Anda di halaman 1dari 16

Tugas Jurnal Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan 2020

TOTAL QUALITY MANAGEMENT ( TQM ) DALAM PENDIDIKAN ISLAM

ABDUL HARIS
Institut PTIQ Jakarta
hariscity925@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penulisan makalah ini, adalah: (1) menjelaskan konsep mutu, (2) menguraikan
konsep manajemen mutu terpadu (total quality management), (3) menjelaskan penyusunan
strategi perencanaan peningkatan mutu pendidikan.
Sistem pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan harus dibangun dan
dikembangkan secara nasional dalam upaya meningkatkan daya saing, citra, dan
akuntabilitas publik. Kegiatan penjaminan mutu tertuju pda proses untuk membangun
kepercayaan dengan cara melakukan pemenuhan persyaratan atau standar minimum pada
komponen input, komponen proses dan hasil atau outcome sesuai dengan yang diharapkan
oleh stake holders.
Penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggungjawab satuan
pendidikan yang harus didukung oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan
pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan masing-masing serta peran
serta masyarakat. Implementasi penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan hingga saat
ini masih menghadapi berbagai macam permasalahan antara lain: (1) belum
tersosialisasikannya secara utuh Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan mutu
pendidikan; (2) pelaksanaan penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan masih terbatas
pada pemantauan komponen mutu di satuan pendidikan; (3) pemetaan mutu masih dalam
bentuk pendataan pencapaian mutu pendidikan yang belum terpadu dari berbagai
penyelenggara pendidikan; dan (4) tindak lanjut hasil pendataan mutu pendidikan yang
belum terkoordinir dari para penyelenggara dan pelaksana pendidikan pada berbagai
tingkatan.
Kata Kunci: konsep mutu, penjaminan mutu pendidikan.

ABSTRACT

TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) IN ISLAMIC EDUCATION

The purpose of this paper, are: (1) explain the concept of quality, (2) outlines the
concept of total quality management, (3) describes the preparation of a planning strategy to
improve the quality of education.
System development and improvement of education quality should be built and
developed nationally in an effort to improve competitiveness, image, and public
accountability. Quality assurance activities directed pda process to build trust by way of

1
Tugas Jurnal Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan 2020
eligibility or minimum standards on the input component, component or process and
outcome results as expected by stakeholders.
Assurance and quality improvement of education is the responsibility of the
educational unit that must be supported by the government, the provincial government and
local government district / city in accordance with their respective authorities and
community participation. Implementation and improvement of education quality assurance
is still facing various kinds of problems, among others: (1) has not been fully socialized
National Education Standards as a reference the quality of education; (2) the
implementation of quality assurance and improvement of education is limited to monitoring
the quality of the components in the educational unit; (3) mapping data quality is still in the
form of educational attainment are not yet integrated quality of various education
providers; and (4) follow-up of the data quality of education that has not been coordinated
from the organizers and executors of education at various levels.

Keywords: concept of quality, quality assurance of education.

A. PENDAHULUAN
Kemajuan bidang pendidikan sangat menentukan pembentukan SDM berkualitas
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana amanah Pembukaan UUD
1945. Bangsa yang cerdas dengan kebudayaan dan berperadaban unggul merupakan
cita-cita para founding fathers yang bisa diwujudkan dengan proses pendidikan yang
terstruktur dan sistematis.
Kemajuan dan kejayaan suatu negara (bangsa) bukan ditentukan umur negara
tersebut. Ketersediaan sumber daya alam di suatu negara juga tidak menjamin negara
itu menjadi kaya atau miskin. Para eksekutif dari negara maju dan dari negara
terbelakang sependapat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal
kecerdasan. Apalagi ras atau warna kulit juga bukan faktor penyebab kemajuan suatu
bangsa. Para imigran yang dikatakan pemalas di negara asalnya ternyata sumber daya
yang sangat produktif di negara-negara maju/kaya di Eropa. Sesungguhnya faktor
ataupun penyebab kemajuan dan kejayaan suatu negara (bangsa) adalah pada
sikap/perilaku dan kemampuan berpikir masyarakatnya, yang telah dibentuk sepanjang
masa melalui kebudayaan dan proses pendidikan. Pendidikan merupakan peristiwa
interaksi individu dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan perilaku
yang diinginkan (nilai-nilai positif kehidupan). Secara umum pendidikan dimaknai dari
dua perspektif, sebagai proses belajar yang dibentuk secara alami/natural (yaitu ranah
pendidikan informal dalam keluarga) dan proses pembelajaran yang direncanakan dan
dirancang, by design (ranah pendidikan formal sekolah). Berdasarkan analisis atas

2
Tugas Jurnal Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan 2020
perilaku masyarakat, ternyata bahwa mayoritas penduduk di negara maju menerapkan
prinsip-prinsip dasar perilaku tersebut dalam kehidupan keseharian. 1
Diantara prinsip dasar positif nilai-nilai kehidupan tersebut adalah etika, kejujuran
dan integritas, tanggung jawab, taat pada aturan dan hukum masyarakat, hormat pada
hak orang/warga lain, cinta pada pekerjaan/profesi, berusaha keras untuk menabung
dan investasi, mau dan mampu bekerja keras dan cerdas, serta sadar waktu, sadar
mutu, dan sadar biaya. Di negara terbelakang/miskin/’berkembang, hanya sebagian
kecil masyarakatnya yang mematuhi prinsip dasar kehidupan tersebut. Jadi, negara-
negara yangdikategorikan terbelakang/lemah/miskin karena perilaku masyarakatnya
yang kurang/tidak baik. Mereka kurang kemauan untuk mematuhi, menghayati, serta
menerapkan prinsip-prinsip dasar kehidupan yang memungkinkan mereka pantas
membangun masyarakatnya sehingga memiliki aspek budaya, sosial dan perekonomian
bangsa dan negara yang unggul dan berkembang. Ternyata proses pendidikan
memegang peranan yang sangat penting. Manusia membutuhkan pendidikan yang
bermutu dalam kehidupannya. Dalam UU Pendidikan Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 1 dinyatakan bahwa pendidikan merupakan
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Pendidikan mempunyai peran besar dalam kehidupan manusia. Kemajuan ilmu
pengetahuan selama ini juga tidak terlepas dari sebuah proses pendidikan. Kehidupan
sebuah bangsa sangat ditentukan oleh kualitas system pendidikan yang diterapkan pada
bangsa tersebut. Pendidikan akan memproduksi manusia kreatis yang mampu
menjawab persoalan sebuah bangsa.1 Pendidikan dengan kata lain mempunyai peran
yang besar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia sejak zaman dahulu
hingga memasuki zaman globalisasi saat ini. Sistem pendidikan di Indonesia dirancang
dengan tujuan meningkatkan kualitas SDM (UUSPN No. 20 Tahun 2003 pasal 3). Fungsi
sistem pendidikan nasional menurut UUSPN No. 20 Tahun 2003 adalah :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

