Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

GURU SEBAGAI LEADER

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Pendidikan

Dosen Pembimbing:

Prof. Dr. Muniarti Ar, M. Pd

Disusun Oleh:

Meisya Tiara 1906101010038

JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt atas pertolongan dan karunia-Nya
berupa kesempatan dan pengetahuan, serta nikmat sehat yang amat besar yang telah diberikan
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Guru Sebagai
Leader” tepat pada waktunya. Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda
kita Nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan para sahabatnya, serta para pengikutnya yang
tetap setia dalam keimanan hingga akhir zaman.

Pendidikan merupakan peranti pokok yang dipilih untuk memberikan perhatian,


bimbingan, dan arahan kepada anak didik. Secara konsepsional, pendidikan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan anak didik sebagai salah satu prinsip pokok dalam proses pendidikan dan
pengajaran termasuk dalam pembentukan karakter. Generasi Muda merupakan garda terdepan
dalam membangun sebuah bangsa, karena itulah generasi muda harus memiliki kemampuan dan
pengetahuan yang lebih luas untuk kedepannya. Selain itu pendidikan juga sangat berperan
penting dalam memajukan negara dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Alasan lain mengapa pendidikan penting adalah untuk menciptakan jiwa nasionalisme. Semakin
sedikit generasi yang menjalankan pendidikan maka semakin sedikit generasi yang memiliki
jiwa nasionalisme, karena itulah segala aspek yang berhubungan dengan pendidikan haruslah
berjalan dengan maksimal.

Di lingkungan sekolah, tugas untuk membina dan mendidik generasi muda diemban oleh
seorang guru. Guru memiliki peran penting sebagai pemimpin pembelajaran untuk mendidik
peserta didik dengan segala sumber daya yang ada, bisa dengan pengembangan sikap,
pengetahuan, atau bahkan keterampilan. Hal inilah yang menjadi dasar penulis dalam
pembentukan makalah ini, guru bukan hanya sebagai seseorang yang bertugas mentransfer ilmu
kepada anak didik, tetapi guru juga harus mampu menjadi pemimpin dalam pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Profesi Pendidikan”.
Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis menghaturkan
terima kasih yang sebesar-besarmya bagi semua pihak yang telah memberikan bantuan moril
maupun materil baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan makalah, terutama

ii
kepada yang terhormat Ibuk Prof. Dr. Muniarti Ar, M. Pd selaku dosen pembimbing pada mata
kuliah ini dan teristimewa kepada orang tua penulis Saifuddin, SP dan Salmiah, Spd. SD yang
selalu mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kemajuan pendidikan di
Indonesia.

Banda Aceh, 29 September 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iv
BAB I...............................................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................4
A. Pengertian Guru dan Pemimpin (leader)..............................................................................4
B. Makna Guru Sebagai Pemimpin (Leader)............................................................................8
C. Peran Guru Sebagai Pemimpin (Leader) Dalam Pelaksanaan Pendidikan..........................8
D. Beberapa Sifat Yang Harus Dimiliki Guru Untuk Menjadi Seorang Pemimpin................11
E. Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional Yang Harus Dimiliki Guru............12
F. Peran Guru Sebagai Pemimpin Transaksional dan Transformasional...............................15
BAB III..........................................................................................................................................19
A. Kesimpulan.....................................................................................................................19
B. Saran................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................20

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara alamiah semua anak sebelum mereka dewasa menerima pembinaan dari orang-
orang dewasa agar mereka dapat berkembang dan bertumbuh secara wajar. Sebab secara
alamiah seorang anak juga membutuhkan pembimbingan dari orang lain, karena ia dibekali
insting yang kuat untuk memahami lingkungan sekitarnya. Guru dalam arti sempit adalah
orang-orang yang disiapkan secara sengaja untuk menjadi guru atau pengajar. Pendidik ini
sendiri diberi pelajaran tentang pendidikan dalam waktu yang relatif lama agar mereka dapat
menguasai bidang kajian ilmu yang sesuai dengan bidangnya dan terampil dalam
melaksanakannya di lapangan. Guru tidak cukup hanya belajar di perguruan tinggi saja,
sebelum diangkat menjadi guru, melainkan juga belajar dan diajar selama mereka bekerja,
agar profesionalitas mereka semakin meningkat.
Pendidikan merupakan dasar yang penting untuk dimiliki oleh setiap orang, dimana
pendidikan diberikan dengan tujuan melengkapi setiap pribadi untuk dapat menghadapi
kehidupan yang nyata. Faktor yang berperan penting dalam sebuah pendidikan adalah pribadi
guru yang mengajar. Masalah yang didapatkan di dalam pelaksanaan pembelajaran
menunjukkan masih banyak terdapat siswa yang mengantuk dan mengobrol pada saat guru
menjelaskan. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan kelas yang dilakukan guru tidak dapat
membuat siswa termotivasi pada saat mengikuti pembelajaran, sehinga diperlukan
pengelolaan kelas dan pimpinan guru di dalam kelas pembelajaran. Tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk memaparkan peran guru sebagai seorang pemimpin dalam
mengelola kelas dan memaparkan karakteristik kepemimpinan yang dapat menghasilkan
pembelajaran yang efektif. Berdasarkan kajian teori yang dilakukan, didapatkan bahwa
melalui pengelolaan kelas yang baik akan tercipta situasi yang mendukung pembelajaran
efektif. Hal tersebut tentu saja tidak dapat dipisahkan dari kepemimpinan guru yang berperan
sebagai perencana, pengorganisasi, pengawas, pengevaluasi, motivator, dan teladan. Selain
itu, adapun karakteristik kepemimpinan yang diperlukan untuk menciptakan pembelajaran
efektif adalah kepemimpinan yang konsisten dalam pelaksanaannya, partisipatis dalam
proses pembelajaran, dan berdampak bagi kehidupan siswa. Oleh karena itu, penting bagi

