oleh:
Ressy Rindayani
NIM: 11180183000049
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKUKTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022
ii
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH
NIM : 11180183000049
NIP : 197611072007011013
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan
dari pihak manapun. Apabila terbukti skripsi ini bukan hasil karya sendiri, saya siap
menerima segala konsekuensinya.
Ressy Rindayani
iii
iv
ABSTRAK
Hasil penelitian yang penulis dapat ketika terjun kelapangan adalah secara
umum “Implementasi Kompetensi Kepribadian Guru Dalam Menghidupkan
Karakter Siswa Kelas IV SDN Ciporos 01” sudah terlaksana dengan baik. Guru
menerapkan semua aspek kompetensi kepribadian melalui pembiasaan dan
keteladanan untuk menghidupkan karakter siswa kelas IV SDN Ciporos 01 dengan
indikator diantaranya: guru memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan dengan
menampilkan tindakan yang sesuai dengan norma religius dan memiliki perilaku
yang bisa diteladani oleh siswa, memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, serta
memiliki kepribadian yang arif dan berwibawa. Disamping itu, salah satu faktor
dominan yang dapat mempengaruhi perkembangan karakter anak adalah pola didik
orangtua dirumah.
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
1. Dr. Sururin M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku Kepala Program Studi Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah.
3. Rohmat Widiyanto, M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah.
4. Nafia Wafiqni, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah
memberikan arahan, bimbingan serta motivasi pada masa perkuliahan.
5. Dr. Fauzan, M.A., selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah
memberikan arahan, bimbingan, motivasi, serta kritik dan saran yang
membangun sehingga proses penyusunan skripsi ini dapat berjalan sesuai
harapan.
vii
6. Dra. Zikri Neni Iska, M. Psi., sebagai dosen yang sedia memberikan
konseling berarti bagi penulis serta membantu penulis dalam mengupgrade
diri.
7. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang
telah memberikan pembelajaran, pengalaman dan nilai-nilai kehidupan
yang sangat berharga dan bermanfaat bagi penulis selama menempuh
Pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
8. Aman Tryiono, S. Pd selaku Kepala SDN Ciporos 01 yang telah berkenan
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di
sekolah yang dinanunginya.
9. Sudisah, S.Pd., selaku Guru kelas IV SDN Ciporos 01 yang telah banyak
membantu penulis dalam penelitian.
10. Dewan Guru SDN Ciporos 01 yang turut memberikan informasi dan
motivasi kepada penulis.
11. Adik-adik dan Wali Murid kelas IV SDN Ciporos 01 yang telah
berpartisipasi dan memberikan inspirasi bagi penulis selama penelitian.
12. Almarhumah Nenek, Masmiti. Yang sepanjang hayatnya merawat penulis
hingga tumbuh dan berkembang dengan baik.
13. Kedua orangtua penulis, Suryo Iswondo Sudirin dan Warsiyem, yang tak
hentinya memanjatkan do’a untuk kesuksesan putrinya, selalu memberikan
kasih sayang, waktu dan perhatian serta memberikan dukungan terbaik baik
moril dan materil, sehingga penulis dapat menempuh pendidikan dengan
baik, dan dengan selesainya skripsi ini semoga dapat memberikan
kebahagiaan dan dapat menjadikan penulis sebagai putri yang dapat
dibanggakan.
14. Kakak tersayang, Retna Rindayani, yang telah mendidik, membimbing, dan
memberikan dukungan lahir batin kepada penulis sejak dini hingga sampai
dititik ini.
viii
15. Adik tercinta, Ringgas Rinaldi Tri Mulyana, yang selalu memberikan
perhatian dan doa-doa baik untuk penulis,
16. Bibi Oti dang Mamang Hendro, sebagai orangtua kedua yang selalu siap
siaga memberikan bantuan dan dukungannya kepada penulis, serta seluruh
sanak saudara yang ikut membantu juga mendo’akan yang terbaik untuk
penulis.
17. Teman seperbimbingan dan teman berjuang khususnya Devi Juliani yang
telah sama-sama berjuang dan saling memotivasi dalam menyelesaikan
tugas akhir kuliah ini.
18. Seluruh teman-teman PGMI angkatan 2018, terkhusus PGMI Kelas B, yang
telah menjadi bagian perjalanan kuliah penulis dan merajut kisah indah
bersama yang dapat dikenang selama menempuh perkuliahan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
19. Sahabat dan teman-teman penulis, Ratna Zulhijah, Rakhmawati Saaman,
Eryn Nurul Jannah, Salsabila Nurismayanti dan Robiatul Adawiyah yang
turut membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan penulisan
skripsi dan kegiatan perkuliahan lainnya.
20. Seluruh pihak yang terlibat membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung, dan tidak dapat disebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi
rasa hormat penulis.
Akhir kata, penulis hanya dapat memanjatkan do’a kepada Allah
SWT semoga segala bentuk perhatian, kebaikan, motivasi dan bantuan yang
diberikan, menjadi amal kebaikan bagi semua dan hanya Allah yang dapat
membalasnya dengan sebaikbaiknya balasan. Penulis menyadari dalam
penyusunannya masih terdapat kekeliruan dan kesalahan, karenanya penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa
mendatang. Dengan hadirnya skripsi ini, besar harapan penulis semoga
dapat membantu dan bermanfaat bagi seluruh pihak yang membaca dan
membutuhkannya.
ix
Jakarta, 18 Oktober 2022
Penulis
DAFTAR ISI
x
G. Keabsahan Data .......................................................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 46
A. Lokasi dan Situasi Tempat Penelitian ........................................................ 46
B. Deskripsi Hasil Analisis Data Penelitian ................................................... 51
C. Faktor Pendukung dan Penghambat ........................................................... 59
D. Keterbatasan Peneliti ................................................................................. 61
BAB V PENUTUP................................................................................................ 62
A. Kesimpulan ................................................................................................ 62
B. Saran ........................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 64
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kompetensi merupakan sebuah keterpaduan antara pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang berimplikasi pada kualitas kepribadian seseorang.
Kompetensi direfleksikan melalui kebiasaan berpikir dan bertindak seseorang
dalam menjalankan perannya. Bentuk konkret kompetensi dapat dicerminkan
melalui lisan, tulisan maupun perbuatan. Jika dikaitkan dengan guru, maka
lisan, tulisan dan perbuatan seorang guru disebut kompetensi kepribadian guru.
Hal tersebut selaras dengan substansi Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005
Pasal 10 ayat 1 tentang Guru dan Dosen bahwasannya kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru diantaranya: Kompetensi Pedagogik, Kompetensi
Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Profesional.
Mulyasa menukilkan bahwasannya “kompetensi kepribadian sangat
besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
peserta didik”. Maka, guru yang terampil mengajar tentu harus pula memiliki
pribadi yang baik dan mampu melakukan social adjustment dalam masyarakat.
Kepribadian guru biasanya akan menjadi hal mencolok yang menarik untuk
dicontoh dan dijadikan teladan bagi murid-muridnya. Dalam Standar Nasional
Pendidikan disebutkan kompetensi kepribadian guru meliputi kepribadian
yang mantap, berakhlak mulia, arif, dewasa, berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didiknya.1 Jadi, kompetensi kepribadian guru merupakan kemampuan
personal yang harus dimiliki seorang guru dalam rangka membentuk,
membangun maupun mengembangkan kepribadian anak.
1
Mulyasa, E, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm. 117.
Orientasi moral anak bergantung pada baiknya suatu tindakan yang
mengandung konsekuensi logis yang diterimanya.2 Oleh karena itu seorang
guru dituntut untuk memberikan teladan kepada sesama khususnya kepada
peserta didik, serta memiliki akhlak yang baik. Hal ini dikarenakan peserta
didik akan selalu melihat guru sebagai contoh yang harus diikuti. Selain itu,
pendidikan atau proses pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang
melibatkan banyak pihak. Setiap komponen seperti guru, peserta didik,
orangtua/wali, maupun lingkungan masyarakat saling memberikan pengaruh
satu sama lain.
Pemecahan permasalahan fundamental dalam pendidikan era digital
diangkat dari substansi mengenai kepribadian dan karakter yang tidak terlepas
dari pengetahuan dan pengamalan adab. Merujuk pada apa kata Abdullah bin
Mubarak rahimahullah yang memberikan pernyataan bahawasannya:
“Saya mempelajari adab selama tiga puluh tahun dan saya mempelajari
ilmu (agama) selama dua puluh tahun, dan ada-lah mereka (para ulama
salaf) memulai pelajaran mereka dengan mempelajari adab terlebih dahulu
kemudian baru ilmu.”
Dari pernyataan tersebut, tersirat makna bahwa posisi adab tepat
diatas ilmu. Maka ilmu, baiknya diperoleh dan diamalkan dengan menjunjung
tinggi adab. Adab yang ditaati oleh seseorang dapat mencerminkan
kepribadian. Kepribadian bersifat abstrak atau sukar diketahui secara nyata,
yang dapat diketahui adalah tindakannya dalam segala segi kehidupan,
misalnya dalam tindakan, cara bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi
persoalan atau masalah. Namun, tindakan seseorang pun tidak secara mutlak
mencerminkan kepribadian seseorang, karena kepribadian yang sesungguhnya
lahir dari hati yang suci. Begitupun kepribadian seorang guru mempunyai
urgensi yang cukup besar terhadap penguatan karakter terutama bagi
2
Hudiyono, Membangun Karakter Peserta didik Melalui Profesionalisme Guru dan
Gerakan Pramuka, (Jakarta: Erlangga Group, 2012), hlm. 10.
2
perkembangan psikologi dan membentuk pribadi peserta didik dalam proses
belajarnya.3 Melihat pada banyaknya kasus penyimpangan yang dilakukan
guru dewasa ini. Maka keberadaan guru yang kompeten masih menjadi PR
bersama warga negera Indonesia pada umumnya, dan tokoh pendidikan
khususnya.
Disamping itu, Islam membina keyakinan bahwa bentuk
kesempurnaan manusia sebagai khalifah akan mengantarkan manusia pada
gerbang keselamatan hidup dunia dan akhirat. Untuk mencapai tujuan itu,
maka pendidikan berperan sebagai peta yang memberikan petunjuk mengenai
norma-norma kehidupan untuk tujuan memanusiakan manusia dengan
menjunjung tinggi akhlakul karimah. Pendidikan adalah sebuah proses
perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang untuk
mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan.
Pada abad 21, trend ini dikenal dengan istilah “pendidikan karakter”.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 disebutkan bahwa
pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab". Ratna Megawangi
memaknai pendidikan karakter sebagai sebuah usaha untuk mendidik anak-
anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mengaplikasikan hal
tersebut dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga mereka dapat memberikan
sumbangsih yang positif kepada lingkungan sekitarnya.
Memetik pernyataan yang ditulis Fakhry Gaffar dalam bukunya
bahwa “Pendidikan karakter merupakan sebuah proses tranformasi nilai-nilai
kehidupan untuk di tumbuh kembangkan dalam keperibadian seseorang
3
Chaerul Rochman dan Heri Gunawan, Membangun Kompetensi Kepribadian Guru;
Menjadi Pendidik yang Dicintai dan Diteladani Peserta didik, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2016),
hlm. 3.
3
sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.”4 Kemudian Sri
Judiani mengartikan dalam bukunya Pendidikan karakter dimaknai sebagai
pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada diri peserta didik
sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya,
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota
masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif.5
Terkait dengan pernyataan beberapa tokoh tentang pengertian
pendidikan karakter, maka peneliti menyimpulkan “Pendidikan Karakter
adalah serangkaian usaha yang diorganisasikan secara sadar dan matang
dengan tujuan menggali dan mengembangkan potensi, serta membentuk dan
membangun pribadi manusia yang bermanfaat baik bagi dirinya maupun
lingkungannya.
Anak-anak usia sekolah dasar memiliki karakter yang variatif. Mereka
senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang
merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Maka dari itu, intensinya
seorang guru dituntut untuk dapat meciptakan suasana belajar yang
diintegrasikan melalui sebuah permainan. Kemudian, guru dapat
menyesuaikan jenis permainan dengan mengembangkan strategi dan metode
pembelajaran yang digunakan tujuannya untuk mengusahkan anak dapat
berpindah atau bergerak agar tidak merasa bosan. Seorang guru semestinya
memberikan arahan dan mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan masalah
serta bekerja dalam kelompok. Selain itu, guru hendaknya memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam proses
pembelajaran.
Akan tetapi, perkembangan kepribadian anak tentu bukan tanggung
jawab guru sepenuhnya. Bagaimanapun, orangtua adalah pijakan pertama bagi
4
Mohammad Fakhry Gaffar, Pendidikan Karakter Berbasis Islam (Jogjakarta: Makalah
Workshop Pendidikan Karakter Berbasis Agama. 2010), hlm. 4
5
Sri Judiani, “Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Melalui Penguatan
Pelaksanaan Kurikulum”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, 2010, hlm, 282
4
anak-anaknya. Oleh karena itu, orangtua seyogyanya berinisiatif untuk dapat
membina kerja sama yang baik dengan guru perihal perkembangan anaknya.
Bukan lagi sebuah kewajiba, tetapi senantiasa mengawasi dan mengontrol
kegiatan anak-anaknya selama dirumah adalah kebutuhan tersendiri bagi
orangtua yang ingin konsistensi pola pendidikan anaknya berjalan secara
optimal. Adanya modifikasi desain dan pola pendidikan pada abad 21
khususnya sejak masa pandemi merupakan salah satu ciri era globalisasi yang
juga dikenal sebagai era keterbukaan (era of oppenes). Hal ini dibuktikan
dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan (science) dan Teknologi
(tecnology).6 Seorang guru harus memiliki satu langkah perubahan dalam abad
ini, seperti merubah teknik tradisional (ceramah) yang berpusat pada guru,
menjadi lebih kreatif dan inovatif sehingga lebih berpusat pada siswa agar
mampu mengembangkan mutu sumber daya manusia (SDM) dan mutu
pendidikan.
Berdasarkan hasil observasi pra-research yang peneliti lakukan
selama melaksanakan program PLP (Pengenalan Lapangan Persekolahan).
Peneliti menemukan permasalahan-permasalahan yang menggambarkan
realita pendidikan pada masa pandemi dan transisi di SDN Ciporos 01. Realita
yang dimaksud adalah implementasi pembelajaran daring yang monoton.
Pembelajaran daring hanya dilakukan via grup whatsapp sehingga desain
pembelajaran cenderung tecaher centered. Guru kurang terbiasa memberikan
feedback saat proses pembelajaran daring berlangsung. Selain itu, guru tidak
mengindahkan teknik reward and punishment untuk memacu semangat belajar
dan meningkatkan kedisiplinan peserta didiknya. Ironisnya, di zaman yang
sudah serba digital 5 dari 6 guru kelas tidak pernah melakukan pembelajaran
daring via zoom, google meet, menggunakan google classroom atau fasilitas
digital lainnya. Guru turut merasakan ketidakefektifan pembelajaran daring
6
Ace Suryadi, Pendidikan, Investasi SDM, dan Pembangunan, (Jakarta: Balai Pusataka,
2002), hlm 4.
5
yang serba keterbatasan. Pasalnya guru turut mempertimbangkan keadaan
psikologis dan kondisi ekonomi orangtua siswa dalam memilih desain
pembelajaran daring selama masa pandemi.
Setelah ditelusuri, faktor yang menyebabkan pembelajaran daring
berjalan monoton yakni adanya kesenjangan digital baik dari segi pendidik
maupun peserta didik. Kesenjangan digital dari segi pendidik, dipengaruhi oleh
sikap keterbukan individu guru dalam menghadapi tantangan dan
memnfaatkan perkembangan IPTEK. Disamping itu, jika dilihat dari segi
peserta didik kesenjangan digital sangat dipengaruhi oleh kesenjangan
ekonomi orangtua.
Selanjutnya, peneliti berkesempatan untuk menyelesaikan masa
Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) yang kemudian diberi fokus pada
kelas peralihan dari kelas rendah menuju kelas tinggi yaitu kelas IV. Bersmaan
dengan adanya kebijakan pemerintah tentang perizinan Pembelajaran Tatap
Muka Terbatas (PTMT) bagi daerah yang termasuk zona hijau covid-19. Maka
SDN Ciporos 01 turut memanfaatkan kesempatan ini untuk meminimalisir dan
mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialami peserta didiknya. Selama
masa PTMT, peneliti mengamati bagaimana proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, guru tidak pernah menggunakan
power point atau media belajar berbau teknologi lainnya baik saat sekolah
online ataupun offline. Biasanya guru hanya mengandalkan modul atau buku
belajar pada umumnya. Guru mampu mengaitkan mata pelajaran dengan
kehidupan sehari-hari. Akan tetapi guru tidak mengadopsi metode dan strategi
belajar yang tepat untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan
menyenangkan. Guru sudah membudayakan masuk kelas tepat waktu agar
dapat memberikan contoh yang baik kepada peserta didik. Guru selalu
membiasakan peserta didik untuk menjaga kebersihan dan mematuhi protokol
kesehatan. Guru pun kerap menasehati peserta didik untuk dapat
memanfaatkan waktunya dengan baik seperti mengisi waktu luang dengan
6
membaca, mengerjakan tugas dan memakan makanan yang sehat. Kemudian,
guru sering mengingatkan peserta didik untuk mencermati pesan dalam grup
whatsapp agar dapat menyerap informasi dengan baik. Guru menyayangkan
lemahnya keterampilan literasi peserta didik sehingga seringkali tidak bersikap
tegas dalam membatasi waktu penugasan.
Mengulas hasil pra penelitian, peneliti juga menemukan fakta tentang
hal-hal yang berkaitan dengan karakter peserta didik. Fakta yang dimaksud
adalah hampir seluruh peserta didik kelas IV masih cenderung pasif dalam
kegiatan pembelajaran. Peserta didik mayoritas belum berani mengungkapkan
pendapat, masih malu untuk bertanya, tidak mengeksplor rasa ingin tahunya
serta lebih banyak diam dikelas. Hanya terdapat 2 peserta didik yang aktif
bertanya atau menyampaikan pendapat dari total 21 peserta didik. Peserta
didik lebih individualis atau kurang dapat bekerja secara berkelompok. Peserta
didik sangat antusisas belajar disekolah karena mengaku senang bertemu
teman-teman dan lebih mudah memaha mi materi pembelaharan. Namun
beberapa di antaranya sering terlambat masuk kelas dan tidak menerapkan
protokol kesehatan sesuai himbauan. Ironisnya lagi, dari 21 peserta didik,
peneliti menjumpai 11 peserta didik diantaranya lancar membaca dan
memahami isi bacaan. Sedangkan 10 peserta didik lainnya belum mampu
membaca dengan lancar dan tidak dapat memahami isi bacaan. Misalnya,
peserta didik belum dapat mengerti maksud pertanyaan karena tidak kaya akan
kosakata. Ada pula peserta didik yang kerap sembarangan dalam membuang
sampah, juga asal-asalan perihal menjawab soal atau pertanyaan. Peneliti juga
sering mendapati karakter peserta didik yang masih suka mencela satu sama
lain. Seperti saling menuduh mencontek, saling mengejek dengan menyebut
nama orangtua dan membeda-bedakan dalam berteman.
Masih berkenaan dengan karakter peserta didik. Sesuai dengan usia
perkembangannya yang masih suka bermain dan bergerak. Peserta didik kelas
IV menunjukkan sikap yang kurang fokus saat mengerjakan tugas. Mereka
7
tidak memanfaatkan waktunya dengan baik dan justru menunjukkan sikap
bergantung kepada temannya. Kondisi tersebut menggambarkan karakter
peserta didik yang tidak disiplin, tidak mandiri dan tidak bertanggung jawab.
Peserta didik lebih sering membicarakan topik-topik tidak selaras usianya yang
sedang viral di media sosial dibandingkan membahas materi pelajaran atau hal
positif lainnya. Kendati demikian, peneliti mendeteksi bahwa sebenarnya
peserta didik memiliki potensi dan keunikannya masing-masing. Hanya saja,
potensi dan keunikan yang mereka miliki belum terarah dengan baik.
Sebaliknya, karakter anak yang utuh hampir tenggelam akibat tidak dikenai
didikan, bimbingan dan pelatihan secara langsung. Mereka terbawa arus
perkembangan zaman sehingga mengganti role model-nya. Dari yang biasanya
selalu berketeladanan dari guru berubah menjadi apa saja yang mereka lihat di
media sosial. Dan rentan usia kelas IV belum cukup dewasa untuk menyikapi
secara bijak mana-mana saja yang harus mereka teladani.
Untuk mensiasatinya, maka kerjasama antara guru dan orangtua harus
ditata kembali. Pembentukan dan perkembangan karakter atau kepribadian
anak tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Faktor lingkungan meliputi lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan sosial budaya. Lingkungan sekolah
tercipta dari keberagaman sosial dan budaya warganya. Sehingga konsistensi
pola pendidikan dirumah dan disekolah berperan penting dalam membentuk
dan membangun karakter anak.
Atas dasar itulah peneliti memilih SDN Ciporos 01 sebagai objek
penelitian dimana sekolah tersebut memiliki visi “Mewujudkan sekolah yang
unggul di bidang akademik dan non akademik, berlandaskan iman dan taqwa
serta berbudi pekerti yang luhur.” Visi ini menunjukkan SDN Ciporos 01
memiliki motivasi yang tinggi terhadap pembentukan karakter para peserta
didik untuk dapat membentuk peserta didik yang berakhlakul karimah. Dan
berdasarkan pernyataan diatas, peneliti tertarik mengkajinya dalam bentuk
8
skripsi yang berjudul “Implementasi Kompetensi Kepribadian Guru Dalam
Menghidupkan Karakter Siswa Kelas IV SDN Ciporos 01.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, peneliti mengidentifikasi
permasalahan:
1. Implementasi kompetensi kepribadian guru tidak optimal akibat
pembelajaran daring yang monoton. Hal tersebut terlihat dari pelaksanaan
pembelajaran daring hanya dilakukan via WhatsApp.
2. Pembelajaran daring yang monoton menjadi pemicu menurunnya
semangat dan minat belajar siswa. Hal tersebut mengakibatkan rendahnya
keterampilan literasi siswa.
3. Hidden Curriculum seperti kebiasaan berdoa sebelum dan sesudah
belajar, budaya 5S dan 5R, membaca Asmaul Husna dan pembiasaan pola
hidup sehat dan bersih tidak terpantau secara langsung dalam
pembelajaran daring.
4. Perkembangan IPTEK yang dibersamai dengan fluktuatifnya kasus
covid-19 pada kondisi pandemi tidak hanya menyebabkan merosotnya
kesehatan masyarakat namun menciptakan lahirnya degradasi moral
dengan tren viral yang kurang mengedukasi
5. Peran guru dan orangtua siswa tidak optimal. Guru dan orangtua siswa
belum menjalin kerja sama yang baik dalam membentuk dan membangun
karakter siswa
6. Implementasi kompetensi kepribadian guru dapat menjadi pondasi
penting dalam penguatan pendidikan karakter abad 21 karena guru
merupakan role model bagi siswa
7. Keterbatasan sarana prasarana mengakibatkan ketidakoptimalan model
PAKEM dalam pembelajaran daring
9
8. Penggunaan metode dan strategi pembelajaran yang kurang tepat dapat
menjadi penghambat penguatan karakter siswa
9. Lemahnya karakter disiplin, mandiri, bertanggungjawab, dan berpikir
kritis peserta didik
C. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian, maka penulis perlu melakukan pembatasan
terhadap masalah yang akan dikaji. Berdasarkan identifikasi masalah, maka
penulis menentukan batasan masalah pada:
1. Subjek penelitian:
a. Guru Kelas IV SDN Ciporos 01
b. Siswa Kelas IV SDN Ciporos 01
c. Orangtua Siswa Kelas IV SDN Ciporos 01
2. Objek Penelitian
Peneliti membatasi masalah pada bagaimana implementasi kompetensi
kepribadian guru kelas dalam menghidupkan karakter siswa kelas IV SDN
Ciporos 01
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi kompetensi kepribadian guru kelas dalam
menghidupkan karakter siswa kelas IV SDN Ciporos 01?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi kompetensi
kepribadian guru dalam menghidupkan karakter siswa kelas IV SDN
Ciporos 01?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis melakukan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi kompetensi kepribadian guru
dalam menghidupkan karakter siswa kelas IV SDN Ciporos 01
2. Untuk menggali lebih dalam apa saja faktor pendukung dan penghambat
implementasi kompetensi kepribadian guru kelas dalam menghidupkan
karakter siswa kelas IV SDN Ciporos 01
10
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat diantaranya:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan mengenai faktor apa saja yang dapat
menjadi penghambat dan pendukung implementasi kompetensi
kepribadian guru dalam menghidupkan nilai pendidikan karakter yang
berdampak pada hasil belajar. Selain itu peneliti mengupayakan dapat
menemukan solusi dalam penyelesaiab masalah relevan baik secara teoritis
maupun praktis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Sebagai sarana edukasi dan evaluasi dalam membentuk, membina
memperbaiki nilai karakter siswa baik dalam lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat
b. Bagi Guru
Sebagai bahan evaluasi guru dalam meningkatkan kesadaran diri
dan memahami akan pentingnya kesungguhan menjadi seorang guru
dimana kompetensi kepribadian turut berdampak terhadap kualitas
pendidikan, pedidik, dan karakter peserta didik.
c. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman berharga yang memberikan berbagai bahan
masukan atau referensi juga motivasi untuk dapat menjadi guru
profesional yang unggul bekepribadian.
d. Bagi Peneliti lain
Sebagai bahan evaluasi dan motivasi untuk melakukan penelitian
lanjutan demi perbaikan dimasa mendatang.
e. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai landasan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan,
pendidik, dan peserta didik.
11
f. Bagi Masyarakat Umum
Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam
dunia pendidikan.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Kompetensi Kepribadian Guru
7
Janawi, Kompetensi Guru; Citra Guru Profesional, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 1.
8
Barnawi dan Muhammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), hlm. 155.
gunakan untuk menggambarkan identitas diri, jati diri, kesan seseorang
tentang diri anda atau orang lain, fungsi diri atau bermasalah.9
Kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah yang abstrak, hanya
dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam
menghadapi setiap persoalan.10 Misalnya dalam tindakannya, ucapan, cara
bergaul, berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah,
baik yang ringan maupun yang berat. Setiap guru mempunyai pribadi masing-
masing sesuai dengan ciriciri pribadi yang ia miliki, ciri-ciri tersebut tidak
dapat ditiru oleh guru lai kerena dengan adanya perbedaan ciri inilah maka
kepribadian setiap guru itu tidak sama. Jadi, kepribadian guru merupakan
faktor yang menentukan terhadap keberhasilan dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pendidik.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diketahui bahwasanya
kepribadian adalah suatu kebulatan yang terdiri dari aspek jasmani dan rohani
yang bersifat khas/unik serta dinamis dalam hubungannya dengan kehidupan
sosial. Kompetensi kepribadian bagi guru merupakan kemampuan personal
yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berakhlak
mulia dan berwibawa, dan dapat menjadi teladan bagi siswa. Kompetensi
kepribadian secara rinci mencakup hal-hal berikut: berakhlak mulia, arif dan
bijaksana, mantap, berwibawa, stabil, jujur, dewasa, menjadi teladan bagi
siswa dan masyarakat, secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, siap
mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Jadi, berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kompetensi
kepribadian guru adalah kompetensi yang berkaitan dengan tingkah laku guru
itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar
dalam kehidupan sehari-hari.
9
Ibid, hlm. 15
10
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anank Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta,2010), hlm. 39.
14
Kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakekat
perilaku guru yang penuh arti.11 Kompetensi guru berkaitan dengan
profesionalisme guru. Guru yang profesional adalah guru yang kompeten
(berkemampuan). Ciri-ciri guru yang profesional, yaitu (1) memiliki pen
didikan, keahlian, dan keterampilan tertentu agar dapat melaksanakan tugas
mengajar dengan baik melalui pendidikan dan dalam jabatan yang
dilaksanakan secara terpadu, (2) standar kompetensi sesuai dengan tuntutan
kinerja sebagai guru profesional, (3) sertifikasi dan lisensi sebagai tanda
kewenangan melaksanakan tugas sebagai guru profesional, (4) kode etik guru
yang mengatur perilaku guru sebagai pribadi maupun anggota masyarakat,
(5) pengakuan masyarakat yang menggunakan jasa guru melalui pemberian
kedudukan sosial, proteksi jabatan, penghasilan dan status hukum yang lebih
baik yang dibandingkan ketika guru masih dianggap sebagai suatu pekerjaan
(vokasionan), dan (6) organisasi profesi guru yang mewadahi anggotanya
dalam mempertahankan, memperjuang- kan eksistensi dan kesejahteraan
serta pengembangan profesional guru.
Kompetensi utama yang harus dikuasai guru adalah membelajarkan
peserta didik. Namun demikian, kompetensi ini tidak berdiri sendiri. Ada
sembilan karakteristik citra guru yang ideal, yaitu: (1) memiliki semangat
juang yang tinggi disertai kualitas keimanan dan ketaqwaan yang mantap, (2)
mampu mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan padanan dengan tuntutan
lingkungan dan perkembangan iptek, (3) mampu belajar dan bekerjasama
dengan profesi lain, (4) memiliki etos kerja yang kuat, (5) memiliki kejelasan
dan kepastian pengembangan karir, (6) berjiwa profesional tinggi, (7)
memiliki kesejahteraan lahir dan batin, material, dan non materi- al, (8)
memiliki wawasan masa depan, dan (9) mampu melaksanakan fungsi dan
perannya secara terpadu. Kemudian dijelaskan bahwa guru harus
11
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Rosdakarya, 2005), hlm. 25
15
mempunyai: (1) kepribadian yang matang dan berkembang, (2) menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi kuat, (3) keterampilan untuk
membangkitkan minat peserta didik, dan (4) mengembangkan profesinya
secara berkesinambungan.
Kompetensi merupakan suatu karakteristik yang mendasar dari
seseorang individu, yaitu penyebab yang memiliki keterikatan dan
keterkaitan dengan acuan kriteria tentang kinerja yang efektif.
1) Kepribadian (personality) merupakan keseluruhan pemikiran, perasaan
dan tingkah laku, kesadaran dan ketidaksadaran. Objek kajian
kepribadian meliputi “human behavior”, perilaku manusia yang
pembahasannya apa, mengapa dan bagaimana dalam berperilaku.
2) Guru kelas adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan
murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah
maupun di luar sekolah khususnya didalam kelas. Kompetensi
kepribadian guru merupakan indikator penting sehubungan dengan
adanya program pengembangan pendidikan karakter yang mewarnai
dunia pendidikan abad 21.
Untuk memenuhi syarat keempirisan suatu data yang diteliti, maka
konsep yang telah ada dioperasionalisasikan dengan cara mengubahnya
menjadi variabel atau sesuatu yang mempunyai nilai dan lebih spesifik.
Kompetensi (competencies) merupakan sejumlah karakteristik yang
mendasari seseorang dan menunjukkan (indicate) cara-cara bertindak,
berpikir, atau menggeneralisasikan situasi secara layak dalam jangka
panjang. Terdapat lima tipe karakteristik kompetensi, yaitu:12
1) Motif-motif (motives), sesuatu yang secara konsisten dipikirkan dan
diinginkan, yang menyebabkan tindakan seseorang
12
Lyle M Spencer and Signe M. Spencer, Competence at Work, (New York: John Wiley
& Sonc, Inc, 1993), hlm. 143.
16
2) Ciri-ciri (traits), karakteristik fisik dan respon-respon yang konsisten
terhadap situasi atau informasi
3) Konsep diri (self-concept), sikap-sikap, nilai-nilai atau gambaran tentang
diri sendiri seseorang
4) Pengetahuan (knowledge), informasi yang dimiliki seseorang dalam area
spesifik tertentu
5) Keterampilan (skill), kecakapan seseorang untuk menampilkan tugas
fisik atau tugas mental tertentu.
17
5) Berdisiplin
6) Berdedikasi
7) Bersosialisasi dengan masyarakat
8) Mencintai peserta didik dan peduli terhadap pendidikan
Dalam dunia pendidikan, guru hakikatnya merupakan pemimpin.
Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk memiliki naluri kepemimpinan
yang hendaknya terus ia kembangkan dari waktu ke waktu demi tercapainya
tujuan pembelajaran khususnya dan tujuan pendidikan nasional umumnya.
Kepemimpinan merupakan motor penggerak bagi sumbersumber dan
alat-alat-manusia serta alat lainya dalam satu organisasi. Demikian
pentingnya peranan kepemimpinan dalam usaha mencapai tujuan suatu
organisasi sehingga dapat dikatakan sukses atau kegagalan yang dialami oleh
organisasi sebagaian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang
dimiliki oleh orang-orang yang diserahi tugas memimpin dalam organisasi
itu.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Frend W. Hart
terhadap 3.725 peserta didik Sekolah Menengah Atas di Amerika Serikat
disimpulkan sepuluh sikap yang disenangi peserta didik terhadap
kepemimpinan gurunya antara lain:
1) Suka menolong pekerjaan sekolah dan menerangkan pelajaran dengan
jelas dan mendalam serta menggunakan contoh-contoh yang baik
dalam mengajar
2) Periang dan gembira, memiliki perasaan humor, dan suka menerima
lelucon atas dirinya
3) Bersikap bersahabat, merasa sebagai anggota dalam kelompok kelas
4) Menaruh perhatian dan memahami muridnya
5) Berusaha agar pekerjaan menarik, dapat membangkitkan keinginan-
keinginan bekerjasama dengan murid-murid
18
6) Tegas, sanggup menguasai kelas dan dapat membangkitkan rasa hormat
pada anak didik
7) Tidak ada yang lebih disenangi, dan tak pilih kasih, taka da anak emas
atau anak tiri
8) Tidak suka ngomel, mencela dan sarkatis
9) Anak didik benar-benar merasakan, bahwa ia mendapatkan sesuatu dari
guru
10) Mempunyai pribadi yang dapat diambil contoh dari pihak anak didik
dan masyarakat lingkungannya.
b. Karakteristik Kompetensi Kepribadian Guru
Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh guru antara lain:
1) Zuhud (tidak mengutamakan materi)
2) Kebersihan guru (bersih tubuh dan jiwa dari sifat-sifat tercela)
3) Ikhlas dalam pekerjaan
4) Sifat kepemimpinan
5) Pemaaf
6) Harus mengetahui tabiat murid
7) Harus menguasai mata pelajaran.13
13
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm. 94.
19
Kepribadian adalah faktor yang sangat berurgensi terhadap
keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia.
Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik
dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi
perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak
didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang
mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).14 Guru kelas dituntut
untuk memahami bagaimana karakteristik (ciri khas) kepribadian yang
di perlukan sebagai panutan para siswa.
Karakteristik yang berkaiatan dengan keberhasilan guru kelas dalam
menggeluti profesinya adalah sebagai berikut:
1) Fleksibilitas kognitif
Fleksibilitas kognitif (keluwesan rabah cipta) merupakan
kemampuan berpikir yang diikuti secara simultan dan memadai
dalam situasi tertentu. Kebalikannya adalah frigiditas kognitif atau
kekakuan ranah cipta yang ditandai dengan kekurangmampuan
berpikir dan bertindak yang sesuai dengan situasi yang sedang
dihadapi.
2) Keterbukaan psikologis pribadi guru
Keterbukaan ini merupakan dasar kompetensi profesional
(kemampuan dan kewenangan melaksanakan tugas) keguruan yang
harus dimiliki oleh setiap guru. Guru yang terbuka secara psikologis
biasanya ditandai dengan kesediannya yang relatif tinggi untuk
mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara
lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya
bekerja. Ia mau menerima kritik dengan ikhlas. Keterbukaan
14
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010), hlm. 39.
psikologis sangat penting bagi guru mengingat posisinya sebagai
panutan siswa.15
Kompetensi sebagai karakteristik seseorang berhubungan
dengan kinerja yang efektif dalam suatu pekerjaan atau situasi.
Kompetensi memiliki lima karakteristik, yaitu (1) motif, yaitu
sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang menyebabkan
sesuatu, (2) sifat, yaitu karak- teristik fisik tanggapan komite
terhadap situasi atau informasi; (3) konsep diri, yaitu sikap, nilai,
image diri seseorang; (4) pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki
seseorang dalam bidang tertentu; dan (5) ke- terampilan, yaitu
kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang ber- kaitan dengan
fisik dan mental.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa
kompetensi seseorang terbentuk karena adanya dua faktor utama
yang mempengaruhi, yakni (1) faktor internal, yaitu potensi bawaan
yang dimiliki seseorang sejak lahir yang diturunkan dari orangtua;
(2) faktor eksternal, yaitu potensi lingkungan yang membentuk
seseorang untuk memiliki potensi. Dengan demikian kompetensi
adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh seseorang dapat berupa
pengetahuan, keterampilan dan sebagainya untuk dapat
mengerjakan sesuatu pekerjaan
15
Ibid, hlm. 40-41.
16
Himpunan Peraturan Perundang-Udangan, Undang-Undang SISDIKNAS; Sistem
Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokusmedia, 2010), hlm. 30
21
1) Kepribadian mantap
Pribadi mantap berarti orang tersebut memiliki suatu
kepribadian yang tidak tergoyahkan (tetap teguh dan kuat). Agar dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik, professional dan dapat
dipertanggungjawabkan, guru harus memiliki kepribadian yang
mantap. Kepribadian yang mantap dan berkeyakinan ini menekankan
pada tiga hal yang merupakan landasan gaya kepribadiannya:
kebenaran, tanggung jawab, dan kehormatan.
Senantiasa dalam segala hal, dia berusaha untuk melakukan apa
yang benar, untuk bertanggungjawab dan mendapat kehormatan dari
keluarga, teman, dan hubungan lainnya. Jadi, seorang guru kelas
diharapkan memiliki kepribadian yang mantap berarti dia memiliki
keteguhan dan kematangan dalam hal kecakapan dan keterampilannya
serta memiliki tanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya.
2) Kepribadian Stabil
Pribadi yang stabil merupakan suatu kepribadian yang kokoh.
Jika ditelaah dari segi arti bahasanya pribadi yang stabil sama halnya
dengan pribadi yang mantap. Ujian berat bagi guru dalam hal
kepribadian ini adalah rangsangan yang sering memancing emosinya.
Kestabilan emosi amat diperlukan, namun tidak semua orang mampu
menahan emosi terhadap rangsangan yang menyinggung perasaan,
dan memang diakui bahwa tiap orang mempunyai tempramen yang
berbeda dengan orang lain.
Untuk keperluan tersebut, upaya dalam bentuk latihan mental
akan sangat berguna. Guru yang mudah marah akan membuat siswa
takut, dan ketakutan mengakibatkan kurangnya minat untuk
mengikuti pembelajaran serta rendahnya konsentrasi, karena
ketakutan menimbulkan kekhawtiran untuk dimarahi dan
membelokkan konsentrasi siswa.17
17
Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru: Apa, Mengapa dan Bagaimana, (Bandung: CV.
Yrama Widya, 2008), hlm. 66.
22
Kemarahan guru terungkap dari kata-kata yang dikeluarkan,
dalam raut muka dan mungkin dengan gerakan-gerakan tertentu.
