Anda di halaman 1dari 112

IMPLEMENTASI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU

KELAS DALAM MENGHIDUPKAN KARAKTER SISWA


KELAS IV SDN CIPOROS 01 CILACAP JAWA TENGAH
Skripsi

Ditujukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk


Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

oleh:
Ressy Rindayani
NIM: 11180183000049

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKUKTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022
ii
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ressy Rindayani

NIM : 11180183000049

Prodi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Alamat : Dusun Ciporos, RT 002/005, Kecamatan Karangpucung,


Kab. Cilacap, Jawa Tengah, 53255.

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUGNYA

Bahwa skripsi yang berjudul “Implementasi Kompetensi Kepribadian Guru Kelas


Dalam Menghidupkan Karakter Siswa Kelas IV SDN Ciporos 01” adalah benar
hasil karya sendiri dibawah bimbingan dosen:

Dosen Pembimbing : Dr. Fauzan, M.A

NIP : 197611072007011013

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan
dari pihak manapun. Apabila terbukti skripsi ini bukan hasil karya sendiri, saya siap
menerima segala konsekuensinya.

Jakarta, 18 Oktober 2022

Ressy Rindayani

iii
iv
ABSTRAK

Kompetensi kepribadian guru merupakan salah satu dari empat kompetensi


dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Kompetensi kepribadian merupakan
landasan bagi kompetensi lainya dalam menyukseskan proses belajar mengajar
dilembaga pendidikan. Kompetensi kepribadian dapat menjadi cermin bagi
karakter, sifat, akhlak, budi pekerti dan watak yang dapat membedakan antara
manusia satu dengan yang lainya.

Tujuan dari menghidupkan karakter dalam pendidikan adalah untuk


membentuk generasi yang berkualitas bukan hanya mengetahui ilmu pengetahuan
tetapi memiliki karakter dan kepribadian yang kuat, bermoral, beretika saat berada
dilingkungan masyarakat kelak hal ini sesuai dengan Undang-Undang Pendidikan
Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Implementasi Kompetensi
Kepribadian Guru Kelas Dalam Menghidupkan Karakter Siswa Kelas IV SDN
Ciporos 01”. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan
subjek penelitian adalah guru dan siswa dengan latar penelitian yang dilakukan di
SDN Ciporos 01. Alat reduksi data yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara dengan ditunjang dokumentasi serta analisis
deskriptif yang digunakan untuk menghimpun data aktual, kegiatan yang dilakukan
dengan pengumpulan data dengan menggambarkan keadaan yang sebenarnya
terjadi kemudian dibahas menggunakan teori yang telah ada.

Hasil penelitian yang penulis dapat ketika terjun kelapangan adalah secara
umum “Implementasi Kompetensi Kepribadian Guru Dalam Menghidupkan
Karakter Siswa Kelas IV SDN Ciporos 01” sudah terlaksana dengan baik. Guru
menerapkan semua aspek kompetensi kepribadian melalui pembiasaan dan
keteladanan untuk menghidupkan karakter siswa kelas IV SDN Ciporos 01 dengan
indikator diantaranya: guru memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan dengan
menampilkan tindakan yang sesuai dengan norma religius dan memiliki perilaku
yang bisa diteladani oleh siswa, memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, serta
memiliki kepribadian yang arif dan berwibawa. Disamping itu, salah satu faktor
dominan yang dapat mempengaruhi perkembangan karakter anak adalah pola didik
orangtua dirumah.

Kata Kunci: Kompetensi Kepribadian Guru, Menghidupkan, Karakter.

v
ABSTRACT

Teacher personality competence is one of the four competencies that are


very important for a teacher, even personality competence is the basis for other
competencies in the success of the teaching and learning process in educational
institutions. Character is the nature, morals, character and character that can
distinguish humans from one another.
The purpose of bringing character to life in education is to form a quality
generation that does not only know science but has a strong, moral and ethical
character and personality when in the community. This is in accordance with the
National Education Law. This study aims to determine "Implementation of Teacher
Personality Competence in Reviving the Character of Class IV Students at SDN
Ciporos 01". This research is a type of descriptive qualitative research and the
research subjects are teachers and students with a research background at SDN
Ciporos 01. The data reduction tools that the author uses in this study are
observation, interviews with documentation supported and descriptive analysis
used to collect actual data, activities which is done by collecting data by describing
the actual situation that occurred then discussed using existing theories.
The results of the research that the author got when he entered the field
were in general "Implementation of Teacher Personality Competencies in Reviving
the Character of Class IV Students at SDN Ciporos 01" has been carried out well.
The teacher applies all aspects of personality competence through habituation and
example to liven up the character of the fourthgrade students of SDN Ciporos 01
with indicators including: the teacher has noble character and is an example by
displaying actions that are in accordance with religious norms and has behavior
that can be imitated by students, has a good personality. steady and stable, and has
a wise and authoritative personality.

Keywords: Teacher Personality Competence, Turning, Character.

vi
KATA PENGANTAR

Dengan ungkapan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan nikmat iman, islam, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI
KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU KELAS DALAM MENGHIDUPKAN
KARAKTER SISWA KELAS IV SDN CIPOROS 01” sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi (S1) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Penulis sangat menyadari dalam penyusunannya tidak lepas dari peran-


peran penting yang memberi banyak bantuan, dukungan, motivasi, bimbingan, dan
arahan dari berbagai pihak penulisan skripsi ini tidak dapat selesai sesuai harapan.
Oleh karenanya pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih setulus-tulusnya kepada:

1. Dr. Sururin M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku Kepala Program Studi Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah.
3. Rohmat Widiyanto, M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah.
4. Nafia Wafiqni, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah
memberikan arahan, bimbingan serta motivasi pada masa perkuliahan.
5. Dr. Fauzan, M.A., selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah
memberikan arahan, bimbingan, motivasi, serta kritik dan saran yang
membangun sehingga proses penyusunan skripsi ini dapat berjalan sesuai
harapan.

vii
6. Dra. Zikri Neni Iska, M. Psi., sebagai dosen yang sedia memberikan
konseling berarti bagi penulis serta membantu penulis dalam mengupgrade
diri.
7. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang
telah memberikan pembelajaran, pengalaman dan nilai-nilai kehidupan
yang sangat berharga dan bermanfaat bagi penulis selama menempuh
Pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
8. Aman Tryiono, S. Pd selaku Kepala SDN Ciporos 01 yang telah berkenan
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di
sekolah yang dinanunginya.
9. Sudisah, S.Pd., selaku Guru kelas IV SDN Ciporos 01 yang telah banyak
membantu penulis dalam penelitian.
10. Dewan Guru SDN Ciporos 01 yang turut memberikan informasi dan
motivasi kepada penulis.
11. Adik-adik dan Wali Murid kelas IV SDN Ciporos 01 yang telah
berpartisipasi dan memberikan inspirasi bagi penulis selama penelitian.
12. Almarhumah Nenek, Masmiti. Yang sepanjang hayatnya merawat penulis
hingga tumbuh dan berkembang dengan baik.
13. Kedua orangtua penulis, Suryo Iswondo Sudirin dan Warsiyem, yang tak
hentinya memanjatkan do’a untuk kesuksesan putrinya, selalu memberikan
kasih sayang, waktu dan perhatian serta memberikan dukungan terbaik baik
moril dan materil, sehingga penulis dapat menempuh pendidikan dengan
baik, dan dengan selesainya skripsi ini semoga dapat memberikan
kebahagiaan dan dapat menjadikan penulis sebagai putri yang dapat
dibanggakan.
14. Kakak tersayang, Retna Rindayani, yang telah mendidik, membimbing, dan
memberikan dukungan lahir batin kepada penulis sejak dini hingga sampai
dititik ini.

viii
15. Adik tercinta, Ringgas Rinaldi Tri Mulyana, yang selalu memberikan
perhatian dan doa-doa baik untuk penulis,
16. Bibi Oti dang Mamang Hendro, sebagai orangtua kedua yang selalu siap
siaga memberikan bantuan dan dukungannya kepada penulis, serta seluruh
sanak saudara yang ikut membantu juga mendo’akan yang terbaik untuk
penulis.
17. Teman seperbimbingan dan teman berjuang khususnya Devi Juliani yang
telah sama-sama berjuang dan saling memotivasi dalam menyelesaikan
tugas akhir kuliah ini.
18. Seluruh teman-teman PGMI angkatan 2018, terkhusus PGMI Kelas B, yang
telah menjadi bagian perjalanan kuliah penulis dan merajut kisah indah
bersama yang dapat dikenang selama menempuh perkuliahan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
19. Sahabat dan teman-teman penulis, Ratna Zulhijah, Rakhmawati Saaman,
Eryn Nurul Jannah, Salsabila Nurismayanti dan Robiatul Adawiyah yang
turut membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan penulisan
skripsi dan kegiatan perkuliahan lainnya.
20. Seluruh pihak yang terlibat membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung, dan tidak dapat disebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi
rasa hormat penulis.
Akhir kata, penulis hanya dapat memanjatkan do’a kepada Allah
SWT semoga segala bentuk perhatian, kebaikan, motivasi dan bantuan yang
diberikan, menjadi amal kebaikan bagi semua dan hanya Allah yang dapat
membalasnya dengan sebaikbaiknya balasan. Penulis menyadari dalam
penyusunannya masih terdapat kekeliruan dan kesalahan, karenanya penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa
mendatang. Dengan hadirnya skripsi ini, besar harapan penulis semoga
dapat membantu dan bermanfaat bagi seluruh pihak yang membaca dan
membutuhkannya.

ix
Jakarta, 18 Oktober 2022

Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................Error! Bookmark not defined.


LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iii
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 9
C. Batasan Masalah......................................................................................... 10
D. Rumusan Masalah ...................................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 13
A. Deskripsi Teori ........................................................................................... 13
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan .......................................................... 29
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 33
A. Metode Penelitian....................................................................................... 33
B. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 33
C. Subyek Penelitian ....................................................................................... 33
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 34
E. Instrumen Penelitian................................................................................... 35
F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 42

x
G. Keabsahan Data .......................................................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 46
A. Lokasi dan Situasi Tempat Penelitian ........................................................ 46
B. Deskripsi Hasil Analisis Data Penelitian ................................................... 51
C. Faktor Pendukung dan Penghambat ........................................................... 59
D. Keterbatasan Peneliti ................................................................................. 61
BAB V PENUTUP................................................................................................ 62
A. Kesimpulan ................................................................................................ 62
B. Saran ........................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 64

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kompetensi merupakan sebuah keterpaduan antara pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang berimplikasi pada kualitas kepribadian seseorang.
Kompetensi direfleksikan melalui kebiasaan berpikir dan bertindak seseorang
dalam menjalankan perannya. Bentuk konkret kompetensi dapat dicerminkan
melalui lisan, tulisan maupun perbuatan. Jika dikaitkan dengan guru, maka
lisan, tulisan dan perbuatan seorang guru disebut kompetensi kepribadian guru.
Hal tersebut selaras dengan substansi Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005
Pasal 10 ayat 1 tentang Guru dan Dosen bahwasannya kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru diantaranya: Kompetensi Pedagogik, Kompetensi
Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Profesional.
Mulyasa menukilkan bahwasannya “kompetensi kepribadian sangat
besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
peserta didik”. Maka, guru yang terampil mengajar tentu harus pula memiliki
pribadi yang baik dan mampu melakukan social adjustment dalam masyarakat.
Kepribadian guru biasanya akan menjadi hal mencolok yang menarik untuk
dicontoh dan dijadikan teladan bagi murid-muridnya. Dalam Standar Nasional
Pendidikan disebutkan kompetensi kepribadian guru meliputi kepribadian
yang mantap, berakhlak mulia, arif, dewasa, berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didiknya.1 Jadi, kompetensi kepribadian guru merupakan kemampuan
personal yang harus dimiliki seorang guru dalam rangka membentuk,
membangun maupun mengembangkan kepribadian anak.

1
Mulyasa, E, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm. 117.
Orientasi moral anak bergantung pada baiknya suatu tindakan yang
mengandung konsekuensi logis yang diterimanya.2 Oleh karena itu seorang
guru dituntut untuk memberikan teladan kepada sesama khususnya kepada
peserta didik, serta memiliki akhlak yang baik. Hal ini dikarenakan peserta
didik akan selalu melihat guru sebagai contoh yang harus diikuti. Selain itu,
pendidikan atau proses pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang
melibatkan banyak pihak. Setiap komponen seperti guru, peserta didik,
orangtua/wali, maupun lingkungan masyarakat saling memberikan pengaruh
satu sama lain.
Pemecahan permasalahan fundamental dalam pendidikan era digital
diangkat dari substansi mengenai kepribadian dan karakter yang tidak terlepas
dari pengetahuan dan pengamalan adab. Merujuk pada apa kata Abdullah bin
Mubarak rahimahullah yang memberikan pernyataan bahawasannya:

“Saya mempelajari adab selama tiga puluh tahun dan saya mempelajari
ilmu (agama) selama dua puluh tahun, dan ada-lah mereka (para ulama
salaf) memulai pelajaran mereka dengan mempelajari adab terlebih dahulu
kemudian baru ilmu.”
Dari pernyataan tersebut, tersirat makna bahwa posisi adab tepat
diatas ilmu. Maka ilmu, baiknya diperoleh dan diamalkan dengan menjunjung
tinggi adab. Adab yang ditaati oleh seseorang dapat mencerminkan
kepribadian. Kepribadian bersifat abstrak atau sukar diketahui secara nyata,
yang dapat diketahui adalah tindakannya dalam segala segi kehidupan,
misalnya dalam tindakan, cara bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi
persoalan atau masalah. Namun, tindakan seseorang pun tidak secara mutlak
mencerminkan kepribadian seseorang, karena kepribadian yang sesungguhnya
lahir dari hati yang suci. Begitupun kepribadian seorang guru mempunyai
urgensi yang cukup besar terhadap penguatan karakter terutama bagi

2
Hudiyono, Membangun Karakter Peserta didik Melalui Profesionalisme Guru dan
Gerakan Pramuka, (Jakarta: Erlangga Group, 2012), hlm. 10.
2
perkembangan psikologi dan membentuk pribadi peserta didik dalam proses
belajarnya.3 Melihat pada banyaknya kasus penyimpangan yang dilakukan
guru dewasa ini. Maka keberadaan guru yang kompeten masih menjadi PR
bersama warga negera Indonesia pada umumnya, dan tokoh pendidikan
khususnya.
Disamping itu, Islam membina keyakinan bahwa bentuk
kesempurnaan manusia sebagai khalifah akan mengantarkan manusia pada
gerbang keselamatan hidup dunia dan akhirat. Untuk mencapai tujuan itu,
maka pendidikan berperan sebagai peta yang memberikan petunjuk mengenai
norma-norma kehidupan untuk tujuan memanusiakan manusia dengan
menjunjung tinggi akhlakul karimah. Pendidikan adalah sebuah proses
perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang untuk
mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan.
Pada abad 21, trend ini dikenal dengan istilah “pendidikan karakter”.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 disebutkan bahwa
pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab". Ratna Megawangi
memaknai pendidikan karakter sebagai sebuah usaha untuk mendidik anak-
anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mengaplikasikan hal
tersebut dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga mereka dapat memberikan
sumbangsih yang positif kepada lingkungan sekitarnya.
Memetik pernyataan yang ditulis Fakhry Gaffar dalam bukunya
bahwa “Pendidikan karakter merupakan sebuah proses tranformasi nilai-nilai
kehidupan untuk di tumbuh kembangkan dalam keperibadian seseorang

3
Chaerul Rochman dan Heri Gunawan, Membangun Kompetensi Kepribadian Guru;
Menjadi Pendidik yang Dicintai dan Diteladani Peserta didik, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2016),
hlm. 3.
3
sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.”4 Kemudian Sri
Judiani mengartikan dalam bukunya Pendidikan karakter dimaknai sebagai
pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada diri peserta didik
sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya,
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota
masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif.5
Terkait dengan pernyataan beberapa tokoh tentang pengertian
pendidikan karakter, maka peneliti menyimpulkan “Pendidikan Karakter
adalah serangkaian usaha yang diorganisasikan secara sadar dan matang
dengan tujuan menggali dan mengembangkan potensi, serta membentuk dan
membangun pribadi manusia yang bermanfaat baik bagi dirinya maupun
lingkungannya.
Anak-anak usia sekolah dasar memiliki karakter yang variatif. Mereka
senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang
merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Maka dari itu, intensinya
seorang guru dituntut untuk dapat meciptakan suasana belajar yang
diintegrasikan melalui sebuah permainan. Kemudian, guru dapat
menyesuaikan jenis permainan dengan mengembangkan strategi dan metode
pembelajaran yang digunakan tujuannya untuk mengusahkan anak dapat
berpindah atau bergerak agar tidak merasa bosan. Seorang guru semestinya
memberikan arahan dan mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan masalah
serta bekerja dalam kelompok. Selain itu, guru hendaknya memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam proses
pembelajaran.
Akan tetapi, perkembangan kepribadian anak tentu bukan tanggung
jawab guru sepenuhnya. Bagaimanapun, orangtua adalah pijakan pertama bagi

4
Mohammad Fakhry Gaffar, Pendidikan Karakter Berbasis Islam (Jogjakarta: Makalah
Workshop Pendidikan Karakter Berbasis Agama. 2010), hlm. 4
5
Sri Judiani, “Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Melalui Penguatan
Pelaksanaan Kurikulum”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, 2010, hlm, 282
4
anak-anaknya. Oleh karena itu, orangtua seyogyanya berinisiatif untuk dapat
membina kerja sama yang baik dengan guru perihal perkembangan anaknya.
Bukan lagi sebuah kewajiba, tetapi senantiasa mengawasi dan mengontrol
kegiatan anak-anaknya selama dirumah adalah kebutuhan tersendiri bagi
orangtua yang ingin konsistensi pola pendidikan anaknya berjalan secara
optimal. Adanya modifikasi desain dan pola pendidikan pada abad 21
khususnya sejak masa pandemi merupakan salah satu ciri era globalisasi yang
juga dikenal sebagai era keterbukaan (era of oppenes). Hal ini dibuktikan
dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan (science) dan Teknologi
(tecnology).6 Seorang guru harus memiliki satu langkah perubahan dalam abad
ini, seperti merubah teknik tradisional (ceramah) yang berpusat pada guru,
menjadi lebih kreatif dan inovatif sehingga lebih berpusat pada siswa agar
mampu mengembangkan mutu sumber daya manusia (SDM) dan mutu
pendidikan.
Berdasarkan hasil observasi pra-research yang peneliti lakukan
selama melaksanakan program PLP (Pengenalan Lapangan Persekolahan).
Peneliti menemukan permasalahan-permasalahan yang menggambarkan
realita pendidikan pada masa pandemi dan transisi di SDN Ciporos 01. Realita
yang dimaksud adalah implementasi pembelajaran daring yang monoton.
Pembelajaran daring hanya dilakukan via grup whatsapp sehingga desain
pembelajaran cenderung tecaher centered. Guru kurang terbiasa memberikan
feedback saat proses pembelajaran daring berlangsung. Selain itu, guru tidak
mengindahkan teknik reward and punishment untuk memacu semangat belajar
dan meningkatkan kedisiplinan peserta didiknya. Ironisnya, di zaman yang
sudah serba digital 5 dari 6 guru kelas tidak pernah melakukan pembelajaran
daring via zoom, google meet, menggunakan google classroom atau fasilitas
digital lainnya. Guru turut merasakan ketidakefektifan pembelajaran daring

6
Ace Suryadi, Pendidikan, Investasi SDM, dan Pembangunan, (Jakarta: Balai Pusataka,
2002), hlm 4.
5
yang serba keterbatasan. Pasalnya guru turut mempertimbangkan keadaan
psikologis dan kondisi ekonomi orangtua siswa dalam memilih desain
pembelajaran daring selama masa pandemi.
Setelah ditelusuri, faktor yang menyebabkan pembelajaran daring
berjalan monoton yakni adanya kesenjangan digital baik dari segi pendidik
maupun peserta didik. Kesenjangan digital dari segi pendidik, dipengaruhi oleh
sikap keterbukan individu guru dalam menghadapi tantangan dan
memnfaatkan perkembangan IPTEK. Disamping itu, jika dilihat dari segi
peserta didik kesenjangan digital sangat dipengaruhi oleh kesenjangan
ekonomi orangtua.
Selanjutnya, peneliti berkesempatan untuk menyelesaikan masa
Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) yang kemudian diberi fokus pada
kelas peralihan dari kelas rendah menuju kelas tinggi yaitu kelas IV. Bersmaan
dengan adanya kebijakan pemerintah tentang perizinan Pembelajaran Tatap
Muka Terbatas (PTMT) bagi daerah yang termasuk zona hijau covid-19. Maka
SDN Ciporos 01 turut memanfaatkan kesempatan ini untuk meminimalisir dan
mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialami peserta didiknya. Selama
masa PTMT, peneliti mengamati bagaimana proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, guru tidak pernah menggunakan
power point atau media belajar berbau teknologi lainnya baik saat sekolah
online ataupun offline. Biasanya guru hanya mengandalkan modul atau buku
belajar pada umumnya. Guru mampu mengaitkan mata pelajaran dengan
kehidupan sehari-hari. Akan tetapi guru tidak mengadopsi metode dan strategi
belajar yang tepat untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan
menyenangkan. Guru sudah membudayakan masuk kelas tepat waktu agar
dapat memberikan contoh yang baik kepada peserta didik. Guru selalu
membiasakan peserta didik untuk menjaga kebersihan dan mematuhi protokol
kesehatan. Guru pun kerap menasehati peserta didik untuk dapat
memanfaatkan waktunya dengan baik seperti mengisi waktu luang dengan

6
membaca, mengerjakan tugas dan memakan makanan yang sehat. Kemudian,
guru sering mengingatkan peserta didik untuk mencermati pesan dalam grup
whatsapp agar dapat menyerap informasi dengan baik. Guru menyayangkan
lemahnya keterampilan literasi peserta didik sehingga seringkali tidak bersikap
tegas dalam membatasi waktu penugasan.
Mengulas hasil pra penelitian, peneliti juga menemukan fakta tentang
hal-hal yang berkaitan dengan karakter peserta didik. Fakta yang dimaksud
adalah hampir seluruh peserta didik kelas IV masih cenderung pasif dalam
kegiatan pembelajaran. Peserta didik mayoritas belum berani mengungkapkan
pendapat, masih malu untuk bertanya, tidak mengeksplor rasa ingin tahunya
serta lebih banyak diam dikelas. Hanya terdapat 2 peserta didik yang aktif
bertanya atau menyampaikan pendapat dari total 21 peserta didik. Peserta
didik lebih individualis atau kurang dapat bekerja secara berkelompok. Peserta
didik sangat antusisas belajar disekolah karena mengaku senang bertemu
teman-teman dan lebih mudah memaha mi materi pembelaharan. Namun
beberapa di antaranya sering terlambat masuk kelas dan tidak menerapkan
protokol kesehatan sesuai himbauan. Ironisnya lagi, dari 21 peserta didik,
peneliti menjumpai 11 peserta didik diantaranya lancar membaca dan
memahami isi bacaan. Sedangkan 10 peserta didik lainnya belum mampu
membaca dengan lancar dan tidak dapat memahami isi bacaan. Misalnya,
peserta didik belum dapat mengerti maksud pertanyaan karena tidak kaya akan
kosakata. Ada pula peserta didik yang kerap sembarangan dalam membuang
sampah, juga asal-asalan perihal menjawab soal atau pertanyaan. Peneliti juga
sering mendapati karakter peserta didik yang masih suka mencela satu sama
lain. Seperti saling menuduh mencontek, saling mengejek dengan menyebut
nama orangtua dan membeda-bedakan dalam berteman.
Masih berkenaan dengan karakter peserta didik. Sesuai dengan usia
perkembangannya yang masih suka bermain dan bergerak. Peserta didik kelas
IV menunjukkan sikap yang kurang fokus saat mengerjakan tugas. Mereka

7
tidak memanfaatkan waktunya dengan baik dan justru menunjukkan sikap
bergantung kepada temannya. Kondisi tersebut menggambarkan karakter
peserta didik yang tidak disiplin, tidak mandiri dan tidak bertanggung jawab.
Peserta didik lebih sering membicarakan topik-topik tidak selaras usianya yang
sedang viral di media sosial dibandingkan membahas materi pelajaran atau hal
positif lainnya. Kendati demikian, peneliti mendeteksi bahwa sebenarnya
peserta didik memiliki potensi dan keunikannya masing-masing. Hanya saja,
potensi dan keunikan yang mereka miliki belum terarah dengan baik.
Sebaliknya, karakter anak yang utuh hampir tenggelam akibat tidak dikenai
didikan, bimbingan dan pelatihan secara langsung. Mereka terbawa arus
perkembangan zaman sehingga mengganti role model-nya. Dari yang biasanya
selalu berketeladanan dari guru berubah menjadi apa saja yang mereka lihat di
media sosial. Dan rentan usia kelas IV belum cukup dewasa untuk menyikapi
secara bijak mana-mana saja yang harus mereka teladani.
Untuk mensiasatinya, maka kerjasama antara guru dan orangtua harus
ditata kembali. Pembentukan dan perkembangan karakter atau kepribadian
anak tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Faktor lingkungan meliputi lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan sosial budaya. Lingkungan sekolah
tercipta dari keberagaman sosial dan budaya warganya. Sehingga konsistensi
pola pendidikan dirumah dan disekolah berperan penting dalam membentuk
dan membangun karakter anak.
Atas dasar itulah peneliti memilih SDN Ciporos 01 sebagai objek
penelitian dimana sekolah tersebut memiliki visi “Mewujudkan sekolah yang
unggul di bidang akademik dan non akademik, berlandaskan iman dan taqwa
serta berbudi pekerti yang luhur.” Visi ini menunjukkan SDN Ciporos 01
memiliki motivasi yang tinggi terhadap pembentukan karakter para peserta
didik untuk dapat membentuk peserta didik yang berakhlakul karimah. Dan
berdasarkan pernyataan diatas, peneliti tertarik mengkajinya dalam bentuk

8
skripsi yang berjudul “Implementasi Kompetensi Kepribadian Guru Dalam
Menghidupkan Karakter Siswa Kelas IV SDN Ciporos 01.”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, peneliti mengidentifikasi
permasalahan:
1. Implementasi kompetensi kepribadian guru tidak optimal akibat
pembelajaran daring yang monoton. Hal tersebut terlihat dari pelaksanaan
pembelajaran daring hanya dilakukan via WhatsApp.
2. Pembelajaran daring yang monoton menjadi pemicu menurunnya
semangat dan minat belajar siswa. Hal tersebut mengakibatkan rendahnya
keterampilan literasi siswa.
3. Hidden Curriculum seperti kebiasaan berdoa sebelum dan sesudah
belajar, budaya 5S dan 5R, membaca Asmaul Husna dan pembiasaan pola
hidup sehat dan bersih tidak terpantau secara langsung dalam
pembelajaran daring.
4. Perkembangan IPTEK yang dibersamai dengan fluktuatifnya kasus
covid-19 pada kondisi pandemi tidak hanya menyebabkan merosotnya
kesehatan masyarakat namun menciptakan lahirnya degradasi moral
dengan tren viral yang kurang mengedukasi
5. Peran guru dan orangtua siswa tidak optimal. Guru dan orangtua siswa
belum menjalin kerja sama yang baik dalam membentuk dan membangun
karakter siswa
6. Implementasi kompetensi kepribadian guru dapat menjadi pondasi
penting dalam penguatan pendidikan karakter abad 21 karena guru
merupakan role model bagi siswa
7. Keterbatasan sarana prasarana mengakibatkan ketidakoptimalan model
PAKEM dalam pembelajaran daring

9
8. Penggunaan metode dan strategi pembelajaran yang kurang tepat dapat
menjadi penghambat penguatan karakter siswa
9. Lemahnya karakter disiplin, mandiri, bertanggungjawab, dan berpikir
kritis peserta didik
C. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian, maka penulis perlu melakukan pembatasan
terhadap masalah yang akan dikaji. Berdasarkan identifikasi masalah, maka
penulis menentukan batasan masalah pada:
1. Subjek penelitian:
a. Guru Kelas IV SDN Ciporos 01
b. Siswa Kelas IV SDN Ciporos 01
c. Orangtua Siswa Kelas IV SDN Ciporos 01
2. Objek Penelitian
Peneliti membatasi masalah pada bagaimana implementasi kompetensi
kepribadian guru kelas dalam menghidupkan karakter siswa kelas IV SDN
Ciporos 01

D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi kompetensi kepribadian guru kelas dalam
menghidupkan karakter siswa kelas IV SDN Ciporos 01?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi kompetensi
kepribadian guru dalam menghidupkan karakter siswa kelas IV SDN
Ciporos 01?

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis melakukan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi kompetensi kepribadian guru
dalam menghidupkan karakter siswa kelas IV SDN Ciporos 01
2. Untuk menggali lebih dalam apa saja faktor pendukung dan penghambat
implementasi kompetensi kepribadian guru kelas dalam menghidupkan
karakter siswa kelas IV SDN Ciporos 01
10
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat diantaranya:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan mengenai faktor apa saja yang dapat
menjadi penghambat dan pendukung implementasi kompetensi
kepribadian guru dalam menghidupkan nilai pendidikan karakter yang
berdampak pada hasil belajar. Selain itu peneliti mengupayakan dapat
menemukan solusi dalam penyelesaiab masalah relevan baik secara teoritis
maupun praktis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Sebagai sarana edukasi dan evaluasi dalam membentuk, membina
memperbaiki nilai karakter siswa baik dalam lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat
b. Bagi Guru
Sebagai bahan evaluasi guru dalam meningkatkan kesadaran diri
dan memahami akan pentingnya kesungguhan menjadi seorang guru
dimana kompetensi kepribadian turut berdampak terhadap kualitas
pendidikan, pedidik, dan karakter peserta didik.
c. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman berharga yang memberikan berbagai bahan
masukan atau referensi juga motivasi untuk dapat menjadi guru
profesional yang unggul bekepribadian.
d. Bagi Peneliti lain
Sebagai bahan evaluasi dan motivasi untuk melakukan penelitian
lanjutan demi perbaikan dimasa mendatang.
e. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai landasan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan,
pendidik, dan peserta didik.
11
f. Bagi Masyarakat Umum
Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam
dunia pendidikan.

12
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori
1. Kompetensi Kepribadian Guru

a. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru

Diangkat dari bahasa Inggris “competence” atau kompetensi memiliki


makna kemampuan atau kecakapan. Kompetensi bermakna kemampuan atau
kecakapan, hal ini sama artinya dengan memiliki pengetahuan, kecakapan
atau keterampilan.7 Jika dikaitkan dengan koteks guru, maka kompetensi guru
sendiri merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban
secara bertanggung jawab dan layak di mata pemangku kepentingan.8
Berlandaskan uraian di atas maka dapat dsimpulkan bahwasanya
kompetensi guru adalah suatu kemampuan, kecakapan serta kewenanangan
yang harus dimiliki oleh seseorang dalam menyandang suatu profesinya
sebagai guru mencakup pengetahuan dan perilaku yang mendukungnya
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru secara baik
dan profesioanal. Sedangkan istilah kepribadian tidak asing lagi dalam
kehidupan kita sehari-hari. Meskipun kepribadian sudah menjadi kata umum
dalam percakapan sehari-hari, tetapi tidak jarang di antara kita yang belum
paham benar tentang pengertian kepribadian baik secara etirnologi maupun
pendapat dari para ahli. Kepribadian merupakan terjemahan bahasa Inggris
dari kata “personality”. Dalam kehidupan sehari-hari, kata kepribadian di

7
Janawi, Kompetensi Guru; Citra Guru Profesional, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 1.
8
Barnawi dan Muhammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), hlm. 155.
gunakan untuk menggambarkan identitas diri, jati diri, kesan seseorang
tentang diri anda atau orang lain, fungsi diri atau bermasalah.9
Kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah yang abstrak, hanya
dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam
menghadapi setiap persoalan.10 Misalnya dalam tindakannya, ucapan, cara
bergaul, berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah,
baik yang ringan maupun yang berat. Setiap guru mempunyai pribadi masing-
masing sesuai dengan ciriciri pribadi yang ia miliki, ciri-ciri tersebut tidak
dapat ditiru oleh guru lai kerena dengan adanya perbedaan ciri inilah maka
kepribadian setiap guru itu tidak sama. Jadi, kepribadian guru merupakan
faktor yang menentukan terhadap keberhasilan dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pendidik.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diketahui bahwasanya
kepribadian adalah suatu kebulatan yang terdiri dari aspek jasmani dan rohani
yang bersifat khas/unik serta dinamis dalam hubungannya dengan kehidupan
sosial. Kompetensi kepribadian bagi guru merupakan kemampuan personal
yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berakhlak
mulia dan berwibawa, dan dapat menjadi teladan bagi siswa. Kompetensi
kepribadian secara rinci mencakup hal-hal berikut: berakhlak mulia, arif dan
bijaksana, mantap, berwibawa, stabil, jujur, dewasa, menjadi teladan bagi
siswa dan masyarakat, secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, siap
mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Jadi, berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kompetensi
kepribadian guru adalah kompetensi yang berkaitan dengan tingkah laku guru
itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar
dalam kehidupan sehari-hari.

9
Ibid, hlm. 15
10
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anank Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta,2010), hlm. 39.
14
Kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakekat
perilaku guru yang penuh arti.11 Kompetensi guru berkaitan dengan
profesionalisme guru. Guru yang profesional adalah guru yang kompeten
(berkemampuan). Ciri-ciri guru yang profesional, yaitu (1) memiliki pen
didikan, keahlian, dan keterampilan tertentu agar dapat melaksanakan tugas
mengajar dengan baik melalui pendidikan dan dalam jabatan yang
dilaksanakan secara terpadu, (2) standar kompetensi sesuai dengan tuntutan
kinerja sebagai guru profesional, (3) sertifikasi dan lisensi sebagai tanda
kewenangan melaksanakan tugas sebagai guru profesional, (4) kode etik guru
yang mengatur perilaku guru sebagai pribadi maupun anggota masyarakat,
(5) pengakuan masyarakat yang menggunakan jasa guru melalui pemberian
kedudukan sosial, proteksi jabatan, penghasilan dan status hukum yang lebih
baik yang dibandingkan ketika guru masih dianggap sebagai suatu pekerjaan
(vokasionan), dan (6) organisasi profesi guru yang mewadahi anggotanya
dalam mempertahankan, memperjuang- kan eksistensi dan kesejahteraan
serta pengembangan profesional guru.
Kompetensi utama yang harus dikuasai guru adalah membelajarkan
peserta didik. Namun demikian, kompetensi ini tidak berdiri sendiri. Ada
sembilan karakteristik citra guru yang ideal, yaitu: (1) memiliki semangat
juang yang tinggi disertai kualitas keimanan dan ketaqwaan yang mantap, (2)
mampu mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan padanan dengan tuntutan
lingkungan dan perkembangan iptek, (3) mampu belajar dan bekerjasama
dengan profesi lain, (4) memiliki etos kerja yang kuat, (5) memiliki kejelasan
dan kepastian pengembangan karir, (6) berjiwa profesional tinggi, (7)
memiliki kesejahteraan lahir dan batin, material, dan non materi- al, (8)
memiliki wawasan masa depan, dan (9) mampu melaksanakan fungsi dan
perannya secara terpadu. Kemudian dijelaskan bahwa guru harus

11
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Rosdakarya, 2005), hlm. 25
15
mempunyai: (1) kepribadian yang matang dan berkembang, (2) menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi kuat, (3) keterampilan untuk
membangkitkan minat peserta didik, dan (4) mengembangkan profesinya
secara berkesinambungan.
Kompetensi merupakan suatu karakteristik yang mendasar dari
seseorang individu, yaitu penyebab yang memiliki keterikatan dan
keterkaitan dengan acuan kriteria tentang kinerja yang efektif.
1) Kepribadian (personality) merupakan keseluruhan pemikiran, perasaan
dan tingkah laku, kesadaran dan ketidaksadaran. Objek kajian
kepribadian meliputi “human behavior”, perilaku manusia yang
pembahasannya apa, mengapa dan bagaimana dalam berperilaku.
2) Guru kelas adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan
murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah
maupun di luar sekolah khususnya didalam kelas. Kompetensi
kepribadian guru merupakan indikator penting sehubungan dengan
adanya program pengembangan pendidikan karakter yang mewarnai
dunia pendidikan abad 21.
Untuk memenuhi syarat keempirisan suatu data yang diteliti, maka
konsep yang telah ada dioperasionalisasikan dengan cara mengubahnya
menjadi variabel atau sesuatu yang mempunyai nilai dan lebih spesifik.
Kompetensi (competencies) merupakan sejumlah karakteristik yang
mendasari seseorang dan menunjukkan (indicate) cara-cara bertindak,
berpikir, atau menggeneralisasikan situasi secara layak dalam jangka
panjang. Terdapat lima tipe karakteristik kompetensi, yaitu:12
1) Motif-motif (motives), sesuatu yang secara konsisten dipikirkan dan
diinginkan, yang menyebabkan tindakan seseorang

12
Lyle M Spencer and Signe M. Spencer, Competence at Work, (New York: John Wiley
& Sonc, Inc, 1993), hlm. 143.
16
2) Ciri-ciri (traits), karakteristik fisik dan respon-respon yang konsisten
terhadap situasi atau informasi
3) Konsep diri (self-concept), sikap-sikap, nilai-nilai atau gambaran tentang
diri sendiri seseorang
4) Pengetahuan (knowledge), informasi yang dimiliki seseorang dalam area
spesifik tertentu
5) Keterampilan (skill), kecakapan seseorang untuk menampilkan tugas
fisik atau tugas mental tertentu.

Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur


psikis dan fisik. Dengan demikian dalam kepribadian tercermin dalam
seluruh sikap, perbuatan maupun tingkah laku yang terdapat dalam diri
seseorang. Menurut Uzer Usman kompetensi pribadi guru meliputi:

1) Pengembangan kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan


Yang Maha Esa, berperan aktif dalam masyarakat dan mengembangkan
sifat-sifat terpuji
2) Berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat guna
meningkatkan kemampuan dan wawasannya dan dengan masyarakat
guna menjalankan misi pendidikan
3) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa yang mengalami
kesulitan belajar, kelainan, dan berbakat khusus
4) Melaksanakan administrasi sekolah, melaksanakan penelitian sederhana
untuk keperluan pembelajaran.
Sedangkan menurut Mulyasa kepribadian yang harus dimiliki guru
meliputi:
1) Beriman dan bertakwa
2) Berwawasan Pancasila
3) Mandiri penuh tanggung jawab
4) Berwibawa

17
5) Berdisiplin
6) Berdedikasi
7) Bersosialisasi dengan masyarakat
8) Mencintai peserta didik dan peduli terhadap pendidikan
Dalam dunia pendidikan, guru hakikatnya merupakan pemimpin.
Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk memiliki naluri kepemimpinan
yang hendaknya terus ia kembangkan dari waktu ke waktu demi tercapainya
tujuan pembelajaran khususnya dan tujuan pendidikan nasional umumnya.
Kepemimpinan merupakan motor penggerak bagi sumbersumber dan
alat-alat-manusia serta alat lainya dalam satu organisasi. Demikian
pentingnya peranan kepemimpinan dalam usaha mencapai tujuan suatu
organisasi sehingga dapat dikatakan sukses atau kegagalan yang dialami oleh
organisasi sebagaian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang
dimiliki oleh orang-orang yang diserahi tugas memimpin dalam organisasi
itu.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Frend W. Hart
terhadap 3.725 peserta didik Sekolah Menengah Atas di Amerika Serikat
disimpulkan sepuluh sikap yang disenangi peserta didik terhadap
kepemimpinan gurunya antara lain:
1) Suka menolong pekerjaan sekolah dan menerangkan pelajaran dengan
jelas dan mendalam serta menggunakan contoh-contoh yang baik
dalam mengajar
2) Periang dan gembira, memiliki perasaan humor, dan suka menerima
lelucon atas dirinya
3) Bersikap bersahabat, merasa sebagai anggota dalam kelompok kelas
4) Menaruh perhatian dan memahami muridnya
5) Berusaha agar pekerjaan menarik, dapat membangkitkan keinginan-
keinginan bekerjasama dengan murid-murid

18
6) Tegas, sanggup menguasai kelas dan dapat membangkitkan rasa hormat
pada anak didik
7) Tidak ada yang lebih disenangi, dan tak pilih kasih, taka da anak emas
atau anak tiri
8) Tidak suka ngomel, mencela dan sarkatis
9) Anak didik benar-benar merasakan, bahwa ia mendapatkan sesuatu dari
guru
10) Mempunyai pribadi yang dapat diambil contoh dari pihak anak didik
dan masyarakat lingkungannya.
b. Karakteristik Kompetensi Kepribadian Guru
Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh guru antara lain:
1) Zuhud (tidak mengutamakan materi)
2) Kebersihan guru (bersih tubuh dan jiwa dari sifat-sifat tercela)
3) Ikhlas dalam pekerjaan
4) Sifat kepemimpinan
5) Pemaaf
6) Harus mengetahui tabiat murid
7) Harus menguasai mata pelajaran.13

13
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm. 94.
19
Kepribadian adalah faktor yang sangat berurgensi terhadap
keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia.
Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik
dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi
perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak
didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang
mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).14 Guru kelas dituntut
untuk memahami bagaimana karakteristik (ciri khas) kepribadian yang
di perlukan sebagai panutan para siswa.
Karakteristik yang berkaiatan dengan keberhasilan guru kelas dalam
menggeluti profesinya adalah sebagai berikut:
1) Fleksibilitas kognitif
Fleksibilitas kognitif (keluwesan rabah cipta) merupakan
kemampuan berpikir yang diikuti secara simultan dan memadai
dalam situasi tertentu. Kebalikannya adalah frigiditas kognitif atau
kekakuan ranah cipta yang ditandai dengan kekurangmampuan
berpikir dan bertindak yang sesuai dengan situasi yang sedang
dihadapi.
2) Keterbukaan psikologis pribadi guru
Keterbukaan ini merupakan dasar kompetensi profesional
(kemampuan dan kewenangan melaksanakan tugas) keguruan yang
harus dimiliki oleh setiap guru. Guru yang terbuka secara psikologis
biasanya ditandai dengan kesediannya yang relatif tinggi untuk
mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara
lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya
bekerja. Ia mau menerima kritik dengan ikhlas. Keterbukaan

14
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010), hlm. 39.
psikologis sangat penting bagi guru mengingat posisinya sebagai
panutan siswa.15
Kompetensi sebagai karakteristik seseorang berhubungan
dengan kinerja yang efektif dalam suatu pekerjaan atau situasi.
Kompetensi memiliki lima karakteristik, yaitu (1) motif, yaitu
sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang menyebabkan
sesuatu, (2) sifat, yaitu karak- teristik fisik tanggapan komite
terhadap situasi atau informasi; (3) konsep diri, yaitu sikap, nilai,
image diri seseorang; (4) pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki
seseorang dalam bidang tertentu; dan (5) ke- terampilan, yaitu
kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang ber- kaitan dengan
fisik dan mental.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa
kompetensi seseorang terbentuk karena adanya dua faktor utama
yang mempengaruhi, yakni (1) faktor internal, yaitu potensi bawaan
yang dimiliki seseorang sejak lahir yang diturunkan dari orangtua;
(2) faktor eksternal, yaitu potensi lingkungan yang membentuk
seseorang untuk memiliki potensi. Dengan demikian kompetensi
adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh seseorang dapat berupa
pengetahuan, keterampilan dan sebagainya untuk dapat
mengerjakan sesuatu pekerjaan

c. Konsep Kompetensi Kepribadian Guru berdasarkan Peraturan


Pemerintah
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pada penjelasan pasal 28 ayat (3) butir b,
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian
adalah kemampuan yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi siswa, dan berakhlak mulia.16 Dari penjelasan
Peraturan Pemerintah tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa
kompetensi kepribadian untuk mencapai hasil belajar siswa dapat dirinci
sebagai berikut:

15
Ibid, hlm. 40-41.
16
Himpunan Peraturan Perundang-Udangan, Undang-Undang SISDIKNAS; Sistem
Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokusmedia, 2010), hlm. 30

21
1) Kepribadian mantap
Pribadi mantap berarti orang tersebut memiliki suatu
kepribadian yang tidak tergoyahkan (tetap teguh dan kuat). Agar dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik, professional dan dapat
dipertanggungjawabkan, guru harus memiliki kepribadian yang
mantap. Kepribadian yang mantap dan berkeyakinan ini menekankan
pada tiga hal yang merupakan landasan gaya kepribadiannya:
kebenaran, tanggung jawab, dan kehormatan.
Senantiasa dalam segala hal, dia berusaha untuk melakukan apa
yang benar, untuk bertanggungjawab dan mendapat kehormatan dari
keluarga, teman, dan hubungan lainnya. Jadi, seorang guru kelas
diharapkan memiliki kepribadian yang mantap berarti dia memiliki
keteguhan dan kematangan dalam hal kecakapan dan keterampilannya
serta memiliki tanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya.
2) Kepribadian Stabil
Pribadi yang stabil merupakan suatu kepribadian yang kokoh.
Jika ditelaah dari segi arti bahasanya pribadi yang stabil sama halnya
dengan pribadi yang mantap. Ujian berat bagi guru dalam hal
kepribadian ini adalah rangsangan yang sering memancing emosinya.
Kestabilan emosi amat diperlukan, namun tidak semua orang mampu
menahan emosi terhadap rangsangan yang menyinggung perasaan,
dan memang diakui bahwa tiap orang mempunyai tempramen yang
berbeda dengan orang lain.
Untuk keperluan tersebut, upaya dalam bentuk latihan mental
akan sangat berguna. Guru yang mudah marah akan membuat siswa
takut, dan ketakutan mengakibatkan kurangnya minat untuk
mengikuti pembelajaran serta rendahnya konsentrasi, karena
ketakutan menimbulkan kekhawtiran untuk dimarahi dan
membelokkan konsentrasi siswa.17

17
Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru: Apa, Mengapa dan Bagaimana, (Bandung: CV.
Yrama Widya, 2008), hlm. 66.

22
Kemarahan guru terungkap dari kata-kata yang dikeluarkan,
dalam raut muka dan mungkin dengan gerakan-gerakan tertentu.
Bahkan ada yang dilahirkan dalam bentuk memberikan hukuman
fisik. Sebagian kemarahan bernilai negatif, dan sebagian lagi bernilai
positif. Kemarahan yang berlebihan seharusnya tidak ditampakkan,
karena menunjukkan kurang stabilnya emosi guru. Dilihat dari
penyebabnya, sering nampak bahwa kemarahan adalah salah karena
ternyata disebabkan oleh siswa yang tidak mampu memecahkan
masalah atau menjawab pertanyaan, padahal dia telah belajar dengan
sungguhsungguh.
Stabilitas dan kematangan emosi guru akan berkembang sejalan
dengan pengalamannya, selama dia mau memanfaatkan
pengalamannya. Jadi tidak sekedar jumlah umur atau masa kerjanya
yang bertambah, melainkan bertambahnya kemampuan memecahkan
masalah atas dasar pengalaman masa lalu. Guru kelas diharapkan
memiliki kestabilan dalam kepribadiannya, artinya dia memiliki suatu
tempramen, emosi, kondisi kejiwaan yang teguh/tetap dalam
mengiringinya melakukan tugas keguruan.
3) Dewasa
Orang dewasa di sini berarti ia telah mampu mandiri dan dapat
mengatur dirinya sendiri karena akalnya sudah bisa membedakan man
yang baik dan mana yang buruk, karena sebagai pribadi, pendidik,
pengajar dan pembimbing dituntut memiliki kematangan atau
kedewasaaan pribadi, serta kesehatan jasmani dan rohani.
Kedewasaan guru juga tercermin dari kemandiriannya dalam
menjalankan profesinya. Kemandirian berarti memiliki kompetensi
yang memadai sesuai dengan standar yang di tetapakan dan dapat
memberikan pelayanan terbaik kepada anak didik. Guru wajib
memiliki etos kerja sebagai pendidik. Contohnya guru harus terampil
dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk
setipa kompetensi berdasarkan prinsip-prinsip perencanaan

23
pembelajaran dan di evaluasi secara periodik untuk mengukur
efektifitas kegiatan pembelajaran demi peningkatan prestasi belajar
siswa.
4) Arif
Sebagai pembimbing guru harus berusaha untuk membimbing
dan mengarahkan perilaku siswa ke arah yang positif, dan menunjang
pembelajaran. Sebagai contoh atau teladan guru harus
memperlihatkan perilaku disiplin yang baik kepada siswa, karena
bagaimana siswa akan berdisiplin kalau gurunya tidak menunjukkan
perilaku yang disiplin. Sebagai pengawas, guru harus senantiasa
mengawasi seluruh perilaku siswa, terutama pada jam-jam efektif
sekolah, sehingga kalau terjadi pelanggaran terhadap disiplin, dapat
segera di atasi.
Sebagai pengendali, guru kelas harus mampu mengendalikan
seluruh perilaku siswa di sekolah. Dalam hal ini guru kelas juga harus
mampu secara efektif menggunakan alat pendidikan secara tepat
waktu dan tepat sasaran, baik dalam memberikan hadiah maupun
hukuman terhadap siswa.
5) Berwibawa
Kewibawaan berarti hak memerintah dan kekuasaaan untuk
membuat kita dipatuhi dan ditaati. Ada juga orang mengartikan
kewibawaan dengan sikap dan penampilan yang dapat menimbulkan
rasa segan dan rasa hormat. Sehingga dengan kewibawaan seperti itu
anak didik merasa memperoleh pengayoman dan perlindungan.
Kewibawaan seorang guru tercermin dari perilaku yang disegani
karena budi pekertinya yang terpuji.
Kewibawaan ini akan merupakan sebuah hal yang urgent bagi
akhlak siswa. Kewibawaan guru dapat di tegakkan dengan cara keras
dan main perintah, melaikan tumbuh melalui pemahaman dan
penjelasan yang saling menghargai antar siswa dan guru. Dengan
menjadi sahabat siswa, guru dapat memurgensii dan mengajarkan

24
budi pekerti tanpa harus kehilangan wibawa. Kewibawaan akan tetap
melekat karena siswa melihat konsistensi guru, terdapat relasi antara
pengajaran budi pekerti dan perilaku kesehariannya. Adanya rasa
hormat dan segan yang disertai taat untuk ditakuti merupakan
kewibawaaan semu. Tampaknya, masih banyak guru yang di mata
anak didiknya hanya menampakkan kewibawaan semu. Hal itu bisa
dilihat dari indikator bahwa begitu banyak anak didik yang
membicarakannya di belakang.
Sebagai contohnya adalah ketika anak-anak ribut dan berbuat
sekehendaknya, lalu ada guru yang merasa jengkel, berteriak sambil
memukul-mukul meja, maka ketertiban itu hanya dapat dikendalikan
dengan kekerasan. Mereka tertib karena kekerasan sehingga
ketertiban itu bersifat semu. Sebaliknya, jika ada guru yang mendapati
kelasnya ribut, dengan tenang dia memasuki kelas dan dengan spontan
kelas menjadi tenang, padahal tidak ada kekerasan, akan tetatapi ia
mampu menguasai anak didik seluruhnya. Inilah guru yang
berwibawa.
Dengan demikian kewibawaan bukan berarti siswa harus takut
kepada guru, melainkan siswa akan taat dan patuh pada peraturan
yang berlaku sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh guru.
Kewibawaan yang dimiliki oleh seorang guru kelas akan membawa
dan mengantarkan anak didik ke arah kedewasaaan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak didik untuk
menumbuhkan rasa kesadaran anak didik. Pada realitanya dalam
kegiatan belajar mengajar faktor kesadaran yang ada pada diri anak
didik sangat menentukan sekali dalam mencapai keberhasilan
kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Hal ini kita sadari bahwa dengan
kesadaran akan tumbuh kemauan, dan kemauan anak dengan
sensirinya akan mewujudkan suatu kemampuan yang lebih lagi
baginya dalam kegiatan belajar mengajar.

25
6) Menjadi teladan bagi siswa
Bagi seorang guru kelas seyogyanya sebelum melakukan
pendidikan dan pembinaan kepada anak didiknya, diperlukan suatu
pendidikan pribadi, artinya dia harus mampu mendidik dan membina
dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum mengajarkan kepada
siswanya, karena memulai sesuatu yang baik di mulai dari diri sendiri.
Ketika seorang guru mampu menjadi pribadi yang baik untuk dirinya
sendiri, maka tidak menutup kemungkinan memberikan pesona yang
baik juga bagi orang disekelilingnya. Dengan demikian, maka guru
mampu menjadi suri tauladan bagi siswanya.
Pernyataan tersebut selaras dengan penelitian Carneiro dan
Draxler yang menuliskan bahwa: Kompetensi yang ada di dalam abad
21 merupakan keadaaan yang seharusnya diantisipasi oleh guru. Guru
yang memiliki tugas sebagai fasilitator seharusnya lebih memahami
keadaan yang diinginkan masa depan tidak terkecuali era globalisasi
yang meminta keahlian kepada setiap individu manusia sehingga
mampu bersaing.18 Berdasarkan proposisi di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa pendidikan abad 21 memiliki beberapa
karakteristik diantaranya: kreatif dan inovatif (creative and
innovative), sifat berfikir kritis (the nature of critical thinking),
pengintegrasian ilmu (integration of science), mudah mendapatkan
informasi (easy to get knowledge), berjiwa komunikatif dan
kolaboratif (communicative and collaborative spirit), menghargai
perbedaan pendapat (respect differences of opinion) dan pendidikan
sepanjang hayat (longlife education).
Setiap guru memiliki kepribadian sendiri-sendiri yang unik.
Tidak ada guru yang sama, walaupun mereka sama-sama memiliki
kepribadian keguruan. Pribadi keguruan itu “unik” dan perlu

18
Roberto Carneiro and Alexandria Draxler. Education for the 21st century: Lessons and
Challenges. European Journal of Education, Vol. 43, No. 2, 2008, hlm 146-149.

26
dikembangkan secara terus-menerus agar guru itu lebih terampil
dalam menjalankan tugasnya sebagai guru. 19
Sehingga harapannya, kepribadian guru dapat mewujudkan final
goals dari sebuah pendidikan dan pengajaran yakni lahir dan
berkembangnya anak cerdas dan bermoral. Mengikuti perkembangan
zaman bukan berarti ikut terjerumus kedalamnya. Akan tetapi, lebih
selektif dalam bersikap adalah tantangan terbesarnya.

Kompetensi guru dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005


tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa; Kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugasnya.
Undang-Undang Guru dan Dosen Republik Indonesia Nomor 14
tahun 2005 dalam pasal 10 ayat 1 bahwa yang dimaksud kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak
mulia, arif dan berwibawa, serta menjadi teladan peserta didik.20
Kompetensi kepribadian yang dimaksud adalah seorang guru harus
mampu:
1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia.
2) Menampilkan diri sebagai pribadi sebagai pribadi yang jujur,
berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,
arif, dan berwibawa.
4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri.

19
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), hlm. 263
20
Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru Dan Dosen, hlm. 57.

27
5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.21
Jadi, esensi kompetensi kepribadian yang harus dimiliki seorang
guru adalah mampu memahami apa yang dikatakan, memahami apa
yang ditulis serta mengamalkan apa yang ia katakan dan ia tulis.

d. Pengertian Karakter
Dipetik dari Pusat Bahasa Depdiknas bahwa definisi karakter adalah
bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat,
tabiat, tempramen, watak. Karakter mengacu kepada serangkaian sikap
(attitude), perilaku (behavior), motivasi (motivation) dan keterampilan
(skil).22
Dari pengertian karakter, dapat disimpulkan bahwa karakter erat
kaitannya dengan kepribadian
e. Dalil Naqli yang Relevan
1) Q.S An-Nahl:43

Artinya: “Dan kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad)


melainkan orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka,
maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kamu tidak mengetahui.”

2) Q.S Al-Isra’: 84

Artinya: “Katakanlah tiap-tiap orang berbuat menurut keadaanya


masingmasing, maka tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih
benar jalanya.”

21
Mohamad Mostari, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 140.
22
Anjani, N. L., Benty, D. D. N., & Gunawan, I.., Pendidikan Karakter, Jurnal
Pembelajaran, Bimbingan, Dan Pengelolaan Pendidikan, (Universitas Malang: 2022), Vol. 2 No.
4.

28
3) Q.S Al-Ahzab: 21

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri


teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah.”

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan


1. Penelitian ini relevan dengan skripsi yang dikaji oleh Lisma Yunita pada
tahun 2019 dengan judul “Implementasi Kompetensi Kepribadian Guru
Dalam Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Di TK Masjid Agung
Kalianda Lampung Selatan”. Penulis menyimpulkan bahwa
implementasi kompetensi kepribadian guru sudah berjalan dengan baik
dan berhasil mengembangkan karakter anak usia dini di TK Masjid
Agung Kalianda lampung Selatan. Guru memiliki aklak mulia,
berketeladanan, arif dan berwibawa.
2. Penelitian ini relevan dengan jurnal karya Rena, Fadillah dan Syukri
pada tahun 2019. Jurnal tersebut berjudul “Implementasi Kompetensi
Kepribadian Guru Dalam Pembelajaran Di TK Negeri Pembina
Pontianak Barat”. Hasilnya adalah guru sudah berusaha
mengimplementasikan kompetensi kepribadian guru yakni berakhlak
mulia, arif, berwibawa, mencerminkan sikap suri tauladan dalam
pembelajaran dan terlaksana dengan baik.
3. Penelitian ini relevan dengan skripsi yang ditulis oleh Ramlah pada
tahun 2020 dengan judul “Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru
Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Karakter Peserta

29
Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Barru. Penulis menyatakan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi kepribadian guru
pendidikan agama Islam terhadap pembentukan karakter peserta didik
di SMA Negeri 4 Barru. Selain itu, pembentukan karakter peserta didik
termasuk kedalam kategori cukup dengan presentase 73,30% dari
kriteria yang ditetapkan dengan menganalisis angket yang dibagikan
kepada 57 responden. Persamaan penelitian berada pada variabel
kompetensi kepribadian guru terhadap karakter peserta didik.
Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel guru yang diteliti yakni
guru pendidikan agama Islam dengan guru kelas. Kemudian penelitian
yang dilakuan oleh Ramlah memfokuskan pada pembentukan karakter
peserta didik kelas XI SMA Negeri 4 Baru. Sedangkan peneliti
memfokuskan pada pendidikan karakter peserta didik kelas IV SDN
Ciporos 01
4. Penelitian ini relevan dengan skripsi yang ditulis oleh Ridha dengan
judul “Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru PAI Terhadap
Pembentukan Karakter Siswa di SDIT Rabbani Kota Bengkulu.”
Penelitian tersebut dilakukan oleh Ridha pada tahun 2018. Peneliti juga
menyatakan bahwa kompetensi kepribadian guru PAI mempunyai
pengaruh terhadap pembentukan karakter siswa SDIT Rabbani Kota
Bengkulu. Hasil tersebut dilihat melalui persamaan regresi linier
sederhana, yang mana kontribusi/sumbangan kompetensi kepribadian
guru PAI siswa terhadap naik turunnya pembentukan karakter siswa
adalah sebesar 10,5%, sedangkan sisanya (89,5%) dipengaruhi oleh
variabel lain. Maka hipotesis yang diterima dalam penelitian ini adalah
hipotesis alternatif (Ha: ρ ≠ 0).
5. Penelitian ini relevan dengan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Kompetensi Kepribadian Guru PAI Terhadap Akhlak Siswa Kelas V SD
Negeri 8 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2017/2018.” Anton Saputra
sebagai peneliti mengungkapkan bahwa kompetensi kepribadian guru
PAI mempunyai urgensi terhadap pembentukan karakter siswa SDIT

30
Rabbani Kota Bengkulu. Hasil tersebut dilihat melalui persamaan
regresi linier sederhana, yang mana kontribusi/sumbangan kompetensi
kepribadian guru PAI siswa terhadap naik turunnya pembentukan
karakter siswa adalah sebesar 10,5%, sedangkan sisanya (89,5%)
dipengaruhi oleh variabel lain. Maka hipotesis yang diterima dalam
penelitian tersebut adalah hipotesis alternatif (Ha: ρ ≠ 0).

C. Kerangka Berpikir
Kerangka pikir adalah gambaran pemikiran agar mengetahui adanya
hubungan antara variabel-variabel yang ada dalam penelitian.23

Analisis Kepribadian Guru Analisis Karakter Siswa

Proses Pengembangan
Karakter

Adaptasi dan
Daring Karakter
Evaluasi

Transisi dan
Luring Masalah
Refleksi

Kesimpulan
23
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm.223

31
32
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Pada dasarnya penelitian adalah suatu upaya secara sistematis untuk
melihat kembali sesuatu yang sudah jelas dengan tujuan untuk memperoleh
pemahaman yang baru dan mendalam agar dapat mengatasi berbagai
permasalahan yang dialami.
Dalam pelaksanaan penelitian diperlukan pula metode penelitian.
Metode penelitian adalah cara atau urutan dalam melakukan suatu
penelitian. Metode penelitian yang digunakan peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif. Tahapan penelitian kualitatif deksriptif
diawali dengan melakukan observasi pra penelitian. Kemudian, peneliti
melakukan identifikasi masalah untuk masuk ke tahap tindak lanjut sesuai
kepentingan penelitian. Metode penelitian kualitatif deskriptif dipilih sebab
dianggap tepat untuk mengamati dan menggali fakta lebih dalam yang
berkaitan dengan implementasi kompetensi kepribadian guru dalam
menghidupkan karakter siswa kelas IV SDN Ciporos 01.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SDN Ciporos 01 I yang beralamat di
Desa Ciporos, Jalan Raya Ciporos No.16, Kecamatam Karangpucung,
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, 53255 dalam dua periode. Periode
pertama include dilakukan dengan pendekatan observasi ketika PLP yakni
September-November 2021. Sedangkan periode kedua sebagai tahap
obeservasi atau penelitian lanjutan dilaksanakan 18 Maret- 18 April 2022.

C. Subyek Penelitian
Informan penelitian merupakan orang atau pihak yang berkaitan dengan
penelitian yang dapat memberikan informasi mengenai berbagai kondisi
yang ada dilokasi penelitian sehingga dapat memberikan data yang akurat
kepeda peneliti. Informan pada penelitian ini. Menurut Bagong Suyanto
informan penelitian meliputi beberapa macam yaitu:24
1. Informan Kunci (Key Informan) merupakan mereka yang mengetahui
dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam
penelitian.
2. Informan Utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam
interaksi sosial yang diteliti.
3. Informan Tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan
informasi walaupun tidak secara langsung terlibat dalam interaksi sosial
yang diteliti.

D. Teknik Pengumpulan Data


Sebuah penelitian selalu memerlukan data sebagai bentuk bukti dan
fakta. Oleh karena itu, dalam menentukan data diperlukan teknik
pengumpulan data. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah
teknis nontes berupa wawancara dan dokumentasi.
1. Wawancara
Selanjutnya, peneliti juga melakukan wawancara sebagai data
pendukung atas hasil dari teknik pengumpulan data angket. Wawancara
adalah kegiatan tanya jawab untuk mendapatkan sebuah informasi.
Dengan demikian, wawancara dilakukan untuk memperkuat data yang
telah diperoleh. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara
terstruktur, dimana pertanyaan yang diberikan telah dirancang sebelum
wawancara dilakukan oleh peneliti. Pertanyaan akan diajukan kepada
guru kelas IV dan tenaga kependidikan di SDN Ciporos 01 yang
substansialnya berisikan konsep kompetensi kepribadian guru,
pendidikan dan penguatan karakter, faktor penghambat dan pendukung
implementasi kompetensi kepribadian guru dalam menghidupkan
karakter siswa kelas IV SDN Ciporos 01. Dalam penelitian ini,
pengumpulan data juga dilakukan dengan dokumentasi.

24
Bagong Sugyanto, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Kencana Prenanda Media
Group, 2005), hlm. 172.

34
2. Observasi
Peneliti menggunakan metode observasi sebagai penunjang dalam
melakukan penelitian, metode ini digunakan untuk mengamati
bagaimana kompetensi kepribadian guru kelas dalam menghidupkan
nilai pendidikan karakter. Instrumen yang digunakan adalah lembar
observasi kepribadian guru dan karakter siswa. Dokumentasi adalah
teknik pengumpulan data dengan menggunakan barang-barang tertulis
sebagai sumber data, misalnya buku-buku, majalah, dokumen, jurnal,
peraturan-peraturan dan lainnya.25 Dokumentasi dilakukan guna
mendapatkan catatan-catatan serta dokumen yang ada di sekolah, seperti
profil sekolah, sarana dan prasarana, guru dan siswa serta jumlah kelas
dan siswa.
E. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian digunakan untuk mengukur nilai variable yang
diteliti.26 Penelitian kualitatif akan dimulai dengan adanya permasalahan
yang belum jelas dan pasti, sehingga peneliti akan menjadi instrumen dalam
penelitian tersebut. Namun setelah masalah yang akan diamati jelas, maka
dapat dikembangkan suatu instrument.27 Jadi, penelitian ini dimulai dari
sesuatu yang bersifat umum dan kemudian dikerucutkan untuk menemukan
titik fokus permasalahan.
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif
manusia atau peneliti merupakan instrument penilaian utama dalam
penelitian. Hal ini terjadi karena segala sesuatunya belum memiliki bentuk
yang pasti. Latar belakang masalah, fokus dan prosedur penelitian, hipotesis
yang digunakan, serta hasil yang diharapkan, semuanya tidak dapat
ditentukan dengan pasti sebelumnya

25
Hartono, Metode Penelitian (Pekanbaru: Nusa Media, 2011), hlm. 61.
26
Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi, (Bandung: Alfabeta,
2016), hlm 63.
27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), hlm. 223.

35
Segala sesuatunya perlu dikembangkan sepanjang penelitian berjalan.
Hanya peneliti tersebut yang berperan dalam mencapai tujuan penelitian.28
Berdasarkan teori kutipan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
penelitian ini sebagian besar dipengaruhi oleh sudut pandang peneliti dalam
menilai suatu objek dan masalah penelitian.
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
1. Observasi
Dalam penelitian ini, teknik observasi digunakan untuk memperoleh
data tentang Implementasi Kompetensi Kepribadian Guru Kelas Dalam
Menghidupkan Karakter Siswa Kelas IV SDN Ciporos 01.

Tabel 1.2
Kisi-Kisi Observasi Kompetensi Kepribadian Guru
No Aspek Indikator Banyak Soal Nomor
Butir
1. Berakhlak mulia Religius, suka 2 1, 2, 13
menolong
2. Berpengetahuan Menguasi 2 3,12
materi dan
berwawasan
luas
3. Konsep diri Berdedikasi 2 4, 5, 6
tinggi, tegas,
bertanggung
jawab, disiplin,
suka menolong

28
Ibid, hlm 223.
4. Keterampilan Skill dalam 2 7, 8, 11
mengelola kelas
serta metode
dan strategi
pembelajaran
yang
digunakam
5. Berwibawa Menarik, 2 9, 10
bersabahat
.

Tabel 2.2
Kisi-Kisi Observasi Karakter Siswa
No Nilai Karakter Deskripsi Banyak Nomor
soal Butir
1 Religius Sikap dan perilaku 4 1, 2, 32, 34
yang patuh dalam
melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya,
toleran terhadap
pelaksanaan ibadah
agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk
agama lain.
2 Jujur Perilaku yang 3 5, 14, 33
didasarkan pada upaya

37
menjadikan dirinya
sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya
dalam perkataan,
tindakan, dan
pekerjaan.
3 Toleransi Sikap dan tindakan 2 3, 6
yang menghargai
perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan
orang lain yang
berbeda dari dirinya.
4 Disiplin Tindakan yang 5 4, 11, 12,
menunjukkan perilaku 23, 27, 28
tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan
peraturan
5 Kerja Keras Perilaku yang 1 31
menunjukkan adanya
upaya sungguh-
sungguh dalam
mengatasi berbagai
hambatan belajar dan
tugas serta
menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya
6 Kreatif Berpikir dan 1 25
melakukan sesuatu
untuk menghasilkan

38
cara atau hasil baru
dari sesuatu yang telah
dimiliki.
7 Mandiri Sikap dan perilaku 1 39
yang tidak mudah
tergantung pada orang
lain dalam
menyelesaikan tugas-
tugas
8 Demokratis Cara berfikir, bersikap, 2 36, 40
dan bertindak yang
menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan
orang lain
9 Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan 2 12, 15
yang selalu berupaya
untuk mengetahui
lebih mendalam dan
meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya,
dilihat, dan didengar
10 Semangat Cara berpikir, 1 26
kebangsaan bertindak, dan
berwawasan yang
menempatkan
kepentingan bangsa
dan negara di atas
kepentingan diri dan
kelompoknya

39
11 Cinta Tanah Air Sikap dan perilaku 1 37
yang mencerminkan
rasa bangga, setia,
peduli, dan
penghargaan yang
tinggi terhadap bahasa,
budaya, ekonomi,
politik
12 Menghargai Sikap dan tindakan 1 21
Prestasi yang mendorong
dirinya untuk
menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi
masyarakat, dan
mengakui, serta
menghormati
keberhasilan orang
lain.
13 Bersahabat/ Tindakan yang 2 7, 13
Komunikatif memperlihatkan rasa
senang berbicara,
bergaul dan bekerja
sama dengan orang
lain
14 Cinta Damai Sikap, perkataan, dan 1 8, 9, 10. 17
tindakan yang
menyebabkan orang
lain merasa senang dan
aman terhadap
kehadiran dirinya

40
15 Gemar Kebiasaan 1 38
Membaca menyediakan waktu
untuk membaca
berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan
bagi dirinya
16 Peduli Sikap dan tindakan 1 16
Lingkungan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan
pada lingkungan alam
di sekitarnya, dan
mengembangkan
upaya-upaya untuk
memperbaiki
kerusakan alam yang
sudah terjadi.
17 Peduli Sosial Sikap dan tindakan 2 22, 11
yang selalu ingin
memberi bantuan pada
orang lain dan
masyarakat yang
membutuhkan
18 Tanggung Sikap dan perilaku 2 18, 20, 30,
Jawab seseorang untuk 35
melaksanakan tugas
dan kewajibannya,
yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam,

41
sosial dan budaya),
negara dan Tuhan
Yang Maha Esa)

2. Wawancara
Instumen ini digunakan untuk mengetahui Implementasi Kompetensi
Kepribadian Guru Kelas Dalam Menghidupkan Karakter Siswa Kelas IV
SDN Ciporos 01.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Wawancara
No. Indikator
1. Prinsip yang dipegang dalam mengemban tugas dan tanggung
jawab sebagai guru
2. Metode dan strategi yang digunakan dalam menghidupkan
karakter siswa
3. Kesulitan yang dialami dalam menghidupkan karakter siswa dalam
proses pembelajaran
4. Implementasi pemecahan masalah dalam menghidupkan karakter
siswa

F. Teknik Analisis Data


Dalam Lexy J. Moleong, menurut Bogdan dan Biklen analisis data
kualitatif adalah usaha yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah dan memilihnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintetiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan hal-hal yang penting dan hal-hal yang dipelajari, serta
memutuskan hal-hal yang dapat diceritakan kepada orang lain.29
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dapat dilakukan oleh
peneliti sebelum peneliti berada di tempat penelitian, yaitu pada saat

29
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017),
hlm. 247.

42
penelitian maupun setelah penelitian berakhir. Analisis data dimulai sejak
peneliti merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan
dan berlansung terus hingga proses penulisan hasil penelitian.30
Adapun teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah
teknik analisis data setelah berada ditempat penelitian, yaitu:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang dilakukan
dengan cara memilah, memusatkan, menyederhanakan, dan
memfokuskan data yang ditemukan di lapangan berdasarkan catatan-
catatan yang dibuat oleh peneliti dari hasil wawancara dengan sumber
data (informan). Melalui catatan tersebut, peneliti dapat melakukan
reduksi data dengan cara proses pemilihan data berdasarkan pada
kategori, serta membuat pengodean data dengan kisi-kisi penelitian yang
dibuat oleh peneliti.31
Pada penelitian ini, reduksi data difokuskan pada Implementasi
Kompetensi Kepribadian Guru Kelas Dalam Menghidupkan Karakter
Siswa Kelas IV SDN Ciporos 01.
2. Penyajian Data (Data Display)
Langkah selanjutnya setelah dilakukan reduksi data adalah
penyajian data. Data dapat disajikan dalam bentuk diagram, table, grafik,
dan sebagainya. Dalam proses penyajian data, peneliti dapat menerima
input dari peneliti lainnya, sehingga data tersebut dapat tersusun jelas dan
lebih mudah dipahami.32
Peneliti menyajikan data mengenai Implementasi Kompetensi
Kepribadian Guru Kelas Dalam Menghidupkan Karakter Siswa Kelas.
Adapun data yang disajikan merupakan hasil reduksi observasi dan
wawancara guru kelas SDN Ciporos 01.

30
I Made Laut Mertha Jaya, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta:
Quadrant, 2020), hlm. 142.
31
Ibid., hlm. 167.
32
Ibid., h. 168.

43
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion)
Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan (Conclusion).
Kesimpulan yang dibuat oleh peneliti masih bersifat sementara, dimana
peneliti masih dapat menerima saran dari peneliti lainnya. Kesimpulan
yang dibuat oleh peneliti dapat berubah jika peneliti menemukan bukti-
bukti baru pada saat melakukan penelitian di lapangan. Sehingga, peneliti
memperoleh kesimpulan akhir yang lebih meyakinkan. 33
Pada penelitian ini data tentang Implementasi Kompetensi
Kepribadian Guru Kelas Dalam Menghidupkan Karakter Siswa Kelas
ditulis pada penyajian data kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu
kesimpulan.

G. Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan
dengan berbagai cara, yaitu uji credibility (validitas interval),
transferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas), dan
confirmability (obyektivitas).34 Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan uji kredibilitas dalam pengujian datanya. Uji kredibilitas
merupakan uji kepercayaan terhadap suatu data hasil penelitian yang
telah diolah oleh peneliti. Sehingga, hasil penelitian yang dilakukan
dapat dipercaya dan tidak diragukan sebagai sebuah karya ilmiah. Uji
kredibilitas yang dapat dilakukan oleh peneliti dapat berupa
memperpanjang waktu pengamatan, meningkatkan kecermatan,
menerapkan triangulasi, menggunakan bahan pendukung (referensi),
serta mengecek data.35
Pengujian kredibilitas menggunakan teknik triangulasi.
Triangulasi merupakan uji kredibilitas yang dilakukan dengan cara

33
Ibid.
34
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Cet. 26. (Bandung:
Alfabeta 2018) hlm 270.
35
Op.cit, h. 174

44
mengecek data yang diperoleh peneliti dari berbagai sumber data pada
berbagai waktu yang telah dilakukan.36
Agar peneliti dapat mempertanggungjawabkan hasil
penelitiannya, maka peneliti melakukan uji kredibilitas dengan
triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

1. Trianggulasi sumber
Trianggulasi sumber untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber.
2. Trianggulasi Tehnik
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan tehnik yang
berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu
dicek dengan observasi, dokumentasi atau kuisioner.
Trianggualasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek
hasil penelitian, dari tim penelitian lain yang diberi tugas
melakukan pengumpulan data.

36
I Made Laut Mertha Jaya, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta:
Quadrant, 2020), h. 176.

45
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Lokasi dan Situasi Tempat Penelitian


1. Profil Sekolah
Tabel 1. Profil Sekolah

Nama Sekolah SD N Ciporos 01


Alamat:
a. Jalan Jl. Raya Ciporos
b. Desa/ Kelurahan Ciporos
c. Kecamatan Karangpucung
d. Kabupaten Cilacap
e. Provinsi Jawa Tengah
f. Kode Pos 53255
Kurikulum Kurikulum 2013
NPSN 20338730
Status Negeri
Akreditasi A
Status Kepemilikan Pemerintah Daerah
SK Pendirian Sekolah 421.2/02544/98
Tanggal SK Pendirian 1998-05-06
SK Izin Operasional 421.2/02544/98
Tanggal Izin Operasional 1998-05-06
Sumber Listrik PLN
Daya Listrik 900
Sertifikat ISO Belum Bersertifikat
2. Identitas Kepala Sekolah
Nama : Aman Triyono, S. Pd.
TTL : Cilacap, 10 November 1965
Agama : Islam
Alamat : Desa Ciporos RT 002/006
Pendidikan terakhir : S1
Jurusan : PPKN
Pengalaman Bekerja :
a. Guru SD N Cidadap 01 (1988-2000)
b. Guru SD N Ciporos 05 (2000-2008)
c. Guru SD N Ciporos 01 (2008-2010)
d. Kepala Sekolah SD N Bengbulang 02
(2010-2011)
e. Kepala Sekolah SD N Cidadap 01 (2011-
2014)
f. Kepala Sekolah SD N Ciporos 05 (2014-
2017)
g. Kepala Sekolah SD N Ciporos 01 (2017-
sekarang)
3. Visi Sekolah
”Mewujudkan sekolah yang unggul di bidang akademik dan non
akademik, Berlandaskan iman dan taqwa serta berbudi pekerti yang
luhur”

4. Misi Sekolah
a. Melaksanakan pembinaan dan pembimbingan siswa di bidang
keagamaan.
b. Melaksanakan peringatan hari-hari besar nasional dan keagamaan.
c. Membudayakan kegiatan 5S (Senyum, salam, sapa, sopan dan
santun).

47
d. Melaksanakan pembiasaan-pembiasaan untuk mendukung
penguatan pendidikan karakter.
e. Melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan PAKEM dan CTL
yang berorientasi kepada Broad Base Education ( BBE ) untuk
mengembangkan Life Skill.
f. Menumbuhkembangkan Penghayatan terhadap agama yang dianut
dan budaya bangsa, adat ketimuran, mempertebal rasa cinta tanah
air dan semangat bela Bangsa dan Negara Indonesia.
g. Menumbuhkan semangat untuk meningkatkan kompetensi
akademik dan non akademik.
h. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenal dan
memahami potensi diri, sehingga dapat dikembangkan secara
5. Tujuan
a. Terwujudnya siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Siswa mampu melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang
dianutnya.
c. Siswa memiliki sikap sosial yang baik sebagai bentuk perwujudan
dari nilai-nilai karakter
d. Meningkatkan prestasi lulusan peserta didik yang siap mengikuti
pendidikan lebih lanjut
e. Meraih prestasi dalam berbagai ajang lomba/seleksi pada tingkat
kecamatan, kabupaten dan propinsi
f. Meningkatkan ketrampilan karya peserta didik.

6. Guru dan Tenaga Kependidikan


Tabel 2. Guru dan Tenaga Kependidikan
Jabatan Jumlah Status
Kepala Sekolah 1 PNS
3 PNS

48
Guru Kelas 1 PPPK
2 WB
Guru PAI dan BP 1 WB
Guru PJOK 1 WB
Operator Sekolah 1 WB
Penjaga Sekolah 1 WB

7. Data Pendukung
Tabel 3. Data Siswa 2021/2022

No. Kelas L P Jumlah Keterangan


1. I 11 18 29 1 RB
2. II 11 20 31 1 RB
3. III 10 20 30 1 RB
4. IV 8 13 21 1 RB
5. V 12 20 32 1 RB
6. VI 9 23 32 2 RB

Tabel 4. Sarana dan Prasarana

No Jenis Sarpras Jumlah/Luas Keterangan


1 Lahan …m2 Hak guna pakai
2 Ruang Pimpinan 3 x 7m baik
3 Ruang Guru 7x8m baik
4 Ruang Perustakaan 8x9m baik
5 Ruang UKS 3x7m baik
6 Tempat ibadah 6x6m baik
7 Laboratorium 7x8m baik
8 Jamban 4 buah baik
9 Gudang 3x7m baik

49
10 Ruang Sirkulasi 3 x 24 m baik
11 Tempat bermain/OR 20 x 9 m baik

Tabel 5. Koleksi Perpustakaan


No Jenis Koleksi Buku Jumlah Satuan
1 Buku Pengetahuan Eksemplar
2 Buku Bacaan

Tabel 6. Media Pendidikan


No Jenis Media Jumlah Kondisi
1 Perangkat Komputer - -
2 Printer 1 unit Baik
3 Projector (OHP) 2 unit Baik
4 Layar OHP 1 unit Baik
5 Infokus 1 unit Baik
6 Layar Infokus 1 unit Baik
7 Televisi 1 unit Rusak
8 Notebook 4 unit Baik
9 Sound system 2 set Baik

Tabel 7. Perabot Sekolah


No Jenis Perabot Jumlah Kondisi
1 Meja/kursi Kepala 2 set Baik
Sekolah
2 Meja/kursi guru 21 set Baik
3 Meja siswa 198 unit Cukup Baik
4 Kursi siswa 200 unit Cukup Baik
5 Lemari kelas 8 unit Baik
6 Rak sepatu siswa 3 unit Baik
7 Rak buku perpustakaan 4 unit Baik

50
B. Deskripsi Hasil Analisis Data Penelitian
Berdasarkan perolehan data penelitian yang berlangsung dari tanggal 18
Maret-18 April 2022, penerapan kompetensi kepribadian guru kelas dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Implementasi kompetensi kepribadian guru kelas
a. Berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi peserta didiknya
1) Guru mengajarkan kepada siswa untuk selalu mengawali dan
mengakhiri kegiatan dengan berdoa
Untuk menanamkan sikap dan nilai religi dalam kehidupan
sehari-hari, hal yang paling dasar adalah membiasakan berdoa
sebelum dan setelah melakukan aktivitas. Sesuai dengan
pernyataan Ibu Sudisah, “…berdoa akan mengikat niat dan
tindakan dalam satu tujuan kebajikan”. Artinya, untuk
mendapatkan hasil akhir yang baik maka seseorang harus
mempunyai sebaik-baik niat dalam doa yang dipanjatkan serta
tujuan yang diharapkan.
Secara bahasa, doa semakna dengan memohon, meminta,
menyeru dan berhaharap. Adapun istilah lain doa, yang pertama
doa adalah ibadah. Kedua, doa adalah kebutuhan. Ketiga, doa
adalah bagian dari dzikir. Ketiga hal tersebut saling
berkesinambungan. Maksudnya adalah, ketika doa merupakan
sebuah ibadah, maka doa yang dimaksud adalah menjalankan
perintah Allah. Misalnya shalat, puasa, zakat dan haji. Keempat
kegiatan tersebut berisikan doa. Selain kebiasaan, doa juga
merupakan kebutuhan, karena doa berisikan harapan orang-
orang yang membutuhkan pertolongan Allah swt. 37 Dan dibalik

37
Liem Koko, Mukjizat D.U.I.T, (Cet.1, Redaksi Keysa Media: Jakarta, 2010), hlm. 20.

51
rasa butuh akan pertolongan Allah swt, terdapat lantunan doa
yang menghiasi para pedzikir.
Kepribadian guru yang religius dibuktikan dengan seluruh
pernyataan peserta didik yang jujur meyakini bahwa Ibu
Sudisah selalu mengajarkan untuk mengawali dan mengakhiri
kegiatan dengan berdo’a.
Tindakan ini berdampak pada kebiasaan siswa yang otomatis
saling mengingatkan tentang pengamalan doa sebelum dan
sesudah beraktivitas.
2) Guru selalu mengajarkan siswa untuk saling berbagi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, peneliti
menemukan fakta bahwa Ibu Sudisah selalu menghimbau
siswa untuk membawa bekal. Hal ini dilakukan agar dapat
lebih menjamin tingkat gizi dan kesehatan makanan yang
dikonsumsi terlebih dimasa pandemi. Himbauan tersebut
disampaikan baik melalui whatsapp group maupun secara
langsung saat pembelajaran dikelas.
Pada saat jam istirahat, Ibu Sudisah kerap menemani
siswanya untuk menikmati bekal yang mereka bawa. Jika
ada salah satu yang lupa atau tidak membawa bekal, Ibu
Sudisah akan mengajak anak-anak menyisihkan sedikit demi
sedikit makanannya untuk diberikan kepada temannya.
Tidak hanya berbagi perihal makanan, Ibu Sudisah
juga mengajarkan saling berbagi ketika ada temannya pada
saat pembelajaran. Misalnya ketika ada teman yang tidak
membawa pensil atau alat tulis lainnya, maka Ibu Sudisah
akan menyeru siswanya agar dengan senang hati
meminjamkan pensilnya. Hasil penelitian ini diperkuat
dengan tindakan Ibu Sudisah yang tidak hanya menghimbau
siswanya akan tetapi turut memberikan contoh secara
langsung atau nyata.

52
Dampaknya siswa secara sukarela saling berbagi dan
tak enggan menawarkan makanan atau jajanan kepada teman
tanpa diminta. Hal ini turut diakui oleh seluruh peserta didik
yang menyatakan bahwa Ibu Sudisah selalu mengajarkan
siswanya agar saling berbagi.
3) Guru mengajarkan anak untuk menerapkan empat kata ajaib
dalam kehidupan sehari-hari
Manusia selalu membutuhkan dan berinteraksi
dengan orang lain. Berdasarkan fakta tersebut, Ibu Sudisah
mengajarkan anak-anak untuk tidak lupa pada empat kata
ajaib yaitu maaf, tolong, terimakasih, dan permisi. Yang
pertama meminta maaf jika melakukan kesalahan. Kedua,
mengucapkan tolong jika membutuhkan bantuan. Ketiga,
mengucapkan terimakasih jika menerima sesuatu dalam
hidupnya. Dan yang terakhir selalu mengucapkan permisi
ketika berjalan melewati dan berpapasan dengan orang lain,
khususnya yang lebih tua. Harapannya tiga kata ajaib ini akan
meningkatkan rasa saling menghargai antar sesama, juga
dalam menjunjung tinggi norma kesopanan, ujar Ibu Sudisah
saat wawancara.
Penerapan tiga kata ajaib ini dijumpai peneliti saat
peneliti melakukan observasi. Ibu Sudisah meminta tolong
kepada Salsabella untuk memberikan buku tabungan siswa
kelas 2 kepada guru kelasnya. “Bella, Ibu minta tolong mau
atau tidak?” ujar Bu Disah. Kemudian Bella menjawab “Mau
bu” Lalu Bu Disah menyampaikan “Bella, tolong berikan
buku tabungan kelas 2 ke Ibu Omah ya. Ibu Omah ada
diruang guru. Terimakasih yaa…” Bella pun mengangguk
pertanda paham maksud Bu Disah seraya menjawab “Iya bu,
sama-sama”.

53
Gambaran ini dapat dijadikan teladan yang baik bagi
anak-anak. Pasalnya, anak cenderung suka jika ada orang
yang meminta tolong dengan ramah dan tidak ketus.
Pernyataan ini turut disampaikan oleh Salsabella selaku
siswa kelas IV pada saat wawancara.
Dari pengamalan empat kata ajaib, efeknya adalah
siswa menjadi lebih sopan dan santun dalam bersikap.
Pernyataan ini dibuktikan dengan pengakuan peserta didik
yang meyakini bahwa Ibu Sudisah selalu memberikan
keteladanan mengenai pengamalan empat kata ajaib (maaf,
tolong, terimakasih dan permisi)
4) Guru mengamalkan 5S

Semasa penelitian berlangsung, peneliti kerap


menemukan situasi dimana guru saling menyapa dengan
ramah ketika bertemu atau berpapasan. Tidak hanya antar
guru, melainkan interaksi antara guru dengan murid di pagi
hari. Di SDN Ciporos 01 terdapat budaya penyambutan
siswa yang datang di pagi hari maupun pelepasan saat
sepulang sekolah. Budaya ini sudah diterapkan sebelum
mencuatnya program pendidikan karakter.

Sebelum masa pandemi, Ibu Sudisah menjelaskan


dimana guru dan siswa akan saling bersalaman dan saling
menyapa dengan ramah dipagi hari. Penyambutan tersebut
dilakukan oleh masing-masing guru sesuai jadwal piketnya.
Hal ini dilakukan untuk menanam dan mengembangkan
budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun).

Namun pada masa pembelajaran transisi dari daring


ke luring, kegiatan saling menyapa dikonstruksi menjadi
“cukup” dengan menganggukkan kepala atau dengan
membungkukkan badan. Peraturan seperti ini merupakan

54
salah satu hidden curriculum yang dikembangkan sekolah
untuk memperkuat karakter siswa khususnya aspek sopan
santun.
Mengucapkan dan membalas salam memiliki makna
penting dalam penguatan karakter. Salah satu inti ajaran
Islam adalah adanya salam atau kedamaian. Dan Islam
sangat menganjurkan umatnya untuk menyebarkan salam.38
Pelaksanaan 5S dilingkungan sekolah sudah
berkembang sesuai harapan, meskipun beberapa diantaranya
masih ada yang mengaku malu jika berpapasan dengan guru
ataupun oranglain.
Pernyataan ini dibuktikan dengan pengakuan peserta
didik yang meyakini bahwa Ibu Sudisah selalu memberikan
keteladanan mengenai pengamalan 5S baik disekolah
umumnya dan kelas khususnya.
5) Guru datang tepat waktu ke sekolah
Tata tertib yang telah disepakati bersama
menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran dimulai pukul
07.00 WIB. Seluruh guru maupun siswa sudah harus berada
disekolah pada pukul 07.00 WIB bahkan akan lebih bagus
jika datang lebih awal. Guru diharuskan datang lebih awal
terutama jika sesuai dengan jadwal piketnya untuk
menyambut para siswa di pintu masuk sekolah. Hal ini
dimaksudkan karena datang tepat waktu atau lebih awal
menunjukkan kedispiplinan guru yang dapat menjadi contoh
dan teladan bagi siswanya.
Merujuk pada hasil observasi yang peneliti lakukan
dari 18 Maret-18 April, Ibu Sudisah hampir selalu datang
lebih awal dari guru lainnya dan tidak pernah terlambat

38
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 54

55
masuk kelas. Selain itu, berdasarkan pernyataan Ibu Ning
guru kelas 1, “Ibu Disah orangnya rajin, selalu lebih pagi jika
datang ke sekolah.
Kebiasaan disiplin seorang guru dapat membentuk
karakter siswa yang beratanggung jawab dalam melakukan
aktivitas. Karakter bertanggung jawab pada siswa dapat
membangun karakter positif lainnya seperti menstimulus
karakter mandiri dan bersahaja.
Pernyataan ini dibuktikan dengan pengakuan 17 dari
21 peserta didik yang meyakini bahwa Ibu Sudisah selalu
datang ke kelas tepat waktu.
b. Memiliki Kepribadian Mantap dan Stabil
1) Guru memiliki karakter yang tegas dan disegani dalam
menerapkan peraturan
Setiap peraturan yang terdapat disekolah harus ditaati
oleh semua warga sekolah. Begitupun peraturan kelas. Peraturan
kelas adalah peraturan yang dibuat atas kesepakatan bersama
antara guru kelas dengan siswanya. Berdasarkan hasil observasi
yang peneliti lakukan dikelas IV, Ibu Sudisah sangat tegas dalam
menerapkan peraturan. Misalnya siswa harus masuk kelas tepat
wakt, jika hendak keluar kelas harus izin kepada guru, semua
siswa harus mengenakan pakaian rapi saat dikelas, mentaati
protokol kesehatan, menjaga kebersihan kelas dengan
membuang sampah pada tempatnya, mengecek laci saat masuk
dan sebelum pulang sekolah.
Selama observasi berlangsung, peneliti menemukan
beberapa siswa tidak membuang sampah pada tempatnya. Saat
itu pula, Ibu Sudisah akan menegur dan menasehati siswanya.
Pada dasarnya karakter guru yang mantap dan stabil akan
mendorong siswanya untuk membudayakan karakter disiplin
dan mengembangkan sikap peduli sosial. Guru mengajari siswa

56
untuk saling mengingatkan dalam hal kebaikan terutama dalam
mentaati peraturan kelas yang telah disepakati bersama.
Pernyataan ini dibuktikan dengan pengakuan 14 dari 21
peserta didik yang meyakini bahwa Ibu Sudisah bersikap tegas
jika ada yang melanggar peraturan disekolah.
2) Guru menunjukkan karakter sabar dalam menghadapi masalah
di kelas

Berdasar pada hasil observasi yang dilakukan peneliti.


Peneliti menganalisis kuatnya karakter sabar guru kelas IV, Ibu
Sudisah. Semasa penelitian, peneliti sering menjumpai kondisi
kelas yang gaduh, namun Ibu Sudisah tidak tampak meluapkan
emosi dihadapan siswanya. Siswa kelas IV dengan beragam
karakternya dapat dihadapi dengan baik oleh Ibu Sudisah.
Dalam usahanya untuk membuat suasana kelas tetap kondusif
tentu membutuhkan kesabaran ekstra.

Salah satu contoh kasus yang dapat menggambarkan


karakter sabar Ibu Sudisah adalah ketika siswa sering lupa
membawa buku mata pelajaran. Kategori sering yang dimaksud
adalah setiap hari selalu ada siswa yang lupa baik itu membawa
buku mata pelajaran, lupa mengerjakan PR dan lain sebagainya.
Menurut keterangan yang disampaikan Ibu Sudisah, beliau
selalu mengingatkan catatan penting melalui pengumuman di
grup whatsapp. Namun, tetap saja selalu ada yang lupa, tuturnya.
39

Karakter sabar adalah aspek penting dalam kompetensi


kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru demi
kelancaran proses pembelajaran dikelas dan pembentukan serta
penguatan karakter siswa. Kesabaran mengajarkan orang untuk

39
Lampiran wawancara

57
bertahan dalam pekerjaan dan mengembangkan kemampuan
untuk mencapai tujuan secara ilmiah dan praktis.

Pernyataan ini dibuktikan dengan pengakuan 19 dari 21


peserta didik yang meyakini bahwa Ibu Sudisah memiliki
karakter sabar dan 16 dari 21 siswa meyakini Ibu Sudisah
memiliki karakter yang tidak mudah marah.

c. Guru memiliki kepribadian yang arif dan berwibawa


1) Guru senantiasa rapi, bersih dan santun dalam berpakaian
Pada dasarnya, setiap instansi pendidikan memilikan SOP
(Standar Operasional Prosedur) yang harus ditaati oleh semua
warganya. Begitupun SDN Ciporos 01 yang menerapkan
peraturan dimana tenaga pendidik harus menjadi contoh bagi
muridnya termasuk dalam hal kerapian, kebersihan dan
kesantunan dalam berpakaian. Cara berpakaian dapat
mencerminkan kepribadaian seseorang.
Berpakaian dan berhias telah diatur secara jelas di agama
Islam dan tercantum dalam kitab Al-Qur’an juga hadits sesuai
40
Q.S An-Nahl:16. Di sekolah, Ibu Sudisah selalu rapi, bersih
dan santun dalam berpakaian. Hal ini tentu menjadi panutan bagi
siswa kelas IV, sehingga kelas IV selalu berpakaian rapi, bersih
dan santun.
Hal ini dibuktikan dengan pengakuan seluruh peserta didik
kelas IV yang meyakini bahwa Ibu Sudisah selalu
berpenampilan sopan, berpakaian rapi dan bersih.
2) Guru senantiasa menghargai perbedaan pendapat
Beradasarkan penelitian, Ibu Sudisah selalu mengawali
pembelajaran dengan melakukan apersepsi. Saat melakukan
kegiatan apersepsi, siswa kelas IV aktif menyampaikan
pendapat. Menurut Ibu Sudisah, agar siswa aktif dan mau

40
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta, Amzah: 2015), hlm. 157

58
menjawab pertanyaan guru. Maka guru harus mampu
mengaitkan materi pembelajaran dengan aktivitas yang kerap
terjadi dimasyarakat atau terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian siswa tidak akan ragu menjawab, karena
pertanyaan apersepsi harus berisikan tentang hal-hal yang tak
asing bagi siswa. Pada dasarnya siswa kelas IV SDN Ciporos 01
adalah siswa yang aktif, namun rendahnya minat baca siswa
turut menurunkan rasa percaya diri siswa.
Hal ini dibuktikan dengan pengakuan 16 dari 21 peserta
didik yang meyakini bahwa Ibu Sudisah menghargai perbedaan
pendapat ketika diskusi berlangsung.

Uraian deskripsi mengenai hasil penelitian implementasi guru kelas


IV SDN Ciporos 01 memberikan hasil konkret bagi proses perkembangan
dan aktivasi karakter siswa kelas IV sesuai dengan harapan. Berikut adalah
tabel data hasil penilaian perkembangan karakter siswa kelas IV:

No Indikator Penilaian
BB MB BSH BSB
1. Religius 14 7
2. Gotong royong 13 8
3. Mandiri 18 3
4. Integritas 16 5
5. Nasionalis 4 17
6. Berpikir Kritis 11 10

C. Faktor Pendukung dan Penghambat

Berdasarkan rangkaian penelitian yang telah dilakukan, peneliti


menemukan beberapa fakta terkait faktor pendukung dan penghambat
implementasi kompetensi kepribadian guru kelas dalam menghidupkan
karakter siswa kelas IV SDN Ciporos 01. Faktor tersebut antara lain:

59
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan wadah pertama dan utama kaitannya dengan
pembentukan maupun penguatan karakter anak. Pola didik orangtua
atau yang dikenal dengan parrenting sangat berimbas pada penguatan
karakter siswa. Strategi penguatan karakter melalui pembiasaan dan
keteladanan yang diterapkan disekolah semestinya dapat diterapkan
kembali dirumah agar hasilnya lebih maksimal. Namun pada
kenyataannya, 15 dari 21 pasangan orangtua siswa kurang memberikan
andil seperti yang diharapkan guru pada umumnya. Ketidakandilan
orangtua dirumah dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya kondisi
kesehatan, kondisi ekonomi, jenjang pendidikan orangtua, keturunan
dan naluri atau keinginan. Peran keluarga pada hakikatnya lebih besar
dalam memberikan motivasi dan arahan tentang tujuan hidup atau cita-
cita anak sedini mungkin. Substansi dari faktor lingkungan keluarga
minimnya kerjasama orangtua dengan guru. Orangtua tidak aktif dan
koperatif dalam memperhatikan perkembangan karakter anaknya.
2. Lingkungan Sekolah
SDN Ciporos 01 berlokasi di pedesaan yang masih kental dengan
budaya dan kondisi alam yang sangat mendukung. Dekat dengan
lapangan, dikelilingi pemukiman, madrasah, area persawahan dan
lainnya yang dapat membantu proses pembelajaran. Sayangnya, lokasi
yang strategis tidak menutup kemungkinan siswa untuk melakukan
penyimpangan karena beragamnya karakter dan budaya yang ada
disekitar. Fakktor lingkungan sekolah meliputi aspek: karakter tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana sekolah serta
kondisi sekitar lingkungan sekolah.

3. Lingkungan Masyarakat
Kondisi masyarakat sekitar terbilang cukup kooperatif. Hal
tersebut dibuktikan dengan sikap warga sekitar yang menjunjung tinggi
toleransi demi kelancaran proses pembelajaran di SDN Ciporos 01.

60
Namun disisi lain, budaya masyarakat tentu sangat mewarnai tumbuh
kembang karakter anak. Budaya yang dimaksud contohnya seperti gaya
bahasa dan tren sosial.
4. Kemajuan Teknologi
Siswa kelas IV masih belum mampu menggunakan nalurinya
secara utuh untuk memilih mana yang perlu di contoh dan tidak apalagi
jika kurang pengawasan. Selama masa pandemi, peran guru tentu sangat
terbatas telebih bila dihadapkan dengan kemajuan teknologi yang tanpa
batas. Kemajuan teknologi jika tidak disikapi secara selektif maka akan
menyebabkan pudarnya nilai-nilai moral. Dilapangan nak-anak
cenderung bermain gadget sepuasnya. Dampaknya, selama masa
PTMT berlaku, peneliti menemukan fakta dimana siswa menonton film
atau tayangan di media sosial yang tidak sesuai dengan usianya.
Imbasnya, anak-anak familiar dengan hal-hal berbau pergaulan bebas,
sex bebas dan trending topik yang tidak ada unsur edukasinya.

D. Keterbatasan Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti mengalami keterbatasan dalam penelitian
seperti:
1. Keterbatasan peneliti dan mitra peneliti (guru atau wali kelas IV SDN
Ciporos 01) dalam melakukan observasi kegiatan pembelajaran secara
terperinci, mengakibatkan aktivitas peserta didik selama proses
pembelajaran alih fokus.
2. Kurangnya waktu karena kegiatan pembelajaran masih bersifat Blended
Learning pada saat penelitian
3. Keterbatasan sarana dan prasarana sekolah dan juga peneliti yang
mendukung pemecahan masalah problematika pengembangan karakter
peserta didik di Era 4.0.

61
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Berdasarkan pemaparan terhadap data yang telah berhasil penulis
himpun, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut: Secara umum
Implementasi Kompetensi Kepribadian Guru Kelas dalam
Menghidupkan Karakter Siswa Kelas IV SDN Ciporos 01 sudah
terlaksana dengan baik. Guru menerapkan semua aspek kompetensi
kepribadian melalui pembiasaan dan keteladanan untuk menghdiupkan
dan mengembangkan karakter siswa kelas IV SDN Ciporos 01.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan guru berhasil dalam
menghidupkan karakter siswa kelas IV SDN Ciporos 01 melalui
implementasi Kompetensi Kepribadian Guru dengan indikator
diantaranya: guru memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan dengan
menampilkan tindakan yang sesuai dengan norma religius dan memiliki
prilaku yang bisa diteladani oleh siswa, memiliki kepribadian yang
mantap dan stabil, serta memiliki kepribadian yang arif dan berwibawa.
Implikasinya adalah rata-ratakarakter siswa kelas IV berkembang sesuai
harapan.
2. Faktor pendukung dan penghambat implementasi kompetensi
kepribadian guru dalam menghidupkan karakter siswa kelas IV SDN
Ciporos 01 diantaranya: a) lingkungan keluarga, b) lingkungan sekolah,
c) lingkungan masyarakat, d) kemajuan teknologi.

B. Saran
Dari hasil analisis data penelitian penulis, dapat dinyatakan
Implementasi Kompetensi Kepribadian Guru Kelas Dalam Menghidupkan
Karakter Siswa Kelas IV SDN Ciporos 01 sudah terlaksana dengan baik.
Namun kerjasama antara guru dengan orangtua belum berjalan sesuai
harapan, akan lebih optimal penguatan karakter jika guru dan orangtua atau

62
wali murid dapat menjalin kerja sama yang harmonis untuk dapat
mengoptimalisasi keberhasilan pembentukan dan penguatan karakter siswa.

63
DAFTAR PUSTAKA

Anjani, N. L., Benty, D. D. N., & Gunawan, I. Pendidikan Karakter. Jurnal


Pembelajaran, Bimbingan, Dan Pengelolaan Pendidikan. Vol. 2 No. 4.
2022.

Latif, Asep Ediana. Pembangunan Karakter Peserta Didik Pada Jenjang


Pendidikan Dasar, Jurnal Pendidikan Islam: Isu dan Inovasi. 2017.

Adelina, Hasyim. Metode Penelitian Dan Pengembangan di Sekolah. Yogyakarta:


Media Akademi. 2016.

Akmal, Hawi. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
2014.

Ali, Mudlofir. Pendidik Profesional. Jakarta: Rajawali Pers. 2013.

Alwi. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Amazona, Rosalin Mega, 2016. Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah


Dasar Islam Terpadu Hidayatullah Yogyakarta. Skripsi:
Pendidikan Teknik Boga Dan Busana, Universitas Negeri Yogyakarta.

Chairul Rochman, Heri Gunawan. Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru:


menjadi pendidik yang dicintai dan diteladani siswa. Bandung: Nuansa.
2016.

Cholid Nasbuko, H. Abu Ahmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.


2015.

Damayanti Nahampun. Kompetensi Kepribadian Guru Dalam Pelaksanaan


Pembelajaran Anak Autis Di Slb C Karya Bhakti Purworejo. Jurnal Widia
Ortodidaktika Vol 6 No 5 Tahun 2017. Departemen Agama RI. Al-Qur’an
Dan Terjemaha. Bandung: Diponegoro. 2005.

64
Gaffar, Mohammad Fakhry. Pendidikan Karakter Berbasis Islam. Jogjakarta:
Makalah Workshop Pendidikan Karakter Berbasis Agama. 2010.

Gandamana, Apiek. Perbandingan Kompetensi Kewarganegaraan Dalam


Kurikulum 2006 Dan Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah (JS). Vol 2 No.2. 2018.

Harahap, Ade Chita Putri. Pendidikan Karakter, Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan
Konseling, Vol. 9, No. 1. 2019.

Fachrurazi. Peningkatan Moralitas Peserta Didik Berkaitan Dengan


Profesionalitas dan Kompetensi Kepribadian Guru. At-Turats Jurnal
Pemikiran Pendidikan Islam. At-Turats Vol. 11 No.1. 2017.

Hendriana, Evinna Cinda. Arnold Jacobus. 2016. Implementasi Pendidikan


Karakter di Sekolah Melalui Keteladanan dan Pembiasaan. Jurnal
Pendidikan Dasar Indonesia, Volume 1 No. 2.

Heny Wulandari. Kesehatan & Gizi Untuk Anak Usia Dini. An-Nur: Fakta press,
Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung. 2014.

Heppy Liana, Budi Rahardjo, Hasbi Sjamsir. Implementasi Pembelajaran Karakter


Anak Usia Dini di Paud Anak Kita Preschool Samarinda. Jurnal Pendas
Mahakam. Vol 3 (1). 8-19. Mei 2018.

Hudaifah, Nur. 2017. Implementasi Pendidikan Karakter Siswa di Smp Islam Al-
Azhar 18 Kota Salatiga Tahun 2017. Skripsi: Pendidikan Agama Islam,
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Jaya, I made Laut Mertha. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,


Yogyakarta: Quadrant. 2020.

Jejen Musfah. Redesain Pendidikan Guru: Teori, kebijakan dan praktek. Jakarta:
Prenada Media Group. 2015.

65
Jejen Musfah. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber
Belajar. Jakarta: Kencana. 2011

Judiani, Sri. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Melalui


Penguatan Pelaksanaan Kurikulum, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,
Vol. 16. 2010.

Julaiha, Siti. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran. Jurnal


Dinamika Ilmu. Vol. 14. No 2. 2014.

Kementerian Pendidikan Nasional tahun. 2011. Pendidikan Karakter.

Masrun, 1988. Studi Tentang Kemandirian Sebagai Kualitas Kemandirian,


Makalah Seminar Ilmu-Ilmu Sosial: Mempersiapkan Masyarakat Masa
Depan di Ujung Pandang.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.


2017.

Mulyaningsih, Irma. 2015. Implementasi Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran


Tematik di Kelas IV SD Negeri Prembulan Galur Kulon Prog. Skripsi:
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Yogyakarta.

Mulyasa. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2012.

Mulyasa. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru


dan Kepala Sekolah. Jakarta:PT Bumi Aksara.2015

Mohamad Mostari. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. 2015.

Pupuh Faturrahman dkk. pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: PT Rafika


Aditama. 2013.

Omeri, Nopan. 2015. Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan,


Jurnal Manajer Pendidikan, Volume 9, No. 3.

66
Rsyida, Desy Anindia. 2016. “Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan MI
dalam Meningkatkan Karakter Siswa Berbasis Tradisi Pesantren”, Jurnal
Madrasah Ibtidaiyah, Universitas Islam Kalimantan MAB 1 No. 2.

Siadari, Ribka Meilan. 2018. PKN Sebagai Pendidikan Karakter Berbasis Nilai
Untuk Anak Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Medan Vol 2.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta Bandung.

Sugiyono. 2016. Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung:
Alfabeta.

Sugiyono.2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Cet. 26.


Bandung: ALFABETA.

Sugyanto, Bagong. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenanda Media


Group. 2005.

Syarbini, Amirulloh. 2016. Pendidikan Karakter Berbasis Keluarga,


Jogjakarta:AR-RUZZ MEDIA.

Tirtarahardja, dkk.2005. Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Widodo, S. 2016. Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik


Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning) Melalui Isu-Isu Sosial Ekonomi Pasca Pengembangan
Waduk Jatigede Dalam Pembelajaran IPS Di SMPN 2 Wado Kabupaten
Sumedang Kelas VIII C. International Journal Pedagogy of Social Studies.
1(2), 1-14.

Yolanda Agufratiwi. 2019. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam


Pembelajaran PKN Kelas V SDN 113 Rejang Lebong. IAIN Curup.

67
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan, Jakarta: Kencana.

LAMPIRAN

DATA PRA OBSERVASI

68
Ind Ind Ind Ind
No Nama A B C D
1 Adi Fikriana Agung 3 2 2 2

2 Alma Chalisa Putri 3 3 2 2

3 Ananda Putri Widianingsih 3 3 2 3

4 Andini Elma Sasikirana 3 3 2 4

5 Arjuna Saputra 3 3 2 2

6 Dinata Nugraha Pratama 3 3 2 2

7 Febrianti Dwi Aryati 3 2 2 2


3 2 3 2
8 Fikri Damar Pratama
3 2 2 1
9 Haifa Nurul Azkiya
2 2 2 2
10 Ilham Ramdhani
3 2 2 2
11 Kayla Nur Ashifa
2 2 2 2
12 Malvin Aufar Arsana
13 Marsya Alya Fitri 3 3 2 2

14 Muhammad Rizqi Abadi 2 3 2 2

15 Nazwa Adelia 3 3 2 2

16 Redivan Aguz Nuzul 2 3 2 1

17 Shakira Alfathia Ramdhani 3 3 2 3

18 Syafa Atun Khasanah 2 3 2 3

19 Vallen Asha Wijaya 3 3 3 3

20 Afika Khoeriyah 2 2 2 1

21 Salsabella Azzahra K 3 3 3 4
Ket: Ket:
Ind A : Pengamalan 5S 1 : Belum Terlihat
Ind B : Aktif bertanya dan berpendapat 2 : Terlihat
Ind C : Tanggungjawab terhadap tugas 3 : Berkembang
Ind D : Literasi 4 : Berkemang Sesuai Harapan

69
OBSERVASI KEDISIPLINAN SISWA IV
DALAM PENGUMPULAN TUGAS

P PR PR PR PR PR PR PR PR PR
N Nama R 2 3 4 5 6 7 8 9 10
O Siswa 1
Adi Fikriana
1 Agung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Alma Chalisa
2 Putri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ananda Putri
3 Widianingsih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Andini Elma
4 Sasikirana 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Arjuna Saputra 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Dinata Nugraha
6 Pratama 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Febrianti Dwi
7 Aryati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Fikri Damar
8 Pratama 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Haifa Nurul
9 Azkiya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10 Ilham Ramdhani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Kayla Nur Ashifa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Malvin Aufar
12 Arsana 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Marsya Alya Fitri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Muhammad Rizqi
14 Abadi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Nazwa Adelia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Redivan Aguz
16 Nuzul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Shakira Alfathia
17 Ramdhani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Syafa Atun
18 Khasanah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Vallen Asha
19 Wijaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

20 Afika Khoeriyah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Salsabella
21 Azzahra K 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Ket: Ket:
Merah : Terlambat Hijau : Disiplin Sesuai Harapan
Hitam : Tepat Waktu (selalu tepat waktu)

70
Kuning : Cukup Disiplin
(terlambat maksimal 2x)
Putih : Cukup Disiplin (terlambat
lebih dari 3x)

PEDOMAN PRAOBSERVASI
IMPLEMENTASI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM
MENGHIDUPKAN KARAKTER SISWA KELAS IV SDN CIPOROS 01

71
No. Aspek Kriteria
BB MB BSH BSB
1. Religius ✓
2. Jujur ✓
3. Toleransi ✓
4. Disiplin ✓
5. Kerja Keras ✓
6. Kreatif ✓
7. Mandiri ✓
8. Demokratis ✓
9. Rasa Ingin Tahu ✓
10. Semangat Kebangsaan ✓
11. Cinta Tanah Air ✓
12. Menghargai Prestasi ✓
13. Bersahabat/ Komuniakatif ✓
14. Cinta Damai ✓
15. Gemar Membaca ✓
16. Peduli Lingkunngan ✓
17. Peduli Sosial ✓
18. Tanggungjawab ✓
19. Sopan santun ✓

PEDOMAN OBSERVASI
Kompetensi Kepribadian Guru

72
Hari/Tanggal : 18 Maret 2022
Observasi Ke- :1
Diisi oleh : Peneliti

No Variabel Indikator Deskripsi


1. Berakhlak Religius, menanamkan Ibu Sudisah mengajarkan kepada
mulia nilai-nilai Islam dalam siswa untuk selalu mengawali dan
kehidupan sehari-hari mengakhiri kegiatan dengan
berdoa.

2. Berpengetahuan Menguasi materi dan Ibu Sudisah mampu menjawab


berwawasan luas pertanyaan siswa dengan cermat
dan mudah dipahami.
3. Konsep diri Berdedikasi tinggi, Ibu Sudisah datang tepat waktu ke
tegas, bertanggung sekolah atau datang lebih awal 10
jawab, disiplin, suka menit sebelum jam pelajaran
menolong dimulai.
4. Keterampilan Skill dalam mengelola Ibu Sudisah mampu
kelas serta metode dan mengkondisikan kelas saat
strategi pembelajaran suasana kelas mulai gaduh atau
yang digunakam bising
5. Berwibawa Menarik, bersabahat Ibu Sudisah selalu mengajarkan
siswa untuk saling berbagi seperti
berbagi makanan, ikhlas
meminjamkan pensil atau alat
tulis

PEDOMAN OBSERVASI
Kompetensi Kepribadian Guru

73
Hari/Tanggal : 19 Maret 2022
Observasi Ke- :2
Diisi oleh : Peneliti

No Variabel Indikator Deskripsi Temuan


1. Berakhlak Religius, menanamkan Ibu Sudisah mengingatkan siswa
mulia nilai-nilai Islam dalam untuk senantiasa bangun pagi agar
kehidupan sehari-hari tidak melewatkan sholat subuh
2. Berpengetahuan Menguasi materi dan Ibu Sudisah mengaitkan materi
berwawasan luas dengan kehidupan sehari-hari
3. Konsep diri Berdedikasi tinggi, Ibu Sudisah dalam menerapkan
tegas, bertanggung peraturan dengan memberi
jawab, disiplin, suka peringatan secara lisan disekolah
menolong maupun tulisan di grup whatsapp
kelas
4. Keterampilan Skill dalam mengelola Ibu Sudisah mampu menyesuaikan
kelas serta metode dan metode pembelajaran yang
strategi pembelajaran dibutuhkan siswa dalam mengatasi
yang digunakam ketertinggalan pemahaman akan
materi
5. Berwibawa Menarik, bersabahat Ibu Sudisah senantiasa rapi, bersih
dan santun dalam berpakaian. Tidak
menggunakan riasan berlebih dan
mengenakan kerudung yang menutup
dada. Tidak menggunakan pakaian
ketat

PEDOMAN OBSERVASI
Kompetensi Kepribadian Guru

74
Hari/Tanggal : 21 Maret 2022
Observasi Ke- :3
Diisi oleh : Peneliti

No Variabel Indikator Deskripsi


1. Berakhlak Religius, Ibu Sudisah seringkali
mulia menanamkan nilai- mengingatkan anak untuk rajin
nilai Islam dalam sholat dan mengaji
kehidupan sehari-hari
2. Berpengetahuan Menguasi materi dan Ibu Sudisah mampu menjelaskan
berwawasan luas materi dengan lantang terpaku pada
buku atau teks
3. Konsep diri Berdedikasi tinggi, Ibu Sudisah mampu memanfaatkan
tegas, bertanggung waktu pelajaran dengan baik dengan
jawab, disiplin, suka tidak meninggalkan siswa untuk
menolong urusan pribadi
4. Keterampilan Skill dalam mengelola Ibu Sudisah memiliki strategi
kelas serta metode dan pembelajaran yang unik dalam
strategi pembelajaran mengatasi ketertinggalan atau
yang digunakam kesulitan siswa, yakni dengan
memusatkan pembelajaran pada
siswa atau student centre learning.
5. Berwibawa Menarik, bersabahat Ibu Sudisah pandai menjaga sikap.
Contohnya tidak meluapkan emosi
ketika siswa sering lupa
mengerjakan PR

PEDOMAN OBSERVASI
Kompetensi Kepribadian Guru

75
Hari/Tanggal : 22 Maret 2022
Observasi Ke- :4

No Variabel Indikator Deskripsi


1. Berakhlak mulia Religius, Ibu Sudisah memberikan motivasi
menanamkan kepada siswa untuk mulai
nilai-nilai Islam membiasakan sholat dhuha saat
dalam kehidupan jam istirahat
sehari-hari
2. Berpengetahuan Menguasi materi Ibu Sudisah dapat menjelaskan
dan berwawasan kerkaitan antar materi
luas pembelajaran dengan kehidupan
sehari-hari sehingga mudah
dipahami
3. Konsep diri Berdedikasi Ibu Sudisah menemani siswa
tinggi, tegas, melaksanakan piket kebersihan
bertanggung didalam kelas
jawab, disiplin,
suka menolong
4. Keterampilan Skill dalam Ibu Sudisah memberikan layanan
mengelola kelas bimbingan khusus kepada siswa
serta metode dan yang belum lancar membaca
strategi
pembelajaran
yang digunakam
5. Berwibawa Menarik, Ibu Sudisah mampu menjadi
bersabahat pendengar yang baik bagi
siswanya

PEDOMAN OBSERVASI
Kompetensi Kepribadian Guru

Hari/Tanggal : 23 Maret 2022

76
Observasi Ke- :5
Diisi oleh : Peneliti

No Variabel Indikator Deskripsi


1. Berakhlak mulia Religius, Ibu Sudisah mengajak siswa
menanamkan untuk membaca asmaul husna
nilai-nilai Islam sebelum jam pelajaran dimulai.
dalam kehidupan
sehari-hari
2. Berpengetahuan Menguasi materi Saat mengajak siswa melakukan
dan berwawasan pembelajaran outdoor, Ibu
luas Sudisah mampu menjelaskan dan
mengembangkan bahan serta
media belajar demi
meningkatkan pemahaman
siswa.
3. Konsep diri Berdedikasi tinggi, Ibu Sudisah memberikan
tegas, bertanggung perhatian lebih kepada siswa
jawab, disiplin, yang sakit hingga sukarela
suka menolong mengantarkan ananda Febri
pulang kerumah.
4. Keterampilan Skill dalam Ibu Sudisah mampu
mengelola kelas mengembangkan RPP dengan
serta metode dan metode Project Based Learning.
strategi Kreatif dalam membangun
pembelajaran yang suasana belajar yang
digunakam menyenangkan.
5. Berwibawa Menarik, Ibu Sudisah pandai melakukan
bersabahat pendekatan dengan siswa dan
senantiasa menghargai
perbedaan pendapat. Menemani

77
siswa menyantap bekal makanan
didalam kelas.

PEDOMAN OBSERVASI
Karakter Siswa

Hari/Tanggal : 24 Maret 2022


Observasi Ke- :6

78
Berilah tanda cek list (√) pada salah satu kolom yang telah tersedia

No Indikator BB BM BSH BSB Deskripsi


1. Religius ✓ - Siswa kelas IVdengan antusias
yang tinggi bersedia pulang lebih
siang dari jam pulang semestinya
untuk melaksanakan shalat dzuhur
berjamaah sepulang sekolah.
- Siswa kelas IV memiliki rutinitas
mengaji di madrasah lingkungan
rumah masing-masing
- Siswa kelas IV terbiasa saling
berbagi makanan tanpa arahan
guru

2. Nasionalis ✓ - Siswa kelas IV semangat dalam


menghafal dan menyanyikan lagu
kebangsaan, lagu nasional dan
lagu daerah.

3. Gotong ✓ - Siswa kelas IV senantiasa rukun


royong saat melaksanakan piket
kebersihan

4. Integritas ✓ - Siswa kelas IV senantiasa:


- Disiplin ditunjukkan dengan
selalu datang tepat waktu ke
sekolah
- Berpakaian rapi, bersih dan sopan
- Bijaksana dalam berbicara dan
bertindak

79
- Mematuhi peraturan sekolah
sesuai harapan

5. Mandiri ✓ - Siswa kelas IV belum biasa


mengerjakan tugas sendiri di kelas
- Terdapat tiga siswa yang sudah
terbiasa mandiri (Andini,
Salabiella, Vallen)

6. Berpikir ✓ - Siswa kelas IV masih ragu untuk


Kritis menunjukkan rasa ingin tahu akan
sesuatu, ragu untuk bertanya

7. Kreatif ✓ - Siswa kelas IV belum luwes dalam


mengekspresikan minat dan
bakatnya
- Siswa kelas IV sering mengekor
teman atau ikut-ikutan
- Kurang percaya diri dalam
berkreasi

Keterangan:

B : Belum Terlihat

MBB : Mulai Telihat

BS : Mulai Berkembang

BSB : Sudah Membudaya

PEDOMAN WAWANCARA
IMPLEMENTASI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM
MENGHIDUPKAN KARAKTER SISWA KELAS IV SDN CIPOROS 01

80
Hari/Tanggal : 25 Maret 2022
Observasi Ke- :7
Subjek Penelitian : Guru Kelas IV

No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaiamana cara Ibu/ Bapak Dengan membiasakan berdoa sebelum
menanamkan nilai dan sesudah melakukan kegiatan mba,
spiritualitas dalam kegiatan misalnya sebelum dan sesudah belajar,
pembelajaran? sebelum dan sesudah makan, pembiasaan
membaca asmaul husna setiap hari
Jum’at, catatan sholat setiap siswa
2. Apakah Ibu/ Bapak selalu Iya, contohnya disiplin dalam melakukan
mengaitkan materi tata tertib dan mengikutinya dengan
pembelajaran pentingnya senang. Maksudnya dalam pembelajaran
mengamalkan akhlak terpuji, tematik kan isi materinya terpadu yaa
bagaimana cara dan contoh mba. Kalo ada materi tentang tumbuhan,
implementasinya? dari segi IPA kita belajar tentang x
3. Apakah Ibu/ Bapak selalu Iya, memberi contoh dalam kegiatan
menguasai materi yang sehari-hari seperti mengerjakan tugas
diajarkan? Bagimana tepat waktu, membagi waktu belajar dan
biasanya Ibu/ Bapak bermain.
mengembangkan dan
mengaitkan kegiatan
pembelajaran dengan
kehidupan sehari-hari?
4. Bagaimana Ibu/ Bapak Selalu memantau siswa-siwi dalam
menggunakan dan membagi pembelajaran sesuai jadwal yang telah
waktu, tenaga dan pikiran ditentukan. Apabila ada anak terkendala
untuk kepentingan karena tidak memiliki hp, guru datang
keberhasilan pembelajaran kerumah siswa, luring untuk memberikan
daring? lembar kerja siswa

81
5. Menurut Ibu/ Bapak, Tetap bertanggungjawab dalam
bagaimana dan apa saja keberhasilan pembelajaran walaupun
tanggung jawab seorang guru dimasa pandemi. Tetap melaksanakan
baik sebelum dan setelah tupoksi sebagai seorang guru untuk
mengalami masa pandemi keberhasilan anak didiknya walau
covid-19? terkendala dalam masa pandemi ini.
6. Bagaimana cara Ibu/ Bapak Memberikan perhatian yang lebih dari
membantu peserta didik yang yang lainnya. Diberikan tambahan waktu
mengalami kesulitan dan untuk membimbing siswa yang masih
hambatan dalam belajar? kurang paham.
7. Apa dan bagaimana metode Memakai video pembelejaran aja mba
pembelajaran yang Ibu/ Bapak paling
gunakan dalam kegiatan
pembelajaran daring?
8. Apa dan bagaimana strategi Luring atau datang langsung kerumah
Ibu/ Bapak dalam siswa mba, tapi tidak setiap hari karena
mengkondisikan kan guru menyesuaikan dengan
pembelajaran daring untuk kebutuhan. Selain itu kepala sekolahnya
dapat meminimalisir tidak memberikan izin untuk terlalu
ketertingalan pemahaman sering berkunjung kerumah siswa karena
peserta didik? masih rawan covid gitu mba
9. Hal apa yang Ibu/ Bapak Diselingi dengan menyanyi bersama/
lakukan utnuk menarik tepuk penyemangat sebelum KBM
perhatian peserta didik agar dimulai sesuai dengan tema
pembelajaran tetap fokus dan pembelajaran
menyenangkan?
10. Bagaimana cara Ibu/ Bapak Dari tugas yang diberikan namun
mengenal dan melakukan terkendala hp. Kan tidak semuanya
assesment terhadap sikap atau oegang hp mba. Susah sih, tapi selama
anaknya rajin, mau bertanya tentang

82
karakter peserta didik selama tugas meskipun diwakilkan orangtuanya
masa pandemi covid-19? ya itu sudah cukup menunjukkan benih
karakter yang baik yakan mba
11. Dapatkah Ibu/Bapak Iya gini mba banya kendala, karena
menjelaskan bagaimana waktunya terbatas, keberadaan hp, kuota
gambaran pembelajaran dll jadi anak juga banyak yang tertinggal.
daring yang dilakukan selama Belum lagi tidak semua orangtua ada
masa pandemi? waktu untuk mendampingi anak belajar
dirumah. Jadi ketika anak tidak paham
mereka kebanyakan iya iya aja, tapi nda
tau ngerti beneran atau tidak. Makanya
mba bisa liat beberapa anak ada yang
bacanya belum lancar juga
12. Media teknologi apakah yang Laptop, hp. Tapi lebih sering hp si mba.
Ibu/Bapak gunakan untuk
melaksanakan pembelajaran
daring?
13. Penanaman spiritualitas Sikap sosial, perilaku jujur, disiplin,
seperti apa yang biasa Ibu/ tanggung jawab, sopan santun, peduli,
Bapak lakukan untuk percaya diri.
mempertajam budi pekerti
peserta didik?

PEDOMAN WAWANCARA

83
IMPLEMENTASI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM
MENGHIDUPKAN KARAKTER SISWA KELAS IV SDN CIPOROS 01

Hari/Tanggal : 26 Maret 2022


Observasi Ke- :8
Subjek Penelitian : Guru Kelas

1. Prinsip yang dipegang Yang paling penting kita berbuat baik saja dulu,
dalam mengemban bicara dan bertindak yang baik. Masalah ada
tugas dan tanggung tanggapan buruk orang tentang kita itu kembali ke
jawab sebagai guru diri masing-masing. Kita kan nda bisa memaksa
orang lain untuk berbuat baik sama kita mba. Kalo
saya ikhlas ngajar biar pahalanya mengalir terus.
Daripada ngresula (mengeluh) kan percuma mba.
Di niatkan semuanya lillahi’ala.
2. Metode dan strategi apa yang punya strategi dan pendekatan tertentu.
yang digunakan dalam Disesuaikan dengan kondisinya. Ada metode
menghidupkan klasik dan kekinian. Kalo klasik, ya kita harus
karakter siswa sering mengingatkan anak perihal kebaikan
biasalah mba ceramah atau menasehati anak. Kalo
metode kekinian, itu biar kita tidak terlalu kaku.
Anak itu akan seneng kalo kita bisa masuk ke
dunianya. Jadi ya kreatifnya kita aja untuk
mengajarkan, membiasakan dan mengarahkan
juga membentuk ya mba maksudnya karakter anak
sedini mungkin.
3. Kesulitan yang Sebenarnya ya mba, mengajar itu ga sulit. Yang
dialami dalam sulit itu menjalin kerja sama untuk membentuk
menghidupkan pola didik yang satu tujuan antara sekolah, guru
karakter siswa dalam dan orangtua siswa. Sering loh mba eci, guru itu
proses pembelajaran disalahkan jika anaknya misal belum bisa
membaca, padahal ya gimana kalo misalnya

84
disekolah sudah diajarkan sesuai kaidahnya tetapi
dirumah dibiarkan terlalu banyak bermain diluar
atau anak jaman sekarang main hp itu nda dibatasi.
Kurikulum maunya guru mendidik anak untuk
mandiri, tapi nda semua orangtua bisa merespon
positif akan hal itu. Banyak yang masih
memanjakan anaknya. Contohnya, ketika anak
diberi tugas, yang mengerjakan atau menulis di
buku PR itu orangtua atau sodaranya. Mungkin
memang kita selaku orang tua nda tega sama anak,
tapi kalo begitu terus sama saja kita mengajarkan
anak untuk tidak bertanggung jawab sama
tugasnya. Efeknya anak jadi manja, semangat
belajarnya kurang, apalagi literasinya. Anak-anak
kelas IV 7 dari 21 anak belum lancar mba bacanya.
Itu dari segi akademik ya mba. Kalo dari segi
karakter, yang belum tercapai itu naluri ilmiahnya.
Maksudnya kebanyakan anak mau mengikuti
perintah guru karena takut sama gurunya, tapi
diluar pengawasan guru nanti suka ada informasi
dari pihak lain tentang hal-hal negatif yang
dilakukan beberapa anak. Nah disitu guru suka
malu mba, jadi kepikiran ini harus gimana cara
mendidiknya agar anak dimanapun dan
berhadapan sama siapapun ya menunjukkan sisi
aslinya. Tidak depan guru A, depan orangtua B,
depan orang lain C.
4. Implementasi Guru itu harus punya stok sabar yang banyak mba.
pemecahan masalah Apalagi dalam menghadapi karakter siswa. Kita
dalam menghidupkan semangati, kita beri motivasi, kita contohkan
karakter siswa langsung saja, nda semua anak bisa langsung

85
mengamalkan akhlak terpuji. Semua ada
prosesnya. Ada masanya anak nurut, ada masanya
anak punya pandangan dan keinginan sendiri yang
kadang mereka belum paham betul bagaimana
dampak positif dan negatifnya. Jadi untuk
membentuk, menguatkan, dan mengembangkan
karakter siswa, kita harus sering-sering melakukan
evaluasi dan merefleksi diri sendiri, baru
kemudian meninjau kembali, menilai dan
melakukan perbaikan-perbaikan jika ada hal yang
kurang sesuai dengan harapan.

PEDOMAN OBSERVASI

86
IMPLEMENTASI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM
MENGHIDUPKAN KARAKTER SISWA KELAS IV SDN CIPOROS 01

Hari/Tanggal : 28 Maret 2022


Observasi Ke- :9
Subjek Penelitian : Siswa Kelas IV

No Indikator BT T MB SM Deskripsi
1. Religius ✓ - Siswa laki-laki kelas IV
berani menunjuk diri untuk
adzan (Inisial D), iqomat,
memimpin shalawat,
menjadi imam
- Saat shalat berjamaah 20 dari
21 siswa menunjukkan sikap
dan perilaku yang tenang,
khusyu dan hikmat
- Siswa perempuan saling
mengingatkan untuk
merapikan shaf dan mukena
agar rambut tidak keluar dan
terlihat oleh yang lain
- Terdapat satu siswa
mengajak teman bercanda
(Inisial R) tetapi tidak
tanggapi

2. Nasionalis ✓ - Siswa kelas IV menjungjung


tinggi kerukunan dalam kelas
dengan semangat
kebersamaan

87
- Terdapat satu siswa (Inisial
R) yang paling sering
memicu kegaduhan dikelas
karena tidak mengindahkan
perbedaan
- Terdapat satu siswa yang
tampak sering membedakan
dan memilih-milih dalam
berteman, kurang
mengindahkan kebersamaan
(Inisial S)

3. Gotong ✓ - Sangat menyukai dan


royong bersemangat jika melakukan
kegiatan secara bersama-
sama, kekeluargaan dan
bekerjasama dalam
kelompok

4. Integritas ✓ - Siswa kelas IV mengerjakan


ulangan dengan jujur, tidak
mencontek pekerjaan teman
atau catatan

5. Mandiri ✓ - Siswa kelas IV mampu


mengerjakan tugas secara
individu dan bertanggung
jawab

6. Berpikir ✓ - Siswa berani bertanya jika


Kritis ada hal yang belum jelas
- Siswa berani menyampaikan
pendapat jika ada kekliruan

88
yang disampaikan oleh guru
(Inisial A, S, V, M, N, F, A’,
D)

7. Kreatif ✓ Menginterpretasikan materi belajar,


membuat mind mapping

Keterangan:

BM : Belum Terlihat

MT : Mulai Telihat

MB : Mulai Berkembang

SM : Sudah Membudaya

89
HASIL ANGKET
IMPLEMENTASI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM
MENGHIDUPKAN KARAKTER SISWA KELAS IV SDN CIPOROS 01

Hari/Tanggal : 29 Maret 2022


Observasi Ke- : 10
Diisi oleh : Siswa Kelas IV

Isilah sesuai dengan jumlah jawaban siswa


No. Jawaban
Pernyataan
Ya Tidak
1. Guru selalu membiasakan berdoa sebelum dan sesudah 21 0
pelajaran
2. Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan 21 0
menyenangkan, ramah dan bahasa halus yang mudah
dipahami
3. Guru selalu menyempatkan dan menyediakan waktu khusus 21 0
untuk membantu peserta didik yang kesulitan saat proses
pembelajaran
4. Guru selalu menggunakan media teknologi dalam 4 17
pembelajaran
5. Guru menyampaikan materi dengan menarik 8 13
6. Guru memulai dan mengakhiri pembelajaran tepat waktu 15 6
7. Guru selalu mereview pembelajaran sebelumnya 21 0
8. Guru bersikap tegas jika ada yang melanggar peraturan 14 7
disekolah
9. Guru memberikan perhatian dan nasehat kepada semua 15 6
peserta didik
10. Guru bersikap membeda-bedakan dalam memberikan kasih 11 10
sayang dan bimbingan kepada peserta didiknya
11. Guru selalu berpakaian rapi, bersih dan santun 21 0

90
12. Guru selalu memberikan keteladanan empat kata ajaib 21 0
(maaf, tolong, terimakasih dan permisi)
13. Guru selalu mengajarkan untuk saling berbagi 21 0
14. Guru selalu menggunakan bahasa yang halus dan ramah 21 0
15. Guru membantu siswa yang mengalami kesulitan 17 4
16. Guru berkeliling mengawasi siswa saat proses pembelajaran 21 0
17. Guru menghargai perbedaan pendapat 16 5
18. Guru memiliki karakter sabar 19 2
19. Guru selalu memberikan keteladanan senyum, sapa, salam, 21 0
sopan dan santun
20. Guru berteriak ketika marah 0 21

91
PEDOMAN WAWANCARA
IMPLEMENTASI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM
MENGHIDUPKAN KARAKTER SISWA KELAS IV SDN CIPOROS 01

Hari/Tanggal : 30 Maret 2022


Observasi Ke- : 11
Subjek Penelitian : Guru Kelas

1. Apakah Ibu merasa sudah Saya tidak bisa menilai diri saya sendiri
mengimplementasikan si mba, menurut saya orang lain yang
kompetensi kepribadian dengan bisa menilai baik buruknya. Tetapi saya
baik selama mengajar siswa sebagai guru semampu saya memilah
kelas IV? dan memilih tindakan keteladanan
seperti apa yang harus saya ajarkan
-Pertanyaan lanjutan: indikator kepada anak agar mereka menjadi
santun menurut Ibu seperti apa? pribadi yang santun sesuai dengan
usianya.

- Santun menurut saya ya sopan


terhadap siapapun tanpa
memandang orang atau usia
tertentu, tidak bicara kotor,
menghormati orang lain,
menggunakan bahasa yang
halus, kalau dalam jawa
istilahnya tau tata krama.
2. Bagaimana bentuk Mengamalkan 5S itu yang pertama ya
implementasi yang dilakukan mba, patuh dengan protokol kesehatan
Ibu dalam menerapkan agar mereka juga dapat menerapkan
kompetensi kepribadian pedoman hidup yang sehat dan bersih,
terutama sebagai guru kelas? berbicara dengan bahasa yang baik,

92
mengontrol mimik muka saat
berinteraksi dengan siswa, mengaitkan
nilai-nilai keislaman dalam melakukan
aktivitas pembelajaran dan kegiatan
sehari-hari, berpakaian rapi, disiplin
waktu, memberikan hak siswa saat kbm
dengan tidak pilih kasih
3. Menurut Ibu, adakah faktor Ada mba, jaman sekarang kan canggih
pendukung dalam menerapkan ya mba. Kalau kita bisa memanfaatkan
kompetensi kepribadian agar sarana prasarana atau media teknologi
lebih maksimal? Jika ada, apa misalnya memperlihatkan video
saja? youtube yang ada unsur edukasinya,
atau misalnya belajar dengan ppt agar
anak tidak jenuh, menambah wawasan
juga selain materi yang ada dibuku.

-Petanyaan lanjutan: Kalo Tentu mba, guru dan orangtua kan punya
menurut Ibu orangtua dapat peran penting dalam membentuk
menjadi pendukung dalam kepribadian anak. Kalau guru bisa
menerapkan kompetensi menjalin kerjasama yang baik,
kepribadian guru dalam pembentukan karakter anak insyaallah
menghidupkan karakter siswa? akan lebih berhasil. Kalau orangtua juga
mampu menghargai apa yang guru
lakukan, guru juga akan merasa punya
tanggung jawab lebih. Beda ceritanya
kalau orangtua ada yang sedikit-sedikit
protes, guru akan stress menghadapinya.
Termotivasi untuk cari solusi agar lebih
baik, tetapi kalau tidak diapresiasi,
gurunya jadi ada rasa kurang semangat.
Yang paling penting, kita harus bisa jadi

93
teladan bagi siswa dengan memberikan
contoh-contoh kecil yang baik-baik.
Contohnya banyak ya mba, salah
satunya ya mau berbagi dengan
oranglain.
4. Menurut Ibu, adakah faktor Ada pasti mba, contohnya kurang
penghambat yang menyebabkan tegasnya guru dalam menerapkan
kurang maksimalnya penerapan peraturan, anak jadi tidak disiplin dan
kompetensi kepribadian guru bertanggungjawab. Ketika guru tidak
dalam menghidupkan karakter menguasai materi pelajaran anak akan
siswa? Jika ada, apa saja? menjudge siswanya lebih pintar dari
gurunya dengan bahasa yang kurang
sopan. Jika gurunya tidak memberikan
keteladanan yang baik maka anak juga
mengikuti.

Ditambah lagi didikan dari keluarga atau


orangtuanya seperti apa, sejalan dengan
apa yang kita ajarkan atau tidak. Yang
susah itu bukan membentuk kepribadian
ya mba, tapi memperbaiki. Harus
diperhatikan betul dengan siapa anak
bergaul, seusia atau tidak.
5 Apakah guru menginformasikan Iya, saat pembagian rapor atau biasanya
perkembangan akademik disampaikan via WhatsApp.
maupun non akademik anak
kepada Ibu/Bapak? Jika iya,
kapan dan bagaimana cara
penyampaiannya?

94
PEDOMAN WAWANCARA
IMPLEMENTASI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM
MENGHIDUPKAN KARAKTER SISWA KELAS IV SDN CIPOROS 01

Hari/Tanggal : 31 Maret 2022


Observasi Ke- : 12
Subjek Penelitian : Orang Tua Siswa (S)

1. Apakah Ibu merasa anak Ibu Sudah, tapi belum maksimal


sudah mendapat pendidikan - Karena anak saya cerita dirumah ada
dan penguatan karakter di guru yang berbahasa kotor atau
sekolah? berperilaku tidak pantas kepada
siswanya. Bukan guru kelas yang
-Pertanyaan lanjutan: Belum sekarang, dulu pernah ada namanya
maksimalnya bagaimana Bu, Pak T tapi sekarang udah ga ngajar
boleh dijelaskan? lagi. Udah jadi pengawas.
2. Bagaimana cara Ibu Saya selalu menanyakan anak ada PR atau
membentuk karakter anak engga. Kalo ada saya minta langsung
menjadi karakter yang dikerjakan. Tapi untuk hal yang lain masih
displin saat dirumah? kesulitan, apalagi kalo sudah main hp.

3. Menurut Ibu, adakah faktor Ada bu, dia sering meniru apa yang dia
yang menyebabkan anak Ibu tonton di tiktok, di youtube. Sudah
masih perlu perbaikan kecanduan main juga, jadinya main game
dalam segi karakternya? terus. Penasarannya sama yang viral-viral,
Misalnya kedisiplinannya, bukan sama pelajaran. Kalo belajar cepet
kemandiriannya, rasa ingin capenya. Tapi kalo main hp seharian kuat.
tahunya?
-Petanyaan lanjutan: Kalo - Ya bisa harusnya mah ya bu. Tapi
menurut Ibu orangtua dapat susah banget, nanti kalo dinasehatin
menjadi pendukung dalam senjatanya nangis. Jadinya kalo

95
menerapkan kompetensi udah nangis saya pusing, jadi tak
kepribadian guru dalam biarkan saja dia maunya apa. Saya
menghidupkan karakter pikir nanti mungkin makin gede
anak? makin bisa mikir. Sekarang masih
manja.
4. Menurut Ibu, adakah faktor Ada, jamannya makin canggih.
penghambat yang Orangtuanya ga ngerti hp malah lebih
menyebabkan kurang ngertian anaknya. Pelajarannya makin
maksimalnya penguatan susah, saya gabisa ngajarin, mau di lesin
karakter anak? Jika ada, apa uangnya pas pasan bu. Ga dilesin kasian,
saja? tapi anaknya juga sering ngeluh cape
sekolah, jadi saya kasian biar dirumah
istirahat saja. Terus terang saya sendiri
kurang paham sama materinya jadi ga bisa
ngajarin.

96
HASIL OBSERVASI DAN ANALISIS
PERKEMBANGAN KARAKTER SISWA KELAS IV SDN CIPOROS 01

No Indikator Penilaian
BB MB BSH BSB
1. Religius 14 7
2. Gotong royong 13 8
3. Mandiri 18 3
4. Integritas 16 5
5. Nasionalis 4 17
6. Berpikir Kritis 11 10

97
98
99
100
101

Anda mungkin juga menyukai