Pendidikan merupakan salah satu komponen utama yang harus diperhatikan
setiap negara, karena salah satu pilar negara maju ialah adanya pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Selain itu, pedidikan dapat meningkatkan kualitas input dan output sumber daya manusia sehingga pembangunan sosial, ekonomi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) menjadi lebih cepat.(Ilhan Oztruk, 2001). Jenjang pendidikan yang lazim di masyarakat Indonesia adalah TK, SD, SMP, SMA/SMK, dan Perguruan Tinggi(Sularto,2016). TK merupakan pendidikan formal pertama yang diperuntukkan anak usia dibawah 6 tahun dan tidak bersifat wajib. Sedangkan SD, SMP, SMA/SMK merupakan pendidikan formal wajib belajar 12 tahun yang harus dilaksanakan seluruh warga negara Indonesia atas dasar program pemerintah yang mulai diberlakukan pada 2015. Namun, Perguruan Tinggi tidak wajib dilaksanakan oleh warga negara Indonesia, padahal dalam konteks daya saing global, peranan pendidikan perguruan tinggi dinilai penting bagi peningkatan kemajuan bangsa. Perguruan tinggi memiliki kontribusi yang cukup besar dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia di sebuah negara. Semakin banyak masyarakat yang menempuh pendidikan perguruan tinggi, maka semakin meningkat kualitas sumber daya manusia di suatu negara. Pada tahun 2018 jumlah lulusan SMA/SMK yang melanjutkan kejenjang perguruan tinggi mencapai 2 sampai 2,2 juta lulusan. Angka diatas naik dari tahun sebelumnya yaitu 1,8 juta lulusan(Mohammad Nasir,2018). Bertambahnya lulusan SMA/SMK yang melanjutkan ke perguruan tinggi menunjukkan bahwa masyarakat mulai menyadari pentingnya pendidikan perguruan tinggi. Kualitas yang baik dapat dicapai dengan aktifitas pembelajaran yang baik dan memadai. intensitas pembelajaran yang cukup untuk kegiatan belajar, tenaga pendidik yang berkompeten dan profesional pada bidangnya, serta kepekaan dan keterbukaan pihak manajemen kampus terhadap kritikan pihak eksternal kampus khususnya konsumen, supaya dalam penyelenggaraan kegiatan dapat terjadi interaksi positif dari konsumen dengan manajemen kampus. Dalam hal peningkatan kualitas pendidikan, intensitas aktifitas belajar memiliki andil yang besar di dalamnya. Aktifitas belajar yang cukup memiliki andil dalam pemahaman mahasiswa terhadap materi perkuliahan yang akan berimbas ke prestasi belajar mahasiswa. Lingkungan kampus yang luas serta kegiatan mahasiswa yang banyak menjadi salah satu sebab berkurangnya intensitas aktifitas belajar mahasiswa di kampus. Beberapa Mahasiswa menggunakan waktu luang diluar jam kuliah untuk melakukan kegiatan lain baik itu mengikuti kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang setaraf fakultas ataupun universitas. Namun terdapat pula beberapa dari mereka menggunakan waktu luang deng an bekerjaparuh waktu, magang atau freelance. Mahasiswa yang kuliah sambil bekerja tentunya harus pintar dalam membagi waktu antara pekerjaan dengan waktu kuliah. Banyak alasan mengapa mahasiswa- mahasiswa ini bekerja sambil kuliah, beberapa alasan diantaranya karena kemampuan ekonomi yang terbatas, adanya waktu luang di sela sela perkuliahan, mencari pengalaman, sampai keinginan mencocokan dunia pendidikan dan dunia kerja yang sebenarnya. Menurut Jacinta dalam artikelnya. Yang mendasari seorang mahasiswa untuk bekerja diantaranya adalah: a.Kebutuhan Finansial : Kebutuhan finansial berupa kebutuhan yang berhubungan dengan faktor ekonomi. Berupa upah, gaji dan penghasilan yang di dapat dari bekerja. b. Kebutuhan Sosial Relasional: Kebutuhan sosial-relasional berupa kebutuhan untukbergaul dengan banyak orang, dapat bertukar pikiran. c. Kebutuhan Aktualisasi Diri Abraham Maslow mengembangkan teori hirarki kebutuhan yang salah satunya mengungkapkan bahwa manusia membutuhkan kebutuhan akan aktualisasi diri,menemukan makna hidupnya melalui aktivitas yang dijalani. Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa beberapa alasan yang melatarbelakangi mahasiswa kuliah sambil bekerja adalah karena adanya kebutuhan akan keuangan guna membantu dalam hal perekonomian keluarga atau yang berhubungan dengan faktor ekonomi, berupa upah, gaji dan penghasilan yang didapat dari bekerja, kemudian kebutuhan sosial relasional yakni dapat berupa kebutuhan untuk bergaul dengan banyak orang sehingga akan mengenal lingkungan dan menambah teman agar mampu mengembangkan pola pikir mahasiswa dengan bertukar pikiran dengan orang banyak, selanjutnya kebutuhan aktualisasi diri yakni kebutuhan akan pengembangan diri sebagai bentuk aktualisasi diri dalam menemukan arti hidup sesungguhnya. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan oleh Mussie T. Tessema, Kathryn J. Ready & Marzie Astani di Winona State University USA (2014), dikatakan bahwa sebagian besar mahasiswa bekerja belum mengetahui dampak pekerjaan paruh waktu mereka terhadap prestasi belajar mereka di kampus. Menurut Muhhibin (2010), prestasi sangatlah penting bagi pelajar karena merupakan tingkat keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan Akuntansi UNS, merupakan program studi pendidikan yang didukung oleh laboratorium yang memadai dan tenaga pengajar yang kompeten dibidangnya, lulusan S2 maupun S3 baik dari dalam negri maupun luar negri. Visi program studi akuntansi UNS adalah menjadi program studi rujukan bagi pengembangan bidang pendidikan akuntansi berbasis ipteks yang berwawasan global dan berdasarkan nilai-nilai luhur budaya nasional. Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan, program studi pendidikan akuntansi perlu mencetak lulusan yang kompeten dalam bidangnya. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH KULIAH SAMBIL BEKERJA DAN AKTIFITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI UNS”