Anda di halaman 1dari 10

MEMBANGUN KOMUNITAS BELAJAR PROFESIONAL UNTUK

MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH


Oleh:
Cepi Triatna
Jurusan Administrasi Pendidikan – FIP UPI
(E-mail: cepitriatna@gmail.com)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mencari jawaban mengenai bagaimana mengembangkan kapasitas manajemen sekolah
untuk meningkatkan mutu pendidikan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi
kasus pada dua sekolah menengah atas. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kapasitas manajemen sekolah yang
dikembangkan melalui komunitas pembelajar profesional dengan fokus keteladanan kepemimpinan, belajar bersama
pendidik dan tenaga kependidikan dari proses manajemen, pengembangan kreativitas dalam memecahkan masalah, dan
penyediaan kondisi-kondisi lingkungan kerja yang sehat dapat meningkatkan mutu pendidikan. Peneliti
merekomendasikan beberapa hal bagi sekolah: 1) membuka keterlibatan berbagai pihak untuk menilai keberhasilan
sekolah; 2) mengelola aliran informasi menjadi semakin lancar kepada semua pihak terkait; 3) memoderasi
ketidakberfungsian pihak tertentu yang mengalami permasalahan dalam menjalankan tugas dan fungsinya atau dalam
pemecahan masalah yang dihadapinya; 4) penguatan rasa kekeluargaan sebagai sebuah komunitas; 5) melakukan
refleksi keterlibatan masing-masing PTK; 6) memperbanyak proses dialog, refleksi, dan evaluasi; dan 7) menciptakan
suasana sekolah yang nyaman dari kelelahan mental (burnout). Hasil penelitian ini mengisi ruang kosong dalam proses
mengembangkan kapasitas manajemen sekolah, khususnya dalam konteks sekolah-sekolah di Indonesia.

Kata kunci: Kapasitas manajemen sekolah, komunitas belajar profesional, mutu pendidikan

Abstract

The research aims is to find answer on how to develop the capacity of school management to improve the quality of
education. The Study was conducted by using qualitative approach through case studies at two senior high school. This
study concluded that the capacity of school management developed through professional learning communities with a
focus on exemplary leadership, studying with teachers and other personnel of the management process, the
development of creativity in solving problems, and providing the conditions of a healthy work environment can improve
the quality of education. Researchers recommend a few things for school: 1) open the involvement of various parties to
assess the success of the school; 2) manage the flow of information becomes more smoothly for all parties concerned;
3) moderate malfunction of certain parties who have problems in performing their duties and functions or in solving
his/her problems; 4) strengthening the sense of family as a community; 5) do reflection to the involvement of each PTK;
6) reproduce the process of dialogue, reflection, and evaluation; and 7) create a cozy atmosphere of the school mental
fatigue (burnout). The results of this study fill the empty space in the process of developing the school management
capacity, particularly in the context of schools in Indonesia.

Keywords: Capacity of School Management, Professional Learning Community, Quality of Education

PENDAHULUAN

Kapasitas manajemen sekolah mengalami tugasnya dan memecahkan masalah-masalah yang


masalah serius dilihat dari proses dihadapi sekolah.
penyelenggaraan dan hasil pendidikan saat ini Kondisi nyata tersebut menunjukkan
(Bappenas, 2009; Refleksi pengawas sekolah, bahwa sekolah tidak dapat memenuhi tuntutan
2010; Wayan Koster, 2011). Demikian juga hasil kerja profesional sebagai PTK dan tuntutan para
studi pendahuluan peneliti yang dilakukan pada pemangku kepentingan sekolah. Analisis lebih
hari Senin-Kamis, 14-17 November 2011 pada lanjut, permasalahan ini meliputi munculnya para
tiga SMA dan 2 SMK di Kota Cimahi. Studi awal kepala sekolah, guru, dan staf sekolah yang
ini menunjukkan bahwa sekolah mengalami merasa berat untuk: (1) memberikan layanan
banyak masalah kapasitas manajemen sekolah, terbaik bagi peserta didik, dan (2) memecahkan
khususnya terkait dengan ketidakberfungsian masalah yang dihadapi dan memenuhi harapan
peran dan fungsi pendidik dan tenaga para pemangku kepentingan. Masalah-masalah di
kependidikan (PTK) dalam menyelesaikan tugas- atas menunjukkan kapasitas manajemen sekolah
mengalami masalah yang serius, yaitu sekolah

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 37


tidak mampu memberikan layanan pokoknya keseharian sekolah (Lambert, 1998:11) dan
secara bermutu kepada pelanggan utamanya berlangsung secara terus menerus, bukan suatu
berupa fasilitasi pembelajaran yang bermutu bagi kegiatan insidental bagi PTK.
peserta didik. Upaya memecahkan masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus
rendahnya kapasitas sekolah dalam memberikan masalah, rumusan umum masalah penelitian
layanan pendidikan yang berkualitas bagi peserta adalah “Bagaimanakah kapasitas manajemen
didik memerlukan pengembangan kapasitas sekolah dikembangkan untuk meningkatkan mutu
manajemen sekolah yang terintegrasi dengan pendidikan di sekolah?”

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sekolah, yaitu dokumen rencana pengembangan
kualitatif melalui studi kasus pada dua sekolah sekolah, rencana kerja tahunan sekolah, rencana
menengah atas, yaitu SMA Negeri 2 Kota kerja dan anggaran sekolah, dokumen penilaian
Bandung dan SMA Negeri 2 Kota Tasikmalaya. guru, dokumen kegiatan sekolah, dokumen
Untuk mengumpulkan data, peneliti melakukan: administratif pembelajaran, dan lain-lain yang
1) pengamatan terhadap proses keseharian terkait dengan penyelenggaraan sekolah.
sekolah, baik proses di kelas maupun di luar kelas, Penggalian data lapangan dilakukan selama 12
2) wawancara kepada peserta didik, kepala bulan pada dua sekolah yang dijadikan sebagai
sekolah, guru, pustakawan, laboran, dan tenaga kasus penelitian.
tata usaha sekolah, 3) studi berbagai dokumen