1
seorang guru untuk bisa yakin akan otoritas yang diberikan, tegas, dan membangun interaksi
dengan siswa.
Tidak bisa dipungkiri bahwa belakangan ini gradasi kehormatan guru di Indonesia juga
mengalami perubahan lateral dan perubahan radian, baik dari sudut pandang pemerintah
maupun masyarakat, hal ini dilatarbelakangi oleh kurangnya nilai kepemimpinan yang
dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas keprofesiannya, sehingga tentunya
berpengaruh terhadap efektifitas kinerja guru itu sendiri. Guru sebagai individu yang ikut
berperan besar dalam pelaksanaan pendidikan tentunya harus mempunyai jiwa
kepemimpinan, sehingga dapat memotivasi peserta didik agar dapat meningkatkan mutu
proses dan hasil pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:


1. Apa pengertian guru dan pemimpin (leader)?
2. Apa makna guru sebagai pemimpin (leader)?
3. Apa saja peran guru sebagai pemimpin dalam pelaksanaan proses pendidikan?
4. Apa saja sifat yang harus dimiliki guru untuk dapat menjadi seorang pemimpin?
5. Bagaimana kepemimpinan transaksional dan transformasional yang harus dimiliki oleh
guru?
6. Bagaimana peran guru sebagai pemimpin transaksional dan transformasional?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini, yaitu:


1. Untuk dapat memahami pengertian atau konsep dari guru dan pemimpin (leader).
2. Untuk dapat memahami makna guru sebagai pemimpin (leader).
3. Untuk dapat mengetahui apa saja peran guru sebagai pemimpin dalam pelaksanaan
proses pendidikan.
4. Untuk dapat mengetahui apa saja sifat yang harus dimiliki guru untuk dapat menjadi
pemimpin.

2
5. Untuk dapat mengetahui bagaimana kepemimpinan transaksional dan transformasional
yang harus dimiliki oleh guru.
6. Untuk dapat mengetahui bagaimana peran guru sebagai pemimpin transaksional dan
transformasional.
7. Untuk dapat melengkapi tugas mata kuliah profesi pendidikan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Guru dan Pemimpin (leader)

1. Guru
Secara umum, guru adalah seorang tenaga pendidik profesional yang mendidik,
mengajarkan suatu ilmu, membimbing, melatih, memberikan penilaian, serta melakukan
evaluasi kepada peserta didik. Selain itu, guru juga seseorang yang telah mengabdikan
dirinya untuk mengajarkan suatu ilmu, mendidik, mengarahkan, dan melatih muridnya
agar memahami ilmu pengetahuan yang diajarkannya tersebut.
Sebuah ungkapan bahasa Jawa menyatakan bahwa guru adalah “Digugu Ian
ditiru” (didengarkan segala nasehatnya dan diteladani segala
segala perilakunya). Ungkapan ini mengandung makna bahwa guru adalah sosok yang
berpengaruh, baik kata maupun perbuatannya, terhadap terhadap perauhan-perubahan
perilaku siswa-siswa yang menjadi anak didiknya. Muhibbin Syah (1999) menyatakan
bahwa guru adalah tenaga pendidik yang pekerjaan utamanya adalah mengajar. Kegiatan
mengajar ini tidak hanya berorientasi pada kecakapan-kecakapan berdimen ranah clpta
saja tetapi kecakapan yang berdimensi pada ranah rasa dan karsa. Karena dalam
perspektif pakologi pendidilkan, mengajar pada prinsipnya berarti proses perbuatan
seseorang (guru) yang membuat orang lain (siswa) belajar dalam arti mengubah seluruh
dimensi perilakunya. Perilaku ini meliputi tingkah laku yang bersifit terbuka seperti
keterampilan membaca (ranah karsa), juga yang bersifat tertutup seperti berpikir (ranah
cipta) dan berperasaan (ranah rasa).
Sedang menunut UU Studknas 2003, guru adalah pendidik yang mengajar pada
satuan pendidikan dasar dan menengah. Pendidik tersebut merupakan tenaga profesional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan. Kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh seorang pendidik antara lain menciptakan suasana pendidikan yang
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis". Adapun kualiikasi yang

4
diperlukan oleh seorang guru agar efekif dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah
sebagai berikut:
1. Memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim kelas seperti:
a) Memiliki kemampuan interpersonal, khususnya kemampuan untuk menunjukkan
empati, penghargaan pada siswa, dan ketulusan;
b) Memihki hubungan baik dengan siswa;
c) Secara tulus menerima dan memperhatikan siswa;
d) Menunjukkan minat dan antustas yang tiunggi dalam mengajar;
e) Mampu menciptakan atmoster untuk bekerja sama dan kohesivitas dalam
kelompok melibatkan siswa dalam mengorganisasikan dan merencanakan
kegiatan pembelajaran;
f) Mampu mendengarkan siswa dan menghargai hak siswa untuk bicara dalam
setiap diskusi;
g) Meminimalkan friksi-friksi di kelas jika ada.
2. Memiliki kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen seperti:
a) Memiliki kemampuan secara rutin unruk menghadapi siswa yang tidak memiliki
perthatian, suka menyela, mengalihkan pembicaraan, dan mampu memberikan
transisi dalam mengajar;
b) Mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berpikir
yang berbeda.
3. Memiki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik dan penguatan
(reinforcement) yaitu:
a) Mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon siswa;
b) Mampu memberikan respon siswa yang membantu kepada siswa yang lamban
belajar;
c) Mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban yang memuaskan;
d) Mampu memberikan bantuan kepada siswa yang dipcrkukan
4. Memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri, antara lain:
a) Mampu menerapkan lkurikuum dan metode mengajar secara inovati
b) Mampu memperluas dan menamhah pengetahuan metode-netode pergajaran;

5
c) Mampu memanmatkan perencanaan kelompok guru untuk menciptakan metode
pengajaran.
Dari uraian di atas maka dapat ditarik suatu benang merah bahwa guru dalam
melaksanakan tugasnya dituntut sikap kepemimpinan yang memadai. Sikap
kepemimpinan ini akan tercermin daam kemampuannya menciptakan iklim yang
kondusif untuk kegiatan belajar mengajar di kelas, yakni yang bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis sehinga dapat mengubah perilaku siswa
ke arah yang lebih baik. Selain itu, sikap kepemimpinan yang memadai akan dapat
membantu guru mengaar secata lebih etektif.
Guru merupakan sosok yang terpuji karena kemuliaan amanah yang diembannya
sebagai seorang pengajar, pendidik, pembimbing, pemercontoh, pemimpin, dan
pendorong kemajuan motivasi belajar peserta didik, yang tentunya dilakukan dengan
sepenuh hati dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian, jargon “Guru
adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” masih tetap berlaku terhadap identitas sosial
guru sepanjang hayatnya. Hal ini dikarenakan pengabdian, perhatian, pemikiran dan
pikiran, kebijaksanaan, dan curahan kasih sayang guru dalam mendidik peserta
didiknya tidak bisa diukur dengan materi. Namun. hal itu perlu dihargai dengan sikap
simpati dan empati oleh masyarakat, dan pemerintah sebagai pemegang kebijakan
sehingga keberadaan guru di tengah-tengah masyarakat tetap terpandang sebagai
manusia yang terhormat dan mulia.
Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, pengertian guru
adalah tenaga pendidik profesional yang memiliki tugas utama untuk mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.
Guru tidak hanya mengajarkan pendidikan formal, tapi juga pedidikan lainnya
dan bisa menjadi sosok yang diteladani oleh para muridnya. Dari penjelasan tersebut,
maka kita dapat memahami bahwa peran guru sangat penting dalam proses
menciptakan generasi penerus yang berkualitas, baik secara intelektual maupun
akhlaknya. Agar lebih memahami apa arti guru, kita dapat merujuk pada pendapat
beberapa ahli berikut ini:

6
a) Dri Atmaka
Menurut Dri Atmaka (2004:17), pendidik atau guru adalah orang yang
bertanggung jawab untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam
pengembangan baik fisik dan spiritual.
b) Husnul Chotimah
Menurut Husnul Chotimah (2008), pengertian guru adalah orang yang
memfasilitasi proses peralihan ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke peserta
didik.
c) Ngalim Purwanto
Menurut Ngalim Purwanto, pengertian guru adalah orang yang pernah
memberikan suatu ilmu atau kepandaian kepada seseorang maupun kepada
sekelompok orang.
d) Mulyasa
Menurut Mulyasa, pengertian guru adalah seseorang yang memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani
dan rohani, serta mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
e) Drs. M. Uzer Usman
Menurut Drs. M. Uzer Usman (1996:15), pengertian guru adalah setiap
orang yang berwenang dan bertugas dalam dunia pendidikan dan pengajaran
pada lembaga pendidikan formal.

2. Pemimpin (Leader)
Suradinata (1997:11) berpendapat bahwa pemimpin adalah orang yang memimpin
kelompok dua orang atau lebih, baik organisasi maupun keluarga. Sedangkan
kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengendalikan, memimpin,
mempengaruhi fikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Kamus Dewan Edisi Keempat, "pemimpin" bermaksud suatu gelaran
kepada pelaku kepimpinan atau memimpin sesebuah, organisasi, kumpulan atau
persatuan. Ahmad Rusli (1999) dalam kertas kerjanya Pemimpin Dalam Kepimpinan

7
Pendidikan menyatakan pemimpin adalah individu manusia yang diamanahkan
memimpin subordinat (pengikutnya) ke arah mencapai matlamat yang ditetapkan.

B. Makna Guru Sebagai Pemimpin (Leader)

Leader dalam Kamus Bahasa Inggris, mempunyai arti komandan, pimpinan, kepala, (Ali,
2003: 481). Tipe kepemimpinan seseorang (guru) akan mewarnai suasana organisasi/kelas
yang dipimpinnya. Menurut Raka Joni (1985) tipe kepemimpinan guru yang lebih berat pada
otoriter akan menghasilkan sikap siswa yang yang submisive atau apatis. Tapi dipihak lain
akan menumbuhkan sikap agresif. Para guru di sekolah dalam melaksanakan tugasnya di
kelas sebaiknya cenderung menggunakan tipe kepemimpinan yang demokratis, hal
ini terlihat dari perilaku guru yang tampak penuh persahabatan, saling mempercayai, dalam
memecahkan permasalahan kesulitan belajar. Dalam pemecahan masalah kepemimpinan ini
senantiasa melibatkan siswa, menghargai pendapat siswa, kemudian siswa diperlakukan
sebagai individu yang bertanggung jawab, berharga dan mampu mengatasi persoalan yang
dihadapinya di kelas.
Bila dalam proses belajar mengajar, guru-guru menggunakan metode diskusi, juga dalam
menetapkan suatu kegiatan tampak peran guru menunjukkan perubahan, ia bukan hanya
sebagai pihak pelaksana, tetapi yang lebih utama guru dan siswa mempunyai kesempatan
mengemukakan segala yang dirasakan secara terbuka. Tipe kepemimpinan yang dilakukan
para guru tidak saja hanya menggunakan tipe kepemimpinan demokratis, tetapi juga bila
diperlukan digunakan pendekatan otoriter. Tipe ini digunakan apabila siswa sudah tidak bisa
diajak musyawarah atau bersifat apatis. Dengan demikian tipe kepemimpinan yang
digunakan bervariasi sesuai dengan tuntutan atau kebutuhan sehingga apa yang dilakukan
oleh guru benar-benar mampu membangkitkan motivasi, semangat para siswa dalam
melakukan kegiatan belajar (Sagala, 2008: 87-88). Menurut Zainal Aqib (2015: 38), sebagai
seorang leader, seorang guru mengawal pelaksanaan tugas dan fungsi tanpa harus mengikuti
secara kaku ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku.

