Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

TENTANG PENGEMIS
SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH SISTEM
USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL

Oleh :
BUDHI SETIAWAN
NIM 2072201005
SEMESTER VI

Dosen Mata Kuliah :


Ibu Dirga Kaunang, S.Sos,.Sp.P.S.M

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL


MANADO
TAHUN 2022/2023

1|Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-Nyalah tulisan ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan naskah yang berjudul
“ Makalah Tentang Pengemis” ini dalam rangka pengembangan salah satu tri darma
perguruan tinggi, yaitu bidang pendidikan dan pengetahuan.

Penulis Menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan- kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi
perbaikan naskah penelitian lebih lanjut.

Tulisan ini dapat diselesaikan berkat adanya bimbingan arahan dan bantuan dari Ibu
dosen Mata Kuliah Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial. Oleh karena itu, sudah
sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
dosen Mata Kuliah manajemen organisasi pelayanan kemanusiaan yang telah memberikan
masukan demi kelancaran dan kelengkapan naskah tulisan ini. Akhimya, semoga tulisan
yang jauh dari sempuma ini ada manfaatnya.

Manado, Juni 2023

Penulis

2|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................2


DAFTAR ISI .............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengemis ....................................................................7
2.2 Kriteria Pengemis ……................................................................. 8
2.3 Jenis-Jenis Pengemis …….............................................................8
2.4 Faktor Penyebab Munculnya Pengemis ......................................10
2.5 Hubungan Masalah Pengemis Dengan Nilai-Nilai ….................13
2.6 Pihak Yang Terlibat Dalam Kaitannya Dengan Masalah
Pengemis.......................................................................................15
2.7 Sistem Sumber Kesejahteraan Sosial.......................................... 20
2.8 Upaya/Solusi Pemerintah Dalam Mengatasi Masalah
Pengemis ..................................................................................... 23
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan .................................................................................25
3.2 Saran ............................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................27

3|Page
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jumlah penduduk yang semakin meningkat, kebutuhan dan tuntutan hidup


juga meningkat, serta teknologi dan informasi yang terus berkembang, sedangkan
sumber daya alam, sumber-sumber penghasilan, dan sumber daya manusia yang
tidak bisa mengimbangi peningkatan-peningkatan tersebut, menyebabkan
munculnya permasalahan-permasalahan sosial yang begitu banyak dan kompleks.
Hampir di setiap daerah di Indonesia khususnya di daerah perkotaan,
permasalahan sosial ini ada dengan jenis yang beragam. Jenis Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) berdasarkan Permensos No.08 Tahun 2012
adalah 26 jenis, begitu banyak menurut kami. Pengemis adalah salah satu jenis
PMKS yang begitu banyak baik dari segi jumlah maupun kompleksitas
masalahnya. Rentang usia pengemis mulai dari balita sampai dengan lanjut usia
ada, bahkan pengemis yang membawa anaknya yang masih bayi pun ada.
Pengemis dengan kondisi fisik yang tergolong normal dan pengemis dengan
kedisabilitasan pun ada. Hal ini menarik untuk diamati, sehingga kami pun
memilih pengemis sebagai sasaran kami dalam observasi ini.
Kita telah ketahui bersama bahwa kesejahteraan sosial merupakan hak
semua warga negara tanpa kecuali dan negara mempunyai kewajiban dalam
mewujudkan kesejahteran sosial tersebut. Hal ini sesuai dengan tujuan negara
yang tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945, beberapa pasal di dalam batang
tubuh UUD 1945, serta di beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku
di Indonesia. Akan tetapi, permasalahan-permasalahan sosial ini tidak kunjung
terselesaikan, justru semakin bertambah kompleks. Padahal baik dari pihak

4|Page
pemerintah maupun pihak swasta telah melakukan berbagai upaya untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut dan mencapai tujuan negara,
yaitu kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pertanyaannya, kenapa permasalahan-permasalahan sosial tersebut tidak
kunjung teratasi? Sebuah pertanyaan besar bagi pemerintah dan masyarakat. Ini
pun merupakan tugas dan tanggung jawab kita bersama, jangan saling
menyalahkan, yang kita butuhkan adalah solusi untuk permasalahan-
permasalahan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang makalah ini dan hasil observasi yang telah kami
lakukan terhadap salah satu jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS), setidaknya ada beberapa rumusan masalah yang kami angkat di dalam
makalah ini, di antaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan pengemis ?
2. Apa saja kriteria dan penyebab munculnya pengemis ?
3. Bagaimana hubungan antara pengemis dan nilai-nilai yang ada di
masyarakat ?
4. Apa saja jenis-jenis dari pengemis itu ?
5. Siapa saja pihak yang teribat dalam permasalahan pengemis ?
6. Sistem sumber apa sajakah yang bisa dimanfaatkan untuk mengatasi
permasalahan pengemis ?
7. Upaya/solusi apa saja yang bisa diberikan untuk mengatasi/mengurangi
permasalahan pengemis khususnya di Kota Manado ini ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan pembuatan makalah ini, di antaranya :
1. Memenuhi tugas mata kuliah Analisis Masalah Sosial.

5|Page
2. Mengetahui dan memahami definisi, kriteria, jenis, dan penyebab
munculnya masalah pengemis.
3. Mengetahui dan memahami hubungan antara masalah pengemis dan nilai-
nilai yang ada di masyarakat.
4. Mengetahui dan memahami siapa saja pihak yang terlibat dalam
permasalahan pengemis ini.
5. Mengetahui dan memahami sistem sumber apa saja yang bisa dimanfaatkan
untuk mengatasi permasalahan pengemis.
6. Dapat memberikan alternatif-alternatif solusi terhadap permasalahan
pengemis khususnya di Kota Manado.

6|Page
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 PENGERTIAN PENGEMIS
Berdasarkan Permensos No.08 Tahun 2012 tentang Pedoman Pendataan
dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi
dan Sumber Kesejahteraan Sosial yang dimaksud dengan pengemis adalah
orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka
umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari
orang lain.
Mengemis/meminta-minta adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang karena membutuhkan uang, makanan, tempat tinggal atau hal lainnya,
bahkan jabatan atau pekerjaan dari orang yang mereka temui atau dari orang yang
memiliki pengaruh. Kegiatan ini dilakukan karena mereka tidak dapat memenuhi
apa yang mereka butuhkan, entah itu karena keterbatasan pengetahuan, fisik,
keterampilan, informasi, ataupun hal lainnya. Tetapi, di dalam makalah ini yang
kami maksud dengan mengemis/meminta-minta adalah kegiatan yang dilakukan
untuk mengharapkan sedikit belas kasihan orang di tempat-tempat umum, baik
itu uang recehan ataupun sedikit makanan untuk mengganjal perut mereka.
Di kota-kota besar kegiatan mengemis/meminta-minta yang dilakukan
oleh orang-orang yang disebut pengemis ini adalah fenomena yang banyak dan
sering kita saksikan. Hampir di setiap perempatan atau stopan lampu lalu lintas,
fenomena pengemis ini dapat kita temui. Mereka yang mengemis/meminta-minta
biasanya menggunakan gelas, kotak kecil, topi atau benda lainnya yang dapat
dimasukan uang dan kadang-kadang menggunakan pesan seperti, "Tolong, aku

7|Page
tidak punya rumah" atau "Tolonglah korban bencana alam ini”. Penampilan
mereka pun beragam, tetapi tujuannya sama yaitu untuk menarik simpati dan
belas kasih orang yang melihatnya. Penampilan mereka untuk menarik simpati
dan belas kasihan orang pun bermacam-macam, ada yang memakai pakaian
compang-camping, tubuhnya di cat warna perak, dsb.

2. 2 KRITERIA PENGEMIS
Berdasarkan Permensos No.08 Tahun 2012 tentang Pedoman Pendataan
dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi
dan Sumber Kesejahteraan Sosial, kriteria bahwa seseorang dikatakan sebagai
pengemis adalah sebagai berikut:
a. mata pencariannya bergantung pada belas kasihan orang lain;
b. berpakaian kumuh dan compang camping;
c. berada di tempat-tempat ramai/strategis; dan
d. memperalat sesama untuk merangsang belas kasihan orang lain.
Berdasarkan hasil observasi kami di sekitar Jalan Kompleks pertokoan
Jumbo dan pasar 45 Manado dengan sasaran observasi adalah pengemis,
memang seluruh kriteria di atas ada pada mereka yang mengemis/meminta-minta
di daerah tersebut. Selain itu, kami sedikit meminta keterangan kepada beberapa
orang pengemis di sana, ternyata penghasilan mereka pun tidak pasti/tetap dan
tidak memiliki tempat tinggal yang tetap. Kriteria tersebut berdasarkan
Permensos No.08 Tahun 2012 merupakan kriteria untuk para gelandangan. Oleh
karena itu, kami menyimpulkan bahwa sebagian pengemis di sekitar Jalan
Kompleks pertokoan Jumbo dan pasar 45 Manado pun bisa dikatakan sebagai
gelandangan juga karena memang ada keterkaitan di antara keduanya.

2. 3 JENIS-JENIS PENGEMIS
Kita dapat menyaksikan sendiri bahwa pengemis tidak hanya mereka yang
sudah lanjut usia, tetapi hampir di setiap tingkatan usia ada yang menjadi

8|Page
pengemis. Berikut adalah beberapa jenis pengemis yang dapat kami identifikasi
dari berbagai sumber serta dari hasil observasi kami, di antaranya:
1. Pengemis Dengan Anak
Pengemis dengan anak adalah orang-orang yang meminta-minta di
muka umum dengan cara memperalat anak baik anak kandung ataupun anak
pinjaman untuk mendapat belas kasihan orang lain. Anak yang mereka bawa
biasanya di gendong atau si anak dibuat tertidur lelap di jalanan sehingga
orang yang lewat di depannya merasa iba dan memberi kepada mereka. Tapi
tidak semua anak yang mereka bawa adalah keinginan si anak, ada juga yang
karena paksaan dari orang tuanya walaupun anak melawan dan mereka hanya
ingin bermain, jika si anak melawan orang tuanya kadang memukul atau
memarahi mereka agar menuruti apa kemauan dari sang orang tua.
Seperti contoh kita lihat banyak di jalanan baik di daerah metropolitan
atau di kota-kota besar seperti Manado, mereka mengemis dengan membawa
anak sebagai bentuk untuk menarik simpati orang lain. Fenomena pengemis
dengan membawa anak sudah tidak asing lagi kita temui di setiap
persimpangan lampu merah. Selain kaum marginal ini malas, tidak ada suatu
badan usaha baik swasta ataupun pemerintah yang “mau” dan peduli untuk
memberdayakan mereka. Mereka malah dimanfaatkan oleh mafia pengemis.