Saihu Abd Aziz, “Interpretasi Humanistik Kebahasaan: Upaya Kontekstualisasi Kaidah Bahasa Arab,”
1

Arabiyatuna 3, no. 2 (2019): 300–314; Saihu, “Rintisan Peradaban Profetik Umat Manusia Melalui Peristiwa
Turunnya Adam AS Ke-Dunia,” Mumtaz 3, no. 1 (2019): 268–79,
https://doi.org/https://doi.org/10.36671/mumtaz.v3i2.44; Saihu, “Lebaran Sarana Rujuk Nasinal,” 2019,
http://www.aswajadewata.com/lebaran-sarana-rujuk-nasional/; Saihu Abd Aziz, Athoillah Islamy, “Existence
Of Naht Method In The Development Of Contemporary Arabic Language Taqdir: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab
dan Kebahasaaraban p - ISSN 2527 - 9807 | e - ISSN 2621 - 11 57 19 Existence Of Naht Method In The

1
Saihu et al., “Design of Islamic Education Based on Local Wisdom (An Analysis of Social Learning Theories in
Forming Character through Ngejot Tradition in Bali),” International Journal of Advanced Science and Technology
29, no. 06 SE-Articles (April 26, 2020): 1278–93, http://sersc.org/journals/index.php/IJAST/article/view/11802.
3
Tugas Jurnal Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan 2020
Development Of Contemporary Arabic Languag,” T aqdir: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban,
2019, 19–28; Saihu, “Teologi Damai Dari Pesantren,” 2019, https://www.aswajadewata.com/teologi-damai-
dari-pesantren/2019/.

4
Tugas Jurnal Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan 2020
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.

UUSPN tersebut menyatakan kualitas sumber daya manusia yang diinginkan oleh
bangsa Indonesia adalah kualitas yang menyeluruh. SDM yang berkualitas tidak hanya
dilihat dari penguasaan ilmu pengetahua semata. Kemajuan dan perbaikan mutu
pendidikan dipengaruhi banyak faktor. Dalam perspektif kebijakan pemerintah, salah
satu faktor penilaian kemajuan dan pencapaian mutu pendidikan yang ideal bisa dilihat
dari sudut pandang pelaksanaan 8 Standar Nasional Pendidikan (PP No 19 Tahun 2005)
atau proses dan sistem penjaminan mutu pendidikan (Permendiknas No 63 Tahun
2009). Dalam perspektif global, secara umum dapat dinyatakan bahwa kunci mutu
pendidikan nasional terletak pada mutu pendidikan (sekolah) dan kunci mutu sekolah
terletak pada mutu kegiatan belajar mengajar di kelas. Mutu kegiatan belajar mengajar
pada akhirnya diukur dari mutu hasil belajar yang dicapai siswa. Oleh karena itu menjadi
jelas dan nyata bahwa peningkatan mutu terjadi di lingkungan sekolah/kelas, bukan di
kantor birokrasi pendidikan.2 Rosalina Ginting dan Titik Haryati menyatakan bahwa
mutu pendidikan merupakan isu yang sangat penting dan kompleks karena melibatkan
berbagai komponen dan dimensi yang saling berkaitan satu sama lainnya, mencakup
konteks dan proses yang terus berkembang, dalam konteks pendidikan khususnya di
sekolah sebagai unit satuan pendidikan.3

B. METODE
Metode penulisan dalam makalah ini menggunakan standar penulisan jurnal yang di
rekomendasi oleh dosen pengampuh mata kuliah “pengelolaan pendidikan islam” Dr.
Made Saihu, M.Pd.I sedangkan jenis pontnya menggunakan time new roman dan ukuran
kertasnya 5B.
Mengenai sumber data dalam penulisan makalah ini, penulis berpedoman kepada jurnal,
buku, dan sumber bacaan lain yang bisa di jadikan sumber rujukan.

C. PEMBAHASAN
Istilah manajemen mutu terpadu sebagai padanan pengertian total quality
management (TQM) didasarkan pada kepercayaan bahwa semua aktivitas organisasi
terfokus pada memperbaiki produk. Mutu dalam pengertian TQM tidak hanya dilihat dari
hasil akhir saja. Suatu organisasi atau lembaga memandang bahwa penciptaan suatu produk
atau jasa dapat dilihat dalam setiap proses kegiatan. Gambaran mutu tersebut tentunya
membutuhkan dukungan semua pihak dalam upaya pemeliharaan mutu. TQM oleh Karena

2
Djam’an Satori, Pengawas Profesional (Profesionalisasi Pengawas Sekolah). Materi Pembekalan Calon
Pengawas. Bogor : 9-11 September 2014. hl. 2
3
Rosalina Ginting, dan Titik Haryati, Kepemimpinan dan Konteks Peningkatan Mutu Pendidikan, Jurnal Ilmiah
CIVIS Volume II No 2, Maret 2020 . hl.8

5
Tugas Jurnal Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan 2020
itu digambarkan sebagai komitmen total semua karyawan untuk melakukan perbaikan
secara terus menerus. Edward Sallis menguraikan bahwa TQM biasanya digunakan untuk
mendeskripsikan dua gagasan yang sedikit berbeda namun saling berkaitan. Yang pertama
adalah filosofi perbaikan secara terus-menerus. Kedua, untuk mendeskripsikan alat-alat
atau teknik-teknik, seperti brainstorming dan analisis lapangan, yang digunakan untuk
membawa peningkatan mutu. TQM adalah sebuah pola pikir sekaligus aktivitas praktis.4
Praktek pendidikan dapat dianalogikan dengan industri khususnya industri jasa. Sekolah
dapat dianggap sebagai lembaga yang memproduksi dan menjual jasa (service) kepada para
pelanggannya. Pelanggan jasa pendidikan yang di produksi oleh sekolah terdiri dari
pelanggan primer yaitu siswa, pelanggan sekunder yaitu orang tua dan masyarakat atau
penyandang dana, dan pelanggan tersier yaitu pemakai lulusan sekolah yang terdiri dari
lembaga pendidikan yang lebih tinggi dan dunia kerja. Pelanggan sekunder dan tersier, yaitu
orang tua, masyarakat penyandang dana dan pemakai lulusan, bisa disebut dengan pihak-
pihak yang berkepentingan terhadap pendidikan di sekolah (stakeholders). 5 Dengan
berpegang kepada konsep mutu sebagaimana dijelaskan di atas, apabila konsep modern
digunakan, maka mutu sekolah haruslah ditentukan oleh pelanggannya, yakni siswa dan
stakeholders, bukan oleh produsen yaitu sekolah itu sendiri. Hal ini berarti bahwa sekolah
yang bermutu adalah sekolah yang mampu memberikan layanan atau jasa pendidikan yang
sesuai atau melebihi harapan dan kepuasan para pelanggannya. Apakah sekolah dapat
memberi layanan yang sesuai atau melebihi kepuasan para pelanggannya merupakan
pertanyaan kunci dalam menilai mutu suatu sekolah. Untuk menilainya diperlukan adanya
kriteria-kriteria penilaian pada masing-masing dimensi mutu. Menurut Sanusi, dimensi-
dimensi itu meliputi dimensi hasil belajar, dimensi mengajar, bahan kajian, dan dimensi
pengelolaan. Dimensi hasil belajar dapat dipandang sebagai mutu output sedangkan
dimensi pengelolaan dan mutu mengajar sebagai mutu proses, sementara dimensi bahan
kajian sebagai mutu input. Berbagai dimensi tersebut dapat dipandang sebagai sumber-
sumber mutu sekaligus sebagai fokus mutu dalam penjaminan mutu sekolah.6

Secara umum, mutu dalam pendidikan dapat diartikan sebagai gambaran dan
karakteristik menyeluruh dari barang dan jasa yang menunjukkan kemamapuannya dalam
memuasakan kebutuhan yang diharapakan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan,

4
Edward Sallis, Total Quality Management in Education.( Yogyakarta : Penerbit IRCiSoD. cet XVI 2012 ). hl. 75-
76
5
Saihu Saihu, “Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal (Studi Di Jembrana Bali),” Edukasi Islami: Jurnal
Pendidikan Islam 8, no. 01 (2019): 69–90, https://doi.org/10.30868/ei.v8i01.364; Saihu, “Harmonisasi Hindu-
Muslim di Jembrana-Bali Melalui Tradisi Male,” 2019, http://www.aswajadewata.com/harmonisasi-hindu-
muslim-di-jembrana-bali-melalui-tradisi-male/2019/; Adi Wahidin et al., “Konsep Dasar Perencanaan,” 2016;
Made Saihu, Merawat Pluralisme Merawat Indonesia: Potret Pendidikan Pluralisme Agama di Jembrana-Bali
(Yogyakarta: DEEPPUBLISH, 2019); Saihu, “Implementasi Manajemen Balanced Score Card di Pondok Pesantren
Jam’iyyah Islamiyyah Tangerang Selatan,” Mumtaz: 3, no. 1 (2019): 2,
https://doi.org/https://doi.org/10.36671/mumtaz.v3i2.45.
6
Achmad Sanusi, Beberapa Dimensi Pendidikan, Fakultas Pasca Sarjana: IKIP Bandung. 1990

6
Tugas Jurnal Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan 2020
pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan. 7 Input pendidikan adalah
segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses.
Sesuatu yang dimaksud berupa sumber daya dan perangkat lunak serta harapan-harapan
sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Input sumber daya meliputi sumber daya
manusia (kepala sekolah, guru termasuk guru BP, karyawan dan siswa) dan sumber daya
selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang, bahan dan sebagainya). Input perangkat lunak
meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas,
rencana dan program. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan dan sasaran-sasaran
yang ingin dicapai oleh sekolah. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat
berlangsung dengan baik. Oleh karean itu rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkt
kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut.
Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang
berpengaruh terhadap berlangsungnya proses tersebut disebut input, sedang sesuatu hasil
dari proses disebut output.
Dalam pendidikan berskala mikro (sekolah), proses yang dimaksud adalah proses
pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program,
proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses
belajar mengajar memilki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan dengan proses-proses
lainnya. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta
pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan, dan sebagainya)
dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang
menyenangan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar dan
benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Kata memberdayakan mengandung arti
bahawa peserta didik tidak sekedar menguasai pengetahuan yang idajarkan oleh gurunya,
tetapi pengetahuan tesebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati,
diamalkan dalam kehidupan seharihari dan yang lebih penting lagi peserta didik tersebut
mampu belajar cara belajar (mampu mengembangkan dirinya)

Konsep TQM (Total Quality Management) dalam Pendidikan


TQM adalah sebuah pendekatan praktis, namun strategis, dalam menjalankan roda
organisasi yang memfokuskan diri pada kebutuhan pelanggan dan kliennya. Tujuannya
adalah untuk mencari hasil yang lebih baik. TQM bukan sekumpulan slogan, namun
merupakan suatu pendekatan sistematis dan hati-hati untk mencapai tingkatan kualitas
yang tepat dengan cara yang konsisten dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan. TQM dapat dipahami sebagai filosofi perbaikan tanpa henti hingga tujuan
organisasi dapat dicapai dan dengan melibatkan segenap komponen dalam organisasi
tersebut.
Sebagai sebuah pendekatan, TQM mencari sebuah perubahan permanen dalam tujuan
sebuah organisasi, dari tujuan ‘kelayakan’ jangka pendek menuju tujuan perbaikan mutu

7
Depdikna, Manajemen Peningkatan Mutu BerbasisSekolah; Buku 1. Koonsep Dasar. Jakarta: Depdiknas. 2021

7
Tugas Jurnal Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan 2020
jangka panjang. Institusi yang melakukan inovasi secara konstan, melakukan perbaikan dan
perubahan secara terarah, dan mempraktikkan TQM, akan mengalami siklus perbaikan
secara terus-menerus. Semangat tersebut akan menciptakan sebuah upaya sadar untuk
menganalisis apa yang sedang dikerjakan dan merencanakan perbaikannya. 8 Untuk
menciptakan kultur perbaikan terus-menerus, seorang manajer harus mempercayai stafnya
dan mendelegasikan keputusan pada tingkatan-tingkatan yang tepat. Hal tersebut bertujuan
untuk memberikan staf sebuah tanggung jawab untuk mencapaikan mutu dalam lingkungan
mereka. Staf membutuhkan kebebasan kerja dalam kerangka kerja yang sudah jelas dan
tujuan organisasi yang sudah diketahui. Konsep TQM selanjutnya menjelaskan bahwa mutu
sekolah mencakup dan menekankan pada tiga kemampuan, yaitu kemampuan akademik,
kemampuan sosial, dan kemampuan moral. Menurut teori ini, mutu sekolah ditentukan oleh
tiga variabel, yakni kultur sekolah, proses belajar mengajar dan realitas sekolah. Kultur
sekolah merupakan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, upacara-upacara, slogan-slogan, dan
berbagai perilaku yang telah lama terbentuk di sekolah dan diteruskan dari satu angkatan ke
angkatan berikutnya baik secara sadar maupun tidak. Kultur ini diyakini mempengaruhi
perilaku komponen sekolah, yaitu guru, kepala sekolah, staf administrasi, siswa, dan juga
orang tua siswa. Kultur yang kondusif bagi peningkatan mutu akan mendorong perilaku
warga sekolah kea rah peningkatan mutu sekolah, sebaliknya kultur sekolah yang tidak
kondusif akan menghambat upaya menuju peningkatan mutu sekolah.
Kultur sekolah dipengaruhi dua variabel, yakni variabel pengaruh eksternal dan
realitas sekolah itu sendiri. Pengaruh eksternal dapat berupa kebijakan pendidikan yang
dikeluarkan pemerintah, perkembangan media massa dan lain sebagainya. Realitas adalah
keadaan dan kondisi factual yang ada di sekolah, baik kondisi fisik seperti gedung dan
fasilitasnya, maupun non fisik seperti ; hubungan antar guru yang tidak harmonis dan
peraturan sekolah yang terlalu kaku. Realitas sekolah mempengaruhi mutu sekolah. Sekolah
yang memilki peraturan yang diterima dan dilaksanakan oleh warga sekolah akan memiliki
dampak atas mutu yang berbeda dengan sekolah yang memliki peraturan tetapi tidak
diterima warga sekolah. Kualitas kurikulum dan proses belajar mengajar merupakan variabel
ketiga yang mempengaruhi mutu sekolah. Variabel ini merupakan variabel yang paling dekat
dan paling menentukan mutu lulusan. Kualitas kurikulum dan PBM memilki hubungan
timbal balik dengan realitas sekolah. Di samping itu juga dipengaruhi oleh faktor internal
sekolah. Faktor internal adalah aspek kelembagaan dari sekolah seperti struktur organisasi,
bagaimana pemilihan kepala sekolah, pengangkatan guru. Faktor internal ini akan

8
Saihu dan Taufik, “Perlindungan Hukum Bagi Guru,” Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam 2, no. 2
(2019): 105; Saihu dan Cemal Sahin, “The Harmonious Dialectics Between Hindu-Muslim in Bali (A Study in
Jembrana Regency),” Religia Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman 80, no. 1 (2020): 56–80; SAIHU, “OPERASIONALISASI
TEORI PENDIDIKAN BEHAVIORISTIK DALAM TRADISI NGEJOT DI BALI,” Cakrawla: Studi Manajemen Pendidikan
Islam Dan Studi Sosial 3, no. 2 (2019): 143–62; Saihu, “PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL
(STUDI DI JEMBRANA BALI),” Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam 8, no. 1 (2019): 69–90.

8
Tugas Jurnal Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan 2020
mempengaruhi pandangan dan pengalaman sekolah. Selain itu, pandangan dan pengalaman
sekolah juga akan dipengaruhi oleh faktor eksternal.9

Strategi Perencanaan Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tantangannya


Strategi merupakan penentuan suatu tujuan jangka panjang dari suatu lembaga dan
aktivitas yang harus dilakukan guna mewujudkan tujuan tersebut, disertai alokasi sumber
yang ada sehingga tujuan dapat diwujudkan secara efektif dan efesien. Penentuan tujuan
dan aktivitas yang dilakukan bermula dari kondisi saat ini yang ada dan kondisi yang akan
dicapai masa depan sebagai tujuan. Terdapat tiga perencanaan strategis yang berkaitan
dengan peningkatan mutu sekolah, yaitu strategi yang menekankan pada hasil (the output
oriented strategy), strategi yang menekankan pada proses (the process oriented strategy),
dan strategi komprehensif (the comprehensive strategy). Strategi yang menekankan pada
hasil bersifat top down, di mana hasil yang akan dicapai baik kuantitas maupun kualitas
telah ditentukan dari atas, bisa dari pemerintah pusat, pemerintah daerah propinsi, ataupun
pemerintah daerah kabupaten/kota. Kasus di Indonesia saat ini, hasil yang harus dicapai
telah dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Kompetensi Dasar. Untuk
mencapai standar yang telah ditetapkan pemerintah juga akan menetapkan berbagai
standar yang lain, seperti standar proses, standar pengelolaan, standar fasilitas, dan standar
tenaga pendidik.10
Strategi yang menekankan pada hasil ini akan sangat efektif karena sasarannya jelas
dan umum, sehingga apabila diikuti dengan pedoman, pengendalian dan pengorganisasian
yang baik serta kebijakan yang memberikan dorongan sekaligus ancaman bagi yang
menyimpang, strategi ini akan akan sangat efesien. Namun, dibalik kebaikan tersebut
strategi ini juga mengandung sisi kelemahan yakni akan terjadi kesenjangan yang semakin
besar antara sekolah yang maju dan sekolah yang terbelakang. Sekolah yang sudah siap
untuk mencapai hasil yang ditentukan akan dengan mudah mencapainya, sebaliknya
sekolah yang tidak siap sulit untuk mencapai hasil yang ditentukan dan akan muncul upaya-
upaya yang tidak sehat atau muncul keputus-asaan.
Untuk strategi yang menekankan pada prosesi muncul, tumbuh berkembang dan
digerakkan mulai dari bawah, yakni sekolah sendiri. Pelaksanaan strategi ini sangat
ditentukan oleh inisiatif dan kemampuan dari sekolah. Karena sekolah memilki peran yang
9
Saihu, “Urgensi ‘Urf dalam Tradisi Male dan Relevansinya dalam Dakwah Islam di Jembrana-Bali,” Jurnal
Bimas Islam 12, no. 1 (2019): 174–201; Ismail Suardi Wekke et al., “International Relation of The Asia Pasific in
The Trump,” Journal of Enviromental Treatment Techniques 8, no. 1 (2020): 204–6; Ahmad Zain Sarnoto Saihu,
Abd. Aziz, Fatkhul Mubin, “DESIGN OF ISLAMIC EDUCATION BASED ON LOCAL WISDOM (An analysis of Social
Learning Theories in Forming Character through NgejotTradition in Bali),” International Journal of Advanced
Science and Technology 29, no. 6 (2020): 1278–93.
10
Saihu, “Pendidikan Sosial Yang Terkandung dalam Surat AT-Taubah Ayat 71-72,” Edukasi Islami: Jurnal
Pendidikan Islam 09, no. 01 (2020): 146, https://doi.org/10.30868/ei.v9i01.703; Saihu, “Konsep Pembaharuan
Pendidikan Islam Menurut Fazlurrahman,” Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam 2, no. 1 (2020): 85,
https://doi.org/org/10.36671/andragogi.v1i3.66; Agus Mailana Saihu, “Teori pendidikan behavioristik
pembentukan karakter masyarakat muslim dalam tradisi Ngejot di Bali,” Ta’dibuna 8, no. 2 (2019): 168; Saihu,
“Pendidikan Islam Multikulturalisme,” Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam 1, no. 2 (2019): 170–87,
https://doi.org/10.36670/alamin.v1i2.8.

9
Tugas Jurnal Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan 2020
sangat menentukan dan sekaligus pengambil inisiatif, maka akan muncul semangat dan
kekuatan dari sekolah sesuai kondisi dari masingmasing sekolah. Gerakan untuk
memperkuat diri dengan bekerja sama di antara sekolah akan lahir yang akan diikuti dengan
munculnya berbagai inovasi dan kreasi dari bawah.
Namun, strategi ini memiliki kelemahan yaitu arah dan kualitas sekolah tidak seragam,
sehingga sulit untuk melihat dan meningkatkan kualitas secara nasional. Layaknya, kalau
ada dua pendapat yang bertolak belakang akan muncul pendapat ke tiga yang merupakan
perpaduan diantaranya. Demikian pula dalam kaitan dengan strategi, muncul strategi
peningkatan mutu sekolah yang ketiga yang merupakan kombinasi dari dua strategi yang
sudah ada. Strategi ini disebut strategi yang komprehensif (the comprehensive strategy).
Strategi ini menggariskan bahwa hasil yang akan dicapai sekolah ditentukan secara nasional,
yang diwujudkan dalam dalam standar nasional. Untuk mencapainya maka berbagai standar
yang berkaitan dengan hasil juga ditentukan sebagai jaminan hasil akan dicapai. Maka lahir
lah pula standar proses, standar pengelolaan sekolah, standar guru, kepala sekolah dan
pengawas, standar keuangan, standar isi kurikulum, serta standar sarana prasarana. Di balik
standar yang telah ditentukan dari atas tersebut, sekolah memiliki kekuasaan dan otoritas
yang besar untuk mengelola sekolah dalam rangka mencapai standar hasil di atas.
Berdasarkan strategi ini diperkiarakan akan muncul berbagai inovasi kegiatan dari sekolah.
Bahkan, tidak mustahi akan muncul kenekaragaman dalam pengelolaan sekolah. Dengan
demikian kondisi dan kebutuhan lokal terakomodasi dengan strategi komprehensif.
Tujuannya bersifat nasional tetapi cara mencapainya sesuai dengan kondisi lokal. Strategi
peningkatan mutu sekolah yang ada di Indonesia cenderung pada strategi yang ketiga ini,
sebagimana dapat ditunjukkan dengan adanya berbagai standar nasional yang menjadi
acuan sekolah, namun sekolah diberi kebebasan dalam bentuk kebijakan manajemen
berbasis sekolah dan kurikulum berbasis kompetensi dengan kewenangan sekolah
mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (setelah dievaluasi Kurikulum
2013 ternyata belum siap diimplementasikan). Setiap strategi mengandung kegiatan yang
harus dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Kegiatan ini pada
intinya adalah menggerakkan semua komponen sekolah yang bermuara pada peningkatan
kualitas lulusan. Strategi untuk meningkatkan mutu mencakup membangun kapasitas level
birokrat, sekolah dan kelas.

1. Membangun kapasitas level birokrat


Membangun kapasitas (capacity building) adalah sesuatu yang berkaitan dengan
penciptaan kesempatan bagi siapa saja untuk mengambil manfaat dari bekerjasama dalam
suatu sistem kerja yang baru. Konsep ini menekankan pada kerja sama sebagai prinsip
dalam organisasi untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Capacity building
yang diperlukan mencakup tiga hal; a) pengembangn nilai-nilai atau budaya kerja yang
menjadi jiwa pelaksanaan kegiatan, b) infrastruktur yang mejnadi landasan untuk
melaksanakan kerja, dan c). pengembangn tenaga pendidik, khususnya guru, sebagai inti
pelaksana kegiatan yang harus dilaksanakan.

10
Tugas Jurnal Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan 2020
Membangun kapasitas level birokrat berarti mengembangkan suasana kerja di
kalangan staf dan pegawai kantor pendidikan di segala jenjang, yang menekankan pada
penciptaan kondisi kerja yang didasarkan pada saling percaya mempercayai untuk dapat
melayani sekolah sebaik mungkin, agar sekolah dapat mengelola proses belajar mengajar
(PBM) dan meningkatkan mutunya masing-masing sesuai dengan kondisi dan situasi yang
ada. Variabel yang diperlukan dalam pengembangan kapasitas birokrat institusional antara
lain visi, skills, incentive, sumber daya, dan program.
Dalam aspek pengembangan tenaga pendidikan ini pula birokrat kantoran harus
mempersiapkan rancangan pengadaan gueu, baik karena lingkaran proses pensiun sudah
mulai muncul maupun perluasan pelayanan pendidikan yang semakin lebar, sehingga
penambahan lembaga pendidikan baru tidak dapat ditunda lagi.
Peningkatan kemampuan profesioanalitas guru yang harus dimiliki oleh guru ada empat
sasaran, yaitu; 1) kemampuan melaksanakan PBM secara individual, 2) kemampuan
melaksanakan PBM dan mengembangkan kurikulum secara berkelompok, 3) kemampuan
mengorganisir, memimpin, menjalin, hubungan, dan memecahkan masalah secara
individual dan, 4) kemampuan untuk bekerja sama memajukan sekolah.

2. Membangun kapasitas level sekolah


Membangun kapasitas berarti membangun kerjasama, membangun trust, dan
membangun kelompok atau masyarakat sehingga memiliki persepsi yang sama kemana
akan menuju dan dapat bekerjasama untuk mewujudkan tujuan itu. Membangun kapasitas
diarahkan pada sekolah sebagai suatu system dan juga level kelas sebagai inti dari sekolah.
Secara teoritis dalam membangun kapasitas sekolah ada beberapa konsep yang
diidentifikasi oleh Hopkins & Jackson, yaitu ; pertama, dalam membangun kapasitas sekolah
individu memegag peranan penting. Individu dalam hal ini bisa kepala sekolah, guru ataupun
siswa. Kedua, hubungan dan kaitan kerja di antara individu-individu yang dirangkum dalam
suatu aturan sehingga mereka dapat bekerja sebagai suatu tim yang solid. Ketiga, terdapat
suatu sistem dan mekanisme yang mendorong dan memfasilitasi terjadinya kesatuan kerja
dan jaringan kerja internl yang akan meningkatkan kemampuan individu dan kauitas
kerjasama. Keempat, keberadaan pemimpin yang mampu mengembangkan nilai-nilai,
kultur, trust, keutuhan sosial, dan kebersamaan yang tulus. Jadi, membangun kapasitas
mencakup membangun diri idividu, kelompok dan organisasi di satu sisi dan membangun
kepemimpinan di sisi lain. Membangun kapasitas level sekolah mencakup ; mengembangkan
visi dan misi, mengembangkan kepemimpinan dan manajemen sekolah, mengembangkan
kultur sekolah, mengembangkan a learning school, dan melibatkan orang tua, alumni dan
masyarakat serta memahami tantangan yang dihadapi kepala sekolah.

3. Membangun kapasitas level kelas

Inti dari mutu pendidikan terletak pada apa yang terjadi di ruang kelas. Meningkatkan
mutu sekolah pada intinya berujung pada peningkatan mutu belajar mengajar di ruang
kelas. Oleh karenanya, membangun kapasitas sekolah harus membangun kapasitas kelas.

11
Tugas Jurnal Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan 2020
Kapasitas kelas merupakan proses yang memungkinkan interaksi akademik antara guru dan
siswa, dan antara komponen di sekolah yang berlangsung secara positif. Interaksi anatar
guru dan siswa merupakan inti dari kegiatan di sekolah. Interaksi memiliki dua macam sifat,
yakni: sifat positif dan negatif. Interaksi yang positif akan melahirkan energi yang positif
yang akan mendukung peningkatan mutu. Sebaliknya interaksi negatif akan
menghasilkan dampak negatif bagi upaya peningkatan mutu.
Dengan demikian, kepala sekolah harus melakukan rekayasa agar di kelas muncul
interaksi guru dan siswa yang bersifat positif. Beberapa hal ihwal yang berkaitan erata
dengan pembangunan kapaistas level kelas antara lain ; a) memahami hakekat proses
belajar mengajar, b) memahami karakteristik kerja guru, c) mengembangkan kepemimpinan
pembelajaran, d) meningkatkan kemampuan mengelola kelas, e) tantangan guru.

Tantangan Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah

Di bawah ini akan diuraikan beberapa tantangan peningkatan kualitas pendidikan di


sekolah secara umum, yaitu: 1. Efektifitas pendidikan di Indonesia yang masih rendah
Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi pendidikan melakukan
penelitian dan survey ke lapangan, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tujuan
pendidikan yang jelas sebelm kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan
peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal” apa yang akan dihasilkan sehingga tidak
mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan. 2. Efisiensi pengajaran di
sekolah yang masih bermasalah Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari
suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’.
Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk
memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah
yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan
prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah disepakati. Beberapa
masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang
digunakan dalam proses pendidikan, mutu pengajar, sistem pendidikan dan banyak hal lain
yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga
berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik. Konsep
efisiensi selalu dikaitkan dengan efektivitas. Efektivitas merupakan bagian dari konsep
efisiensi karena tingkat efektivitas berkaitan erat dengan pencapaian tujuan relative
terhadap harganya. Apabila dikaitkan dengan dunia pendidikan, maka suatu program
pendidikan yang efisien cenderung ditandai dengan pola penyebaran dan pendayagunaan
sumber-sumber pendidikan yang sudah ditata secara efisien.
Program pendidikan yang efisien adalah program yang mampu menciptakan
keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan akan sumber-sumber pendidikan sehingga
upaya pencapaian tujuan tidak mengalami hambatan. 3. Standarisasi pendidikan di
Indonesia Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam pendidikan
formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan kompetensi.

12
Tugas Jurnal Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan 2020
Kualitas pendidikan diukur oleh standar dan kompetensi di dalam berbagai versi, demikian
pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan standardisasi dan
kompetensi tersebut seperti Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP). Peserta didik
terkadang hanya memikirkan bagaimana agar mencapai standar pendidikan saja, bukan
bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak peduli
bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang
terpenting adalah memenuhi nilai di atas standar saja. Hal seperti di atas sangat
disayangkan karena berarti pendidikan.
seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu
jelas salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. 4. Perubahan Sikap
dan perilaku birokrasi pendidikan dari sikap sebagai birokrat menjadi sikap dan perilaku
sebagai pelayan pendidikan yang masih sulit dilaksanakan. 5. Alokasi anggaran yang
langsung berkaitan dengan proses belajar mengajar masih terbatas. 6. Tidak meratanya
tenaga guru di sekolah-sekoalh akibat distribusi tenaga guru di Indonesia yang timpang. 7.
Penerapan pola manajemen berbasis sekolah bertentangan kebijakan pendidikan gratis
yang disalahgunakan oleh kepentingan politik tertentu di daereh, sehingga masyarakat salah
memahami prinsip kebijakan pendidikan gratis itu sendiri. 8. Adanya kesenjangan kualitas
pendidikan antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan.

D. KESIMPULAN

Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, simpulan yang diperoleh dari makalah ini
adalah sebagai berikut.

1. Sistem pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan harus dibangun dan


dikembangkan secara nasional dalam upaya meningkatkan daya saing, citra, dan
akuntabilitas publik.

2. Kegiatan penjaminan mutu tertuju pada proses untuk membangun kepercayaan


dengan cara melakukan pemenuhan persyaratan atau standar minimum pada
komponen input, komponen proses dan hasil atau outcome sesuai dengan yang
diharapkan oleh stake holders.

3. Penerapan penjaminan mutu ini yang ada bersifat formal dan ada yang bersifat
informal. Penjaminan mutu dilakukan oleh lembaga yang ada diluar organisasi yang
bersifat independen secara khusus menjalankan evaluasinya agar terpenuhinya standar
mutu untuk akreditasi atau sertifikasi. Penjaminan mutu secara informal, dilakukan oleh
suatu gugus penjaminan mutu (quality circle) dalam organisasi itu sendiri (internal)
dengan tugas utama adalah menentukan standar mutu, sistem penilaian, dan
mengembangkan instrumen untuk melakukan penilaian atau audit tersebut. Dalam
penentuan, quality standart merupakan langkah pertama yang harus diambil dalam
konteks penjaminan mutu formal maupun informal. Penjaminan mutu formal melalui

13
Tugas Jurnal Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan 2020
ISO yaitu merupakan aplikasi dan prinsip penjaminan mutu yang di dalamnya
menentukan proses dan sistem yang dijadikan pedoman oleh suatu perusahaan untuk
menjamin suatu produknya sesuai dengan kebutuhan pelanggan, untuk mendapat
sertifikasi dari badan internasional.

4. Penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggungjawab satuan


pendidikan yang harus didukung oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan
pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan masing-masing serta
peran serta masyarakat. Pada level Pemerintah dilaksanakan oleh Departemen
Pendidikan Nasional, Departemen Agama, dan Departemen Dalam Negeri serta instansi
terkait lainnya. Pada level Pemerintah Daerah Propinsi dilaksanakan oleh Dinas
Pendidikan Propinsi, LPMP dan Kantor Wilayah Departemen Agama, sedangkan pada
level pemerintah daerah kabupaten/kota dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota dan Kantor Departemen Agama.

14
Tugas Jurnal Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan 2020

DAFTAR PUSTAKA

Satori Djam’an, Pengawas Profesional (Profesionalisasi Pengawas Sekolah). Materi


Pembekalan Calon Pengawas. Bogor : 9-11 September 2014
Ginting Rosalina, dan Titik Haryati, Kepemimpinan dan Konteks Peningkatan Mutu
Pendidikan, Jurnal Ilmiah CIVIS Volume II No 2, Maret 2020 .
Sallis Edward, Total Quality Management in Education.( Yogyakarta : Penerbit IRCiSoD. cet
XVI 2012 ).
Sanusi Achmad, Beberapa Dimensi Pendidikan, Fakultas Pasca Sarjana: IKIP Bandung. 1990
Depdikna, Manajemen Peningkatan Mutu BerbasisSekolah; Buku 1. Koonsep Dasar. Jakarta:
Depdiknas. 2021
Abd Aziz, Athoillah Islamy, Saihu. “Existence Of Naht Method In The Development Of
Contemporary Arabic Language Taqdir: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan
Kebahasaaraban p - ISSN 2527 - 9807 | e - ISSN 2621 - 11 57 19 Existence Of Naht
Method In The Development Of Contemporary Arabic Languag.” T aqdir: Jurnal
Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, 2019, 19–28.
Abd Aziz, Saihu. “Interpretasi Humanistik Kebahasaan: Upaya Kontekstualisasi Kaidah
Bahasa Arab.” Arabiyatuna 3, no. 2 (2019): 300–314.
Saihu, Abd. Aziz, Fatkhul Mubin, Ahmad Zain Sarnoto. “DESIGN OF ISLAMIC EDUCATION
BASED ON LOCAL WISDOM (An analysis of Social Learning Theories in Forming
Character through NgejotTradition in Bali).” International Journal of Advanced Science
and Technology 29, no. 6 (2020): 1278–93.
Saihu. “Harmonisasi Hindu-Muslim di Jembrana-Bali Melalui Tradisi Male,” 2019.
http://www.aswajadewata.com/harmonisasi-hindu-muslim-di-jembrana-bali-melalui-
tradisi-male/2019/.
———. “Implementasi Manajemen Balanced Score Card di Pondok Pesantren Jam’iyyah
Islamiyyah Tangerang Selatan.” Mumtaz: 3, no. 1 (2019): 2.
https://doi.org/https://doi.org/10.36671/mumtaz.v3i2.45.
———. “Konsep Pembaharuan Pendidikan Islam Menurut Fazlurrahman.” Andragogi: Jurnal
Pendidikan Islam 2, no. 1 (2020): 85. https://doi.org/org/10.36671/andragogi.v1i3.66.
———. “Lebaran Sarana Rujuk Nasinal,” 2019. http://www.aswajadewata.com/lebaran-
sarana-rujuk-nasional/.
———. “Pendidikan Islam Multikulturalisme.” Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
1, no. 2 (2019): 170–87. https://doi.org/10.36670/alamin.v1i2.8.
———. “PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL (STUDI DI JEMBRANA BALI).”
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam 8, no. 1 (2019): 69–90.
———. “Pendidikan Sosial Yang Terkandung dalam Surat AT-Taubah Ayat 71-72.” Edukasi
Islami: Jurnal Pendidikan Islam 09, no. 01 (2020): 146.
https://doi.org/10.30868/ei.v9i01.703.
———. “Rintisan Peradaban Profetik Umat Manusia Melalui Peristiwa Turunnya Adam AS
Ke-Dunia.” Mumtaz 3, no. 1 (2019): 268–79.
https://doi.org/https://doi.org/10.36671/mumtaz.v3i2.44.
———. “Teologi Damai Dari Pesantren,” 2019. https://www.aswajadewata.com/teologi-
damai-dari-pesantren/2019/.
———. “Urgensi ‘Urf dalam Tradisi Male dan Relevansinya dalam Dakwah Islam di

15
Tugas Jurnal Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan 2020
Jembrana-Bali.” Jurnal Bimas Islam 12, no. 1 (2019): 174–201.
SAIHU. “OPERASIONALISASI TEORI PENDIDIKAN BEHAVIORISTIK DALAM TRADISI NGEJOT DI
BALI.” Cakrawla: Studi Manajemen Pendidikan Islam Dan Studi Sosial 3, no. 2 (2019):
143–62.
Saihu, Agus Mailana. “Teori pendidikan behavioristik pembentukan karakter masyarakat
muslim dalam tradisi Ngejot di Bali.” Ta’dibuna 8, no. 2 (2019): 168.
Saihu, Made. Merawat Pluralisme Merawat Indonesia: Potret Pendidikan Pluralisme Agama
di Jembrana-Bali. Yogyakarta: DEEPPUBLISH, 2019.
Saihu, dan Cemal Sahin. “The Harmonious Dialectics Between Hindu-Muslim in Bali (A Study
in Jembrana Regency).” Religia Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman 80, no. 1 (2020): 56–80.
Saihu, Saihu. “Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal (Studi Di Jembrana Bali).” Edukasi
Islami: Jurnal Pendidikan Islam 8, no. 01 (2019): 69–90.
https://doi.org/10.30868/ei.v8i01.364.
Saihu, dan Taufik. “Perlindungan Hukum Bagi Guru.” Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya
Islam 2, no. 2 (2019): 105.
Wahidin, Adi, Dodi, Fahroji, dan Saihu. “Konsep Dasar Perencanaan,” 2016.
Wekke, Ismail Suardi, Ronaldo Reza, Achmad Zulfikar, Saihu, dan Ismail Suardi Wekke.
“International Relation of The Asia Pasific in The Trump.” Journal of Enviromental
Treatment Techniques 8, no. 1 (2020): 204–6.
Saihu, Abd Aziz, Fatkhul Mubin, and Ahmad Zain Sarnoto. “Design of Islamic Education Based
on Local Wisdom (An Analysis of Social Learning Theories in Forming Character through
Ngejot Tradition in Bali).” International Journal of Advanced Science and Technology 29,
no. 06 SE-Articles (April 26, 2020): 1278–93.
http://sersc.org/journals/index.php/IJAST/article/view/11802.

16

Anda mungkin juga menyukai