Anda di halaman 1dari 51

TRADISI KHIDMAT SANTRI DI PONDOK PESANTREN ANNUR AZZUBAIDI

DESA LAROWIU KECAMATAN MELUHU KABUPATEN KONAWE


(PRESPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM)

PROPOSAL TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas ujian akhir semester pada mata kuliah
metodologi penelitian

OLEH :
WAHYU ANNURIYAH
(2023040202004)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
KENDARI
2024

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt, atas Rahmat dan inayahnya sehingga proposal tesis

dengan judul “ Tradisi Khidmat Santri Di Pondok Pesantren Annur Azzubaidi Desa Larowiu

Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe” dapat terselesaikan dengan tepat waktunya. Shalawat

dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad Saw. Semoga kita semua

mendapat syafa’atnya kelak di yaumul qiyamah, aamiin.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal tesis ini tidak terlepas dari

berbagai pihak yang telah memberikan dukungan serta bantuan khususnya kepada kedua orang

tua tercinta ayahanda Sambudi dan Ibu Wiwit Sri Wahyuni, S.pd serta adik saya Silsila

Tussu’Aidah yang telah memberi semangat dan doa paling tulus sehingga bisa menyelesaikan

penyusunan proposal tesis ini.

Selanjutnya penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tak

terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Husain Insawan, M.Ag, selaku Rektor IAIN Kendari yang telah memberikan

dukungan sarana dan fasilitas serta kebijakan yang mendukung penyelesaian studi penulis

2. Dr. La Hadisi, M.Pd selaku Direktur Pascasarjana IAIN Kendari

3. Dr. Aris Andreas Putra, M.Pd selaku Ketua Progam Studi Pendidikan Agama Islam yang

telah banyak memberikan bimbingan yang berharga dalam penulisan proposal Tesis ini.

4. Prof. Dr. Batmang, S.Ag, M.Pd, selaku Dosen Pengampu Matakuliah Metodologi

Penelitian yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis sehingga bisa sampai tahap

penyelesaian tugas akhir semester

5. Elvisnawati, S.IP, MM selaku Kasubbag IAIN Kendari yang telah banyak memberikan

bantuannya dalam pengurusan administrasi.


ii
6. Safrudin, S.Ag, M.Pd selaku Kepala Perpustakaan IAIN Kendari yang telah membantu

dalam menyediakan referensi bagi penelitian ini.

7. Hj. Mardiyah, H. Muh. Imron, M.Pd selaku pengasuh dan kepala Yayasan pondok

pesantren Annur Azzubaidi yang telah banyak membantu dalam proses penelitian ini.

8. Teman-teman mahasiswa Pascasarjana IAIN Kendari Angkatan 2023 yang telah banyak

berbagi pengalaman dan membantu peneliti selama studi Bersama di Pascasarjana IAIN

Kendari.

Peneliti menyadari bawa Proposal Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga di

harapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan

Rahmatnya bagi kita semua. Aamiin.

Kendari, 31 Januari 2024


Peneliti

Wahyu Annuriyah
NIM. 2023040202004

iii
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Fokus Penelitian............................................................................................................7
1.3 Rumusan Masalah.........................................................................................................7
1.4 Tujuan Penelitian..........................................................................................................8
1.5 Manfaat Penelitian........................................................................................................8
1.6 Definisi Operasional.....................................................................................................9
BAB II LANDASAN TEORI..........................................................................................11
2.1 Pondok Pesantren dan Ruang Lingkupnya..................................................................11
2.2 Kajian Relavan............................................................................................................29
2.3 Kerangka Teori............................................................................................................31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................................33
3.1 Jenis Penelitian............................................................................................................33
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................................33
3.3 Data dan Sumber Data................................................................................................33
3.4 Teknk Pengumpulan Data...........................................................................................35
3.5 Teknik analisi Data.....................................................................................................37
3.6 Pemeriksaan Keabsahan Data.....................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................41
LAMPIRAN.....................................................................................................................43

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Salah satu tradisi yang lahir dari pesantren sebagai Lembaga Pendidikan tertua di

Indonesia adalah Khidmat, ini di perkirakan ada sejak awal perkembangan di Indonesia pada

tahun 1200 Masehi. Keberadaan pesantren dalam Sejarah Indonesia telah melahirkan hipotesis

yang teruji, bahwa pesantren dalam perubahan sosial bagaimanapun senantiasa berfungsi

sebagai platform penyebaran dan sosial Islam. Pondok pesantren masih bertahan sampai

sekarang dan menjadi Lembaga Pendidikan Islam tertua dan terkemuka di Indonesia.

Beberapa budaya tersebut di terapkan dan menjadi tradisi di pesantren tradisional (salaf).

Seperti tradisi gotong royong, bakti harian dan Khidmah menuju kyai.

Zamakhsyari Dhofier menyebutkan bahwa pesantren sebagai Lembaga Pendidikan


Islam tradisional untuk mempelajari, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran
agama dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai perilaku sehari-hari. 1
Menurut Taj Yasin, Khidmat sebagai santri itu ada tiga jenis, yaitu memasrahkan diri
kepada kyai, menjadi guru di pondok pesantren dan mencarikan dalil-dalil lalu hikmah bil
maal.
Dari perjalanan Sejarah yang cukup Panjang, pesantren tersebut telah menjadi sumber
inspirasi yang selalu menarik untuk di amati. Pesantren memiliki signifikansi yang tinggi
untuk di lihat dari perspektif manapun. Dalam dinamika perkembangannya, pesantren tetap
kokoh dan konsisten mengikatkan dirinya sebagai Lembaga Pendidikan yang mnegajarkan
dan mengembangkan nilai-nilai Islam.
Dalam kehidupan pesantren terlihat pada ketokohan sang kyai yang kemudian terlihat
pada pandangan dan cara hidup yang bersumber pada nilai-nilai yang terdapat pada pesantren
itu. Ketokohan sang kyai pun seringkali memiliki kharisma yang begitu besar di mata
Masyarakat terutama di mata para penduduk pesantren termasuk santri. Dengan demikian dua
hal itu bisa mewujudkan sinergi sosiologis untuk melahirkan dinamika Masyarakat yang
1
Fahrina Yustiasari Liri Wati, 2014, Asal Usul Perkembangan dan Tradisi Keilmuannya, Jurnal Madania.Vol.4,
hal. 5
1
berada di sekitar pesantren tersebut dengan nilai-nilai kehidupan ideal yang menjadi titik
awal pembentukannya.
Pesantren memiliki peran yang sangat penting terutama dalam kegiatan pendidikan.
Kiprahnya dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan keagamaan sudah teruji sejak lama.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang paling banyak berhubungan dengan rakyat
secara langsung. 2Sejatinya, pesantren dengan berbagai elemen pendidikannya adalah
lembaga yang mampu mengembangkan pendidikan karakter secara lebih maksimal. Hal ini
tercermin dari penanaman nilai teoritis yang didapatinya dari kajian - kajiannya ke dalam
bentuk praktek - praktek kesehariannya. Mereka dapat mentransfer nilai - nilai teoritis
yang didapatinya dari kajian – kajian kitab kedalam bentuk praktek secara simultan. Kebiasaan itu
dapat membentuk karakter secara alamiah tanpa terasa.
Pesantren adalah pionir pendidikan karakter di Indonesia juga diakui oleh para pakar
pendidikan. Kepala Badan Pusat Penelitian dan Pengembangan (Balitbang), Kementerian
Pendidikan Nasional (Kemdiknas) Khairil Anwar Notodiputro mengatakan bahwa pesantren
merupakan “tambang emas” dan contoh pengembangan model pendidikan karakter di
Indonesia. Pesantren merupakan pola pendidikan yang konsen dalam pengembangan karakter,
karena karakter menjadi variabel terpenting dalam pola pendidikan yang dikembangkan di
pesantren. Nilai-nilai yang diajarkan pesantren menurutnya adalah budaya ikhlas,
kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah Islamiyyah, ukhuwah wathaniyyah, mempertahankan
warisan budaya nasional dan bercorak nasional.3
Di lingkungan pondok pesantren, kiyai mempunyai peran sentral di mana hal tersebut

terjadi karena tingkat keilmuan yang dimiliki seorang kiyai sangatlah tinggi. Peran kiyai

memiliki kelebihan sebagai figur pemimpin atau yang mempunyai jiwa keteladanan, maka

dianggap sebagai modal berharga dalam menanamkan pembiasaan para santri melalui proses

belajar mengajar begitupun dalam pembentukan karakter santri. Oleh karena itu, peran kiyai

sangatlah penting dalam berbagai aspek. Namun saat ini sudah banyak guru atau ustadz yang

2
Kusdiana, A. (2014). Sejarah Pesantren. Bandung: Humaniora. Hal. 2

3
Fahham, A.M. (2013). Pendidikan Karakter di Pesantren. Aspirasi, 4(1), 29-45.

2
membantu peran tersebut dalam mengembangkan akhlak, ilmu, dan pengetahuan santri di

pondok pesantren. Hal ini menjadi perbedaan lain dari pondok pesantren yaitu lebih

menekankan pada akhlak yang lebih dikenal sebagai karakter santri.4

Tujuan pondok pesantren sendiri pada umumnya yaitu menciptakan santri yang

mempunyai akhlakul karimah disertai dengan landasan hidup yang kuat berdasarkan al-

Qur’an dan Hadits. Sehingga jiwa seorang santri dapat dibentuk dan dikembangkan dengan

baik untuk menjadi muslim yang patuh pada perintah Allah Swt, memiliki kebaikan dan

karakter yang baik, dapat menunjukkan kepribadian yang kuat dan mandiri, dan memiliki

kemampuan intelektual.5

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Silfiyasari dan Zhafi yang mengutip dari

penjelasannya mengatakan bahwa pesantren telah mampu memberi peranannya sebagai

lembaga pendidikan Islam yang lebih mengedepankan akhlakul karimah. Sehingga masalah-

masalah yang terjadi di era globalisasi tidak menjadi beban lagi dalam memperbaiki

kekurangan- kekurangan yang terjadi selama ini. Pesantren memiliki peran dan prospek

yang sangatlah cerah. Karena, mengingat pendidikan karakter dalam pendidikan nasional

yang akan selalu menjadi pilar utama dalam pendidikan nasional. Sehingga pesantren dapat

mengambil peran sebagai lembaga pendidikan agama Islam yang lebih mengedepankan

Akhlakul Karimah6.

Salah satu lembaga pendidikan Islami berbasis pondok pesantren yang terdapat

di Desa Larowiu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe yaitu Pondok Pesantren


4
Romdoni, L. N., & Malihah, E. (2020). Membangun Pendidikan Karakter Santri Melalui Panca Jiwa Pondok
Pesantren. Jurnal Pendidikan Agama Islam Al- Thariqah, 5(2), 13-22. DOI: 10.25299/al-
thariqah.2020.vol5(2).4808
5
Masqon, D. (2011). Dynamic of Pondok Pesantren as Indegenous Islamic Education Centre In
Indonesia. 30(1), 166-181. DOI: 10.33367/tribakti.v30i1.667
6
Silfiyasari, M., & Zhafi, A. A. (2020). Peran Pesantren dalam Pendidikan Karakter di Era Globalisasi.
Jurnal Pendidikan Islam Indonesia, 5(1), 127-135. DOI: 10.35316/jpii.v5i1.218

3
Annur Azzubaidi. Pondok pesantren di bawah pimpinan pengasuh pondok pesantren

yaitu Muh. Imron, S.Pd M.Pd yang telah berdiri sejak tahun 1990. Kita bisa melihat

sebuah tradisi yang diterapkan di pondok pesantren ini, yaitu di mana santri melakukan

sebuah pembiasaan baik yang disebut dengan istilah khidmat santri. Khidmat santri

merupakan tradisi yang lumrah dilakukan oleh para santri di pondok- pondok pesantren,

yang mana tradisi ini turut memberikan andil dalam atensi pendidikan karakter baik bagi

santri.

4
Tradisi Khidmat santri di Pondok Pesantren Annur Azzubaidi Desa larowiu

Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe sendiri telah berjalan sejalan saat awal

berdirinya pondok pesantren ini sekitar 1990. Konsep Khidmat berdasarkan hasil

wawancara Bersama pengurus pondok pesantren Annur Azzubaidi Desa Larowiu

Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe yaitu:

Khidmat itu kalau dalam bahasa jawa istilahnya “ngawulo” yang


artinya membantu. khidmat itu membantu kegiatan-kegiatan yang ada di
pesantren. Khidmat juga bisa dimaknai “ikrom” yang artinya memuliakan
yang konotasinya tidak jauh dari kata khidmat. Khidmat berasal dari kata
bahasa Arab yaitu khadama – yakhdumu yang artinya mengabdi, melayani,
membantu, meladeni. Mereka dalam hal ini membantu kegiatan yang ada
di pesantren (Farid, 2021).
Berdasarkan hal tersebut, khidmat secara konseptual berasal dari bahasa

Arab yang merupakan bentuk masdar dari kata khadama – yakhdumu –

khidmatun yang berarti mengabdi, membantu, melayani, meladeni. Jadi khidmat

merupakan kegiatan yang dilakukan oleh santri melalui kegiatan pengabdian,

pelayanan sebagai wujud ta’dzim terhadap kiyai dan asatidz. Menurut

Samsudin (2018), Tradisi khidmat merupakan ketaatan dan kepatuuhan

santri dalam melaksanakan tugas yang telah diberikan kiyai. Dengan harapan

melalui tradisi khidmat sebagai salah satu bentuk pendidikan karakter sehingga

diharapkan santri dapat terbentuk karakter yang baik di dalam dirinya.

Menurut Fahmiy (2020) Dalam dunia pesantren, khidmat / mengabdi

bukanlah hal yang baru, melainkan hal yang sudah lumrah dilakukan. Mengabdi

ada tiga macam caranya. Pertama, mengabdi dengan fisik atau tenaga. Kedua,

mengabdi dengan harta. Ketiga, mengabdi dengan do’a. Dari tiga macam cara

mengabdi ini, mengabdi dengan fisik atau tenaga yang biasa kerap dilakukan di

pondok pesantren. Salah satu bentuk pengabdiannya yaitu biasanya santri ikut di

ndalem (kediaman) kiyai untuk membantu pekerjaan kiyai.


5
Dalam khidmat / pengabdian santri haruslah dibarengi dengan rasa ikhlas

semata-mata karena Allah. Jika dibarengi dengan rasa ikhlas, maka segala hal

yang dilakukan akan menjadi berkah yang bermanfaat bagi diri santri. Segala hal

yang dilakukan sebagai bentuk wujud pengabdian kepada kiyai tanpa ada unsur

keterpaksaan, tetapi pengabdian tersebut dilakukan dengan sukarela, lapang dada

serta tanpa pamrih yang mereka harapkan adalah mendapatkan barakah dari

kiyai. Di kalangan santri tradisi khidmat bukanlah sebuah bentuk yang merujuk

pada makna ketundukan yang berarti lemah, sehingga terkesan rendah, namun

bagi kaum santri pengabdian merupakan ikhtiar terhormat dalam pembelajaran

di pondok, yaitu justru apabila santri dengan kerelaan dan keikhlasan

melakukan pengabdian akan mendatangkan keberkahan dalam kehidupan.7

Menurut Supandi Barakah merupakan sebuah terminologi yang sangat

populer dikaitkan dengan pengabdian, keikhlasan, dan ketaatan kepada kiyai.

Kehidupan di pesantren khususnya santri tidak dapat lepas dari praktik tabarruk

atau pencarian barakah, bahkan menjadi tujuan utama di samping kegiatan

menuntut ilmu. Mereka akan melakukan apapun sebagai bentuk pengabdian agar

dapat mendatangkan berkah dari kiyai. Termasuk dalam bentuk melayani segala

kebutuhan kiyai dan keluarganya atau menjadi seorang santri khadam atau

kabula.8

Berdasarkan hasil observasi di pondok pesantren Annur Azzubaidi,

bentuk-bentuk tradisi khidmat santri antara lain yaitu:

7
Samsudin, & Kuncoro. (2022). Tradisi Khidmah Dalam Perpspektif PendidikanIslam. Jurnal
Progress: Wahana Kreatifitas dan Intelektualitas, 10(1), 298-317. DOI: 10.31942/pgrs.v10i1.6383

8
Djakfar, F. A. (2020). Pemaknaan Barakah Bagi Para Santri Kabulâ di Pesantren Bangkalan. In ICoIS:
International Conference on Islamic Studies, 1(1), 224-235.

6
1) Membantu urusan rumah tangga keluarga kiyai/asaatidz, 2) membantu

mengajar santri, 3) mengelola koperasi pondok, 4) roan (membersihkan

lingkungan pondok), 5) membantu membangun pondok, 6) menyiapkan

makanan untuk para santri, 7) membantu berkebun, 8) mencuci kendaraan

kiyai/asaatidz, dan lain-lain.

Berangkat dari kondisi sebagaimana tergambar di atas, maka peneliti

merasa tertarik untuk melakukan telaah deskriptif terhadap tradisi khidmat santri

yang berlangsung di Pondok Pesantren Annur Azzubaidi melalui sebuah

penelitian dengan judul Tradisi Khidmat Santri di Pondok Pesantren Annur

Azzubaidi Desa Larowiu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe (Prespektif

Pendidikan Islam).

1.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif sekaligus

membatasi penelitian guna memilih data yang relevan dan mana yang tidak

relevan.

Berkaitan dengan tradisi khidmat santri di Pondok Pesantren Annur

Azzubaidi, maka pembatasan dalam penelitian kualitatif ini lebih didasarkan

pada Tingkat kepentingan/urgensi dari masalah yang di hadapi dalam penelitian

ini. Focus utama dalam penelitian ini yaitu pada “Tradisi Khidmat santri di

Pondok Pesantren Annur Azzubaidi Desa Larowiu Kecamatan Meluhu

Kabupaten Konawe”, yang dirumuskan dalam subfokus penelitian yaitu bentuk-

bentuk tradisi khidmat santri dan dampak tradisi khidmat terhadap diri santri di

Pondok Pesantren Annur Azzubaidi.

1.3 Rumusan Masalah

7
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat di rumuskan masalah sebagai

berikut:

1.3.1 Bagaimanakah bentuk-bentuk tradisi khidmat santri di pondok pesantren Annur

Azzubaidi Desa Larowiu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe?

1.3.2 Bagaimanakah dampak tradisi khidmat terhadap diri santri di pondok pesantren

Annur Azzubaidi Desa Larowiu kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe?

1.4 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang hendak di capai dalam

penelitian ini, dapat dikumakakan sebagai berikut:

1.4.1 Untuk Menganalisis bentuk-bentuk tradisi Khidmat santri di pondok pesantren

Annur Azzubaidi Desa Larowiu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe

1.4.2 Untuk menganalisis dampak tradisi khidmat terhadap diri santri di pondok

pesantren Annur Azzubaidi Desa Larowiu Kecamatan Meluhu Kabupaten

Konawe.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat di bagi menjadi dua bagian:

1.5.1 Manfaat teoritis

a. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam mengetahui Tradisi

Khidmat Santri Di Pondok Pesantren Annur Azzubaidi Desa Larowiu

Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe ( Dalam Prespektif Pendidikan

Islam).

b. Agar temua-temuan dalam penelitian ini menjadi data yang dapat

dimanfaaatkan oleh peneliti setelahnya terkait dengan tradisi khidmat santri

di pondok pesantren.

8
1.5.2 Manfaat Praktis

a. Bagi kampus: penelitian ini untuk mengembangkan dan menambah khazanah

keilmuan dan pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya tentang

Tradisi Khidmat Santri Di Pondok Pesantren Annur Azzubaidi Desa Larowiu

Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe (Prespektif Pendidikan Islam).

b. Bagi mahasiswa dan peneliti selanjutnya: penelitian ini untuk menambah

pengetahuan tentang Tradisi Khidmat Santri Di Pondok Pesantren Annur

Azzubaidi Desa Larowiu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe

( Prespektif Pendidikan Islam) dan untuk mengetahui beberapa persyararatan

yang di perlukan guna mendapatkan gelar magister Pendidikan. Serta di

harapkan dapat menjadi referensi dan bahan acuan peneliti selanjutnya dalam

penelitian terkait tradisi Khidmat santri di pondok pesantren.

c. Untuk pondok pesantren Al-Muhajirin Darussalam Ahuawatu: dapat

menjadi rujukan/contoh bagi lembaga-lembaga pendidikan lainnya tentang

Tradisi Khidmat Santri Di Pondok Pesantren Annur Azzubaidi Desa Larowiu

Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe ( Prespektif Pendidikan Islam).

1.6 Definisi Operasional

Di dalam penelitian ini meneliti tentang Tradisi Khidmat Santri Di

Pondok Pesantren Annur Azzubaidi Desa Larowiu Kecamatan Meluhu

Kabupaten Konawe ( Prespektif Pendidikan Islam). Dalam penelitian ini terdapat

3 variabel yaitu, tradisi khidmat santri, pondok pesantren dan Pendidikan Islam.

Agar tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda di kalangan pembaca

dalam menilai maksud dan tujuan penulis, maka perlu diberikan definisi

operasional dari variabel inti penelitian.

9
1.6.1 Tradisi khidmat santri merupakan salah satu bentuk pembiasaan baik yang

dilakukan oleh santri di pondok-pondok pesantren pada umumnya dan begitu

pula di Pondok Pesantren Annur Azzubaidi melalui kegiatan pengabdian,

membantu, melayani, meladeni kiyai/asaatidz maupun pondok secara

umum sebagai bentuk ikrom dan takzim santri kepadanya dengan harapan

sebagai wujud untuk mendapatkan barakah dari guru.

1.6.2 Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang

Tujuannya pondok pesantren ini sendiri pada umumnya yaitu menciptakan

santri yang mempunyai akhlakul karimah disertai dengan landasan hidup yang

kuat berdasarkan al-Qur’an dan Hadits. Sehingga jiwa seorang santri dapat

dibentuk dan dikembangkan dengan baik untuk menjadi muslim yang patuh pada

perintah Allah Swt, memiliki kebaikan dan karakter yang baik, dapat

menunjukkan kepribadian yang kuat dan mandiri, dan memiliki kemampuan

intelektual.

1.6.3 Pendidikan Islam adalah proses pembelajaran yang berfokus pada pengajaran

dan pemahaman ajaran agama Islam. Pendidikan ini bertujuan untuk

mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam, serta praktik

keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pondok Pesantren dan Ruang Lingkupnya


10
2.1.1 Definisi Pondok Pesantren

1. secara Bahasa

Istilah pondok sering diartikan secara harfiyah fundukun (bahasa Arab) artinya

asrama atau hotel. Sedangkan pesantren mempunyai arti sebagai tempat tinggal santri.

Kata “pesantren” berasal dari kata santri mendapat awalan pe- dan akhiran –an

digabung berbunyi “pesantrian” , yang mirip dengan kata pesantren. Pondok

pesantren mengandung arti tempat santri mencari pengetahuan agama dari kiyai. 9

Secara Istilah

Pengertian pondok pesantren secara istilah, dapat dikemukakan beberapa

pendapat yang mengarah pada definisi pondok pesantren. Abdurrahman Wahid,

memaknai pondok pesantren secara teknik sebagai “a place where santri

(student) live”. Sementara itu, Istilah pondok sering diartikan secara harfiyah

fundukun (bahasa Arab) artinya asrama atau hotel. Sedangkan pesantren

mempunyai arti sebagai tempat tinggal santri. Kata “pesantren” berasal dari

kata santri mendapat awalan pe- dan akhiran –an digabung berbunyi

“pesantrian” , yang mirip dengan kata pesantren. Pondok pesantren

mengandung arti tempat santri mencari pengetahuan agama dari kiyai.10

Pengertian pondok pesantren secara istilah, dapat dikemukakan beberapa

pendapat yang mengarah pada definisi pondok pesantren. Abdurrahman Wahid,

memaknai pondok pesantren secara teknik sebagai “a place where santri

(student) live”. Sementara itu, Abdurrahman Mas’oed menulis, “The word

9
Ridwan. (2019). Dinamika Kelembagaan Pondok Pesantren – Perubahan dan Modernisasi Pendidikan
Islam. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
10
Ibidh. Hal. 59
11
pesantren stems from “santri” which means one who seeks Islamic knowledge.

Usually, the word pesantren refers to a place where the santri devotes most of

his or her time to live in and acquire klowledge”. 11

Menurut Ridlwan Nasir di pondok pesantren diartikan sebagai lembaga

keagamaan yang memberikan.

pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu

agama Islam. Begitu pula menurut Dawam Raharjo (di dalam Syarifatul,

2022:35) pondok pesantren berarti suatu lembaga pendidikan dan pengajaran

agama Islam yang pada umumnya diberikan dengan cara non-klasikal, tetapi

dengan sistem Bandongan dan Sorogan. Dalam pesantren, kiyai atau asatidz

mengajar santri berdasarkan kitab-kitab yang tertulis dengan bahasa Arab karya

ulama- ulama besar. Para santri biasanya tinggal di dalam pondok atau asrama di

pesantren tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa, istilah pondok pesantren merupakan lembaga

pendidikan berbasis Islami yang di dalamnya kiyai atau asatidz mendidik dan

mengajarkan ilmu agama Islam dan membentuk santri menjadi pribadi yang

Islami agar kelak dapat menjadi sosok penyebar agama Islam.

2.1.2 Tujuan Pendidikan dalam Pondok Pesantren

Pondok pesantren adalah genuine Indonesia. Pendidikan Nasional

harusnya berkiblat pada pendidikan pesantren dengan penanaman hubungan

antara manusia yang terbuka dan toleran. Pondok pesantren merupakan lembaga

yang membentuk kemandirian, tanggung jawab serta membentuk pendidikan

karakter yang menjadi modal dasar berkehidupan di masyarakat seutuhnya.

11
Yasid, A., dkk. (2018). Paradigma Baru Pesantren. Yogyakarta: IRCiSoD. Hal.169
12
Pondok pesantren memberikan kontribusi dalam mencerdaskan kehidupan

bangsa, santri dibekali pengetahuan, karakter, dan ketrampilan di masyarakat.

Melalui pondok pesantren yang merupakan suatu lembaga pendidikan

tradisional yang membentuk kemandirian kedisiplinan, tanggung jawab, dan

rujukan moral serta membentuk pendidikan karakter yang menjadi modal dasar

dalam berkehidupan Islami di masyarakat dan bernegara serta tercapai manusia

seutuhnya kepada para santri. Pondok pesantren dan pendidikan merupakan satu

kesatuan karena memiliki tujuan yang sama dalam mewujudkan anak bangsa

berakhlak mulia. Melalui pondok pesantren menjadikan santri yang

berpendidikan dan berakhlakul karimah, terutama dalam bidang keagamaan dan

pengkajian materi maupun praktek keagamaan berbeda dengan pendidikan

nonpondok pesantren yang sedikit pelajaran ilmu agamanya.12

Menurut H.M. Arifin di dalam (Kompri, 2018:3-4) terbentuknya

pesantren dapat dilihat pada dua tujuan, yaitu:

1. Tujuan Umum

Membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam.

Anak didik dengan ilmu agamanya, sanggup menjadi muballig dalam masyarakat

sekitar melalui ilmu dan agama yang didapatkannya.

2. Tujuan KhususMempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim

dalam ilmu agama yang dianjurkan oleh Kiyai dan ustadz yang bersangkutan serta

mengamalkan dalam masyarakat.

Dapat dikatakan bahwa tujuan utama pesantren adalah mencetak kader

12
Karimah, U. (2018). Pondok Pesantren dan Pendidikan: Relevansinya dalam Tujuan Pendidikan.
MISYKAT: Jurnal Ilmu-ilmu Al-Quran, Hadist, Syari'ah dan Tarbiyah, 3(1), 137-154.

13
ulama. Tujuan ini bisa merupakan tujuan dasar awal mula berdirinya pesantren,

yaitu untuk mendukung tersebarnya ajaran Islam ke wilayah yang lebih luas.

Tujuan ini masih bertahan hingga sekarang, di mana orang yang dianggap ulama

kebanyakan berasal atau alumni dari pondok pesantren, walaupun tujuan dasar

tersebut telah mengalami perluasan makna, yakni mendidik para santri agar

kelak dapat mengembangkan dirinya menjadi “ulama intelektual dan intelektual

ulama” .13

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pondok

pesantren merupakan lembaga pendidikan yang bersifat islami yang bertujuan

untuk membentuk kepribadian islami secara mendalam seorang siswa/santri

guna mencetak generasi ulama masa depan.

2.1.3 Peran dan Fungsi Pondok Pesantren

Menurut Muhakamurrohman di dalam (Aini, 2021) terdapat tiga peran

dan fungsi pesantren sesuai watak kemandirian dari visi emansipatorisnya,

yakni:

1. Sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam. Artinya pesantren

ikut bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mempersiapkan sumber daya manusia muslim Indonesia yang memiliki ilmu

pengetahuan yang handal, serta dilandasi iman dan takwa yang kokoh.

2. Sebagai lembaga perjuangan dan dakwah Islamiah. Artinya pondok pesantren

bertanggung jawab mensyiarkan agama Allah serta ikut berpartisipasi aktif

dalam membangun kehidupan umat beragama dalam kehidupan


13
Fahham, A. M. (2020). Pendidikan Pesantren Pola Asuh, Pembentukan Karakter dan Perlindungan
Anak. Jakarta: Publica Institute Jakarta. Hal. 40

14
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Sebagai lembaga pemberdaya dan pengabdian masyarakat. Artinya pesantren

wajib mendarmabaktikan peran, fungsi, dan potensi emansipasi yang

dimilikinya guna memperbaiki kehidupan serta memperkokoh pilar eksistensi

masyarakat demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang adil, beradab,

sejahtera, dan demokratis.

Menurut Thomas O’Dea di dalam jika ditinjau dari aspek sosiologi ada

dua peran lembaga-lembaga keagamaan seperti pesantren yaitu: peran sebagai

directive system dan defensive system. Pertama: Dalam peran yang pertama

directive system, agama ditempatkan sebagai referensi utama dalam proses

perubahan. Dengan demikian, agama akan dapat berfungsi sebagai supremasi

moralitas yang memberikan landasan dan kekuatan etik-spiritual masyarakat

ketika mereka berdialektika dalam proses perubahan. Kedua: yaitu defensive

system, agama menjadi semacam kekuatan kehidupan yang semakin kompleks di

tengah derasnya arus perubahan. . Masyarakat yang berpegang pada nilai- nilai

religius akan mempunyai kemampuan untuk mempertahankan diri dan tidak

ada rasa kekhawatiran serta keragu-raguan dalam menghadapi tantangan

kehidupan.14

2.1.4 Karateristik Pondok Pesantren

Pondok pesantren merupakan tradisi Islam Indonesia yang tidak semua

negara memiliki sistem pendidikan tersebut. Saat ini, pesantren menjadi pusat

segala bentuk kehidupan umat Islam. Tidak hanya menjadi tempat belajar yang

14
Wiranata, R. R. S. (2019). Tantangan, Prospek dan Peran Pesantren dalam Pendidikan Karakter di Era Revolusi
Industri 4.0. AL-MANAR: Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, 8(1), 61-92. DOI: 10.36668/jal.v8i1.99
15
memang merupakan fungsi pokok pesantren tetapi lebih dari itu, pesantren telah

berkembang menjadi pusat ekonomi, sosial politik, kemasyarakatn dan

pemberdayaan masyarakat.

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan non formal berasal dari

masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Keberadaan pondok

pesantren beserta perangkatnya berperan sebagai lembaga pendidikan dan

lembaga sosial kemasyarakatan yang memberi corak tersendiri bagi masyarakat

pedesaan.

Menurut H.A Mukti Ali di dalam mengemukakan karakteristik pondok

pesantren sebagai berikut:15

1. Adanya hubungan yang akrab antara santri dengan kiyai.

2. Tunduknya santri kepada kiyai.

3. Hidupnya hemat dan sederhana benar-benar dilakukan dalam

kehidupan pondok pesantren.

4. Semangat menolong diri sendiri amat terasa dan kentara dikalangan

santri di pondok pesantren.

5. Jiwa tolong menolong dan suasana persaudaraaan sangat mewarnai

pergaulan di pondok pesantren.

6. Pendidikan disiplin sangat di tekankan.

7. Berani untuk menderita mencapai sesuatu tujuan adalah merupakansalah

Satu Pendidikan yang diperoleh santri dalam Pendidikan pesantren.

Terdapat pula tradisi sebagai ciri khas yang terdapat di pondok pesantren

15
Nasution, S. (2019). Pesantren: Karakteristik dan Unsur-Unsur Kelembagaan. TAZKIYA, 8(2),
125-136.

16
yang merupakan bagian dari karakteristik pondok pesantren, di antaranya yaitu:

1. Tradisi Rihlah Ilmiah

Rihlah ilmiah adalah melakukan perjalanan dari satu daerah ke daerah lain,

atau dari satu negara ke negara lain baik dekat maupun jauh dan kadang bermukim

cukup lama bahkan tidak kembali ke daerah asal dengan tujuan utama untuk

mencari ilmu pengetahuan bahkan mengajarkannya dan menuliskannya dalam

berbagai kitab.

2. Tradisi Menulis buku

Menulis buku merupakan salah satu tradisi yang dilakukan oleh para kiyai atau

asatidz pesantren. Kemampuan menulis yang dimiliki ulama Indonesia khsusunya telah

berhasil mengungguli kemampuan menulis yang dimiliki oleh ulama dari negara lain.

Hasil karya ulama Indonesia tidak hanya diakui oleh ulama Islam Indonesia, melainkan

di seluruh dunia. Dengan adanya karya ilmiah tersebut, menunjukkan usaha para

kiyai Indonesia dalam mengangkat citra Indonesia di dunia internasional.

1. Tradisi Meneliti

Dilihat dari segi sumbernya terdapat penelitian bayani, burhani, ijbari, jadali,

dan ‘irfani.

Bayani adalah penelitian yang berkaitan dengan kandungan al- Quran

dan al-Sunnah dengan bekal penguasaan bahasa Arab dan berbagai cabang-

cabangnya yang kuat, ilmu tafsir dan berbagai cabangnya, ilmu hadits dan

berbagai cabangnya, ilmu ushul fiqh, qawaid al-fiqhiyyah dan ilmu-ilmu bantu

lainnya. Dari penelitian ini menghasilkan ilmu-ilmu seperti: tafsir, hadits, fikih,

17
kalam, tasawuf, dan sebagainya.

Ijbari yaitu berkaitan dengan fenomena alam fisik jagad raya dengan

menggunakan eksperimen atau percobaan di laboratorium. Dari penelitian ini

menghasilkan teori-teori tentang sains, seperti fisika, biologi, kimia, optika,

astronomi, dan berbagai cabangnya.

Jadali yaitu penelitian yang berkaitan dengan upaya memahami berbagai

makna dan hakekat segala sesuatu dengan jalan menggunakan akal secara

spekulatif, sistematik, radikal, universal, dan mendalam.

‘Irfani yaitu penelitian yang berkaitan dengan upaya mendapatkan ilmu

secara langsung dengan menggunakan kekuatan intuisi yang dibersihkan dengan

cara mengendalikan hawa nafsu, menjalankan ibadah ritual, dzikir, kontemplasi,

wirid, dan sebagainya. Hasilnya adala ilmu tasawuf.

Tradisi meneliti ini erat ketannya dengan tradisi menulis. Dilihat dari segi

karya tulis yang dihasilkan para ulama tersebut di atas, yakni bidang ilmu agama

dan tasawuf, maka kegiatan penelitian yang dilakukan adalah berkaitan dengan

penelitian bayani dan ‘irfani.

18
2. Tradisi Membaca Kitab Kuning

Melalui tradisi membaca kitab kuning ini, para kiyai pesantren telah berhasil

mewarnai corak kehidupan keagamaan masyarakat pada khususnya dan kehidupan

kemasyarakatan pada umumnya.

Dalam membaca kitab kuning terdapat dua metode utama dalam pengajaranya,

yaitu: Pertama, metode bandongan, seringkali juga disebut sistem weton. Dalam sistem

ini sekelompok santri mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan,

menerangkan, bahkan seringkali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab.

Kedua, metode sorogan, yaitu merupakan sistem pengajaran kitab kuning yang

diberikan kepada santri secara individual. Dalam tradisi ini, santri belajar dari kitab-

kitab gundul yang ditulis tanpa huruf hidup.16

3. Tradisi Berbahasa Arab

Seiring dengan adanya tradisi penulisan kitab-kitab oleh para kiyai sebagaimana

tersebut di atas dengan menggunakan bahasa Arab, maka dengan sendirinya telah

menumbuhkan tradisi berbahasa Arab yang kuat di kalangan pesantren.

4. Tradisi Mengamalkan Thariqat

Dari berbagai sumber yang ada, masyarakat salafiyah yang dibangun oleh dunia

pesantren itu mewujudkan kesatuan tak terpisahkan antara takwa dan akhlak, atau antara

religiusitas dan etika. Dalam kaitan ini tasawuf tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan

agama.

16
Dhofier, Z. (2011). Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan
Indonesia. Jakarta: LP3ES. Hal.54

19
5. Tradis Menghafal

Metode menghafal ini pada umumnya dilakukan terhadap materi pelajaran

tingkat dasar yang terdapat dalam kitab-kitab materi pokok atau yang lebih dikenal

dengan matan.17

2.1.5 Komponen -komponen dalam Pondok Pesantren

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mengajaran pendidikan

agama Islam. Lembaga pendidikan Islam ini juga memiliki beberapa komponen agar

dapat dikatakan sebagai pondok pesantren.

Menurut Zarkasyi di dalam (Alwi, 2013) Pesantren sebagai lembaga pendidikan

memiliki lima elemen dasar tradisi pesantren, yaitu pondok, masjid, santri, pengajaran

kitab Islam klasik, dan kiyai.

Hal tersebut senada menurut Aly dalam (Kusuma, 2020) Pondok pesantren

sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam di Indonesia memiliki karakteristik yang

khusus. Secara umum, dapat dikatakan bahwa karakteristik pondok pesantren terletak

pada komponen-komponen yang ada di dalamnya. Komponen yang dimaksud meliputi:

pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab Islam klasik, dan kiyai.

Adapun beberapa komponen tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Kiyai

Menurut Bakri dan Wardaningsih dalam (Darwis, 2020) Kata “kiyai” berasal

dari bahasa Jawa kuno “kia-kia” yang artinya orang yang dihormati. Secara terminologis

kiyai adalah pendiri dan pemimpin pesantren yang membaktikan hidupnya untuk

17
Muchlis, M. (2015). Tradisi Pesantren dalam Tantangan Arus Globalisasi. Kreatif: Jurnal Studi
Pemikiran Pendidikan Agama Islam, 13(1), 100-108. DOI: 10.52266/kreatif.v13i1.74

20
agama Allah dengan cara menyebarluaskan dan mendalami ajaran-ajaran Islam.

