari celaan dan makian. Keenam,
Mengadakan persaingan sehat melalui hasil belajar siswa. Dalam persaingan ini
dapat diberikan pujian, ganjaran ataupun hadiah.
Sejalan dengan kutipan di atas, maka profesionalitas guru motivasi siswa
untuk sukses dalam belajar akan terlihat dengan kemampuan di dalam intraksi
belajar mengajar yang muncul indikator penggunaan metode dan media yang
bervariasi, pemilihan bahan yang menarik minat, pemberian kesempatan untuk
sukses, penyajian suasana belajar mengajar yang menyenangkan dan juga
pengadaan persaingan sehat.
Beberapa pendapat menjelaskan tentang kompotensi guru agama Islam
dalam rangka motivasi siswa antara yaitu:
1. Penggunaan metode dan media yang bervariasi.
Di dalam interaksi belajar mengajar tidaklah kita temui selamanya
berjalan dengan sukses, tetapi pasti ada hal-hal yang menyenangkan siswa
merasa bosan mengikuti pelajaran sehingga materi yang disampaikan oleh guru
dapat dipahami dan dikuasainya secara optimal. Salah satu yang menyebabkan
timbulnya kebosanan siswa dalam belajar adalah penggunaan metode dan media
yang menoton. Jadi jika terdapat di antara siswa menentang pelajaran yang
diberikan maka salah satu sebabnya adalah masalah metode dan media yang di
pergunakan guru tidak sesuai dengan materi yang disampaikan.
Misalnya seorang guru hanya menggunakan satu macam metode dan
media dalam berbagai materi pelajaran, siswapun akan merasa bosan dan tidak
mengikuti pelajaran sebagaimana yang diiginkan. Oleh sebab itu suksesnya
intraksi belajar mengajar harus dibarengi dengan metode dan media yang
bervariasi agar menghasilkan pembelajaran sebagaimana harusnya. Dengan
demikian penggunaan metode dan media yang bervariasi adalah salah satu
pendorong bagi siswa.
60
2. Memilih bahan yang menarik minat belajar siswa
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian
siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menatap pada diri
seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat
seseorang akan melakukan suatu yang diminatinya. Sebaliknya tampa minat
seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.
Sejalan dengan kutipan di atas sepatutnya seorang guru berusaha untuk
menarik minat belajar siswa, walaupun pada kenyataannya tidak semua materi
yang disampaikan oleh guru disukai siswa. Tetapi disinilah tugas guru
memahami sifat, mental, minat dan kebutuhan siswa agar dia bisa memberikan
bimbingan dan pelajaran dengan sebaik-baiknya untuk menarik minat siswa.
Beberapa cara membangkitkan minat belajar siswa, yaitu :
a. Mengajar dengan cara menarik.
b. Mengadakan selingan yang sehat.
c. Menggunakan alat peraga
d. Sedapat mungkin mengurangi / menghilangkan sesuatu yang menyebabkan
perhatian yang tak perlu.
e. Dapat menunjukkan kegunaan bahan pelajaran yang di berikan
f. Berusaha mengadakan hubungan antara apa yang sudah ada diketahui murid
dengan yang akan diketahuinya
3. Memberikan sasaran antara, seperti ujian semester, ujian tengah semester,
ulangan harian dan kuis.
Pengetahuan yang tidak adanya pengujian akan mudah hilang dan tidak
akan menetap dalam ingatan. Tetapi pengetahuan yang sering di ulang-ulang
akan menjadi pengetahuan dan dapat digunakan. Maka pada waktu intraksi
belajar mengajar guru hendaknya sering mengadakan ulangan yang teratur, agar
bahan pelajaran yang di ajarkan itu benar-benar dimiliki murid dan siap
digunakan.
Ulangan harian atau kuis diadakan apabila :
a. Sebagian besar murid-murid tidak mengerjakan tugas yang diberikan
b. Pelajaran yang lampau telah dilupakan
61
c. Jika mungkin sebelum pelajaran dimulai. Sedangkan ulangan tengah semester
dan semester diadakan pada waktu sebelum libur.
3.Ulangan harian dan kuis diadakan oleh guru saat berlangsungnya
proses belajar mengajar dengan tujuan sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses belajar mengajar.
b. Untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya dan proses belajar mengajar
dengan baik
Oleh sebab itu, tujuan ulangan harian atau kuis untuk perbaikan proses
belajar mengajar, maka sebagian guru hendaknya memiliki kebesaran hati
mencari kekurangannya dalam proses belajar mengajar seperti metodologi,
didaktik, motivasi dan penguasaan terhadap bahan yangt diajarkan. Dengan
demikian termasuk juga tujuan ulangan harian atau kuis untuk merangsang
siswa agar lebih rajin belajar dan sekal;igus mengetahui bagian-bagian materi
yang belum dikuasainya. Sedangkan ujian semester untuk mengukur
keberhasilan belajar siswa ataupun kelulusan naik kelas atau tidak.
4. Pemberian kesempatan untuk sukses
Pemberian kesempatan untuk sukses adalah pemberian soal kepada siswa
sesuai dengan kemampuannya. Sebagai guru hendaknya memahami bahwa
murid / siswa tidaklah semua punya kesamaan tingkat pengetahuannya, dimana
sebagian ada yang pintar, ada yang sedang dan ada pula yang bodoh. Mengenai
pemberian soal kepada siswa Thoha mengatakan:
Pemberian soal haruslah tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah,
karena bilamana soal memiliki tingkat kesukaran yang maksimal maka murid /
siswa yang punya intlegensi dibawah sedang mungkin kesukaran dan tidak
mampu menjawab secara optimal yang akhirnya tidak pernah merasa sukses
dalam belajar, artinya tidak ada kesempatan untuk sukses.79 Jadi dengan
berpedoman kepada kutipan di atas dapat dipahami bahwa soal yang diberikan
guru mestinya jangan terlalu mudah, karena tidak ada nantinya pembeda yang
pandai, yang sedang yang bodoh, jangan pula terlalu payah karena ada nantinya
79
M. Habib Toha, Tehnik Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),
h.47.
62
siswa yang tidak pernah mendapatkan kesempaan untuk sukses, yang
memungkinkan motivasi belajar tidak timbul. Akhirnya tidak mampu
memahami pelajaran, dan malas untuk mengikuti intraksi belajara mengajar.
5. Penyajian suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
Siswa lebih senang melanjukan belajarnya jika kondisi pengajaran
menyenangkan. Jadi dengan guru harus berusaha semaksimal mungkin didalam
intraksi belajar mengajar dalam rangka memberikan motivasi bagi siswa agar
mereka bergiat terus belajar dan mencapai tujuan. Cara untuk menyenangkan
siswa dalam belajar adalah:
a. Usahakan jangan mengulangi hal-hal yang mereka ketahui, sebab mereka
jenuh.
b. Suasana fisik kelas jangan membosankan Hindarkan dari prustasi, seperti
pertanyaan yang tak masuk akal.
c. Hindarkan suasana kelas yang bersifat emosional sebagai akibat adanya
kontak personal.
d. Siapkan tugas-tugas yang menantang selama diselenggarakan intraksi belajar
mengajar.
e. Berikan siswa pengetahuan tentang hasil-hasil yang telah di capai masing-
masing siswa.
f. Berikan ganjaran yang pantas terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh
siswa.
6. Mengadakan persaingan sehat
Persaingan, sebenarnya adalah berdasarkan kepada dorongan untuk
kedudukan dan penghargaan. Kebutuhan akan kedudukan dan penghargaan
adalah merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan. Oleh karena itu persaingan dapat menjadi tenaga pendorong
yang sangat besar bagi perkembagan belajar siswa. Persaingan dalam rangka
memotivasi belajar siswa dapat dilakukan guru dalam bentuk bermacam mata
pelajaran. Dan pada biasanya persaingan secara sehat yang diadakan guru selalu
diikuti dengan ganjaran seperti pemberian hadiah ataupun pujian, sesuai dengan
63
bentuk dan tingkat persaingan sehat itu ada hal-hal yang perlu diperhatikan
sebagaimana berikut ini :
a. Persaingan jalan terlalu intensif, sebab akan mengakibatkan hal-hal negatif,
seperti anak yang lemah akan merasa dirinya tidak mampu dan putus asa.
b. Persaingan harus diadakan dalam suasana yang jujur, yang sportif.
c. Semua anak ikut bersaing hendaknya mendapat penghargaan, baik yang
menang maupun yang kalah.
d. Hendaknya persaingan itu berjenis-jenis, agar yang menang tidak itu-itu saja.
Dengan demikian jika persaingan tersebut dilaksanakan dengan adanya
aturan-aturan sebagaimana yang di atas, maka persaingan itu akan jadi
persaingan sehat yang merupakan motivasi yang berperan untuk belajar siswa.
Di mana dengan motivasi tersebut siswa-siswa berlomba memahami dan
menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan belajar sehingga mencapai hasil
yang memuaskan. Bila profesionalitas guru yang memiliki indikator seperti
diatas direalisasikan di dalam intraksi belajar mengajar maka siswa akan aktif
mengikuti intraksi belajar mengajar, menyelesaikan tugas tugas dengan penuh
kesadaran, mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru. Pada kondisi
yang seperti itu maka kesuksesan belajar dapat tercapai secara maksimal.
Kedudukan guru yang diyakini sangat strategis, yaitu : 1. Agen
pembaharuan, 2 Berperan sebagai fasilitator yang menciptakan kondisi belajar
dalam diri anak, 3 Bertanggung jawab atas terciptanya hasil belajar subjek didik,
4 Sebagai contoh teladan, 5. Bertanggung jawab secara profesional
meningkatkan kemampuannya, 6 Menjunjung tinggi kode etik professional.80
Menurut Bestor dalam Syafaruddin kualifikasi utama profesi yaitu :
(1) Memiliki ilmu pengetahuan yang luas dalam bidang yang dikerjakan, (2)
Memiliki kemampuan dan keterampilan dalam melaksanakan pekerjaannya yang
sesuai, bidangnya, (3) Memiliki karakter atau kepribadian yang membuatnya
dihargai, dibanggakan dan diterima kliennya. 81
80
Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran,(Jakarta: Quantum
teaching, 2005), h.83.
81
Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran,(Jakarta: Quantum
teaching, 2005), h.98.
64
Penulis menyimpulkan karakteristik profesi: Pertama jabatan yang
memerlukan pendidikan yang panjang dan menyangkut pengetahuan dan
keterampilan khusus.
Kedua sistem ujian yang berkaitan dengan kemampuan teoritis dan
praktek sehingga benar-benar memiliki otoritas dan kewenangan dalam
tugasnya,ketiga organisasi profesi yang memelihara kepentingan, mutu dan
kewenangan profesi, selanjutnya adanya kode etik dan sumpah jabatan yang
menjadi pegangan anggota profesi dalam bertugas, dan terakhir adanya standar
pengetahuan dan keterampilan khusus yang terus dipelihara, dan dikembangkan.
Keprofesionalan guru (guru yang memiliki kompetensi) saat ini dapat
diukur dengan beberapa kompetensi dan berbagai indikator yang
melengkapinya, tanpa adanya kompetensi dan indikator itu maka sulit untuk
menentukan keprofesionalan guru. Elliot dan Dwecked dalam Scultheiss dan
Brunstein.82 Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan
atau kecakapan.83
Padanan kata yang berasal dari bahasa Inggris ini cukup banyak dan yang
lebih relevan dengan pembahasan ini adalah proficiency and ability yang
memiliki arti kurang lebih sama yaitu kemampuan.
82
Scultheiss dan Brunstein, An Implicit Motive Perspective on Competence, dalam
Elliot dan Dweck, Handbook Competence and Motivation, (New York: The Guilford Press,
2005), h. 42.
83
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Guru, (Bandung; Remaja
Rosdakarya, 2000), h 229
84
Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi dalam Belajar (Jakarta: Rajawali Press, 2007)
. h.133
65
Keberhasilan pengajaran yang dilakukan oleh guru PAI tergantung pada
penguasaan terhadap kompetensi- kompetensi tersebut. Jika guru dapat
mengelola kelas dengan baik peserta didik akan belajar dengan baik, akhlak
yang mulia, akan menambah motivasi belajar peserta didik. Dengan demikian
seterusnya keberhasilan proses pengajaran PAI tergantung pada kemampuan
penguasaan kompetensi guru PAI dan sebaliknya.Kompetensi merupakan
perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Tabel 2.1
Kompetensi Guru menurut Muhibinsyah85
Ragam Dan Elemen Kompetensi
85
Muhibinsyah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung; Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 236
86
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2003),
h. 97
66
Berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat para ulama tentang
kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh guru pendidikan agama Islam:
1. Menurut Al Ghazali; mencakup a). Menyajikan pelajaran dengan taraf
kemampuan peserta didik, b). Terhadap peserta didik yaang kurang mampu,
sebaiknya diberi ilmu-ilmu yang global dan tidak detail.
2. Menurut Abdurrahman al-Nahlawy; meliputi a). Senantiasa membekali diri
dengan ilmu dan mengkaji serta mengembangkannya, b). Mampu
menggunakan variasi metode mengajar dengan baik, sesuai dengan
karekteristik materi pelajaran dan situasi belajar mengajar, c). Mampu
mengelola peserta didik dengan baik, d). Memahami kondisi psikis dari
peserta didik, e). Peka dan tanggap terhadap kondisi dan perkembangan
baru.
3. Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrosyi; mencakup, a). Pemahaman
tabiat, minat, kebiasaan, perasan dan kemampuan peserta didik, b).
Penguasaan bidang yang diajarkan dan bersedia mengembangkannya
4. Menurut Ibnu Taimiyah; Mencakup a). Bekerja keras dalam menyebarkan
ilmu, b). Berusaha mendalami dan mengembangkan ilmunya
5. Menurut Brikan Barky Al Qurasyi; meliputi a). Penguasaan dan pendalaman
atas bidang ilmunya, b). Mempunyai kemampuan mengajar, c). Pemahaman
terhadap tabiat, kemampuan dan kesiapan peserta didik. 87
67
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah
untuk kepentingan anggota dan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum
tujuan mengadakan kode etik guru adalah untuk menjunjung tinggi martabat
profesi, untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya, untuk
meningkatkan pengabdian para anggota profesi, untuk meningkatkan mutu
profesi dan mutu organisasi profesi.90
Menurut Imam Al-Ghazali, sebagaimana yang dikutip oleh Muhaimin
bahwa kode etik dan tugas guru sebagai berikut: 1). Kasih sayang kepada peserta
didik dan memperlakukannya sebagaimana anaknya sendiri, 2). Meneladani
rasullullah sehingga jangan menuntut upah, imbalan maupun penghargaan, 3).
Hendaknya tidak memberi predikat/martabat kepada peserta didik sebelum ia
pantas dan kompeten untuk menyandangnya, dan jangan memberi ilmu yang
samar (al-ilm al-khafy) sebelum tuntas ilmu yang jelas (al-ilm al-jali) 4).
Hendaknya mencegah peserta didik dari akhlak yang jelek, 5). Guru yang
memegang bidang studi tertentu sebaiknya tidak meremehkan bidang studi lain,
6). Menyajikan pelajaran sesuai dengan taraf kemampuan peserta didik, 7).
Dalam menghadapi peserta didik yang kurang mampu sebaiknya diberi ilmu-
ilmu yang global dan tidak perlu menyajikan detailnya, 8) Guru hendaknya
mengamalkan ilmunya, dan jangan sampai ucapannya bertentangan dengan
perbuatannya.91
Kompetensi mengakar kepada konsep sebagai keterampilan, dan
kemampuan seseorang yang berkembang untuk tingkat efektivitas dalam
transaksi dengan lingkungan dan untuk keberhasilan tindakan/kinerja seseorang.
Kemudian dapat pula didefinisikan bahwa kompetensi adalah sebagai kondisi
atau kualitas efektivitas, kemampuan, kecakapan atau keberhasilan.92
90
Sortjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta; Rineka Cipta, 1999), h. 30
91
Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam., (Bandung: Trigenda, 1993) h. 95
92
Elliot dan Dweck, Handbook Competence and Motivation, (New York: The Guilford
Press, 2005), h. 5
68
1. Pengetahuan (Knowledge); kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya
seorang guru mengetahui cara melakukan identfikasi kebutuhan belajar, dan
bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan
kebutuhan.
2. Pemahaman (Understanding); yaitu kedalaman kognitif, dan efektif yang
dimiliki oleh individu, misalnya seorang guru yang akan melaksanakan
pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik
dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara
efektif dan efesien.
3. Kemampuan (Skill); adalah sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan
tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.misalnya kemapuan guru
dalam memiliki dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi
kemudahan belajar kepada peserta didik.
4. Nilai (Value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara
psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku
guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokrasi dan lain-lain).
5. Sikap (Attitude); yaitu perasaan atau reaksi terhadap sesuatu rangsangan
yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan
terhadap kenaikan upah.
6. Minat (Interest); adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu
perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu. 93
93
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung; Remaja Rosdakarya,
2002), h. 37
94
Kusnandar, Guru Profesional Impelemtasi KTSP dan Persiapan Menghadapi
Sertifikasi Guru, (Jakarta: Rajagrafindo Perasda, 2007), h. 55
95
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, (Bandung; Pustaka Setia, 2002), h. 30
69
Ada 10 kemampuan dasar bagi guru profesional menurut P3G (Proyek
Pembinaan Pendidikan Guru), yaitu:
1. Menguasai bahan
2. Mengelola program belajar mengajar
3. Mengelola kelas
4. Menggunakan media atau sunber
5. Menguasai landasan-landasan kependidiakan
6. Mengelola interaksi belajar mengajar
7. Menilai prestasi siswa untuk kependidikan pengajaran
8. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan penyuluhan
9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
10. Memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna
keperluan pengajaran 96
96
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta; Grasindo, 2002), h. 37
97
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2002), h.
98
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta;
Bumi Aksara, 2002), h. 38
70
Menurut Porter dalam Mukhtar sebagaimana yang dikutip oleh Karl Tan
Beng San, bahwa tenaga profesional yang akan mampu menghadapi persaingan
dunia global dalam era milinium ini sekurang-kurangnya memiliki lima
karakteristik ketrampilan, yaitu:
1. Memiliki ketrampilan dasar (basic skill)
2. Menguasai ketrampilan khusus (spesialisasi)
3. Menguasai ketrampilan komputer
4. Menguasai ketrampilan bahasa asing
5. Menguasai kertampilan manajerial dan kepemimpinan.99
"Kompetensi-kompetensi yang meliputi keprofesionalan guru
(berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen),
dapat dilihat dari empat kompetensi, yaitu: 1. Kompetensi Pedagogik, 2.
Kompetensi kepribadian, 3. Kompetensi professional, 4. Kompetensi social".100
Keempat komptensi ini memiliki indikator-indikator tertentu yang memberikan
jaminan bahwa keempatnya dapat dilaksanakan dan terukur secara kuantitatif
dan kualitatif, dengan indikator sebagai berikut.
1. Kompetensi pedagogic: Kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran
peserta didik, indikatornya: a) Pemahaman wawasan atau landasan
kependidikan, b) Pemahaman terhadap peserta didik, c) Pengembangan
kurikulum/silabus, d) Pemahaman terhadap peserta didik, e) Perancangan
pembelajaran, f) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, g)
Pemanfaatan teknologi pembelajaran, h) Evaluasi proses dan hasil belajar,
dan, i) Pengembangan peserta didik.
2. Kompetensi kepribadian; pemilikan sifat-sifat kepribadian, indikatornya: a)
Berakhlak mulia, b) Arif dan bijaksana, c) Mantap, d) Berwibawa, e) Stabil,
f) Dewasa, e) Jujur, f) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat,
g) Secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan, h) Mau dan siap
mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
99
Mukhtar, Desain Pembelajaran,Pendidikan Agama Islam, (Jakarta; Misaka Galita,
2003), h. 81-82
100
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta:
Penerbit Widyatama, 2003).
71
3. Kompetensi profesional; kemampuan dalam menguasai pengetahuan bidang
ilmu, teknologi, dan/atau seni yang diampunya, indikatornya:
a. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi program
satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran
yang akan diampunya
b. Konsep-konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang
relevan yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program
satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran
yang akan diampu.
4. Kompetensi sosial; dengan indikatornya: a) Berkomunikasi lisan, tulisan,
dan/atau isyarat, b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi
secara fungsional, c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orangtua/wali
peserta didik, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta system nilai yang berlaku, dan, d) Menerapkan
prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
Keempat kompetensi profesional yang seharusnya melekat dalam diri
para guru itu, bukanlah sesuatu yang mudah untuk diterapkan jika tidak ada
kemauan dari berbagai pihak, terutama guru itu sendiri. Namun, hal itu akan
menjadi mudah diterapkan, jika kemauan dari berbagai pihak, terutama guru itu
sendiri memiliki komitmen untuk mencapai keprofesionalan, Pelatihan sebagai
bagian dari tanggung jawab kepada diri sendiri, kepada peserta didik, kepada
pemangku kepentingan, dan yang tak kalah pentingnya, adalah tanggung jawab
kepada Allah SWT, yang telah memberikan amanah kepada setiap guru untuk
dapat melaksankan tugas dan fungsi sebagai pendidik, pengajar, pembimbing,
dan pelatih.
Empat kompetensi utama dan sub kompetensinya mutlak dimiliki oleh
guru karena guru berkedudukan sebagai tenaga profesional. Dia memiliki
tanggung jawab yang tidak ringan juga kewajiban-kewajiban lainnya, yang
harus dipegang dan dijalankan sesuai dengan aturan yang telah ada.
72
Guru sebagai jabatan professional memerlukan pendidikan lanjutan dan
latihan khusus (advanced education and special training). Dalam konteks ini
guru sebagai jabatan professional seperti dokter dan lawyer memerlukan
pendidikan pasca sarjana.101
Dalam memajukan jabatan guru sebagai jabatan profesional, kita belum
sepenuhnya menganut pendidikan profesional seperti yang dianut oleh jabatan
profesional lainnya yang lebih tua seperti dokter. Namun dengan adanya
Direktorat Jendral peningkatan mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan yang
khusus menangani urusan mutu pendidikan dan keguruan, peluang untuk menuju
ke arah profesionalitas jabatan guru dan pengelolaan pendidikan semakin
terbuka.102
101
Kusnandar, Guru Profesional, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h.49.
102
Kusnandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Satuan Pendidikan KTSP)dan
Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. h.49.
73
Joyce menulis bahwa program komprehensif pengembangan profesional
hendaknya memenuhi tiga fungsi, yaitu sebagai acuan untuk melaksanakan
kegiatan pelatihan dalam jabatan yang cocok bagi guru, sebagai bekal bagi
sekolah untuk meningkatkan kualitas program-programnya, dan menciptakan
suasana atau kondisi yang memungkinkan guru untuk sebisa mungkin
mengembangkan potensinya secara optimal.
Pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru (P3KG) meliputi
pembinaan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional. Pembinaan dan pengembangan karir meliputi
penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Kegiatan pembinaan dan
pengembangan ini bisa dijalankan melalui prakarsa pemerintah, pemerintah
daerah, penyelenggara pendidikan, asosiasi guru, juga bisa melalui inisiatif guru
itu sendiri.
103
Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber daya Manusia, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h.30-33.
74
Semakin jelas bahwa pendidikan seseorang berimplikasi terhadap ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya, sebab pendidikan merupakan
upaya alih ilmu pengetahuan dan keterampilan dari seseorang atau kelompok
kepada seseorang atau kelompok lain. Sehingga untuk menjadi guru yang
profesional disamping memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan mengajar juga
yang paling utama adalah menguasai ilmu keguruan sebagai ilmu yang dapat
menunjang profesinya sebagai guru.
Untuk menjawab tantangan perkembangan sejajalan dengan dunia
pendidikan, guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun
luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Menurut Uzer Usman bahwa tugas guru
dapat dikelompokkan menjadi tiga unsur yaitu tugas dalam bidang profesi, tugas
kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. 104 Guru merupakan
profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. jenis pekerjaan ini tidak
dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang kependidikan. tugas guru
sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Menurut Usman Mengajar
berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan
105
siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat
menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati
sehingga ia menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seseorang guru
dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia
tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswanya.
Para siswa akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik. Oleh karena itu
guru sebagai pendidik harus dapat memberikan contoh, harus dapat memberikan
pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik. 106
104
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2003), h.6.
105
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2003), h.7.
106
Setjipto dan Raflis Kosasi , Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.50.
75
Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan yaitu bahwa guru bertugas
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa menuju pembentukan manusia
seutuhnya.
Hal ini karena masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih
terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat
dapat memperoleh ilmu pengetahuan.107 Oleh karena itu sejalan dengan
perkembangan dunia pendidikan guru hendaknya memenuhi tugas keguruannya
yaitu sebagai pendidik, pengajar dan pelatih. Dalam organisasi pendidikan
sumber daya manusia didalamnya harus selalu dikembangkan sehingga mampu
menghadapi tantangan dunia pendidikan yang semakin kompleks.
Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu keharusan, karena
sumber daya manusia merupakan tulang punggung penggerak kegiatan. Begitu
juga dengan guru dan profesinya. Dengan kata lain bahwa pengembangan
profesionalitas guru mutlak diperlukan. Pengembangan profesional guru tersebut
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan sosial dalam rangka meningkatkan
kemampuan sistem pendidikan yang efisien dan manusiawi serta melakukan
adaptasi untuk penyusunan kebutuhan-kebutuhan sosialyang terkait langsung
dengan kepedulian kemasyarakatan guru di tempat mereka berdomisili.
Pengembangan profesionalitas guru dapat dilakukan dengan cara: 1.
Pembinaan guru melalui supervisi, 2. Pengembangan karir guru, 3. Peningkatan
kualifikasi akademik guru, dan 4. Peningkatan kompetensi guru.108 Di dalam
upaya peningkatan profesionalisme guru oleh pemerintah lembaga pendidikan,
dan guru itu, harus sikron antara pemerintah dengan lembaga-lembaga
pendidikan maupun guru itu sendiri. Lahirnya UU No. 14 Tahun 2005
merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan mutu guru, sekaligus
diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Di dalam UU ini
diamanatkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
107
Setjipto dan Raflis Kosasi , Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.50
108
Dadang Iskandar dan Sulipan, pengembangan Profesi Guru (Bahan Ajar PLPG),
(bandung: Universitas Pasundan, 2011), h.32.
76
Kebijakan prioritas dalam rangka pemberdayaan guru saat ini adalah
meningkatkan kualifikasi, peningakatan kompetensi, sertifikasi guru, tunjangan
guru, dan maslahat tambahan. H.L Wilensky mengemukakan lima langkah untuk
memprofesionalkan suatu pekerjaan.
1. Memunculkan suatu pekerjaan yang penuh waktu atau full-time bukan
pekerjaan sambilan. Menjadikan suatu pekerjaan yang sedang dilaksanakan
sebagai suatu pekerjaan utamanya.
2. Menetapkan sekolah sebagai tempat menjalani proses pendidikan atau
pelatihan.
3. Mendirikan asosiasi profesi, misalnya Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI) asosiasi profesi untuk guru.
4. Melakukan agitasi secara politis untuk memperjuangkan adanya perlindungan
hukum terhadap asosiasi perhimpunan tersebut. PGRI, misalnya, mempunyai
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) yang pendiriannya dimaksudkan untuk
memberikan perlindungan terhadap guru, sayangnya saat ini LBH PGRI tidak
pernah terdengar lagi.
5. Mengadopsi secara formal kode etik yang ditetapkan. Kode etik merupakan
norma-norma yang menjadi acuan seorang penyandang pekerjaan profesional
dalam bekerja.109
Ada beberapa preposisi untuk meningkatkan mutu pengembangan
profesional yaitu sebagai berikut.
1. Tugas-tugas atau kegiatan pendidikan dalam jabatan yang berkelanjutan
dapat mengembankan kompetensi profesional secara reguler, meningkatkan
mutu sekolah, dan memperkaya khasanah kehidupan individual guru.
2. Ada banyak bentuk pendidikan dalam jabatan yang dapat menampung
tujuan-tujuan itu. Persyaratan ini membutuhkan kondisi yang berbeda bagi
penghantaran yang efektif.
3. Banyak hasil penelitian bidang pendidikan dalam jabatan yang bermutu.
Sesungguhnya metode-metode pelatihan yang dianjurkan dan diyakini
109
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, (Bandung; Pustaka Setia, 2002), h. 28-29
77
sangat efektif telah banyak pula, tetapi hingga saat ini belum sepenuhnya
diterapkan dalam sistem pendidikan dalam jabatan.
4. Latihan meneliti akan mendorong guru untuk menemukan pengembangan
profesional, model dan keterampilan mengajar. Hal ini lebih menentukan
daripada kondisi-kondisi kekuatan yang dikreasi.
5. Hambatan-hambatan dalam mengaplikasikan pengalaman menuntut adanya
perluasan kegiatan pelatihan secara besar-besaran bagi guru.
6. Bagaimanapun juga guru dapat menjadi peserta pelatihan yang lebih efektif
daripada peserta lainnya sehingga banyak staf sekolah yang mempunyai
kemampuan mengajar, termasuk mengajar orang dewasa lainnya.
7. Barangkali banyak sumber pengembangan yang secara potensial efektif
menjadi lemah atau salah digunakan saat ini.
8. Ekologi sekolah berbeda secara luas dan membangun kombinasi-kombinasi
yang sangat berbeda dari pilihan-pilihan stafnya. Pada berbagai situasi yang
ada, suasana produktif yang memungkinkan setiap orang untuk melakukan
aktivitas-aktivitas pengembangan dengan kata lain penerapan konversi.
9. Ada perbedaan besar di dalam keluasan, yang individu-individunya
mengambil keuntungan secara berbeda dari peluang-peluang yang ada
dalam lingkungan mereka. Orang-orang yang berpartisipasi secara aktif
dalam satu jenis pengembangan staf cenderung mengerjakan pekerjaan
lainnya secara baik, dan mempunyai sikap yang favorabel menghadapi
pilihan yang ditawarkan. Dengan kata lain, kebanyakan orang yang aktif
cenderung lebih aktif menyeberang ke luar, dan merasa lebih tampil
percaya diri.
10. Kolaborasi pemerintahan negara bagian dengan sekolah dan personel atau
tokoh masyarakat sangat esensial. Kepala, guru, dan anggota masyarakat,
personel universitas, dan asisten teknis, semuanya muncul menjadi vital
bagi usaha membangun lingkungan yang favorabel dan keterlibatannya
sangat krusial.110
110
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, (Bandung; Pustaka Setia, 2002), h. 62-63
78
Sutisna dalam Dadang, mengemukakan kegiatan penataran yang dilakukan
untuk upaya pengembangan profesionalisme guru harus dilakukan dengan
menggunakan prinsip berikut ini.
1. Program penataran hendaknya ditunjukkan pada peningkatan perbuatan
profesional.
2. Program penataran hendaknya ditandai dengan suasana pemeriksaan
profesional.
3. Program penataran hendaknya mendatangkan keterlibatan aktif dengan
masalah-masalah penting dalam suasana bebas ketentraman psikologis.
4. Program hendaknya menyediakan kesempatan bagi kegiatan individual dan
kelompok dua-duanya.
5. Walaupun program penataran hendaknya meliputi program-program yang
bersifat pelajaran atau latihan mempersiapkan satuan pelajaran serta alat
bantu pengajaran yang rutin, kegiatan-kegiatan yang disebut pertama
hendaknya lebih dipentingkan daripada yang kedua.
6. Program penataran hendaknya tidak diselenggarakan melalui surat perintah
administratif dan implikasi yang diikat pada suatu rencana atau sistem
penyesuaian gaji hendaknya dihindarkan.
7. Program penataran hendaknya meliputi prosedur bagi evaluasi. 111
Jika program pengembangan profesional dapat berjalan secara efektif,
eksistensi pendidikan nasional sebagai proses peningkatan kualitas sumber daya
manusia (SDM) Indonesia menuju insan yang beragama, berbudaya dan mandiri
sebagai pribadi-sosial dan pribadi ekonomi, dapat dinyatakan dan diakui.
Upaya untuk mewujudkan profesionalitas guru pada hakekatnya bukan
hanya tanggung jawab guru sendiri, melainkan menjadi tanggung jawab bersama
dari semua pihak yang terkait, terutama pimpinan lembaga, pemerintah, orang
tua, dan masyarakat luas.
111
Dadang Iskandar dan Sulipan, pengembangan Profesi Guru (Bahan Ajar PLPG),
(bandung: Universitas Pasundan, 2011), h.66.
79
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan data kualitatif yang merupakan
suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorintasi pada penomena
atau gejala yang bersifat alami yang biasa disebut dengan field study atau
naturalistic inquiry.1
Pendekatan naturalistik digunakan untuk mencari dan menemukan
pengertian atau pemahaman tentang fenomena apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik,
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.2
Pendekatan ini digunakan dengan menggambarkan secara umum tentang
profesionalisme guru PAI pada pendidikan agama Islam pada SDN kelurahan
Tanah Sereal. Selanjutnya pendekatan analisis dilakukan supaya penulis untuk
mengetahui lebih jauh tentang bagaimana profesionalisme guru PAI pada SDN
kelurahan Tanah Sereal. Data-data yang diperoleh kami himpun dalam satu
susunan serta diinterpretasikan sehingga mendapat kesimpulan dari sasaran
obyek yang diteliti.
B. Desain Penelitian
Metode penelitian ini digunakan untuk meneliti pada kondisi yang
alamiah yaitu obyek yang apa adanya, dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisa
data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi.
1
Mahmud, Metode Penelitian Pendididikan (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 89
2
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 6
80
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yakni suatu penelitian
yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang realitas pada obyek yang
diteliti secara obyektif, oleh karena itu bentuk datanya adalah kualitatif.
Penelitian ini menekankan pada satu variabel yakni pengembangan model
pendidikan berbasis kompetensi.
Dengan menggunakan metode kualitatif ini, realitas atau fenomena
mengenai keprofesinalisme guru dipandang sebagai suatu hasil konstruksi
pemikiran yang dinamis dan penuh makna.
Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun
fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas,
karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena
yang satu dengan fenomena lainnya. 3
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau
hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang
berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang
tengah berlangsung. Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik-karakteristik
seperti yang dikemukakan Furchan bahwa:
a. penelitian deskriptif cendrung menggambarkan suatu fenomena apa adanya
dengan cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas, dan
dilakukan secara cermat.
b. tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan,
c. tidak adanya uji hipotesis.
C. Subyek Penelitian
Sesuai dengan masalah yang diteliti maka objek penelitian ini adalah
seluruh guru Pendidikan Agama Islam di SDN kelurahan Tanah Sereal tentang
keprofesionalisme.
3
Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006) h.72
81
Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan profesionalisme guru
PAI di SDN kelurahan Tanah Sereal dikategorisasikan kedalam dua kelompok
yaitu: manusia dan non manusia. Kelompok manusia meliputi pimpinan sekolah,
pengurus asrama, tenaga pengajar, staff administrasi, dan siswa. Sedangkan
kelompok non manusia meliputi dokumen resmi sekolah (peraturan sekolah dan
dokumen lainnya).
Tempat penelitian adalah di SDN Kelurahan Tanah Sereal Kecamatan
Tambora. Penelitian atau penentuan lokasi penelitian ini, berdasarkan
pertimbangan bahwa di Kelurahan Tanah Sereal ada salah satu sekolah dimana
peneliti bertugas, selain itu guna meninjau terwujudnya profesionalisme guru
PAI di SDN kelurahan Tanah Sereal.
D. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yakni
sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer yaitu sumber yang
diperoleh secara langsung dari informen melalui observasi dan wawancara.
Penentuan informen dari karakteristik tertentu, yaitu orang yang mengetahui
informasi dan masalah secara mendalam serta dapat dipercaya menjadi sumber
data yang akurat dan terlibat langsung dalam kegiatan ini .
Oleh karenanya yang menjadi informen adalah :
a. Kepala Sekolah dan guru-guru umum dari SDN Tanah Sereal 01 PG sampai
SDN tanah Sereal 04 PT untuk mendapatkan data dan informasi mengenai
arah kebijakan masing-masing sekolah dalam menerapkan sistem
pendidikan profesionalisme guru-guru .
b. Guru-guru PAI Kelurahan Tanah Seral di observasi, dilihat secara langsung
oleh peneliti bagaimana cara mengajarnya, serta cara penyampaian materi
kepada siswa, dan metode yang digunakannya.
c. Siswa-siswi dari SDN Tanah Sereal 01PG sampai SDN Tanah Sereal 04 PT,
untuk mendapatkan data informasi mengenai profesional Guru-guru PAI
masing-masing.
82
Data sekunder adalah berbagai catatan dan data Base, Profil Sekolah,
buku-buku, majalah, koran yang sifatnya mendukung data primer. Data yang
bisa diambil berupa kata-kata atau tindakan yang dilakukan untuk mengetahui
kebenaran data yang diperoleh peneliti dari pihak sekolah. Di sisi lain juga
diperoleh dari sumber-sumber yang telah ada, yang berupa dokumen-dokumen
laporan-laporan dan arsip-arsip lain yang relevan termasuk mengamati fakta-
fakta di lapangan.
Menurut Moleong Sumber data bisa berasal dari sumber-sumber tertulis
(buku, majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi) atau
sumber-sumber berupa gambar (foto) dan sumber-sumber data statistik.4
83
Selain itu juga mencatat hasil pengamatan yang berkaitan dengan proses
pembelajaran serta sarana pendukung bagi kelancaran pembelajaran agama
Islam di lingkungan SDN kelurahan Tanah Sereal. Observasi dilakukan terhadap
guru, siswa, sarana prasarana, administrasi dan aktifitas belajar mengajar serta
perilaku siswa diluar kelas.
84
Wawancara yang digunakan adalah wawancara tak terstruktur yakni
wawancara yang tidak disusun terlebih dahulu, namun disesuaikan dengan
keadaan dan ciri yang unik dari responden. Pelaksanaaan tanya jawab mengalir
seperti dalam percakapan sehari-hari.
Wawancara biasanya berjalan lama dan seringkali dilanjutkan pada
kesempatan berikutnya. Dalam proses wawancara atau pewawancara sudah
mengajari semua yang ada dibenaknya dan apa yang diketahuinya kepada lawan
bicara.
4. Studi Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya menumental dari seseorang.
5. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data
yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Dokumentasi adalah Teknik
pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, tetapi
melalui dokumen. Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya merupakan
perryataan tertulis yang disusun oleh seorang atau lembagauntuk keperluan
pengujian suatu peristiwa, dan berguna bagi sumber data, bukti, informasi
kealamiahan yang sukar diperoleh, sukar ditemukan, dan membuka kesempatan
untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.8
Dokumentasi dimaksudkan untuk mengambil fakta-fakta yang berupa foto-foto
kegiatan yang berlangsung pada sekolah yang dijadikan obyek penelitian,
catatan, transkip. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil
belajar anak didik, keadaan sarana dan prasarana belajar, jumlah siswa, struktur
organisasi, staf pengajar dan tenaga administrasi.
8
Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, (Bandung: Mandar Maju,
2002), h. 86
85
F. Pengecekan Keabsahan Data
Setiap penelitian membutuhkan uji keabsahan untuk mengetahui validitas
dan realibitasnya. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan daya yang valid dan
reliabel yang diuji validitas dan realibitasnya adalah datanya. Temuan atau data
dapat dinyatakan valid apabila tidak perbedaan antara yang dilaporkan peneliti
dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.
Dalam penelitian ini pengujian kredibilitas data penelitian dilakukan
dengan cara:
a. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, dan waktu. Dalam penelitian ini hanya digunakan triangulasi
sumber sebagai keabsahan data. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas
data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui sumber.
Misalnya, dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui profesionalisme guru di
SDN kelurahan Tanah sereal , maka pengumpulan dan pengujian data yang telah
diperoleh dilakukan kepada kepala sekolah dan rekan guru di SDN kelurahan
Tanah Sereal. Demikian pula untuk aspek lainnya, dilakukan uji keabsahan data
menggunakan cara triangulasi sumber.
Untuk menganalisa data dalam penelitian ini ditempuh prosedur sebagai
berikut.
1. Menelaah seluruh data yang berhasil dikumpulkan yaitu data hasil
pengamatan (observasi, wawancara, dan dokumentasi).
2. Mengadakan reduksi data yakni merangkum, mengumpulkan dan memilih
data yang relevan, dapat diolah dan disimpulkan.
3. Display data yakni berusaha mengorganisasikan dan memaparkan secara
keseluruhan guna memperoleh gambaran yang lengkap dan utuh.
4. Menyimpulkan dan verifikasi yakni melakukan penyempurnaan dengan
mencari data baru yang diperlukan guna mengambil kesimpulan.
86
BAB IV
PROFESIONALISME GURU PAI DI SDN
KELURAHAN TANAH SEREAL
87
mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-
anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara
berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan
estetika (seni). Untuk mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak didampingi
oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan
kesempatan yang sebesar-besarnya kepada anak untuk menciptakan sendiri
dunianya melalui berbagai pelajaran di atas.
Saat ini, kata sekolah berubah arti menjadi: merupakan bangunan atau
lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi
pelajaran. Sekolah dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah. Kepala sekolah
dibantu oleh wakil kepala sekolah.Jumlah wakil kepala sekolah di setiap sekolah
berbeda, tergantung dengan kebutuhannya. Bangunan sekolah disusun meninggi
untuk memanfaatkan tanah yang tersedia dan dapat diisi dengan fasilitas yang
lain.
Sekolah dasar (disingkat SD; bahasa Inggris: Elementary School) adalah
jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar
ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Saat ini murid
kelas 6 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang
memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan
pendidikan ke sekolah menengah pertama (atau sederajat).
Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap
warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni
sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau
sederajat) 3 tahun.
Sekolah dasar diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak
diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan Sekolah Dasar
Negeri (SDN) di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Departemen
Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung jawab pemerintah daerah
kabupaten/kota. Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional hanya berperan
sebagai regulator dalam bidang Standar Nasional Pendidikan. Secara struktural,
88
sekolah dasar negeri merupakan unit pelaksana teknis dinas pendidikan
kabupaten/kota.
Pada masa penjajahan Belanda, sekolah menengah tingkat atas disebut
sebagai Europeesche Lagere School (ELS). Setelahnya, pada masa penjajahan
Jepang, disebut dengan Sekolah Rakyat (SR). Setelah Indonesia merdeka, SR
berubah menjadi Sekolah Dasar (SD) pada tanggal 13 Maret 1946.
Sekolah dasar negeri di Indonesia umumnya menggunakan seragam putih
merah untuk hari hari biasa, seragam coklat untuk pramuka/hari tertentu, dan
pada sekolah-sekolah tertentu menggunakan seragam putih-putih untuk upacara
bendera. Upacara bendera dilaksanakan setiap hari Senin pagi sebelum dimulai
pelajaran.
Pendidikan dasar di Indonesia pada dasarnya dibedakan menjadi dua
yaitu yang dikelola oleh pemerintah biasanya disebut Sekolah Dasar Negeri dan
Madrasah Ibtidaiyah Negeri sedang yang kedua dikelola oleh masyarakat
biasanya disebut Sekolah Dasar Swasta dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta. SD
dibawah lingkup Kemendikbud sedang MI dibawah lingkup Kemenag.
disamping itu ada pula sekolah dasar dibawah lingkup Kemendikbud berciri
khas agama dengan sebutan Sekolah Dasar Islam atau Sekolah Dasar Kristen,dll.
1. Profil SDN Tanah Sereal 01 Pagi
a. Sejarah SDN Tanah Sereal 01 Pagi
SDN Tanah Sereal 01 Pagi, sekolah yang telah berdiri sejak 1970
dan telah direhab total pada tahun 1999, mengalami pasang surut. Banyak
masyarakat di lingkungan sekolah yang tidak mengenal keberadaan SDN
Tanah Sereal 01 Pagi. Sekolah Dasar Negeri ini lebih dikenal dengan SD
Songsi karena berada atau dekat Gang Songsi.1
SDN Tanah Sereal 01 Pagi berada di lingkungan dunia usaha
konveksi pakaian orang-orang Tionghoa. Tetapi keberadaan lingkungan
yang mengelilingi sekolah menyebabkan sekolah terkesan padat dan
kumuh dibandingkan keberadaan lingkungan itu sendiri.
1
Wawancara dengan Rahmat Haemi di SDN Tanah Sereal 01 Pagi Pada tanggal 2
September 2013
89
SDN Tanah Sereal 01 Pagi terletak di perbatasan Kelurahan Tanah
Sereal Kecamatan Tambora Jakarta Barat dengan Kelurahan Keagungan
Kecamatan Taman Sari Jakarta Barat. Kedua Kecamatan ini hanya
dipisahkan sungai persis dibelakang SDN Tanah Sereal 01 Pagi, sehingga
sekolah ini menjadi tujuan pendidikan dari kedua kecamatan tersebut.
Berbagai upaya telah dilakukan dengan pendekatan kepada para
tokoh masyarakat dan aparat pemerintah untuk membenahi lingkungan
sekolah. Namun hingga kini tingkat kepercayaan masyarakat belum
sepenuhnya kembali. 2
Sekolah telah berusaha membebaskan biaya operasioanl sekolah
dan biaya operasional pendidikan secara menyeluruh. Upaya pendekatan
oleh Komite Sekolah pun tak henti-hentinya menyuarakan mutu
pendidikan dan sekolah gratis di SDN Tanah Sereal 01 Pagi, oleh karena
itu, SDN Tanah Sereal 01 Pagi menjadi sekolah rebutan dari tahun ke
tahun. Ini dibuktikan semakin banyaknya siswa yang mendaftar kelas 1
tiap tahunnya dan mutasi masuk tiap semesternya.3
2
Wawancara dengan Rahmat Haemi di SDN Tanah Sereal 01 Pagi Pada tanggal 2
September 2013
3
Wawancara dengan Visi M. Nababan Guru TU di SDN Tanah Sereal 01 Pagi Pada
tanggal 2 September 2013
90
6) Dapat merencanakan, mengelola dan mempertanggungjawabkan
keuangan yang ada di sekolah sesuai dengan ketentuan yang berlaku
7) Memiliki sarana penunjang administrasi sekolah yang lengkap serta
memanfaatkannya untuk menunjang kelancaran pelaksanaan
penyelenggaraan pendidikan
8) Dapat menjalin hubungan baik antara sekolah dengan orangtua/wali
murid dan masyarakat guna membantu penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.4
4
Profil SDN Tanah Sereal 01 Pagi
91
1) Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan.
2) Mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang aktif dan
menyenangkan.
3) Membentuk siswa yang berbudi pekerti luhur.
4) Menggali potensi siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler. 5
Adapun data peserta didik, data tenaga pendidik dan kependidikan
serta fasilitas Sekolah terlampir.
2. Profil SDN Tanah Sereal 02 Petang
a. Sejarah SDN Tanah Sereal 02 Petang
SDN Tanah Sereal 02 Petang, sekolah yang telah berdiri sejak 1970
dan telah direhab total pada tahun 1999, mengalami pasang surut. Banyak
masyarakat di lingkungan sekolah yang tidak mengenal keberadaan SDN
Tanah Sereal 02 Petang. Sekolah Dasar Negeri ini lebih dikenal dengan
SD Songsi karena berada atau dekat Gang Songsi.6 Sebutan tersebut
tidaklah mengherankan. Hal ini disebabkan SDN Tanah Sereal 02 Petang
berada di lingkungan dunia usaha konveksi pakaian orang-orang
Tionghoa. Tetapi keberadaan lingkungan yang mengelilingi sekolah
menyebabkan sekolah terkesan padat dan kumuh dibandingkan keberadaan
lingkungan itu sendiri.
SDN Tanah Sereal 02 Petang terletak di perbatasan Kelurahan
Tanah Sereal Kecamatan Tambora Jakarta Barat dengan Kelurahan
Keagungan Kecamatan Taman Sari Jakarta Barat. Kedua Kecamatan ini
hanya dipisahkan sungai persis dibelakang SDN Tanah Sereal 02 Petang,
sehingga sekolah ini menjadi tujuan pendidikan dari kedua kecamatan
tersebut. Berbagai upaya telah dilakukan dengan pendekatan kepada para
tokoh masyarakat dan aparat pemerintah untuk membenahi lingkungan
sekolah. Namun hingga kini tingkat kepercayaan masyarakat belum
sepenuhnya kembali.7
5
Kurikulum SDN Tanah Sereal 01 Pagi, h.6
6
Wawancara dengan Lili Muslihah di SDN Tanah Sereal 02 Petang Pada tanggal 2
September 2013
7
Wawancara dengan Lili Muslihah di SDN Tanah Sereal 02 Petang Pada tanggal 2
September 2013
92
Sekolah telah berusaha membebaskan biaya operasioanl sekolah
dan biaya operasional pendidikan secara menyeluruh. Upaya pendekatan
oleh Komite Sekolah pun tak henti-hentinya menyuarakan mutu
pendidikan dan sekolah gratis di SDN Tanah Sereal 02 Petang, oleh karena
itu, SDN Tanah Sereal 02 petang menjadi sekolah rebutan dari tahun ke
tahun. Ini dibuktikan semakin banyaknya siswa yang mendaftar kelas 1
tiap tahunnya dan mutasi masuk tiap semesternya. 8
SDN Tanah Sereal 02 Petang Kecamatan Tambora, Jakarta Barat
berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah No.818a/C.3/KEP/2007 Berdasarkan Pedoman Pembentukan
Sekolah Dasar Negeri Reguler DKI Jakarta disebutkan bahwa Kriteria
sebagai berikut :
1) Memiliki sarana dan prasarana sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan
2) Memiliki ketenagaan yang berdedikasi, berkwalifikasi professional
serta jumlahnya sekurang-kurangnya sesuai dengan kebutuhan
minimal
3) Memiliki alat bantu pendidikan dan memanfaatkan secara optimal
4) Jumlah murid per kelas paling banyak 40 (empat puluh)
5) Melaksanakan proses belajar mengajar sesuai dengan target kurikulum
dan dapat mencapai daya serap kurikulum secara optimal
6) Dapat merencanakan, mengelola dan mempertanggungjawabkan
keuangan yang ada di sekolah sesuai dengan ketentuan yang berlaku
7) Memiliki sarana penunjang administrasi sekolah yang lengkap serta
memanfaatkannya untuk menunjang kelancaran pelaksanaan
penyelenggaraan pendidikan
8) Dapat menjalin hubungan baik antara sekolah dengan orangtua/wali
murid dan masyarakat guna membantu penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.
8
Wawancara dengan Lili Muslihah di SDN Tanah Sereal 02 Petang Pada tanggal 2
September 2
93
b. Lokasi SDN Tanah Sereal 02 Petang
SDN Tanah Sereal 02 Petang tercatat telah berdiri sejak tahun
1970-an dengan nama sebelumnya adalah SD Songsi, SDN Tanah Sereal
02 Petang terletak di sisi kali Keamanan yang membelah Kecamatan
Tambora dan Kecamatan Keagungan. Alamat Sekolah di Jl. Pekapuran
Raya No. 66 dengan nomor telepon 021 6385 8119, berada pada kelurahan
tanah sereal, kecamatan Tambora Jakarta Barat.
Spesifikasi gedung hak pakai dengan kepemilikan oleh Pemda
DKI Jakarta berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.
210/36/I/HP/ B/3/1983, selanjutnya bersertifikat No. 83/ 1983 tertanggal
29 Juni 1983. Luas tanah berdasarkan sertifikat 1630 m2, namun
berdasarkan prasasti Rehab terakhir tahun 1994, luas tanah 1330 m2
dengan luas bangunan 1290 m2. 9
94
5) Membentuk siswa agar terbiasa bertanggung jawab dalam setiap
kegiatan yang dilakukannya.11
Adapun data peserta didik, data tenaga pendidik dan kependidikan
serta data fasilitas sekolah terlampir.
SDN Tanah Sereal 03 Pagi, sekolah yang telah berdiri sejak 1977
dan telah direhab total pada tahun 1999, mengalami pasang surut. Banyak
masyarakat di lingkungan sekolah yang tidak mengenal keberadaan SDN
Tanah Sereal 03 Pagi. Sekolah Dasar Negeri ini lebih dikenal dengan SD
Inpres karena berada atau dekat Pasar Inpres.12
Sebutan tersebut tidaklah mengherankan. Hal ini disebabkan SDN
Tanah Sereal 03 Pagi berada di lingkungan pasar yang semula hanyalah
pasar kaget. Tetapi keberadaan pasar yang mengelilingi sekolah
menyebabkan sekolah terkesan lenyap dibandingkan keberadaan pasar itu
sendiri.
Berbagai upaya telah Kami lakukan dengan pendekatan kepada para
tokoh masyarakat, dan aparat pemerintahan untuk membenahi lingkungan
sekolah. Berbagai upaya telah kami lakukan untuk mengembalikan citra
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Namun hingga kini tingkat
kepercayaan masyarakat belum sepenuhnya kembali.
Kami telah berusaha membebaskan biaya pendidikan. Upaya
pendekatan oleh Komite sekolah pun tidak henti-hentinya menyuarakan
mutu pendidikan dan sekolah gratis di SDN Tanah Sereal 03 Pagi tetapi
masih saja peningkatan jumlah murid belum berubah secara signifikan.
11
Kurikulum SDN Tanah Sereal 02 Petang, h.6
12
Wawancara dengan Siti Fauziah di SDN Tanah Sereal 03 Pagi Pada tanggal 3
September 2013
95
Dengan Motto, Visi dan misi yang telah dilaksanakan, siswa yang
masuk SMP Negeri mulai mengalami perubahan dan peningkatan. Informasi
ini telah kami siarkan melalui brosur dan pendekatan dari pintu ke pintu
melalaui kunjungan langsung ke beberapa orang tua siswa yang tidak
mampu.13
VISI
MISI
Berdasarkan Visi di atas, maka Sekolah Dasar Negeri Tanah Sereal 03 Pagi
menyusun Misi sebagai berikut:
1) Melaksanakan PAIKEM, yaitu Pembelajaran yang Aktif, Inopatif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
2) Melaksanakan pengembangan diri sesuai minat dan bakat siswa, serta
tuntutan dan perkembangan iptek.
13
Wawancara dengan Siti Fauziah di SDN Tanah Sereal 03 Pagi Pada tanggal 3
September 2013
14
Profil SDN Tanah Sereal
96
3) Memberikan teladan perilaku pada akhlak mulia, tanggung jawab dan
berkepribadian.
4) Melaksanakan pembelajaran praktek untuk mendapat keterampilan dan
prestasi.15
Adapun data peserta didik, data tenaga pendidik dan kependidikan
serta data fasilitas sekolah terlampir.
15
Kurikulum SDN Tanah Sereal 03 Pagi, h.6
16
Kurikulum SDN Tanah Sereal 03 Pagi, h.6
97
Upaya pendekatan oleh Komite Sekolah pun tak henti-hentinya
menyuarakan mutu pendidikan dan sekolah gratis di SDN Tanah Sereal
04 Petang, oleh karena itu, SDN Tanah Sereal 04 petang menjadi sekolah
rebutan dari tahun ke tahun. Ini dibuktikan semakin banyaknya siswa
yang mendaftar kelas 1 tiap tahunnya dan mutasi masuk tiap
semesternya. 17
b. Lokasi SDN Tanah Sereal 04 Petang
Sekolah Dasar Negeri Tanah Sereal 04 Petang yang berlokasi di
Jalan Tanah Sereal XIII/ 25 Kecamatan Tambora Kota Administrasi
Jakarta Barat.
Gedung sekolah merupakan bangunan tunggal/ komplek yang
permanen dan terdiri dari 3 lantai. 18
98
3. Mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.
4. Menumbuhkan iman dan taqwa dalam perilaku sehari-hari.
5. Menjalin kerjasama yang baik sesama warga sekolah, komite dan
masyarakat.20
TUJUAN SEKOLAH
1. Membentuk Sumber Daya yang berkualitas dan berguna bagi dirinya,
keluarga, masyarakat dan negara.
2. Mampu mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
3. Mampu meraih prestasi akademik maupun non akademik.
4. Menguasai dasar IPTEK sebagai bekal melanjutkan sekolah yang
lebih tinggi.
5. Menjadi sekolah yang diminati dan disenangi masyarakat.
Adapun data peserta didik, data tenaga pendidik dan
kependidikan serta data fasilitas sekolah terlampir.
B. Kompetensi Akademik
Kompetensi akademik adalah kompetensi atau kemampuan yang
berhubungan dengan penyesuaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini
menyangkut kemampuan seorang guru dalam memahami karakteristik atau
kemampuan yang dimiliki oleh murid melalui berbagai cara. Kompetensi
akademik disebut pula kompetensi profesional merupakan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi
kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi
materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya.
Guru harus memiliki pengetahuan yang luas, mendalam dari bidang ilmu yang
diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam
proses belajar mengajar yang diselenggarakannya. 21 Guru yang berkualifikasi
yaitu guru yang tahu secara mendalam tentang apa yang daiajarkan, dapat me-
ngembangkan silabus yang ada. Guru sebagai tenaga profesional mengandung
20
Kurikulum SDN Tanah Sereal 04 Petang, h.6
21
Wawancara dengan Pak Haryanto, S.Pd, Kepala SDN Tanah Sereal 01 Pagi Pada
tanggal 02 Oktober 2013
99
arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang
mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikat pendidik sesuai
dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu.
Kompetensi akademik memerlukan kreativitas, kecakapan menyesuaikan
keadaan yang berbeda-beda yang kesemuanya dituntut tanggung jawab dalam
melaksanakan tugasnya sebagai guru Pendidikan Agama Islam, karena kualitas
dan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam akan berdampak signifikan
terhadap kualitas pendidikan tersebut. Pada dasarnya tingkat kompetensi
profesional guru dipengaruhi oleh faktor dari dalam guru itu sendiri yaitu
bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan yang diemban. Sedangkan faktor
luar yang diprediksi berpengaruh terhadap kompetensi profesional seorang guru
yaitu kepemimpinan kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan
pemimpin guru di sekolah. Tugas guru pada dasarnya adalah mendidik para
siswa agar dapat mengemban potensi para anak didiknya baik yang menyangkut
kognitif, efektif maupun psikomotornya, guru dikatakan profesional apabila
mampu menciptakan proses belajar mengajar yang berkualitas dan
mendatangkan prestasi belajar yang baik. Itulah sebabnya Islam memandang
guru sangat mulia, karena itulah Islam menempatkan orang-orang yang beriman
dan berilmu pengetahuan lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan manusia
lainnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Mujadilah: 11)
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikataka kepadamu:Berlapang-
lapanglah dalam majlis, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberikan
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: :Berdirilah kamu, Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadila:11)22
22
Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya, Juz-30, 793.
100
Dengan diberlakukannya kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) saat ini, dalam hal penilaian atau evaluasi, ditinjau dari sudut
profesionalisme tugas kependidikan maka dalam melaksanakan kegiatan
penilaian yang merupakan salah satu ciri yang melekat pada pendidik
profesional. Seorang pendidik profesional selalu menginginkan umpan balik
atas proses pembelajaran yang dilakukannya. Hal tersebut dilakukan karena
salah satu indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh tingkat
keberhasilan yang dicapai peserta didik. Dengan demikian, hasil penilaian
dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran dan umpan
balik bagi pendidik untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang
dilakukan.
Adanya komponen-komponen yang menunjukkan kualitas
mengevaluasi akan lebih memudahkan para guru untuk terus meningkatkan
kualitas menilainya. Baik itu mempelajari fungsi penilaian, mempelajari
bermacam-macam teknik dan prosedur penilaian, menyusun teknik dan prosedur
penilaian, mempelajari kriteria penilaian teknik dan proseur penialaian,
menggunakan teknik dan dan prosedur penilaian, mengolah dan
menginterpretasikan hasil penilaian, menggunakan hasil penilaian untuk
perbaikan proses belajar mengajar, menilai teknik dan prosedur penilaian .
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan
Kompetensi Guru, kompetensi professional guru PAI, adalah :
101
Tabel 4.1
Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru,
Kompetensi Professional Guru PAI
Kompetensi Profesional
KOMPETENSI INTI
No KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN
GURU
1. Kompetensi Guru mata pelajaran Pendidikan
Agama pada SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA,
SMK/MAK*
1.1 Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam
102
2. Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan
dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
3. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran dengan
memahami Standarnkompetensi, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran.
4. Mengembangkan materi pembelajaran yang secara kreatif, dengan memilih
materi pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
5. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif, dengan melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara
terus menerus, memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan
keprofesionalan, dan mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai
sumber.
Adapun secara rinci Kompetensi Akademik guru PAI di SDN kelurahan
Tanah Sereal mengacu Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru adalah sebagai berikut.
1. Mempunyai pengetahuan yang tepat tentang mata pelajaran, karena para
guru selalu memperdalam materi-materi yang akan diajarkan dengan cara
meluangkan waktu untuk membaca, kajian bersama tentang materi
pembelajaran. Menurut Pak Bahrudin dalam wawancara mengungkapkan
Meskipun saya sudah tidak muda lagi, tapi saya selalu menyempatkan
waktu untuk membaca kembali materi yang akan dipalajari dan
memperdalam materi dengan membaca lalu mengkajinya. 23
2. Mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan mata pelajaran dengan
tingkat pemahaman peserta didik. Setiap guru harus menyesuaikan mata
pelajaran yang akan disampaikan dengan tingkat pemahaman siswa, baik
materi beserta metode harus disesuaikan dengan pemahaman siswa agar
siswa memahami dengan baik materi yang disampaikan gurunya. 24
23
Wawancara dengan Pak Bahrudin, S.Pd, Guru PAI SDN Tanah Sereal 04 Petang, 13
Februari 2013
24
Wawancara dengan Lily, S.Pd, Guru PAI SDN Tanah Sereal 02 Petang Pada tanggal
11 Februari 2013
103
Selain itu Ibu Lilypun menyampaikan bahwa Tingkat pemahaman itu
berbeda-beda dalam tingkatannya, sebagai guru profesional tentu harus
dapat menyesuaikan materi dengan kebutuhan peserta didik kita, hal ini
dilakukan ketika membuat perencaan pembelajaran, baik itu pemilihan
indikator, tujuan, materi beserta metode yang memerlukan pengkajian lebih
dalam agar apa yang kita sampaikan dapat diterima dengan sebaik-baiknya
dan memberikan manfaat untuk anak didik kita. 25
3. Menyampaikan mata pelajaran dan topik-topik yang diajarkan dengan jelas.
Ini sangat mempengaruhi apakah anak dapat memahami yang disampaikan
atau tidak, bahasa verbal ini yang kemudian akan dipahami oleh anak, jadi
guru dalam menyampaikan pembelajaran menggunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh anak, menggunakan alat peraga dan metode yang tidak
membosankan.26 Selain itu dalam angket yang diberikan oleh guru pada
anak di SDN kelurahan Tanah Sereal dengan masing-masing satu orang
anak dari masing-masing sekolah mengemukakan pada dasarnya dalam
menyampaikan materi pendidikan PAI secara resmi di kelas, guru
pendidikan agama Islam baru memulai pelajaran dalam suasana kelas yang
tenang, dalam menerangkan sesuai dengan materi yang sedang dibahas,
berbicara dengan lancar dan bertingkah laku yang dapat mendorong gairah
belajar siswa.
4. Mempunyai organisasi mata pelajaran yan sistematis dengan mengikuti
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan melengkapi perangkat
pembelajaran.
5. Memiliki dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, dan
prestasi akademik. Ini salah satu syarat kompetensi yang harus dimiliki
seorang guru profesional, contohnya guru Pendidikan Agama Islam di SDN
Kelurahan Tanah Sereal memiliki ijazah yang memang di bidang
keagamaan sekolah dasar, yaitu sebagai berikut.
25
Wawancara dengan Lily, S.Pd, Guru PAI SDN Tanah Sereal 02 Petang Pada tanggal
11 Februari 2013
26
Wawancara dengan Nasita, S.Pd, Guru PAI SDN Tanah Sereal 03 Pagi Pada tanggal
13 Februari 2013
104
a. Lili Muslihah, Guru Pendidikan Agama Islam di Tanah Sereal 02 Petang,
Sarjana Pendidikan Agama 2002 dari Universitas Darul Rohman.
b. Nasita, Guru Pendidikan Agama Islam di Tanah Sereal 03 Pagi, Sarjana
Pendidikan Agama 2009 dari Universitas Madlaul Anwar.
c. Bahrudin, Guru Pendidikan Agama Islam di Tanah Sereal 04 Petang,
Sarjana Pendidikan Agama 2009 dari Universitas Madlaul Anwar.
6. Memiliki pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran. Salah satu tugas guru sebelum mengajar yaitu saya selalu
merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah
disusun tersebut dalam istilah ini dinamakan administrasi guru. 27
Kemampuan profesionalisme guru di atas dikembangkan dengan
mengikuti kegiatan workshop dan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan
dunia pendidikan. Workshop dan pelatihan yang dikuti oleh guru diantaranya.
1. Pelatihan Manajemen Pendidikan (Jakarta, 9-13 September 2002). Nasita
dan
2. Pelatihan Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam Tingkat Sekolah
Dasar (Jakarta, 6-8 Desember 2007)
3. Seminar Peran Serta Tuppi dalam Mewujudkan Lembaga Pendidikan yang
Berkualitas dan Tenaga Pendidik yang Profesional (2008)
4. Indahnya Syarikat Islam (25 Agustus 2008)
5. Seminar Talk Show dan Businnes Overview Aritmatika Jari Metode AHA
(Asmaul Husna Airmatic) 2009
6. Seminar Nasional Kependidikan dengan teman Menuju Indonesia brau
Masyarakat yang Cerdas dan Makmur melalui Guru Sejahtera dan
Profesional (2009).
7. Workshop Muballighoh Sejabotabek (2009)
8. Certificate This is To Certify That Hypnorenting (2009)
9. Seminar The Magic of Mind mapping (22 Mei 2010)
10. Workshop Kurikulum 2013 se-DKI Jakarta (Januari 2014)
27
Wawancara dengan Nasita, S.Pd, Guru PAI SDN Tanah Sereal 03 Pagi Pada tanggal
13 Februari 201
105
Serangkaian pelatihan di atas akan menambah pengetahuan dan
ketrampilan guru-guru. Dalam hal ini Jejen Musfah mengatakan dalam bukunya
Peningkatan Kompetensi Guru, bahwa:
Pengetahuan dan ketrampilan guru semestinya berkembang setiap saat
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta masyarakat.
Kemajuan ilmu pengetahuan,teknologi dan masyarakat harus direspon para guru
dengan cara belajar melalui beragam sumber belajar. Menjadi guru
pembelajaran membutuhkan motivasi tinggi dan ketersediaan fasilitas dan
program belajar dari lingkungan di mana guru bekerja dan tinggal. 28
Profesional berhubungan dengan profil guru, Guru idaman merupakan
Produk dari keseimbangan antara penguasa aspek keguruan dan disiplin ilmu.29
Keduanya tidak perlu dipertentangkan melainkan bagaimana guru tertempa
kepribadiannya dan terasah aspek penguasaan materinya. Kepribadian guru yang
utuh dan berkualitas sangat penting karena dari sinilah muncul tanggung jawab
profesional sekaligus menjadi inti kekuatan profesional dan kesiapan untuk
selalu mengembangkan diri.
Hasil penelitian membuktikan bahwa, guru mampu bersikap profesional
dengan mengembangkan kompetensi yang ada dalam dirinya hal ini dilakukan
oleh Nasita seorang guru Agama Islam, ia mengemukakan : Saya selalu
berusaha mengembangkan diri dengan mencoba menulis tentang materi
pelajaran yang saya ajarkan dengan mengaitkannya pada ayat-ayat Al-Quran
tentang penciptaan alam ini. (Wawancara pribadi, dengan Ibu Nasita, sekolah
SDN Tanah Sereal 03 Pagi, 22 Januari 2014). Hal ini dikuatkan oleh salah
seorang Kepala Sekolah Ibu Yuniarti yang mengatakan: Guru-guru yang
mengajar hampir semua menguasai materi yang diajarkan dan memiliki
wawasan yang luas tentang materi tersebut. (Wawancara pribadi, dengan
Yuniarti, Kepala SDN Tanah Sereal 03 Pagi, 22 Januari 2014). Guru yang
memiliki wawasan keilmuan luas, dapat menimbulkan semangat belajar siswa.
28
Jejen musfah, Peningkatan Kompetensi Guru melalui Pelatihan dan Sumber Belajar
Teori dan Praktek ( Jakarta: Kencana, 2011),h.59.
29
Mimbar Pendidikan IKIP Bandung, No. 3/ September 1987, h.87
106
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, harus direspon oleh para
guru. Maksudnya para guru agar dapat terangkat harkat, martabat dan
kesejahteraannya, serta dapat memposisikan profesinya sejajar dengan profesi-
profesi yang lain seperti Dokter, Arsitek, Advokat dan lain-lain. Oleh sebab itu
sekolah mengadakan pelatihan dan mengikutsertakan guru-gurunya dalam
berbagai pelatihan yang diselenggarakan di luar sekolah. Adapun yang sudah
memperoleh pembekalan kurikulum 2013 adalah ibu Lili dari SDN Tanah Sereal
02 Petang, karena hubungan dan tempat mengajar dekat sehingga setelah
pembekalan kurikulum 2013 guru PAI kelurahan Tanah Sereal mengadakan
sharing atau berbagi ilmu tentang kurikulum 2013 dari yang sudah mendapatkan
pembekalan kepada yang belum, sehingga guru PAI di kelurahan Tanah Sereal
dinyatakaan profesionall semua.
C. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah salah satu unsur yang harus dimiliki oleh
guru yaitu dengan cara menguasai materi pembelajaran secara luas dan
mendalam. Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Kompetensi pedagogik dinilai antara lain melalui dokumen
kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar,
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Kemampuan yang dimiliki oleh
guru PAI kelurahan tanah Sereal berkenaan dengan aspek-aspek pedagogik,
adalah sebagai berikut.
1. Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
sosial, kultural, emosional dan intelektual sehingga ada pengarahan yang
diberikan kepada siswa selain pembelajaran di kelas juga melewati kultum
yang sering diadakan setiap hari Jumat. Tugas guru itu bukan hanya
menyampaikan materi tetapi ada moral yang harus dimiliki setiap anak, h ini
biasanya saya terapkan melalui nasihat yang disampaikan lewat
pembelajaran atau ceramah yang disampaikan setiap hari Jumat sebagai
107
pembiasaan, selain itu untuk menerapkan akhlak yang sesuai dengan agama
Islam, saya selalu berusaha memahami setiap karakter dari anak didik saya
baik itu ketika mengajar di kelas atau di luar pembelajaran, memang agak
sedikit sulit dan memerlukan waktu yang cukup, namun ini salah satu cara
agar kita mengetahui karakter dari masing-masing anak, dan untuk tindak
lanjut biasanya saya menyoroti anak yang bermasalah dengan moral dan
emosional dengan memberikan arahan berupa nasihat-nasihat, yang
bermasalah dengan aspek fisik dan sosial karena malu dengan keadaan
dengan selalu memberikan motivasi dan aspek pengetahuan dengan
memberikan dorongan supaya rajin lagi dalam belajar.30
2. Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik denga cara melakukan pembelajaran yang variatif dengan
penggunaan berbagai metode dan media pembelajaran. Saya pernah
melihat guru pendidikan agama Islam saya menggunakan media
pembelajaran dalam menyampaikan materinya dan siswa terlihat antusias
dalam pembelajaran. 31 Dari hasil angket anak pun disimpulkan bahwa
dalam menyampaikan materi pelajaran PAI secara resmi di kelas, guru PAI
sering menggunakan alat peraga pelajaran untuk menjelaskan tugas/
pekerjaan rumah untuk menarik perhatian siswa
3. Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan pelajaran yang
dapat menjadikan siswa merasa betah di dalam kelas.
Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik, yaitu
diadakan pembacaan surat-surat setiap hari rabu, dan eskul marawis yang
diselenggarakan setiap hari sabtu.
30
Wawancara dengan Nasita, S.Pd, Guru PAI SDN Tanah Sereal 03 Pagi Pagi Pada
tanggal 13 Februari 2013
31
Wawancara dengan Yuniarti, S.Pd, Kepala Sekolah SDN Tanah Sereal 03 Pagi Pada
tanggal 13 Februari 2013
108
Banyak bakat yang harus dikembangkan dari setiap anak didik
kita, salah satu caranya dengan mengikuti eskul, maka diadakanlah eskul
marawis yang diselenggarakan setiap hari Sabtu yang diikuti oleh anak
dari kelas dua sampai kelas lima, selain itu anak dilatih untuk membaca
surat-surat pendek yang diselenggarakan setiap hari Rabu sebagai
pembiasaan.32
32
Wawancara dengan Lili , S.Pd, Guru PAI SDN Tanah Sereal 02 Petang Pada tanggal
11 Februari 2013
33
Wawancara dengan Lily, S.Pd, Kepala Sekolah SDN Tanah Sereal 03 Pagi Pada
tanggal 11 Februari 2013
109
Siswa dalam angketnya memberikan kesimpulan bahwa pada setiap akhir
penyajian bidang studi PAI, terutama menyelesaikan tugas pekerjaan
rumahnya, guru bidang studi sering menyodorkan soal-soal test untuk
mengadakan evaluasi/penilaian sesuai isi materi yang telah diberikan pada
siswa-siswanya secara resmi di kelas.
Seorang guru dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas
maupun di lingkungan sekolah harus menggunakan bahasa yang santun, sopan
dan mendidik. Menurut Mulyasa bahwa di dalam Standar Nasional Pendidikan
pasal 28 ayat 3 butir a menjelaskan pengertian dari kompetensi pedagogik guru
adalah Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik utuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa
kompetensi pedagogik guru ialah kemampuan seorang guru didalam mengelola
atau mengatur pembelajaran yang diajarkan kepada peserta didik.34
D. Kompetensi Kepribadian
Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus
memiliki keribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Kompetensi
kepribadian ini adalah salah satu kemampuan personal yang harus dimiliki oleh
guru profesional dengan cara mencerminkan kepribadian yang baik pada diri
sendiri, bersikap bijaksana serta arif, bersikap dewasa dan berwibawa serta
mempunyai akhlak mulia untuk menjadi sauri teladan yang baik. Melalui
kompetensi pribadi seorang guru harus memiliki kepribadian yang mantap dan
patut untuk diteladani. Dengan demikian seorang guru mampu menjadi seorang
pemimpin yang menjalankan peran: Ing Ngarso Sung Tulada Ing Madya Mangun
Karsa Tut Wuri Handayani.
34
Enco Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik dan
Implementasi), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008. h.75.
110
Oleh karena itu guru harus mmpu menata dirinya agar menjadi panutan kapan
saja, dimana saja dan oleh siapa saja, lebih-lebih oleh guru pendidikan agama
Islam yang menempatkan diri sebagai pembimbing rohani siswanya yang
mengajarkan materi agama Islam, sehingga ada tanggung jawab yang penuh untuk
menanamkan nilia-nilai akhlakul karimah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW
merupakan suri tauladan bagi umatnya sebagaimana firman Allah SWT dalam
surat Al-Ahzab ayat 21:
)12 : (.
Sesungguhnya telah ada pada (diri ) Rasulullah SAW itu suri tauladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab ayat
21). Kompetensi ini terkait dengan guru sebagai teladan, beberapa aspek
kompetensi ini misalnya: dewasa, stabil, arif dan bijaksana, berwibawa, mantap,
berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat,
mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Kompetensi kepribadian guru PAI di SDN kelurahan Tanah Sereal dalam
melaksanakan tugasnya adalah sebagai berikut.
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia, yang mencakup: a. Menghargai peserta didik tanpa
membedakan suku, adat-istiadat, daerah asal, dan jender, b. Bersikap sesuai
dengan norma agama yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku dalam
masyarakat, dan kebudayaan Indonesia yang beragam. Apalagi di Kota
Jakarta ini, anak didik saya berasal dari berbagai daerah dan istiadat, bahkan
ada yang berbeda agama, namun saya tetap belajar untuk menghargai
perbedaan tidak ada yang di anak emaskan dalam pembelajaran begitupun
dalam memberikan hukuman guru PAI tidak membedakan antara siswa satu
dengan siswa yang lain35
35
Bahrudin, S.Pd, Guru PAI SDN Tanah Sereal 04 Petang
111
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat yang mencakup: a. berperilaku jujur, tegas
dan manusiawi, b. berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak
mulia melalui cara berpakaian yang sesuai dengan syariat Islam c.
berperilaku yang diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat,
misalnya melaksanakan sholat duha di sela-sela jam istirahat, selalu
membuka pelajaran dengan mengajak siswa berdoa terlebih dahulu.
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, memberikan arahan kepada siswa agar berperilaku sopan di
kelas.
4. Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi, bangga menjadi
guru dan percaya pada diri sendiri, bekerja mandiri secara profesional.
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru baik itu memahami, menerapkan
dan berperilaku sesuai dengan kode etik guru.
Kompetensi personal atau pribadi, artinya seorang guru harus memiliki
kepribadian yang mantap dan patut untuk diteladani. Guru merupakan model
atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia
sebagai guru.
Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan
mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang
menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Dengan demikian seorang guru
mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran: Ing Ngarso Sung
Tulada Ing Madya Mangun Karsa Tut Wuri Handayani.
Oleh karena itu guru harus mampu menata dirinya agar menjadi panutan
kapan saja, dimana saja dan oleh siapa saja, lebih-lebih oleh guru pendidikan
agama Islam yang menempatkan diri sebagai pembimbing rohani siswanya yang
mengajarkan materi agama Islam, sehingga ada tanggung jawab yang penuh
untuk menanamkan nilia-nilai akhlakul karimah yang dilakukan oleh Rasulullah
SAW merupakan suri tauladan bagi umatnya.
112
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 21:
( : 21)
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah SAW itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Qs. Al-Ahzab ayat
21)
E. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang pendidik melalui cara yang baik dalam berkomunikasi dengan murid
dan seluruh tenaga kependidikan atau juga dengan orang tua/wali peserta didik
dan masyarakat sekitar. seorang guru harus mampu berkomunikasi baik dengan
siswa, sesama guru, maupun masyarakat luas. Seseorang guru bukan hanya
bertugas disekolah saja, tetapi juga dirumah dan dimasyarakat. Dirumah guru
sebagai orang tua adalah pendidik bagi putra-putrinya, dimasyarakat guru harus
bisa bergaul dengan mereka, dengan cara saling membantu, tolong
menolong, sehingga ia tidak dijauhi oleh masyarakat sekitar, sebagaimana firman
Allah Qs. Al-Maidah ayat 2.
)1 : ( .
113
3. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali
peserta didik dan masyarakat sekitar.
4. Kompetensi sosial guru dikembangkan pula melalui kegiatan bakti sosial
baik itu peduli korban banjir, kebakaran, dan jika ada wali dari murid ada
yang meninggal dunia. Salah satunya guru melatih kepekaan sosialnya
dengan cara mendatangi korban kebakaran di sekitar sekolah juga mengajak
siswanya untuk memiliki jiwa sosial mengumpulkan dana sosial untuk
membantu korban kebakaran dan setelah dana sosial terkumpul guru
mendatangi korban dan memberikan dana sosial yang sudah terkumpul
untuk membantu korban tersebut.
Dari jawaban angket anak dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya
dalam cara menyampaikan bidang studi PAI secara resmi di kelas, dalam
pembicaraan dan tingkah laku guru PAI bertindak, tegas lemah lembut, sabar,
simpatik, dan disiplin seperti seorang ibu pada anaknya.
Menurut Musaheri bahwa karakteristik guru yang memiliki kompetensi
sosial adalah berkomunikasi secara santun dan bergaul secara efektif. 36
Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif
dalam kinerja guru. Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru meliputi
(a) pengenalan peserta didik secara mendalam; (b) penguasaan bidang studi baik
disiplin ilmu (disciplinary content) maupun bahan ajar dalam kurikulum sekolah
(c) penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak
lanjut untuk perbaikan dan pengayaan; dan (d) pengembangan kepribadian dan
profesionalitas secara berkelanjutan. Guru yang memiliki kompetensi akan dapat
melaksanakan tugasnya secara profesional.
Keempat kriteria tersebut dijadikan penulis sebagai acuan apakah guru
PAI di SDN Keluruhanan Tanah Sereal. Keempat kriteria tersebut biasanya
didapat dan dikembangkan ketika menjadi calon guru dengan menempuh
pendidikan di perguruan tinggi khususnya jurusan kependidikan.
36
Musaheri, ke-PGRI-an, (jogjakarta: Diva Press, 2009. h.203.
114
Dari empat guru PAI yang ada di Kelurahan Tanah Sereal, semuanya
adalah lulusan dari sekolah tentang kependidikan agama.
Hal ini dikarenakan adanya kesadaran dan keseriusan dari guru untuk
mengembangkan dan meningkatkan kompetensinya. Karena kian hari tantangan
dan perubahan zaman membuat proses pendidikan juga harus berubah.
Profesionalitas guru merupakan proses peningkatan kualifikasi atau
kemampuan guru untuk mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau
perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu. Profesional mengandung makna
dua dimensi utama, yaitu peningkatan status dan peningkatan kemampuan
praktis. Aksentasinya dapat dilakukan melalui penelitian, diskusi antar rekan
seprofesi, penelitian dan pengembangan, membaca karya akademik terkini, dan
sebagainya. Kegiatan belajar mandiri, mengikuti pelatihan, penataran, studi
banding, observasi praktikal, dan lain-lain menjadi bagian integral upaya
profesionalisasi.
Strategi yang dapat dipakai untuk meningkatkan profesionalitas amat
banyak baik yang dilakukan di dalam sekolah misalnya diskusi MGMP, seminar,
diklat maupun di luar sekolah misalnya studi lanjut, program magang bagi calon
guru dan sebagainya. Adapun kegiatan belajar mandiri seperti penataran yang
pernah diikuti oleh guru PAI di SDN kelurahan Tanah Sereal (terlampir). Salah
satu faktor utama demi terciptanya peserta didik yang memiliki kecakapan hidup
dengan segala macam bentuk keterampilan dengan mengedepankan moral serta
ahklakul karimah adalah denga adanya keberadaan seorang tenaga pendidik
khususnya dalam bidang PAI yang profesional.
Persoalan yang penting dalam dunia pendidikan adalah keberhasilan
proses pembelajaran. Hasil pendidikan ini akan dianggap tinggi mutunya apabila
kemampuan sikap dan keterampilan yang dimiliki oleh para pendidik berpotensi
pada peserta didik. Oleh karena itu upaya profesionalisasi guru mutlak harus
dilaksanakan, mengingat guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensinya baik
ranah afektif, kognitif maupun psikomotorik, guru juga orang yang bertanggung
jawab memberikan pertolongan kepada peserta didiknya dalam pertumbuhan
115
dan perkembangannya agar dapat mencapai tingkat kedewasaa serta mampu
mandiri dalam memenuhi tugas sebagai manusia hamba Allah.
116
b. kemampuan mengorganisasikan potensi unsur sekolah secara sistematis
untuk mendukung pembudayaan pengamalan ajaran agama pada komunitas
sekolah;
c. kemampuan menjadi inovator, motivator, fasilitator, pembimbing dan
konselor dalam pembudayaan pengamalan ajaran agama pada komunitas
sekolah; serta
d. kemampuan menjaga, mengendalikan, dan mengarahkan pembudayaan
pengamalan ajaran agama pada komunitas sekolah dan menjaga
keharmonisan hubungan antar pemeluk agama dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
3. Sertifikasi Guru PAI
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik bagi guru/calon
guru yang telah memenuhi persyaratan dan lulus uji kompetensi. Sertifikasi
dilakukan oleh perguruan tinggi penyelenggara pengadaan tenaga kependidikan
yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Kegiatan sertifikasi profesi
guru meliputi peningkatan kualifikasi dan uji kompetensi. Uji kompetensi
dilakukan melalui tes tertulis untuk menguji kompetensi profesional dan
pedagogik dan penilaian kinerja untuk menguji kompetensi sosial dan
kepribadian. Sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru dibarengi
dengan peningatan kesejahteraan guru sehingga diharapkan dapat meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan.
Mengenai hal ini semua guru PAI kelurahan tanah Sereal sudah memiliki
sertifikasi Guru PAI dengan lebih rinci sebagai berikut.
1. Lili Muslihah, Guru Pendidikan Agama Islam di Tanah Sereal 02 Petang,
Guru Profesional Bidang Studi PAI 30 Desember 2013 dari UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dan sudah memperoleh pembekalan Kurikulum 2013.
Mengacu pada UU No. 14 Tahun 2005 guru yang profesional yaitu guru yang
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik.
Kualifikasi akademik Lili Muslihah sudah sesuai dengan bidangnya yaitu
Sarjana Pendidikan Agama Islam. Keempat kompetensi yakni kompetensi
Kompetensi pedagogik yang dimiliki sudah muncul yaitu dapat mengelola
117
pembelajaran peserta didik khususnya dalam bidang Pendidikan Agama
Islam, kompetensi kepribadian yang dimiliki sudah mantap, yakni berakhlak
mulia, arif, dan berwibawa dan dapat menjadi teladan peserta didik.
Kompetensi profesional dikembangkan dengan penguasaan materi pelajaran
secara luas sudah mampu dikembangkan meskipun tidak melalui media iptek
tetapi dengan sumber lain (buku yang sesuai dengan materi pembelajaran
yang sedang dibahas). Kompetensi sosial sudah terlihat melalui
berkomunikasi dan berinteraksi yang baik dengan peserta didik, dan sesama
guru. Kompetensi profesional sesama guru Pendidikan Agama Islam
kelurahan Tanah Sereal yang belum memperoleh pembekalan Kurikulum
2013 sering berdiskusi atau berbagi ilmu dengan yang sudah memperoleh
pembekalan Kurikulum 2013.
2. Nasita, Guru Pendidikan Agama Islam di Tanah Sereal 03 Pagi, Guru
Profesional Bidang Studi PAI 30 Desember 2010 dari UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Memiliki profesionalisme guru, dilihat dari empat
kompetensi yang sudah dikembangkan oleh Nasita. Kualifikasi pendidik
Agama Islam sudah sesuai dengan bidangnya yaitu Sarjana Pendidikan
Agama Islam. Kompetensi akademik yang dimiliki dapat memahami
karakteristik anak dan menyesuaikan materi dengan tingkat pemahaman anak.
Kompetensi pedagogik yang dimiliki dapat mengelola pembelajaran peserta
didik khususnya dalam bidang Pendidikan Agama Islam. Kompetensi
kepribadian yang dimiliki sudah mantap, yakni berakhlak mulia, arif, dan
berwibawa dan dapat menjadi teladan peserta didik. Kompetensi profesional
dikembangkan dengan penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam melalui media iptek. Kompetensi sosial diterapkan melalui
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien baik dengan peserta
didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
3. Bahrudin, Guru Pendidikan Agama Islam di Tanah Sereal 04 Petang, Guru
Profesional Bidang Studi PAI 30 Desember 2010 dari UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Belum memperoleh pembekalan Kurikulum 2013 .
118
Kualifikasi pendidik yang dimiliki Bahrudin sudah memiliki kualifikasi
akademik yang sesuai dengan bidangnya yaitu Sarjana Pendidikan Agama
Islam. Kompetensi akademik ditunjukkan dengan pengetahuan yang dimiliki
tepat dengan mata pelajaran yaitu selalu meluangkan waktu untuk
memperdalam materi dengan membaca. Kompetensi pedagogik yang dimiliki
dapat mengelola pembelajaran peserta didik khususnya dalam bidang
Pendidikan Agama Islam. Kompetensi kepribadian yang dimiliki sudah
mantap, yakni berakhlak mulia, arif, dan berwibawa dan dapat menjadi
teladan peserta didik. Kompetensi profesional dikembangkan dengan
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam melalui media iptek.
Kompetensi sosial diterapkan melalui berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan efisien baik dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Ketiga guru tersebut bersikap profesionalisme karena lima hal berikut ini.
1. Menguasai landasan pendidikan.
2. Menguasai materi.
3. Memiliki kemampuan menyusun program.
4. Melaksanakan program pengajaran.
5. Melakukan evaluasi (memiliki hasil belajar).
Selain itu, ketiga guru tersebut bersikap dewasa, dapat mengendalikan
diri, tidak muda terbawa emosi. Bersikap objektif, dapat memisahkan urusan
tugas dengan urusan pribadi. Selain itu mengacu pada UU No. 14 Tahun 2005
guru yang profesional yaitu guru yang memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, dan sertifikat pendidik. Kualifikasi ketiga pendidik Agama Islam
tersebut yaitu Lili Muslihah, Nasita, dan Bahrudin sudah memiliki kualifikasi
akademik yang sesuai dengan bidangnya yaitu Sarjana Pendidikan Agama Islam.
Kompetensi pedagogik yang dimiliki dapat mengelola pembelajaran peserta
didik khususnya dalam bidang Pendidikan Agama Islam. Kompetensi
kepribadian yang dimiliki sudah mantap, yakni berakhlak mulia, arif, dan
berwibawa dan dapat menjadi teladan peserta didik. Kompetensi profesional
dikembangkan dengan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam
119
melalui media iptek. Kompetensi sosial diterapkan melalui berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien baik dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Selain itu, untuk mengembangkan kompetensi profesional sesama guru
Pendidikan Agama Islam kelurahan Tanah Sereal yang belum memperoleh
pembekalan Kurikulum 2013 sering berdiskusi atau berbagi ilmu dengan yang
sudah memperoleh pembekalan Kurikulum 2013, akhirnya seluruh guru-guru
PAI Kelurahan Tanah Sereal dinyatakan profesional. Adapun kegiatan Program
Kerja Guru sebagai berikut.
Tabel 4.2
Kegiatan Program Kerja Guru (PKG)
Nama Lama Tempat
Tingkat Tujuan/ peserta Fasilitator
kegiatan kegiatan kegiatan
Tim Pengembang
Satu kali
Mempersiapkan Nasional (instruk-
Latihan pada awal PPPG
bahan PKG dan tur, konsultan na-
Pusat kerja ins- semester mata
LKIGI tingkat sional, konsultan
truktur selama dua pelajaran
Provinsi internasional, dan
minggu
staf dikmenum)
Satu kali
PPPG
Kursus setiap
Membantu instruktur mata
pendala tahun,
dan guru inti dalam pelajaran, Dosen perguruan
man masing-
memahami bahan kampus tinggi
materi masing
ajar perguruan
(KPM) selama dua
tinggi
minggu
Membantu guru inti
dalam menyiapkan Setiap BPG dan Instruktur
Latihan
kegiatan di sanggar awal sejumlah provinsi yang
kerja
Provinsi PKG. peserta : Guru semester Center telah mengikuti
guru inti
inti dari seluruh selama dua yang LKI di tingkat
(LKGI)
sanggar PKG di minggu ditentukan nasional
kabupaten/kota
2 minggu
in-service
Pemanta training I,
pan keja Membantu guru di 6 minggu
Instruktur
guru sekolah terpencil on service BPG atau
provinsi yang
(PKG) menyiapkan kegiatan I, 2 tempat
telah mengikuti
untuk pembelajaran di minggu in- lain yang
LKI di tingkat
guru di kelas selama satu service ditentukan
nasional
sekolah semester training II,
terpencil 6 minggu
on service
II,
120
Membantu guru da-
lam menyiapkan ke-
giatan pembelajaran 1 minggu Sanggar Guru inti yang
Kegiatan
di kelas untuk satu in-service , PKG yang telah mengikuti
Kab/kota sanggar
semester. peserta : 12 minggu dibangun LKGI di tingkat
PKG
Guru inti dari on service di SMA provinsi
seluruh sanggar PKG
yang bersangkutan
121
pemerintah baik itu melalui PKG guru PAI atau MGMP guru PAI. PKG
(Pemantapan Kerja Guru) dengan jenjang keahlian guru dalam PKG yang
digunakan sebagi standar dalam kegiatan PKG adalah Guru biasa, yaitu guru
mata pelajaran dengan berbagai latar pendidikan dan jejang pendidikan yang
sangat beragam, mulai dari D1 sampai dengan S1. Langkah-langkah tersebut
yang diambil oleh guru dalam meningkatkan profesionalisme guru PAI di
sekolah yaitu Melalui PKG dan MGMP. 37
37
Wawancara dengan Lily, S.Pd, Guru PAI SDN Tanah Sereal 02 Petang Pada tanggal
11 Februari 2013
Kemampuan guru dalam mengajar di sekolah dengan tetap
mengedepankan tingkat profesionalisme serta efektivitas belajar di Sekolah
sehingga tingkat profesionalisme guru dalam mengajar sudah mencapai target
pembelajaran, dengan demikian profesionalisme guru PAI sangat menunjang
terhadap pembelajaran di Sekolah terutama dalam efektivitas belajar siswa.
Tabel 4.3
Tugas Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
No Tingkat Tugas
1. Memberikan motivasi pada guru-guru agar mengikuti kegiatan di
sanggar;
2. Meningkatkan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksanakan
KBM;
3. Memberikan layanan konsultasi yang berkaitan dengan KBM;
MGMP pada 4. Menunjang pemenuhan kebutuhan guru yang berkaitan dengan
1
umumnya KBM, khsusunya yang menyangkut semua materi pelajaran,
metodologi, system evaluasi, dan sarana penunjang;
5. Menyebarkan informasi tentang segala kebijakan yang berkaitan
dengan usaha-usaha pembaharuan pendidikan di bidang kurikulum,
metodologi, system evaluasi, dan melaporkan hasil kegitan MGMP
serta menetapkan tindak lanjut.
1. Mengkoordinasikan kegiatan MGMP tingkat provinsi untuk
dikembangkan ke tingkat kabupaten /kota dan sekolah;
2. Mempersiapkan program kegiatan MGMP baik program semester
maupun program tahunan;
3. Menyebarkan hasil penataran/pelatihan kerja di tingkat pusat ke
tingkat sanggar melalui MGMP tingkat kab/kota, kecamatan, dan
2 Provinsi
sekolah untuk mendapatkan penyeleseian;
4. Mendiskusikan saran dan pendapat dari sanggar dan MGMP tingkat
kab/kota;
5. Melaporkan kepada kepala Kanwil dan Kabid Dikmenum (sekarang
Dinas Pendidikan) mengenai pelaksanaan program dan kegiatan baik
yang sudah maupun yang akan dilaksanakan.
1. Mengkoordinasikan kegiatan MGMP di daerahnya;
3 Kab/kota
2. Menyebarluaskan hasil penataran di tingkat sanggar sampai sekolah;
122
3. Mendiskusikan saran dan pendapat yang berkembang di sekolah,
sanggar maupun tingkat provinsi untuk mendapatkan penyeleseian;
4. Melaporkan kepada MGMP tingkat provinsi mengenai pelaksanaan
program dan kegiatan baik yang sudah maupun yang akan dilaksanakan
123
BAB V
PENUTUP
124
Faktor penghambat Profesionalisme guru PAI di SDN Kelurahan Tanah
Sereal dari analisa data hasil penelitian yang dilakukan penulis yaitu
pengembangan ilmu teknologi dimana sekarang ini sesuatu bisa didapatkan
melalui teknologi, serta kurangnya sarana dan prasarana.
Manfaat Profesionalisme guru PAI di SDN Kelurahan Tanah Sereal
dapat disimpulkan yaitu menambah pengetahuan dan ketrampilan guru-guru
diantaranya mempunyai pengetahuan yang tepat tentang mata pelajaran, dapat
berdiskusi mengenai kajian bersama tentang materi pembelajaran,
menyampaikan mata pelajaran dan topik-topik yang diajarkan dengan jelas,
mempunyai organisasi mata pelajaran yang sistematis dengan mengikuti
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan melengkapi perangkat
pembelajaran, memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik
dengan cara mencerminkan kepribadian yang baik pada diri sendiri, bersikap
bijaksana serta arif, bersikap dewasa dan berwibawa serta mempunyai akhlak
mulia untuk menjadi sri teladan yang baik. Serta memiliki cara yang baik dalam
berkomunikasi dengan murid dan seluruh tenaga kependidikan atau juga dengan
orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Selain itu profesionalisme guru di SDN Tanah Sereal juga dibuktikan
dengan adanya hasil angket yang dijawab oleh siswa diperoleh hasil 77,8% guru
telah melaksanakan keprofesionalannya. Sedangkan dari observasi kinerja guru
rata-rata mencapai 90%.
B. Saran
Beberapa rekomendasi yang ingin disampaikan penulis dari hasil
penelitian dan analisis data ini adalah sebagai berikut.
1. Saran untuk Guru
a. Melihat pada pentingnya mutu pembelajaran dalam peningkatan mutu
pendidikan dan masih rendahnya mutu hasil pembelajaran pada temuan
penelitian, ke depan seyogyanya guru mengidentifikasi lebih jauh faktor-
faktor apa yang menjadi determinan terhadap mutu hasil pembelajaran
125
selain dari profesionalisme guru. Hal ini tentu saja menjadi amat penting
dalam upaya peningkatan dan penjaminan mutu pembelajaran.
b. Guru diharapkan dapat lebih meningkatkan profesionalitasnya dari
berbagai upaya yang diselenggarakan, untuk mengembangkan
profesionalisme, dan pembentukan sistem yang dapat menunjang
peningkatan profesionalitas guru sebagai tenaga pendidik profesional.
c. Guru berkewajiban untuk merawat kondisi tersebut bahkan
meningkatkannya menjadi sangat baik. Dalam hal ini guru perlu
memperkuat diri dengan berbagai kegiatan seperti temu pertemuan asosiasi
profesi, workshop dengan guru-guru lain dalam pemecahan masalah yang
dihadapi di kelas, dan sebagainya.
2. Saran untuk Kepala Sekolah
a. Menjaga dan mengembangkan profesionalisme dan mutu pembelajaran
pasca sertifikasi guru, kepala sekolah perlu merancang dan
mengembangkan program yang tepat untuk guru.
b. Untuk memberikan penguatan terhadap pengembangan kapasitas individu
dalam berbagai hal, kepala sekolah sepatutnya memberikan bimbingan
kepada guru-guru pasca sertifikasi untuk menjadikan sertifikasi guru
sebagai media atau sarana untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
bukan sebagai tujuan yang harus dicapai.
c. Untuk menanggulangi penurunan pada kinerja dan produktivitas guru,
maka kepala sekolah harus mengagendakan secara rutin pertemuan guru-
guru dengan berbagai pihak untuk pencapaian tujuan sekolah.
3. Saran untuk Pengawas
a. Menjaga dan mengembangkan profesionalisme dan mutu pembelajaran
pasca sertifikasi guru, pengawas sekolah perlu merancang dan
mengembangkan program yang tepat untuk pembinaan guru, baik
melalui bimbingan individu maupun kelompok.
b. Untuk memberikan penguatan terhadap pengembangan kapasitas
individu dalam berbagai hal, pengawas sepatutnya memberikan
bimbingan kepada guru-guru pasca sertifikasi untuk menjadikan
126
sertifikasi guru sebagai media atau sarana untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan bukan sebagai tujuan yang harus dicapai.
c. Guru-guru pasca sertifikasi untuk menjadikan sertifikasi guru sebagai
media atau sarana untuk meningkatkan mutu pendidikan dan bukan
sebagai tujuan yang harus dicapai.
4. Saran untuk Kepala Dinas Pendidikan Kab. Kota
a. Penanganan fasilitasi sertifikasi bagi guru-guru menunjukkan kondisi
baik. Ke depan hal ini sepatutnya dipelihara dan dikembangkan secara
lebih merata.
b. Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa sertifikasi guru
kurang berdampak terhadap profesionalisme dan mutu pembelajaran.
Kondisi ini seyogyanya ditangkap oleh kepala dinas pendidikan kab./kota
dan jajarannya untuk mengembangkan program lebih jauh mengenai
upaya-upaya pemeliharaan yang harus dilakukan di tingkat kab./kota
terhadap guru-guru pasca sertifikasi.
c. Untuk menjamin kebermutuan hasil, baik akademik maupun non
akademik, sepatutnya kepala dinas kab./kota beserta jajarannya
mengidentifikasi berbagai factor determinan terhadap mutu hasil
pembelajaran dan menjadikannya sebagai upaya perbaikan mutu
pendidikan.
5. Saran untuk Peneliti Selanjutnya
Temuan umum penelitian ini memiliki perbedaan dengan asumsi berbagai
ahli, dimana sertifikasi memiliki dampak terhadap profesionalisme guru dan
mutu pembelajaran. Untuk itu, peneliti selanjutnya perlu untuk meneliti ulang
variable penelitian dan mengembangkan varibel lainnya.
6. Saran untuk Masyarakat
Kepada masyarakat khususnya orang tua siswa diupayakan agar dapat aktif
berpartisipasi mendukung dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan
nasional, khususnya penerapan pola profesionalitas guru yang dilakukan di
SDN kelurahan Tanah Sereal.
127
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Abu Syaikh. Lubaabut
Tafsir min Ibni Katsir, terjemahan, cetakan ke-4, Jilid. 5 (Jakarta:
Pustaka Imam Syafii, 2012)
Elliot dan Dweck. Handbook Competence and Motivation.( New York: The
Guilford Press, 2005)
128
Iskandar, Agung. Menghasilkan Guru Kompeten & Profesional, (Jakarta: Bee
Media Indonesia, 2012).
Mulyasa. Implementasi KTSP, Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, Ed. I Cet
I (Jakarta: Bumi Karsa, 2008)
129
Muslih Usa, ed. Pendidikan Islam di Indonesia: Antara Cita dan
Fakta,(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999)
Mustofa, Dkk. Sistem Evaluasi Pendidikan Islam (Malang: STIT Raden Rahmat,
2002)
Rachman, Abdul Saleh. Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi, dan
Aksi, (Jakarta: PT Maries, 1999).
130
Tim Departemen Agama RI. Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, (Jakarta:
PPPAI-PTU, 1984)
Uzer Usman Moch. Menjadi Guru Profesional Cet ke 17. (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005).
Uzer, Usman Moch. Menjadi Guru Profesional Cet. XII. (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001).
131
Lampiran 1
Lampiran 2
Data Kepegawaian di SDN Kelurahan Tanah Sereal
Per 1 Februari 2013
SDN KELURAHAN TANAH SEREAL
NO JABATAN 01 PG 02 PTG 03 PG 04 PTG
D2 S1 D2 S1 D2 S1 D2 S1
1 Kepala Sekolah - 1 1 - - 1 - 1
2 Guru Kelas 2 7 3 4 5 7 3 4
3 Guru Agama - - - - - - - -
a. Islam - 1 - 1 - 1 - 1
b. Kristen - - - - - - - -
c. Katolik - - - - - - - -
d. Budha - - - - - - - -
4 Guru PJOK - - - - - - - -
5 Guru Bahasa Inggris - - 1 - - - 1 -
6 Guru SBK 1 - - 1 1 - 1 1
Jumlah 3 9 5 6 5 9 5 6
132
Lampiran 3
Data Fasilitas Sekolah di SDN Kelurahan Tanah Sereal
Per 1 Februari 2013
SDN KELURAHAN TANAH SEREAL
NO JENIS RUANG
01 PG 02 PTG 03 PG 04 PTG
1 Ruang Kelas 7 7 6 6
2 Ruang perpustakaan 1 1 1 1
3 Ruang Guru 1 1 1 1
4 Rung Kepala Sekolah 1 1 1 1
5 Gudang 1 1 1 1
6 Rumah Dinas Kepala Sekolah - - - -
7 Rumah Dinas Guru - - - -
8 Rumah Dinas Penjaga Sekolah - - 1 1
9 Kamar Mandi / WC Guru 1 1 2 2
10 Kamar Mandi / WC Murid 1 1 2 1
11 Ruang UKS 1 1 1 1
12 Ruang Laboratorium - - 1 1
13 Ruang Serba Guna / Aula - - - -
14 Ruang Koperasi / Warung Sekolah 2 2 - -
15 Mushola 1
Lampiran 4
Data Terbaru Keadaan Peserta Didik SDN Tanah Sereal 01 Pagi
Per 1 Februari 2013 :
No Kelas Rombongan Laki-laki Perempuan Jumlah Ket
1 I 2 41 38 79
2 II 2 30 47 77
3 III 2 33 36 69
4 IV 1 26 26 52
5 V 1 24 22 46
6 VI 1 28 30 58
Jumlah 9 182 199 381
Keterangan :
Anak mampu : Kelas I VI = 200 peserta didik
Kurang mampu : Kelas I VI = 50 peserta didik
Tidak mampu : Kelas I VI = 131 peserta didik
133
Lampiran 5
Data Tenaga Pendidik di SDN Tanah Sereal 01 Pagi
134
Lampiran 6
Data Jenjang Kependidikan di SDN Tanah Sereal 01 Pagi
135
Lampiran 8
Daftar Nama Tenaga Pendidik dan Kependidikan
136
Lampiran 10
Fasilitas Sekolah SDN Tanah Sereal 01 Pagi
137
udara sekolah
h. Ruang serba guna /aula Belum ada
Catatan : amat
diperlukan untuk
pertemuan resmi
i. Ruang / sanggar pramuka Belum ada
Catatan : amat
diperlukan untuk
melatih kemandirian
138
Lampiran 11
Data Terbaru Keadaan Peserta Didik SDN Tanah Sereal 02 Petang
per 1 Februari 2013
No Kelas Rombongan Laki-laki Perempuan Jumlah Ket
1 I 1 29 32 61
2 II 1 20 19 39
3 III 1 24 21 45
4 IV 1 22 21 43
5 V 1 19 26 45
6 VI 1 33 20 53
Jumlah 6 147 139 286
Lampiran 12
Data Tenaga Pendidik SDN Tanah Sereal 02 Petang
139
Lampiran 13
Jenjang Pendidikan Tenaga Pendidikan di SDN Tanah Sereal 02 Petang
140
Lampiran 14
Data Tenaga Kependidikan
IRMA RACHMAWATI,
13 - GURU KELAS KLS. I
S.Pd
141
Lampiran 15
Fasilitas Sekolah
Vol
No Sarana Prasarana Keterangan
ume
1 Gedung / Ruang Kegiatan dan Perlengkapannya
a. Keadaan gedung 1 Baik
Spesifikasi : Catatan : Rumah
1) Hak Pakai dengan kepemilikan oleh Pemda DKI Dinas mengalami
Jakarta berdasarkan Keputusan Gubernur DKI rusak parah akibat
Jakarta No. 210/36/I/HP/ B/3/1983 turunnya struktur
2) Sertifikat No. 83/ 1983 tertanggal 29 Juni 1983 tanah dan pondasi
3) Luas Tanah berdasarkan sertifikat 1630 m2, namun bangunan
berdasarkan prasasti Rehab terakhir tahun 1994,
luas tanah 1330 m2 dengan luas bangunan 1290 m2
b. Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
c. Ruang Guru 1 Baik
d. Ruang Kelas/ Belajar 7 Baik
e. Ruang perpustakaan 1 Baik
Catatan : Kurang
representatif
f. Ruang laboratorium 1 Tidak ada
Catatan : ruang
tersebut
dialihfungsikan
sebagai ruang guru
SDN Jembatan
Lima 03-04
g. Ruang UKS 1 Baik
Catatan :
memanfaatkan
space kosong di
bawah tangga di
sisi ventilasi/
sirkulasi udara
sekolah
142
h. Ruang serba guna /aula Belum ada
Catatan : amat
diperlukan untuk
pertemuan resmi
i. Ruang / sanggar pramuka Belum ada
Catatan : amat
diperlukan untuk
melatih
kemandirian
j. Ruang Koperasi Belum ada
Catatan : amat
diperlukan guna
membatasi ruang
jajanan anak-anak
yang tidak
terkontrol
k. Ruang WC (Guru dan Siswa) 2 Baik
l. Kantin 2 Ada
Catatan : ada tapi
kurang terstruktur
m. Ruang Tata Usaha 1 Ada
Catatan : masih
menyatu dengan
ruang Kepala
Sekolah
n. Mushola 1 ada
o. Rumah Dinas Penjaga Sekolah 1 Ada
Catatan : struktur
bangunan rapuh
143
Lampiran 16
Data Siswa SDN Tanah Sereal 03 Pagi
Jumlah Murid
Tahun Pelajaran 2011 /
No Kelas Tahun Pelajaran 2010 / 2011
2012
L P JML L P JML
1 I 11 28 39 23 14 37
2 II 24 16 40 14 24 38
3 III 11 27 38 21 19 40
4 IV 24 17 41 11 24 35
5 V 22 28 50 22 18 40
6 VI 15 16 31 17 23 40
144
Lampiran 18
Jenjang Pendidikan Tenaga Pendidikan di SDN Tanah Sereal 03 Pagi
145
Lampiran 19
Data Tenaga Kependidikan SDN Tanah Sereal 03 Pagi
No Nama Guru NIP L/P Pend Gol Jabatan
1 Yuniarti, S.Pd. 196608201986032003 P S1 IV a Kep Sek
2 Jaka, A.Ma.Pd. 195503111985031003 L D II IV a Guru
3 Sri Herliawaati, A.Ma.Pd. 195211271974032003 P D II IV a Guru
4 Nasita, S.Pd.I 195510051984042003 P S1 IV a Guru
5 Artati, A.Ma.Pd. 196201301985112002 P D II IV a Guru
6 Supriyati, A.Ma.Pd. 196110181985032006 P D II IV a Guru
7 Siti Fauziah, S.Pd. 197901152008012027 P S1 III a Guru
Kusmawati
8 197302212008012009 P S1 III a Guru
Batubara,S.Pd.