C. Peran Guru Sebagai Pemimpin (Leader) Dalam Pelaksanaan Pendidikan

8
Guru harus mempunyai jiwa kepemimpinan, dan juga guru harus kompeten dibidangnya,
hal itu dikarenakan keterlibatan guru dalam pembelajaran memberi pengaruh yang besar
terhadap proses dan prestasi belajar peserta didik. Guru harus menjadi teladan yang baik bagi
peserta didik terutama ketika proses pembelajaran di kelas. Guru sebaiknya harus
mempunyai sifat terbuka, melihat trend perkembangan zaman, mau berubah, dan berpikir
inovatif agar pembelajaran mampu melahirkan lulusan yang berkepribadian baik dan cerdas.
Seorang guru harus memiliki kepribadian yang kuat dan terpuji.
guru harus mempunyai keyakinan pada kemampuan peserta didik untuk membuat semua
peserta didik berhasil dan belajar tanpa peduli latar belakang atau kondisi rumah dan sekolah
peserta didik. Sebagai pemimpin pendidikan, seorang guru harus menjadi pemimpin yang
disukai, dipercaya, mampu membimbing, berkepribadian, serta abadi sepanjang masa
sehingga dapat menyiapkan peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia
yang siap beradaptasi, menghadapi berbagai kemungkinan dan tantangan.
Guru yang kompeten adalah guru yang bisa menjadi pemimpin yang disukai, dipercaya,
mampu membimbing, berkepribadian, serta abadi sepanjang masa, artinya peserta didik
dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, semangat, dan berani mengemukakan
pendapat sehingga peserta didik tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap
beradaptasi, menghadapi berbagai kemungkinan dan tantangan. Schunk (2012:364)
menyatakan jika guru memperlakukan peserta didik dengan ramah, maka ia akan cenderung
menerima sambutan yang ramah pula. Guru sebagai pemimpin pendidikan harus sering
memberikan contoh kepada peserta didik bukan hanya penjelasan.
Katzenmeyer dan Moller (2009), mendefinisikan guru pemimpin ialah, mereka yang
memimpin di dalam dan luar kelas, mengenal pasti dan mampu menyumbang kepada
komunitas guru dan para pemimpin, berpengaruh terhadap yang lain ke arah amalan
pendidikan yang lebih baik, dan menerima tanggungjawab untuk mencapai hasil dari
kepimpinan mereka. Dalam erti kata yang lain, istilah guru sebagai pemimpin dapat
diterjemahkan sebagai individu manusia yang memimpin murid-muridnya untuk mencapai
matlamat pembelajaran berdasarkan aspek jasmani, emosi, rohani, intelek dan sosial (JERIS).
Berdasarkan definisi oleh Katzenmeyer dan Moller tersebut, ciri-ciri guru sebagai pemimpin
adalah:
1) Memimpin di dalam dan luar kelas

9
Guru yang profesional merupakan seorang yang mahir di dalam kelas melalui
pengajaran dalam pembelajaran dengan pelajar. Kepimpinan guru akan dibenarkan oleh
guru lain apabila guru tersebut dirasakan cemerlang terhadap pelajarnya. Little (1995)
menyatakan kepercayaan yang diberikan untuk memimpin sebagai suatu prasyarat bagi
guru pemimpin dalam mempengaruhi rekan sekerja. Kepercayaan ini hanya boleh
diberikan oleh guru lain dan bukan melalui jawatan yang dipegang.
Guru bisa menjadi pemimpin kepada perubahan di luar kelas dengan menerima
lebih tanggung jawab dalam membantu rekan-rekan untuk mencapai kejayaan bagi
semua pelajar dan untuk keseluruhan program di sekolah. Tahap penglibatan
kepimpinan guru di luar kelas adalah bergantung kepada konteks sekolah dan sistem
sekolah serta kemahuan guru. Apa yang paling penting adalah guru tidak harus
melepaskan fokus mereka terhadap pengajaran dan pembelajaran untuk menjadi
pemimpin. Peranan guru sebagai pemimpin memberikan semangat kepada guru untuk
menyadarkan mereka tentang nilai profesional mereka, dan tetap mempertahankan peran
serta tumpuan mereka untuk mengajar.
2) Mengenal pasti dan menyumbang kepada komuniti guru dan para pemimpin
Memimpin di luar kelas memberikan peluang bagi guru untuk berinteraksi dengan
orang dewasa di sekolah. Ackerman dan Mackenzie (2007). Guru sebagai pemimpin
juga dapat menjangkau di luar sekolah mereka ke peringkat yang lebih luas dalam
masyarakat. Penyertaan dalam projek-projek pendidikan nasional, organisasi
profesional, termasuklah menjalinkan rangkaian dengan pemimpin guru lain yang
menguatkan serta meningkatkan amalan pengajaran mereka. Para guru pemimpin
mengetahui bagaimana membina perikatan dan rangkaian bagi menyelesaikan pekerjaan
mereka. Rangkaian ini membantu mereka untuk mendapatkan tenaga kerja yang
diperlukan, dana, dan sumber lain untuk menyokong tindakan yang dirancang.
3) Berpengaruh terhadap yang lain ke arah amalan pendidikan yang lebih baik
Guru sebagai pemimpin bertugas mempengaruhi orang lain agar dapat
meningkatkan amalan pendidikan, yaitu dengan mentransfer pengetahuan yang ia miliki.
Karena kata kunci bagi seorang pemimpin adalah mempengaruhi. Pekerjaan sebagai
pendidik merupakan suatu pekerjaan yang banyak mengamalkan kaedah mempengaruhi
di dalam pengajaran ketika bersama dengan siswa di dalam kelas. Guru sebagai

10
pemimpin digambarkan sebagai seseorang yang rajin, terlibat dengan inovasi,
memotivasi pelajar dengan berbagai kemampuan, dan sentiasa bersedia untuk membantu
rekan kerja atau guru lain.
Sehingga dapat diartikan bahwa guru adalah pemimpin bagi siswa dalam
pembelajarannya, bagi kolega atau teman-teman seprofesinya, dan bagi dirinya sendiri.
Guru adalah pemimpin ketika ia sedang melaksanakan pembelajaran di kelasnya. Ia
adalah pemegang kendali dan pengambil keputusan saat melaksanakan pemebalajaran.
Setiap saat guru harus melakukan suatu tindakan sebagaimana seorang pemimpin di
dalam kelasnya. Bagi kolega atau teman seprofesinya, seorang guru juga merupakan
pemimpin, tentu saja bukan pemimpin dalam arti formal. Seorang guru yang profesional
akan mampu menjadi seorang yang berdiri di depan menunjukkan bagaimana
seharusnya menjadi guru yang berkualitas bagi guru-guru lainnya. Bagi dirinya sendiri,
seorang guru juga adalah pemimpin. Apapun yang ia lakukan dalam menjalani
profesinya sebagai guru tergantung bagaimana ia menjadi pemimpin bagi dirinya
sendiri. Ia harus dapat menentukan dan memutuskan apa yang harus ia lakukan demi
menjadi guru yang baik dan profesional.

D. Beberapa Sifat Yang Harus Dimiliki Guru Untuk Menjadi Seorang Pemimpin

Ada beberapa sifat yang harus dipenuhi oleh guru untuk menjadi pemimpin yang dapat
memfasilitasi dan menginspirasi para siswa untuk menjadi pemimpin (Hendra Riofita, 2014),
yaitu:
a) Visioner
Guru dengan visi yang hebat akan memiliki komitmen dan rasa percaya diri yang
tinggi dalam mengemban misi pembelajaran pendidikan kepemimpinan di dalam kelas
dan sekaligus akan mampu mengidentifikasi arah dan tujuan pembelajaran pendidikan
kepemimpinan yang tepat, sehingga selalu bisa fokus dalam pencapaian hasil.
Selanjutnya, karena guru merupakan sumber keteladanan bagi siswa untuk
berubah, maka guru yang visioner pastinya memiliki kompetensi sikap, pengetahuan
dan keterampilan yang tepat dalam pelajaran pendidikan kepemimpinan yang

11
diampunya. Oleh sebab itu, guru yang kompeten, sudah pasti akan menjadi model yang
sesuai bagi para siswa untuk meningkatkan kompetensi kepemimpinan mereka.
b) Tangguh
Guru harus memiliki kepribadian pemimpin yang tangguh dan memiliki semangat
yang tidak pernah menyerah dalam menularkan keberhasilan bagi siswa. Hal ini bisa
dibuktikan dengan kecekatan guru dalam mengambil tindakan. Oleh karena itu, dengan
tindakan dan pemikiran yang akurat, guru semestinya selalu bisa mengendalikan dan
menciptakan situasi yang tepat bagi para siswa dalam belajar pendidikan
kepemimpinan.
c) Batu karang
Guru adalah sosok yang tegar dan sabar seperti batu karang, sehingga bisa
menyikapi setiap kesulitan yang ditemuinya sebagai sebuah peluang dalam memberikan
pendidikan kepemimpinan. Dengan demikian, guru tidak hanya harus sanggup bertahan
dalam setiap kesulitan, tapi juga harus bisa mengatasinya dengan baik agar
pekerjaannya sebagai pendidik bisa dituntaskan. Untuk hal ini, tentu saja sikap yang
bersungguh-sungguh dan penuh cinta terhadap pekerjaan merupakan hal konkret yang
harus dimiliki oleh guru.
d. Rendah Hati
Guru tidak membuat murid minder untuk bertukar pikiran tentang pendidikan
kepemimpinan yang diberikannya. Agar hal ini bisa dengan mudah diwujudkan,
sebaiknya guru tidak lagi menempatkan siswasebagai orang yang memiliki tingkat
pengetahuan dan keterampilan yang lebih rendah daripada yang dimilikinya, tetapi justru
menempatkan mereka sebagai mitra yang sejajar dalam berdiskusi dan bertukar fikiran.
d) Kreatif dan Inovatif
Guru dituntu memikliki kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam menjalankan
aktivitas-aktivitasnya sebagai pengajar untuk materi pendidikan kepemimpinan karena
guru yang kreatif dan inovatif akan selalu memunculkan nuansa baru yang
menyegarkan sehingga penyampaian materi pendidikan kepemimpinan tersebut
menjadi tidak membosankan bagi siswa.

E. Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional Yang Harus Dimiliki Guru

12
Kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan suatu faktor yang menentukan atas
berhasil atau tidaknva suatu organisasi/usaha. Pemimpin adalah seseorang yang memiliki
kemampuan memimpin artinya memiliki kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain atau
kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya. Sedangkan kepemimpinan adalah
keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk
mencapai suatu tujuan yang diinginkan bersama. Aktivitas ini memiliki berbagai corak
tergantung pengetahuan, sikap dan kepribadian pemimpin yang bersangkutan.
Salah satu corak kepemimpinan yang akhir-akhir ini banyak dikaji dalam psikologi
adalah gaya kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan transformasional. James
McOregor Burms (1978) adalah orang yang pertama kali mengemukakan konsep ini.
Menunut Burms, kepemimpinan transaksional didnsarkan pada hubungan saling tukar
dimana ketaatan bawahan (usaha, produktivltus, loyalitas) ditukar dengan reward yang
diinginkan. Sedang peminmpin transformasional membangun kesadaran bawahan terhadap
kepentingan dan nilai dari outcome yang telah dirancang dan cara-cara mencapainya.
Pemimpin seperti ini juga memotivasi bawahan untuk menjangkau kepentingan yang lebih
luas demi misi atau visi organisasi daripada kepentingan pribadi sesaat.
Konsep kepemimpinan tersebut oleh Bas dikembangkan menjadi sebuah model
kepemimpinan yang menempatkan gaya kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan
transformasional sebagai sebuah kontinum yakni kepemimpinan transtormasional merupakan
kelanjutan dari kepemimpinan transaksional (setingkat di atas kepemimpinan transaksional).
Selain itu, Bass juga mengembangkan alat ukurnya yang discbut MLQ (Multifactor
leadership Questionnaire).
Ada tiga karakteristik utama pemimpin transaksional, yaitu:
1) Bekerja sama dengan tim yang dipimpin untuk mengembangkan tujuan yarg spesifik
dan jelas dan memastikan bahwa bawahan memperoleh reward yang
2) Menukar reward dan janji-janji dengan usaha yang dilakukan anak buahnya.
3) Tanggap terhadap minat pribadi seketika bawahannya jika kebutuhannya terpenuhi
sementara pekerjaan terselesaikan.

Kepemimpinan transaksional dapat cukup efektif, yakní pemímpin membantu


membangun rasa percaya diri bawahan dengan klarifikasi harapan-harapan. Selain itu,
dengan memenuhi kebutuhan dasar bawahan dapat meningkatkan produktivitas dan

13
moral. Namun demikian, karena kepemimpinan transaksional melíbatkan sebuah
komitmen untuk "mengikuti aturan" pemimpin transaksional lebih sering
mempertahankan stabilitas dalam organisasi daripada meningkatkan perubahan.
Keterampilan transaksional penting bagi semua pemimpin, tetapi ketika organisasi perlu
berubah, tipe kepemimpinan yang berbeda diperlukan. Tipe kepemimpinan yang
dimaksud adalah kepemimpinan transformasional.

Konsep kepemimpinan transformasional memiliki dimensi yang berbeda dari teori-


teori kepemimpinan sebelumnya. Teori ini menggabungkan antara paradigma ‘trait’, gaya
dan pendekatan contigensi (ketergantungan) sehingga dapat dimasukkan dalam penganut
aliran "integrated psychology". Kepemimpinan transformasional ditandai dengan empat
ciri yang menonjol yakni kharisnm, inspirasi, stimulasi intelektual dan pertimbangan
individual. Ktarisma adalah sejauh mana kebanggaan, kepercayaan dan respek pemimpin
mendorong bawahan untuk merasa memliki terhadap diri sendiri, pemimpin dan
organisasi. Inspirasi adalah kemampuan memotivasi bawahan terutama melalui
penyampaian pesan akan harapan-harapan yang tinggi. Stimulasi intelektual adalah
frekuensi pemimpin mendorong bawahan untuk inovatif dalam solusi dan pencegahan
masalah. Sedangkan pertimbangan individual adalah tingkat perhatian personal dan
dorongan untuk mengembangkan diri yang dibebankan oleh pemimpin kepada bawahan.
Pemimpin transformasional mencurahkan energi yang banyak untuk mengarahkan dan
menghargai bakat dan kemampuan bawahannya. Kepemimpinan transformasional
berbeda dengan kepemimpinan transaksional dalam empat bidang yang signifikan, yaitu:

1) Pemimpin transformasional mengembangkan bawahan menjadi pemimpin.


Mereka diberi kesempatan untuk mengendalikan perilaku mereka sendiri.
Kepemimpinan transformasional mengerahkan orang untuk mendukung sebuah
misi dan menentukan batas-batas dimana bawahan dapat bertindak dengan cara
yang relative bebas untuk mencapai tujuan organisasi. Pemimpin transformasional
memotivasi bawahan untuk mengambil inisiatif dan memecahkan masalah dan
membantu melihat sesuatu dengan cara yang baru. Berkembangnya keberanian
bawahan memungkinkan perubahan dapat terjadi.

14
2) Pemimpin transformasional mengubah perhatian bawahan dari tingkat keburuhan
fisik yang lebih rendah (seperti rasa aman dan keselamatan) menuju kebutuhan
psikologis yang lebih tinggi (semisal harga diri dan aktualisasi diri). Memenuhi
bawah kebutuhan tingkat rendah bawahan dipenuhi melalui upah yang layak,
kondisi kerja yang aman dan pertimbangan-pertimbangan lainnya adalah penting.
Namun demikian, pemimpin transformasional menaruh perhatian pada kebutuhan
masing-masing individu untuk tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu,
pemimpin transformasional memberi teladan dan mengingatkan pada bawahan
akan kebutuhan yang lebih tinggi. Kemampuan bawahan ditantang dan dikaitkan
dengan misi organisasi. Pemimpin transformasional menarik bawahan sedemikian
rupa sehingga menantang dan memberi kewenangan pada mereka untuk
mengubah organisasi.
3) Kepemimpinan transformasional memberi inspirasi pada bawahan untuk
melampaui kepentingarn diri mereka sendiri demi kebaikan kelompok. Pemimpin
transformasional memotivasi orang untuk melakukan lebih dari yang diharapkan.
Mereka membuat bawahan menyadari pentingnya tujuan dan outcome yang
diperlukan untuk berubah dan pada gilirannya memungkinkan mereka melampaui
kepentingan sesaat mereka demi misi organisasi.

F. Peran Guru Sebagai Pemimpin Transaksional dan Transformasional

Kepemimpinan adalah fenomena yang universal. Tak ada satupun komunitas masyarakat
di mana sama sekali tidak ditemukan fenomena tersebur (Murrdock, 1967). Sekolah pada
umumnya dan kelas pada khususnya merupakan suatu bentuk komunitas masyarakat
sehingga tak luput pula dari fenomena kepemimpinan. Guru yang memiliki kewenangan di
kelas sebagai implikasi dari tugasnya dalam mendidik dapat dikatakan sebagai seorang
pemimpin dan siswa yang dididik sebagai orang yang dipimpin. Kepemimpinan
transaksional dan kepemimpinan transformasional sebagai sebuah kontinum
mengindikasikan bahwa untuk menjadi pemimpin yang transformasional maka harus
memiliki kualitas kepemimpinan transaksional. Dengan kata lain, guru yang transformasional
harus pula merupakan guru yang transaksional hingga taraf tertentu.

15
Sebagai pemimpin transaksional fokus utama guru adalah menjaga stabilitas suasana
kelas sehingga kegiatan belajar mengajar lancar. Suasana kelas yang tidak terkendali, banyak
terjadi pelanggaran disiplin dapat menghambat kegiatan belajar mengajar. Untuk itu kunci
utamanya adalah membuat "aturan main" yang jelas dan memberikan ganjaran kepada siswa
jika dapat mengikuti aturan main tersebut. Langkah-langkah yang dapat diambil oleh guru
untuk mencapai kualitas kepemimpinan transaksional antara lain mengeksplorasi persepsi,
keinginan dan harapan-harapan siswa terhadap mata pelajaran yang diberikan pada awal
pembelajaran. Ini penting sebab ada kemungkinan dikalangan siswa adanya salah persepsi,
keinginan dan harapan-harapan yang tidak realistis terhadap suatu mata pelajaran tertentu.
Setelah mengadakan eksplorasi, guru harus menetapkan secara jelas dan
mengkomunikasikannya kepada siswa tentang tujuan pembelajaran yang dilakukan.
Persepsi yang keliru, harapan dan keinginan yang tidak realisitis juga perlu diklarifikasi.
Selanjutnya untuk menjaga agar situasi kelas terkendali, perlu membuat aturan main selama
kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa hal yang patut diperhatikan untuk mencegah
terjadinya pelanggaran:
1) Informasi yang jelas tentang aturan;
2) Aturan sesedikit mungkin;
3) Jelaskan alasan aturan tersebut dibuat;
4) Nyatakan aturan sepositif mungkin: apa yang seharusnya dilakukan bukan apa yang
tidak boleh dilakukan;
5) Libatkan siswa dalam membuat aturan;
6) Tegakkan aturan;
7) Jika aturan sangat penting jangan diberi toleransi atas pelanggarannya;
8) Jangan mudah marah;
9) Jangan terlalu permisif;
10) Buat aktivitas yang terencana dan terorganisir;
11) Buat rutinitas;
12) Tidak memberi peluang siswa untuk berperilaku tidak disiplin, misal terlalu lama
menulis di papan tulis;
13) Buat rencana jika untuk sementara guru harus meninggalkan kelas;

16
14) Buat perkiraan mengenai beberapa gangguan perilaku yang muncul sebagai bagian
yang normal dari proses pertumbuhan siswa.

Guru sebagai pemimpin transaksional berbeda dengan guru yang otoriter. Guru
otoriter meski dapat mengendalikan situasi kelas, tetapi biasanya sering diikuti oleh
ketidakpuasan siswa sebab lebih terfokus pada pemberian hukuman jika ada kesalahan
yang diperbuat siswa. Perbuatan yang sesuai dengan harapan, di sisi lain, biasanya
dibiarkan begitu saja tanpa diberi reward karena dianggap sebagai sesuatu yang sudah
sewajarnya. Dengan kata lain, tidak ada pertukaran timbal balik yang saling
menguntungkan antara guru dengan siswa. Sedangkan untuk berperan sebagai guru yang
transformasional, kunci utamanya adalah menetapkan perubahan minimal yang akan
dicapai dalam sebuah sistem kelas yang diampu. Perubahan yang dimaksud secara khusus
adalah perubahan perilaku siswa kearah yang lebih baik secara kognitif, afektif maupun
psikomotorik. Guru berfokus pada upaya-upaya untuk mencapai perubahan tersebut.

Upaya yang dapat dilakukan antara lain membangun visi dan misi dari suatu kegiatan
belajar mengajar mata pelajaran tertentu. Siswa diajak untuk membayangkan kondisi
masa depaı yang hendak dicapai setelah mengikuti mata pelajaran tersebut secara
individual. Siswa diberi kebebasan dalam menetapkan cara-cara yang hendak digunakan
untuk mencapai kondisi terscbut. Guru sebaiknya menanamkan pengertian kepada siswa
agar tidak semata-mata mengikuti mata pelajaran tertentu karena kewaiban atau pun
berorientasi pada nilai yang baik semata, tetapi ada sesuatu yang "lebih” bisa dicapai. Tak
lupa pula siswa dingatkan bahwa untuk menggapai yang dicita-citakan membutuhkan
sebuah pengorbanan.

Menjadi guru dengen kualitas transformasional memang tidak mudah. Guru harus
cerdas, kreatif, demokratis, mampu berempati dan bersikap konsisten. Namun demikian,
hal itu bukan menjadi penghalang untuk tidak bisa atau tidak mau mencapai kualitas
kepemimpinan transformasional. Ada dua strategi untuk mendidik atau membina guru
transformasional melalui pelatihan kepemimpinan transformasional.