2. Pengemis Bocah
Pengemis bocah adalah anak-anak yang meminta-minta di muka umum
atau di jalanan untuk mendapatkan belas kasihan dari orang lain. Bocah disini
berusia antara 3-17 tahun. Motif dari mereka melakukan ini karena untuk
membantu orang tua dari mereka yang mungkin dalam keadaan susah, orang
tuanya sedang sakit ataupun sudah meninggal atau barangkali mereka
dipekerjakan oleh seseorang yang menjadi mafia pengemis ini atau bahkan
oleh orang tuanya sendiri.

9|Page
Seperti kasus di Batam, seorang anak yang dipaksa oleh ayahnya untuk
bekerja di jalanan dengan cara mengemis tapi karena dia tidak mau maka dia
sering di pukul dan disundut rokok ke pipinya. Selain itu juga dia harus
membawa hasil uang mengemisnya itu ke bapaknya atau menyetor.

3. Pengemis Cacat atau Disabilitas


Pengemis cacat atau disabilitas adalah pengemis yang memiliki
keterbatasan baik secara fisik, mental atau ganda. Umumnya mereka
mengemis karena tidak ada hal lain yang bisa mereka lakukan selain dengan
meminta-minta di jalanan. Hal ini disebabkan karena kecacatan yang mereka
alami sehingga sulit untuk memperoleh atau melakukan pekerjaan yang lebih
baik. Dengan keterbatasan atau kecacatan mereka, maka sangat
memungkinkan orang lain untuk berbelas kasih dengan memberikan
sumbangan seikhlasnya.

4. Pengemis Professional dan Terorganisir


Pengemis professional yaitu orang-orang yang meminta-minta di tempat
umum untuk mendapat belas kasihan orang lain sebagai profesinya untuk
memeroleh pendapatan. Professional di sini maksudnya bahwa mereka punya
strategi dan cara-cara khusus untuk menarik simpati orang lain sehingga mau
berbelas kasih kepada mereka. Selain mereka dikategorikan profesinal,
mereka juga terorganisir. Terorganisir disini maksudnya bahwa kegiatan atau
aksi yang mereka lakukan biasanya sudah ada yang menaunginya. Biasanya
mereka adalah orang-orang yang sengaja ditampung oleh seseorang atau
kelompok tertentu untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan bagi
seseorang atau kelompok tersebut.
Cara-cara yang mereka lakukan (pengemis professional) biasanya
dengan berpura-pura cacat fisik, cacat mental, maupun cacat ganda. Selain itu
dengan sengaja berpakaian lusuh atau sengaja membawa anak atau

10 | P a g e
menyewanya dari orang lain untuk dijadikan alat bagi mereka memeroleh
belas kasihan orang lain.

2. 4 FAKTOR PENYEBAB MUNCULNYA PERMASALAHAN PENGEMIS


Berikut adalah beberapa faktor penyebab munculnya permasalahan
pengemis, di antaranya:
1. Himpitan ekonomi (kemiskinan);
2. Keterbatasan fisik (penuaan/cacat tubuh);
3. Tradisi suatu masyarakat yang menjadikan mengemis sebagai profesi;
4. Kekurangan potensi sumber daya baik alam, manusia maupun lingkungan
untuk dapat mengembangkan peluang dan kesempatan kerja;
5. Kondisi musiman, seperti pada saat hari raya; dan
6. Nilai-nilai hidup yang dianut individu.

Dari faktor penyebab di atas, nilai-nilai hidup yang dihayati oleh individu
adalah faktor yang esensial dan mendasar yang dapat menjelaskan mengapa
individu pada akhirnya memutuskan untuk menjadi pengemis, bukan faktor
kemiskinan; keterbatasan fisik; tradisi; kekurangan sumber daya; apalagi hanya
sekadar faktor musiman: menjelang hari raya, kemarau, dan gagal panen.

Begitu banyak orang-orang yang menurut kami “luar biasa”, ketika


orang-orang seperti mereka dan bahkan yang lebih beruntung dari mereka
memutuskan menjadi pengemis, mereka justru dengan tegar, dan tak kenal
menyerah melakukan pekerjaan yang mungkin kita anggap remeh, namun jauh
lebih terhormat daripada mengemis.

Berdasarkan penelitian tentang pengemis oleh Dr. Engkus Kuswarno


(Penelitian Konstruksi Simbolik Pengemis Kota Bandung) menyebut ada lima
ketegori pengemis menurut faktor penyebab di atas, sehingga mereka
memutuskan untuk menjadi pengemis, yaitu:

11 | P a g e
1. Pengemis Berpengalaman: lahir karena tradisi. Bagi pengemis yang lahir
karena tradisi, tindakan mengemis adalah sebuah tindakan kebiasaan. Mereka
sulit menghilangkan kebiasaan tersebut karena orientasinya lebih pada masa
lalu (motif sebab).
2. Pengemis kontemporer kontinyu tertutup: hidup tanpa alternatif. Bagi
kelompok pengemis yang hidup tanpa alternatif pekerjaan lain, tindakan
mengemis menjadi satu-satunya pilihan yang harus diambil. Mereka secara
kontinyu mengemis, tetapi mereka tidak mempunyai kemampuan untuk dapat
hidup dengan bekerja yang akan menjamin hidupnya dan mendapatkan uang.
3. Pengemis kontemporer kontinyu terbuka: hidup dengan peluang. Mereka
masih memiliki alternatif pilihan, karena memiliki keterampilan lain yang
dapat mereka kembangkan untuk menjamin hidupnya. Hanya saja
keterampilan tersebut tidak dapat berkembang, karena tidak menggunakan
peluang tersebut dengan sebaik-baiknya atau karena kekurangan potensi
sumber daya untuk dapat mengembangkan peluang tersebut.
4. Pengemis kontemporer temporer: hidup musiman. Pengemis yang hanya
sementara dan bergantung pada kondisi musim tidak dapat diabaikan
keberadaannya. Jumlah mereka biasanya meningkat jika menjelang hari raya.
Daya dorong daerah asalnya karena musim kemarau atau gagal panen menjadi
salah satu pemicu berkembangnya kelompok ini.
5. Pengemis rencana: berjuang dengan harapan. Pengemis yang hidup
berjuang dengan harapan pada hakikatnya adalah pengemis yang sementara
(kontemporer). Mereka mengemis sebagai sebuah batu loncatan untuk
mendapatkan pekerjaan lain setelah waktu dan situasinya dipandang cukup.

Berdasarkan hasil observasi kami sendiri dan hasil wawancara dengan


beberapa orang pengemis di sana sebagai sampel kami, mereka kebanyakan
menyatakan bahwa mereka mengemis karena himpitan ekonomi terutama pasca
krisis moneter, sehingga mereka sulit memenuhi kebutuhan pokoknya karena

12 | P a g e
harganya yang mahal, sulit mendapatkan pekerjaan yang layak karena memang
pendidikan mereka pun hanyalah sampai sekolah dasar. Faktor lain adalah karena
keterbatasan fisik mereka, sehingga mereka sulit memenuhi kebutuhan pokoknya
dengan bekerja sebagaimana orang biasanya orang-orang bekerja, pilihan satu-
satunya adalah dengan cara mengemis. Kami pun melihat sekilas, ada seorang
pengemis cacat/disabilitas yang dimanfaatkan oleh seorang laki-laki, entah benar
atau tidaknya kami tidak berani meminta keterangan darinya karena laki-laki di
dekatnya terus mengawasi.

2. 5 HUBUNGAN MASALAH PENGEMIS DENGAN NILAI-NILAI


Masalah adalah suatu keadaan yang tidak nyaman dan tidak
menyenangkan. Sedangkan nilai sendiri adalah suatu sistem kepercayaan
mengenai sesuatu yang dianggap baik atau buruk. Penilaian ini memang sangat
dipengaruhi kebudayaan apa yang dianut oleh masyarakat penganut nilai-nilai
tersebut. Oleh karena itu, setiap kelompok masyarakat memiliki nilai-nilai yang
bisa saja sama atau berbeda dengan kelompok lainnya. Nilai-nilai inilah yang
memberikan penilaian terhadap sesuatu hal, baik itu berupa keadaan, perbuatan,
ataupun hal lain, apakah itu suatu masalah atau bukan. Nilai juga mempengaruhi
orientasi dasar, sistem kepercayaan serta tindakan-tindakan individu ataupun
lembaga-lembaga kemasyarakatan.

Fenomena pengemis merupakan suatu hal yang sampai saat ini masih ada
dan terus bertambah terutama di kota-kota besar. Tentu hal ini sangat
memprihatinkan, di satu sisi Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber
daya alamnya, tetapi di sisi lain banyak penduduk Indonesia yang miskin dan
hidup kekurangan. Dahulu ketika orde lama Indonesia adalah negara yang
menjunjung tinggi semangat “BERDIKARI” berdiri di kaki sendiri, tetapi saat
ini Indonesia sangatlah bergantung pada negara lain khususnya negara maju.
Fenomena pengemis pun secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa

13 | P a g e
masyarakat Indonesia memiliki sifat ketergantungan yang tinggi, walaupun
memang kita ketahui bahwa manusia tidaklah bisa hidup sendiri.

Pertanyaannya, kenapa hal ini bisa terjadi?


Berdasarkan analisis saya mengenai fenomena pengemis, hal ini memiliki
hubungan dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat, sehingga dikatakan bahwa
fenomena pengemis adalah suatu masalah dan nilai-nilai ini pun menyebabkan
fenomena pengemis saat ini banyak bermunculan, di antaranya:
1. Nilai agama yang menyatakan bahwa tangan di atas lebih baik daripada
tangan di bawah, artinya memberi adalah lebih baik daripada meminta.
Dengan demikian, setiap orang akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa
memberi/bersedekah kepada orang lain dan berusaha untuk tidak meminta-
minta. Ketika di tengah masyarakat banyak yang meminta-minta, tentu
fenomena ini akan dinilai sebagai suatu masalah dari pandangan agama
sendiri, walaupun kita tahu bahwa mengemis itu tidaklah dilarang oleh
agama.
2. Budaya gotong-royong dan saling membantu satu sama lain di dalam
masyarakat sepertinya mulai pudar, kebanyakan masyarakat saat ini
cenderung individualis dan mengabaikan orang lain, kalau tidak diminta
jarang sekali orang itu memberi. Kepekaan sosial sepertinya mulai pudar
sedikit demi sedikit, sehingga fenomena pengemis pun mulai bermunculan.
3. Paham kapitalis yang menjadikan masyarakat sangat ketergantungan dan
tidak bisa berbuat banyak untuk memenuhi kebutuhannya. Siapa yang
punya modal, maka ia yang menguasai pasar. Sumber-sumber penghidupan
seperti air, tanah, barang-barang kebutuhan pokok, dan sebagainya banyak
dikuasai para kapital/pemilik modal, sehingga masyarakat yang tidak
memiliki modal tidak bisa berbuat banyak dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya. Oleh karena itu, mengemis sepertinya menjadi salah satu