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengembangan kapasitas sekolah dalam Keteladanan dimaksud adalah konsistensi antara


membangun visi, misi, dan tujuan sekolah apa yang disepakati bersama untuk diwujudkan
Proses pengembangan kepemimpinan secara bersama dengan apa yang diputuskan dan
warga sekolah membangun visi ditemukan bahwa dilakukan oleh pimpinan sekolah dalam
visi sekolah dimaknai sebagai kesepakatan warga mengelola sekolah.
sekolah bukan sebuah rumusan kalimat yang Pengembangan belajar bersama dalam
terpampang di berbagai artifact sekolah semata. membangun visi, misi, dan tujuan sekolah
Kesepakatan maksudnya adalah ide atau gagasan berkembang secara alamiah dalam proses
mengenai masa depan sekolah yang disepakati mengelola sekolah hari demi hari melalui dialog
dan diterima secara bersama oleh warga sekolah keseharian dan dialog formal dalam rapat
serta warga sekolah memahami peran diri masing- sekolah/panitia. Dialog adalah proses memahami
masing untuk mewujudkan visi tersebut. apa yang harus dilakukan, mengapa harus
Pengembangan kapasitas kepemimpinan melakukan hal tersebut, bagaimana
bermakna pengembangan peran diri warga melakukannya, apa peran diri PTK masing-
sekolah dalam menerima dan menyepakati, serta masing dalam hal tersebut, dan bagaimana
menindaklanjutinya melalui peran diri masing- peluang implementasinya ke depan.
masing. Perubahan lingkungan strategis sekolah
Esensi dari pengembangan kapasitas ikut berperan dalam menumbuhkembangkan
kepemimpinan dalam membangun visi, misi, dan kebutuhan PTK untuk terus belajar. Terkait
tujuan sekolah adalah perluasan keterlibatan dengan pengembangan visi sekolah, hal strategis
warga sekolah yang diwujudkan untuk mencapai yang dinilai penting bagi sekolah adalah trend
atau mewujudkan apa yang disepakati bersama pengelolaan pendidikan nasional seperti sekolah
oleh warga sekolah melalui peran diri masing- adiwiyata, green school, pembelajaran berbasis
masing. Keterlibatan warga sekolah dikaitkan ICT, dan lain sebagainya. Adapun faktor strategis
dengan komitmen peran diri masing-masing yang berasal dari lingkungan internal sekolah
dalam mencapai visi sekolah. Keterlibatan warga adalah peserta didik.
sekolah yang tidak dibarengi dengan tindaklanjut Pada komunitas/klik sekolah yang
dalam bentuk perilaku kerja keseharian, tidak diantara anggotanya ada yang berperan sebagai
dianggap sebagai pengembangan kapasitas school quality keeper (penjaga kepentingan),
kepemimpinan dalam membangun visi sekolah. sensitivitas terhadap perubahan lingkungan
Pengembangan kapasitas kepemimpinan sekolah strategis lebih intens terjadi. School quality keeper
dalam membangun visi sekolah mensyaratkan adalah orang yang memiliki sensitivitas tinggi
adanya keteladanan pimpinan formal sekolah. terhadap lingkungan strategis sekolah karena

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 38


dia/mereka sering merefleksi tindakan mereka dan program kerja sekolah. Fenomena ini menjadi
tindakan warga sekolah lainnya, berpengalaman ancaman yang luar biasa untuk proses
dalam mengelola sekolah dan dipandang pengembangan kapasitas penyusunan rencana
berintegritas oleh warga sekolah lainnya. kerja, karena refleksi tidak tumbuh subur dari
Perwujudan kreativitas dalam proses kerja yang mengakibatkan ide/gagasan
membangun visi, misi, dan tujuan sekolah pengembangan program kerja ke depan menajdi
merupakan proses yang diwujudkan salah satunya tumpul/tidak berkembang.
oleh proses membangun pengetahuan baru. Belajar bersama PTK dalam menyusun
Pembahasan yang berulang-ulang dengan orang rencana kerja tahunan sekolah dinilai efektif
yang berbeda dan konteks yang berbeda menjadi manakala ada kesempatan saling mengisi
media untuk membangun pengetahuan baru bagi pengetahuan atau kemampuan diantara PTK yang
warga sekolah. Dialog secara berulang-ulang pada belajar tersebut. Saling mengisi merupakan proses
warga sekolah dengan orang yang berbeda akan saling berbagi praktik yang telah dilakukan,
memunculkan pengetahuan baru. Pengetahuan pelajaran yang dapat diambil, pencegahan ke
inilah yang dapat dikategorikan sebagai bagian depan, dan pengembangan selanjutnya. Belajar
dari bentuk pengetahuan metakognitif. bersama dalam menyusunan rencana kerja
Sekolah sebagai kumpulan dari tahunan sekolah dinilai efektif ketika PTK
kelompok-kelompok kecil memiliki suatu menganggap anggota PTK lainnya yang terlibat
kekhasan yang dapat dipandang sebagai sebuah adalah orang-orang yang memiliki integritas diri
komunitas sekolah, yaitu kohesivitas perilaku sebagai pendidik. Dugaan negatif (syu’udzone)
yang dibimbing oleh kesepakatan bersama terhadap rekan sejawat akan menghambat proses
berdasarkan nilai dan norma yang disepakati. belajar diantara PTK.
Sekolah-sekolah yang diteliti menunjukkan Pada PTK yang tidak memiliki integritas
perilaku sebagai sebuah komunitas, yaitu diri antara nilai yang diucapkan dengan perilaku
memiliki kohesivitas dalam mencapai kesepakatan kesehariannya menunjukkan kemampuan belajar
bersama dan keberadaan anggota dalam dari pengalaman yang rendah. Hal ini diduga
komunitas diikat oleh nilai dan norma bersama. karena dia merasa tidak memiliki dampak
Warga sekolah merasa betah dalam terhadap keberhasilan atau ketidakberhasilan
mengembangkan visi, misi, dan tujuan sekolah. pembelajaran sekolah. Secara psikis mereka
Hal ini karena kepemimpinan kepala sekolah menganggap diri mereka tidak berdaya untuk
dinilai memberikan perekat bagi kohesivitas mengubah keberhasilan sekolah melalui peran
warga sekolah, menjadikan sekolah sebagai dirinya. Ketidakberdayaan diri PTK ini muncul
sebuah keluarga. pengelolaan berbagai kondisi karena peran diri terkalahkan oleh kedirian
organisasi sekolah ditujukan untuk terjadinya lainnya yang basis nilainya tidak sesuai dengan
dialog dan pembicaraan diantara sejawat PTK lingkungan sekolah.
dalam rangka pembelajaran dari praktik Pengembangan kreativitas dalam
keseharian layanan pembelajaran sebagai bentuk menyusun rencana kerja tahunan sekolah
PLC di sekolah. dilakukan melalui upaya pembaharuan
pengetahuan dan pengalaman sekolah dalam
Pengembangan kapasitas sekolah dalam mengelola sekolah dengan cara benchmarking
menyusun rencana kerja tahunan sekolah PTK ke sekolah lain, baik di dalam maupun di
Interaksi warga sekolah menjadi media luar negeri. Benchmarking merupakan upaya
pengembangan kepemimpinan manakala sekolah untuk memfasilitasi PTK supaya dapat
keterlibatan PTK dalam interaksi adalah mempelajari keunggulan-keungulan yang ada di
keterlibatan diri/peran diri masing-masing PTK sekolah lain untuk dijadikan bahan dalam
yang dikaitkan dengan kepentingan sekolah yang pengembangan pengelolaan di sekolah sendiri.
harus dicapai secara bersama-sama. PTK akan Kondisi-kondisi sekolah yang dikelola
menghubungkan dirinya dengan misi-misi yang untuk mendukung penyusunan rencana kerja
harus dilakukan oleh sekolah. Proses tersebutlah tahunan sekolah dapat dikategorikan menjadi dua
yang dinilai akan mengembangkan kemampuan bagian, yaitu psikis (mental) dan sumberdaya
kepemimpinan PTK secara berlapis. Pada PTK sekolah yang bersifat fisik. Sumberdaya psikis
tertentu, kapasitas kepemimpinan tidak dapat yaitu kondisi kenyamanan PTK untuk terlibat
berkembang dikarenakan rutinitas kerja yang dalam penyusunan rencana kerja sekolah.
terlalu menyita waktu. Tagihan 24 jam kerja Sedangkan sumberdaya fisik dapat diidentifikasi
setiap minggu, menyebabkan PTK terlalu lelah berupa: SDM, fasilitas, keuangan, biaya, dan
untuk melakukan proses lebih lanjut mengenai organisasi. Adanya peran school quality keeper
keterlibatan dirinya dengan pengembangan atau penjaga mutu (penjaga kepentingan) sekolah

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 39


menjadi suatu kondisi untuk terwujudnya memberikan pengembangan kapasitas warga
pengembangan kapasitas PTK. Peran school sekolah dalam mengambil inisiatif perubahan
quality keeper menjadi terstimulasi berkembang ketika pengelolaan sekolah menghadapi masalah.
pada warga sekolah, khususnya PTK yang : (1) Proses belajar bersama dalam
memiliki pengalaman dalam mengelola sekolah, implementasi program dan kegiatan sekolah
(2) memiliki integritas perilaku sebagai pendidik, muncul dalam beragam bentuk : Proses saling
dan (3) dinilai oleh komunitas sekolah sebagai berbagi informasi dan praktik layanan pokok,
referensi perilaku (diteladani). proses saling menghormati tindakan dan
pemikiran warga sekolah dalam implementasi
Pengembangan kapasitas sekolah dalam program dan kegiatan sekolah, proses saling
implementasi program dan kegiatan (rencana memahami apa-bagaimana-dan mengapa suatu
kerja tahunan) sekolah kegiatan dilaksanakan, dan proses memahami
Kepemimpinan sekolah dalam masalah-masalah dalam implementasi program
pengembangan kapasitas sekolah adalah dan kegiatan sekolah berdasarkan pengalaman
kemampuan untuk mewakili kepentingan semua sekolah.
pemangku kepentingan sekolah dalam Pengembangan pengetahuan baru terkait
implementasi program kerja dan kegiatan sekolah. implementasi program dan kegiatan sekolah
Pengembangan kepemimpinan dilakukan dengan dilakukan melalui: 1) interaksi warga sekolah
cara penguatan pemahaman mengenai: siapa saja dengan sekolah nasional dan internasional, 2)
para pemangku kepentingan sekolah, apa saja refleksi terhadap implementasi program dan
kepentingan mereka yang harus difasilitasi, dan kegiatan sekolah, 3) peniruan perilaku dari warga
bagaimana memfasilitasi kepentingan- sekolah yang dinilai teladan, 4) proses
kepentingan mereka terwujud dalam bentuk pembimbingan kepada praktikan PPL, 5) in house
layanan sekolah. training bagi PTK. Upaya dan proses warga
Keterlibatan PTK dalam berbagai sekolah mencoba hal-hal baru dalam
program dan kegiatan sekolah sebagai proses implementasi program dan kegiatan sekolah
pengembangan kepemimpinan sekolah dikaitkan dikategorikan sebagai kegiatan keluar sekolah dan
dengan komitmen PTK terhadap profesinya kegiatan di dalam sekolah. Prosesnya adalah: PTK
sebagai pendidik. Keterlibatan PTK berkembang memikirkan ide-ide baru untuk program kerja,
ketika ada keteladanan pimpinan sekolah, baik kemudian dikomunikasikan dengan warga sekolah
dari kepala sekolah atau wakil kepala sekolah lainnya dan menjadi ide yang lebih spesifik. Ide
Proses curah gagasan menjadi media ini terus menjadi wacana kelompok dan wacana
untuk PLC manakala ada pelepasan sekat antara warga sekolah. Dalam kurun tertentu, wacana ini
senior dan yunior diantara PTK. Ketika seorang menjadi program kerja sekolah yang baru.
guru atau kepala sekolah membagi Kecepatan tergantung kepada sejauhmana
pengalamannya dan menekankan bahwa yang penularan ide dari pewacana kepada warga
membagi pengalaman itu adalah senior, yaitu lainnya.
orang yang seharusnya dijadikan panutan, tanpa Pengelolaan berbagai dukungan untuk
melihat kebenaran apa yang dilakukannya, maka mengimplementasikan rencana kerja tahunan
PTK yang lain akan menjadikan proses interaksi sekolah dilakukan melalui: (1) pengkondisian
dengan yang bersangkutan sebagai proses yang suasana psikis, (2) pengembangan aspek sosial
ditolak. sekolah, (3) mengakomodasi sikap kritis terhadap
Pembuatan keputusan dalam menentukan penyelenggaraan sekolah, (4) pengembangan
kegiatan sekolah didasari oleh dukungan orang tua siswa dan alumni dalam
dasar/logika/data/pemikiran yang kuat untuk implementasi program kerja sekolah, (5) pelibatan
menjadi dasar pembuatan keputusan. Proses warga sekolah dalam berbagai kegiatan sekolah,
mencari dasar yang kuat untuk menjadi bahan dan (6) Memperjelasan informasi mengenai
pembuatan keputusan inilah yang menjadi proses kegiatan-kegiatan sekolah.
pengembangan kapasitas PTK. Implementasi
program kerja direspon secara beragam, bahkan Pengembangan kapasitas sekolah dalam
ada yang menunjukkan respon perilaku negatif. menilai keberhasilan sekolah
Perbedaan respon diantara PTK terhadap kegiatan Evaluasi dilakukan dalam proses
sekolah dinilai warga sekolah sebagai suatu hal penyelenggaraan sekolah, sehingga informasi
yang wajar. Pimpinan sekolah memfasilitasi umpan balik menjadi informasi harian bagi PTK
respon yang negatif dari warga sekolahmelalui dan pimpinan sekolah untuk membantu membuat
pembentukan wacana dalam obrolan diantara keputusan mengenai apa yang harus diperbaiki
PTK. Proses pengembangan wacana ini atau ditingkatkan. Interaksi warga sekolah dalam

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 40


menilai keberhasilan sekolah akan berkembang sekolah menjadi proses evaluasi ketika mereka
jika umpan balik menjadi sebuah tagihan bersama menilai fenomena yang secara langsung dialami
untuk kemajuan sekolah, demikian sebaliknya. oleh masing-masing atau menanggapi data dan
Proses curah gagasan yang terjadi dalam informasi yang diterima dari warga sekolah.
mengevaluasi program dan kegiatan sekolah Pembangunan pengetahuan baru dalam
terjadi secara formal (rapat) dan informal menilai keberhasilan sekolah dialami PTK melalui
(interaksi pada saat evaluasi). Proses curah proses rapat sekolah dan proses kerja secara
gagasan ini mengelompok pada beberapa struktural. Mencoba hal baru dalam menilai
kelompok tertentu, yaitu kelompok kritis, keberhasilan sekolah terjadi dalam bentuk: (1)
pimpinan sekolah, dan kelompok pekerja. layanan keseharian sekolah, (2) pengembangan
Kelompok kritis adalah mereka yang cenderung mekanisme kerja dari tahun sebelumnya.
memberikan gagasan atau ide pemikirannya Penemuan umpan balik dari tindakan-tindakan
terhadap penyelenggaraan sekolah. Kelompok yang telah dilakukan terwujud dalam bentuk
pekerja adalah mereka yang cenderung menerima dialog. Dialog terjadi secara intensif terutama
ide-ide pimpinan dan kelompok kritis dan mereka ketika mengalirkan informasi mengenai masalah
siap melaksanakan apa yang diidekan. Proses yang dihadapi PTK.
pengambilan keputusan untuk perbaikan atau Suasana yang dirasakan oleh warga
peningkatan akan berkembang menjadi perilaku sekolah dalam menilai keberhasilan sekolah
keseharian ketika PTK memiliki sistem cenderung biasa saja, kecuali pada penilaian
pembaharuan diri, demikian sebaliknya. kelulusan peserta didik dan akreditasi sekolah.
Sistem pembaharuan diri diawali dari Kekhawatiran yang dikelola mengenai capaian
munculnya kesadaran diri mengenai perlunya prestasi akademik peserta didik menjadi titik picu
perbaikan atau peningkatan. Kesadaran diri bahwa untuk pengembangan beljar bersama mengenai
dirinya memiliki kekurangan inilah yang akan apa yang harus dilakukan, mengapa harus
mengembangkan perilaku siklikal dalam dilakukan, dan bagaimana melakukannya. Sekolah
pengembangan kapasitas diri, kelompoknya serta mengalokasikan dana dan sumberdaya sekolah
lembaganya. untuk menggerakkan banyak tim penilai.
Proses belajar bersama melalui saling Dukungan terhadap penilaian dan tindaklanjutnya
berbagi informasi dapat diklasifikasi menjadi pun muncul dari para orang tua peserta didik, dan
berbagi informasi secara formal dan non formal. alumni.
Berbagi informasi secara formal terjadi Dukungan utama dalam pengembangan
berdasarkan peran dan tugas masing-masing. kapasitas sekolah melalui belajar bersama dalam
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh PTK sesuai komunitas profesional mensyaratkan pada
dengan peran dan tugasnya masing-masing perubahan yang bersifat perubahan budaya
melahirkan informasi pelaksaanaan tugasnya. organisasi, yaitu perubahan yang berjalan dalam
Secara formal sekolah juga membuat tim khusus waktu setahap demi setahap dan berkembang
yang secara khusus bertugas untuk melakukan sesuai dengan perjalanan refleksi warga sekolah
pengolahan hasil penilaian harian, mingguan atau terhadap pekerjaan mereka sehari-hari.
bulanan
Proses saling menghormati tindakan dan Pengembangan kapasitas sekolah dalam
pemikiran warga sekolah lain dapat berjalan membangun visi, misi, dan tujuan sekolah
dengan lancar manakala: 1) PTK memiliki visi Temuan penelitian menunjukkan bahwa
yang sama mengenai apa yang harus dicapai oleh warga sekolah menyepakati mengenai layanan
sekolah di masa depan, 2) adanya kejelasan peran utama mereka di sekolah adalah pembelajaran dan
diri masing-masing PTK dalam proses pihak yang paling utama mendapatkan layanan
penyelenggaraan sekolah, 3) dimilikinya nilai mereka adalah peserta didik. Visi sekolah
sebagai pendidik atau nilai kemanusiaan yang dikembangkan untuk mencapai layanan
dianut oleh masing-masing PTK terkait dengan pembelajaran terbaik bagi peserta didik. Dalam
rasa saling hormat dengan sesama PTK. Proses prosesnya diperlukan orang-orang yang
memahami masalah-masalah dan pemecahannya memerankan sebagai penjaga mutu atau school
ke depan terjadi dalam bentuk: curah gagasan quality keeper, yaitu orang yang memiliki
ketika rapat sekolah/panitia sekolah, obrolan sensitivitas tinggi terhadap lingkungan strategis
diantara warga sekolah, masukan dari peserta sekolah karena diaatau mereka sering merefleksi
didik, alumni dan pemangku kepentingan sekolah tindakan mereka dan tindakan warga sekolah
lainnya, dan data serta informasi hasil-hasil lainnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan
capaian sekolah baik langsung maupun dari hasil berbagai kajian mengenai professional learning
olahan tim sekolah. Obrolan diantara warga community (PLC), bahwasanya tujuan dan fokus

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 41


PLC di sekolah adalah pembelajaran peserta (alignment), pelaksanaan yang lebih baik dan
didik. (Hopkins et al, 2010:744; Lambert, cepat (execution), dan pembaharuan (renewal)
1998:23; Hord, 2003:19; Holly & Southworth, melalui belajar secara terus menerus. Model ini
2005:3; Stoll & Louis, 2007:2). Kondisi sekolah sama dengan temuan penelitian dilihat dari
yang mengedepankan kepentingan peserta didik perlunya dilakukan belajar bersama dan secara
sebagai pihak yang paling utama untuk terus menerus untuk dapat mencapai tujuan dan
mendapatkan keuntungan dari keterlibatan memenangkan persaingan. (6) Stool (2010:469),
berbagai pemangku kepentingan sekolah akan pada komunitas sekolah yang diantara
lebih besar mengikat para pemangku kepentingan anggotanya ada yang berperan sebagai school
untuk berkontribusi dalam mewujudkan apa yang quality keeper (penjaga kepentingan), sensitivitas
disepakati bersama tersebut. Karena itu kepala terhadap lingkungan strategis lebih intens terjadi,
sekolah harus menjadikan PLC sebagai suatu sedangkan pada kelompok yang anggotanya
upaya atau proses untuk mengikat komitmen biasa-biasa saja, sensitivitas terhadap perubahan
bersama para pemangku kepentingan untuk lingkungan strategis inipun menjadi rendah. (7)
memfokuskan tenaga dan kemampuan yang Hall dan Simeral (2008:148-151) menguraikan
mereka miliki pada peningkatan potensi peserta model administrator sekolah terkait dengan peran
didik secara maksimal. administrator sekolah dalam proses
Demikian juga hasil penelitian banyak pengembangan kapasitas sekolah, yaitu: 1)
ahli, yaitu: (1) Mulford (2010:203) yang berperan sebagai direktur manakala
mengungkapkan tiga hal, yaitu: konteks, kecenderungan perilaku warga sekolah ada pada
organisasi, dan pemimpin. Konteks terkait tahap ketidakpedualian pada warga sekolah, 2)
dengan kekuatan yang mempengaruhi sekolah dan berperan sebagai navigator ketika kecenderungan
implikasi kekuatan tersebut terhadap pimpinan perilaku warga sekolah ada pada tahap bingung,
sekolah. Organisasi sekolah memfokuskan pada 3) berperan sebagai juru bisik manakala perilaku
pengembangan model organisasi birokrasi warga sekolah cenderung ada pada tahap aksi, 4)
menjadi komunitas pembelajar profesional. berperan sebagai penantang manakala
Pemimpin sekolah yang hebat membangun kecenderungan perilaku warga sekolah ada pada
kapasitas sekolah secara terus menerus. (2) Hord tahap perbaikan.
(2003:19) mengenai PLC, bahwasanya salah satu
dari ciri-ciri PLC adalah shared values and vision. Pengembangan kapasitas sekolah dalam
Keberartian visi organisasi dikaitkan dengan menyusun rencana kerja tahunan sekolah
peran diri dari masing-masing individu. Tidak Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hanya itu, sharing vision juga harus sampai pada interaksi warga sekolah menjadi media
derajat mampu mendorong individu untuk tidak pengembangan kepemimpinan manakala
hanya terlibat dalam proses pengembangan visi keterlibatan PTK dalam interaksi adalah
bersama tetapi juga sampai pada menggunakan keterlibatan diri atau peran diri masing-masing
visi sebagai tonggak dalam pembuatan keputusan PTK yang dikaitkan dengan kepentingan sekolah
mengenai layanan pembelajaran di sekolah. (3) yang harus dicapai secara bersama-sama. Dengan
Susan Auerbach (2009:25) mengungkapkan perlu kata lain, PTK akan menghubungkan dirinya
ada keterlibatan pimpinan sekolah secara dengan misi-misi yang harus dilakukan oleh
langsung bersama-sama dengan para orang tua sekolah. Proses menghubungkan diri dengan misi
mulai dari awal sampai dengan akhir. (4) sekolah inilah yang dinilai akan mengembangkan
Vivienne Collinson (2008:456), kesuksesan kapasitas kepemimpinan PTK secara berlapis.
organisasi di abad 21 ini adalah memahami bahwa Penelitian juga menemukan pengembangan
belajar dan inovasi merupakan dua hal yang kreativitas dalam menyusun rencana kerja tahunan
pokok untuk pembaruan dan keberlangsungan sekolah dilakukan melalui benchmarking PTK ke
organisasi. Untuk mendukung belajar bersama, sekolah lain.
anggota organisasi harus melakukan uji coba- Hasil ini sesuai kajian beberapa ahli,
melakukan penemuan, dialog, cara pandang yaitu: (1) Peter Jarvis (1992:71-85), menguraikan
sokrates, dan argumentasi – yang pernah suatu kategori bahwa orang tidak selalu belajar
diperdengarkan pada masa Yunani Kuno. (5) dari pengalamannya, orang belajar dari
Pietersen (2010:42) menjelaskan bahwa pengalaman tetapi tidak reflektif, dan orang
memimpin melalui belajar strategi harus memiliki belajar dari pengalaman bersifat reporoduksi
lima kompetensi, yaitu pemahaman (insight), budaya. (2) Narongrith Intanam, Suwimon
fokus pada hal yang tepat (focus), menyearahkan Wongwanich, & Nattaporn Lawthong
fokus strategi sehingga semua pihak bekerja menyarankan kepada pengelola pendidikan,
bersama untuk mewujudkan capaian yang sama khususnya sekolah seharusnya menjadikan

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 42


benchmarking untuk pengembangan kegiatan memahami siapa saja para pemangku kepentingan
PLC di sekolah. (3) Baker dan Murray sekolah, apa saja kepentingan mereka yang harus
(2001:124), menekankan mengenai pentingnya difasilitasi, dan bagaimana memfasilitasi
pengalaman belajar dalam komunitas itu bukan kepentingan-kepentingan mereka terwujud dalam
saja dijadikan sebagai pengalaman yang berharga bentuk layanan sekolah.
bagi guru tetapi juga sebagai sumberdaya yang Temuan ini seiring dengan hasil studi
berharga. (4) Sandie Wong, Jennifer Sumsion & banyak ahli, yaitu: (1) Louis & Kruis (Hord,
Frances Press (2012:19), mengungkapkan 2003:41), enam isu penting terkait dengan
banyaknya hal yang harus dikelola untuk hubungan kepemimpinan dengan PLC di sekolah,
mencapai PLC yang dapat mengembangkan yaitu: 1) leadership at the center, 2) teacher’s
kapasitas anggota organisasi. (5) Terrence classroom support, 2) a Vision of prfessional
Morrison (2001:2), sistem kinerja manusia yang community, 3) a culture of high intellectual
pada komponen utamanya adalah proses belajar quality, 4) the management of conflict, dan 5) an
yang dipengaruhi oleh komponen organisasi inclusive community. (2) Harris dan Jones
lainnya. (6) Hord dan Sommers (2008:6), (2010:180), kondisi yang menunjukkan
Kepemimpinan pada asalnya menjadi peran kecenderungan kepemimpinan itu lebih baik dari
kepala sekolah, namun dalam konteks yang lebih pada bagian-bagian dan dengan cara
luas, peran ini dilakukan oleh banyak orang yang mendistribusikan dan membagi kepemimpinan
perilakunya dicirikan oleh intensitas dalam secara lebih luas, kesempatan untuk mencapai
memfasilitasi perubahan dan pengembangan kapasitas belajar yang saling berhubungan satu
sekolah. sama lain dalam sebuah sekolah dan diantara
Permasalahan terlalu sibuknya guru sekolah-sekolah dapat dimaksimalkan. (3) Raihani
menjalani kewajiban 24 jam tatap muka di kelas (2008:491), kepemimpinan kepala sekolah yang
ini perlu menjadi perhatian bersama, sehingga dikategorikan berhasil adalah kepala sekolah yang
dapat dicari solusi ke depan bagaimana kondisi memiliki terminologi keyakinan dan nilai yang
yang memungkinkan bagi guru untuk dapat melandasi praktik kepemimpinannya. (4) Mulfrod
bekerja nyaman secara mental. Kewajiban 24 jam (2010:202-203), pembelajaran organisasi
tatap muka perminggu berimplikasi guru harus melibatkan tiga tahap yang berurutan dan menjadi
melayani sekian banyak kelas setiap harinya dan variabel perantara antara kepemimpinan, kerja
pada setiap kelas itu terdiri dari minimal 32 siswa guru, dan hasil belajar peserta didik, yaitu: iklim
per kelasnya. Jika guru melakukan penilaian saling percaya dan kolaborasi, misi yang dibagi
otentik pada anak-anak tersebut dan harus dan dipantau, dan dukungan pengembangan
merekap hasil penilaian ini secara tuntas pada hari profesional untuk mengambil inisiatif dan resiko.
tersebut, maka dia harus menyediakan waktu (5) Jarvis (1992:73), semua PTK mengalami
sekitar 3 s.d 6 jam perhari untuk melakukan proses interaksi, tetapi tidak semua interaksi
pengolahan penilaian. Dapat dikatakan, jika mengakibatkan hasil belajar. Pengalaman yang
terjadi kelelahan mental maka pengembangan dievaluasi, dicari logikanya dan direfleksi akan
kapasitas guru-guru akan terganggu, bahkan tidak menjadikan seseorang berubah dan lebih
terjadi penguatan atau pengembangan kapasitas bepengalaman, sedangkan pengalaman yang
pada diri guru. dihafalkan/dimemorisasi tidak akan menyebabkan
perubahan. (6) Hargreaves et all. (2010:xvii),
Pengembangan kapasitas sekolah dalam proses dialog dalam konteks pengembangan
implementasi program dan kegiatan (rencana sekolah harus terhindar dari mengistimewakan
kerja tahunan) sekolah orang tertentu daripada orang lainnya dalam
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunitas. (7) Anderson (2010:82), supaya
makna kepemimpinan sekolah dalam perubahan dalam pendidikan dapat diwujudkan,
pengembangan kapasitas sekolah adalah maka konsep dan penjelasan PTK harus terus
kemampuan untuk mewakili kepentingan semua ditantang dan diperhalus secara berkelanjutan. (8)
pemangku kepentingan sekolah dalam Park dan Datnow (2010:211), Proses belajar
implementasi program kerja dan kegiatan sekolah. bersama merupakan proses saling berbagi
Kepemimpinan dimaknai sebagai kemampuan informasi, pengetahuan, dan pemecahan masalah
untuk merepresentasi pihak-pihak yang dalam melayani pembelajaran peserta didik atau
berkepentingan dengan penyelenggaraan sekolah. pendukung layanan pembelajaran. (9) Terrence
Pengembangan kapasitas kemampuan Morrison (2001:5), memandang proses belajar
kepemimpinan sekolah dalam implementasi sebagai lem yang menciptakan “lengket” yang
program dan kegiatan sekolah berarti diperlukan untuk mengikat dan menyelaraskan
pengembangan kemampuan PTK untuk komponen sistem kinerja manusia. (10) Collinson,

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 43


(2008:457), pengembangan kepemimpinan dan Temuan ini seiring dengan hasil penelitian
pengembangan kapasitas tergantung kepada para ahli, yaitu: (1) Emily Hassel (1999:45),
pengembangan semua anggota organisasi secara menunjukkan bahwa pada sekolah yang
berkelanjutan. (11) Deborah H. Drake et al dikategorikan juara, para guru mereka terlibat
(2014:321-322), yang menjadi esensi terhadap dalam perencanaan peningkatan/pengembangan
kesuksesan kerja penggerak komunitas adalah professional development (PD). Hal ini
hubungan dan jejaring kerja komunitas yang menunjukkan bahwa informasi hasil evaluasi dan
dibentuk dan dibuka secara perlahan dan bertahap tindaklanjut dari evaluasi ini menjadi lancar. (2)
dalam rangka memfasilitasi pembangunan Hassel (1999:61), ketika PTK semakin intens
kepercayaan sosial. (12) Harris & Jones terlibat dalam proses pengembangan kapasita
(2010:174), komunitas belajar profesional profesional sekolah, maka mereka akan semakin
menawarkan sebuah cara yang dahsyat untuk mudah untuk melakukan perubahan ke arah yang
menjamin guru-guru dalam merefleksi proses lebih baik. (3) Esther Cameron & Mike Green
kerjanya dan kemudian memperbaikinya. (13) (2009:17), kesadaran seseorang terhadap
Stoll (2010:475), melihat dialog sebagai proses kompeten atau tidak kompetennya seseorang
untuk mencapai PLC. (14) Willems dan DeHass sebagai sebuah hal yang berulang. Pada orang
(2012:22), bahwa ada peluang bagi sekolah untuk yang dirinya tidak mengetahui apa yang dia tidak
memberikan layanan pendidikan melalui ketahui, hal ini akan mengalami proses belajar
kemitraan dengan masyarakat dalam kegiatan jika mereka mendapati kesalahan dan memulai
layanan belajar oleh masyarakat. (15) Murray et refleksi. (4) David Kolb (1984), siklus belajar
al. (2011:34), memberdayakan orang tua dan terjadi manakala seseorang mengalami suatu
profesional (guru pembantu) disertai pengetahuan pekerjaan atau sebagai pelaku, kemudian
mengenai pilihan layanan belajar bagi peserta merefleksi pekerjaan tersebut atau berperan
didik autis, kerjasama antara guru-orang tua, dan sebagai reflektor, berdasarkan refleksinya dia
persfektif kedua belah pihak mengenai anak membuat suatu kesimpulan atau berperan sebagai
mengarahkan kepada hasil yang lebih baik bagi pembuat teori, kemudian dia mengembangkan ide
orang tua yang memiliki anak dengan kondisi atau rencana untuk melakukan seuatu yang lebih
autis dan guru pembantu yang melayani mereka. baik ke depan (pelaku pragmatis). (5) Stoll
(2010:475), dialog itu bukan berdebat atau
Pengembangan Kapasitas Sekolah Dalam berdiskusi tetapi bagaimana setiap anggota
Menilai Keberhasilan Sekolah komunitas dapat terkoneksi dengan informasi
Hasil penelitian menunjukkan mengenai pengalaman masing-masing. (6)
bahwasanya kegiatan evaluasi dilakukan secara Nonaka & Takeuchi (Stoll, 2010:47), dialog berisi
terus menerus seiring dengan berlangsungnya mengenai pengalaman yang didukung oleh
penyelenggaraan sekolah, sehingga informasi kenyamanan setiap anggota komunitas untuk
umpan balik menjadi informasi harian bagi PTK mengungkapkan pengalaman mereka menjadi
dan pimpinan sekolah untuk membantu membuat suatu hal yang perlu untuk dijaga secara bersama.
keputusan mengenai apa yang harus diperbaiki (7) Anthony J. Rhem (2006:44), pengetahuan
atau ditingkatkan. Pada proses interaksi warga yang berkembang dari pengalaman kerja inilah
sekolah dalam mengevaluasi keberhasilan sekolah yang disebut dengan tacit knowledge. (8) James F.
didapati bahwa konsistensi umpan balik kepada Kilbane, Jr (2009:201-202), dukungan utama
masing-masing pengelola program dan kegiatan dalam pengembangan kapasitas sekolah melalui
serta kepada pimpinan sekolah menjadi hal belajar bersama dalam komunitas profesional
penting untuk keberlangsungan perbaikan dan mensyaratkan pada perubahan yang bersifat
pengembangan sekolah. Hasil penilaian yang perubahan budaya organisasi, yaitu perubahan
tidak ditindaklanjuti dengan apik menyebabkan yang berjalan dalam waktu setahap demi setahap
hilangnya keterlibatan lebih lanjut dari PTK untuk dan berkembang sesuai dengan perjalanan refleksi
pelaksanaan, perbaikan, dan pengembangan warga sekolah terhadap pekerjaan mereka sehari-
program karena mereka menilai ketidakberartian hari. (9) Elise Trumbull dan Carrie Rothstein-
keterlibatan mereka ketika umpan balik dari Fisch (2011:45), jika sekolah menjadikan prestasi
mereka tidak ditindaklanjuti dengan perbaikan akademik bagi semua peserta didik sebagai tujuan
atau pengembangan. Inilah yang dinilai penting sekolah maka pandangan terhadap motivasi
dari hasil penelitian, bahwasanya interaksi warga berprestasi peserta didik harus melihat bahwa
sekolah dalam menilai keberhasilan sekolah akan nilai-nilai budaya mempengaruhi tujuan akademik
berkembang jika umpan balik menjadi sebuah dan sosial yang harus dimiliki oleh peserta didik.
tagihan bersama untuk kemajuan sekolah,
demikian sebaliknya.

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 44


SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang pendidik dan tenaga kependidikan dari proses
dikembangkan, peneliti membuat simpulan umum manajemen, pengembangan kreativitas dalam
sebagai berikut: kapasitas manajemen sekolah memecahkan masalah, dan penyediaan kondisi-
yang dikembangkan melalui komunitas kondisi lingkungan kerja yang sehat dapat
pembelajar profesional dengan fokus pada meningkatkan mutu pendidikan.
keteladanan kepemimpinan, belajar bersama

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, S.E. (2010). Moving Change: Educational Administration, Vol. 49 Iss: 6


Evolutionary Perspectives on Educational pp. 685 – 700.
Change dalam Hargreaves, A. Dkk.
Harris, A. dan Jones, M. (2010). Professional
(Editor), Second International Handbook
Learning Communities And System
of Educational Change Part 1. (hlm. 65-
Improvement. Volume 13 Number 2 July
84). London: Springer.
2010 172–181. Pp 172 – 181.
Auerbach, S. (2009). Walking the Walk: Portraits
Hassel, Emily (1999). Professional Development:
in Leadership for Family Engagement in
Learning From The Best A Toolkit For
Urban Schools. The School Community
Schools and Districts Based On The
Journal, 2009, Vol. 19, No. 1. Pp. 1-32.
National Awards Program For Model
Baker, H.P. dan Murray, M.M. (2011). Building Professional Development. US: North
Community Partnerships: Learning to Central Regional Educational Laboratory.
Serve While Learning to Teach. The
Holly, P. dan Southworth. (2005). The Developing
School Community Journal, 2011, Vol.
School. Taylor & Francis:
21, No. 1. pp. 113-128.
Routledge.
Bappenas. (2009). Executive summary: Survey
Hopkins, D. (2010). Every School a Great School
Kepuasan Orang Tua Terhadap
– Realising the Potential of System
Pelayanan Pendidikan Dasar Yang
Leadership dalam Hargreaves, A. Dkk.
Disediakan Oleh Sistem Desentralisasi
(Editor), Second International Handbook
Sekolah. Jakarta: Bappenas.
of Educational Change Part 1. (hlm. 741-
Cameron, E. dan Green, M. (2009). Making Sense 764). London: Springer.
Of Change Management (2nd edition).
Hord, S.M. (2003). Professional Learning
London and Philadelphia: Kogan Page
Communities: Communities of
Limited.
Continuous Inquiry and Improvement.
Collinson, V. (2008). Leading by learning: New Austin, TX: SEDL.
Directions In The Twenty-First Century.
Hord, S.M dan Sommers W.A. (2008). Leading
Journal of Educational Administration,
Professional Learning Communities;
Vol. 46 Iss: 4 pp. 443 – 460.
Voices From Research and Practices.
Drake, D.H., dkk. (2014). Building Communities USA: Corwin Press – a Sage Company.
Collaboratively: The Milton Keynes
Intanam, N,. Wongwanich, S., & Lawthong, N.
Community Mobiliser Service.
Benchmark for Building Professional
Community Development Journal Vol 49
Learning Communities in Schools: From
No 2 April 2014 pp. 311–326.
Tools and Guideline to Practice in Thai
Hall, P. and Simeral, A. (2008). Building Educational Context. [Online]. Tersedia:
Teacher’s Capacity for Success; A http://www.iaea.info/documents/paper_4d
Collaborative Approach for Coaches and 52fc9.pdf. [Diakses 20 Januari 2014].
School Leaders. Virginia-Unites State:
Jarvis, P. (1992). Paradoxes of Learning: On
Association for Supervision and
Becoming an Individual in Society. USA:
Curriculum Development.
Jossey Bass Higher and Adult Education.
Hargreaves, D.H. (2011). System Redesign For
System Capacity Building, Journal of

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 45


Kilbane Jr., dan James L. (2009). Factors in Rhem, A.J. (2006). UML For Developing
Sustaining Professional Learning Knowledge Management Systems. New
Community. Sage: NASSP Bulletin: 93(3) York: Taylor & Francis Group.
184–205.
Stoll, L., dan Louis, K.S. (2007). Professional
Kolb. D.A. (1984). Experiential learning: Learning Communities: Divergence,
experience as the source of learning and Depth and Dilemmas. Berkshire: Open
development. Englewood Cliffs, NJ: University Press.
Prentice Hall
Stoll, L. (2010). Connecting Learning
Lambert, L. (1998). Building Leadership Capacity Communities: Capacity Building for
in Schools. Virginia: Association for Systemic Change. Dalam Hargreaves, A.
Supervision and Curriculum Dkk. (Editor), Second International
Development. Handbook of Educational Change. (hlm.
469-484). London: Springer International
Morrison, T. (2001). Actionable Learning; A
Handbook of Education 23.
Handbook for Capacity BuildingThrough
Case Base Learning. Asian Development Trumbull, E. dan Fisch, R.C.(2011). The
Bank Institute. Intersection of Culture and Achievement
Motivation. The School Community
Mulford, B. (2010). Recent Developments in the
Journal, 2011, Vol. 21, No. 2. pp 25-53.
Field of Educational Leadership:The
Challenge of Complexity dalam Wayan K. (2011). Restrukturisasi
Hargreaves, A. Dkk. (Editor), Second Penyelenggaraan Pendidikan: Studi
International Handbook of Educational Kapasitas Sekolah Dalam Rangka
Change Part 1. (hlm. 187-208). London: Desentralisasi Pendidikan. [Online]
Springer. Tersedia: http://muhammadalmustofa.wor
dpress.com/2011/04/03/restrukturisasi-
Murray, M.M., dkk. (2011). Knowledge is Power:
penyelenggaraan-pendidikan-studi-
Empowering the Autism Community
kapasitas-sekolah-dalam-rangka-
Through Parent–Professional Training.
desentralisasi-pendidikan/. [Diakses 20
The School Community Journal, 2011,
Desember 2011].
Vol. 21, No. 1. Pp 19-36.
Willems, P.P. dan DeHass, A.R.G. (2012).
Park, V., & Datnow, A. (2009). Co-constructing
School–Community Partnerships: Using
distributed leadership: district and school
Authentic Contexts to Academically
connections in data-driven decision-
Motivate Students. School Community
making. School leadership and
Journal, 2012, Vol. 22, No. 2. Pp 9-30.
management, 29(5), 477-494.
Wong S., Sumsion, J. & Press, F. (2012).
Pietersen, Willie. (2010). Strategy as Learning.
Supporting Professional Learning in an
[online]. Tersedia:
Integrated Context: Building on the PSCA
http://www.williepietersen.com/pdf/TEB
Research "Integrated Early Years
RJulAug2010_StrategyasLearning.pdf.
Provision in Australia" A Resource for
[Diakses 20 Desember 2011].
Early Childhood Leaders. Australia:
Raihani. (2008). Journal of Educational Charles Sturt University.
Administration. Vol. 46 No. 4, 2008. pp.
481-496.

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXII No.1 April 2015 46

Anda mungkin juga menyukai