Bahkan ada yang dilahirkan dalam bentuk memberikan hukuman
fisik. Sebagian kemarahan bernilai negatif, dan sebagian lagi bernilai
positif. Kemarahan yang berlebihan seharusnya tidak ditampakkan,
karena menunjukkan kurang stabilnya emosi guru. Dilihat dari
penyebabnya, sering nampak bahwa kemarahan adalah salah karena
ternyata disebabkan oleh siswa yang tidak mampu memecahkan
masalah atau menjawab pertanyaan, padahal dia telah belajar dengan
sungguhsungguh.
Stabilitas dan kematangan emosi guru akan berkembang sejalan
dengan pengalamannya, selama dia mau memanfaatkan
pengalamannya. Jadi tidak sekedar jumlah umur atau masa kerjanya
yang bertambah, melainkan bertambahnya kemampuan memecahkan
masalah atas dasar pengalaman masa lalu. Guru kelas diharapkan
memiliki kestabilan dalam kepribadiannya, artinya dia memiliki suatu
tempramen, emosi, kondisi kejiwaan yang teguh/tetap dalam
mengiringinya melakukan tugas keguruan.
3) Dewasa
Orang dewasa di sini berarti ia telah mampu mandiri dan dapat
mengatur dirinya sendiri karena akalnya sudah bisa membedakan man
yang baik dan mana yang buruk, karena sebagai pribadi, pendidik,
pengajar dan pembimbing dituntut memiliki kematangan atau
kedewasaaan pribadi, serta kesehatan jasmani dan rohani.
Kedewasaan guru juga tercermin dari kemandiriannya dalam
menjalankan profesinya. Kemandirian berarti memiliki kompetensi
yang memadai sesuai dengan standar yang di tetapakan dan dapat
memberikan pelayanan terbaik kepada anak didik. Guru wajib
memiliki etos kerja sebagai pendidik. Contohnya guru harus terampil
dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk
setipa kompetensi berdasarkan prinsip-prinsip perencanaan
23
pembelajaran dan di evaluasi secara periodik untuk mengukur
efektifitas kegiatan pembelajaran demi peningkatan prestasi belajar
siswa.
4) Arif
Sebagai pembimbing guru harus berusaha untuk membimbing
dan mengarahkan perilaku siswa ke arah yang positif, dan menunjang
pembelajaran. Sebagai contoh atau teladan guru harus
memperlihatkan perilaku disiplin yang baik kepada siswa, karena
bagaimana siswa akan berdisiplin kalau gurunya tidak menunjukkan
perilaku yang disiplin. Sebagai pengawas, guru harus senantiasa
mengawasi seluruh perilaku siswa, terutama pada jam-jam efektif
sekolah, sehingga kalau terjadi pelanggaran terhadap disiplin, dapat
segera di atasi.
Sebagai pengendali, guru kelas harus mampu mengendalikan
seluruh perilaku siswa di sekolah. Dalam hal ini guru kelas juga harus
mampu secara efektif menggunakan alat pendidikan secara tepat
waktu dan tepat sasaran, baik dalam memberikan hadiah maupun
hukuman terhadap siswa.
5) Berwibawa
Kewibawaan berarti hak memerintah dan kekuasaaan untuk
membuat kita dipatuhi dan ditaati. Ada juga orang mengartikan
kewibawaan dengan sikap dan penampilan yang dapat menimbulkan
rasa segan dan rasa hormat. Sehingga dengan kewibawaan seperti itu
anak didik merasa memperoleh pengayoman dan perlindungan.
Kewibawaan seorang guru tercermin dari perilaku yang disegani
karena budi pekertinya yang terpuji.
Kewibawaan ini akan merupakan sebuah hal yang urgent bagi
akhlak siswa. Kewibawaan guru dapat di tegakkan dengan cara keras
dan main perintah, melaikan tumbuh melalui pemahaman dan
penjelasan yang saling menghargai antar siswa dan guru. Dengan
menjadi sahabat siswa, guru dapat memurgensii dan mengajarkan
24
budi pekerti tanpa harus kehilangan wibawa. Kewibawaan akan tetap
melekat karena siswa melihat konsistensi guru, terdapat relasi antara
pengajaran budi pekerti dan perilaku kesehariannya. Adanya rasa
hormat dan segan yang disertai taat untuk ditakuti merupakan
kewibawaaan semu. Tampaknya, masih banyak guru yang di mata
anak didiknya hanya menampakkan kewibawaan semu. Hal itu bisa
dilihat dari indikator bahwa begitu banyak anak didik yang
membicarakannya di belakang.
Sebagai contohnya adalah ketika anak-anak ribut dan berbuat
sekehendaknya, lalu ada guru yang merasa jengkel, berteriak sambil
memukul-mukul meja, maka ketertiban itu hanya dapat dikendalikan
dengan kekerasan. Mereka tertib karena kekerasan sehingga
ketertiban itu bersifat semu. Sebaliknya, jika ada guru yang mendapati
kelasnya ribut, dengan tenang dia memasuki kelas dan dengan spontan
kelas menjadi tenang, padahal tidak ada kekerasan, akan tetatapi ia
mampu menguasai anak didik seluruhnya. Inilah guru yang
berwibawa.
Dengan demikian kewibawaan bukan berarti siswa harus takut
kepada guru, melainkan siswa akan taat dan patuh pada peraturan
yang berlaku sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh guru.
Kewibawaan yang dimiliki oleh seorang guru kelas akan membawa
dan mengantarkan anak didik ke arah kedewasaaan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak didik untuk
menumbuhkan rasa kesadaran anak didik. Pada realitanya dalam
kegiatan belajar mengajar faktor kesadaran yang ada pada diri anak
didik sangat menentukan sekali dalam mencapai keberhasilan
kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Hal ini kita sadari bahwa dengan
kesadaran akan tumbuh kemauan, dan kemauan anak dengan
sensirinya akan mewujudkan suatu kemampuan yang lebih lagi
baginya dalam kegiatan belajar mengajar.
25
6) Menjadi teladan bagi siswa
Bagi seorang guru kelas seyogyanya sebelum melakukan
pendidikan dan pembinaan kepada anak didiknya, diperlukan suatu
pendidikan pribadi, artinya dia harus mampu mendidik dan membina
dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum mengajarkan kepada
siswanya, karena memulai sesuatu yang baik di mulai dari diri sendiri.
Ketika seorang guru mampu menjadi pribadi yang baik untuk dirinya
sendiri, maka tidak menutup kemungkinan memberikan pesona yang
baik juga bagi orang disekelilingnya. Dengan demikian, maka guru
mampu menjadi suri tauladan bagi siswanya.
Pernyataan tersebut selaras dengan penelitian Carneiro dan
Draxler yang menuliskan bahwa: Kompetensi yang ada di dalam abad
21 merupakan keadaaan yang seharusnya diantisipasi oleh guru. Guru
yang memiliki tugas sebagai fasilitator seharusnya lebih memahami
keadaan yang diinginkan masa depan tidak terkecuali era globalisasi
yang meminta keahlian kepada setiap individu manusia sehingga
mampu bersaing.18 Berdasarkan proposisi di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa pendidikan abad 21 memiliki beberapa
karakteristik diantaranya: kreatif dan inovatif (creative and
innovative), sifat berfikir kritis (the nature of critical thinking),
pengintegrasian ilmu (integration of science), mudah mendapatkan
informasi (easy to get knowledge), berjiwa komunikatif dan
kolaboratif (communicative and collaborative spirit), menghargai
perbedaan pendapat (respect differences of opinion) dan pendidikan
sepanjang hayat (longlife education).
Setiap guru memiliki kepribadian sendiri-sendiri yang unik.
Tidak ada guru yang sama, walaupun mereka sama-sama memiliki
kepribadian keguruan. Pribadi keguruan itu “unik” dan perlu
18
Roberto Carneiro and Alexandria Draxler. Education for the 21st century: Lessons and
Challenges. European Journal of Education, Vol. 43, No. 2, 2008, hlm 146-149.
26
dikembangkan secara terus-menerus agar guru itu lebih terampil
dalam menjalankan tugasnya sebagai guru. 19
Sehingga harapannya, kepribadian guru dapat mewujudkan final
goals dari sebuah pendidikan dan pengajaran yakni lahir dan
berkembangnya anak cerdas dan bermoral. Mengikuti perkembangan
zaman bukan berarti ikut terjerumus kedalamnya. Akan tetapi, lebih
selektif dalam bersikap adalah tantangan terbesarnya.
19
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), hlm. 263
20
Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru Dan Dosen, hlm. 57.
27
5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.21
Jadi, esensi kompetensi kepribadian yang harus dimiliki seorang
guru adalah mampu memahami apa yang dikatakan, memahami apa
yang ditulis serta mengamalkan apa yang ia katakan dan ia tulis.
d. Pengertian Karakter
Dipetik dari Pusat Bahasa Depdiknas bahwa definisi karakter adalah
bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat,
tabiat, tempramen, watak. Karakter mengacu kepada serangkaian sikap
(attitude), perilaku (behavior), motivasi (motivation) dan keterampilan
(skil).22
Dari pengertian karakter, dapat disimpulkan bahwa karakter erat
kaitannya dengan kepribadian
e. Dalil Naqli yang Relevan
1) Q.S An-Nahl:43
2) Q.S Al-Isra’: 84
21
Mohamad Mostari, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 140.
22
Anjani, N. L., Benty, D. D. N., & Gunawan, I.., Pendidikan Karakter, Jurnal
Pembelajaran, Bimbingan, Dan Pengelolaan Pendidikan, (Universitas Malang: 2022), Vol. 2 No.
4.
28
3) Q.S Al-Ahzab: 21
29
Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Barru. Penulis menyatakan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi kepribadian guru
pendidikan agama Islam terhadap pembentukan karakter peserta didik
di SMA Negeri 4 Barru. Selain itu, pembentukan karakter peserta didik
termasuk kedalam kategori cukup dengan presentase 73,30% dari
kriteria yang ditetapkan dengan menganalisis angket yang dibagikan
kepada 57 responden. Persamaan penelitian berada pada variabel
kompetensi kepribadian guru terhadap karakter peserta didik.
Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel guru yang diteliti yakni
guru pendidikan agama Islam dengan guru kelas. Kemudian penelitian
yang dilakuan oleh Ramlah memfokuskan pada pembentukan karakter
peserta didik kelas XI SMA Negeri 4 Baru. Sedangkan peneliti
memfokuskan pada pendidikan karakter peserta didik kelas IV SDN
Ciporos 01
4. Penelitian ini relevan dengan skripsi yang ditulis oleh Ridha dengan
judul “Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru PAI Terhadap
Pembentukan Karakter Siswa di SDIT Rabbani Kota Bengkulu.”
Penelitian tersebut dilakukan oleh Ridha pada tahun 2018. Peneliti juga
menyatakan bahwa kompetensi kepribadian guru PAI mempunyai
pengaruh terhadap pembentukan karakter siswa SDIT Rabbani Kota
Bengkulu. Hasil tersebut dilihat melalui persamaan regresi linier
sederhana, yang mana kontribusi/sumbangan kompetensi kepribadian
guru PAI siswa terhadap naik turunnya pembentukan karakter siswa
adalah sebesar 10,5%, sedangkan sisanya (89,5%) dipengaruhi oleh
variabel lain. Maka hipotesis yang diterima dalam penelitian ini adalah
hipotesis alternatif (Ha: ρ ≠ 0).
5. Penelitian ini relevan dengan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Kompetensi Kepribadian Guru PAI Terhadap Akhlak Siswa Kelas V SD
Negeri 8 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2017/2018.” Anton Saputra
sebagai peneliti mengungkapkan bahwa kompetensi kepribadian guru
PAI mempunyai urgensi terhadap pembentukan karakter siswa SDIT
30
Rabbani Kota Bengkulu. Hasil tersebut dilihat melalui persamaan
regresi linier sederhana, yang mana kontribusi/sumbangan kompetensi
kepribadian guru PAI siswa terhadap naik turunnya pembentukan
karakter siswa adalah sebesar 10,5%, sedangkan sisanya (89,5%)
dipengaruhi oleh variabel lain. Maka hipotesis yang diterima dalam
penelitian tersebut adalah hipotesis alternatif (Ha: ρ ≠ 0).
C. Kerangka Berpikir
Kerangka pikir adalah gambaran pemikiran agar mengetahui adanya
hubungan antara variabel-variabel yang ada dalam penelitian.23
Proses Pengembangan
Karakter
Adaptasi dan
Daring Karakter
Evaluasi
Transisi dan
Luring Masalah
Refleksi
Kesimpulan
23
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm.223
31
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Pada dasarnya penelitian adalah suatu upaya secara sistematis untuk
melihat kembali sesuatu yang sudah jelas dengan tujuan untuk memperoleh
pemahaman yang baru dan mendalam agar dapat mengatasi berbagai
permasalahan yang dialami.
Dalam pelaksanaan penelitian diperlukan pula metode penelitian.
Metode penelitian adalah cara atau urutan dalam melakukan suatu
penelitian. Metode penelitian yang digunakan peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif. Tahapan penelitian kualitatif deksriptif
diawali dengan melakukan observasi pra penelitian. Kemudian, peneliti
melakukan identifikasi masalah untuk masuk ke tahap tindak lanjut sesuai
kepentingan penelitian. Metode penelitian kualitatif deskriptif dipilih sebab
dianggap tepat untuk mengamati dan menggali fakta lebih dalam yang
berkaitan dengan implementasi kompetensi kepribadian guru dalam
menghidupkan karakter siswa kelas IV SDN Ciporos 01.
C. Subyek Penelitian
Informan penelitian merupakan orang atau pihak yang berkaitan dengan
penelitian yang dapat memberikan informasi mengenai berbagai kondisi
yang ada dilokasi penelitian sehingga dapat memberikan data yang akurat
kepeda peneliti. Informan pada penelitian ini. Menurut Bagong Suyanto
informan penelitian meliputi beberapa macam yaitu:24
1. Informan Kunci (Key Informan) merupakan mereka yang mengetahui
dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam
penelitian.
2. Informan Utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam
interaksi sosial yang diteliti.
3. Informan Tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan
informasi walaupun tidak secara langsung terlibat dalam interaksi sosial
yang diteliti.
24
Bagong Sugyanto, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Kencana Prenanda Media
Group, 2005), hlm. 172.
34
2. Observasi
Peneliti menggunakan metode observasi sebagai penunjang dalam
melakukan penelitian, metode ini digunakan untuk mengamati
bagaimana kompetensi kepribadian guru kelas dalam menghidupkan
nilai pendidikan karakter. Instrumen yang digunakan adalah lembar
observasi kepribadian guru dan karakter siswa. Dokumentasi adalah
teknik pengumpulan data dengan menggunakan barang-barang tertulis
sebagai sumber data, misalnya buku-buku, majalah, dokumen, jurnal,
peraturan-peraturan dan lainnya.25 Dokumentasi dilakukan guna
mendapatkan catatan-catatan serta dokumen yang ada di sekolah, seperti
profil sekolah, sarana dan prasarana, guru dan siswa serta jumlah kelas
dan siswa.
E. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian digunakan untuk mengukur nilai variable yang
diteliti.26 Penelitian kualitatif akan dimulai dengan adanya permasalahan
yang belum jelas dan pasti, sehingga peneliti akan menjadi instrumen dalam
penelitian tersebut. Namun setelah masalah yang akan diamati jelas, maka
dapat dikembangkan suatu instrument.27 Jadi, penelitian ini dimulai dari
sesuatu yang bersifat umum dan kemudian dikerucutkan untuk menemukan
titik fokus permasalahan.
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif
manusia atau peneliti merupakan instrument penilaian utama dalam
penelitian. Hal ini terjadi karena segala sesuatunya belum memiliki bentuk
yang pasti. Latar belakang masalah, fokus dan prosedur penelitian, hipotesis
yang digunakan, serta hasil yang diharapkan, semuanya tidak dapat
ditentukan dengan pasti sebelumnya
25
Hartono, Metode Penelitian (Pekanbaru: Nusa Media, 2011), hlm. 61.
26
Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi, (Bandung: Alfabeta,
2016), hlm 63.
27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), hlm. 223.
35
Segala sesuatunya perlu dikembangkan sepanjang penelitian berjalan.
Hanya peneliti tersebut yang berperan dalam mencapai tujuan penelitian.28
Berdasarkan teori kutipan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
penelitian ini sebagian besar dipengaruhi oleh sudut pandang peneliti dalam
menilai suatu objek dan masalah penelitian.
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
1. Observasi
Dalam penelitian ini, teknik observasi digunakan untuk memperoleh
data tentang Implementasi Kompetensi Kepribadian Guru Kelas Dalam
Menghidupkan Karakter Siswa Kelas IV SDN Ciporos 01.
Tabel 1.2
Kisi-Kisi Observasi Kompetensi Kepribadian Guru
No Aspek Indikator Banyak Soal Nomor
Butir
1. Berakhlak mulia Religius, suka 2 1, 2, 13
menolong
2. Berpengetahuan Menguasi 2 3,12
materi dan
berwawasan
luas
3. Konsep diri Berdedikasi 2 4, 5, 6
tinggi, tegas,
bertanggung
jawab, disiplin,
suka menolong
28
Ibid, hlm 223.
4. Keterampilan Skill dalam 2 7, 8, 11
mengelola kelas
serta metode
dan strategi
pembelajaran
yang
digunakam
5. Berwibawa Menarik, 2 9, 10
bersabahat
.
Tabel 2.2
Kisi-Kisi Observasi Karakter Siswa
No Nilai Karakter Deskripsi Banyak Nomor
soal Butir
1 Religius Sikap dan perilaku 4 1, 2, 32, 34
yang patuh dalam
melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya,
toleran terhadap
pelaksanaan ibadah
agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk
agama lain.
2 Jujur Perilaku yang 3 5, 14, 33
didasarkan pada upaya
37
menjadikan dirinya
sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya
dalam perkataan,
tindakan, dan
pekerjaan.
3 Toleransi Sikap dan tindakan 2 3, 6
yang menghargai
perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan
orang lain yang
berbeda dari dirinya.
4 Disiplin Tindakan yang 5 4, 11, 12,
menunjukkan perilaku 23, 27, 28
tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan
peraturan
5 Kerja Keras Perilaku yang 1 31
menunjukkan adanya
upaya sungguh-
sungguh dalam
mengatasi berbagai
hambatan belajar dan
tugas serta
menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya
6 Kreatif Berpikir dan 1 25
melakukan sesuatu
untuk menghasilkan
38
cara atau hasil baru
dari sesuatu yang telah
dimiliki.
7 Mandiri Sikap dan perilaku 1 39
yang tidak mudah
tergantung pada orang
lain dalam
menyelesaikan tugas-
tugas
8 Demokratis Cara berfikir, bersikap, 2 36, 40
dan bertindak yang
menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan
orang lain
9 Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan 2 12, 15
yang selalu berupaya
untuk mengetahui
lebih mendalam dan
meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya,
dilihat, dan didengar
10 Semangat Cara berpikir, 1 26
kebangsaan bertindak, dan
berwawasan yang
menempatkan
kepentingan bangsa
dan negara di atas
kepentingan diri dan
kelompoknya
39
11 Cinta Tanah Air Sikap dan perilaku 1 37
yang mencerminkan
rasa bangga, setia,
peduli, dan
penghargaan yang
tinggi terhadap bahasa,
budaya, ekonomi,
politik
12 Menghargai Sikap dan tindakan 1 21
Prestasi yang mendorong
dirinya untuk
menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi
masyarakat, dan
mengakui, serta
menghormati
keberhasilan orang
lain.
13 Bersahabat/ Tindakan yang 2 7, 13
Komunikatif memperlihatkan rasa
senang berbicara,
bergaul dan bekerja
sama dengan orang
lain
14 Cinta Damai Sikap, perkataan, dan 1 8, 9, 10. 17
tindakan yang
menyebabkan orang
lain merasa senang dan
aman terhadap
kehadiran dirinya
40
15 Gemar Kebiasaan 1 38
Membaca menyediakan waktu
untuk membaca
berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan
bagi dirinya
16 Peduli Sikap dan tindakan 1 16
Lingkungan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan
pada lingkungan alam
di sekitarnya, dan
mengembangkan
upaya-upaya untuk
memperbaiki
kerusakan alam yang
sudah terjadi.
17 Peduli Sosial Sikap dan tindakan 2 22, 11
yang selalu ingin
memberi bantuan pada
orang lain dan
masyarakat yang
membutuhkan
18 Tanggung Sikap dan perilaku 2 18, 20, 30,
Jawab seseorang untuk 35
melaksanakan tugas
dan kewajibannya,
yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam,
41
sosial dan budaya),
negara dan Tuhan
Yang Maha Esa)
2. Wawancara
Instumen ini digunakan untuk mengetahui Implementasi Kompetensi
Kepribadian Guru Kelas Dalam Menghidupkan Karakter Siswa Kelas IV
SDN Ciporos 01.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Wawancara
No. Indikator
1. Prinsip yang dipegang dalam mengemban tugas dan tanggung
jawab sebagai guru
2. Metode dan strategi yang digunakan dalam menghidupkan
karakter siswa
3. Kesulitan yang dialami dalam menghidupkan karakter siswa dalam
proses pembelajaran
4. Implementasi pemecahan masalah dalam menghidupkan karakter
siswa
29
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017),
hlm. 247.
42
penelitian maupun setelah penelitian berakhir. Analisis data dimulai sejak
peneliti merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan
dan berlansung terus hingga proses penulisan hasil penelitian.30
Adapun teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah
teknik analisis data setelah berada ditempat penelitian, yaitu:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang dilakukan
dengan cara memilah, memusatkan, menyederhanakan, dan
memfokuskan data yang ditemukan di lapangan berdasarkan catatan-
catatan yang dibuat oleh peneliti dari hasil wawancara dengan sumber
data (informan). Melalui catatan tersebut, peneliti dapat melakukan
reduksi data dengan cara proses pemilihan data berdasarkan pada
kategori, serta membuat pengodean data dengan kisi-kisi penelitian yang
dibuat oleh peneliti.31
Pada penelitian ini, reduksi data difokuskan pada Implementasi
Kompetensi Kepribadian Guru Kelas Dalam Menghidupkan Karakter
Siswa Kelas IV SDN Ciporos 01.
2. Penyajian Data (Data Display)
Langkah selanjutnya setelah dilakukan reduksi data adalah
penyajian data. Data dapat disajikan dalam bentuk diagram, table, grafik,
dan sebagainya. Dalam proses penyajian data, peneliti dapat menerima
input dari peneliti lainnya, sehingga data tersebut dapat tersusun jelas dan
lebih mudah dipahami.32
Peneliti menyajikan data mengenai Implementasi Kompetensi
Kepribadian Guru Kelas Dalam Menghidupkan Karakter Siswa Kelas.
Adapun data yang disajikan merupakan hasil reduksi observasi dan
wawancara guru kelas SDN Ciporos 01.
30
I Made Laut Mertha Jaya, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta:
Quadrant, 2020), hlm. 142.
31
Ibid., hlm. 167.
32
Ibid., h. 168.
43
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion)
Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan (Conclusion).
Kesimpulan yang dibuat oleh peneliti masih bersifat sementara, dimana
peneliti masih dapat menerima saran dari peneliti lainnya. Kesimpulan
yang dibuat oleh peneliti dapat berubah jika peneliti menemukan bukti-
bukti baru pada saat melakukan penelitian di lapangan. Sehingga, peneliti
memperoleh kesimpulan akhir yang lebih meyakinkan. 33
Pada penelitian ini data tentang Implementasi Kompetensi
Kepribadian Guru Kelas Dalam Menghidupkan Karakter Siswa Kelas
ditulis pada penyajian data kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu
kesimpulan.
G. Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan
dengan berbagai cara, yaitu uji credibility (validitas interval),
transferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas), dan
confirmability (obyektivitas).34 Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan uji kredibilitas dalam pengujian datanya. Uji kredibilitas
merupakan uji kepercayaan terhadap suatu data hasil penelitian yang
telah diolah oleh peneliti. Sehingga, hasil penelitian yang dilakukan
dapat dipercaya dan tidak diragukan sebagai sebuah karya ilmiah. Uji
kredibilitas yang dapat dilakukan oleh peneliti dapat berupa
memperpanjang waktu pengamatan, meningkatkan kecermatan,
menerapkan triangulasi, menggunakan bahan pendukung (referensi),
serta mengecek data.35
Pengujian kredibilitas menggunakan teknik triangulasi.
Triangulasi merupakan uji kredibilitas yang dilakukan dengan cara
33
Ibid.
34
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Cet. 26. (Bandung:
Alfabeta 2018) hlm 270.
35
Op.cit, h. 174
44
mengecek data yang diperoleh peneliti dari berbagai sumber data pada
berbagai waktu yang telah dilakukan.36
Agar peneliti dapat mempertanggungjawabkan hasil
penelitiannya, maka peneliti melakukan uji kredibilitas dengan
triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
1. Trianggulasi sumber
Trianggulasi sumber untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber.
2. Trianggulasi Tehnik
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan tehnik yang
berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu
dicek dengan observasi, dokumentasi atau kuisioner.
Trianggualasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek
hasil penelitian, dari tim penelitian lain yang diberi tugas
melakukan pengumpulan data.
36
I Made Laut Mertha Jaya, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta:
Quadrant, 2020), h. 176.
45
BAB IV
4. Misi Sekolah
a. Melaksanakan pembinaan dan pembimbingan siswa di bidang
keagamaan.
b. Melaksanakan peringatan hari-hari besar nasional dan keagamaan.
c. Membudayakan kegiatan 5S (Senyum, salam, sapa, sopan dan
santun).
47
d. Melaksanakan pembiasaan-pembiasaan untuk mendukung
penguatan pendidikan karakter.
e. Melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan PAKEM dan CTL
yang berorientasi kepada Broad Base Education ( BBE ) untuk
mengembangkan Life Skill.
f. Menumbuhkembangkan Penghayatan terhadap agama yang dianut
dan budaya bangsa, adat ketimuran, mempertebal rasa cinta tanah
air dan semangat bela Bangsa dan Negara Indonesia.
g. Menumbuhkan semangat untuk meningkatkan kompetensi
akademik dan non akademik.
h. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenal dan
memahami potensi diri, sehingga dapat dikembangkan secara
5. Tujuan
a. Terwujudnya siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Siswa mampu melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang
dianutnya.
c. Siswa memiliki sikap sosial yang baik sebagai bentuk perwujudan
dari nilai-nilai karakter
d. Meningkatkan prestasi lulusan peserta didik yang siap mengikuti
pendidikan lebih lanjut
e. Meraih prestasi dalam berbagai ajang lomba/seleksi pada tingkat
kecamatan, kabupaten dan propinsi
f. Meningkatkan ketrampilan karya peserta didik.
48
Guru Kelas 1 PPPK
2 WB
Guru PAI dan BP 1 WB
Guru PJOK 1 WB
Operator Sekolah 1 WB
Penjaga Sekolah 1 WB
7. Data Pendukung
Tabel 3. Data Siswa 2021/2022
49
10 Ruang Sirkulasi 3 x 24 m baik
11 Tempat bermain/OR 20 x 9 m baik
50
B. Deskripsi Hasil Analisis Data Penelitian
Berdasarkan perolehan data penelitian yang berlangsung dari tanggal 18
Maret-18 April 2022, penerapan kompetensi kepribadian guru kelas dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Implementasi kompetensi kepribadian guru kelas
a. Berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi peserta didiknya
1) Guru mengajarkan kepada siswa untuk selalu mengawali dan
mengakhiri kegiatan dengan berdoa
Untuk menanamkan sikap dan nilai religi dalam kehidupan
sehari-hari, hal yang paling dasar adalah membiasakan berdoa
sebelum dan setelah melakukan aktivitas. Sesuai dengan
pernyataan Ibu Sudisah, “…berdoa akan mengikat niat dan
tindakan dalam satu tujuan kebajikan”. Artinya, untuk
mendapatkan hasil akhir yang baik maka seseorang harus
mempunyai sebaik-baik niat dalam doa yang dipanjatkan serta
tujuan yang diharapkan.
Secara bahasa, doa semakna dengan memohon, meminta,
menyeru dan berhaharap. Adapun istilah lain doa, yang pertama
doa adalah ibadah. Kedua, doa adalah kebutuhan. Ketiga, doa
adalah bagian dari dzikir. Ketiga hal tersebut saling
berkesinambungan. Maksudnya adalah, ketika doa merupakan
sebuah ibadah, maka doa yang dimaksud adalah menjalankan
perintah Allah. Misalnya shalat, puasa, zakat dan haji. Keempat
kegiatan tersebut berisikan doa. Selain kebiasaan, doa juga
merupakan kebutuhan, karena doa berisikan harapan orang-
orang yang membutuhkan pertolongan Allah swt. 37 Dan dibalik
37
Liem Koko, Mukjizat D.U.I.T, (Cet.1, Redaksi Keysa Media: Jakarta, 2010), hlm. 20.
51
rasa butuh akan pertolongan Allah swt, terdapat lantunan doa
yang menghiasi para pedzikir.
Kepribadian guru yang religius dibuktikan dengan seluruh
pernyataan peserta didik yang jujur meyakini bahwa Ibu
Sudisah selalu mengajarkan untuk mengawali dan mengakhiri
kegiatan dengan berdo’a.
Tindakan ini berdampak pada kebiasaan siswa yang otomatis
saling mengingatkan tentang pengamalan doa sebelum dan
sesudah beraktivitas.
2) Guru selalu mengajarkan siswa untuk saling berbagi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, peneliti
menemukan fakta bahwa Ibu Sudisah selalu menghimbau
siswa untuk membawa bekal. Hal ini dilakukan agar dapat
lebih menjamin tingkat gizi dan kesehatan makanan yang
dikonsumsi terlebih dimasa pandemi. Himbauan tersebut
disampaikan baik melalui whatsapp group maupun secara
langsung saat pembelajaran dikelas.
Pada saat jam istirahat, Ibu Sudisah kerap menemani
siswanya untuk menikmati bekal yang mereka bawa. Jika
ada salah satu yang lupa atau tidak membawa bekal, Ibu
Sudisah akan mengajak anak-anak menyisihkan sedikit demi
sedikit makanannya untuk diberikan kepada temannya.
Tidak hanya berbagi perihal makanan, Ibu Sudisah
juga mengajarkan saling berbagi ketika ada temannya pada
saat pembelajaran. Misalnya ketika ada teman yang tidak
membawa pensil atau alat tulis lainnya, maka Ibu Sudisah
akan menyeru siswanya agar dengan senang hati
meminjamkan pensilnya. Hasil penelitian ini diperkuat
dengan tindakan Ibu Sudisah yang tidak hanya menghimbau
siswanya akan tetapi turut memberikan contoh secara
langsung atau nyata.
52
Dampaknya siswa secara sukarela saling berbagi dan
tak enggan menawarkan makanan atau jajanan kepada teman
tanpa diminta. Hal ini turut diakui oleh seluruh peserta didik
yang menyatakan bahwa Ibu Sudisah selalu mengajarkan
siswanya agar saling berbagi.
3) Guru mengajarkan anak untuk menerapkan empat kata ajaib
dalam kehidupan sehari-hari
Manusia selalu membutuhkan dan berinteraksi
dengan orang lain. Berdasarkan fakta tersebut, Ibu Sudisah
mengajarkan anak-anak untuk tidak lupa pada empat kata
ajaib yaitu maaf, tolong, terimakasih, dan permisi. Yang
pertama meminta maaf jika melakukan kesalahan. Kedua,
mengucapkan tolong jika membutuhkan bantuan. Ketiga,
mengucapkan terimakasih jika menerima sesuatu dalam
hidupnya. Dan yang terakhir selalu mengucapkan permisi
ketika berjalan melewati dan berpapasan dengan orang lain,
khususnya yang lebih tua. Harapannya tiga kata ajaib ini akan
meningkatkan rasa saling menghargai antar sesama, juga
dalam menjunjung tinggi norma kesopanan, ujar Ibu Sudisah
saat wawancara.
Penerapan tiga kata ajaib ini dijumpai peneliti saat
peneliti melakukan observasi. Ibu Sudisah meminta tolong
kepada Salsabella untuk memberikan buku tabungan siswa
kelas 2 kepada guru kelasnya. “Bella, Ibu minta tolong mau
atau tidak?” ujar Bu Disah. Kemudian Bella menjawab “Mau
bu” Lalu Bu Disah menyampaikan “Bella, tolong berikan
buku tabungan kelas 2 ke Ibu Omah ya. Ibu Omah ada
diruang guru. Terimakasih yaa…” Bella pun mengangguk
pertanda paham maksud Bu Disah seraya menjawab “Iya bu,
sama-sama”.
53
Gambaran ini dapat dijadikan teladan yang baik bagi
anak-anak. Pasalnya, anak cenderung suka jika ada orang
yang meminta tolong dengan ramah dan tidak ketus.
Pernyataan ini turut disampaikan oleh Salsabella selaku
siswa kelas IV pada saat wawancara.
Dari pengamalan empat kata ajaib, efeknya adalah
siswa menjadi lebih sopan dan santun dalam bersikap.
Pernyataan ini dibuktikan dengan pengakuan peserta didik
yang meyakini bahwa Ibu Sudisah selalu memberikan
keteladanan mengenai pengamalan empat kata ajaib (maaf,
tolong, terimakasih dan permisi)
4) Guru mengamalkan 5S
54
salah satu hidden curriculum yang dikembangkan sekolah
untuk memperkuat karakter siswa khususnya aspek sopan
santun.
Mengucapkan dan membalas salam memiliki makna
penting dalam penguatan karakter. Salah satu inti ajaran
Islam adalah adanya salam atau kedamaian. Dan Islam
sangat menganjurkan umatnya untuk menyebarkan salam.38
Pelaksanaan 5S dilingkungan sekolah sudah
berkembang sesuai harapan, meskipun beberapa diantaranya
masih ada yang mengaku malu jika berpapasan dengan guru
ataupun oranglain.
Pernyataan ini dibuktikan dengan pengakuan peserta
didik yang meyakini bahwa Ibu Sudisah selalu memberikan
keteladanan mengenai pengamalan 5S baik disekolah
umumnya dan kelas khususnya.
5) Guru datang tepat waktu ke sekolah
Tata tertib yang telah disepakati bersama
menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran dimulai pukul
07.00 WIB. Seluruh guru maupun siswa sudah harus berada
disekolah pada pukul 07.00 WIB bahkan akan lebih bagus
jika datang lebih awal. Guru diharuskan datang lebih awal
terutama jika sesuai dengan jadwal piketnya untuk
menyambut para siswa di pintu masuk sekolah. Hal ini
dimaksudkan karena datang tepat waktu atau lebih awal
menunjukkan kedispiplinan guru yang dapat menjadi contoh
dan teladan bagi siswanya.
Merujuk pada hasil observasi yang peneliti lakukan
dari 18 Maret-18 April, Ibu Sudisah hampir selalu datang
lebih awal dari guru lainnya dan tidak pernah terlambat
38
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 54
55
masuk kelas. Selain itu, berdasarkan pernyataan Ibu Ning
guru kelas 1, “Ibu Disah orangnya rajin, selalu lebih pagi jika
datang ke sekolah.
Kebiasaan disiplin seorang guru dapat membentuk
karakter siswa yang beratanggung jawab dalam melakukan
aktivitas. Karakter bertanggung jawab pada siswa dapat
membangun karakter positif lainnya seperti menstimulus
karakter mandiri dan bersahaja.
Pernyataan ini dibuktikan dengan pengakuan 17 dari
21 peserta didik yang meyakini bahwa Ibu Sudisah selalu
datang ke kelas tepat waktu.
b. Memiliki Kepribadian Mantap dan Stabil
1) Guru memiliki karakter yang tegas dan disegani dalam
menerapkan peraturan
Setiap peraturan yang terdapat disekolah harus ditaati
oleh semua warga sekolah. Begitupun peraturan kelas. Peraturan
kelas adalah peraturan yang dibuat atas kesepakatan bersama
antara guru kelas dengan siswanya. Berdasarkan hasil observasi
yang peneliti lakukan dikelas IV, Ibu Sudisah sangat tegas dalam
menerapkan peraturan. Misalnya siswa harus masuk kelas tepat
wakt, jika hendak keluar kelas harus izin kepada guru, semua
siswa harus mengenakan pakaian rapi saat dikelas, mentaati
protokol kesehatan, menjaga kebersihan kelas dengan
membuang sampah pada tempatnya, mengecek laci saat masuk
dan sebelum pulang sekolah.
Selama observasi berlangsung, peneliti menemukan
beberapa siswa tidak membuang sampah pada tempatnya. Saat
itu pula, Ibu Sudisah akan menegur dan menasehati siswanya.
Pada dasarnya karakter guru yang mantap dan stabil akan
mendorong siswanya untuk membudayakan karakter disiplin
dan mengembangkan sikap peduli sosial. Guru mengajari siswa
56
untuk saling mengingatkan dalam hal kebaikan terutama dalam
mentaati peraturan kelas yang telah disepakati bersama.
Pernyataan ini dibuktikan dengan pengakuan 14 dari 21
peserta didik yang meyakini bahwa Ibu Sudisah bersikap tegas
jika ada yang melanggar peraturan disekolah.
2) Guru menunjukkan karakter sabar dalam menghadapi masalah
di kelas
39
Lampiran wawancara
57
bertahan dalam pekerjaan dan mengembangkan kemampuan
untuk mencapai tujuan secara ilmiah dan praktis.
40
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta, Amzah: 2015), hlm. 157
58
menjawab pertanyaan guru. Maka guru harus mampu
mengaitkan materi pembelajaran dengan aktivitas yang kerap
terjadi dimasyarakat atau terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian siswa tidak akan ragu menjawab, karena
pertanyaan apersepsi harus berisikan tentang hal-hal yang tak
asing bagi siswa. Pada dasarnya siswa kelas IV SDN Ciporos 01
adalah siswa yang aktif, namun rendahnya minat baca siswa
turut menurunkan rasa percaya diri siswa.
Hal ini dibuktikan dengan pengakuan 16 dari 21 peserta
didik yang meyakini bahwa Ibu Sudisah menghargai perbedaan
pendapat ketika diskusi berlangsung.
No Indikator Penilaian
BB MB BSH BSB
1. Religius 14 7
2. Gotong royong 13 8
3. Mandiri 18 3
4. Integritas 16 5
5. Nasionalis 4 17
6. Berpikir Kritis 11 10
59
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan wadah pertama dan utama kaitannya dengan
pembentukan maupun penguatan karakter anak. Pola didik orangtua
atau yang dikenal dengan parrenting sangat berimbas pada penguatan
karakter siswa. Strategi penguatan karakter melalui pembiasaan dan
keteladanan yang diterapkan disekolah semestinya dapat diterapkan
kembali dirumah agar hasilnya lebih maksimal. Namun pada
kenyataannya, 15 dari 21 pasangan orangtua siswa kurang memberikan
andil seperti yang diharapkan guru pada umumnya. Ketidakandilan
orangtua dirumah dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya kondisi
kesehatan, kondisi ekonomi, jenjang pendidikan orangtua, keturunan
dan naluri atau keinginan. Peran keluarga pada hakikatnya lebih besar
dalam memberikan motivasi dan arahan tentang tujuan hidup atau cita-
cita anak sedini mungkin. Substansi dari faktor lingkungan keluarga
minimnya kerjasama orangtua dengan guru. Orangtua tidak aktif dan
koperatif dalam memperhatikan perkembangan karakter anaknya.
2. Lingkungan Sekolah
SDN Ciporos 01 berlokasi di pedesaan yang masih kental dengan
budaya dan kondisi alam yang sangat mendukung. Dekat dengan
lapangan, dikelilingi pemukiman, madrasah, area persawahan dan
lainnya yang dapat membantu proses pembelajaran. Sayangnya, lokasi
yang strategis tidak menutup kemungkinan siswa untuk melakukan
penyimpangan karena beragamnya karakter dan budaya yang ada
disekitar. Fakktor lingkungan sekolah meliputi aspek: karakter tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana sekolah serta
kondisi sekitar lingkungan sekolah.
3. Lingkungan Masyarakat
Kondisi masyarakat sekitar terbilang cukup kooperatif. Hal
tersebut dibuktikan dengan sikap warga sekitar yang menjunjung tinggi
toleransi demi kelancaran proses pembelajaran di SDN Ciporos 01.
60
Namun disisi lain, budaya masyarakat tentu sangat mewarnai tumbuh
kembang karakter anak. Budaya yang dimaksud contohnya seperti gaya
bahasa dan tren sosial.
4. Kemajuan Teknologi
Siswa kelas IV masih belum mampu menggunakan nalurinya
secara utuh untuk memilih mana yang perlu di contoh dan tidak apalagi
jika kurang pengawasan. Selama masa pandemi, peran guru tentu sangat
terbatas telebih bila dihadapkan dengan kemajuan teknologi yang tanpa
batas. Kemajuan teknologi jika tidak disikapi secara selektif maka akan
menyebabkan pudarnya nilai-nilai moral. Dilapangan nak-anak
cenderung bermain gadget sepuasnya. Dampaknya, selama masa
PTMT berlaku, peneliti menemukan fakta dimana siswa menonton film
atau tayangan di media sosial yang tidak sesuai dengan usianya.
Imbasnya, anak-anak familiar dengan hal-hal berbau pergaulan bebas,
sex bebas dan trending topik yang tidak ada unsur edukasinya.
D. Keterbatasan Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti mengalami keterbatasan dalam penelitian
seperti:
1. Keterbatasan peneliti dan mitra peneliti (guru atau wali kelas IV SDN
Ciporos 01) dalam melakukan observasi kegiatan pembelajaran secara
terperinci, mengakibatkan aktivitas peserta didik selama proses
pembelajaran alih fokus.
2. Kurangnya waktu karena kegiatan pembelajaran masih bersifat Blended
Learning pada saat penelitian
3. Keterbatasan sarana dan prasarana sekolah dan juga peneliti yang
mendukung pemecahan masalah problematika pengembangan karakter
peserta didik di Era 4.0.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan pemaparan terhadap data yang telah berhasil penulis
himpun, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut: Secara umum
Implementasi Kompetensi Kepribadian Guru Kelas dalam
Menghidupkan Karakter Siswa Kelas IV SDN Ciporos 01 sudah
terlaksana dengan baik. Guru menerapkan semua aspek kompetensi
kepribadian melalui pembiasaan dan keteladanan untuk menghdiupkan
dan mengembangkan karakter siswa kelas IV SDN Ciporos 01.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan guru berhasil dalam
menghidupkan karakter siswa kelas IV SDN Ciporos 01 melalui
implementasi Kompetensi Kepribadian Guru dengan indikator
diantaranya: guru memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan dengan
menampilkan tindakan yang sesuai dengan norma religius dan memiliki
prilaku yang bisa diteladani oleh siswa, memiliki kepribadian yang
mantap dan stabil, serta memiliki kepribadian yang arif dan berwibawa.
Implikasinya adalah rata-ratakarakter siswa kelas IV berkembang sesuai
harapan.
2. Faktor pendukung dan penghambat implementasi kompetensi
kepribadian guru dalam menghidupkan karakter siswa kelas IV SDN
Ciporos 01 diantaranya: a) lingkungan keluarga, b) lingkungan sekolah,
c) lingkungan masyarakat, d) kemajuan teknologi.
B. Saran
Dari hasil analisis data penelitian penulis, dapat dinyatakan
Implementasi Kompetensi Kepribadian Guru Kelas Dalam Menghidupkan
Karakter Siswa Kelas IV SDN Ciporos 01 sudah terlaksana dengan baik.
Namun kerjasama antara guru dengan orangtua belum berjalan sesuai
harapan, akan lebih optimal penguatan karakter jika guru dan orangtua atau
62
wali murid dapat menjalin kerja sama yang harmonis untuk dapat
mengoptimalisasi keberhasilan pembentukan dan penguatan karakter siswa.
63
DAFTAR PUSTAKA
Akmal, Hawi. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
2014.
64
Gaffar, Mohammad Fakhry. Pendidikan Karakter Berbasis Islam. Jogjakarta:
Makalah Workshop Pendidikan Karakter Berbasis Agama. 2010.
Harahap, Ade Chita Putri. Pendidikan Karakter, Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan
Konseling, Vol. 9, No. 1. 2019.
Heny Wulandari. Kesehatan & Gizi Untuk Anak Usia Dini. An-Nur: Fakta press,
Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung. 2014.
Hudaifah, Nur. 2017. Implementasi Pendidikan Karakter Siswa di Smp Islam Al-
Azhar 18 Kota Salatiga Tahun 2017. Skripsi: Pendidikan Agama Islam,
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Jejen Musfah. Redesain Pendidikan Guru: Teori, kebijakan dan praktek. Jakarta:
Prenada Media Group. 2015.
65
Jejen Musfah. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber
Belajar. Jakarta: Kencana. 2011
66
Rsyida, Desy Anindia. 2016. “Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan MI
dalam Meningkatkan Karakter Siswa Berbasis Tradisi Pesantren”, Jurnal
Madrasah Ibtidaiyah, Universitas Islam Kalimantan MAB 1 No. 2.
Siadari, Ribka Meilan. 2018. PKN Sebagai Pendidikan Karakter Berbasis Nilai
Untuk Anak Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Medan Vol 2.
Sugiyono. 2016. Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung:
Alfabeta.
67
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan, Jakarta: Kencana.
LAMPIRAN
68
Ind Ind Ind Ind
No Nama A B C D
1 Adi Fikriana Agung 3 2 2 2
5 Arjuna Saputra 3 3 2 2
15 Nazwa Adelia 3 3 2 2
20 Afika Khoeriyah 2 2 2 1
21 Salsabella Azzahra K 3 3 3 4
Ket: Ket:
Ind A : Pengamalan 5S 1 : Belum Terlihat
Ind B : Aktif bertanya dan berpendapat 2 : Terlihat
Ind C : Tanggungjawab terhadap tugas 3 : Berkembang
Ind D : Literasi 4 : Berkemang Sesuai Harapan
69
OBSERVASI KEDISIPLINAN SISWA IV
DALAM PENGUMPULAN TUGAS
P PR PR PR PR PR PR PR PR PR
N Nama R 2 3 4 5 6 7 8 9 10
O Siswa 1
Adi Fikriana
1 Agung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Alma Chalisa
2 Putri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ananda Putri
3 Widianingsih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Andini Elma
4 Sasikirana 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Arjuna Saputra 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Dinata Nugraha
6 Pratama 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Febrianti Dwi
7 Aryati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Fikri Damar
8 Pratama 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Haifa Nurul
9 Azkiya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Ilham Ramdhani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Kayla Nur Ashifa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Malvin Aufar
12 Arsana 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Marsya Alya Fitri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Muhammad Rizqi
14 Abadi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Nazwa Adelia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Redivan Aguz
16 Nuzul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Shakira Alfathia
17 Ramdhani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Syafa Atun
18 Khasanah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Vallen Asha
19 Wijaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Afika Khoeriyah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Salsabella
21 Azzahra K 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ket: Ket:
Merah : Terlambat Hijau : Disiplin Sesuai Harapan
Hitam : Tepat Waktu (selalu tepat waktu)
70
Kuning : Cukup Disiplin
(terlambat maksimal 2x)
Putih : Cukup Disiplin (terlambat
lebih dari 3x)
PEDOMAN PRAOBSERVASI
IMPLEMENTASI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM
MENGHIDUPKAN KARAKTER SISWA KELAS IV SDN CIPOROS 01
71
No. Aspek Kriteria
BB MB BSH BSB
1. Religius ✓
2. Jujur ✓
3. Toleransi ✓
4. Disiplin ✓
5. Kerja Keras ✓
6. Kreatif ✓
7. Mandiri ✓
8. Demokratis ✓
9. Rasa Ingin Tahu ✓
10. Semangat Kebangsaan ✓
11. Cinta Tanah Air ✓
12. Menghargai Prestasi ✓
13. Bersahabat/ Komuniakatif ✓
14. Cinta Damai ✓
15. Gemar Membaca ✓
16. Peduli Lingkunngan ✓
17. Peduli Sosial ✓
18. Tanggungjawab ✓
19. Sopan santun ✓
PEDOMAN OBSERVASI
Kompetensi Kepribadian Guru
72
Hari/Tanggal : 18 Maret 2022
Observasi Ke- :1
Diisi oleh : Peneliti
PEDOMAN OBSERVASI
Kompetensi Kepribadian Guru
73
Hari/Tanggal : 19 Maret 2022
Observasi Ke- :2
Diisi oleh : Peneliti
PEDOMAN OBSERVASI
Kompetensi Kepribadian Guru
74
Hari/Tanggal : 21 Maret 2022
Observasi Ke- :3
Diisi oleh : Peneliti
PEDOMAN OBSERVASI
Kompetensi Kepribadian Guru
75
Hari/Tanggal : 22 Maret 2022
Observasi Ke- :4
PEDOMAN OBSERVASI
Kompetensi Kepribadian Guru
76
Observasi Ke- :5
Diisi oleh : Peneliti
77
siswa menyantap bekal makanan
didalam kelas.
PEDOMAN OBSERVASI
Karakter Siswa
78
Berilah tanda cek list (√) pada salah satu kolom yang telah tersedia
79
- Mematuhi peraturan sekolah
sesuai harapan
Keterangan:
B : Belum Terlihat
BS : Mulai Berkembang
PEDOMAN WAWANCARA
IMPLEMENTASI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM
MENGHIDUPKAN KARAKTER SISWA KELAS IV SDN CIPOROS 01
80
Hari/Tanggal : 25 Maret 2022
Observasi Ke- :7
Subjek Penelitian : Guru Kelas IV
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaiamana cara Ibu/ Bapak Dengan membiasakan berdoa sebelum
menanamkan nilai dan sesudah melakukan kegiatan mba,
spiritualitas dalam kegiatan misalnya sebelum dan sesudah belajar,
pembelajaran? sebelum dan sesudah makan, pembiasaan
membaca asmaul husna setiap hari
Jum’at, catatan sholat setiap siswa
2. Apakah Ibu/ Bapak selalu Iya, contohnya disiplin dalam melakukan
mengaitkan materi tata tertib dan mengikutinya dengan
pembelajaran pentingnya senang. Maksudnya dalam pembelajaran
mengamalkan akhlak terpuji, tematik kan isi materinya terpadu yaa
bagaimana cara dan contoh mba. Kalo ada materi tentang tumbuhan,
implementasinya? dari segi IPA kita belajar tentang x
3. Apakah Ibu/ Bapak selalu Iya, memberi contoh dalam kegiatan
menguasai materi yang sehari-hari seperti mengerjakan tugas
diajarkan? Bagimana tepat waktu, membagi waktu belajar dan
biasanya Ibu/ Bapak bermain.
mengembangkan dan
mengaitkan kegiatan
pembelajaran dengan
kehidupan sehari-hari?
4. Bagaimana Ibu/ Bapak Selalu memantau siswa-siwi dalam
menggunakan dan membagi pembelajaran sesuai jadwal yang telah
waktu, tenaga dan pikiran ditentukan. Apabila ada anak terkendala
untuk kepentingan karena tidak memiliki hp, guru datang
keberhasilan pembelajaran kerumah siswa, luring untuk memberikan
daring? lembar kerja siswa
81
5. Menurut Ibu/ Bapak, Tetap bertanggungjawab dalam
bagaimana dan apa saja keberhasilan pembelajaran walaupun
tanggung jawab seorang guru dimasa pandemi. Tetap melaksanakan
baik sebelum dan setelah tupoksi sebagai seorang guru untuk
mengalami masa pandemi keberhasilan anak didiknya walau
covid-19? terkendala dalam masa pandemi ini.
6. Bagaimana cara Ibu/ Bapak Memberikan perhatian yang lebih dari
membantu peserta didik yang yang lainnya. Diberikan tambahan waktu
mengalami kesulitan dan untuk membimbing siswa yang masih
hambatan dalam belajar? kurang paham.
7. Apa dan bagaimana metode Memakai video pembelejaran aja mba
pembelajaran yang Ibu/ Bapak paling
gunakan dalam kegiatan
pembelajaran daring?
8. Apa dan bagaimana strategi Luring atau datang langsung kerumah
Ibu/ Bapak dalam siswa mba, tapi tidak setiap hari karena
mengkondisikan kan guru menyesuaikan dengan
pembelajaran daring untuk kebutuhan. Selain itu kepala sekolahnya
dapat meminimalisir tidak memberikan izin untuk terlalu
ketertingalan pemahaman sering berkunjung kerumah siswa karena
peserta didik? masih rawan covid gitu mba
9. Hal apa yang Ibu/ Bapak Diselingi dengan menyanyi bersama/
lakukan utnuk menarik tepuk penyemangat sebelum KBM
perhatian peserta didik agar dimulai sesuai dengan tema
pembelajaran tetap fokus dan pembelajaran
menyenangkan?
10. Bagaimana cara Ibu/ Bapak Dari tugas yang diberikan namun
mengenal dan melakukan terkendala hp. Kan tidak semuanya
assesment terhadap sikap atau oegang hp mba. Susah sih, tapi selama
anaknya rajin, mau bertanya tentang
82
karakter peserta didik selama tugas meskipun diwakilkan orangtuanya
masa pandemi covid-19? ya itu sudah cukup menunjukkan benih
karakter yang baik yakan mba
11. Dapatkah Ibu/Bapak Iya gini mba banya kendala, karena
menjelaskan bagaimana waktunya terbatas, keberadaan hp, kuota
gambaran pembelajaran dll jadi anak juga banyak yang tertinggal.
daring yang dilakukan selama Belum lagi tidak semua orangtua ada
masa pandemi? waktu untuk mendampingi anak belajar
dirumah. Jadi ketika anak tidak paham
mereka kebanyakan iya iya aja, tapi nda
tau ngerti beneran atau tidak. Makanya
mba bisa liat beberapa anak ada yang
bacanya belum lancar juga
12. Media teknologi apakah yang Laptop, hp. Tapi lebih sering hp si mba.
Ibu/Bapak gunakan untuk
melaksanakan pembelajaran
daring?
13. Penanaman spiritualitas Sikap sosial, perilaku jujur, disiplin,
seperti apa yang biasa Ibu/ tanggung jawab, sopan santun, peduli,
Bapak lakukan untuk percaya diri.
mempertajam budi pekerti
peserta didik?
PEDOMAN WAWANCARA
83
IMPLEMENTASI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM
MENGHIDUPKAN KARAKTER SISWA KELAS IV SDN CIPOROS 01
1. Prinsip yang dipegang Yang paling penting kita berbuat baik saja dulu,
dalam mengemban bicara dan bertindak yang baik. Masalah ada
tugas dan tanggung tanggapan buruk orang tentang kita itu kembali ke
jawab sebagai guru diri masing-masing. Kita kan nda bisa memaksa
orang lain untuk berbuat baik sama kita mba. Kalo
saya ikhlas ngajar biar pahalanya mengalir terus.
Daripada ngresula (mengeluh) kan percuma mba.
Di niatkan semuanya lillahi’ala.
2. Metode dan strategi apa yang punya strategi dan pendekatan tertentu.
yang digunakan dalam Disesuaikan dengan kondisinya. Ada metode
menghidupkan klasik dan kekinian. Kalo klasik, ya kita harus
karakter siswa sering mengingatkan anak perihal kebaikan
biasalah mba ceramah atau menasehati anak. Kalo
metode kekinian, itu biar kita tidak terlalu kaku.
Anak itu akan seneng kalo kita bisa masuk ke
dunianya. Jadi ya kreatifnya kita aja untuk
mengajarkan, membiasakan dan mengarahkan
juga membentuk ya mba maksudnya karakter anak
sedini mungkin.
3. Kesulitan yang Sebenarnya ya mba, mengajar itu ga sulit. Yang
dialami dalam sulit itu menjalin kerja sama untuk membentuk
menghidupkan pola didik yang satu tujuan antara sekolah, guru
karakter siswa dalam dan orangtua siswa. Sering loh mba eci, guru itu
proses pembelajaran disalahkan jika anaknya misal belum bisa
membaca, padahal ya gimana kalo misalnya
84
disekolah sudah diajarkan sesuai kaidahnya tetapi
dirumah dibiarkan terlalu banyak bermain diluar
atau anak jaman sekarang main hp itu nda dibatasi.
Kurikulum maunya guru mendidik anak untuk
mandiri, tapi nda semua orangtua bisa merespon
positif akan hal itu. Banyak yang masih
memanjakan anaknya. Contohnya, ketika anak
diberi tugas, yang mengerjakan atau menulis di
buku PR itu orangtua atau sodaranya. Mungkin
memang kita selaku orang tua nda tega sama anak,
tapi kalo begitu terus sama saja kita mengajarkan
anak untuk tidak bertanggung jawab sama
tugasnya. Efeknya anak jadi manja, semangat
belajarnya kurang, apalagi literasinya. Anak-anak
kelas IV 7 dari 21 anak belum lancar mba bacanya.
Itu dari segi akademik ya mba. Kalo dari segi
karakter, yang belum tercapai itu naluri ilmiahnya.
Maksudnya kebanyakan anak mau mengikuti
perintah guru karena takut sama gurunya, tapi
diluar pengawasan guru nanti suka ada informasi
dari pihak lain tentang hal-hal negatif yang
dilakukan beberapa anak. Nah disitu guru suka
malu mba, jadi kepikiran ini harus gimana cara
mendidiknya agar anak dimanapun dan
berhadapan sama siapapun ya menunjukkan sisi
aslinya. Tidak depan guru A, depan orangtua B,
depan orang lain C.
4. Implementasi Guru itu harus punya stok sabar yang banyak mba.
pemecahan masalah Apalagi dalam menghadapi karakter siswa. Kita
dalam menghidupkan semangati, kita beri motivasi, kita contohkan
karakter siswa langsung saja, nda semua anak bisa langsung
85
mengamalkan akhlak terpuji. Semua ada
prosesnya. Ada masanya anak nurut, ada masanya
anak punya pandangan dan keinginan sendiri yang
kadang mereka belum paham betul bagaimana
dampak positif dan negatifnya. Jadi untuk
membentuk, menguatkan, dan mengembangkan
karakter siswa, kita harus sering-sering melakukan
evaluasi dan merefleksi diri sendiri, baru
kemudian meninjau kembali, menilai dan
melakukan perbaikan-perbaikan jika ada hal yang
kurang sesuai dengan harapan.
PEDOMAN OBSERVASI
86
IMPLEMENTASI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM
MENGHIDUPKAN KARAKTER SISWA KELAS IV SDN CIPOROS 01
No Indikator BT T MB SM Deskripsi
1. Religius ✓ - Siswa laki-laki kelas IV
berani menunjuk diri untuk
adzan (Inisial D), iqomat,
memimpin shalawat,
menjadi imam
- Saat shalat berjamaah 20 dari
21 siswa menunjukkan sikap
dan perilaku yang tenang,
khusyu dan hikmat
- Siswa perempuan saling
mengingatkan untuk
merapikan shaf dan mukena
agar rambut tidak keluar dan
terlihat oleh yang lain
- Terdapat satu siswa
mengajak teman bercanda
(Inisial R) tetapi tidak
tanggapi
87
- Terdapat satu siswa (Inisial
R) yang paling sering
memicu kegaduhan dikelas
karena tidak mengindahkan
perbedaan
- Terdapat satu siswa yang
tampak sering membedakan
dan memilih-milih dalam
berteman, kurang
mengindahkan kebersamaan
(Inisial S)
88
yang disampaikan oleh guru
(Inisial A, S, V, M, N, F, A’,
D)
Keterangan:
BM : Belum Terlihat
MT : Mulai Telihat
MB : Mulai Berkembang
SM : Sudah Membudaya
89
HASIL ANGKET
IMPLEMENTASI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM
MENGHIDUPKAN KARAKTER SISWA KELAS IV SDN CIPOROS 01
90
12. Guru selalu memberikan keteladanan empat kata ajaib 21 0
(maaf, tolong, terimakasih dan permisi)
13. Guru selalu mengajarkan untuk saling berbagi 21 0
14. Guru selalu menggunakan bahasa yang halus dan ramah 21 0
15. Guru membantu siswa yang mengalami kesulitan 17 4
16. Guru berkeliling mengawasi siswa saat proses pembelajaran 21 0
17. Guru menghargai perbedaan pendapat 16 5
18. Guru memiliki karakter sabar 19 2
19. Guru selalu memberikan keteladanan senyum, sapa, salam, 21 0
sopan dan santun
20. Guru berteriak ketika marah 0 21
91
PEDOMAN WAWANCARA
IMPLEMENTASI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM
MENGHIDUPKAN KARAKTER SISWA KELAS IV SDN CIPOROS 01
1. Apakah Ibu merasa sudah Saya tidak bisa menilai diri saya sendiri
mengimplementasikan si mba, menurut saya orang lain yang
kompetensi kepribadian dengan bisa menilai baik buruknya. Tetapi saya
baik selama mengajar siswa sebagai guru semampu saya memilah
kelas IV? dan memilih tindakan keteladanan
seperti apa yang harus saya ajarkan
-Pertanyaan lanjutan: indikator kepada anak agar mereka menjadi
santun menurut Ibu seperti apa? pribadi yang santun sesuai dengan
usianya.
92
mengontrol mimik muka saat
berinteraksi dengan siswa, mengaitkan
nilai-nilai keislaman dalam melakukan
aktivitas pembelajaran dan kegiatan
sehari-hari, berpakaian rapi, disiplin
waktu, memberikan hak siswa saat kbm
dengan tidak pilih kasih
3. Menurut Ibu, adakah faktor Ada mba, jaman sekarang kan canggih
pendukung dalam menerapkan ya mba. Kalau kita bisa memanfaatkan
kompetensi kepribadian agar sarana prasarana atau media teknologi
lebih maksimal? Jika ada, apa misalnya memperlihatkan video
saja? youtube yang ada unsur edukasinya,
atau misalnya belajar dengan ppt agar
anak tidak jenuh, menambah wawasan
juga selain materi yang ada dibuku.
-Petanyaan lanjutan: Kalo Tentu mba, guru dan orangtua kan punya
menurut Ibu orangtua dapat peran penting dalam membentuk
menjadi pendukung dalam kepribadian anak. Kalau guru bisa
menerapkan kompetensi menjalin kerjasama yang baik,
kepribadian guru dalam pembentukan karakter anak insyaallah
menghidupkan karakter siswa? akan lebih berhasil. Kalau orangtua juga
mampu menghargai apa yang guru
lakukan, guru juga akan merasa punya
tanggung jawab lebih. Beda ceritanya
kalau orangtua ada yang sedikit-sedikit
protes, guru akan stress menghadapinya.
Termotivasi untuk cari solusi agar lebih
baik, tetapi kalau tidak diapresiasi,
gurunya jadi ada rasa kurang semangat.
Yang paling penting, kita harus bisa jadi
93
teladan bagi siswa dengan memberikan
contoh-contoh kecil yang baik-baik.
Contohnya banyak ya mba, salah
satunya ya mau berbagi dengan
oranglain.
4. Menurut Ibu, adakah faktor Ada pasti mba, contohnya kurang
penghambat yang menyebabkan tegasnya guru dalam menerapkan
kurang maksimalnya penerapan peraturan, anak jadi tidak disiplin dan
kompetensi kepribadian guru bertanggungjawab. Ketika guru tidak
dalam menghidupkan karakter menguasai materi pelajaran anak akan
siswa? Jika ada, apa saja? menjudge siswanya lebih pintar dari
gurunya dengan bahasa yang kurang
sopan. Jika gurunya tidak memberikan
keteladanan yang baik maka anak juga
mengikuti.
94
PEDOMAN WAWANCARA
IMPLEMENTASI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM
MENGHIDUPKAN KARAKTER SISWA KELAS IV SDN CIPOROS 01
3. Menurut Ibu, adakah faktor Ada bu, dia sering meniru apa yang dia
yang menyebabkan anak Ibu tonton di tiktok, di youtube. Sudah
masih perlu perbaikan kecanduan main juga, jadinya main game
dalam segi karakternya? terus. Penasarannya sama yang viral-viral,
Misalnya kedisiplinannya, bukan sama pelajaran. Kalo belajar cepet
kemandiriannya, rasa ingin capenya. Tapi kalo main hp seharian kuat.
tahunya?
-Petanyaan lanjutan: Kalo - Ya bisa harusnya mah ya bu. Tapi
menurut Ibu orangtua dapat susah banget, nanti kalo dinasehatin
menjadi pendukung dalam senjatanya nangis. Jadinya kalo
95
menerapkan kompetensi udah nangis saya pusing, jadi tak
kepribadian guru dalam biarkan saja dia maunya apa. Saya
menghidupkan karakter pikir nanti mungkin makin gede
anak? makin bisa mikir. Sekarang masih
manja.
4. Menurut Ibu, adakah faktor Ada, jamannya makin canggih.
penghambat yang Orangtuanya ga ngerti hp malah lebih
menyebabkan kurang ngertian anaknya. Pelajarannya makin
maksimalnya penguatan susah, saya gabisa ngajarin, mau di lesin
karakter anak? Jika ada, apa uangnya pas pasan bu. Ga dilesin kasian,
saja? tapi anaknya juga sering ngeluh cape
sekolah, jadi saya kasian biar dirumah
istirahat saja. Terus terang saya sendiri
kurang paham sama materinya jadi ga bisa
ngajarin.
96
HASIL OBSERVASI DAN ANALISIS
PERKEMBANGAN KARAKTER SISWA KELAS IV SDN CIPOROS 01
No Indikator Penilaian
BB MB BSH BSB
1. Religius 14 7
2. Gotong royong 13 8
3. Mandiri 18 3
4. Integritas 16 5
5. Nasionalis 4 17
6. Berpikir Kritis 11 10
97
98
99
100
101