Bondeng
9 - P S1 - Guru
Nurhasanah,S.Pd.
10 Wulan Andriani,S.Pd. - P S1 - Guru
11 Nurhayati, S.Pd. - P S1 - Guru
12 Nur Ahmalia, S.Pd. - P S1 - Guru
13 Murini, S.Pd. - P S1 - Guru
14 Abdul Rohim - L D1 - TU
Penjg
15 Ahmad Syamsi 196404211985031009 L SD II a
Sek
Pesrh
16 Yamin Bunyamin - L SMP -
Sek
17 Acep mulyadi - L STM - Satpam
146
Lampiran 20
Fasilitas Sekolah SDN Tanah Sereal 03 Pagi
Kondisi / Keadaan
No Jenis Ruang Jumlah
Baik Rusak
1 Ruang Kelas 6 6 -
2 Ruang perpustakaan 1 1 -
3 Ruang Guru 1 1 -
5 Gudang 1 1 -
11 Ruang UKS 1 1 -
12 Ruang Laboratorium 1 1 -
147
Lampiran 21
Data Terbaru Keadaan Peserta Didik SDN Tanah Sereal 04 Petang
per 1 Februari 2013
JUMLAH MURID
TAHUN PELAJARAN TAHUN PELAJARAN
NO KELAS
2012/2013 2012/2013
L P JML L P JML
1 I 14 13 27 19 13 32
2 II 16 15 31 18 16 34
3 III 25 8 33 25 9 34
4 IV 22 17 39 20 20 40
5 V 18 19 37 11 18 29
6 VI 20 4 24 20 4 24
Jumlah 115 76 191 113 80 193
Lampiran 22
Data Tenaga Pendidik
PNS Non PNS
No Jabatan Jumlah Ket
L P L P
1 Kepala Sekolah 1 - - - 1
2 Guru Kelas 2 2 2 1 7
3 Guru Agama - - - - -
a. Islam - 1 - - 1
b. Kristen - - - - -
c. Katolik - - - - -
d. Budha - - - - -
4 Guru PJOK - - 1 - 1
5 Guru Bahasa Inggris - - 1 - 1
6 Guru PLBJ/SBK - - - 2 2
Jumlah 3 3 4 3 13
148
Lampiran 23
Jenjang Pendidikan Tenaga Pendidikan di SDN Tanah Sereal 04 Petang
SLP SLA SPG D3 S1 S2 JML
No Jabatan
L P L P L P L P L P L P L P
1 Kepala Sekolah - - - - - - 1 - - - - - 1 -
2 Guru Kelas - - - - - - 2 1 2 2 - - 4 3
3 Guru Agama - - - - - - - - - - - - - -
a. Islam - - - - - - - - - 1 - - - 1
b. Kristen - - - - - - - - - - - - - -
c. Katolik - - - - - - - - - - - - - -
d. Budha - - - - - - - - - - - - - -
4 Guru PJOK - - 1 - - - - - - - - - 1 -
Guru Bahasa - - 1 -
5 - - - - - - 1 - - -
Inggris
6 Guru SBK/PLBJ - - - 1 - - - - - 1 - - - 2
Jumlah - - 1 1 - - 4 1 2 4 - - 7 6
149
Lampiran 24
Daftar Nama Tenaga Pendidik dan Kependidikan :
KEPALA
1 E T I, S. Pd 196407041988032007 P PNS
SEKOLAH
2 BAHRUDIN, S. PdI 195508131986031001 L PNS GURU PAI
3 AMINAH, S. Pd 195709011978012003 P PNS GURU
SITI AYUNI, A. Ma.
4 470073100 P PNS GURU
Pd
5 SUPRIYATNI, S. Pd 197107222006042017 P PNS GURU
RAHMA YANTI, S.
6 --- P -- GURU
Pd
NUR FITRIAWATI, A.
7 --- P -- GURU
Ma. Pd
A. MUGISUL ALAM,
8 --- L --- GURU
S. PdI
9 SAMUEL NABABAN --- L --- GURU
OPERATOR/
10 VISI M. NABABAN --- L ---
TU
PENJAGA
11 BUDI MULYANA --- L ---
SEKOLAH
KEAMANAN
12 ACEP MULYADI --- L ---
SEKOLAH
150
Lampiran 25
Fasilitas Sekolah SDN Tanah Sereal 04 Petang
KONDISI / KEADAAN
NO JENIS RUANG JUMLAH
BAIK RUSAK
1 Ruang Kelas 6 6 -
2 Ruang Perpustakaan 1 1 -
3 Ruang Guru 1 1 -
4 Ruang Kepala Sekolah 1 1 -
5 Gudang 1 1 -
Rumah Dinas Kepala
6 - - -
Sekolah
7 Rumah Dinas Guru - - -
Rumah Dinas Penjaga
8 1 1 -
Sekolah
9 Kamar Mandi / WC Guru 2 2 -
10 Kamar Mandi / WC Murid 1 1 -
11 Ruang UKS 1 1 -
12 Ruang Laboratorium 1 1 -
13 Ruang Serba Guna / Aula - - -
Ruang Koperasi / Warung
14 - - -
Sekolah
15 Mushola 1 1 -
151
Lampiran 26
ANGKET
PELAKSANAAN
METODE RESITASI/PEKERJAAN RUMAH
DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BIDANG STUDI PAI
I. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah pertanyaan angket ini terlebih dahulu dengan teliti
2. Berilah tanda silang (X) pada satu huruf a, b, c, d, dan e yang sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya.
3. Jawablah yang harus adik isi hanya satu dari kelima pilihan yang telah
tersedia.
II. Identitas Pribadi
1. Nama : ____________________
2. Kelas : ____________________
3. Jenis kelamin : Laki-laki/perempuan
III. Pertanyaan Penelitian
1. Pada dasarnya dalam menyampaikan materi pendidikan PAI secara
resmi di kelas, guru bidang studi baru mulai pelajaran dalam suasana
kelas yang tenang, dalam menerangkan sesuai dengan materi yang
sedang dibahas, lancar berbicara dan bertingkah laku, dan dapat
mendorong gairah belajar siswa. Dalam kenyataan keadaan guru
bidang studi, terutama dalam pelaksanaan metode resitasi/pekerjaan
rumah tersebut sepanjang pengalaman saya mengikuti kegiatan belajar
secara resmi di kelas itu :
a. Sepenuhnya terpenuhi
b. Lebih banyak terpenuhi
c. Antara terpenuhi dan tidak
d. Kurang terpenuhi
e. Tidak terpenuhi sama sekali
2. Pada prinsipnya dalam cara menyampaikan bidang studi PAI secara
resmi di kelas. Seharusnya pembicaraan dan tingkah laku guru bidang
studi bertindak, tegas lemah lembut, sabar, simpatik, dan disiplin
seperti seorang ibu pada anaknya. Dalam kenyataan cara pendekatan
152
guru bidang studi tersebut, sepanjang pengalaman saya mengikuti
kegiatan belajar secara resmi di kelas, menurut pendapat saya keadaan
guru bidang studi saya :
a. Selalu bertindak
b. Sering bertindak
c. Antara bertindak dan tidak
d. Jarang bertindak
e. Tidak pernah bertindak sama sekali
3. Kalau ada yang berpendapat bahwa dalam mengikuti kegiatan
pelaksanaan metode resitasi/pekerjaan rumah dalam proses belajar
mengajar pada materi bidang studi PAI secara resmi di kelas,
seharusnya seorang siswa dalam belajar merupakan suatu kebutuhan
dari dirinya sendiri, dengan tekad dan niat menuntut ilmu yang
sesungguh-sungguh. Bagaimana pendirian bagi saya dalam mengikuti
kegiatan belajar secara resmi di kelas pada materi tersebut :
a. Selalu merupakan suatu kebutuhan
b. Sering merupakan suatu kebutuhan
c. Antara merupakan suatu kebutuhan dan tidak
d. Tidak merupakan suatu kebutuhan
e. Sama sekali tidak suatu kebutuhan
4. Pada prinsipnya materi PAI yang disajikan secara resmi di kelas oleh
guru bidang studinya, diarahkan dalam kegiatan belajar di rumah
dengan baik dan belajar sendiri dengan dibarengi ketekunan dalam
menyelesaikannya. Dalam kenyataan sepanjang pengalaman saya
mengikuti kegiatan proses belajar mengajar secara resmi, harapan
tersebut :
a. Sepenuhnya terpenuhi
b. Lebih banyak terpenuhi
c. Antara terpenuhi dan tidak
d. Kurang terpenuhi
e. Tidak terpenuhi sama sekali
153
5. Selama mengikuti kegiatan proses belajar mengajar, terutama dalam
pelaksanaan metode resitasi/pekerjaan rumah pada bidang studi di
kelas, garis besarnya materi yang diberikan menyesuaikan dengan
tujuan instruksional khusus. Dalam kenyataannya tersebut, menurut
pengalaman saya mengikuti kegiatan secara resmi di kelas itu :
a. Sepenuhnya terpenuhi
b. Lebih banyak terpenuhi
c. Antara terpenuhi dan tidak
d. Kurang terpenuhi
e. Tidak terpenuhi sama sekali
6. Selama mengikuti kegiatan proses belajar mengajar, terutama dalam
pelaksanaan metode resitasi/pekerjaan rumah pada bidang studi PAI di
kelas, materi pokok yang disajikan dan diberikan untuk tugas meliputi;
tujuan kegiatan, sistem, dan usaha vital, pengertian, asas, landasan, dan
sendi-sendi dasar Islam. Dalam pelaksanaannya sepanjang pengalaman
saya mengikuti kegiatan tersebut :
a. Sepenuhnya terpenuhi
b. Lebih banyak terpenuhi
c. Antara terpenuhi dan tidak
d. Kurang terpenuhi
e. Tidak terpenuhi sama sekali
7. Dalam menyampaikan materi bidang studi PAI secara resmi di kelas
oleh guru bidang studi cara penyajiannya dalam bentuk metode
resitasi/pekerjaan rumah di samping metode yang lainnya. Dalam
prakteknya dari pelaksanaan metode resitasi/pekerjaan rumah tersebut,
selama mengikuti kegiatan tersebut :
a. Sering melakukannya
b. Lebih banyak melakukannya
c. Antara melakukannya dan tidak
d. Kurang melakukannya
e. Sama sekali tidak melakukannya
154
8. Dalam menyampaikan materi pelajaran PAI secara resmi di kelas,
apakah guru bidang studi menggunakan alat peraga pelajaran untuk
menjelaskan tugas pekerjaan rumah untuk menarik perhatian siswa.
Dalam pelaksanaannya selama saya mengikuti kegiatan belajar secara
resmi tersebut :
a. Selalu menggunakan
b. Sering menggunakan
c. Antara menggunakan dan tidak
d. Jarang menggunakan
e. Tidak pernah menggunakan sama sekali
9. Pada setiap awal penyajian materi PAI yang telah ditugaskan oleh guru
di dalam menyelesaikannya di kelas, dan sebelum membahas isi materi
tersebut, apakah guru bidang studi PAI terlebih dahulu menyodorkan
pernyataan-pertanyaan pada siswanya sesuai dengan isi materi dan
waktunya. Dalam kenyataannya sepanjang pengalaman saya
menyelesaikan pekerjaan rumah di kelas, secara resmi :
a. Selalu menyodorkan pertanyaan-pertanyaan
b. Sering menyodorkan pertanyaan-pertanyaan
c. Antara menyodorkan pertanyaan dan tidak
d. Jarang menyodorkan pertanyaan-pertanyaan
e. Tidak pernah sama sekali menyodorkan pertanyaan
10. Pada setiap akhir penyajian bidang studi PAI, terutama menyelesaikan
tugas pekerjaan rumahnya, guru bidang studi mengadakan
evaluasi/penilaian dengan menyodorkan soal-soal test sesuai isi materi
yang telah diberikan pada siswa-siswanya secara resmi di kelas. dalam
kenyataan setiap akhir secara resmi di kelas, sepanjang pengalaman
saya mengikuti kegiatan tersebut, guru bidang studi saya :
a. Selalu menyodorkan soal-soal test
b. Sering menyodorkan soal-soal test
c. Antara menyodorkan soal-soal test dan tidak
d. Jarang menyodorkan soal-soal test
e. Tidak pernah sama sekali menyodorkan soal-soal test
155
Lampiran 27
HASIL SKALA SIKAP
Dari 90 Siswa yang diacak dengan masing-masing Sekolah diambil 30 siswa
Tidak
Selalu Sering Antara Jarang
NO PERNYATAAN Pernah
(%) (%) (%) (%)
(%)
1 Pada dasarnya dalam
menyampaikan materi
pendidikan PAI secara
resmi di kelas, guru bidang
studi baru mulai pelajaran
dalam suasana kelas yang
44 44 12
tenang, dalam menerangkan
sesuai dengan materi yang
sedang dibahas, lancar
berbicara dan bertingkah
laku, dan dapat mendorong
gairah belajar siswa.
2 Pada prinsipnya dalam cara
menyampaikan bidang studi
PAI secara resmi di kelas.
Seharusnya pembicaraan
dan tingkah laku guru
39 31 20 10
bidang studi bertindak,
tegas lemah lembut, sabar,
simpatik, dan disiplin
seperti seorang ibu pada
anaknya.
3 Kalau ada yang berpendapat
bahwa dalam mengikuti
kegiatan pelaksanaan
metode resitasi/pekerjaan
rumah dalam proses belajar
mengajar pada materi
bidang studi PAI secara
resmi di kelas, seharusnya
seorang siswa dalam belajar 14 54 23 9
merupakan suatu kebutuhan
dari dirinya sendiri, dengan
tekad dan niat menuntut
ilmu yang sesungguh-
sungguh.
156
4 Pada prinsipnya materi PAI
yang disajikan secara resmi
di kelas oleh guru bidang
studinya, diarahkan dalam
kegiatan belajar di rumah 11 67 12 10
dengan baik dan belajar
sendiri dengan dibarengi
ketekunan dalam
menyelesaikannya.
5 Selama mengikuti kegiatan
proses belajar mengajar,
terutama dalam pelaksanaan
metode resitasi/pekerjaan
rumah pada bidang studi di 34 37 20 9
kelas, garis besarnya materi
yang diberikan
menyesuaikan dengan
tujuan instruksional khusus.
6 Selama mengikuti kegiatan
proses belajar mengajar,
terutama dalam pelaksanaan
metode resitasi/pekerjaan
rumah pada bidang studi
PAI di kelas, materi pokok
11 69 10 10
yang disajikan dan
diberikan untuk tugas
meliputi; tujuan kegiatan,
sistem, dan usaha vital,
pengertian, asas, landasan,
dan sendi-sendi dasar Islam.
7 Dalam menyampaikan
materi bidang studi PAI
secara resmi di kelas oleh
guru bidang studi cara
11 69 10 10
penyajiannya dalam bentuk
metode resitasi/pekerjaan
rumah di samping metode
yang lainnya
8 Dalam menyampaikan
materi pelajaran PAI secara
resmi di kelas, apakah guru
bidang studi menggunakan
54 19 27
alat peraga pelajaran untuk
menjelaskan tugas
pekerjaan rumah untuk
menarik perhatian siswa.
157
9 Pada setiap awal penyajian
materi PAI yang telah
ditugaskan oleh guru di
dalam menyelesaikannya di
kelas, dan sebelum
membahas isi materi
46 44 10
tersebut, apakah guru
bidang studi PAI terlebih
dahulu menyodorkan
pernyataan-pertanyaan pada
siswanya sesuai dengan isi
materi dan waktunya.
10 Pada setiap akhir penyajian
bidang studi PAI, terutama
menyelesaikan tugas
pekerjaan rumahnya, guru
bidang studi mengadakan
evaluasi/penilaian dengan
menyodorkan soal-soal test
sesuai isi materi yang telah 30 50 10 10
diberikan pada siswa-
siswanya secara resmi di
kelas. dalam kenyataan
setiap akhir secara resmi di
kelas, sepanjang
pengalaman saya mengikuti
kegiatan tersebut.
