Disusun Oleh:
Elsa Widya Sari (2040510026) Muhammad Farich Latief (2040510031)
Muhammad Farkhan (2040510027) Kharis Ardika Putra (2040510032)
Dhiya Ulfikri Ahmad (2040510028) Putri Damayanti (2040510033)
Muhammad Alfiyanto (2040510029) Akhmad Muhajir (2040410034)
Muh Faizal Mufidz (2040510030) Larassati (2040510035)
Mengetahui,
1
Deswimar, D. (2014). Peran Program Pemberdayaan Masyarakat desa dalam pembangunan pedesaan. Jurnal El-
Riyasah, 5(1), 41-52.
2
Larissa, A. D., Safitri, Y. C., & Narazua, Y. DANA DESA DALAM PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN BERBASIS
UNDANG-UNDANG DESA NO. 6 TAHUN 2014.
manusia) di pedesaan seperti jalan desa, bangunan rumah, pemukiman, jembatan, bendungan,
irigasi, sarana ibadah, pendidikan (hardware berupa sarana dan prasarana pendidikan, dan
software berupa segala bentuk pengaturan, kurikulum dan metode pembelajaran),
keolahragaan, dan sebagainya. Pembangunan dalam aspek fisik ini selanjutnya disebut
pembangunan desa.3
Oleh karena itu menurut Ali Hanapiah Muhi (2011:8) pembangunan desa dalam
aspek pembangunan fisik, pembangunan prasarana dan sarana di daerah pedesaan semestinya
menempatkan penduduk atau masyarakat desa sebagai subjek pembangunan. Sebagai subjek
pembangunan menunjukkan bahwa masyarakat daerah pedesaan berperan sebagai pelaku
pembangunan. Sudah semestinya masyarakat sebagai pelaku pembangunan mengambil posisi
untuk berperan secara aktif dalam proses pembangunan. Peran aktif masyarakat dapat
diwujudkan dalam berbagai bentuk keterlibatan atau pelibatan masyarakat dalam proses
pembangunan, apakah pada tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan atau
pada semua tahap proses pembangunan tersebut. Keikutsertaan masyarakat dalam
pembangunan merupakan suatu hal yang penting bagi keberhasilan suatu kegiatan
pembangunan yang menuju kepada kehidupan sosial, ekonomi dan politik masyarakat yang
lebih baik. Wang (dalam Awang, 2006:61) mendefenisikan partisipasi sebagai proses
kegiatan yang dilakukan oleh seorang ataupun oleh kelompok sebagai pernyataan
kepentingan mereka untuk menyumbangkan tenaga dan sumber daya lainnya kepada institusi
sosial dan sistem yang mengatur kehidupan mereka.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 tahun 46 2007
tentang Perencanaan Pembangunan Desa, pembangunan di desa merupakan model
pembangunan partisipatif adalah suatu sistem pengelolaan pembangunan di desa bersama-
sama secara musyawarah, mufakat, dan gotong royong yang merupakan cara hidup
masyarakat yang telah lama berakar budaya wilayah Indonesia. Sebagaimana disebutkan
dalam pasal 5 Permendagri No 66 tahun 2007, karakteristik pembangunan partisipatif
diantaranya direncanakan dengan pemberdayaan dan partisipatif. Pemberdayaan yaitu upaya
untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sedangkan partisipatif, yaitu keikutsertaan dan
keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses pembangunan.
3
Nurcholis, Hanif. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Erlangga, Jakarta;2011
Elsa (latar belakang tambahi kebijakan dprd jateng dalam pelaksanaan
pembanguna desa , bisa peraturan tertulis seperti perppu atau lainnya )
B. Tujuan Kuliah Kerja Lapangan
Tujuan Kuliah Kerja Lapangan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam Prodi
Pemikiran Politik Islam mendapatkan pengalaman secara nyata dan dapat
mengaplikasikan pengetahuan teoritis yang diperoleh di bangku perkuliahan terkait
perencanaan dan pembangunan untuk masyarakat desa.
BAB III
KEGIATAN KULIAH KERJA LAPANGAN
A. Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ( Farkhan )
1. Seminar
2. Focus Good Discussion
B. Tugas-Tugas Selama Kuliah Kerja Lapangan ( Kharis )
Dalam melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL), adapun kegiatan dan tugas-
tugas yang dijalankan dari mulai keberangkatan hingga tugas setelah pelaksanaan
Kuliah Kerja Lapangan yang merupakan serangkaian satu kesatuan, antara lain:
1. Observasi lapangan dengan tujuan praktek nyata untuk meahami pembangunan
pemerintahan yang baik untuk dijabarkan dan di sinkrkinasi akan pegetahuan yang
didapat di bangku kuliah.
3. Penyusunan data dan pengumpulan data yaitu setelah data terkumpul di susun sesuai
kriteria kepenulisan dan tema yang dipilih, lalu ditambah dengan data yang dikumpulkan
dari jurnal yang sebagai tambahan kepenulian untuk nantinya di kumpulkan di dose
pembimbing.
Smart village merupakan sebuah pengembangan dari konsep smart city. Pada
dasarnya, konsep smart village merupakan sebuah konsep dimana sebuah desa dapat
menyelesaikan permasalahannya dengan cerdas. Konsep smart village juga harus
didukung oleh beberapa komponen agar penerapannya memberikan dampak positif dan
maksimal. Smart village digagas untuk memanfaatkan teknologi informasi bagi
masyarakat sebagai upaya untuk mengedukasi masyarakat lokal untuk pelaksanaan
program pelayanan public yang lebih berkualitas deng memanfaatkan teknologi
informasi. Tidak hanya berfokus pada kecanggihan teknologi di suatu desa saja smart
village juga diharapkan dapat mengubah kondisi masyarakat menuju keadaan yang lebih
baik dan sejahtera, menumbuhkan kesadaran di masyarakat akan pentingnya sebuah
inovasi dalam usaha kecil yang berpotensi menciptakan kewirausahaan, dan
meningkatkan kualitas pelayanan di desa.
Inisiatif smart village ini penting tidak hanya dari sisi Undang-Undang untuk
membangun desa menjadi mandiri, tetapi juga mengingat perkembangan digitalisasi saat
ini yang berpengaruh besar bagi perkembangan desa, terutama terhadap pola perilaku
masyarakat. Salah satu cara untuk mengantisipasi pengaruh tersebut adalah dengan
menciptakan dan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat melalui
pembentukan smart village. Dengan adanya program ini diharapkan masyarakat mampu
membangun desanya dengan mengembangkan enam pilar berbasis teknologi informasi,
yaitu: smart government, smart economy, smart living, smart people, smart village, dan
smart heritage. Keenam pilar tersebut menunjukkan telah mencoba untuk melokalkan
SDGs hingga tingkat akar rumput masyarakat perdesaan.
Desa Pintar memberikan banyak manfaat kehidupan bagi masyarakat pedesaan pada
abad ke-21, serta encerminkan tingkat pembangunan pedesaan yang konsisten dengan
pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Desa Pintar memberikan
dampak katalitik dari layanan energi berkelanjutan, sehingga memungkinkan konektivitas
melalui teknologi informasi dan komunikasi modern, penduduk Desa Pintar menjalani
kehidupan yang sehat dan memuaskan, dapat mencapai potensi pengembangan diri,
memperoleh penghidupan yang layak, serta dapat terhubung dengan dunia luar dunia
(Holmes, 2017)
BAB IV
Penulis
Temuan Utama
Penulis
Temuan Utama
Penulis
Temuan Utama
Penulis
Temuan Utama
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ( faizal )
B. Saran ( faizal )
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN