Kelas X-1
Bidang Studi : Sosiologi
Guru Mata Pelajaran : Ibu Riyanty Herlina, S.Pd.
i
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara yang besar dan kaya akan sumber daya alam pada dasarnya
mempunyai potensi yang besar untuk menjadi negara yang lebih maju, bermartabat, dan
lebih baik dibandingkan saat ini, dan tentunya semua itu berkat kualitas sumber daya manusia
yang sangat kreatif dan visi yang jelas dan terfokus untuk kemajuan nasional.
Tentunya untuk mencapai tujuan menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas, pendidikan merupakan unsur terpenting yang tidak dapat dipisahkan. Tujuan
pendidikan nasional tidak hanya menghasilkan sumber daya manusia yang intelektual, tetapi
juga menghasilkan warga negara yang baik, berakhlak mulia, dan kreatif, mempunyai visi
misi, dan rasa tanggung jawab.
Kesuksesan seseorang tidak lepas dari potensi yang dimilikinya. Potensi tidak hanya
berarti keterampilan saja, tetapi juga mencakup kemampuan mewujudkan potensi yang
dimiliki orang banyak serta kemampuan mengelola diri sendiri dan orang lain.
Kualitas sumber daya manusia memiliki pengaruh signifikan dalam pembangunan.
Masyarakat yang terdidik, sehat, dan produktif akan meningkatkan konsumsi dan
pengeluaran masyarakat sehingga pertumbuhan ekonomi daerah membaik dan celah
kesenjangan antardaerah semakin sempit
Saat ini, sekitar 70% penduduk Indonesia tinggal di pedesaan. Oleh karena itu,
pembangunan dapat berhasil sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat. Keterkaitan
desa-kota: Sebagai alternatif terhadap pembangunan pedesaan, partisipasi masyarakat
pedesaan dalam pembangunan sangatlah penting.
Oleh karena itu, pemerintah telah melakukan berbagai upaya pembangunan untuk
mengembangkan kawasan pedesaan. Hal ini bertujuan untuk (1) menempatkan penduduk
pedesaan pada posisi yang setara dengan penduduk perkotaan; (2) Meningkatkan taraf hidup
penduduk pedesaan. (3) Memampukan masyarakat pedesaan untuk menghadapi berbagai
kesulitan secara lebih kreatif, dinamis dan fleksibel, serta meningkatkan semangat
pembangunan.
Mengingat seluruh warga negara mempunyai hak atas kesejahteraan yang adil
melalui peran pemerintah, maka sudah sepantasnya intervensi pemerintah dalam
pembangunan masyarakat pedesaan mempunyai dampak yang sama dalam hal upaya
kesejahteraan. Permasalahannya adalah meskipun banyak intervensi pemerintah terhadap
pembangunan pedesaan, masih terdapat kesenjangan antara tingkat kesejahteraan masyarakat
pedesaan dan perkotaan. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan pengembangan kebijakan
yang dapat menjamin kesejahteraan daerah pedesaan setara dengan kesejahteraan perkotaan.
i
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tentang latar belakang penelitian dan mengacu pada rumusan masalah
penelitian, maka tujuan penelitian adalah:
1. Mengkaji hal-hal yang menjadi penyebab kesenjangan pendidikan yang terjadi di
wilayah perdesaan dn perkotaan.
2. Mengkaji perubahan status sosial yang menjadi pendukung jalannya pendidikan yang
sempurna.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memberikan masukan baik
kepada pemerintah maupun masyarakat bahwa pendidikan menjadi hal penting yang dapat
menunjukan status sosial di kalangan masyarakat. Pendidikan diharapkan menjadi cikal bakal
kualitas sumber daya manusia itu sendiri
i
BAB II
METODE PENELITIAN
i
BAB III
PEMBAHASAN
Pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa dan selalu menjadi topik
menarik untuk diteliti . Pendidikan nasional masih menghadapi banyak permasalahan.
Pengertian pendidikan menurut UU SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003 adalah usaha sadar
dan terencana untuk secara aktif mengembangkan suasana dan proses belajar agar peserta
didik dapat mengembangkan pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan masyarakat,
kekuatan spiritual keagamaan, budi pekerti, dan akhlak mulia.
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa pendidikan berasal dari kata
``didik'' yang ditambahkan pada berupa awalan ``pe'' dan akhiran ``an” yang berarti proses
atau cara pendidikan.Oleh karena itu, pengertian pendidikan melalui bahasa adalah mengubah
tingkah laku dan sikap seseorang atau sekelompok orang guna mendewasakan individu
melalui pendidikan dan bimbingan. Berdasarkan pengertian pendidikan di atas yaitu
pendidikan sebagai suatu proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya.
Hal yang sama berlaku untuk masyarakat pedesaan mempunyai kesempatan
pendidikan yang sama dengan masyarakat perkotaan. Pemerintah memberikan kesempatan
pendidikan yang setara kepada masyarakat pedesaan dan perkotaan.
Faktanya, militansi masyarakat pedesaan lebih tinggi dibandingkan dengan militansi
masyarakat perkotaan. Hal ini disebabkan karena masyarakat perkotaan menilai pendidikan
di pedesaan kurang maju karena kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Sebab,
pendidikan di desa dan kota sangat berbeda.
Berikut beberapa contoh timpangnya pendidikan antara pendidikan di desa dan di
kota. Dikutip dari kompas.com mengenai murid SD Negeri Cicaringin 3, Kecamatan Gunung
Kencana, Lebak, Banten yang harus meniti kabel baja menyeberang Sungai Ciliman saat
pulang dari sekolah. Lambannya pemerintah membangun infrastruktur membuat mereka
harus rela berjalan sejauh 6 kilometer pergi dan pulang untuk mencapai sekolah dan berisiko
terjatuh ke sungai. Bahkan berita ini sempat terdokumentasikan oleh majalah dailymail, yang
bertuliskan Think the school run is bad? Children face Indiana Jones-style river crossing
every day after floods cut off their community. Hal ini telah mencoreng wajah pendidikan
Indonesia di tingkat dunia, dan tentunya contoh kasus ini memalukan nama Indonesia di
tingkat dunia, berita ini sempat menjadi trending topic saat itu.
Sebuah jembatan di Kampung Sungai Tanuak Kenagarian Barung Barung Belantai
Tengah Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan, Padang. Putus sejak 25
November dan sampai saat ini masih belum diperbaiki, putusnya jembatan membuat anak-
anak di kampung itu yang bersekolah di SDN nomor 42 Talawi terpaksa harus turun
menyeberangi sungai untuk mencapai sekolah mereka.(http://www.padangmedia.com/1-
i
Berita/89949-Jembatan-Putus--Anak-SekolahHarus-Menyeberang-Sungai.html)
Setelah kasus jembatan miring di Lebak, Banten dan kasus di Kabupaten Pesisir
Selatan, Padang. Kasus Jembatan miring juga ada di Desa Kangenan, Pamekasan, Jatim. Di
jembatan inilah, warga yang akan pergi kerja atau sekolah, mempertaruhkan nyawa termasuk
para pelajar terpaksa harus melintas jembatan tersebut karena merupakan akses terdekat ke
tempat tujuan. (http://foto.detik.com/readfoto/2012/03/26/143618/1876475/157/2/kembali-
nyawa-anak-sddipertaruhkan-di-jembatan).
Susahnya akses menuju sekolah, tidak membuat patah semangat anak anak yang
berada di pedesaan untuk bersekolah dan mendapatkan pendidikan meski mereka harus
bersusah payah dan menghadapi rintangan yang begitu berat untuk mencapai tujuan mereka,
yaitu belajar disekolah untuk mencapai cita-cita.
Hal ini berbeda dengan pendidikan perkotaan. Sekolah sangat mudah diakses di
perkotaan, dan terdapat banyak pilihan transportasi yang memungkinkan anak usia sekolah
mencapai tujuannya dengan cepat dan mudah. Kesenjangan pendidikan yang terjadi antara
daerah pedesaan dan perkotaan bukan hanya sekedar akses terhadap sekolah saja, masih
banyak aspek kesenjangan pendidikan lainnya. Aspek lainnya adalah kesenjangan sarana dan
prasarana antara sekolah di pedesaan dan perkotaan.
Secara umum daerah perdesaan ditandai oleh struktur kegiatan penduduk berbasis
agraris atau pertanian, kepadatan penduduk lebih rendah dibanding kepadatan penduduk
perkotaan, cara hidup ataupun pola budaya yang dekat dengan pemanfaatan sumber daya
alam, tempat tinggal penduduk berkelompok dan tersebar, potensi tenaga kerja dengan
pendidikan baik agak langka, sistem organisasi sederhana berbasis kegiatan subsisten atau
primer, dan sebagainya.