Keberadaan kiyai sebagai pemimpin pesantren, ditinjau dari peran dan fungsinya dapat

dipandang sebagai fenomena kepemimpinan yang unik. Hal ini karena selain memimpin

lembaga pendidikan Islam, kiyai juga sebagai pembina, pendidik umat, dan pemimpin

masyarakat.

Kiyai sebagai elemen dari pondok pesantren merupakan elemen paling esensial

dalam sebuah pesantren. Kiyai seringkali dan bahkan merupakan pendiri dari pesantren.

Sudah sewajarnya dikatakan bahwa pertumbuhan suatu pesantren semata-mata

bergantung pada kemampuan pribadi kiyainya.

Adapula sebutan serupa dengan kiyai diberbagai daerah di Indonesia, jika di

jawa pada umumnya disebut dengan kiyai, maka di Jawa Barat disebut dengan Ajengan,

Tuan Guru di Lombok, Tengku di Aceh, Gurutta di Sulawesi Selatan.18

2. Santri

Menurut Rizki dalam (Hidayat, 2016) Santri berasal dari kata “Santri” dari

bahasa sansekerta yang artinya melek huruf. Sedangkan dari bahasa jawa yaitu

“Cantrik” yang berarti seseorang yang mengikuti seorang guru kemanapun pergi atau

menetap dengan tujuan dapat belajar suatu keilmuan kepadanya. Santri merupakan

orang yang belajar agama Islam dan mendalami ajaran agama Islam pada sebuah

lembaga pendidikan Islam yaitu pesantren.

Menurut Zamarkhasyari Dhofier dalam mengelompokkan santri menjadi 2

kelompok yaitu santri mukim dan santri kalong. Santri mukim adalah santri atau murid

yang berasal dari daerah jauh yang belajar dan menetap di pesantren. Sedangkan santri

18
Zainal, A. (2018). Pesantren Rakyat; Menyoal Daya Tahan Penjaga Tradisi Keagamaan Di Sulawesi
Tenggara. Laporan Penelitian
21
kalong adalah santri atau murid yang belajar di pesantren yang tidak menetap di

pesantren karena tempat tinggalnya berada di sekitar pesantren.19

3. Masjid

Menurut Zamarkhasyari Dhofier dalam (Sudrajat, 2018) Masjid merupakan

elemen yang tak dapat dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat paling

tepat untuk mendidik para santri, terutama pada pembelajaran praktek shalat lima waktu,

khutbah, shalat jum’at dan pembelajaran kitab-kitab klasik.

Di Jawa biasanya seorang Kiyai yang mengembangkan sebuah pesantren

pertama-tama dengan mendirikan masjid di dekat rumahnya. Langkah ini pun biasanya

diambil atas perintah Kiyainya yang telah menilai bahwa ia sanggup memimpin sebuah

pesantren. Selanjutnya Kiyai tersebut akan mengajar murid-muridnya (para santri)

di masjid, sehingga masjid merupakan elemen yang sangat penting dari pesantren

(Sudrajat, 2018).

4. Pondok

Dalam tradisi pesantren, pondok merupakan bangunan yang digunakan sebagai

tempat tinggal santri untuk menetap dalam rangka menuntut ilmu agama Islam. Istilah

pondok sendiri diambil dari bahasa Arab “funduq” yang berarti asrama atau

penginapan. Dengan demikian, sebuah pesantren haruslah memiliki sebuah pondok

sebagai tempat tinggal santri. Di tempat ini pula, komunikasi intensif terjadi antara kiyai

dan santri. Komunikasi yang intensif di pesantren merupakan sebuah kondisi yang

kondusif dalam rangka interaksi- edukatif.20

19
Darwis, M. (2020). Revitalisasi Peran Pesantren Di Era 4.0. Dakwatuna: JurnalDakwah dan
Komunikasi Islam, 6(1), 128-137. DOI: 10.36835/dakwatuna.v6i01.509
20
Hariadi. (2015). Evolusi Pesantren: Studi Kepemimpinan Kiai Berbasis Orientasi ESQ. Yogyakarta:
LkiS.
22
5. Pengajaran Kitab Kuning

Kitab kuning adalah sebuah sebutan pada kitab-kitab klasik yang menjadi

rujukan kegamaan yang pada umumnya berisi tulisan dari hasil ijtihad para ulama dari

nash al-Qur’an dan hadits.

Kitab kuning adalah kumpulan hasil pemikiran para ulama terdahulu. Hal ini

sejalan dengan pendapat berikut. Secara umum kitab kuning dipahami oleh beberapa

kalangan sebagai kitab referensi keagamaan yang merupakan produk pemikiran para

ulama pada masa lampau yang ditulis dengan format khas pra-modern sebelum abad ke-

17-an M.21 Ada dua metode yang berkembang di lingkungan pesantren terkait cara

mempelajari kitab kuning, yaitu metode sorogan dan metode bandongan.

Menurut Dhofier di dalam metode sorogan dilaksanakan dengan cara santri

berlatih secara mandiri untuk mematangkan keahliannya dengan bertatap muka secara

langsung kepada guru face to face. Sehingga arti sorogan tersebut sama dalam praktik

pembelajarannya, yakni mengajukan, menyetorkan, atau menyodorkan kitabnya kepada

guru. Secara prinsip, sorogan dapat didefinisikan sebagai kegiatan pembelajaran yang

mengedapankan pendekatan layanan individual antara guru dan murid.22

Metode kedua yaitu bandongan, Bandongan merupakan kegiatan pembelajaran

yang bersifat pendekatan yang mengedepankan layanan kolektif (collective approach)

dalam mempelajari kitab klasik. Prosedur pembelajaran bandongan bersifat klasikal,

yaitu santri mengikuti kegiatan pelajaran dengan duduk di sekeliling pengajar yang

21
Fitriyah, L., Marlina., & Suryani. (2019). Pendidikan Literasi Pada Pembelajaran Kitab Kuning di
Pondok Pesantren Nurul Huda Sukaraja. Titian Ilmu: Jurnal Ilmiah Multi Sciences, 11(1), 20-30. DOI:
10.30599/jti.v11i1.351

22
Kamal, F. (2020). Model Pembelajaran Sorogan dan Bandongan Dalam Tradisi Pondok Pesantren.
Paramurobi: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 3(2), 15-26. DOI: 10.32699/paramurobi.v3i2.1572
23
menerangkan kitab.23

2.1.6 Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren

Beberapa alasan orang tua memasukkan anak-anaknya di pondok pesantren

misalnya agar anak-anaknya terhindar dari perilaku menyimpang di lingkungan sosial.

Supriatna menambahkan beberapa tujuan orang tua memasukkan anaknya

kepondok pesantren yakni, 1) agar anak memiliki akhlak yang bagus; 2) perasaan

ketidak mampuan orang tua mendidik anak di rumah; 3) ada pendidikan sekolahnya; 4)

di bekali ilmu agama yang bisa di amalkan oleh dirinya sendiri dan orang lain; dan 5)

anak tumbuh menjadi anak yang cerdas (Supriatna, 2020). Penelitian yang dilakukan

oleh Marzuki dan Masrukin menemukan alasan orang tua menyekolahkan anak di

pesantren, antara lain yakni 1) agama dan ideologi; 2) problem lingkungan dan

perkembangan teknologi informasi yang negatif; 3) disiplin; dan 4) ada pengawasan dari

pengurus pada setiap kegiatan.24

Pondok pesantren mempunyai cara tersendiri dalam mengajarkan moral, adab,

perilaku dan sopan santun yang merupakan bentuk dalam pendidikan karakter. Adapun

cara-cara tersebut sebagai berikut:25

1. Kiyai pertama kali akan memberikan atau mengajarkan berupa kitab yaitu

kitab Ta’lim al-Muta’alim yang di dalamnya memuat tentang adab

23
Zuhri, S. (2002). Reformulasi Kurikulum Pesantren, dalam Ismail, S.M. Dinamika Pesantren dan Madrasah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
24
Marzuki, M, & Masrukin, A. (2019). Motif Orang Tua Santri di Pondok Pesantren HM Lirboyo. Tribakti:
Jurnal Pemikiran Keislaman, 30(1), 166-181. DOI: 10.3336/tribakti.v30i1.667

25
Kurniawan, A. (2016). Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Dalam Menjawab Krisis Sosial.
Edueksos: Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi, 4(2), 1-19.

24
seorang santri ketika belajar.

2. Kiyai lebih banyak memberikan pembelajaran riyadah berupa nasihat dan

contoh nyata dalam keseharian.

3. Memberikan contoh atau tauladan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Pembelajaran dalam pembentukan kemandirian, kesederhanaan, kebersihan,

kedewasaaan, toleransi, cara berbusana dan gotong royong.

5. Pemberian penghargaan bagi santri yang berprestasi seperti menjadi orang

kepercayaan kiyai atau berupa asisten kiyai.

Abdullah Syukri Zarkasyi di dalam Nilai-nilai pendidikan karakter di pondok

pesantren ialah jiwa dan filsafat hidup serta orientasi pendidikan pondok pesantren.

Sehubungan dengan nilai ini, pondok pesantren pada umumnya mempunyai yang

disebut pancajiwa yang selalu mendasari seluruh kehidupan santri, yaitu: keikhlasan,

kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah islamiyah dan kebebasan.

Penelitian yang dilakukan Suradi menunjukkan bahwa menanamkan panca jiwa

perlu dilakukan secara fleksibel dan seiring dengan tuntutan dan perkembangan zaman,

namun hal ini tetap harus memberikan filter sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam

pondok pesantren itu tidak pudar dari ajaran Islam. Hal ini sejatinya, sebuah pondok

pesantren harus tetap mempertahankan budaya dan ajaran yang telah menjadi ruh (jiwa)

nya ditengah-tengah arus perkembangan dunia.

2.1.7 Tradisi Khidmat di Pondok Pesantren Serta Dampaknya Bagi Santri

Khidmat berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk masdar dari kata

“khadama – yakhdumu – khidmatun” yang berarti berkhidmat, meladeni, melayani,

membantu, mengabdi. Di dalam Kamus Besar Bahasa indonesia, khidmat berarti hormat,

takzim, bersopan-santun, mengabdi kepada, setia kepada.

25
Khidmat merupakan kegiatan pengabdian santri kepada pondok pesantren dalam

bentuk membantu segala kegiatan baik kegiatan yang dilakukan oleh pondok secara umum

maupun kegiatan kiyai atau asatidz secara khusus sebagai bentuk takzim santri semata-mata

mencari barokah dari kiyai atau asatidz.

Menurut Quraish Shihab khidmat dalam konteks pendidikan pesantren adalah

kesediaan seorang santri membantu, melayani, menghormati dan mengabdikan dirinya untuk

kepentingan Kiai, ustadz dan pondok pesantren dengan mengharap keberkahan dalam hidup

yang dilandasi semata-mata untuk mencari ridha Allah. Berharap keberkahan berarti berharap

kebaikan yang bertambah, bermanfaat, suci, kekal dan pasti mendapat kebahagiaan.26

Menurut Fahmiy (2020) Dalam dunia pesantren khidmat / mengabdi bukanlah hal yang

baru, malainkan hal yang sudah lumrah dilakukan. Mengabdi ada tiga macam caranya.

Pertama, mengabdi dengan fisik atau tenaga. Kedua, mengabdi dengan harta. Ketiga,

mengabdi dengan doa. Dari tiga macam cara mengabdi ini, mengabdi dengan fisik atau

tenaga yang biasa kerap

Dilakukan di pondok pesantren.

Salah satu tuk pengabdiannya yaitu biasanya santri ikut di ndalem (kediaman)

kiyai untuk membantu pekerjaan kiyai.

Menurut Samsudin dan Kuncoro (2022), Khidmah dilihat dari bentuk atau

caranya terbagi menjadi empat, yaitu khidmah bi al-fikr (pengabdian dengan pikiran),

khidmah bi alnafs (pengabdian dengan raga), khidmah bi al-māl (pengabdian dengan

harta), dan khidmah bi aldu‘ā’ (pengabdian dengan doa).

Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Fakiha dan Haidar (2015)

terdapat pula istilah pengabdian di pondok pesantren yaitu “ngenger”. Istilah ngenger
26
Samsudin, & Kuncoro. (2022). Tradisi Khidmah Dalam Perpspektif PendidikanIslam. Jurnal
Progress: Wahana Kreatifitas dan Intelektualitas, 10(1), 298-317. DOI: 10.31942/pgrs.v10i1.6383

26
juga digunakan di Pondok Pesantren Sunan Drajat, akan tetapi lebih terkenal dengan

sebutan karyawan. Biasanya ngenger di pondok adalah membantu di rumah kiyai. Santri

yang ngenger di pondok ini tidak hanya membantu di rumah kiyai saja, namun ada juga

di beberapa bagian pondok. Santri ngenger di Pondok Pesantren Sunan Drajat dibagi

dalam lima bagian. Lima bagian tersebut meliputi; ndalem (rumah pak kiyai),

pembangunan pondok, usaha pondok, pengajaran santri, dan pengasuhan santri.

Sehingga dari keberagaman kegiatan ngenger yang dilakukan santri menimbulkan

makna ngenger yang berbeda-beda di antara mereka.

Tujuan khidmat di pondok pesantren pada umumnya adalah agar santri bisa

mengambil barokah dari kiyai dan guru-guru sebagai wujud takzim sekaligus melatih

dan membentuk santri menjadi manusia yang disiplin dan gemar menolong sesama

dengan ikhlas semata-mata karena Allah.

Di kalangan santri tradisi khidmat bukanlah sebuah bentuk yang merujuk pada

makna ketundukan yang berarti lemah, sehingga terkesan rendah, namun bagi kaum

santri pengabdian merupakan ikhtiar terhormat dalam pembelajaran di pondok, yaitu

justru apabila santri dengan kerelaan dan keikhlasan melakukan pengabdian akan

mendatangkan keberkahan dalam kehidupan.

dampak bagi santri. Berbicara mengenai dampak, dampak secara sederhana bisa

diartikan sebagai pengaruh atau akibat. Dalam setiap keputusan yang diambil oleh

seorang atasan biasanya mempunyai dampak tersendiri, baik itu dampak positif maupun

dampak negatif.

Proses pengabdian ini adalah proses menempa santri sebelum mereka benar-

benar terjun kedalam masyarakat. Seorang santri dilatih untuk menghadapi problematika

27
yang kompleks, misalnya bagaimana caranya agar santri disiplin, bagaimana caranya

agar santri itu tunduk pada peraturan, bagaimana bersikap ketika berhadapan dengan

berbagai kalangan seperti asatidz, guru, atau teman. Ketika santri bisa melaksanakan

program moral dan struktural dengan baik maka pengaruh program pengabdian dalam

peningkatan perilaku santri akan kentara (terlihat) sekali, akan mengalami

peningkatan yang signifikan.

28
2.3 Kajian Relavan

Untuk mendukung permasalahan terhadap bahasan, peneliti berusaha melacak

berbagai literatur dan penelitian terdahulu (prior research) yang masih relevan terhadap

masalah yang menjadi obyek penelitian saat ini. Selain itu yang menjadi syarat mutlak

bahwa dalam penelitian ilmiah menolak plagiarisme atau mencontek secara utuh hasil

karya tulisan orang lain. Oleh karena itu, untuk memenuhi kode etik dalam penelitian

ilmiah maka sangat diperlukan eksplorasi terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang

relevan. Tujuannya adalah untuk menegaskan penelitian, posisi penelitian dan sebagai

teori pendukung guna menyusun konsep berpikir dalam penelitian.

Berdasarkan hasil survei dengan intensif baik berupa searching di internet,

karya-karya buku bacaan, maupun karya ilmiah yang lainnya. Maka penulis

menemukan sejumlah penelitian yang relevan dengan penelitian yang diangkat oleh

penulis dengan judul Tradisi Khidmat Santri di Pondok Pesantren Annur Azzubaidi

Desa Larowiu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe. Berikut ini beberapa hasil

penelitian yang relevan yang dijadikan bahan telaah bagi peneliti.

Tulisan Fahim Yustahar (Tahun 2020) dalam laporan penelitian skripsinya

tentang Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Tradisi Ta’dzim Terhadap Kiyai di

Pesantren Mahasiswa An Najah Purwokerto. Menyatakan bahwa perilaku ta’dzim yang

ada di Pesantren Mahasiswa An-Najah Purwokerto ialah duduk di hadapan guru dengan

sopan, tidak bertanya apabila kiyai sedang lelah atau sibuk, tidak mendahului kiyai

ketika berjalan, mencatat perkataan kiyai, selalu menjaga nama baik kiyai dan

keluarganya, dan menjalankan tugas-tugas dari kiyai. Nilai-nilai pendidikan karakter

yang terkandung dalam tradisi ta’dzim terhadap kiyai di Pesantren Mahasiswa An Najah

29
Purwokerto yaitu nilai religius.27

Tulisan Siti Munirah,dkk (Tahun 2022) dalam laporan jurnal yang berjudul

Pendidikan Islam di Pesantren Antara Tradisi dan Modernisasi yang menuliskan

bahwa berdasarkan sudut pandang menejemen, pendidikan pesantren dapat di gerak

majukan dengan Langkah memperbaiki dan meningkatkan kualitas sumber daya

manusia pesantren, terutama pimpinan dimana laju pesantren banyak bergantung

padanya. Kemudian secara bersamaan, Upaya pembenahan di lakukan secara teretruktur

dan sistematis dalam penyusunan kurikulum Pendidikan dan pengadaan sarana

prasarana fisik yang memadai serta memfokuskan pada perbaikan sistem perencanaan

dan melaksanakan pendidikannya.

Tulisan Muh. Indi Mun’im (Tahun 2023) yang berjudul: Pembinaan Sikap

Khidmat dan Tawaduk Pada Santri di Pondok Pesantren Annur Candirejo Tuntang

Semarang .Yang menuliskan bahwa pembinaan sikap khidmat dan tawaduk santri di

pondok pesantren An-nur, melalui setrategi keteladanan, pembiasaan, pemberian

nasehat, penerepan kedisiplinan serta pemberian sanksi. Hal ini di terapkan pada semua

kegiatan yang berada di pondok pesantren, yang meliputi shalat jamaah, mengaji Al-

Qur’an atau kitab, dziba’an, khitobah, ziarah makam, dan kegiatan lainnya.

Persamaan dari tiga penelitin terdahulu di atas dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti adalah terdapat keterkaitan variabel yaitu mengenai Tradisi

Khidmat santri salah satu lembaga pendidikan yang ada yakni pondok pesantren. Namun

penelitian yang sama persis mengenai tradisi khidmat sejauh ini belum ada. Selain itu,

bidang kajian yang dilakukan dalam penelitian ini terfokus pada nilai-nilai pendidikan

27
Yustahar, F. (2020). Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Tradisi Ta’dzimTerhadap Kiyai di
Pesantren Mahasiswa An Najah Purwokerto. IAIN Purwokerto.

30
karakter dalam tradisi khidmat. Sehingga penelitian ini berbeda dengan penelitian

terdahulu dan dapat ditegaskan bahwa penelitian ini bukanlah pengulangan dari apa

yang telah di teliti oleh peneliti sebelumnya serta penelitian ini bukan merupakan

plagiat.

