Anda di halaman 1dari 18

PEMEKARAN PROVINSI DI WILAYAH PAPUA TAHUN 2022

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembangunan dan Kesejahteraan


Dosen Pengampu Mata Kuliah: Noer Apptika Fujilestari

Disusun oleh:
Kelompok 2

Jayanti Herawati (6111211113)


Irfan Ferdiansyah (6111211124)
Rika Dinda Lestari (6111211128)
Rahma Widi Febriarti (6111211132)
Rangga Saputra (6111211135)
Marcus Frances Junior Wanma (6111223002)

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
KOTA CIMAHI
2022

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat dan penyertaan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Etnisitas dan Pembangunan”. Makalah ini disusun dalam untuk mengetahui
pengaruh etnisitas dalam proses pembangunan dan ditujukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pembangunan dan Kesejahteraan Publik.Simpulan dari hasil
analisis berbagai sumber mengungkapkan bahwa etnisitas pembangunan ini
merupakan masalah yang lebih menekankan pada stereotip-stereotip dari
masyarakat, terkhususnya kelompok etnis. Pemerintah sebagai pengatur
kebijakan dalam masalah ini lebih membuat pertimbangan yang matang dalam
membuat kebijakan yang didasarkan oleh adat istiadat amupun etnis berbagai
daerah yang berbeda agar tidak terjadi kontra satu dengan yang lain, karena etnis
adalah hal yang sensitif. Di Indonesia, etnisitas adalah hal yang sangat penting,
mengingat bahwa Indonesiamemiliki beragam suku, ras dan agama dengan
berbagai adat dan budaya yangberagam juga. Pada kesempatan ini dengan
kerendahan hati kami mengucapkanbanyak terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa,

2. Yth. Ibu Noer Apptika Fujilestari, S. IP., M. Si. Selaku dosen pengampu
mata kuliah Pembangunan dan Kesejahteraan Publik , dan

3. Semua pihak yang telah berpartisipasi terhadap penyusunan makalah ini.


Terlepas dari itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari penyusunann maupun pembahasannya.Demikian, kami
harap makalah ini dapat diterima dan bermanfaat baik bagi penulis maupun
pembaca.

Daftar Isi

KATA PENGANTAR........................................................................................................2
Daftar Isi.......................................................................................................................3

BAB I.............................................................................................................................4

PENDAHULUAN............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................5

BAB II............................................................................................................................6

PEMBAHASAN..............................................................................................................6
2.1 Pengertian Etnisitas.........................................................................................6
2.2 Pengertian Pembangunan................................................................................7
2.3 Hubungan Etnisitas dan Pembangunan...........................................................8
2.4 Pengaruh Etnisitas terhadap Pembangunan nasional.....................................9
2.5 Studi Kasus Etnisitas Pembangunan..............................................................10
2.6 Upaya/Kebijakan Pemerintah terhadap maslah Etnisitas Pembangunan.....13

BAB III.........................................................................................................................14

PENUTUP....................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................14

Daftar Pustaka............................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etnisitas sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan perkembangan/pembangunan
bangsa dan negara. Jika terdapat stereotip yang buruk terhadap kelompok etnis dalam
suatu negara, pasti akan mengganggu keamanan dan ketenangan bagi anggota etnis
tersebut bahkan bagi anggota etnis lain sehingga mereka tidak bisa bekerja secara
nyamandan tenang, terkhusus ya di Indonesia yang memiliki beragam suku budaya
denganideologi maupun adat istiadat setiap suku yang berbeda, tentu menjadi kesulitan
bagi pemerintah untuk menyatukan persepsi maupun membuat kebijakan. Kondisi ini akan
berakibat pada proses pembangunan, dikarenakan banyak suku dan budaya yang masih
mempercayai ataupun mempertahankan ideologi, norma, maupun adat lama yang sudah
mereka pegang sejak dulu, hal ini tentu akan menghasilkan pro dan kontra terhadap
pemerintah dalam menjalankan proses pembangunan infrastruktur.

Pembangunan infrastruktur di Indonesia tidak mudah diwujudkan karena


kondisi geografis atau kebiasaan budaya Indonesia yang sangat heterogen.
Keanekaragaman budaya, budaya dan kondisi geografis membuat Indonesia
berupaya untuk mengembangkan infrastruktur sesuai dengan kondisi dan keadaan
penduduk asli. Tindakan ini merupakan bagian dari upaya negara untuk menjamin
penghormatan terhadap masyarakat adat dalam pembangunan infrast
Penghormatan terhadap keberadaan masyarakat hukum adat dapat terjadi dalam
bentuk hak-hak masyarakat hukum adat yang termasuk atau diatur dalam undang-
undang no. 2 tahun 2012 tentang pengadaan tanah untuk pembangunan untuk
kepentingan umum.Peraturan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 22 Tahun
2012 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5280 menyatakan
bahwa “Pengadaan tanah untuk kepentingan umum harus dilaksanakan melalui
perencanaan yang melibatkan seluruh pihak dan pemangku kepentingan”.
Pemekaran wilayah adalah pemecahan atau pemisahan diri suatu daerah
dengan wilayah induknya menjadi daerah yang mandiri dengan syarat dan
ketentuan yang diatur dengan peraturan perundang-undangan. Landasan hukum
terbaru untuk pemekaran wilayah di Indonesia adalah Undang-Undang No 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan hasil amandemen Undang-
Undang Nomor 22 tahun 1999 dan landasan pelaksanaannya didasarkan pada
Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun 2007 tentang Cara Pembentukan,
Penghapusan dan Penggabungan Daerah.
Pemekaran wilayah dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan efektifitas
penyelenggaraan pemerintah dan kesejahteraan masyarakat, dengan meningkatkan
serta mempercepatkan pelayanan, perekonomian daerah, pengelolaan potensi
daerah, keamanan dan ketertiban, dan hubungan yang serasi antar daerah dan
pusat. Pada prinsipnya tujuan pemekaran wilayah adalah sebagai upaya peningkatan
sumberdaya secara berkelanjutan, meningkatkan keserasian perkembangan antar
wilayah dan antar sektor, memperkuat integrasi nasional yang secara keseluruhan
dapat meningkatkan kualitas hidup.
Dampak positif dan negatif pemekaran wilayah

1. Dampak positif pemekaran wilayah menurut Juwaini (2016) dalam (Ida ayu Purba
Riani, 2012)
a. Pemekaran wilayah membuka peluang bagi mayarakat setempat sehinngga
masyarakat merasa bahwa mampu diperdayakan oleh pemerintah.
b. Meningkatkan PDRB perkapita dan pertumbuhan
c. Mendorong semakin kuatnya kohesi sosial dan politik masyarakat
d. Meningkatkan kemandirian daerah
e. Meningkatkan organisasi dan manajemen daerah yang berdampak langsung
pada kualitas pembangunan
f. Memperluas jangkauan pelayanan kepada masyarakat yang semakin efisien dan
efektif
g. Meningkatkan kualitas pelayanan yang sejalan dengan penguatan hak otonomi
yang dimiliki Daerah Otonom Baru (DOB)
h. Membawa efek pada perwujudan tata pemerintahan yang bersih dan baik (good
local governance)
i. Mendorong pemerintahan daerah yang memiliki daya tanggap dalam
merumuskan kebutuhan dan potensi daerah. Kedelapan faktor tersebut tidak
saja penting sebagai sarana evaluasi.
2. Dampak negatif pemekaran wilayah
a. Pemekaran wilayah dapat memicu keinginan untuk melepaskan diri, sehingga
dapat mengancam keutuhan serta stabilitas keamanan daerah maupun wilayah
secara keseluruhan sebagai suatu negara.
b. Pemekaran wilayah akan berdampak pada keadaan pemerintahan pusat yang
terabaikan, karena pemerintah daerah akan sibuk bersaing dalam upaya
memajukan serta pengembangan potensi daerah masing-masing.
c. Adanya pemekaran wilayah juga dapat memicu munculnya bentuk-bentuk
konflik sosial dan berbagai macam contoh masalah sosial dalam
masyarakat semakin tinggi, karena adanya suatu perbedaan suku, budaya, asal
daerah. Yang mana masing-masing juga berkemungkinan untuk berusaha
berdominan satu sama lain.
d. Memicu persaingan elit politik di daerah semakin tinggi bahkan berkemungkinan
berjalan tidak sehat, serta menambah peluang korupsi, kolusi, dan nepotisme.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Definisi dari Etnisitas dan Pembangunan?