Sebaliknya ciri masyarakat perkotaan ditandai oleh struktur masyarakat berbasis
perdagangan dan jasa, kepadatan penduduk rapat, tempat tinggal penduduk berkelompok,
tenaga berpendidikan relatif tinggi, sistem organisasi kerja yang kompleks berbasis kegiatan
formal. Kawasan perkotaan juga dianggap sebagai tempat terjadinya proses pemusatan
kekuasaan dan perubahan budaya, pusat kreativitas yang menyebabkan terjadinya pola
perkembangan kehidupan masyarakat dan lingkungan fisiknya sangat berbeda dengan
i
kawasan perdesaan yang biasa disebut pinggiran.
Banyak ahli yakin, walaupun ciri dan kegiatan kedua masyarakat itu berbeda, tidak berarti
bahwa tingkat kesejahteraan harus berbeda. Terlebih lagi seharusnya tidak ada perbedaan
perlakuan dalam memberikan pelayanan antara masyarakat perdesaan dan perkotaan,
misalnya terhadap standar pelayanan kebutuhan dasar, standar pelayanan prasarana, standar
pelayanan teknologi dasar. Kesimpulan sementara ini terhadap terjadinya kesenjangan secara
umum disebabkan oleh ketidakseimbangan kemampuan dan kesempatan yang diperolah
antara masyarakat perdesaan dan perkotaan.
Terdapat dugaan bahwa masyarakat perdesaan di Indonesia mempunyai posisi yang
kurang diuntungkan dari adanya berbagai kebijaksanaan pemerintah, yang kurang memihak,
yang menyebabkan proses produksi dan kapitalisasi tidak berkembang secepat yang terjadi di
perkotaan. Disamping itu di perdesaan juga sering terjadi migrasi sumberdaya manusia ke
daerah lain yang lebih maju. Akibatnya secara keseluruhan respons terhadap proses
pembangunan tidak optimal, walaupun input kesempatan yang diberikan kepada masyarakat
mungkin sama dengan kesempatan yang diberikan terhadap masyarakat di daerah perkotaan.
Tentu saja hal ini sangat berbeda dengan sekolah di perkotaan. Sekolah dengan
gedung tempat Anda dapat tinggal dengan nyaman dan aman. Fasilitas yang sangat memadai
seperti laboratorium komputer, sarana olah raga, puskesmas, kantin, dll menciptakan
lingkungan belajar yang sangat nyaman bagi siswa yang bersekolah di sekolah perkotaan.
Membandingkan kasus-kasus di atas mengenai institusi dan infrastruktur pendidikan
pedesaan dan perkotaan tentu menyoroti kesenjangan pendidikan yang ada.
Aspek kesenjangan pendidikan yang terakhir adalah sumber tenaga pengajar atau guru
yang terdapat di sekolah pedesaan dan perkotaan. Guru di kota jauh lebih banyak
dibandingkan guru di desa. Hal ini dapat terlihat dari contoh kasus berikut ini. Sejumlah
mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Makassar, berunjukrasa memperingati Hari
Pendidikan Nasional di Tol Reformasi, Makassar, Sulsel, Kamis (2/5/14)Sejumlah
mahasiswa yang berunjukrasa meminta pemerintah lebih serius dalam menangani jumlah
guru yang menurut mereka hampir 80 persen jumlah guru tersebar dikota dan 20 persen
sisanya tersebar di desa. Jika hal ini terus dibiarkan, maka kualitas pendidikan di Indonesia
akan sangat timpang karena hanya penduduk kota saja yang mempunyai kualitas SDM
handal. sedangkan penduduk desa akan terus terbelakang.
http://www.beritasatu.com/pendidikan/123153-kesenjangan-guru-di-kota-dan-desa-masih-
tinggi.html
Indonesia sebagai negara yang besar dan kaya akan sumber daya alam pada dasarnya
mempunyai potensi yang besar untuk menjadi negara yang lebih maju, bermartabat, dan
lebih baik dibandingkan saat ini, dan tentunya semua itu berkat kualitas sumber daya manusia
i
yang sangat kreatif dan visi yang jelas dan terfokus untuk kemajuan nasional.
Tentunya untuk mencapai tujuan menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas, pendidikan merupakan unsur terpenting yang tidak dapat dipisahkan. Tujuan
pendidikan nasional tidak hanya menghasilkan sumber daya manusia yang intelektual, tetapi
juga menghasilkan warga negara yang baik, berakhlak mulia, berakhlak mulia, dan kreatif,
mempunyai visi misi, dan rasa tanggung jawab.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia
diproyeksikan sebanyak 278,8 juta jiwa pada 2023. Jumlah tersebut naik 1,1% dibandingkan
pada tahun lalu yang sebanyak 275,7 juta jiwa. Namun, saat ini hanya sekitar 6% penduduk
Indonesia yang sudah mengenyam pendidikan tinggi.
Menurut data Badan Pusat Statistika (BPS), Hasil dan capaian dari proses pendidikan
itu sendiri, tidak terlepas dari indikator input dan indikator proses pendidikan. Secara umum,
mayoritas penduduk 15 tahun ke atas di Indonesia telah mencapai wajib belajar 9 tahun
(62,68 persen). Pada tahun 2022, penduduk yang tamat SMP/sederajat 22,56 persen, tamat
SM/Sederajat sebesar 29,97 persen, sedangkan yang tamat Perguruan Tinggi hanya sebesar
10,15 persen, sedangkan sisanya tamatan SD/sederajat ke bawah. Rata-rata lama sekolah
penduduk usia 15 tahun ke atas juga baru sebesar sebesar 9,08 tahun atau setara kelas 3
SMP/Sederajat pada tahun 2022.
Demikian juga Angka Melek Huruf (AMH) penduduk usia 15 tahun ke atas juga
sebesar 96,35 persen, artinya dari 100 penduduk masih ada sekitar 4 penduduk yang buta
huruf. Hal ini harus menjadi fokus perhatian karena AMH merupakan salah satu indikator
yang menjadi target SDGs pada pilar Sosial, yaitu target 4.6. Kejadian putus sekolah masih
mewarnai proses pendidikan di Indonesia. Pada tahun 2022 dari 1.000 siswa SD/Sederajat
terdapat 1 siswa yang putus sekolah. Angka ini semakin tinggi seiring dengan semakin
tingginya jenjang pendidikan. Pada jenjang SM/Sederajat terdapat 13 dari 1.000 siswa yang
putus sekolah. Tantangan lain adalah tingginya angka Anak Tidak Sekolah (ATS). Angka
anak tidak sekolah tertinggi berada pada kelompok umur 16-18 tahun, dimana dari 100 anak
berumur 16-18 tahun, terdapat sekitar 22 anak yang tidak sekolah.
Kesuksesan seseorang tidak lepas dari potensi yang dimilikinya. Potensi tidak hanya
berarti keterampilan saja, tetapi juga mencakup kemampuan mewujudkan potensi yang
dimiliki orang banyak serta kemampuan mengelola diri sendiri dan orang lain. Kualitas
sumber daya manusia memiliki pengaruh signifikan dalam pembangunan. Masyarakat yang
terdidik, sehat, dan produktif akan meningkatkan konsumsi dan pengeluaran masyarakat
sehingga pertumbuhan ekonomi daerah membaik dan celah kesenjangan antardaerah semakin
sempit
Saat ini, sekitar 70% penduduk Indonesia tinggal di pedesaan. Oleh karena itu,
pembangunan dapat berhasil sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat. Keterkaitan
desa-kota: Sebagai alternatif terhadap pembangunan pedesaan, partisipasi masyarakat
pedesaan dalam pembangunan sangatlah penting.
i
negara mempunyai hak atas kesejahteraan yang adil melalui peran pemerintah, maka sudah
sepantasnya intervensi pemerintah dalam pembangunan masyarakat pedesaan mempunyai
dampak yang sama dalam hal upaya kesejahteraan. Permasalahannya adalah meskipun
banyak intervensi pemerintah terhadap pembangunan pedesaan, masih terdapat kesenjangan
antara tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan dan perkotaan. Oleh karena itu, perlu
dipertimbangkan pengembangan kebijakan yang dapat menjamin kesejahteraan daerah
pedesaan setara dengan kesejahteraan perkotaan.
i
BAB IV
4.2 Saran
i
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2022. Statistika Pendidikan 2022. Jakarta. : Badan Pusat
Statistik Republik Indonesia
Https://Databoks.Katadata.Co.Id/Datapublish/2022/09/20/Hanya-6-Warga-
Indonesia-Yang-Berpendidikan-Tinggi-Pada-Juni-2022
Https://Dataindonesia.Id/Varia/Detail/Data-Jumlah-Penduduk-Indonesia-20132023
Pandiangan, Dkk. 2021. Pengaruh Dana Desa Terhadap Kesenjangan Indeks
Pembangunan Manusia Wilayah Desa Kota Di Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan
Pembangunan. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Suparmlni. 2007. Keterkaitan Desa-Kota: Sebagai Alternatif Pembangunan
Perdesaan. Yogyakarta : Geomedia
Vito Benediktus, Dkk.2020. Kesenjangan Pendidikan Desa Dan Kota. Jurnal
Pendidikan Volume 2