TENTANG PENGEMIS
SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH SISTEM
USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL
Oleh :
BUDHI SETIAWAN
NIM 2072201005
SEMESTER VI
1|Page
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-Nyalah tulisan ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan naskah yang berjudul
“ Makalah Tentang Pengemis” ini dalam rangka pengembangan salah satu tri darma
perguruan tinggi, yaitu bidang pendidikan dan pengetahuan.
Penulis Menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan- kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi
perbaikan naskah penelitian lebih lanjut.
Tulisan ini dapat diselesaikan berkat adanya bimbingan arahan dan bantuan dari Ibu
dosen Mata Kuliah Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial. Oleh karena itu, sudah
sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
dosen Mata Kuliah manajemen organisasi pelayanan kemanusiaan yang telah memberikan
masukan demi kelancaran dan kelengkapan naskah tulisan ini. Akhimya, semoga tulisan
yang jauh dari sempuma ini ada manfaatnya.
Penulis
2|Page
DAFTAR ISI
3|Page
BAB I
PENDAHULUAN
4|Page
pemerintah maupun pihak swasta telah melakukan berbagai upaya untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut dan mencapai tujuan negara,
yaitu kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pertanyaannya, kenapa permasalahan-permasalahan sosial tersebut tidak
kunjung teratasi? Sebuah pertanyaan besar bagi pemerintah dan masyarakat. Ini
pun merupakan tugas dan tanggung jawab kita bersama, jangan saling
menyalahkan, yang kita butuhkan adalah solusi untuk permasalahan-
permasalahan tersebut.
5|Page
2. Mengetahui dan memahami definisi, kriteria, jenis, dan penyebab
munculnya masalah pengemis.
3. Mengetahui dan memahami hubungan antara masalah pengemis dan nilai-
nilai yang ada di masyarakat.
4. Mengetahui dan memahami siapa saja pihak yang terlibat dalam
permasalahan pengemis ini.
5. Mengetahui dan memahami sistem sumber apa saja yang bisa dimanfaatkan
untuk mengatasi permasalahan pengemis.
6. Dapat memberikan alternatif-alternatif solusi terhadap permasalahan
pengemis khususnya di Kota Manado.
6|Page
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 PENGERTIAN PENGEMIS
Berdasarkan Permensos No.08 Tahun 2012 tentang Pedoman Pendataan
dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi
dan Sumber Kesejahteraan Sosial yang dimaksud dengan pengemis adalah
orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka
umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari
orang lain.
Mengemis/meminta-minta adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang karena membutuhkan uang, makanan, tempat tinggal atau hal lainnya,
bahkan jabatan atau pekerjaan dari orang yang mereka temui atau dari orang yang
memiliki pengaruh. Kegiatan ini dilakukan karena mereka tidak dapat memenuhi
apa yang mereka butuhkan, entah itu karena keterbatasan pengetahuan, fisik,
keterampilan, informasi, ataupun hal lainnya. Tetapi, di dalam makalah ini yang
kami maksud dengan mengemis/meminta-minta adalah kegiatan yang dilakukan
untuk mengharapkan sedikit belas kasihan orang di tempat-tempat umum, baik
itu uang recehan ataupun sedikit makanan untuk mengganjal perut mereka.
Di kota-kota besar kegiatan mengemis/meminta-minta yang dilakukan
oleh orang-orang yang disebut pengemis ini adalah fenomena yang banyak dan
sering kita saksikan. Hampir di setiap perempatan atau stopan lampu lalu lintas,
fenomena pengemis ini dapat kita temui. Mereka yang mengemis/meminta-minta
biasanya menggunakan gelas, kotak kecil, topi atau benda lainnya yang dapat
dimasukan uang dan kadang-kadang menggunakan pesan seperti, "Tolong, aku
7|Page
tidak punya rumah" atau "Tolonglah korban bencana alam ini”. Penampilan
mereka pun beragam, tetapi tujuannya sama yaitu untuk menarik simpati dan
belas kasih orang yang melihatnya. Penampilan mereka untuk menarik simpati
dan belas kasihan orang pun bermacam-macam, ada yang memakai pakaian
compang-camping, tubuhnya di cat warna perak, dsb.
2. 2 KRITERIA PENGEMIS
Berdasarkan Permensos No.08 Tahun 2012 tentang Pedoman Pendataan
dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi
dan Sumber Kesejahteraan Sosial, kriteria bahwa seseorang dikatakan sebagai
pengemis adalah sebagai berikut:
a. mata pencariannya bergantung pada belas kasihan orang lain;
b. berpakaian kumuh dan compang camping;
c. berada di tempat-tempat ramai/strategis; dan
d. memperalat sesama untuk merangsang belas kasihan orang lain.
Berdasarkan hasil observasi kami di sekitar Jalan Kompleks pertokoan
Jumbo dan pasar 45 Manado dengan sasaran observasi adalah pengemis,
memang seluruh kriteria di atas ada pada mereka yang mengemis/meminta-minta
di daerah tersebut. Selain itu, kami sedikit meminta keterangan kepada beberapa
orang pengemis di sana, ternyata penghasilan mereka pun tidak pasti/tetap dan
tidak memiliki tempat tinggal yang tetap. Kriteria tersebut berdasarkan
Permensos No.08 Tahun 2012 merupakan kriteria untuk para gelandangan. Oleh
karena itu, kami menyimpulkan bahwa sebagian pengemis di sekitar Jalan
Kompleks pertokoan Jumbo dan pasar 45 Manado pun bisa dikatakan sebagai
gelandangan juga karena memang ada keterkaitan di antara keduanya.
2. 3 JENIS-JENIS PENGEMIS
Kita dapat menyaksikan sendiri bahwa pengemis tidak hanya mereka yang
sudah lanjut usia, tetapi hampir di setiap tingkatan usia ada yang menjadi
8|Page
pengemis. Berikut adalah beberapa jenis pengemis yang dapat kami identifikasi
dari berbagai sumber serta dari hasil observasi kami, di antaranya:
1. Pengemis Dengan Anak
Pengemis dengan anak adalah orang-orang yang meminta-minta di
muka umum dengan cara memperalat anak baik anak kandung ataupun anak
pinjaman untuk mendapat belas kasihan orang lain. Anak yang mereka bawa
biasanya di gendong atau si anak dibuat tertidur lelap di jalanan sehingga
orang yang lewat di depannya merasa iba dan memberi kepada mereka. Tapi
tidak semua anak yang mereka bawa adalah keinginan si anak, ada juga yang
karena paksaan dari orang tuanya walaupun anak melawan dan mereka hanya
ingin bermain, jika si anak melawan orang tuanya kadang memukul atau
memarahi mereka agar menuruti apa kemauan dari sang orang tua.
Seperti contoh kita lihat banyak di jalanan baik di daerah metropolitan
atau di kota-kota besar seperti Manado, mereka mengemis dengan membawa
anak sebagai bentuk untuk menarik simpati orang lain. Fenomena pengemis
dengan membawa anak sudah tidak asing lagi kita temui di setiap
persimpangan lampu merah. Selain kaum marginal ini malas, tidak ada suatu
badan usaha baik swasta ataupun pemerintah yang “mau” dan peduli untuk
memberdayakan mereka. Mereka malah dimanfaatkan oleh mafia pengemis.
2. Pengemis Bocah
Pengemis bocah adalah anak-anak yang meminta-minta di muka umum
atau di jalanan untuk mendapatkan belas kasihan dari orang lain. Bocah disini
berusia antara 3-17 tahun. Motif dari mereka melakukan ini karena untuk
membantu orang tua dari mereka yang mungkin dalam keadaan susah, orang
tuanya sedang sakit ataupun sudah meninggal atau barangkali mereka
dipekerjakan oleh seseorang yang menjadi mafia pengemis ini atau bahkan
oleh orang tuanya sendiri.
9|Page
Seperti kasus di Batam, seorang anak yang dipaksa oleh ayahnya untuk
bekerja di jalanan dengan cara mengemis tapi karena dia tidak mau maka dia
sering di pukul dan disundut rokok ke pipinya. Selain itu juga dia harus
membawa hasil uang mengemisnya itu ke bapaknya atau menyetor.
10 | P a g e
menyewanya dari orang lain untuk dijadikan alat bagi mereka memeroleh
belas kasihan orang lain.
Dari faktor penyebab di atas, nilai-nilai hidup yang dihayati oleh individu
adalah faktor yang esensial dan mendasar yang dapat menjelaskan mengapa
individu pada akhirnya memutuskan untuk menjadi pengemis, bukan faktor
kemiskinan; keterbatasan fisik; tradisi; kekurangan sumber daya; apalagi hanya
sekadar faktor musiman: menjelang hari raya, kemarau, dan gagal panen.
11 | P a g e
1. Pengemis Berpengalaman: lahir karena tradisi. Bagi pengemis yang lahir
karena tradisi, tindakan mengemis adalah sebuah tindakan kebiasaan. Mereka
sulit menghilangkan kebiasaan tersebut karena orientasinya lebih pada masa
lalu (motif sebab).
2. Pengemis kontemporer kontinyu tertutup: hidup tanpa alternatif. Bagi
kelompok pengemis yang hidup tanpa alternatif pekerjaan lain, tindakan
mengemis menjadi satu-satunya pilihan yang harus diambil. Mereka secara
kontinyu mengemis, tetapi mereka tidak mempunyai kemampuan untuk dapat
hidup dengan bekerja yang akan menjamin hidupnya dan mendapatkan uang.
3. Pengemis kontemporer kontinyu terbuka: hidup dengan peluang. Mereka
masih memiliki alternatif pilihan, karena memiliki keterampilan lain yang
dapat mereka kembangkan untuk menjamin hidupnya. Hanya saja
keterampilan tersebut tidak dapat berkembang, karena tidak menggunakan
peluang tersebut dengan sebaik-baiknya atau karena kekurangan potensi
sumber daya untuk dapat mengembangkan peluang tersebut.
4. Pengemis kontemporer temporer: hidup musiman. Pengemis yang hanya
sementara dan bergantung pada kondisi musim tidak dapat diabaikan
keberadaannya. Jumlah mereka biasanya meningkat jika menjelang hari raya.
Daya dorong daerah asalnya karena musim kemarau atau gagal panen menjadi
salah satu pemicu berkembangnya kelompok ini.
5. Pengemis rencana: berjuang dengan harapan. Pengemis yang hidup
berjuang dengan harapan pada hakikatnya adalah pengemis yang sementara
(kontemporer). Mereka mengemis sebagai sebuah batu loncatan untuk
mendapatkan pekerjaan lain setelah waktu dan situasinya dipandang cukup.
12 | P a g e
harganya yang mahal, sulit mendapatkan pekerjaan yang layak karena memang
pendidikan mereka pun hanyalah sampai sekolah dasar. Faktor lain adalah karena
keterbatasan fisik mereka, sehingga mereka sulit memenuhi kebutuhan pokoknya
dengan bekerja sebagaimana orang biasanya orang-orang bekerja, pilihan satu-
satunya adalah dengan cara mengemis. Kami pun melihat sekilas, ada seorang
pengemis cacat/disabilitas yang dimanfaatkan oleh seorang laki-laki, entah benar
atau tidaknya kami tidak berani meminta keterangan darinya karena laki-laki di
dekatnya terus mengawasi.
Fenomena pengemis merupakan suatu hal yang sampai saat ini masih ada
dan terus bertambah terutama di kota-kota besar. Tentu hal ini sangat
memprihatinkan, di satu sisi Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber
daya alamnya, tetapi di sisi lain banyak penduduk Indonesia yang miskin dan
hidup kekurangan. Dahulu ketika orde lama Indonesia adalah negara yang
menjunjung tinggi semangat “BERDIKARI” berdiri di kaki sendiri, tetapi saat
ini Indonesia sangatlah bergantung pada negara lain khususnya negara maju.
Fenomena pengemis pun secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa
13 | P a g e
masyarakat Indonesia memiliki sifat ketergantungan yang tinggi, walaupun
memang kita ketahui bahwa manusia tidaklah bisa hidup sendiri.
14 | P a g e
jalan yang dapat memenuhi kebutuhannya, tidak butuh modal yang besar,
hanya mengharapkan belas kasih orang itu sudah cukup.
4. Sikap permisif masyarakat yang memandang permasalahan pengemis ini
sebagai suatu hal yang wajar dan biasa terjadi, sehingga mereka pun
memakluminya. Hal ini mengakibatkan fenomena pengemis semakin
banyak bermunculan.
5. Nilai-nilai yang dianut masing-masing individu pun berpengaruh besar
dalam kaitannya dengan permasalahan pengemis ini. Bagaimana kita lihat
saat ini, kualitas diri yang kami kira rendah, sehingga mereka yang
mengalami permasalahan ekonomi lebih memilih menjadi seorang
pengemis daripada bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka
dan keluarga.
15 | P a g e
Berdasarkan hasil analisis kami dari berbagai sumber yang kami
dapatkan, ada beberapa pihak yang terlibat dalan kaitannya dengan masalah
pengemis ini, di antaranya:
1. Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari sebuah kehidupan dalam bermasyarakat
dimana di sinilah proses dibentuknya suatu kepribadian dan menjadi awal
mula pembentukan pola prilaku seseorang. Keluarga bagi seorang pengemis
biasanya menjadi faktor utama mengapa seseorang itu mengemis. Mungkin
karena kondisi perekonomian keluarga yang tidak mencukupi atau penanaman
nilai-nilai yang salah di dalam keluarga, sehingga menyebabkan kemalasan
pada diri seseorang dan tidak mau bekerja keras. Selain itu, dapat pula
disebabkan karena tidak adanya keluarga yang melindungi seseorang tersebut
sehingga harus mengemis demi bertahan hidup.
Apabila seseorang masih memiliki keluarga yang utuh, atau keluarga
yang masih mampu menjalankan fungsi sosialnya dengan baik, tidak mungkin
keluarga tersebut membiarkan salah seorang dari anggota keluarganya
menjadi pengemis. Oleh karena itu, dalam menangani masalah pengemis ini,
perlu ditinjau mengenai kondisi keluarganya baik secara ekonomi,
pendidikan, maupun keberfungsian sosial keluarga tersebut dalam memenuhi
kebutuhan anggotanya.
2. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem
semi tertutup (atau semi terbuka) dimana sebagian besar interaksi adalah
antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Sebuah
masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas.
Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling bergantung
satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu pada
16 | P a g e
sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur
dalam jangka waktu yang lama.
Dengan mereka (pengemis) hidup dalam sebuah masyarakat, seharusnya
terbentuk relasi antara satu dengan yang lainnya sehingga dalam melakukan
pemenuhan kebutuhan mereka, masyarakat ini bisa dijadikan sumber dan
perantara bagi mereka untuk tidak menjadi seorang pengemis, tapi sayangnya
kebanyakan dari mereka yang menjadi pengemis ini, memiliki hubungan atau
relasi di masyarakat yang tidak berjalan baik sehingga, dalam mencapai
pemenuhan kebutuhan mereka pun menjadi sulit dan memilih untuk mejadi
pengemis di jalanan.
3. Pemerintah
Pemerintah adalah lembaga yang berkuasa untuk menjalankan
pemerintahan di suatu negara. Segala sistem yang ada di masyarakat dapat
berjalan dengan baik maupun tidak adalah bergantung dari kinerja pemerintah
sendiri. Pemerintah memiliki peranan yang sangat penting dalam mewujudkan
kesejahteraan masyarakatnya. Berkaitan dengan permasalahan pengemis
disini, pemerintah bertugas untuk bisa mengurangi angka pengemis sebagai
wujud dari peningkatan angka kesejahteraan masyarakat di negaranya.
Peran pemerintah adalah membuat kebijakan-kebijakan dan pemberian
bantuan material ataupun pelayanan untuk bisa mengurangi jumlah pengemis
di seluruh wilayah di Indonesia. Namun, kebijakan yang dibuat ini harus
disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Karena, apabila tidak disesuaikan
dengan kondisi masyarakat dan hanya menguntungkan sebagian orang saja
maka kebijakan-kebijakan tersebut tidak akan berjalan dengan baik atau tidak
akan mengurangi angka pengemis di Indonesia.
4. Pekerja Sosial
17 | P a g e
Pekerja sosial adalah suatu profesi yang bertujuan untuk mengembalikan
keberfungsian sosial seseorang, kelompok, atau masyarakat yang mengalamai
disfungsi sosial. Peran pekerja sosial tersebut diantaranya adalah menggali
informasi tentang masalah sosial, menghubungkan dengan sistem sumber, dan
membantu seseorang, kelompok atau masyarakat untuk bisa menjalankan
keberfungsian sosialnya. Pekerja sosial merupakan salah satu alat pemerintah
untuk membantu pemerintah dalam mengatasi masalah-masalah sosial
sehingga terwujud suatu kesejahteraan masyarakat.
Para pekerja sosial berkiprah dalam tiga tingkatan yaitu di ranah mikro,
mezzo, dan makro. Di ranah mikro, pekerja sosial menolong individu
berdasarkan relasi satu per satu. Di ranah mezzo, pekerja sosial membantu
keluarga dan kelompok kecil lainnya. Sedangkan, di ranah makro, pekerja
sosial memperbaiki organisasi dan komunitas atau mengupayakan perubahan-
perubahan dalam kebijakan sosial dan peraturan hukum lainnya. Ketiga
tingkatan tersebut membentuk setting praktik pekerja sosial yang meliputi,
enam bidang praktik pekerjaan sosial atau sering pula disebut sebagai strategi,
pendekatan atau metoda utama pekerjaan sosial. Keenam bidang praktik
pekerja sosial tersebut, di antaranya:
a. Terapi Individu
Dikenal dengan nama casework atau social case work, terapi individu
ditunjukan untuk membantu seseorang menyesuaikan diri dengan
lingkungan atau mengubah tekanan-tekanan ekonomi dan sosial yang
mengganggu kehidupan individu. Merupakan strategi memecahkan
masalahy emosional dan personal seperti trauma, stress, burnout, grief, dan
loss secara individu. Sering disebut terpai atau intervensi langsung seperti
pelayanan konseling terhadap remaja yang lari dari rumah, penempatan
anak yatim ke panti asuhan, pelayanan perlindung terhadap anak korban
kekerasan.
18 | P a g e
b. Terapi Kelompok
Dikenal dengan istilah groupwork atau group theraphy. Masalah emosional
dan personal dipecahkan melalui media kelompok, seperti dinamika
kelompok, outbond dan aktivitas kelompok lainnya. Aktivitas kelompok
bisa mencakup kesenian, permainan, rekreasi, pertukaran pengalaman dan
informasi, olah raga, perawatan rumah, perawatan diri, atau keterampilan
hidup.
c. Terapi Komunitas
Terapi komunitas memiliki banyak nama yang berbeda, antara lain
community development, community organization, community organizing,
commuinty work, community action. Tujuan utamanya adalah mendorong
komunikasi local agar mampu mengidentifikasi masalah dan kebutuhan
sosial di wilayahnya, merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan
bersama untuk mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan sosial,
mengevaluasi hasil yang dicapai. Pekerja sosial biasanya berperan sebagai
broker yang menghubungkan komunitas dengan sumber-sumber pelayanan
sosial di luar wilayahnya.
d. Terapi Organisasi
Terapi organisasi merupakan strategi pekerjaan sosial dalam
mengoptimalkan pencapaian tujuan organisasi dan menjamin pelayanan
sosial berkualitas bagi stakeholder-nya. Melibatkan kegiatan administrasi
dan pengelolaan lembaga-lembaga, struktur organisasi, program kegiatan,
serta mengimplementasikan kebijakan public kedalam pelayanan-
pelayanan lembaga. Manajemen kasus, perekeaman kasus, dan konferensi
kasus juga sering termasuk dalam tera0pi organisasi. Social welfare
administration, human service managemenrt, social administration adalah
beberapa istilah lain utnuk terapi organisasi.
19 | P a g e
e. Analisis Kebijakan Sosial
Kebijakan sosial adalah seperangkat tindakan, kerangka kerja atau
pedoman yang dirancang untuk menterjemahkan visi politisi pemerintah
aatu lembaga pemerintah kedalam program atau tindakan untuk mencapai
tujuan tertentu dibidang kesejahteraan sosial. Kebijakan sosial
merefleksikan agenda masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidup para
anggotanya.
Analisis kebijakan sosial adalah asesmen dan evaluasi secara sistematis dan
akurat terhadap konsekuensi-konsekuensi kebijakan sosial, baik sebelum
maupun sesudah kebijakan tersebut di implementasikan. Analisis
kebijakan sosial biasanya dilakukan untuk mengetahui apakah program-
program kesejahteraan sosial, seperti bantuan sosial, asuransi sosial,
mencapai sasarannya.
20 | P a g e
Pekerja sosial kaitannya dengan pengemis adalah bagaimana cara
membantu pengemis untuk keluar atau tidak lagi menjadikan mengemis
sebagai sumber pendapatannya dengan menggunakan keenam aspek diatas
maupun dengan cara-cara lain yang sesuai dengan wilayah praktik seorang
pekerja sosial.
21 | P a g e
permasalahan klien. Sedang sumber non-manusia adalah sumber-sumber
material atau benda.
22 | P a g e
Satpol PP, seharusnya tidak hanya merazia para pengemis kemudian
dilepaskan lagi, tetapi setidaknya ada program pembinaan dan
peningkatan keterampilan bagi para pengemis. Kalau pun tidak bisa,
petugas Satpol PP bisa merujuk mereka ke lembaga-lembaga yang bisa
memberikan pelayanan kepada mereka seperti panti-panti, LSM, dsb.
4) Para Pengunjung
Tentunya para pengunjung tidak semuanya ingin berbelanja. Seperti
halnya kami yang memilih ke daerah tersebut untuk melakukan observasi.
Hal ini bisa menjadi peluang bagi mereka untuk menggali informasi
ataupun meminta dihubungkan dengan sistem sumber yang dapat
memenuhi kebutuhan mereka.
5) Dinas Sosial Manado
Tentunya Dinas Sosial Manado pun memiliki program-program untuk
menangani permasalahan-permasalahan sosial di sekitarnya. Ini bisa
menjadi peluang bagi para pengemis, bukan hanya untuk mendapatkan
zakat, infak, dan sedekah tetapi, untuk mengikuti program-program
pemberdayaannya seperti training-training, penguatan spiritual, dsb.
6) Pekerja Sosial
23 | P a g e
Pekerja sosial berperan sebagai penghubung, mencari solusi dan alternatif
sumber yang tepat untuk memenuhi kebutuhan para pengemis agar lebih
berfungsi secara sosial.
24 | P a g e
Berikut adalah solusi dari kami berdasarkan hasil observasi dan sumber-
sumber yang kami peroleh, di antaranya:
25 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
3. 2 Saran
26 | P a g e
pekerja sosial agar lebih teliti lagi dalam melakukan penanganan terhadap
masalah pengemis ini, sehingga solusi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
para pengemis.
27 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Mengemis
http://www.bisnis-jabar.com/index.php/berita/pengemis-di-bandung-naik-20
http://forget-hiro.blogspot.com/2010/05/mengapa-pengemis-menjadi-pengemis.html
Permensos No.08 Tahun 2012 tentang Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan
Sosial.
Siporin, Max. 1970. Introduction to Social Work Practice. New York : Macmillah
Publishing Co. Inc. London : Collier Macmillah Publisher.
28 | P a g e
29 | P a g e