Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SIKAP SOSIAL
DOSEN PENGAMPU : Anggi Dharma, M.Pd

Disusun sebagai tugas terstruktur


Mata kuliah Psikologi Sosial

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
ILHAM FADHILAH (12040414603)
INDAH CAMELIANI HUSNA (12040421574)
PANDU DWI YUDAKUSUMA (12040411554)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sikap
Sosial” ini tepat pada waktunya, Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah Psikologi Sosial. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang cara memotivasi
diri bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Anggi Dharma, M.Pd, selaku
dosen pengampu yang telah memberikan banyak sekali bimbingan sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
berkontribusi dan sumbangsinya baik berupa pemikiran dan materi sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini, kami menyadari makalah yang saya susun ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, Oktober 2021

Kelompok 3...........

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan Permasalahan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
A. Pengertian dan Komponen Sikap Sosial..............................................................3
B. Pembentukan dan Perubahan Sikap Sosial...........................................................4
C. Sikap Sosial dalam Berdakwah............................................................................6
BAB III PENUTUP.................................................................................................10
A. Kesimpulan .......................................................................................................10
B. Saran ........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut attitude pertama kali
digunakan oleh Herbert Spencer (1862), yang menggunakan kata ini untuk
menunjuk suatu status mental seseorang. Kemudian pada tahun 1888 Lange
menggunakan konsep ini dalam suatu eksperimen laboratorium. Kemudian
konsep sikap secara populer digunakan oleh para ahli sosiologi dan psikologi.
Bagi para ahli psikologi, perhatian terhadap sikap berakar pada alasan
perbedaan individual. Mengapa individu yang berbeda memperlihatkan tingkah
laku yang berbeda di dalam situasi yang sebagian besar gejala mi diterangkan
oleh adanya perbedaan sikap. Sedang bagi para ahli sosiologi sikap memiliki
arti yang lebih besar untuk menerangkan perubahan sosial .

Kita telah mengetahui bahwa orang dalam berhubungan dengan orang


lain tidak hanya berbuat begitu saja, tetapi juga menyadari perbuatan yang
dilakukan dan menyadari pula situasi yang ada sangkut pautnya dengan
perbuatan itu. Kesadaran mi tidak hanya mengenai tingkah laku yang sudah
terjadi, tetapi juga tingkah laku yang mungkin akan terjadi. Kesadaran individu
yang menentukan perbuatan nyata dan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan
terjadi inilah yang dinamika SIKAP. Jadi sikap ialah suatu hal yang
menentukansifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang
akan datang.

Oleh karena itu ahli psikologi W.J. Thomas memberi batasan sikap
sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang
nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial.
Dalam hal ini Thomas menyatakan bahwa sikap seseorang selalu diarahkan
terhadap sesuatu hal atau suatu objek tertentu. Tidak ada satu sikap pun yang
tanpa objek.

1
2

B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dari sikap sosial?
2) Apa saja komponen dari sikap sosial?
3) Bagaimana proses pembentukan dan perubahan sikap sosial?
4) Bagaimana sikap sosial dalam berdakwah?

C. Tujuan
1) Memahami pengertian sikap sosial
2) Mengetahui komponen sikap sosial
3) Mengetahui proses pembentukan dan perubahan sikap sosial
4) Mengetahui sikap sosial dalam berdakwah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Komponen Sikap Sosial


Sikap atau “attitude” yaitu sikap mental individu dalam bereaksi dan
bertindak terhadap objek (Reslawati, 2007:98). Dalam penelitian Khoirul yang
berjudul “Hubungan Perilaku Tawadlu’ Siswa Terhadap Guru dengan Perilaku
Sosial Siswa” menyebutkan bahwa sikap dikaitkan dengan perilaku atau
perbuatan manusia dalam kehidupan sehari – hari. Sikap akan memberikan
warna atau corak pada perilaku atau perbuatan seseorang (Walgito, 1990:106).
Sedangkan menurut Krech dkk, mendefinisikan “sikap adalah
organisasi yangbersifat menetap dari proses motivasional, emosional,
perseptual dan kognitifmengenai beberapa aspek dunia individu”. Definisi sikap
menurut Krech dkk tersebut sesuai dengan teori respons kognitif (cognitive
response theory) dimana teori ini mengasumsikan bahwa seseorang melakukan
respon terhadap suatu komunikasi dengan pikiran yang positif maupun negatif,
dan dengan pikiran ini dapat menentukan apakah orang akan mengubah
sikapnya atau tidak. Definisi ini didukung adanya teori belajar, yang
menganggap bahwa sikap merupakan hasil dari stimulus yang dilalui pada saat
proses belajar atau proses lainnya, sehingga proses belajar ini menentukan sikap
seseorang (Yeni, 2014:57).
Dapat disimpulkan bahwa sikap adalah sikap individu dalam
bertindak yang merupakan hasil dari stimulus yang diterima dalam kegiatannya
atau pengalamannya yang dapat menimbulkan atau mempengaruhi perbuatan
dan tingkah laku individu tersebut. Seseorang dalam bersikap kepada orang lain
akan membentuk sikap sosial. Hal tersebut dikarenakan, sikap sosial akan
menimbulkan interaksi atau komunikasi dengan orang lain (banyak orang)
sehingga seseorang dapat saling bekerja sama.
Sebagaimana menurut Hurlock yang mengatakan bahwa sikap sosial
adalah mampu bekerja sama, dapat bersaing secara positif, mampu berbagi pada

3
4

yang lain, memiliki hasrat terhadap penerimaan sosial, bergantung secara


positif pada orang lain, dan memiliki sikap kelekatan (attachment behavior)
yang baik (Lydia, 2012: 99).
Jadi, sikap sosial adalah interaksidengan orang lain, sehingga dapat
membentuk suatu perilaku atau perbuatan yang membuat orang dapat saling
bekerja sama. Nur Faizah melakukan penelitian yang berjudul “Sikap Sosial
dan Kinerja Guru yang Gagal Menempuh Pendidikan dan Pelatihan Profesi
Guru” dalam penelitian tersebut menjelaskan mengenai sikap sosial seseorang,
menurutnya sikap sosial sangat erat kaitannya dengan perilaku atau perbuatan
manusia dalam kehidupan sehari-hari, dengan mengetahui sikap seseorang,
orang lain akan menduga dan mengamati bagaimana sikap yang diambil oleh
orang yang bersangkutan terhadap suatu masalah yang dihadapkan pada
dirinya.
Pada hakekatnya sikap merupakan suatu interelasi dari berbagai
komponen. Menurut Allport (dalam Tri Dayakisni, 2009: 90) komponen –
komponen tersebut ada 3, yaitu:Tiap-tiap sikap mempunyai 3 aspek diantaranya
:
1. Aspek Kognitif yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal
pikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman, dan keyakinan
serta harapan-harapan individu tentang objek atau kelompok objek
tertentu.
2. Aspek Afekit berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan
tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipati, dan sebagainya
yang ditujukan kepada objek-objek tertentu.
3. Aspek Konatif: berwujud proses tendensi/kecenderungan untuk
berbuatu sesuatu objek, misalnya kecenderungan memberi pertolongan,
menjauhkan diri dan sebagainya.

B. Pembentukan dan Perubahan Sikap Sosial


5

Sikap timbul karena ada stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu


banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan
misalnya: keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Dalam hal ini
keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap putra-
putranya. Sebab keluargalah sebagai kelompok primer bagi anak merupakan
pengaruh yang paling dominan. Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Ini
bukan berarti orang tidak bersikap. Ia bersikap juga hanya bentuknya: diam.
Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu,
misalnya: ekonomi, politik, agama dan sebagainya. Di dalam perkembangannya
sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan, norma-norma atau group. Hal ini
akan mengakibatkan perbedaan sikap antara individu yang sama dengan yang
lain karena perbedaan pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak
akan terbentuk tanpa interaksi manusia, terhadap objek tertentu atau suatu
objek.

1. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap


1) Faktor intern: yaitu manusia itu sendiri.
2) Faktor ekstern: yaitu faktor manusia disekitarnya.
Dalam hal ini Sherif mengemukakan bahwa sikap itu dapat diubah atau
dibentuk apabila:
a. Terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia.
b. Adanya komunikasi (yaitu hubungan langsung) dan satu pihak.
Faktor inipun masih tergantung pula adanya:
 Sumber penerangan itu memperoleh kepercayaan orang
banyak/tidak.
 Ragu-ragu atau tidaknya menghadapi fakta dan isi sikap baru itu.
Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap
terbentuk dalam hubungannya dengan suatu objek, orang, kelompok, lembaga,
nilai, melalui hubungan antar individu, hubungan di dalam kelompok,
6

komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi dan sebagainya, terdapat
banyak kemungkinan yang mempengaruhi timbulnya sikap. Lingkungan yang
terdekat dengan kehidupan sehari-hari baiyak memiliki peranan. Keluarga yang
terdiri dan: orang tua, saudara-saudara di rumah memiliki peranan yang
penting.

Sementara orang berpendapat bahwa mengajarkan sikap adalah merupakan


tanggung jawab orang tua atau lembaga-lembaga keagamaan. Tetapi tidaklah
demikian halnya. Lembaga lembaga sekolah pun memiliki tugas pula dalam
membina sikap ini. Bukankah tujuan pendidikan baik di sekolah maupun di luar
sekolah adalah mempengaruhi, membawa, membimbing anak didik agar
memiliki sikap seperti yang diharapkan oleh masing-masing tujuan pendidikan?

Dengan demikian lembaga pendidikan formal dalam hal ini sekolah memiliki
tugas untuk membina dan mengembangkan sikap anak didik menuju kepada
sikap yang kita harapkan.Pada hakikatnya tujuan pendidikan adalah mengubah
sikap anak didik ke arah tujuan pendidikan.

2. Hubungan antara Sikap dan Tingkah laku


Adanya hubungan yang erat antara sikap (attitude) dan tingkah laku (behavior)
didukung oleh pengertian sikap yang mengatakan bahwa sikap merupakan
kecenderungan untuk bertindak.

Tetapi beberapa penelitian yang mencoba menghubungkan antara sikap dan


tingkah laku menunjukkan hasil yang agak berbeda, yaitu menunjukkan
hubungan yang kecil saja atau bahkan hubungan yang negatif.

C. Sikap sosial dalam Berdakwah


Dalam Islam, perilaku sosial merupakan salah satu unsur dalam
kehidupan bermasyarakat. Manusia dalam segi bathiniyah diciptakan dari
7

berbagai macam naluri, di antaranya memiliki naluri baik dan jahat. Naluri baik
manusia sebagai makhluk sosial itulah yang disebut fitrah, dan naluri jahat
apabila tidak dituntun dengan fitrah serta agama akan menjadi naluri yang
bersifat negatif.
Dalam Alquran telah dijelaskan mengenai naluri manusia sebagai
makhluk sosial dan tujuan dari penciptaan naluri tersebut:
“Kami telah menentukan di antara mereka keadaan hidup mereka di dunia ini,
dan Kami telah meninggikan sebagian mereka daripada sebagian yang lain
beberapa derajat, agar sebagian mereka mengambil manfaat dari sebagian
lain.”  (QS Az-Zukhruf: 32)

Sejatinya daya tahan naluri manusia terhadap hal-hal jahat (negatif),


ditentukan oleh tingkat kedekatan seorang hamba kepada Allah SWT.
Hablumminallah dan hablumminannas adalah cerminan dari tauhid ibadah
dan perilaku sosial yang akan membentuk karakter Islami yang spesifik. Karena
setiap manusia secara alamiah telah diperlengkapi oleh Allah SWT instrumen-
instrumen kemanusiaan yang dapat mengangkat hakat dan martabat manusia
itu.
Akan tetapi, perilaku sosial tersebut belumlah sempurna sebelum ada
sentuhan tauhid dan ibadah serta nilai-nilai sosial Islam. Hal ini disebabkan,
karena manusia tidak hanya hidup di alam dunia saja, namun juga akan hidup
dalam kehidupan selanjutnya yakni hidup dalam alam barzakh dan alam
akhirat, ungkapnya.
Di lain sisi, Rasulullah Saw telah banyak memberikan contoh dan
teladan yang universal tentang perilaku sosial dalam masyarakat. Seperti
ketika Rasulullah Saw berada dalam sebuah majelis berkumpul bersama para
sahabat, ketika itu para sahabat banyak yang datang dari golongan rendah
(miskin). Seperti Salman al-Farisi, Ammar bin Yasir, Suhayb Khabab bin Al-
Arat. Mereka berpakaian sederhana, kusut dan jubah bulu yang tradisional.
Meskipun demikian, merekalah sahabat setia Rasulullah dalam
8

memperjuangkan risalah dan dakwah Islam.


Dalam majelis itu juga hadir para bangsawan. Mereka melihat para
sahabat dengan tatapan kurang nyaman karena akan duduk berdekatan dengan
rakyat miskin yang tidak lain merupakan sahabat Rasulullah Saw. Seraya
berkata kepada Rasulullah Saw, "Wahai Rasulullah, bisakah kami mendapatkan
majelis khusus bagi kami dan tidak bersama dengan rakyat miskin ini.
Mayarakat Arab tahu dan mengenal kemuliaan kami. Utusan-utusan dari
berbagai Qabilah Arab akan datang dalam majelis ini. Kami sebagai bangsawan
merasa malu apabila mereka melihat kami duduk satu majelis dengan rakyat
biasa."

Sehingga turunlah Surat Al-An’am Ayat 52 yang berbunyi:


"Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi
hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya. Kamu
tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka. Begitu
pula mereka tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu,
yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasuk
orang-orang yang zalim."

Rasulullah dengan tenang meminta sahabatnya untuk duduk lebih


berdekatan lagi, merapat dengan lutut Rasulullah Saw. Beliau lalu memulai
majelis dengan ucapan "Assalamu'alaikum", seakan menjawab permintaan para
bangsawan Quraisy tadi. Dengan adanya peristiwa tersebut, Rasulullah Saw
untuk selanjutnya selalu berkumpul bersama para sahabatnya. Mereka duduk
dalam satu majelis dan berdekatan dengan tidak memandang golongan rendah
ataupun bangsawan.
Dari kisah tersebut, Rasulullah Saw mengajarkan serta memberikan
teladan kepada umat mengenai perilaku sosial yang harus ada dalam jiwa umat
Islam. Tidak adanya perbedaaan antar golongan, maupun saling menjatuhkan
dan saling mengunjing, karena sesungguhnya Allah SWT tidak melihat rupa,
harta dan derajat seseorang. Allah SWT akan melihat ke dalam hati umat
9

manusia yang bertakwa, Innallah la yandzuru ila ajsadikum, wa la ila


suwarikum, wa laiknna allah yandzuru ila qulubikum. 
Di sinilah letak Islam sangat menjunjung tinggi perilaku sosial antar
umat manusia. Perilaku yang bersifat menindas serta merendahkan martabat
manusia hanya untuk kepentingan sebelah pihak semata, sangat dilarang dalam
Islam. Dan Islam mengajarkan tasammuh yang lebih universal, tidak
memandang dan berpihak hanya kepada golongan tertenu namun kepada umat
manusia secara keseluruhan. Itulah perwujudan dari hablumminannas.
Negara-negara muslim seyogyanya peka terhadap aspek perilaku
sosial. Hendaknya pula menjadi negeri yang mencerminkan kepribadian serta
perilaku sosial bermasyarakat yang baik antara sesama masyarakat dan umat
manusia di berbagai negeri.
Hal itupun akan dapat terealisasi, ketika umat manusia kembali
kepada ajaran Islam dalam hablumminallah (hubungan dengan Allah) dan
hablumminannas (hubungan sesama manusia). Sehingga, dengan keridhaan
Allah SWT akan terwujud baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sikap sosial adalah interaksidengan orang lain, sehingga dapat
membentuk suatu perilaku atau perbuatan yang membuat orang dapat saling
bekerja sama. Nur Faizah melakukan penelitian yang berjudul “Sikap Sosial
dan Kinerja Guru yang Gagal Menempuh Pendidikan dan Pelatihan Profesi
Guru” dalam penelitian tersebut menjelaskan mengenai sikap sosial seseorang,
menurutnya sikap sosial sangat erat kaitannya dengan perilaku atau perbuatan
manusia dalam kehidupan sehari-hari, dengan mengetahui sikap seseorang,
orang lain akan menduga dan mengamati bagaimana sikap yang diambil oleh
orang yang bersangkutan terhadap suatu masalah yang dihadapkan pada
dirinya.
Rasulullah Saw mengajarkan serta memberikan teladan kepada umat
mengenai perilaku sosial yang harus ada dalam jiwa umat Islam. Tidak adanya
perbedaaan antar golongan, maupun saling menjatuhkan dan saling
mengunjing, karena sesungguhnya Allah SWT tidak melihat rupa, harta dan
derajat seseorang. Allah SWT akan melihat ke dalam hati umat manusia yang
bertakwa, Innallah la yandzuru ila ajsadikum, wa la ila suwarikum, wa laiknna
allah yandzuru ila qulubikum. 

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat dan sampaikan. Mudah-
mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua. Apabila ada kesalahan dalam
penulisan, ataupun ada refrensi yang kurang benar dalam pembahasan, kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kami menerima saran dan kritikan
dari pembaca demi kebaikan kelompok kami untuk selanjutnya. Tiada
kesempurnaan bagi kita, kecuali kesempurnaan itu hanya milik Allah semata.

10
DAFTAR PUSTAKA

Jalaludin Rahmat. 1985. Psikologi Komunikasi. Bandung : Penerbit PT Remaja


RosdakaryaKusmiati,
Sri. 1990. Dasar-dasar perilaku sosi. Jakarta : Penerbit Depkes RI
Ahmad Subandi dan Syukriadi sambas, Dasar-dasar Bimbingan (Al-Irsyad) dalam Dakwah
Islam, KP HADID, Bandung, 1999.
David J. Schwarts, The Magic of Thinking Big, terj. F.X. Budiyanto, Binarupa Aksara,
Jakarta, 1992.
Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam atas Problem-
problem Psikolgis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1994.

Anda mungkin juga menyukai