RATA-RATA 29,4 48,4 13,4 8,8 0
TOTAL 77,8 13,4 8,8
158
Lampiran 28
159
INSTRUMEN WAWANCARA
Nama Guru : Lily Muslihah, S.Pd
Tanggal : 11 Februari 2013
PERTANYAAN JAWABAN
1. Sebutkan langkah-langkah apa saja yang Mengikuti pelatihan-pelatihan
diambil oleh guru dalam meningkatkan seperti diklat yang
profesionalisme guru PAI di sekolah diselenggarakan pemerintah,
anda? mengikuti kegiatan MGMP.
6. Hal-hal apa saja yang dilakukan oleh Melakukan sharing dengan guru
guru dalam meningkatkan PAI dari sekolah lain.
profesionalisme guru PAI di sekolah?
160
7. Apakah proses pembelajaran sudah Iya
sesuai dengan kurikulum untuk
mencapai efektivitas pembelajaran?
161
INSTRUMEN WAWANCARA
Nama Guru : Bahrudin, S.Pd
Tanggal : 14 Februari 2013
PERTANYAAN JAWABAN
1. Sebutkan langkah-langkah apa saja Mengikuti pelatihan-pelatihan,
yang diambil oleh guru dalam diklat ataupun workshop untuk
meningkatkan profesionalisme guru meningkatkan profesionalisme
PAI di sekolah anda? guru.
162
9. Apa yang menjadi faktor pendukung Pelatihan-pelatihan, diklat
dalam pelaksanaan profesionalisme guru ataupun workshop untuk
PAI? Sebutkan dan jelaskan ! meningkatkan profesionalisme
guru.
10. Indikator apa yang telah dicapai melalui Empat kompetensi dalam
penerapan profesionalisme guru PAI? professional guru yaitu
kompetensi akademik,
pedagogic, social dan
kepribadian.
163
INSTRUMEN WAWANCARA
Nama Guru : Nasita S.Pd
Tanggal : 14 Februari 2013
PERTANYAAN JAWABAN
1. Sebutkan langkah-langkah apa saja Mengikuti pelatihan-pelatihan,
yang diambil oleh guru dalam diklat ataupun workshop untuk
meningkatkan profesionalisme guru meningkatkan profesionalisme
PAI di sekolah anda? guru.
164
9. Apa yang menjadi faktor pendukung Pelatihan-pelatihan, diklat
dalam pelaksanaan profesionalisme guru ataupun workshop untuk
PAI? Sebutkan dan jelaskan ! meningkatkan profesionalisme
guru.
10. Indikator apa yang telah dicapai melalui Empat kompetensi dalam
penerapan profesionalisme guru PAI? professional guru yaitu
kompetensi akademik,
pedagogic, social dan
kepribadian.
165
Lampiran 29
166
INSTRUMEN WAWANCARA
Nama Siswa :
Tanggal : 14 Februari 2013
PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah ananda memperhatikan Iya
penjelasan materi pelajaran yang
diberikan guru dengan baik..?
167
INSTRUMEN WAWANCARA
Nama Siswa :
Tanggal : 11 Februari 2013
PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah ananda memperhatikan Iya
penjelasan materi pelajaran yang
diberikan guru dengan baik..?
168
INSTRUMEN OBSERVASI
Nama Guru : Lily Muslihah, S.Pd
Tanggal Pelaksanaan : 11 Februari 2013
KATEGORI
NO KOMPONEN KETERAMPILAN
BS B C K
1. Membuka pelajaran
Menarik perhatian siswa
Gaya mengajar siswa
Penggunaan alat-alat bantu peraga
Pola interaksi yang bervariasi
2. Merencanakan kegiatan belajar mengajar
Menetapkan rencana pembelajaran
Memilih dan menentukan materi pelajaran
Melakukan appersepsi
3. Keterampilan menjelaskan
Penggunaan kalimat yang sesuai dengan
pemahaman anak didik
Penggunaan contoh yang sesuai dengan
penjelasan materi
Memberikan ikhtisar butir yang penting
Menyimpulkan materi
Memberikan penekanan terhadap materi
yang penting
4. Penyampaian materi secara sistematis
5. Pengembangan materi pelajaran
6. Penentuan metode pengajaran yang sesuai
dengan materi
7. Variasi dalam gaya mengajar
Suara: nada suara, volume suara, kecepatan
bicara
Mimik dan gerak: gerak tangan dan badan
untuk memperjelas pelajaran
Kontak pandang: melayangkan pandangan
pada seluruh siswa
Perubahan posisi: bergerak
Memusatkan: tekanan pada butir yang
penting
8. Pemberian motivasi
Memberikan pesan / nasehat supaya belajar
lebih tekun
169
9. Pemberian contoh
Pemberian contoh yang cukup untuk
menanamkan pengertian dalam
menjelaskan
Menggunakan contoh yang relevan dengan
sifat dari penjelasan itu
Pemberian contoh disesuaikan dengan usia,
pengetahuan, latar belakang peserta didik
Keterangan : Skor
Kategori BS : Baik Sekali 4
Kategori B : Baik 3
Kategori C : Cukup 2
Kategori K :Kurang 1
170
INSTRUMEN OBSERVASI
Nama Guru : Bahrudin, S.Pd
Tanggal Pelaksanaan : 13 Februari 2013
KATEGORI
NO KOMPONEN KETERAMPILAN
BS B C K
1. Membuka pelajaran
Menarik perhatian siswa
Gaya mengajar siswa
Penggunaan alat-alat bantu peraga
Pola interaksi yang bervariasi
2. Merencanakan kegiatan belajar mengajar
Menetapkan rencana pembelajaran
Memilih dan menentukan materi pelajaran
Melakukan appersepsi
3. Keterampilan menjelaskan
Penggunaan kalimat yang sesuai dengan
pemahaman anak didik
Penggunaan contoh yang sesuai dengan
penjelasan materi
Memberikan ikhtisar butir yang penting
Menyimpulkan materi
Memberikan penekanan terhadap materi
yang penting
4. Penyampaian materi secara sistematis
5. Pengembangan materi pelajaran
6. Penentuan metode pengajaran yang sesuai
dengan materi
7. Variasi dalam gaya mengajar
Suara: nada suara, volume suara, kecepatan
bicara
Mimik dan gerak: gerak tangan dan badan
untuk memperjelas pelajaran
Kontak pandang: melayangkan pandangan
pada seluruh siswa
Perubahan posisi: bergerak
Memusatkan: tekanan pada butir yang
penting
8. Pemberian motivasi
Memberikan pesan / nasehat supaya belajar
lebih tekun
171
9. Pemberian contoh
Pemberian contoh yang cukup untuk
menanamkan pengertian dalam
menjelaskan
Menggunakan contoh yang relevan dengan
sifat dari penjelasan itu
Pemberian contoh disesuaikan dengan usia,
pengetahuan, latar belakang peserta didik
Keterangan : Skor
Kategori BS : Baik Sekali 4
Kategori B : Baik 3
Kategori C : Cukup 2
Kategori K :Kurang 1
172
INSTRUMEN OBSERVASI
Nama Guru : Nasita, S.Pd
Tanggal Pelaksanaan : 13 Februari 2013
KATEGORI
NO KOMPONEN KETERAMPILAN
BS B C K
1. Membuka pelajaran
Menarik perhatian siswa
Gaya mengajar siswa
Penggunaan alat-alat bantu peraga
Pola interaksi yang bervariasi
2. Merencanakan kegiatan belajar mengajar
Menetapkan rencana pembelajaran
Memilih dan menentukan materi pelajaran
Melakukan appersepsi
3. Keterampilan menjelaskan
Penggunaan kalimat yang sesuai dengan
pemahaman anak didik
Penggunaan contoh yang sesuai dengan
penjelasan materi
Memberikan ikhtisar butir yang penting
Menyimpulkan materi
Memberikan penekanan terhadap materi
yang penting
4. Penyampaian materi secara sistematis
5. Pengembangan materi pelajaran
6. Penentuan metode pengajaran yang sesuai
dengan materi
7. Variasi dalam gaya mengajar
Suara: nada suara, volume suara, kecepatan
bicara
Mimik dan gerak: gerak tangan dan badan
untuk memperjelas pelajaran
Kontak pandang: melayangkan pandangan
pada seluruh siswa
Perubahan posisi: bergerak
Memusatkan: tekanan pada butir yang
penting
8. Pemberian motivasi
Memberikan pesan / nasehat supaya belajar
lebih tekun
173
9. Pemberian contoh
Pemberian contoh yang cukup untuk
menanamkan pengertian dalam
menjelaskan
Menggunakan contoh yang relevan dengan
sifat dari penjelasan itu
Pemberian contoh disesuaikan dengan usia,
pengetahuan, latar belakang peserta didik
Keterangan : Skor
Kategori BS : Baik Sekali 4
Kategori B : Baik 3
Kategori C : Cukup 2
Kategori K :Kurang 1
174
INSTRUMEN WAWANCARA
Nama Guru : Lily Muslihah, S.Pd
Tanggal : 11 Februari 2013
PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah yang Anda persiapkan sebelum Merencanakan pembelajaran
proses belajar mengajar di kelas melalui pembuatan RPP
dimulai?
2. Apakah Anda menyusun Rencana Iya
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada
setiap materi yang diajarkan?
3. Apakah Anda membuat aturan dan Iya
kesepakatan dalam pembelajaran PAI?
4. Hal-hal apa yang Anda lakukan sebagai Menyesuaikan materi dengan
guru PAI dalam proses belajar mengajar karakteristik ssiwa yang
supaya materi dapat dan mudah diterima diperhatikan saat pembuatan
oleh siswa? RPP dan penggunaan media.
5. Apakah Anda menguasai setiap materi Iya
yang akan disampaikan?
6. Bagaimana Anda mengembangkan dan Membaca dan mencari materi
menyampaikan materi pelajaran secara dari buku dengan dengan materi
sistematis? yang sesuai.
7. Apakah dalam penggunaan media dan Iya
metode pengajaran sesuai dengan materi
yang disampaikan?
8. Bagaimanakah Anda menciptakan Mempersiapkan siswa dalam
suasana belajar yang kondusif dalam belajar yang kondusif sebelum
pembelajaran PAI? memulai pembelajaran.
9. Bagaimana cara Anda mengatur tempat Duduk seperti biasa kadang
duduk siswa dalam pembelajaran PAI? duduk berkelompok.
10. Apakah Anda sebagai seorang guru, Sangat memahami.
paham akan kepribadian serta
kemampuan anak didik berkaitan
dengan materi yang disampaikan?
11. Apakah Anda selalu melakukan evaluasi Iya
setelah materi berakhir?
12. Apakah Anda selalu menanyakan buku Iya, setelah selesai
catatan PAI siswa? pembelajaran buku diperiksa
dan dinilai
13. Sebagai wujud kreativitas guru, apakah Penggunaan media dan selalu
yang dapat Anda lakukan dalam berusaha memeproleh informasi
memunculkan ide-ide baru atau inovasi tentang pembelajaran PAI dari
dalam pendidikan? internet untuk dikembangkan
atau diterapklan di sekolah.
175
PERTANYAAN JAWABAN
14. Apa yang dapat Anda lakukan untuk Mendiskusikan materi
dapat mengembangkan kreativitas pembelajaran.
siswa?
15. Bagaimana cara Anda mengatasi Diberi nasehat.
masalah tingkah laku siswa yang
melanggar peraturan dalam
pembelajaran PAI?
176
INSTRUMEN WAWANCARA
Nama Guru : Bahrudin, S.Pd
Tanggal : 13 Februari 2013
PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah yang Anda persiapkan sebelum Membuat RPP dan menyiapkan
proses belajar mengajar di kelas media
dimulai?
2. Apakah Anda menyusun Rencana Tentu, untuk acuan kita dalam
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada mengajar
setiap materi yang diajarkan?
3. Apakah Anda membuat aturan dan Tentu, supaya siswa dapat
kesepakatan dalam pembelajaran PAI? mengikuti pembelajaran dengan
baik.
4. Hal-hal apa yang Anda lakukan sebagai Penggunaan media untuk
guru PAI dalam proses belajar mengajar membantu siswa memahami
supaya materi dapat dan mudah diterima pembelajaran.
oleh siswa?
5. Apakah Anda menguasai setiap materi Tentu, karena sebelum
yang akan disampaikan? mengajar harus membaca dan
mempejari kembali materi yang
akan diajarkan
6. Bagaimana Anda mengembangkan dan Disesuaikan saat pembuatan
menyampaikan materi pelajaran secara RPP, mencari sumber belajar
sistematis? yang sesuai untuk
dikembangkan dalam
pembelajaran.
7. Apakah dalam penggunaan media dan Tentu, karena sudah
metode pengajaran sesuai dengan materi dipertimbangkan sesuai dengan
yang disampaikan? karakteristik siswa dan materi
saat pembuatan RPP.
8. Bagaimanakah Anda menciptakan Pembelajaran tidak hanya
suasana belajar yang kondusif dalam dilakukan dengan metode
pembelajaran PAI? ceramah
9. Bagaimana cara Anda mengatur tempat Duduk rolling biasanya sudah
duduk siswa dalam pembelajaran PAI? dilakukan oleh guru kelas jadi
setiap minggunya siswa pasti
duduk di kursi yang berbeda.
10. Apakah Anda sebagai seorang guru, Tentu, karena kalau tidak
paham akan kepribadian serta memahami akan sulit dalam
kemampuan anak didik berkaitan menyampaikan materi
dengan materi yang disampaikan?
177
PERTANYAAN JAWABAN
11. Apakah Anda selalu melakukan evaluasi Tentu, untuk mengukur
setelah materi berakhir? keberhasilan kita dalam
menyampaikan materi apakah
anak sudah menguasai atau
belum., dianalisis mana yang
belum dipahaminya
12. Apakah Anda selalu menanyakan buku Tentu, kalau tidak nanti ada
catatan PAI siswa? siswa yang tidak mencatat,
kalau tidak siswa akan 2merasa
tidak diperhatikan.
13. Sebagai wujud kreativitas guru, apakah Sering berkomunikasi dengan
yang dapat Anda lakukan dalam guru dari sekolah lain tentang
memunculkan ide-ide baru atau inovasi inovasi pembelajaran.
dalam pendidikan?
14. Apa yang dapat Anda lakukan untuk Melalui inovasi yang ditemukan
dapat mengembangkan kreativitas tadi diterapkan dalam
siswa? pembelajaran untuk
mengembangkan kreativitas
siswa.
15. Bagaimana cara Anda mengatasi Menasehati, dan menceritakan
masalah tingkah laku siswa yang kisah yang membuat siswa
melanggar peraturan dalam menjadi individu yang baik saat
pembelajaran PAI? pembelajaran.
178
INSTRUMEN WAWANCARA
Nama Guru : Nasita, S.Pd
Tanggal : 13 Februari 2013
PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah yang Anda persiapkan sebelum Merencanakan Pelaksanaan
proses belajar mengajar di kelas Pembelajaran dan menyiapkan
dimulai? media yang diperlukan, mencari
materi sambil membaca dan
mempelajari dari sumber lain
yang sesuai dengan materi yang
akan diajarkan,
2. Apakah Anda menyusun Rencana Ya
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada
setiap materi yang diajarkan?
3. Apakah Anda membuat aturan dan Ya, agar siswa memperhatikan
kesepakatan dalam pembelajaran PAI? pembelajaran dengan seksama.
4. Hal-hal apa yang Anda lakukan sebagai Menyampaikan dengan bahasa
guru PAI dalam proses belajar mengajar yang mudah dipahami anak,
supaya materi dapat dan mudah diterima memberikan contoh yang sesuai
oleh siswa? dengan kegiatan sehari-hari
anak dan menggunakan media
jika harus menggunakan media.
5. Apakah Anda menguasai setiap materi Ya, harus karena kalau tidak
yang akan disampaikan? menguasai akan sulit dalam
menyampaikan materi.
6. Bagaimana Anda mengembangkan dan Disesuaikan dengan
menyampaikan materi pelajaran secara karakteristik siswa, mencari
sistematis? contoh yang sesuai dengan
karakteristik siswa.
7. Apakah dalam penggunaan media dan Iya, sehingga jika dalam materi
metode pengajaran sesuai dengan materi tersebut tidak harus
yang disampaikan? menggunakan media tidak usah
memaksakan jika akhirnya
materi tidak sesuai.
8. Bagaimanakah Anda menciptakan Selalu memperhatikan kesiapan
suasana belajar yang kondusif dalam siswa, mengajak siswa memasu-
pembelajaran PAI? ki materi yang sedang diajar-
kan, tentunya tidak dilakukan
dengan metode ceramah saja
supaya siswa tidak jenuh.
9. Bagaimana cara Anda mengatur tempat Disesuaikan dengan materi, jika
duduk siswa dalam pembelajaran PAI? berkelompok maka duduk
secara berkelompok.
179
PERTANYAAN JAWABAN
10. Apakah Anda sebagai seorang guru, Iya, untuk anak kelas 1
paham akan kepribadian serta mungkin perlu waktu kurang
kemampuan anak didik berkaitan lenih 2 minggu untuk
dengan materi yang disampaikan? memahami kepribadian anak,
untuk kelas 2-6 sudah
memahami.
11. Apakah Anda selalu melakukan evaluasi Iya, agar mengetahui sejauh
setelah materi berakhir? mana anak memahami materi
dengan baik.
12. Apakah Anda selalu menanyakan buku Iya
catatan PAI siswa?
13. Sebagai wujud kreativitas guru, apakah Rajin mencari inovasi dari
yang dapat Anda lakukan dalam internet lalu dikembangkan
memunculkan ide-ide baru atau inovasi sesuai dengan karakteristik anak
dalam pendidikan? di sekolah kita.
14. Apa yang dapat Anda lakukan untuk Melaksanakan pembelajaran
dapat mengembangkan kreativitas sesuai dengan inovasi tadi.
siswa?
15. Bagaimana cara Anda mengatasi Menasehati dan membimbing
masalah tingkah laku siswa yang untuk tidak melakukan
melanggar peraturan dalam pelanggaran lagi.
pembelajaran PAI?
180