Anda di halaman 1dari 30

PENELITIAN SOSIOLOGI AGAMA

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB URBANISASI MASYARAKAT PELABUHAN


RATU SERTA UPAYA MENGATASINYA
Penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Sosiologi Agama
Dosen Pengampu :
Dr. Syahrullah, M.Pd.I
Prof. Dr. Sutardjo Atmowidjoyo, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 4 :
Rahmat Abdul Fatah (5123004)
Ninda Fauziah (5123007)
Sunaryo (5123012)
Henny Rosita (5123017)
Ibnu Abier Robie (5123018)
Afifah (5123021)
Wahyu Kausaha (3123028)

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya. Kami dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB URBANISASI MASYARAKAT PELABUHAN RATU
SERTA UPAYA MENGATASINYA ”. Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Sosiologi Agama” yang diajarkan pada Magister Pendidikan Agama Islam (PAI)
Universitas Islam Jakarta.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah “ Sosiologi Agama” yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami
juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Kami jauh dari sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Karena keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Jakarta, Maret 2024

Kelompok IV
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara geografis Indonesia memiliki kesempatan yang memacu pertumbuhan
ekonomi secara lebih cepat. Hal tersebut didukung dengan jumlah penduduk yang besar
dan tersebar di wilayah Indonesia yang luas. Penduduk berperan sebagai sumber daya
manusia yang potensial yaitu sebagai tenaga kerja dan konsumen. Besarnya jumlah
penduduk dapat dijadikan modal dalam pembangunan ekonomi. Namun kendala yang
dihadapi adalah penyebaran penduduk yang tidak merata dan kualitas penduduknya masih
rendah, sehingga pembangunan ekonomi tidak seperti yang diharapkan. urbanisasi ini
menimbulkan berbagai macam masalah karena tidak ada pengendalian di dalamnya.
Tingginya tingkat pembangunan yang terjadi di kota-kota besar di indonesia
merupakan salah satu hal yang memacu pertumbuhan ekonomi. Sayangnya pertumbuhan
ekonomi kota yang pesat tidak seimbang dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi
didesa sehingga menimbulkan kesenjangan antara wilayah perkotaan dengan pedesaan.
Hal ini terjadi karena kegiatan dan perkembangan ekonomi lebih sering terjadi dan
terkonsentrasi pada wilayah perkotaan.
Perkembangan ekonomi kota yang cepat dan tidak diimbangi dengan pemerataan akan
menimbulkan ketimpangan wilayah dimana terdapat wilayah yang maju dan wilayah
terbelakang atau kurang maju. Bila ketimpangan ekonomi antar desa dan kota yang cukup
besar membawa dampak negatif dari segi ekonomi, sosial maupun politik yang
mendorong terjadinya ketidak merataan distribusi pendapatan (kemakmuran) antara desa
dengan kota yang menimbulkan keinginan masyarakat untuk berpindah ke daerah yang
lebih baik. Keadaan inilah yang menjadi faktor pendorong bagi sumberdaya manusia
untuk melakukan urbanisasi ke wilayah perkotaan untuk meningkatkan taraf hidupnya.1
Sebagai negara berkembang Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah,misalnya
pengangguran, kemiskinan, tingkat pendapatan yang rendah dan sebagainya. Padahal
pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal tersebut
menimbulkan berbagai masalah baru seperti, pertumbuhan penduduk yang tidak merata,
kemiskinan, dan semakin meningkatnya angka pengangguran. berbagai macam masalah
karena tidak ada pengendalian di dalamnya. Masalah ini yang dihadapi negara Indonesia
saat ini yaitu pertumbuhan konsentrasi penduduk yang tinggi. Lebih buruk lagi, hal ini
1
Jurnal Ecosains, Volume 6, Nomor 1, Mei 2017, Hal 15-24
tidak diikuti dengan kecepatan yang sebanding dengan perkembangan industrialisasi.
Masalah ini akhirnya menimbulkan fenomena yaitu urbanisasi berlebih2.
Urbanisasi merupakan suatu fenomena bertambahnya jumlah penduduk di perkotaan
sejalan dengan tingkat kesejahteraan dan perkembangan ekonomi penduduk di suatu
negara. Secara sederhana urbanisasi didefinisikan sebagai perpindahan penduduk dari
kawasan perdesaan menuju kawasan perkotaan. 3 Urbanisasi banyak dipengaruhi oleh
proses alami yang meliputi 2 angka kelahiran, dan kematian, bencana alam, perubahan
lingkungan serta masalah sosial-ekonomi yang meliputi pendapatan individu, pendidikan,
kesehatan, fasilitas dasar, industrialisasi dan kebijakan pemerintah.4
Urbanisasi juga menjadi salah satu faktor pemicu perkembangan kota. Terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor
penarik maupun pendorong. Perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan banyak orang untuk mendatanginya. Keinginan
mendapatkan penghasilan yang lebih baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan
penyebab utama terjadinya urbanisasi. Meningkatnya proses urbanisasi tersebut tidak
terlepas dari kebijaksanaan perkotaan, khususnya ekonomi yang dikembangkan oleh
pemerintah. Hubungan positif antara konsentrasi penduduk dengan aktivitas kegiatan
ekonomi ini akan menyebabkan makin membesarnya area konsentrasi penduduk,
sehingga menimbulkan apa yang dikenal dengan nama daerah perkotaan.
Menurut Todaro Pengembangan pendidikan yang berlebihan di daerah perkotaan
dapat mengkibatkan semakin tingginya tingkat urbanisasi yang terjadi antara desa dan
kota. Hal ini bisa saja terjadi karena pengembangan fasilitas dan kualitas pendidikan di
perkotaan tidak diiringi dengan pengembangan pendidikan di daerah pedesaan sehingga
menyebabkan adanya ketimpangan kualitas pendidikan antara desa dengan kota. Todaro
juga memiliki implikasi kebijakan yang penting untuk mencegah investasi dibidang
pendidikan yang berlebihan , terutama pendidikan tinggi. Banyaknya orang desa yang
bermigrasi ke kota hingga melampaui tingkat penciptaan kesempatan kerja baru akan
memperberat seleksi penerimaan pegawai baru.5

2
Sukirno, Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Edisi 3. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta
3
P. Tjiptoherijanto, “urbanisasi dan pengembangan kota indoi=12484-24709-1-PB (1),” Urban. Dan
Perkemb. Kota Indones., vol. 10, no. 2, pp. 57–72, 1999.
4
A. M. Fazaalloh, “Urbanisasi , Industrialisasi , Pendapatan , dan Pendidikan di Indonesia,” Habitus J.
Pendidikan, Sosiologi, dan Antropol., vol. 1, pp. 16–23, 2017.
5
Todaro, Michele, P dan Stephan C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan. Jakarta :
Erlangga
Kesehatan dan pendidikan adalah investasi yang dibuat dalam individu yang sama.
Modal kesehatan yang lebih baik dapat meningkatkan pengembalian atas investasi dalam
pendidikan karena kesehatan adalah faktor penting dalam meningkatkan harapan hidup
dan akan meningkatkan pengembalian atas investasi dalam pendidikan. Individu yang
sehat lebih mampu menggunakan pendidikan secara produktif di setiap waktu dalam
kehidupannya.6
Menurut Lee (1966), Todaro (1979), dan Titus (1982), berpendapat bahwa motivasi
seseorang untuk pindah adalah motif ekonomi. Motif tersebut berkembang karena adanya
ketimpangan antar daerah. Todaro menyebutkan motif utama tersebut sebagai
pertimbangan ekonomi yang rasional. Mobilitas ke perkotaan mempunyai dua harapan
yaitu memperoleh pekerjaan dan harapan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dari
pada yang diperolehnya di tempat asal. Pada dasarnya penyebab meningkatnya urbanisasi
di negara berkembang yakni untuk meningkatkan kesejateraan hidup yang diiringi dengan
keinginan untuk mencari pekerjaan (angkatan kerja) sehingga secara langsung dapat
mempengaruhi pendapatan bagi para urban tersebut,dengan kelebihan penghasilan selama
mereka bekerja dikota akan berimbas secara langsung pada keluarga yang tinggal di desa
sehingga dari segi pemenuhan kebutuhan hidup menjadi lebih baik.7
Hal inilah yang demikian menjadi persoalan dan masalah yang penting untuk di atasi
oleh pemerintah daerah agar mengantisipasi dan membatasi masyarakat yang melakukan
urbanisasi dari tahun ke tahun yang terus mengalami peningkatan. Sehingga
menyebabkan berbagai dampak bagi masyarakat maupun terhadap kota tujuan urbanisasi
tersebut
Kota Sukabumi adalah sebuah kota yang berada di provinsi Jawa Barat, Indonesia.
Kota ini merupakan enklave dari Kabupaten Sukabumi. Luas wilayah Kota Sukabumi
berada di urutan ketiga terkecil di Jawa Barat setelah Kota Cirebon dan Kota Cimahi,
yakni 48,33 km². Berdasarkan berita darai RADARSUKABUMI.com tahun 2019
terdapat sekitar sebanyak 3.769 warga dari luar daerah migrasi ke Kota Sukabumi.
Mayoritas, warga dari Kabupaten Sukabumi pindah ke Kota Sukabumi. Walaupun begitu,
arus urbanisasi di Kota Sukabumi cukup stabil dalam setiap tahunnya. Karena selain
migrasi masuk, sebanyak 3.334 warga Kota Sukabumi migrasi keluar daerah.

6
Jurnal Ecosains, Volume 6, Nomor 1, Mei 2017, Hal 15-24
7
Rerungan, Astuti Kartika. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk Migran
Masuk Risen (Kasus 4 Provinsi di Sulawesi). Skripsi. FE Univesritas Hasanuddin.
Data yang didapat Radar Sukabumi dari Disdukcapil Kota Sukabumi, periode
semester satu Januari hingga Juni, jumlah migrasi masuk 3.769 warga dan migrasi keluar
3.334 warga. Hal itu, diungkapkan oleh Kepala Bidang Pengelolaan Informasi
Administrasi Kependudukan (PIAK) dan Pemanfaatan Data Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Sukabumi, Tantan Hadiansyah mengungkapkan, arus urbanisasi di
Kota Sukabumi dalam setiap tahunnya relatif stabil. “Dilihat dari data, setiap tahunnya
arus urbanisasi di Kota Sukabumi masih relatif stabil, artinya migrasi masuk dan keluar
angkanya tidak jauh berbeda,” ungkapnya kepada Radar Sukabumi.
Dilihat dari fenomena diatas urbanisasi banyak terjadi karena beberapa faktor seperti
salah satunya keterbatasan sarana dan prasarana didaerah asal menjadi salah satu faktor
penyebab terjadinya urbanisasi seperti jauhnya jarak tempuh kepusat kesehatan karena
minimnya keberadaan rumah sakit atau puskesmas dipedesaan. Keterbatasan sarana ini
mendorong seseorang untuk berpindah kekota agar mudah mendapatkan sarana dan
pelayanan kesehatan yang lebihlengkap dari pada yang ada di desa asal mereka.
Pembangunan pelayanan publik seperti rumah sakit yang terkonsentrasi dikota
menyebabkan terjadi nya ketidak merataan jumlah fasilitas kesehatan lainnya.
Atas dasar fenomena seperti di atas, dan atas dasar pentingnya masalah tersebut untuk
diteliti dan dikembangkan, maka masalahnya akan di teliti dalam bentuk penelitian,
dengan judul “faktor-faktor Penyebab Urbanisasi Masyarakat Pelabuhan Ratu dan
Upaya Mengatasinya”.

B. Rumusan Masalah
Adapun sebagai fokus dalam penelitian ini maka dirumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa saja faktor penyebab Urbanisasi di Pelabuhan Ratu?
2. Bagaimana dampak urbanisasi bagi perekonomian di pelabuhan ratu?

C. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis Faktor-faktor Urbanisasi:
2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor utama yang mendorong urbanisasi di
Pelabuhan Ratu, termasuk aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
3. Memahami Dampak Urbanisasi
D. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang dinamika
urbanisasi di Pelabuhan Ratu, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi
perpindahan penduduk dan dampaknya.
2. Dengan memahami faktor-faktor urbanisasi dan dampaknya, penelitian ini dapat
membantu merancang strategi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat
Pelabuhan Ratu.
3. Penelitian ini dapat menjadi landasan untuk penelitian lanjutan atau studi lebih
mendalam yang dapat melibatkan aspek-aspek tertentu yang mungkin teridentifikasi
selama penelitian.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Urbanisasi
1. Pengertian Urbanisasi
Urbanisasi adalah salah satu bentuk dari migrasi. Urbanisasi merupakan gejala
umum yang terjadi terutama di negara-negara berkembang seperti indonesia. Dalam
perpindahan biasa dari satu daerah ke daerah yang lain, pada umumnya seseorang
memutuskan pindah setelah memperoleh kepastian bahwa di tempat tujuan terdapat
kesempatan kerja dengan tingkat upah yang lebih tinggi.8
Urbanisasi di negara berkembang dimulai sejak Perang Dunia (PD) II, dan
merupakan titik tolak terjadinya industri (kebalikan dari negara industri maju).
Akibatnya penduduk kota meningkat cepat sehingga urbanisasi tidak terbagi rata.
Semakin besar kotanya, semakin cepat proses urbanisasinya, sehingga memunculkan
konsep “Primate City”. Hal ini lah yang terjadi di Indonesia saat ini, yaitu berduyun-
duyunnya masyarakat desa ke kota sehingga daerah perkotaan semakin padat
penduduk.
Pengertian Urbanisasi, dikemukakan oleh Soeharto, bahwa Urbanisasi adalah
“proses pengkotaan” atau proses perubahan suatu desa menjadi kota. Secara nasional,
urbanisasi bisa dilihat dari proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan dan proporsi
orang yang bekerja di sektor non pertanian. Pertumbuhan penduduk yang besar,
persebaran penduduk yang tidak merata antar daerah, dan rendahnya daya serap
industri di perkotaan, menyebabkan urbanisasi di Indonesia termasuk dalam kategori
“urbanisasi tanpa industrialisasi”, “urbanisasi berlebih”, atau “inflasi perkotaan. 9
Menurut Payaman J. Simanjuntak, urbanisasi adalah suatu proses
pembentukan kota, suatu proses yang digerakkan oleh perubahan struktural dalam
masyarakat sehingga daerah-daerah yang dulu merupakan daerah pedesaan dengan
struktur mata pencaharian yang agraris maupun sifat kehidupan masyarakatnya
lambat laun atau melalui proses yang mendadak memperoleh sifat kehidupan kota.
Pengertian kedua dari urbanisasi adalah, bahwa urbanisasi menyangkut adanya gejala
perluasan pengaruh kota ke pedesaan yang dilihat dari sudut morfologi,
ekonomi,sosial dan psikologi.10
8
Simanjuntak, Payaman J. 1998. Pengantar Ekonomi Sumber DayaManusia.Jakarta: Penerbit Fakultas
Ekonomi UI.
9
Soeharto I. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Jakarta: Penerbit Erlangga hlm 149
10
Simanjuntak, Payaman J. 1998. Pengantar Ekonomi Sumber DayaManusia.Jakarta: Penerbit Fakultas
Ekonomi UI.
Menurut De Bruijne seperti dikutip N. Daldjoeni menjelaskan bahwa
setidaknya ada 7 pengertian tentang urbanisasi yaitu :
a. Urbanisasi adalah pertumbuhan persentase penduduk yang tinggal diperkotaan,
baik secara Mondial, nasional, maupun regional.
b. Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota.
c. Urbanisasi adalah bertambahnya penduduk yang bekerja di bidang selain bertani
didesa
d. Urbanisasi adalah berubahnya sebuah permukinan masyarakat menjadi kota.
e. Urbanisasi adalah meluasnya struktur artefakial morfologis suatu kata di Kawasan
sekelilingnya.
f. Urbanisasi adalah meluasnya pengaruh suasana ekonomi kota ke pedesaan.
g. Urbanisasi adalah meluasnya pengaruh social, psikologis dan kultural pedesaan.11

Menurut Sugiono Soetomo urbanisasi sendiri berasal dari kata Urban yang
artinya sifat kekotaan. Di Indonesia sendiri diartikan sebagai perpindahan penduduk
desa ke kota, urbanisasi didefenisikan sebagai suatu proses terbentuknya kehidupan
perkotaan yang berbeda dengan kehidupan pedesaan, dalam konteks ekonomi, sosial
dan mentalitas masyarakatnya.12

Menurut Shogo kayono dalam (Abbas, 2002) bahwa “Urbanisasi sebagai


perpindahan dan pemusatan penduduk secara nyata yang memberi dampak dalam
hubungannya dengan masyarakat baru yang dilatar belakangi oleh faktor sosial,
ekonomi, politik dan budaya”. Sementara Keban dalam Abbas, berpendapat bahwa
“Urbanisasi jangan hanya dalam konteks demografi saja karena urbanisasi
mengandung pengertian yang multidimensional. Urbanisasi dari pendekatan
demografis berarti sebagai suatu proses peningkatan konsentrasi penduduk
diperkotaan sehingga proporsi penduduk yang tinggal menjadi meningkat yang
biasanya secara sederhana konsentrasi tersebut diukur dari proporsi penduduk yang
tinggal di perkotaan, kecepatan perubahan proporsi tersebut, dan perubahan jumlah
pusat-pusat kota.13

11
N. Daldjoeni. 1985. Seluk Beluk Masyarakat Kota. Bandung; Alumni
12
Soetomo, Sugiono. 2009. Urbanisasi dan Morfologi: Menuju Ruang Kehidupan Yang Manusiawi. PT
Graha Ilmu. Yogyakarta. Hl 41
13
Abbas, Ardi. 2002. Diktat Untuk Kalangan Sendiri: SosiologiPerkotaan.Padang:Jurusan Sosiologi
Universitas Andala
Sedangkan Menurut Sugiono Soetomo Urbanisasi sendiri berasal dari kata
Urban yang artinya sifat kekotaan. Di Indonesia sendiri diartikan sebagai perpindahan
penduduk desa ke kota, urbanisasi didefenisikan sebagai suatu proses terbentuknya
kehidupan perkotaan yang berbeda dengan kehidupan pedesaan, dalam konteks
ekonomi, sosial dan mentalitas masyarakatnya.14 (Sugiono Soetomo, 2009: 41).

Namun karena adanya kelemahan wilayah pedesaan akan terus menciptakan


kesenjangan desa kota dan proses kemiskinan selanjutnya akan mengalir ke kota
dengan migrasi akibat push factor karena makin langkahnya sumber kehidupan di
desa. Proses urbanisasi melalui arus migrasi tersebut menempatkan kota-kota besar
dalam proses selektif sosio spasial yang menciptakan kemiskinan kota, kesenjangan
yang rawan terhadap kelompok yang dikategorikan sebagai sektor informal dan
pseudo urbanisasi (urbanisasi semu).15

2. Sebab Urbanisasi
Urbanisasi sudah banyak yang definisikan oleh berbagai ahli. Namun terlepas
dari itu semua urbanisasi tidak terjadi begitu saja, pasti ada sebab yang
melatarbelakangi terjadinya urbanisasi. Diantara sebab itu adalah keterbatasan
pekerjaan yang tersedia di desa. Desa pada umumnya profesi yang mendukung hanya
berfokus di bidang agrarian dan nelayan, masyarakat yang tidak mampu untuk
melakukan pekerjaan tersebut, memilih untuk melakukan urbanisasi dengan harapan
pekerjaan yang mereka dapat di kota, lebih layak dan sesuai dengan harapan. Kota
yang memang menjadi pusat perekonomian pasti menyediakan berbagai macam
lapangan pekerjaan, yang nantinya akan memberikan pilihan tersendiri bagi para
masyarakat.
Jenis pekerjaan yang beragam ini juga menawarkan gaji atau pendapatan yang
cukup tinggi disbanding dengan pekerjaan di desa, apalagi bagi mereka yang
mempunyai keterampilan lebih. Hal ini sejalandengan yang dijelaskan oleh Todaro
bahwa motif ekonomi menjadi salah satu faktor utama terjadinya urbanisasi.16
Faktor penyebab yang selanjutnya adalah sarana Pendidikan yang memadai di
kota. Tidak dapat dipungkiri bahwa bagi mereka yangberkeinginan untuk
menlanjutkan Pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, harus pergi ke kota, karena

14
Soetomo, Sugiono. 2009. Urbanisasi dan Morfologi: Menuju Ruang Kehidupan Yang Manusiawi. PT
Graha Ilmu. Yogyakarta. Hl 41
15
Soetomo, Sugiono hlm 14
16
Todaro P, Michel. (1983). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jilid 1. Jakarta; GhaliaIndonesia
fasilitas Pendidikan yang tersedia sangat layak. Apalagi, seiring dengan
berkembangnya ilmu pengetahuandan teknologi yang menuntut semua orang untuk
terus belajar, supaya tidak mudah ketinggalan pengetahuan. Juga dalam lingkungan
pekerjaan, Pendidikan menjadi hal yang utama dalam mendapatkan pekerjaan, karena
kebanyakan perusahaan akan melihat latar belakang Pendidikan para calon
karyawannya.17
Urbanisasi terjadi juga disebabkan beberapa faktor . Faktor yang pertama,
jaminan fasilitas kesehatan yang disediakan oleh pemerintah daerah perkotaan lebih
terjamin. Jaminan fasilitas yang memadai untuk masyarakat dapat mendorong
meningkatkanya tingkat urbanisasi. Kedua, adanya kesempatan kerja yang terbuka
luas. Ketersediaan kesempatan kerja yang luas di kota untuk masyarakat juga dapat
meningkatkan tingkat urbanisasi di suatu wilayah perkotaan. Hal ini dikarenakan
kurangnya kesempatan kerja di daerah pedesaaan atau daerah pinggiran kota sehingga
banyak masyarakat yang melakukan urbanisasi ke pusat perkotaan. Ketiga, keamanan
hidup juga lebih terjamin. Keamanan hidup yang dimaksud yaitu kesejahteraan hidup
masyarakat lebih terjamin Artinya, dengan adanya lapangan kerja, kesempatan kerja,
fasilitas kesehatan yang terjamin, maka kesejahteraan hidup masyarakat menjadi
sejahtera dan terjamin.18
Adanya faktor ketimpangan pembangunan infratsruktur wilayah perkotaan
dengan pedesaan, ketimpangan distribusi pusat ekonomi di perkotaan dan pedesaan,
ketersediaan lapangan kerja yang luas dan banyak, kondisi ekonomi yang stabil dan
terjamin, serta kemudahan aksesbilitas pusat pelayanan yang digunakan oleh
masyarakat perkotaan dengan masyarakat pedesaan. Selain itu, kurangnya lapangan
kerja di daerah pedesaan, rendahnya tingkat upah pekerja di pedesaan, kurangnya
fasilitas pelayanan publik di pedesaan, maka hal itu yang bisa memicu masyarakat
urbanisasi pindah dari desa ke kota.19 Dalam perkembangan wilayah perkotaan,
wilayah perkotaan menjadi magnet masyarakat urbanisasi untuk dating ke kota
mencari pekerjaan dan menetap bertempat tinggal sehingga tingkat jumlah penduduk
masyarakat perkotaan cenderung meningkat drastis setiap tahunnya.20

17
Todaro P, Michel. (1983). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jilid 1. Jakarta; GhaliaIndonesia
18
Rachmad, S. L. dan B. S. (2022). Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Urbanisasi di Samarinda.
KINERJA - Jurnal Ekonomi Dan Manajemen, 19(1), 39.
19
Nunung, F. N. A. A. dan N. (2022). Pengaruh Konsentrasi Penduduk Indonesia di Pulau Jawa Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial “Humanitas” Fisip Unipas, 4(1), 55–56.
20
Sembiring Putri Anne dan Bangun Matius, dkk. (2021). Analisis Kebijakan Pengendalian Urbanisasi
Kota Barastagi Kabupaten Karo Sumut. Jurnal Darma Agung, 29(1), 82.
Menurut Suntajaya mobilisasi dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan
dianggap sebagai keuntungan, ini dikarenakan tergeraknya surplus tenaga kerja
produktif yang ada di desa yang secara bertahap dimobilisasi ke wilayah perkotaan
yang dapat dibarengi dengan adanya perkembangan pada sektor industri dan
manufaktur. Banyak faktor yang mempengaruhi urbanisasi, terutama perpindahan
penduduk dari desa ke kota. Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu faktor gaya dorong di daerah awal dan faktor daya tarik di daerah
sasaran. Antara daerah awal dan daerah tujuan, variabel lain adalah perantara yang
juga mempengaruhi pergerakannya. Faktor pendorong, faktor penarik dan variabel
perantara dipertimbangkan oleh seseorang (individu) memutuskan untuk pindah atau
tidak.21
Menurut Bouman dalam (Syah, 2013) dinamika kependudukan, baik
khususnya migrasi dan urbanisasi, terjadi di negara-negara di mana proses yang sama
berlangsung, yaitu dalam pengambilan keputusan, perubahan lingkungan, dan
adaptasi, karena migrasi manusia dan urbanisasi tidak ditentukan oleh jarak, tetapi
dengan cara menghendaki seseorang mentransfer bentuk budaya dan struktur sosial ke
yang lain. Berkenaan dengan masalah adaptasi, pertanyaannya adalah bagaimana
seseorang dapat hidup dan menyesuaikan diri dengan perilaku dan tindakannya
dengan segala perubahan yang terjadi setelah seseorang mengubah suasana, struktur
sosial, pola budaya, kepuasan, dan perilaku emosionalnya ke kultur yang baru.22
Motivasi penduduk desa melakukan urbanisasi ke kota adalah karena tekanan
kemiskinan dan keinginan untuk memperoleh sumber penghidupan yang lebih baik.
Setidaknya ada 3 alasan utama mengapa penduduk di pedesaan cenderung “memiliki
hasrat” untuk bermigrasi diperkotaan, yaitu:
1. Sejak krisis melanda, semakin hari kesempatan kerja di daerah pedesaan semakin
langka, sementara usaha yang sebelumnya ditekuni (pengrajin, pedagang, dan
sebagainya) mengalami kebangkrutan akibat krisis.
2. Adanya selisih upah yang cukup mencolok antara desa dan kota, hal tersebut salah
satunya tercermin pada perbedaan UMR (Upah Minimum Regional) antara daerah
pinggiran dan daerah pusat kegiatan ekonomi. Upah di desa dinilai hanya cukup
untuk sekedar bertahan hidup (subsisten).
21
Suntajaya, I. K. (2014). Faktor-Fator Yang Mempengaruhi Terjadinya Urbanisasi Di Provinsi Bali. Jurnal
PIRAMIDA, 10(2), 61-70.
22
Syah, H. (2013). Urbanisasi dan Modernisasi (Studi Tentang Perubahan Sistem Nilai Budaya
Masyarakat Urban di Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan). Jurnal Toleransi, 5(1), 1-12.
3. Diluar faktor ekonomi, alasan yang cukup dominan mendorong penduduk desa
untuk mengadu nasib di kota adalah karena masalah keluarga atau sesuatu hal
yang yang sifatnya personal. Bagi sebagian besar penduduk miskin di pedesaan,
selain menawarkan kesempatan kerja yang terbuka, kota juga memiliki “daya
tarik” tertentu.23
4. Di sisi lain, banyak studi yang membuktikan bahwasanya kehadiran kaum di
daerah perkotaan sebenarnya merupakan salah satu respons adanya
ketidakmerataan pembangunan antara daerah dan semakin kronisnya masalah
kemiskinan di daerah pedesaan

3. Dampak Urbanisasi
Di Indonesia, persoalan urbanisasi sudah dimulai dengan digulirkannya
beberapa kebijakan ”gegabah” orde baru. Pertama, adanya kebijakan ekonomi makro
(1967-1980), di mana kota sebagai pusat ekonomi. Kedua, kombinasi antara
kebijaksanaan substitusi impor dan investasi asing di sektor perpabrikan
(manufacturing), yang justru memicu polarisasi pembangunan terpusat pada
metropolitan Jakarta. Ketiga, penyebaran yang cepat dari proses mekanisasi sektor
pertanian pada awal dasawarsa 1980-an, yang menyebabkan kaum muda dan para
sarjana, enggan menggeluti dunia pertanian atau kembali ke daerah asal.
Arus urbansiasi yang tidak terkendali ini dianggap merusak strategi rencana
pembangunan kota dan menghisap fasilitas perkotaan di luar kemampuan
pengendalian pemerintah kota. Beberapa akibat negatif tersebut akan meningkat pada
masalah kriminalitas yang bertambah dan turunnya tingkat kesejahteraan. Dampak
negatif lainnnya yang muncul adalah terjadinya “over urbanisasi” yaitu dimana
prosentase penduduk kota yang sangat besar yang tidak sesuai dengan perkembangan
ekonomi negara. Selain itu juga dapat terjadi “under ruralisasi” yaitu jumlah
penduduk di pedesaan terlalu kecil bagi tingkat dan cara produksi yang ada.24
Persoalan-persoalan urbanisasi telah menjadi perhatian yang cukup besar,
beberapa pemikiran yang membahas dampak urbanisasi dari sudut pandangn ekonomi
yaitu Evers dalam Abbas (2002) berpendapat bahwa tingkat urbanisasi yang terlalu
rendah dan mengabaikan kebutuhan kebutuhan kota dapat memperlambat kemajuan
ekonomi. Sedangkan menurut Keban, proses urbanisasi yang tidak terkendali dan

23
Arsyad, Lincolin. 2010. “Ekonomi Pembangunan”, Yogyakarta: Edisi ke5,STIMYKPN
24
Jurnal Society, Vol. I, No.1, Juni 2013 38
adanya hirarki kota akan menimbulkan berbagai akibat negatif yaitu munculnya gejala
kemiskinan di perkotaan, ketimpangan income perkapita, pengangguran, kriminalitas,
polusi udara dan suara, pertumbuhan daerah kumuh, dan sebagainya.
Gmelch dan Zenner membahas mengenai dampak sosial yang ditimbulkan
oleh urbanisasi dengan menggunakan pendekatan tiga teori urbanisasi yaitu :
1. Determinist Theory atau dikenal juga dengan theory of urban anomie. teori ini
memulai analisasnya dengan mendefinisikan “kota” sebagai sebuah wilayah yang
relatif besar, padat, dan tempat tinggal permanen dari individu yang secara sosial
sangat beragam. Dalam kompetisi ekonomi, spesialisasi pekerjaan, meraih
keunggulan, dan kemajemukan kota menghasilkan keberagaman aktivitas
kehidupan sosial.
2. Compositional theory. Tidak seperti Determinist Theory, teori ini menganggap
bahwa urbanisasi tidak berdampak secara langsung terhadap individu atau
masyarakat. Teori ini berpendapat bahwa keberagaman kehidupan sosial tidak
serta merta mempengaruhi perilaku individu dan masyarakat sebab setiap individu
atau masyarakat memiliki atribut-atribut yang dapat membantu mereka menangani
permasalahan urbanisasi.
3. Subculture theory. Teori ini sebagai hasil sintesa dari Determinist Theory dan
Compositional theory, melihat bahwa urbanisasi berdampak langsung terhadap
individu dan masyarakat tetapi tidak mengintervensi

Dampak positif urbanisasi menurut Sembiring dan Bangun adalah :


1. Memperoleh tenaga kerja yang lebih murah untuk pembangunan . Maksudnya,
tenaga kerja yang dilakukan oleh masyarakat desa tergolong lebih murah dari
pada tenaga kerja kota.
2. Masyarakat urbanisasi dengan tujuan pendidikan yang lebih tinggi, maka di kota
mereka mendapatkan fasilitas pendidikan dan teknologi yang lebih maju, hal ini
mampu memenuhi kebutuhan peserta didik dalam pendidikan.
3. Terdapat banyaknya lapangan pekerjaan di kota dengan pendapatan yang lebih
baik. Meskipun begitu, harus pula dipahami jika urbanisasi ini ternyata
memunculkan diri yang justru berdampak negatif bagi pembangunan.25

25
Sembiring, Putri, Anne, Br & Bangun, Matius. (2021). Analisis Kebijakan Pengendalian Urbanisasi Kota
Berastagi Kabupaten Karo Sumut. Jurnal Darma Agung. Vol. 29. No.1.
Adapun dampak negatif tersebut menurut Dwi (2021) adalah:
1. Tingginya angka pengangguran, pertumbuhan angkata kerja naik begitu cepat
sehingga kota tidak mampu memberikan kesempatan kerja bagi semua
masyarakat.
2. Pendapatan masyarakat urbanisasi di kota lebih rendah daripada di desa, karena
minimnya lapangan pekerjaan para urbanisasi akhirnya bersedia menerima
pekerjaan yang sebenarnya lebih kecil pada saat berada di desa.
3. Tingginya tingkat kepadatan bagunan, jumlah penduduk yang begitu banyak
menuntu tempat untuk melakukan aktivitas kehidupan, karena luas wilayah
cenderung sama tidak bertambah maka otomatis bangunan akan semakin tinggi
dan rapat.
4. Masalah rumah tangga, kota tidak siap menyediakan rumah yang layak bagi
seluruh populasi, terlebih lagi para urbanisasi merupakan masyarakat miskin yang
tidak mampu membangun perumahan untuk mereka sendiri sehingga terjadinya
pemukiman kumuh di pusat kota.
5. Ketidakmampuan struktur sosial masyarakat, beragaman penduduk membuat
masalah – masalah berikut :
a. Masalah pedagang kaki lima
b. Masalah kemiskinan, gelandangan dan berbagai masalah sosial.
c. Masalah ekologi
d. Masalah transportasi
e. Meningkatnya angka kriminalitas.26

B. Tinjaun Perekonomian
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah kondisi saat masyarakat suatu wilayah atau
negara mengalami peningkatan pendapatan karena adanya kenaikan produksi barang
dan jasa. Pertumbuhan ekonomi ini penting dihitung setiap tahunnya karena dapat
digunakan sebagai indikator keberhasilan pembangunan ekonomi di masyarakat.
Adapun tingkat pertumbuhan ekonomi pada umumnya diukur dengan menghitung
Produk Domestik Bruto (PDB) ataupun Produk Nasional Bruto (PNB).27

26
Dwi .(2021). Memahami Urbanisasi dan Permasalahanya. Semarang: Mutiara Aksara
27
https://www.ocbc.id/id/article/2023/02/08/teori-pertumbuhan-ekonomi
Menurut Sadono Sukirno, pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan
kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi
dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Dari satu
periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan
jasa akan meningkat. Di samping itu, tenaga kerja bertambah sebagai akibat
perkembangan penduduk, pengalaman kerja dan pendidikan menambah keterampilan
mereka.28
Menurut Boediono, “Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output
perkapita dalam jangka Panjang. Dari definisi di atas ada 3 aspek yang perlu dipahami
dari pengertian pertumbuhan ekonomi yaitu, proses, output perkapita dan jangka
Panjang. Jadi pertumbuhan ekonomi adalah sebuah proses yang terjadi didalam
masyarakat untuk meningkatkan Output perkapita yang diterima dalam waktu jangka
Panjang.29
Menurut Prof. Simon Kuznets30, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan
kapasitas jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai
barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas tersebut dimungkinkan
oleh adanya kamajuan atau penyesuaian penyesuaian teknologi, intitusional dan
ideologi terhadap berbagai keadaan yang ada.
Perkembangan ekonomi mengandung arti yang lebih luas serta mencakup
perubahan pada susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Pembangunan
ekonomi pada umunya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang
disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang berarti perubahan yang
terjadi terus menerus, usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita, kenaikan
pendapatan perkapita harus terus berlangsung dalam jangka panjang dan yang terakhir
perbaikan sistem kelembagaan disegala bidang (misalnya ekonomi, politik, hukum,
sosial, dan budaya). Sistem ini bisa ditinjau dari dua aspek yaitu: aspek perbaikan
dibidang organisasi (institusi) dan perbaikan dibidang regulasi baik legal formal
maupun informal.31

28
Sukirno, Sadono. 2008. Mikro Ekonomi: Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada.
29
Boediono, 1997, Teori Pertumbuhan Ekonomi, Yogyakarta; BPFE
30
Michael Todaro, Pembangunan Ekonomi Di dunia Ketiga, Erlangga, Jakarta, 2000, hlm. 44
31
Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan, STIE YKPN, Yogyakarta, 1999, hlm. 12
Kemampuan dalam meningkatkan pendapatan perkapita disebabkan oleh
bertambanhnya faktor-faktor produksi baik dari segi jumlah dan kualitasnya. Investasi
juga akan menambah barang modal serta teknologi yang semakin berkembang luas.
Disamping itu tenaga kerja yang semakin bertambah dengan adanya perpindahan
penduduk seiring dengan meningkatnya kualitas pendidikan dan keterampilan
mereka.
Lincolin Arsyad, menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi daerah diartikan
sebagai kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa memandang
apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk
atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Hal ini berarti bahwa
pertumbuhan ekonomi daerah secara langsung ataupun tidak langsung akan
menciptakan lapangan kerja.32
Dalam pengertian yang lain pertumbuhan ekonomi adalah menelaah faktor-
faktor pertumbuhan output dalam jangka menengah dan jangka Panjang. Faktor-faktor
tersebut adalah tenaga kerja yang terpenuhi, teknologi yang semakin canggih,
akumulasi modal yang cepat, dan tabungan investasi yang tergantung pada
pendapatan perkapita
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Para ahli ekonomi sudah lama berusaha menjelaskan tentang konsep
pertumbuhan ekonomi yang terjadi di masyarakat dalam satu negara. Karena
pertumbuhan ekonomi yang terjadi dalam masyarakat memiliki faktor-faktor yang
berbeda.
a. Teori Klasik
Menurut ahli-ahli ekonomi klasik, ada empat faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu jumlah penduduk, jumlah stok
barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, dan tingkat teknologi
yang digunakan. Walaupun pertumbuhan ekonomi tergantung kepada banyak
faktor, para ahli ekonomi klasik menumpahkan perhatiannya kepada pengaruh
pertambahan penduduk.33
Menurut Smith, sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah yang
paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumber
daya alam yang tersedia merupakan “batas maksimum” bagi pertumbuhan

32
Lincolin Arsyad. 2010. “Ekonomi Pembangunan”, Yogyakarta
33
Sadono Sukirno,Pengantar Teori Makroekonomi, hlm. 430
suatu perekonomian. Maksudnya, jika sumber daya ini belum digunakan
sepenuhnya, maka jumlah penduduk dan stok modal yang ada yang
memegang peranan dalam pertumbuhan output. Tetapi pertumbuhan outut
tersebut akan berhenti jika semua sumberdaya alam tersebut telah digunakan
secara penuh. Sumber daya insani mempunyai peranan yang pasif dalam
proses pertumbuhan output. Maksudnya, jumlah penduduk akan
menyesuaikan diri dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari suatu masyarakat.
Sedangkan stok modal menurut Smith, merupakan unsur produksi yang secara
aktif menentukan tingkat output. Peranannya sangat sentral dalam proses
pertumbuhan output. Jumlah dan tingkat pertumbuhan output tergnatung pada
laju pertumbuhan stok modal (sampai “batas maksimum” dari sumber daya
alam).34
Sedangkan pertumbuhan penduduk menurut Adam Smith, yaitu jumlah
penduduk akan meningkat jika tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari
tingkat upah subsisten yaitu tingkat upah yang pas-pasan untuk hidup. Jika
tingkat upah di atas subsisten, maka orang-orang akan kawin pada umur muda,
tingkat kematian menurun, dan jumlah kelahiran meningkat. Sebaliknya jika
tingkat upah yang berlaku lebih rendah dari tingkat upah subsisten, maka
jumlah penduduk akan menurun. Tingkat upah yang berlaku, menurut Adam
Smith, ditentukan oleh tarik-menarik antara kekuatan permintaan dan
penawaran tenaga kerja. Tingkat upah yang tinggi dan meningkat jika
permintaan akan tenaga kerja tumbuh lebih cepat dari pada penawaran kerja.
Sementara itu permintaan tenaga kerja ditentukan oleh stok modal dan tingkat
output masyarakat. Oleh karena itu, laju pertumbuhan permintaan akan tenaga
kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan stok modal (akumulasi modal) dan laju
pertumbuhan output.35

b. Teori Neoklasik

34
Arsyad Lincolin, Ekonomi Pembangunan, hlm. 55-56
35
Arsyad Lincolin,Ekonomi Pembangunan., hlm. 57
Teori ini dikembangkan oleh Solow, merupakan penyempurnaan teori
klasik. Fokus pembahasan teori neo klasik adalah tentang akumulasi modal.
Asumsi-asumsi dari model Solow antara lain:36
1) Tingkat teknologi dianggap konstan (tidak ada kemajuan teknologi),
2) Tingkat depresiasi dianggap konstan,
3) Tidak ada perdagangan luar negeri atau aliran keluar masuk barang modal,
4) Tidak ada sektor pemerintah,
5) Untuk mempermudah analisis, dapat ditambahkan asumsi bahwa seluruh
penduduk bekerja, sehingga jumlah penduduk = jumlah tenaga kerja.
Dalam asumsi mempersempit faktor penentu pertumbuhan yang hanya
menjadi barang modal dan tenaga kerja.
R.F.Harrod-Domar memandang bahwa perlu ada pembentukan modal
atau investasi demi mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil. Jadi,
semakin banyak ketersediaan modal, produksi barang dan jasa juga dapat
mengalami peningkatan. Menurut Joseph Schumpeter, ekonomi suatu negara
dapat meningkat apabila pengusaha membuat inovasi dan kombinasi baru
terkait proses produksi maupun investasi bisnisnya. Dalam teori ini,
kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh jiwa kewirausahaan masyarakat
yang mampu melihat peluang usaha dan memperluas usaha. Dengan
demikian, tersedia lapangan kerja tambahan untuk menyerap jumlah tenaga
kerja yang selalu bertambah di setiap tahun.37

c. Teori Schumpeter
Teori Schumpeter, menekankan pentingnya peranan pengusaha dalam
menciptakan pertumbuhan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi:
memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggikan efisiensi dalam
memproduksikan suatu barang, memperluas pasar sesuatu barang ke pasaran-
pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan
mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi perusahaan dengan tujuan
mempertinggi efisiensi.38

36
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar :edisi ketiga,
hlm. 148-149
37
https://www.ocbc.id/id/article/2023/02/08/teori-pertumbuhan-ekonomi
38
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar, hlm .432
d. Teori Ekonomi Sektor
Teori pertumbuhan ekonomi sektor (Sector Theory Of Growth), Teori
ini dikembangkan berdasarkan hipotesis Clark Fisher yang mengemukakan
bahwa kenaikan pendapatan per kapita akan dibarengi oleh penurunan dalam
proporsi sumber daya yang digunakan dalam sektor pertanian (sektor primer)
dan kenaikan dalam sektor industri manufaktur (sektor sekunder) dan
kemudian dalam industri jasa (sektor tersier). Laju pertumbuhan dalam sektor
yang mengalami perubahan (sector Lift). Dianggap sebagai determinan utama
dari perkembangan suatu wilayah.39
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Menurut
Sukirno “Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor
ekonomi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, modal, teknologi dan
sebagainya”.40
a. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap
perkembangan perkonomian. Kekayaan alam suatu negara meliputi luas
dan kesuburan tanah, keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil
hutan serta kandungan mineral. Tersedianya sumber daya alam yang
melimpah akan memper mudah usaha dalam mengembangkan
perekonomian suatu negara, terutama pada masa awal pertumbuhan
ekonomi. Suatu negara yang kekurangan sumber daya alam tidakdapat
membangun dengan cepat.
b. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap perkembangan perekonomian SDM meliputi kualiatas dan
kuantitas dalam pertumbuhan ekonomi sutau Negara
c. Modal
Modal merupakan persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat
diproduksi kembali. Pembentukan modal atau akumulasi merupakan
investasi dalam bentuk barang modal yang bertujuan untuk menaikkan
stok modal, Output nasional dan pendapatan nasional. Sehingga

39
Adisasmita, Rahardjo,Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), hlm. 31
40
Sukirno, Sadono. 2010. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PTRajaGrafindo Persada.
pembentukan modal menjadi salah satu kunci dalam mencapai
pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal dapat meningkatkan output
nasional dengan bermacam- macam cara. Investasi di bidang barang modal
tidak hanya meningkatkan 12 produksi saja, tetapi juga akan membawa ke
arah kemajuan teknologi.
d. Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi menjadi faktor yang penting dalam proses
pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya kemajuan teknologi akan
mendorong munculnya penemuan-penemuan baruyang dapat
meningkatkan produktivitas pekerja, modal dan faktor produksi yang
lain.41