2. Apa Hubungan dari Etnisitas dan Pembangunan?

3. Apa pengaruh Etnisitas dalam pembanguna?

4. Bagaimana Upaya/kebijakan pemerintah terhadap masalah Etnisitasdalam


pembangunan?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi Etnisitas dan Pembangunan

2. Memahami hubungan Etnisitas dan Pembangunan

3. Mengetahui pengaruh Etnisitas dalam proses pembangunan

4. Mengetahui upaya atau kebijakan yang pemerintah ambil dalam menyikapi


masalah Etnisitas dalam Pembangunan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Etnisitas


Menurut Abdilah, 2002; Berutu, 2019 dalam (Samadam Boangmanalu, 2022)
Etnisitas adalah hasil dari proses relasional, bukan proses dari pemisahan. Jika
tidak ada pembedaan antara orang dalam dan orang luar, maka tidak akan ada
etnisitas. Etnisitas berasal dari Ethnos bahasa Latin untuk menunjuk kelompok-
kelompok bukan Yunani yang dianggap berada di pinggiran, asing dan sedikit
barbar. “etnis”merujuk pada orang-orang dalam kelompok. Istilah Etnis
menunjukkan suatu kelompok masyarakat yang membedakan antara satu
kelompok dengan kelompok lain. Etnis ditandai dengan kriteria bahasa, organisasi
politik, teritorial tempat tinggal. Etnisitas adalah kelompok masyarakat yang
memiliki kesamaan sejarah, nenek moyang, asal usul dan bahasa yang tercermin
dalam simbol-simbol yang khas, seperti agama, pakaian dan tradisi. Secara singkat,
etnisitas didefinisikan sebagai kelompok masyarakat yang secara budaya berbeda
dari kelompok masyarakat yang lain. Suatu bangsa dan negara bisa jadi memiliki
beragam etnis yang masing-masing memiliki ciri yang khas dan menonjol yang
dengan mudah dapat dibedakan dari kelompok etnis yang lain (International
Encyclopedia of Social Science, vol.3).

Menurut Asmore (2001) kata etnis pada dasarnya merupakan katgori sosial
atauidentifikasi sosial. Artinya, etnis adalah konsep yang diciptakan oleh masyarakat
berdasarkan ciri khas sosial yang dimiliki sekelompok masyarakat yang
membedakannya dengan kelompok masyarakat yang lain. Jadi kategori
pengelompokan masyarakat ke dalam suatu etnis tertentu didasarkan pada faktor
sosial, bukan faktor yang lain, seperti faktor ekonomi, teknologi, dll.
Pengertian Etnisitas merupakan sekelompok manusia yang memiliki ciri-ciri
yangsama dalam hal budaya dan biologis serta bertindak menurut pola-pola yang
sama, yang pada gilirannya mengindikasikan adanya kenyataan kelompok yang
minoritas atau mayoritas dalam suatu masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa
etnisitas adalah sebagai sekelompok masyarakat yang mendiami tempat tertentu.
Sekelompok
masyarakat dalam wilayah tertentu tersebut memiliki ciri yang melekat diantara
setiap anggota sebagai penanda bagian dari kelompok tersebut. Penanda itu, baik
dari kesamaan ras, suku, agama, kebudayaan, adat-istiadat dan lain sebagainya
berfungsi sebagai pembeda dari kelompok masyarakat atau etnis lain.

Adapun pengertian etnisitas menurut para ahli, antara lain ;

a. Menurut Fredrik Brath serta Erik Wolf, etnisitas adalah hasil interaksi, serta
bukan sifat-sifat hakiki suatu kelompok.

b. Menurut Donald Horowitz (1985 dalam Vick & Ishiyama, 2011), konsep
etnisitas adalah terminologi umum yang meliputi sebuah kelompok tertentu
yang dibedakan berdasarkan warna kulit, bahasa, dan agama yang kemudian
mencakup pula suku (berdasarkan kebudayaan, terutama bahasa), ras
(berdasarkan faktor biologis), nasionalitas (berdasarkan kebangsaan), dan
kasta (berdasarkan nilai-nilai srtatifikasi sosial yang hidup di masyarakat).

2.2 Teori Pembangunan


Menurut Siagian dalam (DP3KB, 2022) pembangunan sebagai Suatu usaha
atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan
secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju kepada
modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). Sedangkan
Menurut Ginanjar Kartasasmita memberikan pengertian yang lebih sederhana,
pembangunan yaitu suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya
yang dilakukan secara terencana.

Pengertian pembangunan disini diartikan sebagai suatu “proses”


pembangunan sebagai proses menggambarkan adanya pengembangan, baik
meliputi proses pertumbuhan (growth) ataupun perubahan (change) dalam
kehidupan bersama (organisasi) sosial dan budaya. Hal ini merupakan gambaran
umum masyarakat luas (society).

Pembangunan merupakan suatu seperangkat usaha yang terencana atau


terarah dalam dapat menghasilkan sesuatu yang dapat dimanfaatkan dalam
memenuhi suatu kebutuhan atau juga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia.
2.3 Hubungan Etnisitas dan Pembangunan
Hubungan antara kelompok etnis dalam masyarakat secara umum,
merupakan hubungan sosial yang dibangun oleh warga masyarakat yang hidup
bersama dalam sebuah komunitas atau masyarakat. Hubungan-hubungan itu
dapat bersifat informa atau spontan, ataupun melalui jalur formal atau organisasi.
Salah satu model hubungan antar individu dari kelompok etnis adalah model
konvergensi. Model konvergensi merupakan hubungan individual yang dimana
setiap masyarakat mempunyai kecenderungan relasional yang dicirikan oleh apa
yang dinamakan homophily atau setiap warga/masyarakat memiliki tendensi untuk
memilih individu atau kelompok yang merekayakini memiliki kesamaan-kesamaan,
contohnya yaitu seperti etnis, agama, ras, hobi, pekerjaan, ketrampilan,
lokasi/daerah, kelompok/ perkumpulan dan lain-lain.
Rancangan strategi pembangunan harus memperhatikan lingkungan
pluralisme budaya dan keragaman etnis karena hubungan antara etnisitas dan
pembangunan merupakan manifestasi dimensi politik, ekonomi, dan sosial. Ketika
etnis dipandang sebagai suatu identifikasi individu, etnis merupakan salah satu
segmen dari masyarakat yang lebih besar dengan anggota-anggotanya memiliki
budaya dan asal serta berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang dibagi menurut
budaya dan asalnya.
2.4 Pengaruh Etnisitas terhadap Pembangunan nasional
Adapun Dampak-dampak etnisitas dalam pembangunan nasional, sebagai berikut:
 Dampak Positif
A. Etnisitas menciptakan masyarakat yang toleran
Menghargai perbedaan saat bermasyarakat, berada di sekolah dan
lingkungan kerja menjadi penting. Indonesia adalah negara multikultural,
tapi bukan negara multikulturalis. Karena itu multikulturalisme tidak
menjadi solusi dalam pengelolaan keragaman di Indonesia.Toleransi perlu
ditengah masyarakat yang berbeda-beda. Perbedaan adalah keniscayaan
dalam masyarakat. Sebagaimana mestinya seorang saudara, maka tidak
boleh untuk saling menjatuhkan karena dia atau mereka berbeda.
Terutama, untuk membuat keberagaman di Indonesia tetap berjalan.
Di negara yang lainnya, tentu tidak memiliki keberagaman yang
begitu banyak. Memang,tugas masyarakat Indonesia saat ini cukup berat.
Karena, harus menjaga keberagaman ini agar tetap lestari, menerima
perbedaan antara suku, agama dan kebudayaan dapat dimulai dengan
lingkungan sekitar terlebih dahulu. Tentunya keberagaman ini nantinya
akan mengarah pada integritas dan persatuan nasional.
 Dampak Negatif
A. Konflik Fisik
Bila dicermati, interaksi antar anggota masyarakat berdasarkan
berbagai latar belakang pendidikan, pekerjaan dan latar belakang sosial.
Kemajemukan ini membuat isu yang menyangkut suku, ras, agama dan
antargolongan beberapa kali terjadi konflik fisik yang terjadi karena
keberagaman.
B. Klaim atas Adat
Selama masa Orde Baru, negara memaksa orang Indonesia untuk
berbicara mengenai adat provinsi, bukan adat dari kelompok etnis. Adat ini
sudah mengatur masyarakat Indonesia jauh sebelum Indonesia sebagai
sesuatu negara-bangsa lahir. Adat dalam hal ini digunakan melipiti norma-
norma terkait keluarga, hidup, metode menyelesaikan masalah, dan hak
atas sumber daya alam. Contohnya kelompok etnis yang mengklaim
hutan/adat yang menjadi milik adat yang sudah dipelihara sejak dulu,
tentunya akan meresahkan pemerintah dalam menjalankan proses
pembangunan nantinya.

2.5 Studi Kasus Etnisitas Pembangunan


PEMEKARAN PROVINSI DI WILAYAH PAPUA TAHUN 2022

Di Indonesia banyak kelompok etnis, etnik, dan pandangan budaya yang


beragam,menyebabkan proses pembangunan di setiap daerah pun berbeda-beda.
Oleh sebab itu, muncul stereotip terhadap etnisitas itu sendiri. struktur kelompok
dan struktur budaya yang bebeda beda membuat pemerintah memberikan
perlakukan yang berbeda disetiap daerah termasuk ke proses pembangunannya
atau proses pembangunan secara keseluruhan, di Indonesia sendiri, dalam proses
pembangunan, kita juga punya masalah etnisitas yang sangat banyak karena salah
satu faktornya juga adalah banyak muncul stereotip-stereotip terhadap kelompok
budaya yang satu dengan kelompok budaya yang lain.
Perbandingan proses pembangunan yang ada di pulau jawa dan dengan
yang ada di pulau papua, itu sudah ada stereotip yang menjadi masalah etnisitas
yang dapat mempengaruhi proses pembangunan, misalnya pemekaran wilayah di
Propinsi Jawa Barat, pada tahun 2000 Banten telah menjadi provinsi tersendiri,
selanjutnya terbentuk Kota Tasikmalaya dan Cimahi pada tahun 2002, Kota Banjar
pada tahun 2003 serta yang terbaru adalah Kabupaten Bandung Barat pada akhir
tahun 2006. Perkembangan pemekaran daerah yang terjadi, tentu berpengaruh
sangat besar terhadap proses pembangunan karena daerah-daerah yang baru
terbentuk dituntut untuk dapat berkontribusi dalam pelayanan publik guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan rata-rata pembangunan lebih pesat
dikarenakan mereka memiliki etnisitas yang mayoritasnya sama, dan
masyarakatnya terintegrasi jadi satu.
Sedangkan pemekaran di wilayah Papua yang bertujuan untuk
mempertimbangkan kepentingan strategis nasional dalam rangka mengokohkan
NKRI dan untuk mempercepat pembangunan kesejahteraan masyarakat serta
mengangkat citra posotif Indonesia di mata Internasional. Hal ini juga didorong
oleh DPR RI yang menginginkan pemekaran ini cepat untuk dilaksanakan.
Dikarenakan dorongan dari DPR RI inilah yang menyebabkan turunnya masyarakat
Papua ke jalan untuk menolak pemekaran ini dan ditambah lagi dengan tidak
adanya keterlibatan Majlis Rakyat Papua (MPR) dan pemerintah daerah dalam
keputuan pemekaran ini.
Namun hal ini bertolak belakang dengan keinginan yang dimiliki oleh masyarakat
belum adanya sosialisasi atau pembicaraan ke masyarakat lokal, yang punya
kepentingan ini hanya Elit-Elit politik sendiri yang memaksa pada kementerian
dalam negri untuk segera membentuk Daerah Otonom Baru (DOB).

Di Papua memilki kelompok budaya atau kelompok etnis yang sangat


banyak, dari segi suku atau kelompok budaya, bahasa, ideologi, norma-norma adat
dari daerah pesisir hingga daerah pegunungan sudah sangat berbeda beda. Lebih
rumitnya, dari etnisitas tersebut artinya ada budaya yang masyarakat pertahankan
atau adat istiadat, maka hal tersebut juga harus menjadi bahan pertimbangan
dalam pembangunan, akibatnya, pemerintah tidak bisa sembarang melakukan
proses pembangunan tanpa mempertimbangkan masalah adat istiadat, nilai nilai
budaya atau nilai-nilai masyarakat yang dipegang oleh kelompok etnis tersebut.
ketika stereotip-stereotip muncul, misalnya stereotip terhadap orang papua itu
stereotip yang buruk, dan kemudian membuat orang berfikir papua diperlakukan
berbeda dan proses pembangunan di papua itu lambat.

Hal tersebut dikarenakan pemerintah harus mempertimbangkan aspek-


aspek adat istiadat sehingga pemerintah tidak bisa sembarangan menjalankan
pembangunan tanpa mempertimbangkan aspek-aspek tersebut, karena proses
pembangunan itu adalah sesuatu yang mutlak dan berjalan mengikuti adat istiadat
dan apabila akan menjalankan proses pembangunan harus berdasarkan adat
istiadat atau nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat, itulah yang menghambat
proses pembangunan, beda dengan daerah yang kelompok masyarakatnya
terintegrasi jadi satu, etnisnya mayoritas sama akan lebih muda karena adat
istiadatnya tidak bergitu ribet, beda dengan daerah yang memiliki adat istiadat
yang banyak.
2.6 Upaya/Kebijakan Pemerintah terhadap maslah Etnisitas Pembangunan

Upaya yang dapat dilakukan

A. Fokus untuk meghilangkan stereotip negatif terhadap kelompok etnis, paling


mudah mulai dari edukasi ke masyarakat (harus terus menerus bukan
stagnan).

B. Selalu libatkan tokoh masyarakat / kelompok etnis dalam pembuatan


kebijakan / dalam merancang suatu pembangunan, agar dari mereka
pemerintah bisa paham secara objektif terkait masalah etnisitas dan
solusinya: buat kebijakan dan pembangunan yang juga mengutamakan aspek
etnisitas bersamaan dengan kesejahteraan masyarakat ( bukan buat peraturan
sesuai keinginan pemerintah ) lebih baik di wilayah yang ada adat istiadat,
pembangunan harus mengikuti / fleksibel dengan kebudayaan (pembangunan tetap
jalan, tapi mempertimbangkan sisi budaya/etnis tersebut juga
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etnisitas dan Pembangunan adalah dua hal yang berbeda tetapi saling
berkaitan satu dengan yang lain. Dalam Etnisitas Pembangunan, prorses
pembangunan yang dijalankan harus selaras maupun sesuai dengan etnis atau adat
yang berlaku. Hasil analisis berbagai sumber mengungkapkan bahwa etnisitas
pembangunan ini merupakan masalah yang lebih menekankan pada stereotip-
stereotip dari masyarakat, terkhususnya kelompok etnis. Pemerintah sebagai
pengatur kebijakan dalam masalah ini lebih membuat pertimbangan yang matang
dalam membuat kebijakan yang didasarkan oleh adat istiadat maupun etnis
berbagai daerah yang berbeda agar tidak terjadi kontra satu dengan yang lain,
karena etnis adalah hal yang sensitif. Di Indonesia, etnisitas adalah hal yang sangat
penting, mengingat bahwa Indonesia memiliki beragam suku, ras dan agama
dengan berbagai adat dan budaya yang beragam juga.
Indonesia sering disebut Nusantara karena terdiri ribuan pulau dan disebut
sebagainegara kepulauan terbesar di dunia. Dari kota Sabang sampai kota
Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama yang berbeda, dan
memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Selain memiliki populasi padat dan
wilayah yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat
keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia. Di dalam setiap adat, bahasa,
suku dan agama itu, terkandung sistem nilai dan sistem pengetahuan yang sudah
bertumbuh ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Negerikita diatur dan dikelola
secara turun-temurun dengan ribuan masyarakat hukum adat, dipandu oleh
ratusan sistem kepercayaan dan agama. Indonesia adalah bangsa yangdibangun
dari ratusan atau bahkan ribuan suku bangsa, mandiri dan bermartabat, yang
dalam sejarahnya masing-masing
mengalami pasang surut. Ribuan masyarakat hukum adat ini merupakan konsekuensi
dari beragam suku bangsa di berbagai daerah di Indonesia.
Daftar Pustaka

Akmaluddin, A. (2018). RELASI ETNIK MENJELANG PEMILUKADA DI


SUMATERASELATAN SELATAN 2013 DI KOTA BATURAJA KABUPATEN OGAN
KOMERING ULU. Jurnal Inovasi, 76-88.
Henryk, S. (2013). PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DI
KELURAHAN SUNGAI KELEDANG KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG
KOTA. Journal Ilmu Pemerintahan, 2, 612-625.
Kurniawan, A. (2022, September). Pengertian Etnis – Identitas, Pendekatan, Model,
Konsep,Politik, Contoh, Para Ahli. Gurupendidikan.com, 1.
Retrieved from https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-etnis/
pengajarku. (2012). Pembangunan Adalah. Pengajarku.com, 1.
Retrieved fromhttps://pengajar.co.id/pembangunan- adalah/
Zulfauzan, R. (2020). Teori Etnisitas Perdebatan dan Relasinya dengan Rational
Choice Theory.
Bandung: CV, MEDIA SAINS INDONESIA.
Ferdinal Asmin, E. Y. (2014). perspektif komunikasi lintas budaya dalam
pemberdayaankelembagaan mendukung pertanian berkelanjutan.
komunikasi lintas budaya.

Haba, J. (2012). Etnis, Hubungan Sosial Dan Konflik D Kalimantan Barat. jurnal
masyarakatdan budaya.
Mailendra, Fitra. 2009. “Analisis dampak pemekaran wilayah dan faktor- faktor
yang mempengaruhi pembangunan manusia di Provinsi Jawa Barat
(Analisis panel data :Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Periode 2002-
2006)”. UT - Economics andDevelopment Studies.
Bogor

Sinen, Ningrum, Kabes. 2022. “STRATEGI PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM


MENJEMPUT DAERAH OTONOMI BARU PAPUA BARAT DAYA PEMEKARAN
PROVINSI PAPUA BARAT”. VOLUME 6 NOMOR 2. PAPUA (2022)

Anda mungkin juga menyukai