14 | P a g e
jalan yang dapat memenuhi kebutuhannya, tidak butuh modal yang besar,
hanya mengharapkan belas kasih orang itu sudah cukup.
4. Sikap permisif masyarakat yang memandang permasalahan pengemis ini
sebagai suatu hal yang wajar dan biasa terjadi, sehingga mereka pun
memakluminya. Hal ini mengakibatkan fenomena pengemis semakin
banyak bermunculan.
5. Nilai-nilai yang dianut masing-masing individu pun berpengaruh besar
dalam kaitannya dengan permasalahan pengemis ini. Bagaimana kita lihat
saat ini, kualitas diri yang kami kira rendah, sehingga mereka yang
mengalami permasalahan ekonomi lebih memilih menjadi seorang
pengemis daripada bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka
dan keluarga.

Dari hasil observasi yang dapat kita kumpulkan, nilai-nilai memang


sangat berpengaruh dalam menentukan tindakan-tindakan seorang individu,
kelompok, masyarakat, ataupun lembaga-lembaga. Ketika kami bertanya kepada
salah seorang pengemis yang menjadi sasaran observasi kami di sana, beliau
mengatakan, “Hidup sekarang mah susah, serba mahal, kepedulian juga seperti
tidak ada” kurang lebih seperti itu. Kebanyakan dari mereka adalah dari luar Kota
Manado, pertanyaannya apakah di daerah asal mereka sama sekali tidak ada
sumber untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka dan keluarga?
Jawabannya adalah karena memang nilai-nilai masyarakat untuk saling
membantu satu sama lain, semangat gotong-royong, nilai-nilai agama, nilai-nilai
sosial yang ada saat ini sedikit demi sedikit mulai pudar dan berganti menjadi
nilai-nilai yang sifatnya individualis dan mementingkan kepentingannya sendiri.

2. 6 PIHAK YANG TERLIBAT DALAM KAITANNYA DENGAN MASALAH


PENGEMIS

15 | P a g e
Berdasarkan hasil analisis kami dari berbagai sumber yang kami
dapatkan, ada beberapa pihak yang terlibat dalan kaitannya dengan masalah
pengemis ini, di antaranya:

1. Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari sebuah kehidupan dalam bermasyarakat
dimana di sinilah proses dibentuknya suatu kepribadian dan menjadi awal
mula pembentukan pola prilaku seseorang. Keluarga bagi seorang pengemis
biasanya menjadi faktor utama mengapa seseorang itu mengemis. Mungkin
karena kondisi perekonomian keluarga yang tidak mencukupi atau penanaman
nilai-nilai yang salah di dalam keluarga, sehingga menyebabkan kemalasan
pada diri seseorang dan tidak mau bekerja keras. Selain itu, dapat pula
disebabkan karena tidak adanya keluarga yang melindungi seseorang tersebut
sehingga harus mengemis demi bertahan hidup.
Apabila seseorang masih memiliki keluarga yang utuh, atau keluarga
yang masih mampu menjalankan fungsi sosialnya dengan baik, tidak mungkin
keluarga tersebut membiarkan salah seorang dari anggota keluarganya
menjadi pengemis. Oleh karena itu, dalam menangani masalah pengemis ini,
perlu ditinjau mengenai kondisi keluarganya baik secara ekonomi,
pendidikan, maupun keberfungsian sosial keluarga tersebut dalam memenuhi
kebutuhan anggotanya.

2. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem
semi tertutup (atau semi terbuka) dimana sebagian besar interaksi adalah
antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Sebuah
masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas.
Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling bergantung
satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu pada

16 | P a g e
sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur
dalam jangka waktu yang lama.
Dengan mereka (pengemis) hidup dalam sebuah masyarakat, seharusnya
terbentuk relasi antara satu dengan yang lainnya sehingga dalam melakukan
pemenuhan kebutuhan mereka, masyarakat ini bisa dijadikan sumber dan
perantara bagi mereka untuk tidak menjadi seorang pengemis, tapi sayangnya
kebanyakan dari mereka yang menjadi pengemis ini, memiliki hubungan atau
relasi di masyarakat yang tidak berjalan baik sehingga, dalam mencapai
pemenuhan kebutuhan mereka pun menjadi sulit dan memilih untuk mejadi
pengemis di jalanan.

3. Pemerintah
Pemerintah adalah lembaga yang berkuasa untuk menjalankan
pemerintahan di suatu negara. Segala sistem yang ada di masyarakat dapat
berjalan dengan baik maupun tidak adalah bergantung dari kinerja pemerintah
sendiri. Pemerintah memiliki peranan yang sangat penting dalam mewujudkan
kesejahteraan masyarakatnya. Berkaitan dengan permasalahan pengemis
disini, pemerintah bertugas untuk bisa mengurangi angka pengemis sebagai
wujud dari peningkatan angka kesejahteraan masyarakat di negaranya.
Peran pemerintah adalah membuat kebijakan-kebijakan dan pemberian
bantuan material ataupun pelayanan untuk bisa mengurangi jumlah pengemis
di seluruh wilayah di Indonesia. Namun, kebijakan yang dibuat ini harus
disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Karena, apabila tidak disesuaikan
dengan kondisi masyarakat dan hanya menguntungkan sebagian orang saja
maka kebijakan-kebijakan tersebut tidak akan berjalan dengan baik atau tidak
akan mengurangi angka pengemis di Indonesia.

4. Pekerja Sosial

17 | P a g e
Pekerja sosial adalah suatu profesi yang bertujuan untuk mengembalikan
keberfungsian sosial seseorang, kelompok, atau masyarakat yang mengalamai
disfungsi sosial. Peran pekerja sosial tersebut diantaranya adalah menggali
informasi tentang masalah sosial, menghubungkan dengan sistem sumber, dan
membantu seseorang, kelompok atau masyarakat untuk bisa menjalankan
keberfungsian sosialnya. Pekerja sosial merupakan salah satu alat pemerintah
untuk membantu pemerintah dalam mengatasi masalah-masalah sosial
sehingga terwujud suatu kesejahteraan masyarakat.
Para pekerja sosial berkiprah dalam tiga tingkatan yaitu di ranah mikro,
mezzo, dan makro. Di ranah mikro, pekerja sosial menolong individu
berdasarkan relasi satu per satu. Di ranah mezzo, pekerja sosial membantu
keluarga dan kelompok kecil lainnya. Sedangkan, di ranah makro, pekerja
sosial memperbaiki organisasi dan komunitas atau mengupayakan perubahan-
perubahan dalam kebijakan sosial dan peraturan hukum lainnya. Ketiga
tingkatan tersebut membentuk setting praktik pekerja sosial yang meliputi,
enam bidang praktik pekerjaan sosial atau sering pula disebut sebagai strategi,
pendekatan atau metoda utama pekerjaan sosial. Keenam bidang praktik
pekerja sosial tersebut, di antaranya:

a. Terapi Individu
Dikenal dengan nama casework atau social case work, terapi individu
ditunjukan untuk membantu seseorang menyesuaikan diri dengan
lingkungan atau mengubah tekanan-tekanan ekonomi dan sosial yang
mengganggu kehidupan individu. Merupakan strategi memecahkan
masalahy emosional dan personal seperti trauma, stress, burnout, grief, dan
loss secara individu. Sering disebut terpai atau intervensi langsung seperti
pelayanan konseling terhadap remaja yang lari dari rumah, penempatan
anak yatim ke panti asuhan, pelayanan perlindung terhadap anak korban
kekerasan.

18 | P a g e
b. Terapi Kelompok
Dikenal dengan istilah groupwork atau group theraphy. Masalah emosional
dan personal dipecahkan melalui media kelompok, seperti dinamika
kelompok, outbond dan aktivitas kelompok lainnya. Aktivitas kelompok
bisa mencakup kesenian, permainan, rekreasi, pertukaran pengalaman dan
informasi, olah raga, perawatan rumah, perawatan diri, atau keterampilan
hidup.

c. Terapi Komunitas
Terapi komunitas memiliki banyak nama yang berbeda, antara lain
community development, community organization, community organizing,
commuinty work, community action. Tujuan utamanya adalah mendorong
komunikasi local agar mampu mengidentifikasi masalah dan kebutuhan
sosial di wilayahnya, merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan
bersama untuk mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan sosial,
mengevaluasi hasil yang dicapai. Pekerja sosial biasanya berperan sebagai
broker yang menghubungkan komunitas dengan sumber-sumber pelayanan
sosial di luar wilayahnya.

d. Terapi Organisasi
Terapi organisasi merupakan strategi pekerjaan sosial dalam
mengoptimalkan pencapaian tujuan organisasi dan menjamin pelayanan
sosial berkualitas bagi stakeholder-nya. Melibatkan kegiatan administrasi
dan pengelolaan lembaga-lembaga, struktur organisasi, program kegiatan,
serta mengimplementasikan kebijakan public kedalam pelayanan-
pelayanan lembaga. Manajemen kasus, perekeaman kasus, dan konferensi
kasus juga sering termasuk dalam tera0pi organisasi. Social welfare
administration, human service managemenrt, social administration adalah
beberapa istilah lain utnuk terapi organisasi.

19 | P a g e
e. Analisis Kebijakan Sosial
Kebijakan sosial adalah seperangkat tindakan, kerangka kerja atau
pedoman yang dirancang untuk menterjemahkan visi politisi pemerintah
aatu lembaga pemerintah kedalam program atau tindakan untuk mencapai
tujuan tertentu dibidang kesejahteraan sosial. Kebijakan sosial
merefleksikan agenda masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidup para
anggotanya.
Analisis kebijakan sosial adalah asesmen dan evaluasi secara sistematis dan
akurat terhadap konsekuensi-konsekuensi kebijakan sosial, baik sebelum
maupun sesudah kebijakan tersebut di implementasikan. Analisis
kebijakan sosial biasanya dilakukan untuk mengetahui apakah program-
program kesejahteraan sosial, seperti bantuan sosial, asuransi sosial,
mencapai sasarannya.

f. Penelitian Pekerjaan Sosial


Penyelidikan secara sistematis menyangkut pertanyaan kritis tentang
bidang garapan dan isu-isu kesejahteraan sosial yang didesain untuk
memperluas pengetahuan dan konsep-konsep pekerjaan sosial. Metoda
yang digunakan dalam penelitian pekerjaan sosialtidak jauh-jauh dengan
yang digunakan sosiaologi, antropologi, psikologi sosial atau sejarah.
Menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dalam garis besar
prosedur penelitian pekerjaan sosial yang terdiri dari:
• Pemilihan masalah penelitian
• Perumusan hipotesis
• Penetapan desain penelitian
• Proses pengumpulan data dan fakta dengan observasi
• Analisis dan pelaporan

20 | P a g e
Pekerja sosial kaitannya dengan pengemis adalah bagaimana cara
membantu pengemis untuk keluar atau tidak lagi menjadikan mengemis
sebagai sumber pendapatannya dengan menggunakan keenam aspek diatas
maupun dengan cara-cara lain yang sesuai dengan wilayah praktik seorang
pekerja sosial.

2. 7 SISTEM SUMBER KESEJAHTERAAN SOSIAL


Max Siporin D.S.W. mengatakan bahwa “A resource any valuable thing,
or recerve or at hand, that one can mobilie and put to instrumental use in order
to function, meet a need resolve a problem” (Siporin, 1975 : 22). Lebih lanjut ia
mengatakan bahwa jenis sumber dapat dipandang dari beberapa hal, yaitu:

a. Sumber Internal dan Eksternal


Sumber internal dapat berupa kemampuan intelektual, imaginasi,
kreativitas, motivasi, kegairahan, karakter moral kekuatan dan ketahanan
fisik/jasmani, stamina, ketampanan/kecantikan serta pengetahuan. Sedangkan
sumber eksternal dapat berupa harta kekayaan, prestise, mata pencaharian
sanak-saudara yang kaya, teman yang berpengaruh dan hak jaminan.

b. Sumber official/formal dan sumber non-official/non-formal


Sumber official dapat berupa tokoh-tokoh formal, organisasi-organisasi
yang secara formal mewakili mayarakat seperti guru, pekerja sosial, badan
konseling, dan badan-badan sosial pemberdayaan. Sedang sumber non-offisial
dapat berupa dukungan emosional maupun sosial dari kerabat, teman serta
tetangga. Sumber non-offisial tersebut merupakan bagian dari sistem sumber
pertolongan alamiah.

c. Sumber manusia dan non-manusia


Sumber manusia adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan dan
kekuatan untuk digali dan dimanfaatkan untuk membantu memecahkan

21 | P a g e
permasalahan klien. Sedang sumber non-manusia adalah sumber-sumber
material atau benda.

d. Sumber simbolik-partikularistik, kongkrit-universal dan pertukaran


nilai
Sumber simbolik-partikularistik dapat berupa informasi dan status sosial
seseorang. Informasi dan status sosial seseorang di dalam masyarakat
mempunyai arti simbolik yang khusus dan dapat dipergunakan sebagai
sumber yang dapat digali dan dimanfaatkan. Sumber kongkrit-universalistik
dapat berupa pelayanan-pelayanan maupun benda-benda kongkrit. Sedang
sumber pertukaran nilai dapat berupa kasih sayang maupun uang.

Berdasarkan keterangan dari Max Siporin di atas, setidaknya ada


beberapa sumber di daerah observasi kami, yaitu di sekitar Jalan Kompleks
pertokoan Jumbo dan pasar 45 Kota Manado, yang berpotensi dalam menangani
permasalahan pengemis di daerah tersebut, di antaranya:

1) Pemerintah Kota Manado


Pemerintah Kota Manado adalah pihak yang paling bertanggung jawab
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, walaupun tidak
semua penegemis di sana adalah masyarakat Manado. Tetapi, setidaknya
ada upaya-upaya dari Pemkot Manado dalam menangani permasalahan
pengemis di daerah tersebut.

2) Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Manado


Dalam hal ini Satpol PP, selain bertugas dalam menertibkan masyarakat,
juga bertugas sebagai pelaksana Perda dan Perlindungan Sosial. Artinya,
dengan adanya kantor Satpol PP Kota Manado di daerah sekitar Jalan
Kompleks pertokoan Jumbo dan pasar 45 Manado, setidaknya
permasalahan pengemis di sana dapat teratasi atau diminimalisir. Petugas

22 | P a g e
Satpol PP, seharusnya tidak hanya merazia para pengemis kemudian
dilepaskan lagi, tetapi setidaknya ada program pembinaan dan
peningkatan keterampilan bagi para pengemis. Kalau pun tidak bisa,
petugas Satpol PP bisa merujuk mereka ke lembaga-lembaga yang bisa
memberikan pelayanan kepada mereka seperti panti-panti, LSM, dsb.

3) Pusat Perbelanjaan dan Pertokoan


Daerah observasi yang kami pilih merupakan pusat perbelanjaan dan
pertokoan yang sangat ramai, wajar saja kalau benyak pengemis di daerah
tersebut. Tetapi, kami melihat bahwa hal ini pun bisa menjadi salah satu
sumber yang dapat mereka manfaatkan untuk mendapatkan penghasilan
dan memenuhi kebutuhannya. Mereka yang tidak mengalami kecacatan
bisa menjadi petugas kebersihan, tukang parkir, jualan koran, dsb.

4) Para Pengunjung
Tentunya para pengunjung tidak semuanya ingin berbelanja. Seperti
halnya kami yang memilih ke daerah tersebut untuk melakukan observasi.
Hal ini bisa menjadi peluang bagi mereka untuk menggali informasi
ataupun meminta dihubungkan dengan sistem sumber yang dapat
memenuhi kebutuhan mereka.
5) Dinas Sosial Manado
Tentunya Dinas Sosial Manado pun memiliki program-program untuk
menangani permasalahan-permasalahan sosial di sekitarnya. Ini bisa
menjadi peluang bagi para pengemis, bukan hanya untuk mendapatkan
zakat, infak, dan sedekah tetapi, untuk mengikuti program-program
pemberdayaannya seperti training-training, penguatan spiritual, dsb.
6) Pekerja Sosial

23 | P a g e
Pekerja sosial berperan sebagai penghubung, mencari solusi dan alternatif
sumber yang tepat untuk memenuhi kebutuhan para pengemis agar lebih
berfungsi secara sosial.

2. 8 UPAYA/SOLUSI PEMERINTAH DALAM MENGATASI MASALAH


PENGEMIS
Berikut adalah beberapa upaya/solusi yang telah di lakukan pemerintah
dalam mengatasi masalah pengemis :
a. Membuat peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
permasalahan sosial secara umum yang di dalamnya termasuk juga
permasalahan pengemis seperti UU No.11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial, Permensos No.08 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial, dsb.
b. Mendirikan kementerian-kementerian, badan-badan, ataupun lembaga-
lembaga yang memiliki program untuk kesejahteraan masyarakat baik
berupa bantuan tunai maupun bantuan pemberdayaan.
c. Mengadakan razia di daerah rawan gelandangan dan pengemis melalui
Satpol PP,
d. Mengadakan penampungan sementara,
e. Melakukan pembinaan mental dan ketrampilan sesuai bakat lewat
lembaga-lembaga pelayanan yang ada,
f. Mengembalikan ke daerah asal atau ke panti rehabilitasi dan resosialisasi,
g. Menyadarkan dan membina pihak-pihak yang terkait dalam jaringan
gelandangan-pengemis dan menindak secara yuridis jaringan
gelandangan-pengemis tersebut.

24 | P a g e
Berikut adalah solusi dari kami berdasarkan hasil observasi dan sumber-
sumber yang kami peroleh, di antaranya:

a. Semua pihak dapat bekerja sama dalam memberikan pelayan-pelayanan


tidak hanya bantuan tunai tetapi juga berupa pelatihan-pelatihan yang
dapat meningkatkan keterampilan dan keberfungsian sosial mereka.
b. Kebijakan yang di buat pemerintah seharusnya berorientasi dan memihak
kepada masyarakat miskin.
c. Bagi para pelaksana program ataupun kebijakan tersebut, haruslah
memiliki komitmen untuk dapat melaksanakannya dengan sebaik-
baiknya.
d. Masyarakat pun harus ikut berpartisipasi pula di dalam upaya penangan
masalah pengemis ini.
e. Adanya peran broker (penghubung), sehingga mereka bisa memiliki
akses kepada sumber-sumber yang dapat memenuhi kebutuhannya.

25 | P a g e
BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Berdasarkan keterangan dari berbagai sumber yang kami dapatkan serta


hasil observasi di sekitar Jalan Kompleks pertokoan Jumbo dan Pasar 45 Manado
Kami menyimpulkan bahwa permasalahan pengemis ini merupakan
permasalahan sosial yang kompleks dengan jenis dan motif yang beragam. Tidak
hanya berkaitan dengan si pengemis saja, tetapi juga ada kaitannya dengan
kondisi keluarga si pengemis, kondisi masyarakat, serta pemerintah. Pengemis
tidak hanya mereka yang lanjut usia atau cacat, tetapi ada juga yang dijadikan
sebagai profesi. Menjadi pengemis tidak hanya karena himpitan ekonomi tetapi,
tradisi masyarakat, momen-momen tertentu, serta nilai-nilai yang dianut individu
pun bisa menjadi motif mereka untuk menjadi seorang pengemis.

3. 2 Saran

Permasalahan pengemis yang begitu kompleks saat ini, tentunya perlu


tindakan-tindakan yang kompleks pula dalam mengatasi atau mengurangi
permasalahan tersebut. Kami hanya bisa menyarankan serta memberi masukan
kepada semua pihak yang terlibat dalam permasalahan pengemis ini agar bekerja
sama satu sama lain. Pemerintah tidak hanya membuat kebijakan-kebijakan
tetapi juga harus ikut mengawasi dan menindaklanjuti kebijakan-kebijakan
tersebut, kalau-kalau ada oknum-oknum yang menyalahgunakan kebijakan-
kebijakan tersebut. Untuk masyarakat, jangan hanya mengkritik tanpa ada solusi
yang konkrit, masyarakat pun harus turut serta dalam penanganan masalah
pengemis ini, entah itu mengawasi kesesuaian pelaksanaan kebijakan,
mendirikan lembaga-lembaga kemasyarakatan, ataupun menghubungkan para
pengemis kepada sumber-sumber yang dapat memenuhi kebutuhannya. Untuk

26 | P a g e
pekerja sosial agar lebih teliti lagi dalam melakukan penanganan terhadap
masalah pengemis ini, sehingga solusi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
para pengemis.

27 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Mengemis

http://www.bisnis-jabar.com/index.php/berita/pengemis-di-bandung-naik-20

Soehartono, Irawan. 2007. Kebijakan Sosial. Bandung : Alfabeta.

http://forget-hiro.blogspot.com/2010/05/mengapa-pengemis-menjadi-pengemis.html

Permensos No.08 Tahun 2012 tentang Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan
Sosial.

UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

Siporin, Max. 1970. Introduction to Social Work Practice. New York : Macmillah
Publishing Co. Inc. London : Collier Macmillah Publisher.

28 | P a g e
29 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai