Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
PRODI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM
TAHUN AKADEMI 2023

PELAKSANAAN KEBIJAKAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD)


DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH TERHADAP PEMBANGUNAN
DESA DI JAWA TENGAH

Disusun Oleh:
Elsa Widya Sari (2040510026) Muhammad Farich Latief (2040510031)
Muhammad Farkhan (2040510027) Kharis Ardika Putra (2040510032)
Dhiya Ulfikri Ahmad (2040510028) Putri Damayanti (2040510033)
Muhammad Alfiyanto (2040510029) Akhmad Muhajir (2040410034)
Muh Faizal Mufidz (2040510030) Larassati (2040510035)

PROGRAM STUDI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2023
PENGESAHAN
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) mahasiswa IAIN Kudus Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Islam Program Studi Pemikiran Politik Islam (PPI) Tahun 2023 yang dilaksanakan
pada tanggal 2 Mei 2023 telah memenuhi persyaratan sebagaimana dijelaskan dalam buku
Pedoman Kuliah Kerja Lapangan Program Studi Pemikiran Politik Islam (PPI) Fakultas Dakwah
dan Komunikasi Islam IAIN Kudus dan diterima serta disahkan.

Mengetahui,

Kudus, 2 Mei 2023


Dosen Pembimbing KKL Dekan FDKI

H. Ahmad Shofi Muhyiddin,M.S.I Dr. Siti MalaihaDewi,S.Sos.,M.Si.CIQaR


NIP.198804302019031009 NIP.1977062005012005
Kata Pengantar
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Islam Program Studi Pemikiran Politik Islam (PPI) untuk memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaikan jenjang studi Strata 1 (S1) Institut Agama Islam Negeri Kudus.
Kuliah Kerja Lapangan telah dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi Pemikiran Politik
Islam pada tanggal 2 Mei 2023 di Desa Ponggok dan DPRD Jawa Tengah.
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan kerja praktik yang terangkum dalam kegiatan
mahasiswa untuk mendukung pembelajaran, meningkatkan kompetensi, dan praktik penerapan
fokus penjuruan Program Studi. Dari kegiatan KKL yang telah saya laksanakan selama satu hari
di Desa Ponggok, Klaten dan DPRD Jateng, Semarang dapat ditata dalam bentuk Laporan
kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL).
Dapat terlaksananya kegiatan ini tidak lepas dari dukungan dan partisipasi dari berbagai
pihak, sehingga kami dapat melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan dengan lancar dan
bermanfaat. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu mendukung serta mendo’akan,sehingga kami mampu menyelesaikan
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini dengan baik dan lancar.
Selanjutnya kami sebagai penyusun, merasa bahwa Laporan Kuliah Kerja Lapangan
(KKL) ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami meminta maaf apabila dalam
penyusunan laporan ini terdapat banyak kesalahan, baik dalam segi penulisan, pembahasan dan
penyusunanya. Maka dari itu, besar harapan kami semoga Laporan Kuliah Kerja Lapangan
(KKL) ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional dan daerah adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dari pembangunan desa. Konsentrasi jumlah penduduk yang masih dominan berada di desa
merupakan basis kekuatan social ekonomi serta politik yang harus mendapat perhatian serius
oleh pemerintah. Selama ini perencanaan pembangunan di desa bersifat ‘top down”,
sehingga hal ini menjadikan masyarakat desa sebagai subjek pembangunan. 1 Adanya UU No.
6 Tahun 2014 tentang Desa menegaskan bahwa eksistensi desa sebagai satuan unit terkecil
memegang peranan pentig dalam pemerintahan daerah. Adanya undang-undang tersebut
memberikan kewenangan pada desa untuk dapat mengelola potensi yang dimiliki. Untuk
mewujudkan desa yang sejahtera,dalam hal ini pemerintah daerah dan DPRD memberikan
dana desa dengan tujuan agar dapat memaksimalkan pengelolaan sumber daya yang
dimiliki.2
Pembangunan desa pada hakikatnya adalah segala bentuk aktivitas manusia
(masyarakat dan pemerintah) di desa dalam membangun diri, keluarga, masyarakat dan
lingkungan di wilayah desa baik yang bersifat fisik, ekonomi, sosial, budaya, politik,
ketertiban, pertahanan dan keamanan, agama dan pemerintahan yang dilakukan secara
terencana dan membawa dampak positif terhadap kemajuan desa. Dengan demikian,
pembangunan desa sesungguhnya merupakan upaya-upaya sadar dari masyarakat dan
pemerintah baik dengan menggunakan sumberdaya yang bersumber dari desa, bantuan
pemerintah maupun bantuan organisasi-organisasi/lembaga domestik maupun internasional
untuk menciptakan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik. Berbicara tentang
pembangunan desa terdapat dua aspek penting yang menjadi objek pembangunan. Secara
umum, pembangunan desa meliputi dua aspek utama yaitu pembangunan desa dalam aspek
fisik dan pembangunan dalam aspek pemberdayaan insani. Pembangunan desa dalam aspek
fisik yaitu pembangunan yang objek utamanya dalam aspek fisik (sarana, prasarana dan

1
Deswimar, D. (2014). Peran Program Pemberdayaan Masyarakat desa dalam pembangunan pedesaan. Jurnal El-
Riyasah, 5(1), 41-52.
2
Larissa, A. D., Safitri, Y. C., & Narazua, Y. DANA DESA DALAM PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN BERBASIS
UNDANG-UNDANG DESA NO. 6 TAHUN 2014.
manusia) di pedesaan seperti jalan desa, bangunan rumah, pemukiman, jembatan, bendungan,
irigasi, sarana ibadah, pendidikan (hardware berupa sarana dan prasarana pendidikan, dan
software berupa segala bentuk pengaturan, kurikulum dan metode pembelajaran),
keolahragaan, dan sebagainya. Pembangunan dalam aspek fisik ini selanjutnya disebut
pembangunan desa.3
Oleh karena itu menurut Ali Hanapiah Muhi (2011:8) pembangunan desa dalam
aspek pembangunan fisik, pembangunan prasarana dan sarana di daerah pedesaan semestinya
menempatkan penduduk atau masyarakat desa sebagai subjek pembangunan. Sebagai subjek
pembangunan menunjukkan bahwa masyarakat daerah pedesaan berperan sebagai pelaku
pembangunan. Sudah semestinya masyarakat sebagai pelaku pembangunan mengambil posisi
untuk berperan secara aktif dalam proses pembangunan. Peran aktif masyarakat dapat
diwujudkan dalam berbagai bentuk keterlibatan atau pelibatan masyarakat dalam proses
pembangunan, apakah pada tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan atau
pada semua tahap proses pembangunan tersebut. Keikutsertaan masyarakat dalam
pembangunan merupakan suatu hal yang penting bagi keberhasilan suatu kegiatan
pembangunan yang menuju kepada kehidupan sosial, ekonomi dan politik masyarakat yang
lebih baik. Wang (dalam Awang, 2006:61) mendefenisikan partisipasi sebagai proses
kegiatan yang dilakukan oleh seorang ataupun oleh kelompok sebagai pernyataan
kepentingan mereka untuk menyumbangkan tenaga dan sumber daya lainnya kepada institusi
sosial dan sistem yang mengatur kehidupan mereka.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 tahun 46 2007
tentang Perencanaan Pembangunan Desa, pembangunan di desa merupakan model
pembangunan partisipatif adalah suatu sistem pengelolaan pembangunan di desa bersama-
sama secara musyawarah, mufakat, dan gotong royong yang merupakan cara hidup
masyarakat yang telah lama berakar budaya wilayah Indonesia. Sebagaimana disebutkan
dalam pasal 5 Permendagri No 66 tahun 2007, karakteristik pembangunan partisipatif
diantaranya direncanakan dengan pemberdayaan dan partisipatif. Pemberdayaan yaitu upaya
untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sedangkan partisipatif, yaitu keikutsertaan dan
keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses pembangunan.

3
Nurcholis, Hanif. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Erlangga, Jakarta;2011
Elsa (latar belakang tambahi kebijakan dprd jateng dalam pelaksanaan
pembanguna desa , bisa peraturan tertulis seperti perppu atau lainnya )
B. Tujuan Kuliah Kerja Lapangan
Tujuan Kuliah Kerja Lapangan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam Prodi
Pemikiran Politik Islam mendapatkan pengalaman secara nyata dan dapat
mengaplikasikan pengetahuan teoritis yang diperoleh di bangku perkuliahan terkait
perencanaan dan pembangunan untuk masyarakat desa.

C. Manfaat Kuliah Kerja Lapangan


1. Mahasiswa dapat mengembangkan pemahaman terkait otonomi daerah dalam
perencanaan dan pembangunan masyarakat desa.
2. Mahasiswa dapat mengetahui terkait dengan proses pembuatan kebijakan serta
tupoksi alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah.
BAB II
PELAKSANAAN KULIAH KERJA LAPANGAN
A. Waktu Pelaksanaan
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam Program
Studi Pemikiran Politik Islam dilaksanakan pada Selasa, 2 Mei 2023. Pelaksanaan Kuliah
Kerja Lapangan (KKL) dimulai dengan kegiatan Seminar pada Pukul 09.00-11.20 WIB
di Balai Desa Ponggok. Kemudian acara dilanjutkan pada kegiatan FGD bersama Komisi
A DPRD Jawa Tengah yang dimulai pada Pukul 14.30-16.00 WIB. Kegiatan Kuliah
Kerja Lapangan ini juga bertepatan dengan dilaksanakannya Sidang Paripurna DPRD
Jawa Tengah.
B. Lokasi Pelaksanaan
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Prodi Pemikiran dan Politik Islam dilaksanakan di
2 tempat yaitu di Desa Ponggok dan di DPRD Jawa Tengah.
a. Di Desa Ponggok kegiatan Kuliah Kerja Lapangan di laksanakan di Balai Desa
Ponggok lantai 2. Jarak Desa Ponggok dari ibu kota Kabupaten Klaten sekitar 17
KM.
b. Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan Proram Studi Pemikiran Politik Islam juga
dilaksanakan di Kantor DPRD Jawa Tengah tepatnya di Gedung Berlian lantai III.
Selain itu mahasiswa juga berkesempatan untuk melihat dan melakukan sesi foto
bersama di ruang rapat paripurna lantai IV DPRD Jawa Tengah.
C. Gambaran Lokasi Pelaksanaan ( Farkhan )
1. Desa Ponggok
2. Kantor DPRD Jawa Tengah

BAB III
KEGIATAN KULIAH KERJA LAPANGAN
A. Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ( Farkhan )
1. Seminar
2. Focus Good Discussion
B. Tugas-Tugas Selama Kuliah Kerja Lapangan ( Kharis )
Dalam melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL), adapun kegiatan dan tugas-
tugas yang dijalankan dari mulai keberangkatan hingga tugas setelah pelaksanaan
Kuliah Kerja Lapangan yang merupakan serangkaian satu kesatuan, antara lain:
1. Observasi lapangan dengan tujuan praktek nyata untuk meahami pembangunan
pemerintahan yang baik untuk dijabarkan dan di sinkrkinasi akan pegetahuan yang
didapat di bangku kuliah.

2. Pengumpulan data yaitu tugas untuk mendapatkan data sebanyak-banyaknya untuk


nanti dijadikan isi dari laporan kuliah kerja lapangan dengan menghubungkan data yang
didapat satu sama lain.

3. Penyusunan data dan pengumpulan data yaitu setelah data terkumpul di susun sesuai
kriteria kepenulisan dan tema yang dipilih, lalu ditambah dengan data yang dikumpulkan
dari jurnal yang sebagai tambahan kepenulian untuk nantinya di kumpulkan di dose
pembimbing.

C. Hasil Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan ( Kharis )

Smart village merupakan sebuah pengembangan dari konsep smart city. Pada
dasarnya, konsep smart village merupakan sebuah konsep dimana sebuah desa dapat
menyelesaikan permasalahannya dengan cerdas. Konsep smart village juga harus
didukung oleh beberapa komponen agar penerapannya memberikan dampak positif dan
maksimal. Smart village digagas untuk memanfaatkan teknologi informasi bagi
masyarakat sebagai upaya untuk mengedukasi masyarakat lokal untuk pelaksanaan
program pelayanan public yang lebih berkualitas deng memanfaatkan teknologi
informasi. Tidak hanya berfokus pada kecanggihan teknologi di suatu desa saja smart
village juga diharapkan dapat mengubah kondisi masyarakat menuju keadaan yang lebih
baik dan sejahtera, menumbuhkan kesadaran di masyarakat akan pentingnya sebuah
inovasi dalam usaha kecil yang berpotensi menciptakan kewirausahaan, dan
meningkatkan kualitas pelayanan di desa.
Inisiatif smart village ini penting tidak hanya dari sisi Undang-Undang untuk
membangun desa menjadi mandiri, tetapi juga mengingat perkembangan digitalisasi saat
ini yang berpengaruh besar bagi perkembangan desa, terutama terhadap pola perilaku
masyarakat. Salah satu cara untuk mengantisipasi pengaruh tersebut adalah dengan
menciptakan dan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat melalui
pembentukan smart village. Dengan adanya program ini diharapkan masyarakat mampu
membangun desanya dengan mengembangkan enam pilar berbasis teknologi informasi,
yaitu: smart government, smart economy, smart living, smart people, smart village, dan
smart heritage. Keenam pilar tersebut menunjukkan telah mencoba untuk melokalkan
SDGs hingga tingkat akar rumput masyarakat perdesaan.

Desa Pintar memberikan banyak manfaat kehidupan bagi masyarakat pedesaan pada
abad ke-21, serta encerminkan tingkat pembangunan pedesaan yang konsisten dengan
pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Desa Pintar memberikan
dampak katalitik dari layanan energi berkelanjutan, sehingga memungkinkan konektivitas
melalui teknologi informasi dan komunikasi modern, penduduk Desa Pintar menjalani
kehidupan yang sehat dan memuaskan, dapat mencapai potensi pengembangan diri,
memperoleh penghidupan yang layak, serta dapat terhubung dengan dunia luar dunia
(Holmes, 2017)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil ( Dhiyaul dan Muhajir )
a. Teori
1. Kebijakan DPRD Provinsi Jawa Tengah
2. Otonomi Daerah
3. Pembangunan Desa
b. Temuan ( Putri )
Penulis
Temuan Utama

Penulis
Temuan Utama

Penulis
Temuan Utama

Penulis
Temuan Utama

Penulis
Temuan Utama

c. Analisis ( alfiyanto dan farich )


1. Pelaksanaan kebijakan DPRD Jawa Tengah dalam penyelenggaraan
otonomi daerah di desa
2. Implementasi peraturan otonomi daerah dalam kebijakan pembangunan
desa di Jawa Tengah
3. Upaya-upaya pembangunan desa
B. Pembahasan ( Laras )

PELAKSANAAN KEBIJAKAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD)


DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH TERHADAP PEMBANGUNAN
DESA DI JAWA TENGAH

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan ( faizal )
B. Saran ( faizal )

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai