Anda di halaman 1dari 15

NI WAYAN RISKA ANANDA (29)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu dan juga kelancaran pada proses penyusunan makalah
ini. Tidak lupa, kami juga mengucapkan Terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah banyak berkontribusi memberikan pendapat, dan lain sebagainya
dalam proses penyusunan makalah ini.
Makalah ini disusun berdasarkan pengumpulan data, pengolahan data, serta
analisis data yang telah dilakukan oleh kami dengan menggunakan metode
penelitian yang telah ditentukan oleh kami.
Harapan kami kedepannya makalah ini dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi siapapun pembacanya. Dan semoga pembaca berkenan
untuk memaklumi kekurangan-kekurangan yang terdapat pada makalah ini
serta penulis mengharapkan pembaca dapat memberikan suatu kritik dan
saran-saran yang membangun.
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………
DAFTAR ……………………………………………………………………………
1.BAB l : PENDAHULUAN............................................................................
1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………….....
1.2 TUJUAN………………………………………………………………………..
1.3 RUMUSAN MASALAH……………………………………………………….
1.4 MANFAAT……………………………………………………………………..
2. BAB II : PEMBAHASAN………………………………………………………
2.1 ISI.............................................................................................................
3.2 METODE PENELITIAN...........................................................................
3.BAB III : PENUTUP…………………………………………………………….
3.1 KESIMPULAN………………………………………………………………...
3.2 SARAN………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...
LEMPIRAN…………………………………………………………………….......
4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang mendasar yang

dihadapi oleh Bangsa Indonesia.Hal tersebut ditandai dengan adanya berbagai

kekurangan dan ketidakberdayaan diri si miskin. Dewasa ini di indonesia kemiskinan

sudah terjadi sejak jaman dahulu dimana pemerintah Indonesia tidak dapat menekan

angka kemiskinan dari tahun ke tahun bahkan kemiskinan sudah menjadi pekerjaan

yang serius untuk pemerintah kita. Banyak cara yang telah dilakukan oleh

pemerintah, tapi untuk menekan atau bahkan mengurangi angka kemiskinan sangatlah

sulit. Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya, ternyata tidak

sedikit penduduk yang tergolong miskin. Jumlah penduduk miskin tersebut terdiri

dari gabungan penduduk di perkotaan dan di perdesaan.Akibat krisis jumlah

penduduk miskin diperkirakan makin bertambah.

Beberapa program pemerintah yang sudah dijalankan untuk mengatasi

masalah kemiskinan diantaranya adalah program Bantuan Langsung serta bantuan

dibidang kesehatan yaitu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Namun kedua

hal tersebut tidak memiliki dampak signifikan terhadap pengurangan angka

kemiskinan, bahkan beberapa pakar kebijakan Negara menganggap bahwa hal

tersebut sudah seharusnya dilakukan pemerintah. Untuk itu pemerintah perlu

membuat ketegasan dan kebijakan dalam rangka menyelesaikan masalah kemiskinan

ini. Diantaranya yaitu menciptakan lapangan kerja yang mampu menyerap banyak
5

tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran, karena pengangguran adalah salah

satu sumber penyebab kemiskinan terbesar.

Barang-barang bekas yang terbuang di tempat sampah menjadi potret rutin

sering kita jumpai di setiap sudut pemukiman. Hubungan antara keberadaan barang

bekas dengan lingkungan tidak terlepas dari kegiatan para pemulung yang dapat

dijadikan agen pengelola limbah barang bekas baik untuk bahan daur ulang atau

dimanfaatkan sebagai sesuatu yang masih berguna. Para pemulung sebagai aktor

dalam kegiatan pengelolaan barang bekas dari sampah rumah tangga menjadi

fenomena sosial yang penting untuk masalah pengelolaan lingkungan. Keberadaan

para pemulung sebagai pekerja sektor informal menjadikan pekerjaan tersebut sebagai

pekerjaan tetap dan pada dasarnya mempunyai etos kerja dalam memanfaatkan

barang bekas. Kehadiran pemulung telah membantu dalam

pembangunan meskipun tampaknya kecil yaitu secara tidak sengaja telah turut andil

dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Namun keberadaan pemulung tentu menimbulkan berbagai asumsi tentang

pemulung itu sendiri, masyarakat cenderung apatis dengan kehadiran pemulung.

Banyak diantara warga masyarakat beranggapan bahwa pemulung adalah kelompok

pekerja yang kurang mengerti dan tidak menanam budi pekerti dalam dirinya.

Masyarakat beranggapan bahwa pemulung itu panjang tangan, pemulung sangat

kumuh, dan sebagainya. Padahal kalau di cermati, pemulung merupakan komponen

masyarakat yang mempunyai peran besar dalam masalah penyelamatan lingkungan.


6

Mereka memungut sampah yang tidak dapat diurai oleh tanah seperti sampah

plastik, kaleng, dan lain sebagainya, sehingga benda-benda yang dianggap sampah

oleh masyarakat dapat di manfaatkan kembali melalui proses daur ulang sampah.

Dengan demikian, volume sampah yang menggunung di lingkungan sekitar

merupakan permasalahan yang tidak kunjung berakhir dapat diminimalisasikan oleh

pemulung.

Para pemulung bisa jadi tidak memahami apa makna pahlawan yang

sesungguhnya. Pada kenyataannya, mereka telah mengaplikasikan nilainilai

kepahlawanan sejati kedalam setiap aliran darah, desahan napas, dan kucuran

keringatnya. Mereka rela berkorban untuk direndahkan martabatnya tanpa

mempunyai pamrih untuk menggugatnya. Mereka rela diberi persepsi negatif sebagai

maling tanpa punya pamrih untuk melakukan pemberontakan. Mereka juga merelakan

dirinya dipanggang terik matahari demi memenuhi tuntutan perut sanak keluarganya

Oliver (2007 : 65).Sejauh ini, usaha pemerintah dalam menangani berbagai masalah

yang menimpah para pemulung belum nampak. Namun kenyataannya, adanya para

pemulung di kota Makassar ini justru malah dianggap sebelah mata oleh pemerintah.

Semestinya pemerintah cepat tanggap dengan permasalahan yang terjadi di berbagai

lapisan masyarakat, mulai dari tingkat perekonomiannya yang rendah hingga yang

tinggi.

Pemerintah seharusnya memperhatikan nasib para pemulung agar hidupnya

lebih layak salah satunya dengan membuat harga jual barang bekas seperti plastik,

botol, menjadi stabil. Dengan begitu, para pemulung akan lebih semangat dalam

bekerja memulung sampah-sampah yang berserakan di jalan-jalan, sungai dan di


7

tempat pembuangan akhir. Selain itu, untuk lebih menyejahterakan kehidupan para

pemulung yang ada di kota Makassar, pemerintah sebaiknya memberikan pelatihan

pendidikan ilmu kewirausahaan kepada para pemulung. Terutama mengajarkan

pemulung bagaimana cara mengolah sampah menjadi bahan yang siap dipakai atau

dijual. Sehingga membuat para pemulung dapat membuka lapangan kerja sendiri

bahkan bisa membuka lapangan kerja bagi orang lain. Hal ini tentu saja dapat

mengurangi jumlah penggangguran yang ada di kota Makassar sedikit demi sedikit.

1.2. Tujuan

Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

peran sosial pemulung dalam menyelamatkan lingkungan di Kelurahan Tamangapa

Kecamatan Mangala Kota Makassar.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah yang cukup relevan untuk

dibahas adalah sebagai berikut: Bagaimana peran sosial pemulung dalam

menyelamatkan lingkungan di Kelurahan Tamangapa Kecamatan Mangala Kota

Makassar ?

1.4. Manfaat

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang dapat di peroleh

adalah:

a. Manfaat bagi penulis


8

Disamping itu untuk menuangkan minat penulis yang ingin mengungkapkan

peran sosial pemulung dalam menyelamatkan lingkungan.

b. Manfaat bagi masyarakat

Sebagai bahan masukan kepada masyarakat di kota Makassar, agar dapat

menghilangkan prespektif negatif terhadap pemulung.

BAB ll
PEMBAHASAN

2.1 ISI
Diantaranya yaitu menciptakan lapangan kerja yang mampu menyerap banyak
tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran, karena pengangguran
adalah salah satu sumber penyebab kemiskinan terbesar. Salah satu kondisi
yang memprihatinkan dari Negara Indonesia adalah tingginya tingkat
kepadatan penduduk tetapi tidak diimbangi oleh tingkat pertumbuhan
ekonomi kota, tingginya pertumbuhan penduduk di kota disebabkan oleh
adanya migrasi penduduk desa ke kota yang disebut urbanisasi. Urbanisasi di
Negara yang sedang berkembang dapat meningkatkan jumlah penduduk kota
menjadi sangat besar, namun kualitas yang dimiliki sangat rendah Wurdjinem
(2001). Faktorfaktor yang menjadi pendorong bagi migrasi ke kota salah
satunya adalah kepadatan penduduk dan kemiskinan. Kesemuanya ini
9

menghasilkan suatu keadaan dimana alternatif untuk memperoleh pekerjaan


yang menghasilkan pendapatan yang layak di desa menjadi terbatas.

Warga desa yang datang ke kota karena faktor ekonomi pada umumnya
adalah orang-orang yang tidak mempunyai kedudukan sosial yang tinggi di
desanya. Mereka biasanya juga bukan orang-orang yang mempunyai
pengetahuan atau ketrampilan yang dapat digunakan untuk memperoleh
jabatan atau pekerjaan dalam struktur-struktur formal yang ada, yang dapat
menghasilkan pendapatan yang baik untuk dapat hidup secara layak.

Kehadiran sektor informal memegang peranan yang sangat penting dalam


kehidupan perkotaan, karena dapat menunjang tersedianya lapangan pekerjaan
dan merupakan sumber pendapatan yang potensial bagi penduduk di kota.
Mereka yang terlibat dalam sektor informal pada umumnya miskin
kebanyakan dalam usia kerja utama (prime age) berpendidikan rendah, upah
yang diterima di bawah upah minimum, modal usaha rendah dan sektor ini
memberikan kemungkinan untuk mobilitas vertikal. Sebagian kaum migran
dalam sektor informal adalah penganggur atau tidak termasuk dalam angkatan
kerja sebelum bermigrasi, tetapi kebanyakan kaum migran terdiri dari
masysrakat yang berpindah dari sektor pertanian ke sektor yang non
pertanian. Juga, kebanyakan kaum migran berasal dari daerah pedesaan.

Di kota Makassar khususnya di Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala


yang sebagian masyarakatnya juga merupakan kaum migran, kebanyakan
bekerja di sektor informal antara lain sebagai sopir, pedagang kaki lima,
buruh bangunan, pengamen bahkan lebih banyak yang bekerja sebagai
pemulung. Pemulung adalah seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai
pencari barang yang sudah tidak terpakai atau dalam kenyataan sehari-hari,
maka orang yang berkecimpung dalam proses pemulungan atau sebagai
pemulung adalah orang yang bekerja sebagai pengais sampah, dimana antara
pemulung dan sampah sebagai dua sisi mata uang, dimana ada sampah pasti
ada pemulung dan dimana ada pemulung disitu ada sampah. Dalam menjalani
pekerjaannya, pemulung dapat dibedakan menjadi dua yaitu, pemulung yang
menetap dan pemulung yang tidak menetap. Pemulung menetap adalah
pemulung yang bermukim di gubuk-gubuk rumah tidak layak huni, ataupun
rumah yang semipermanen. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok
pemulung tidak menetap adalah pemulung yang mencari sampah dari gang ke
gang, jalanan, tong sampah warga, pinggir sungai dan lainnya. Sebagian besar
10

para pemulung di daerah ini mempunyai latar belakang kehidupan di pedesaan


yang berasal dari keluarga petani dan memiliki tingkat pendidikan yang
rendah.

Lingkungan dan manusia melakukan hubungan timbal balik dan membuat


interaksi antar keduanya menjadi saling tergantung, mempengaruhi dan saling
bersinggungan Sarwono (1995). Sebagai suatu gejala geologis manusia
adalah relatif konstan, baik dipandang dari segi ruang maupun waktu. Setiap
manusia mempunyai kemampuan dan kebutuhan hidup yang sama sejak ia
dilahirkan. Di dalam perjalanannya lingkungan hidup mengalami perubahan-
perubahan secara berangsurangsur dan terus menerus, tetapi perbandingannya
tetap konstan dalam waktu tetapi terjadi variasinya yang semakin kompleks
dalam ruang Soemarwoto (1997). Oleh sebab itu walaupun terjadi perbedaan-
perbedaan kepentingan hidup yang nampak di antara kelompok manusia
bukanlah sebagai suatu ancaman secara langsung pada lingkungan hidup yang
beranekaragam, akan tetapi berdampak positif jika manusia menanggapi dan
menginterpretasi tempat dimana mereka hidup melalui cakrawala pandangan
hidup mereka yang selektif yaitu kebudayaannya.

Adanya perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat, pertumbuhan


ekonomi di berbagai negara dan gaya hidup masyarakat yang konsumtif
mengakibatkan berbagai pemborosan sumber daya alam yang berakibat
kemerosotan kualitas lingkungan. Akibatnya adanya biaya yang seharusnya
dipikul oleh suatu kegiatan tertentu atau institusi tertentu ditumpahkan pada
pihak lain yang tidak mengambil keuntungan tetapi hanya menerima dampak
negatif, seperti pembangunan industri kimia, otomotif, tekstil dan sebagainya.
Masalah limbah dari suatu pabrik berupa barang bekas adalah salah satu
permasalahan yang akan menjadi beban masyarakat dalam menjaga
kelangsungan hidup mereka yang lebih baik.

Pengelolaan lingkungan menjadi sangat penting dalam era industri saat ini.
Berbagai isu lingkungan menjadi agenda kegiatan setiap masyarakat dalam
menjaga kelestarian lingkungannya. Berbagai program dan peraturan yang
telah diupayakan untuk menjaga lingkungan kadangkala masih sebatas slogan
dan himbauan. Berbagai perangkat pengelolaan lingkungan, seperti Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan
11

(AMDAL), Upaya Pengelolan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan


Lingkungan (UPL) juga masih jalan di tempat dan masyarakat belum banyak
memahami kerangka kerja perangkat tersebut. Hasilnya masih banyak
ketidakkonsistennya antara perangkat pengelolaan lingkungan dengan
tindakan masyarakat dalam menjaga keseimbangan lingkungan.

Salah satu masalah lingkungan yang hingga kini masih menjadi masalah besar
adalah pengelolaan sampah industri dan rumah tangga. Di Makassar rata-rata
setiap pabrik menghasilkan satu ton limbah plastik setiap minggunya. Jumlah
tersebut akan terus bertambah, disebabkan sifat-sifat yang dimiliki plastik,
antara lain tidak dapat membusuk, tidak terurai secara alami, tidak dapat
menyerap air, maupun tidak dapat berkarat, dan pada akhirnya menjadi
masalah bagi lingkungan. Sedangkan menurut Hartono (2005) komposisi
limbah plastik yang dibuang oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total
sampah rumah tangga.

Barang-barang bekas yang terbuang di tempat sampah menjadi potret rutin


sering kita jumpai di setiap sudut pemukiman. Hubungan antara keberadaan
barang bekas dengan lingkungan tidak terlepas dari kegiatan para pemulung
yang dapat dijadikan agen pengelola limbah barang bekas baik untuk bahan
daur ulang atau dimanfaatkan sebagai sesuatu yang masih berguna. Para
pemulung sebagai aktor dalam kegiatan pengelolaan barang bekas dari
sampah rumah tangga menjadi fenomena sosial yang penting untuk masalah
pengelolaan lingkungan. Keberadaan para pemulung sebagai pekerja sektor
informal menjadikan pekerjaan tersebut sebagai pekerjaan tetap dan pada
dasarnya mempunyai etos kerja dalam memanfaatkan barang bekas.
Kehadiran pemulung telah membantu dalam pembangunan meskipun
tampaknya kecil yaitu secara tidak sengaja telah turut andil dalam menjaga
kebersihan lingkungan.

Namun keberadaan pemulung tentu menimbulkan berbagai asumsi tentang


pemulung itu sendiri, masyarakat cenderung apatis dengan kehadiran
pemulung. Banyak diantara warga masyarakat beranggapan bahwa pemulung
adalah kelompok pekerja yang kurang mengerti dan tidak menanam budi
pekerti dalam dirinya. Masyarakat beranggapan bahwa pemulung itu panjang
tangan, pemulung sangat kumuh, dan sebagainya. Padahal kalau di cermati,
pemulung merupakan komponen masyarakat yang mempunyai peran besar
dalam masalah penyelamatan lingkungan. Mereka memungut sampah yang
12

tidak dapat diurai oleh tanah seperti sampah plastik, kaleng, dan lain
sebagainya, sehingga benda-benda yang dianggap sampah oleh masyarakat
dapat di manfaatkan kembali melalui proses daur ulang sampah.

2.2 METODE PENELITIAN

Metode Penelitian adalah cara atau upaya untuk memperoleh suatu data. Data ini

nantinya akan dideskripsikan, dibuktikan, dikembangkan, dan ditemukan akan

adanya teori pasti dari data tersebut. Sebuah kegiatan penelitian umumnya memang

dilakukan untuk memahami, memecahkan, sekaligus mengantisipasi permasalahan

yang muncul dalam kehidupan manusia


13

BAB lll
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa

kemiskinan sudah terjadi sejak jaman dahulu dimana pemerintah Indonesia tidak

dapat menekan angka kemiskinan dari tahun ke tahun bahkan kemiskinan sudah

menjadi pekerjaan yang serius untuk pemerintah kita. Banyak cara yang telah

dilakukan oleh pemerintah, tapi untuk menekan atau bahkan mengurangi angka

kemiskinan sangatlah sulit. Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya

alamnya, ternyata tidak sedikit penduduk yang tergolong miskin. Jumlah penduduk

miskin tersebut terdiri dari gabungan penduduk di perkotaan dan di perdesaan.Akibat

krisis jumlah penduduk miskin diperkirakan makin bertambah. Beberapa program

pemerintah yang sudah dijalankan untuk mengatasi masalah kemiskinan diantaranya

adalah program Bantuan Langsung serta bantuan dibidang kesehatan yaitu Jaminan

Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Namun kedua hal tersebut tidak memiliki

dampak signifikan terhadap pengurangan angka kemiskinan, bahkan beberapa pakar

kebijakan Negara menganggap bahwa hal tersebut sudah seharusnya dilakukan

pemerintah
14

3.2 SARAN

Pemerintah seharusnya memperhatikan nasib para pemulung agar hidupnya

lebih layak salah satunya dengan membuat harga jual barang bekas seperti plastik,

botol, menjadi stabil. Dengan begitu, para pemulung akan lebih semangat dalam

bekerja memulung sampah-sampah yang berserakan di jalan-jalan, sungai dan di

tempat pembuangan akhir. Selain itu, untuk lebih menyejahterakan kehidupan para

pemulung yang ada di kota Makassar, pemerintah sebaiknya memberikan pelatihan

pendidikan ilmu kewirausahaan kepada para pemulung. Terutama mengajarkan

pemulung bagaimana cara mengolah sampah menjadi bahan yang siap dipakai atau

dijual. Sehingga membuat para pemulung dapat membuka lapangan kerja sendiri

bahkan bisa membuka lapangan kerja bagi orang lain. Hal ini tentu saja dapat

mengurangi jumlah penggangguran yang ada di kota Makassar sedikit demi sedikit.
15

DAFTAR PUSTAKA

1.https://www.researchgate.net/publication/
343830753_STUDI_KARAKTERISTIK_KEHIDUPAN_SOSIAL_DAN_EKON
OMI_PEMULUNG_DI_TEMPAT_PEMBUANGAN_SAMPAH_AKHIR_TPA_
KELURAHAN_TAMANGAPA_KECAMATAN_MANGGALA_KOTA_MAKA
SSAR

2.https://onesearch.id/Record/IOS3661.1362/TOC

3.https://www.bps.go.id/brs_file/kemiskinan_02jan12.pdf

Anda mungkin juga menyukai