Pertama, dimulai dengan evaluasi kualitas kepemimpinan transformasional yang


dimiliki para guru peserta pelatihan. Ini dapat diperoleh dari siswa dan/atau tekan sesama
guru. Hasil evaluasi tersebut kemudian didiskusikan dengan seorang mentor dan

17
dibandingkan dengan evaluasi yang dilakukan diri sendiri. Diskusi tersebut untuk
menelaah jika terjadi kesenjangan antara hasil evaluasi orang lain dengan diri sendiri
Proses diskusi juga dapat dilakukan secara kelompok. Masing-masing peserta dalam
kelompok dapat berbagi pengalaman sehingga dapat mengambil pelajaran.

Kedua, dengan membayangkan sosokguru ideal yang pernah dikenal, kemudian


dijabarkan dan ditelaah bagaimana perilaku sosok guru ideal tersebut. Biasanya akan
muncul contoh-contoh karakteristik kepemimpinan transformasional. Pelatih harus
menekankan bahwa kualitas seperti itu bukanlah untuk memeri embel-embel sang guru
ideal, tetapi hal tersebut memang dapat dikembangkan oleh siapa saja yang mau
berusaha. Selanjutnya, perilaku-perilaku ideal yang sudah diidentifikasi dibahas lebih
lanjut untuk dapat ditiru dan diterapkan dalam konteks lingkungan sekolah/kelas masing-
masing guru peserta training.

Selain dengan pelatihan yang menggunakan dua strategi di atas, guru juga dapat
mencapai kualitas transformasional dengan selalu melakukan evaluasi terhadap kegiatan
belajar mengajar di kelas. Kegiatan evaluasi ini dilakukan pada awal dan akhir kegiatan
belajar mengajar sehingga dapat untuk mengetahui tingkat perubahan siswa. Sikap
terbuka terhadap kritik dan masukan adalah kunci utamanya. Selanjutnya, guru juga perlu
membekali diri dengan menyerap berhagai ragam informasi dan pengetahuan untuk
membuka wawasan agar lebih luas. Wawasan yang luas adalah sarana untuk bersikap
cerdas dan bijak.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai pemimpin pendidikan seorang guru tidak hanya bertugas menyampaikan
informasi kepada peserta didik, tetapi harus kreatif memberikan layanan dan kemudahan
belajar kepada peserta didik. Seorang guru harus menjadi guru yang kompeten yaitu guru
yang mempunyai kemampuan mengerjakan semua tugas yang terdapat dalam pengajaran
yang efektif. Di kelas guru harus menjadi teladan yang baik bagi peserta didik, karena semua
perilaku maupun sikap guru akan dicontoh oleh peserta didik, terutama peserta didik
pendidikan dasar. Untuk menjadi guru, seseorang harus memiliki kepribadian yang kuat dan
terpuji.
Guru dengan kualitas transaksional pada dasarnya adalah guru yang dapat membuat
kegiatan belajar mengajar tertib, lancar dan efsien. Semua perilaku siswa dapat terkendali
sesuai dengan yang diharapkan. Pola-pola perilaku yang menyimpang tidak disiplin, yang
dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar relatif ridak ada. Siswa memiliki kepuasan
karena meski harus mengikuti aturan main yang tegas, ada timbal balik yang
menguntungkan. Menjadi guru dengan kualitas transaksional tidaklah cukup sebab tujuan
pendidikan menghendaki perubahan pada diri siswa. Oleh karena itu guru juga harus
meningkatkan kualitas kepemimpinannya setingkat lebih tinggi sehagai guru
transformasional. Guru transformasional pada hakekatnya adalah guru yang dapat
memotivasi siswa untuk berubah ke arah yang lebih baik melebihi batas yang telah

19
ditetapkan. Siswa mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, kreatif dan
inovatif berkat kepemimpinan guru dengan kualitas tersebut. Kualitas ini sendiri dapat
dicapai yaitu dengan melalui pelatihan dan evaluasi secara mandiri dan continue terhadap
kegiatan belajar mengajar yang disertai dengan bekal wawasan berbagai macam informasi
dan pengetahuan yang luas.

B. Saran
Guru sebaiknya tidak lagi menjadikan siswa sebagai objek untuk penyampain materi
pendidikan kepemimpinan tetapi menjadikan mereka mitra sejajar yang memiliki tanggung
jawab yang sama dengan dirinya untuk menyukseskan tujuan pembelajaran dan sebagai
wujud aktualisasi nilai kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang guru.

DAFTAR PUSTAKA
Barnett, K. &. (2003). Vision, Relationships, And Teacher Motivation: A Case Study. Journal of
Educational Administration, Vol. 41, Iss. l.pg. 55, 19.
Jihad, S. &. (2013). Menjadi Guru Professional. Surabaya: Erlangga.
Mulyana, A. Z. (2010). Rahasia Menjadi Guru Hebat. Jakarta: Grassindo.
Parkay, F. W. (2008). Menjadi Seorang Guru . Jakarta: Indeks.
Riofita, H. (2014). Padamu Pahlawan Tanpa Tanda Jasa (Menjadi Guru Ideal). Peknabaru: PT.
Subentra.
Riyono, B. (1999). Kepemimpinan Transformasional Kebangkitan Kembali Studi Tentang
Kepemimpinan. Buletin Psikologi, 28-33.
Yahya, A. S. (2007). Guru Sebagai Pemimpin. Kuala Lumpur: PTS Professional Publishing Sdn.
Bhd.
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-guru.html (Diakses pada 29 September
2021, 13:00)

20

Anda mungkin juga menyukai