2.4 Kerangka Teori

Pondok pesantren mempunyai cara tersendiri dalam mengajarkan moral, adab,

perilaku dan sopan santun yang merupakan bentuk dalam pendidikan karakter. Dalam

dunia pesantren khidmat / mengabdi bukanlah hal yang baru, malainkan hal yang sudah

lumrah dilakukan. Mengabdi ada tiga macam caranya. Pertama, mengabdi dengan fisik

atau tenaga. Kedua, mengabdi dengan harta. Ketiga, mengabdi dengan doa. Dari tiga

macam cara mengabdi ini, mengabdi dengan fisik atau tenaga yang biasa kerap

dilakukan di pondok pesantren. Salah satu bentuk pengabdiannya yaitu biasanya santri

ikut di ndalem (kediaman) kiyai untuk membantu pekerjaan kiyai (Fahmiy 2020).

Tradisi khidmat santri merupakan salah satu bentuk pembiasaan baik yang

dilakukan oleh santri di pondok-pondok pesantren pada umumnya dan begitu pula di

Pondok Pesantren Annur Azzubaidi Desa Larowiu Kecamatan Meluhu melalui kegiatan

pengabdian, membantu, melayani, meladeni kiyai/asaatidz maupun pondok secara

umum sebagai bentuk ikrom dan takzim santri kepadanya dengan harapan sebagai wujud

untuk mendapatkan barakah dari guru.

Kaitannya dengan pendidikan Islam, dari semua bentuk-bentuk ataupun aspek

kegiatan yang dilakukan dalam tradisi khidmat santri terdapat nilai-nilai pendidikan

Islam yang terkandung di dalamnya. Melalui nilai pendidikan Islam yang ada, dapat

memberikan dampak terhadap diri santri.


31
Pondok

Kiyai & Asaatidz Santri

Tradisi

Bentuk-Bentuk
Khidmat
Santri

Nilai-Nilai Dampak Tradisi


Pendidikan
Khidmat Terhadap
Islam dalam
diri Santri
Tradisi
Khidmat
Santri
Bagan 2.1
Kerangka
Teori

32
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah metode

kualitatiif dengan pendekatan fenomenologi, yang merupakan penelitian yang

didasari dari pengalaman subjektif atau fenomenologikal yang dialami pada diri

individu. Melalui pendekatan fenomenologi dapat menganalisis kejadian,

fenomena dan keadaan sosial. Kaitannya dengan judul penelitian ini, bahwa

penelitian ini mengarah kepada sebuah fenomena di pondok pesantren yaitu

sebuah tradisi khidmat santri, sehingga temuannya harus disajikan berupa

gambaran lengkap mengenai setting sosial atau di maksudkan untuk eksplorasi

dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial tersebut. Caranya

dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable tersebut.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat atau lokasi penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti di Pondok

Pesantren Annur Azzubaidi yang berlokasi di Desa Larowiu, Kecamatan Meluhu,

Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelusuran dan pengumpulan

data dari penelitian ini di mulai pada observasi awal 1 Januari 2024.

3.3 Data dan Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu dapat dibagi menjadi dua,

yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer dalam penelitian ini adalah sumber data yang diambil peneliti

melalui observasi dan wawancara kepada para informan antara lain ialah

pengasuh pondok pesantren (kiyai), asatidz dan santri di pondok pesantren Annur

33
Azzubaidi. Alasan ditetapkan informan tersebut yaitu:

1. Kiyai dan asaatidz, mereka merupakan pengasuh dan pengajar di

pondok pesantren Annur Azzubaidi.

2. Santri, mereka merupakan subyek yang terlibat dalam kegiatan

tradisi Khidmat santri di pondok pesantren Annur Azzubaidi

3. Secara umum mereka adalah orang yang kredibel dalam

memberikan informasi penelitian dan yang terlibat langsung

berkenaan dengan objek yang diteliti oleh peneliti, mengetahui

aspek-aspek yang dikaji dalam penelitian ini, menguasai berbagai

informasi yang akurat berkenaan dengan tradisi khidmat santri di

pondok pesantren Annur Azzubaidi (prespektif Pendidikan Islam).

Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah sumber data

yang diperoleh lewat pihak lain tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari

subyek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi

dari sumber kepustakaan, literatur dan referensi lain seperti artikel,

jurnal maupun dokumentasi yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Annur

Azzubaidi yang telah tersedia, di antaranya sejarah berdirinya pondok

pesantren Annur Azzubaidi, struktur organisasi, data pengajar dan santri

serta dokumentasi lainnya yang dianggap relevan dengan topik yang akan

diteliti dan dapat menunjang sepenuhnya penelitian ini.

Dalam pemilihan informan digunakan teknik purposive

sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel

sumber data yang didasarkan dengan pertimbangan tertentu yang

34
berkaitan dengan yang diteliti.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penelitian ini, Peneliti menggunakan beberapa

teknik, yaitu sebagai berikut:

3.4.1 Observasi (pengamatan).

Observasi ialah metode atau cara menganalisis dan mengadakan

pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau

mengamati individu atau kelompok secara langsung. Observasi yang dilakukan

oleh peneliti ialah dengan cara terjun langsung ke dalam lingkungan penelitian

yang di laksanakan di pondok pesantren Annur Azzubaidi, baik secara langsung

maupun tidak langsung.

Observasi secara langsung adalah pengumpulan data melalui pengamatan

dan pencatatan gejala secara langsung atau peneliti terjun secara langsung pada

objek yang berada di lokasi kejadian. Sedangkan observasi secara tidak langsung

adalah pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan gejala pada objek

penelitian melalui perantara orang lain.

Pengamatan atau observasi ini dilakukan guna melihat dan mencatat hal-

hal yang berkaitan dengan informasi yang dibutuhkan untuk memperoleh data

tentang tradisi khidmat santri di pondok pesantren Annur Azzubaidi Desa

Larowiu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe (prespektif Pendidikan Islam).

Adapun aspek yang diobservasi di antaranya yaitu: Pertama, bentuk-

bentuk khidmat yang dilakukan santri di pondok pesantren Annur Azzubaidi.

Kedua, kebiasaan santri kaitanya dengan tradisi khidmat di pondok pesantren

Annur Azzubaidi, dan Ketiga, perilaku santri dalam kesehariannya di pondok

35
pesantren baik dengan kiyai atau asaatidz maupun sesama santri lainnya.

3.4.2 Interview (wawancara)

Interview (wawancara) ialah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua

pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan

dan yang diwawancarai (narasumber) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan

itu. Peneliti akan mewawancarai kepada kiyai, ustadz dan santri di pondok

pesantren Annur Azzubaidi mengenai tradisi khidmat santri dipondok pesantren

Annur Azzubaidi.

Dalam teknik wawancara ini, peneliti mewawancarai informan yang telah

ditentukan mengenai konsep tradisi khidmat, bentuk-bentuk kegiatan tradisi

khidmat dan dampak dari tradisi khidmat.

Dalam melakukan wawacara, peneliti menggunakan teknik wawancara

langsung maupun tidak langsung. Teknik wawancara langsung digunakan apabila

informan bersedia untuk memberikan jawaban atau tanggapan secara langsung

atau spontan. Begitupun teknik wawancara secara tidak langsung digunakan

apabila informan tidak bersedia di wawancarai secara langsung atau memerlukan

waktu untuk menyusun jawaban atau tanggapan, maka dalam teknik

wawanacara tidak langsung ini, peneliti akan menggunakan dokumen

wawancara/pertanyaan secara tertulis.

3.4.3 Dokumentasi

Selain menggunakan observasi dan wawancara, upaya untuk memperoleh

data dan informasi yang diharapkan dalam penelitian ini juga dilakukan melalui

pengkajian berbagai dokumen yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan

36
karakter dalam tradisi khidmat santri.

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan

catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga

akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan. Metode

ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan

dokumen atau literatur yang tersedia. Dalam penelitian sosial, fungsi data yang

berasal dari dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai data pendukung dan

pelengkap bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara

mendalam.

Melalui teknik pengumpulan data dokumentasi, peneliti gunakan untuk

menggali data berupa dokumen terkait objek yang diteliti di antaranya: mengenai

profil atau sejarah, struktur organisasi, data pengajar dan santri, fotografi hasil

pengamatan mengenai tradisi khidmat santri di pondok pesantren Annur

Azzubaidi dan dokumentasi lainnya yang relevan dengan objek yang diteliti.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses untuk pengorganisasian data dalam

rangka mendapatkan pola-pola atau bentuk-bentuk keteraturan lainnya dalam

sebuah penelitian.28

Dari data yang diperoleh dalam penelitian kemudian dianalisis dengan

menggunakan 4 tahap analisis data, yaitu:

3.5.1 Pengumpulan Data (Data Collection)

28
Musthafa, I., & Hermawan, A. (2018). Metodologi Penelitian Bahasa Arab Konsep Dasar,
Strategi, Metode, Teknik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal. 269

37
Pengumpulan data merupakan langkah awal yang peneliti lakukan

dengan mengumpulkan data-data yang ada yang diperoleh dari sumber

data yang ada, baik hasil data observasi, interview/wawancara, maupun

dokumentasi.

3.5.2 Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data yaitu semua data di lapangan dianalisa sekaligus

dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan

demikain, data yang direduksi tersusun secara sistematis dan lebih mudah

dikendalikan.

3.5.3 Penyajian Data (display data)

Penyajian data yaitu teknik yang dilakukan oleh peneliti agar data yang

diperoleh dan banyak jumlahnya dapat dikuasai. Dengan mendiplay- kan data, maka

akan memudahkan untuk memahami apa yang akan terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami ttersebut. Membuat display merupakan sari

analisis untuk pengambilan kesimpulan.

3.5.3 Verifikasi Data

Menurut Fitrah dan Luthfiyah (dalam Miles dan Huberman 1984),

verifikasi data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal

yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

38
Pengumpulan
data Penyajian
data

Reduksi
data
Verifikasi
data

Gambar 3.1
Analisi Data Kualitatif

3.6 Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menghindari kesalahan atau kekeliruan data yang telah terkumpul,

perlu dilakukan pengecekan atau pemeriksahan keabsahan data. Adapun teknik

pemeriksaan keabsahan data yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai

berikut:

3.6.1 Meningkatkan ketekunan. Berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan.

3.6.2 Triangulasi. Yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai

cara dan berbagai waktu. Prinsip triangulasi adalah prinsip menguji

keabsahan data dengan klasifikasi data melalui penggunaan saluran

pengambilan data yang berbeda hingga data yang diperoleh telah jenuh,

sehingga dapat menghasilkan data yang absah dan valid. 29 Triangulasi

29
Sahide, M. A. K. (2019). Buku Ajar Metodologi Penelitian Sosial: Keahlian Minimum untuk
Teknik Penulisan Ilmia. Makassar: Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin. Hal.10

39
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu triangulasi sumber, triangulasi

waktu dan triangulasi teknik.

1. Triangulasi Sumber

Membandingkan kembali tingkat keabsahan data dan

informasi yang telah diambil dari sumber yang berbeda, seperti

membandingkan antara hasil wawancara dengan observasi, antara

informasi yang disampaikan di hadapan umum dengan secara pribadi,

dan membandingkan anatara hasil wawancara dengan dokumen yang

ada.

2. Triangulasi Waktu

Untuk mendapatkan data dan informasi yang lebih sahih,

peneliti perlu melakukan observasi beberapa kali, pada waktu dan

kondisi yang berbeda.

3. Triangulasi Teknik

Dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang

sama dengan teknik yang berbeda. Misal, data yang didapatkan

dengan wawancara akan dicek dengan observasi dan dokumentasi.

DAFTAR PUSTAKA

Darwis, M. (2020). Revitalisasi Peran Pesantren Di Era 4.0. Dakwatuna:


JurnalDakwah dan Komunikasi Islam, 6(1), 128-137. DOI:
10.36835/dakwatuna.v6i01.509

40
Dhofier, Z. (2011). Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya
Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta: LP3ES.
Djakfar, F. A. (2020). Pemaknaan Barakah Bagi Para Santri Kabulâ di Pesantren
Bangkalan. In ICoIS: International Conference on Islamic Studies, 1(1),
224-235.
Fitriyah, L., Marlina., & Suryani. (2019). Pendidikan Literasi Pada Pembelajaran
Kitab Kuning di Pondok Pesantren Nurul Huda Sukaraja. Titian Ilmu
Fahham, A. M. (2020). Pendidikan Pesantren Pola Asuh, Pembentukan Karakter
dan Perlindungan Anak. Jakarta: Publica Institute Jakarta.
Hariadi. (2015). Evolusi Pesantren: Studi Kepemimpinan Kiai Berbasis Orientasi
ESQ. Yogyakarta: LkiS.

Kurniawan, A. (2016). Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Dalam


Menjawab Krisis Sosial. Edueksos: Jurnal Pendidikan Sosial &
Ekonomi, 4(2), 1-19.
Kamal, F. (2020). Model Pembelajaran Sorogan dan Bandongan Dalam Tradisi
Pondok Pesantren. Paramurobi: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 3(2),
15-26. DOI: 10.32699/paramurobi.v3i2.1572

Musthafa, I., & Hermawan, A. (2018). Metodologi Penelitian Bahasa Arab


Konsep Dasar, Strategi, Metode, Teknik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Marzuki, M, & Masrukin, A. (2019). Motif Orang Tua Santri di Pondok Pesantren HM
Lirboyo. Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman, 30(1), 166-181. DOI:
10.3336/tribakti.v30i1.667

Muchlis, M. (2015). Tradisi Pesantren dalam Tantangan Arus Globalisasi.


Kreatif: Jurnal Studi Pemikiran Pendidikan Agama Islam, 13(1), 100-108.
DOI: 10.52266/kreatif.v13i1.74

Nasution, S. (2019). Pesantren: Karakteristik dan Unsur-Unsur


Kelembagaan. TAZKIYA, 8(2), 125-136.
Samsudin, & Kuncoro. (2022). Tradisi Khidmah Dalam Perpspektif
PendidikanIslam. Jurnal Progress: Wahana Kreatifitas dan
Intelektualitas, 10(1), 298-317. DOI: 10.31942/pgrs.v10i1.6383
Sahide, M. A. K. (2019). Buku Ajar Metodologi Penelitian Sosial: Keahlian
Minimum untuk Teknik Penulisan Ilmia. Makassar: Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin. Hal.10
Wiranata, R. R. S. (2019). Tantangan, Prospek dan Peran Pesantren dalam Pendidikan

Karakter di Era Revolusi Industri 4.0. AL-MANAR: Jurnal Komunikasi dan

Pendidikan Islam, 8(1), 61-92. DOI: 10.36668/jal.v8i1.99

41
Yustahar, F. (2020). Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Tradisi
Ta’dzimTerhadap Kiyai di Pesantren Mahasiswa An Najah Purwokerto.
IAIN Purwokerto.

Zuhri, S. (2002). Reformulasi Kurikulum Pesantren, dalam Ismail, S.M. Dinamika


Pesantren dan Madrasah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zainal, A. (2018). Pesantren Rakyat; Menyoal Daya Tahan Penjaga Tradisi
Keagamaan Di Sulawesi Tenggara. Laporan Penelitian

PEDOMAN OBSERVASI

1. Mengamati secara langsung lokasi Pondok Pesantren Annur Azzubaidi

untuk mengetahui pelaksanaan khidmat santri dan fasilitasnya.

42
2. Mengamati dan berinteraksi dengan Ketua/Pengasuh Pondok Pesantren

Annur Azzubaidi terhadap tradisi khdimat santri di Pondok Pesantren

Annur Azzubaidi.

3. Mengamati dan berinteraksi dengan tenaga pengajar/asaatidz Pondok

Pesantren Annur Azzubaidi terhadap tradisi khdimat santri di Pondok

Pesantren Annur Azzubaidi.

4. Mengamati dan berinteraksi dengan santri Pondok Pesantren Annur

Azzubaidi dalam tradisi khdimat santri di Pondok Pesantren Annur

Azzubaidi.

INSTRUMEN WAWANCARA PENELITIAN

Judul:

43
TRADISI KHIDMAT SANTRI DI PONDOK PESANTREN ANNUR
AZZUBAIDI DESA LAROWIU KECAMATAN MELUHU KABUPATEN
KONAWE (PRESPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM)

Rumusan Masalah:

1. Bagaimanakah bentuk-bentuk khidmat santri di Pondok Pesantren


Annur Azzubaidi?
2. Bagaimanakah dampak tradisi khidmat bagi santri di Pondok
Pesantren Annur Azzubaidi?
I. Identitas informan
a. Nama Lengkap : ..............................................................
b. Jenis Kelamin : ..............................................................
c. Umur : ..............................................................
d. Tingkat Pendidikan : ..............................................................
e. Unit Kerja : ..............................................................

II. Petunjuk
a. Berilah jawaban yang sesuai atas seluruh pertanyaan yang diajukan
b. Pedoman wawancara ini digunakan untuk kepentingan penelitian dalam
rangka penulisan tesis
c. Jawaban yang diberikan dianggap benar dan dijamin kerahasiaannya
d. Terima kasih atas jawaban yang diberikan.

Hari/
Interviewer Position Pukul
Tanggal
Wahyu Annuriyah Peneliti
Pertanyaan Tempat
Jawaban Wawancara

44
1. Bagaimanakah sejarah singkat
Pondok Pesantren Annur
Azzubaidi. Jelaskan secara rinci!

2. Bagaimanakah keadaan tenaga


pengajar Pondok Pesantren Annur
Azzubaidi Jelaskan secara rinci!

3. Bagaimanakah keadaan santri


Pondok Pesantren Annur
Azzubaidi. Jelaskan secara rinci!

4. Bagaimanakah keadaan sarana


dan prasarana Pondok Pesantren
Annur Azzubaidi Jelaskan secara
rinci!
5. Apa visi dan misi Pondok
Pesantren Annur Azzubaidi?

6. Apa sajakah lembaga-lembaga di


Pondok Pesantren Annur
Azzubaidi?
7. Apa tujuan dan fungsi Pondok
Pesantren Annur Azzubaidi?

8. Bagaimanakah Konsep tradisi


khidmat santri menurut anda?
9. Bagaimanakah konsep tradisi
khidmat santri yang diterapkan di
Pondok Pesantren Annur
Azzubaidi?
10. Kapan tradisi khidmat santri
mulai diterapkan di Pondok
Pesantren Annur Azzubaidi?

11. Apa tujuan dari tradisi khidmat


santri yang diterapkan di Pondok
Pesantren Annur Azzubaidi?

12. Apa sajakah bentuk-bentuk tradisi

khidmat yang dilakukan oleh


santri?

45
13. Seperti yang telah diketahui,
dalam pelaksanaan khidmat bagi
santri, terdapat santri khusus yang
dipercayai untuk berkhidmat di
pondok khususnya di ndalem. Apa
yang menjadi alasan santri khusus
tersebut dipercayai atau
diamanahkan untu berkhidmat di
ndalem dibanding santri-santri
yang lain?
14. Dalam hal pendidikan karakter,
bagaimanakah peran tradisi
khidmat santri dalam
pembentukan karakter santri?
16. Berdasarkan hasil pantauan anda,
bagaimanakah dampak dari
diterapkan tradisi khidmat santri
baik bagi lembaga maupun bagi
santri?
17. Apakah kesan dan pesan anda
terkait tradisi khidmat santri yang
diterapkan di Pondok Pesantren
Annur Azzubaidi?

46
47

Anda mungkin juga menyukai