BAB III
METODE PENELITIAN
41
A. Deskripsi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yang
mengambil lokasi di Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Sukabumi Merujuk
pandangan Irawan (2007:4) makna penelitian kualitatif tidak terbatas pada urusan
data, obyek kajian, atau bahkan prosedur penelitian. Makna penelitian kualitatif
sungguh tidak mudah didefinisikan, tetapi bisa dipahami ciri-ciri khasnya. Satu ciri
khasnya yang sangat penting adalah makna kebenaran menurut penelitian kualitatif.
Lebih lanjut makna kebenaran menurut penelitian kualitatif adalah kebenaran
intersubjektif, bukan kebenaran obyektif. Pengertian kebenaran intersubjektif adalah
kebenaran yang dibangun dari jalinan berbagai faktor yang bekerja bersama- sama,
seperti budaya dan sifat-sifat unik dari individu manusia. Penelitian deskriptif analitis
kualitatif ini merupakan suatu penelitian dimana peneliti bermaksud untuk
menggambarkan fenomena yang ada dengan menganalisis dan menyajikan fakta
secara sistematis untuk mempermudah pemahamandalam penarikan kesimpulan. Jenis
penelitian ini akan dapat menangkap berbagai informasi kualitatif yang lebih
bermakna daripada sekedar pernyataan jumlah ataupun frekuensi dalam bentuk angka

2. Waktu dan Lokasi


Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan ...sampai bulan...., yang
bertempat di Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi

3. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat dan pemerintah desa di
Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi Sedangkan sampelnya adalah
mengambil .. orang disetiap...dan ... dari pemerintah desa, sedangkan dusun di
Desa ....ada ..., maka total jumlah sampel yang di ambil adalah ... orang

B. Teknik Pengambilan Sampel


Sampel dalam penelitian ini adalah pihak Pemerintahan dan Masyarakat desa Ciwaru
Pada Umumnya ------------------ Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sampling
dimana peneliti mencari informan yang benar- benar mengerti keadaan subjek penelitian
(informan) tersebut. Informan dalam penelitian ini diambil dengan maksud tidak menjadi
wakil dari seluruh populasi, tetapi informan tersebut memiliki pengetahuan yang cukup
dan mampu menjelaskan keadaan yang sebenarnya tentang obyek penelitian.

C. Sumber Data
Data dan sumber data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan
dikaji dalam penelitian ini sebagian besar berupa data kualitatif. Data tersebut meliputi :
1) Data Primer adalah informasi yang diperoleh peneliti langsung dari sumber- sumber
primer, yakni dari informan. Informan atau narasumber dalam penelitian ini adalah
Pemeritah desa, tokoh desa dan Masyarakat Pada Umumnya
2) Data Sekunder diperoleh dari dokumen dan referensi dari hasil penelitian
sebelumnya yang sejenis, artikel- artikel baik dari internet, media cetak maupun
elektronik, dan penelusuran pustaka serta data- data yang berkaitan dengan
penyebab terjadinya urbanisasi

D. Teknik Pengambilan Data


1. Observasi
Menurut Sugiyono (2013) dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D” menjelaskan bahwa observasi adalah cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara melalui proses pengamatan dan
mencatat segala bentukfenomena dan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Observasi
harus dilakukan langsung dilapangan untuk mencari data yang akurat, serta
melakukan pengamatan terhadap objek yang menjadi sasaran. hal ini dilakukan
untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya urbanisasi di Desa Ciwaru, Kecamatan
Ciemas, Sukabumi

2. Wawancara
Wawancara Sugiyono (2013) dalam bukunya yang berjudul “Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D” menjelaskan bahwa metode wawancara
adalah Teknik pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan kepada
narasumber yang bersangkutan dengan permasalahan yang ada pada penelitian ini.
Pada teknik pengambilan data dengan wanwancara di desa Ciwaru, kecamatan
Ciemas, Sukabumi dengan pihak-pihak yang terkait seperti pemerintah desa yaitu
bapak.... juga tokoh masyarakat yaitu bapak.... dari hasil wawancara ini dapat kami
memberikan kesimpulan terkait dengan urbanisasi di desa.... ke daerah/kota......
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar, cerita, biografi, peraturan, atau kebijakan (Sugiyono, 2008: 240).
Dokumentasi dalam penelitian ini berbentuk rekaman hasil wawancara dan
mengambil gambar/foto aktivitas dari Wanwancara di ------------------- -------------,
yang hasilnya dapat dijadikan bahan lampiran maupun data tambahan penelitian
yang dibutuhkan

E. Teknik Analisi Data


Analisis data merupakan proses pencarian dan penyusunan data yang sudah di peroleh
dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Sandu Siyoto, DKK, “ Dasar Metodelogi
Penelitian” menjelaskan bahwa Proses analisis data dalam metode penelitian kualitatif
dimulai dari menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara,
pengamatan yang sudah ditulis dari lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar
foto dan lain sebagainya. Setelah melakukan analisi data akan dikelompokkan untuk
selanjutnya dilakukan pengolaan data dan setelah itu dilakukan validasi data. Sehingga
dapat dipahami oleh peneliti dengan tujuan analisi faktor dan dampak urbanisasi bagi
perekonomian desa di desa Ciwaru, kecamatan Ciemas, Sukabumi.

F. Gambaran Umum Objek Penelitian


1. Keadaan Geogrfis
a. Letak Wilayah
Secara Administrasi Desa Ciwaru terletak sekitar ...Km dari Kecamatan
Ciemas kurang lebih 36 Km dari Kabupaten ....., dengan dibatasi oleh wilayah
desa-desa tetangga diantaranya di Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Madura,
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa... dan Desa .... Disebelah Selatan
berbatasan dengan Laut Madura sedangkan disebelah Barat berbatasan dengan
Laut Madura juga. Desa.....termasuk dalam Kecamatan...., dalam satu kecamatan
terdiri dari dari .. desa, .. desa diantaranya berada di..., dan .. desa lainya terletak
di....
b. Luas Wilayah
Luas wilayah Desa ......... Luas lahan yang ada terbagi dalam beberapa
peruntukan, dapat dikelompokkan seperti untuk Fasilitas umum, Pemukiman,
Pertanian, Kegiatan ekonomi dan lain-lain. Wilayah desa ....umumnya
berupa ........

c. Kondisi Domografi
Berdasarkan Data Administrasi Pemerintahan Desa, jumlah penduduk yang
tercatat secara administrasi, jumlah total ......jiwa. Dengan rincian penduduk
berjenis kelamin laki-laki berjumlah ....jiwa, sedangkan berjenis perempuan
berjumlah ...... jiwa. Survei Data Sekunder dilakukan oleh Fasilitator
Pembangunan Desa, dimaksudkan sebagai data pembanding dari data yang ada di
pemerintah desa. Survei Data Sekunder yang dilakukan pada bulan Fecruari 2024
berkaitan dengan data penduduk pada saat itu, terlihat dalam Tabel 2.1 berikut ini

Tabel 3. 1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa... Tahun...

No Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)


.
1 Laki-laki .... ....

2 Perempuan .... ....

Sumber : Data Survei Sekunder Desa....Kecamatan ....., Januari Tahun....

Seperti terlihat dalam tabel diatas, tercatat jumlah total penduduk Desa ........
jiwa, terdiri dari laki-laki .... jiwa atau ....% dari total jumlah penduduk yang
tercatat. Sementara perempuan ..... jiwa atau ...% dari total jumlah penduduk yang
tercatat. Dari total jumlah penduduk Desa ...., yang dapat dikategorikan kelompok
rentan dari sisi kesehatan mengingat usia, yaitu penduduk yang berusia > 60 tahun
merupakan jumlah penduduk yang paling banyak ...%. Penduduk usia produktif
pada usia antara ..... tahun di Desa ....jumlahnya cukup signifikan, yaitu ... jiwa
atau ...% dari total jumlah penduduk. Terdiri dari jenis kelamin laki-laki ....%
sedangkan perempuan .....%.
Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah perempuan usia produktif lebih .....
dari jumlah laki-laki. Dengan demikian sebenarnya perempuan usia produktif di
Desa ..... dapat menjadi tenaga produktif yang cukup signifikan untuk
mengembangkan usaha-usaha produktif yang bisa dilakukan oleh kaum
perempuan. Pemberdayaan usaha perempuan usia produktif diharapkan semakin
memperkuat ekonomi masyarakat, sementara ini masih bertumpu kepada tenaga
produktif dari pihak laki-laki.
Tingkat pertumbuhan penduduk Desa ..... diambil berdasarkan tingkat
pertumbuhan rata-rata penduduk Kecamatan G....selama lima tahun rata-rata
pertumbuhannya sebesar ...%.

2. Pendidikan
Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat kesejahteraan
pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya. Dengan tingkat
pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan yang mendorong
tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan. Dan pada gilirannya mendorong munculnya
lapangan pekerjaan baru dengan sendirinya dan akan membantu program pemerintah
untuk pembukaan lapangan pekerjaan baru guna mengatasi pengangguran. Pendidikan
biasanya akan dapat mempertajam sistematika sosial dan pola sosial individu, selain
itu mudah menerima informasi yang lebih maju.
Di lihat dari Tabel 3.4. yang menunjukkan tingkat rata-rata pendidikan warga
Desa .....

No Pendidikan L P Jumlah Presentase


1 Belum/Tidak Sekolah
2 Tidak Tamat SD
3 Tamat SD
4 Tamat SLTP
5 Tamat SLTA
6 Diploma I/III
7 Akademi/Diploma III
8 Diploma IV/Strata I
9 Strata I
Jumlah =.....
Sumber : Data survei sekunder Desa .... Kecamatan ..., Januari Tahun ....

Berdasarkan Jenis Kelamin Desa .... Tahun .... Berdasarkan data kualitatif
yang diperoleh menunjukkan bahwa di Banmaleng kebanyakan penduduk hanya
memiliki bekal pendidikan formal pada level tidak tamat pendidikan dasar ...% dan
Pendidikan Menengah SLTP dan SLTA ...%. Sementara yang dapat menikmati
pendidikan di Perguruan Tinggi hanya ....%. Dari data di tabel, diketemukan fakta
yang menarik yaitu jumlah perempuan terdidik prosentasenya lebih tinggi
dibandingkan dengan laki- laki, dalam prosentasenya laki-laki terdidik sebesar ....%
sedangkan perempuan ... %

3. Mata Pencaharian
Secara umum mata pencaharian warga masyarakat Desa .... dapat
teridentifikasi ke dalam beberapa bidang pencaharian seperti : .........secara langsung
maupun tidak langsung telah memberikan konstribusi terhadap perkembangan
perekonomian masyarakat Desa Banmaleng. Jumlah penduduk berdasarkan mata
pencaharian dapat dilihat pada tabel 3.5.

No Macam Pekerjaan L P Jumlah Presentase (%) dari jumlah Total penduduk


1 Petani
2 Buruh Tani
3 Pegawai Negri
Sipil
4 Karyawan Swasta
5 Perdagangan
6 Pensiunan
7 Transportasi
8 Pedagang
9 Kontruksi
10 Guruh lepas harian
11 Guru
12 Nelayan
13 Wiraswasta
Tabel 3. 3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa ...... Tahun ....
Berdasarkan data tersebut diatas teridentifikasi, di Desa .... jumlah penduduk yang
mempunyai mata pencaharian adalah ...%. Dari jumlah tersebut, kehidupan penduduk
yang bergantung pada sektor pertanian yaitu ...% dari jumlah total penduduk. Jumlah ini
terdiri dari Petani terbanyak dengan ...% dari jumlah penduduk yang mempunyai
pekerjaan atau ...% dari jumlah total penduduk. Selain sektor mata pencaharian yang
diusahakan sendiri, penduduk Desa ...ada yang bekerja sebagai aparatur
pemerintahan, .......,........,.....

4. Kesejahteraan Masyarakat
Dengan semakin berkembangnya jumlah penduduk secara otomatis juga
dituntut terpenuhinya tingkat kesejahteraan masyarakat yang terdiri ataskesejahteraan
sosial, tenaga kerja dan pemberdayaan perempuan. Secara umum pelayanan dan
penanganan kesejahteraan sosial masyarakat melalui program-program bantuan secara
langsung maupun dengan kegiatan program pemberdayaan masyarakat dan
perempuan telah banyak disampaikan oleh pemerintah kepada masyarakat.
Program ....... dari pemerintah daerah maupun pusat diantaranya Program...... untuk
keluarga ....... Program ........., Jalan lain menuju kesejahteraan rakyat (Jalinkesra),
Sedangkan Program .... dari pemerintah daerah maupun pusat dalam bentuk
kegiatan,.......

G. Faktor Penyebab Terjadinya Urbanisasi


1. Faktor pendorong
Faktor pendorong terjadinya urbanisasi di desa Ciwaru, kecamatan Ciemas,
Sukabumi setelah dilakukan wawancara, terdapat beberapa faktor diantaranya;
a. Kebutuhan ......
Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya Urbanisasi maka Wawancara
dengan pihak terkait sangat dibutuhkan. Wawancara Pertama dengan Pemerintah
desa ...pada tanggal 2 Maret 2024 menjelaskan bahwa...... Pada awalnya pada
sekitar tahun ....- an masyarakat Desa ... pergi ke Daerah .., dan ....,. Wawancara
kedua dengan tokoh Masyarakat .... pada tanggal 2 Maret 2024 menjelaskan
bahwa pada tahun ...
Dari hasil wawancara dengan bapak.... menghasilkan bebrapa kesimpulan terkait
Urbanisasi yang terjadi di desa.....
b. Pekerjaan
Sebagaimana telah disinggung diatas bahwa pekerjaan merupakan salah satu
faktor penting terjadinya urbanisasi masyarakat pedesaan maka untuk mengetahui
secara rinci bagaimana pekerjaan mampu membuat Urbanisasi dari desa ke
perkotaan. Dalam hal ini kami mewawancarai masyarakat setempat baik itu
nelayan, petani, maupun para buru yang diamana dari hasil wawancara ini dapat
memberikan gambaran terkait faktor pekerjaan menjai salah satu faktor terjadinya
urbanisasi. Wawancara pertama bapak... pekerjaan nelayan... di desa...,
c. Pendidikan
Pendidikan Wawancara dengan bapak .... pada tanggal 2 Maret 2024
menjelaskan bahwa terkait faktor pendidikan apakah menjadi faktor utama
terjadinyan Urbanisasi di desa Ciwaru, kecamatan ciemas, Sukabumi

2. Faktor Penarik
Faktor penarik Faktor penarik adalah faktor yang menjadi daya tarik kota bagi
masyarakat yang melakukan urbanisasi . Wawancara dengan ..... pada tanggal 2 Maret
20224 menjelaskan .......

H. Dampak Urbanisasi
Ada beberapa faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Desa Banmaleng, di
antaranya:
1. Sumber Daya Manusia
Wawancara dengan ....... (Kepala Desa) pada tanggal 2 Maret 2024 menjelaskan
tentang pentingnya membangun ekonomi Sumber Daya Manusia.
2. Sumber Daya Alam
Wawancara dengan bapak ..... pada tanggal 2 Maret 2024 menjelaskan terkait dengan
pemanfaatan Sumber daya alam di desa Ciwaru, kecamatan Ciemas, Kabupaten
Sukabumi.
BAB II

KAJIAN TEORI

Anda mungkin juga menyukai