BAROTRAUMA KULIT
OLEH KELOMPOK 6
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah - Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah Asuhan
Keperawatan Hiperbarik Barotrauma pada kulit yang insyaallah tepat pada waktunya.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan tuntas tanpa
adanya bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penyusun ucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya, khususnya kepada Teman - teman
kelompok 6 selaku penyusun makalah ini
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak banyak kekurangan.
Akhirnya kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat penyusun butuhkan untuk
dijadikan pedoman dalam penyusunan ke arah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Tujuan penulisan.................................................................................................................1
1. Tujuan Umum.................................................................................................................1
2. Tujuan Khusus................................................................................................................1
C. Manfaat Penulisan...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Konsep Dasar Penyakit.......................................................................................................3
1. Definisi........................................................................................................................3
2. Epidemiologi...............................................................................................................3
3. Etiologi........................................................................................................................4
4. Jenis-jenis Barotrauma................................................................................................4
5. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................5
6. Penatalaksana..............................................................................................................5
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan..................................................................................7
1. Pengkajian...................................................................................................................7
2. Diagnosa Keperawatan................................................................................................8
3. Intervensi Keperawatan...............................................................................................9
4. Implementasi Keperawatan.......................................................................................12
5. Evaluasi Keperawatan...............................................................................................12
BAB III PENUTUP..................................................................................................................13
A. Kesimpulan......................................................................................................................13
B. Saran.................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Barotrauma adalah kerusakan jaringan yang terjadi akibat kegagalan untuk
menyamakan tekanan udara antara ruang berudara pada tubuh (seperti kulit tengah)
dan tekanan pada lingkungan sewaktu melakukan perjalanan dengan pesawat terbang
atau pada saat menyelam. Barotrauma dapat terjadi pada kulit, wajah (sinus), dan
paru, dalam hal ini bagian tubuh yang memiliki udara di dalamnya.
Barotrauma merupakan segala sesuatu yang diakibatkan oleh tekanan kuat yang
tiba-tiba dalam ruangan yang berisi udara pada tulang temporal, yang diakibatkan oleh
kegagalan tuba eustakius untuk menyamakan tekanan dari bagian kulit tengah dan
terjadi paling sering selama turun dari ketinggian atau naik dari bawah air saat
menyelam. Barotrauma kulit tengah merupakan cedera terbanyak yang dapat terjadi
pada saat menyelam.
Hukum Boyle menyatakan bahwa suatu penurunan atau peningkatan pada
tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan suatu volume gas dalam ruang
tertutup. Bila gas terdapat dalam struktur yang lentur, maka struktur tersebut dapat
rusak karena ekspansi atau kompresi. Barotrauma dapat terjadi bilamana ruang-ruang
berisi gas dalam tubuh (kulit tengah, paru-paru) mejadi ruang tertututup dengan
menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi normal.
Barotrauma merupakan kerusakan jaringan yang terjadi akibat perbedaan antara
keseimbangan tekanan udara di dalam rongga udara fisiologis dalam tubuh dengan
tekanan di sekitarnya. Ketidakseimbangan tekanan terjadi apabila seseorang tidak
mampu menyamakan tekanan udara di dalam ruang kulit tengah pada waktu tekanan
air bertambah ataupun berkurang
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa, tenaga kesehatan maupun penulis dapat mengetahui
dan mengerti mengenai konsep dasar penyakit Barotrauma Kulit dan asuhan
keperawatan pada klien dengan Barotrauma kulit
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui secara teori penyakit Barotrauma kulit
1
b) Mengetahui pengkajian pada Pasien dengan penyakit Barotrauma kulit
c) Mengetahui diagnosa keperawatan pada Pasien dengan penyakit Barotrauma
kulit
d) Mengetahui Intervensi keperawatan pada Pasien dengan penyakit Barotrauma
kulit
e) Mengetahui Implementasi keperawatan pada Pasien dengan penyakit
Barotrauma kulit
f) Mengetahui Evaluasi keperawatan pada Pasien dengan penyakit Barotrauma
kulit
C. Manfaat Penulisan
Makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan juga pembaca dalam hal
mempelajari tentang Asuhan keperawatan Barotrauma kulit
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Epidemiologi
3
3. Etiologi
Barotrauma paling sering terjadi pada perubahan tekanan yang besar seperti
pada penerbangan.Penyelam misalnya pada penyakit dekompresi yang dapat
menyebabkan kelainan pada kulit.Paru-paru sinus paralisis serta emboli udara
pada arteri yang dimana diakibatkan oleh perubahan tekanan yang secara tiba-tiba
misalnya pada kulit sewakktu dipesawat yang menyebabkan tuba eustacius gagal
untuk membuka.Jika tuba eustaciustersumbbat tekanan udara didalam kulit
tengan berbeda dari tekanan diluar gendangan kulit menyebabkan barotrauma.
Barotrauma dapat terjadi pada kulit saat menyelam ataupun saat
terbang.Perubahan tekanan pada kedalaman 17 kaki dibawah air setara dengan
perubahan tekanan pada ketinggian 18 ribu kaki diatas bumi.Dengan demikian
perubahan tekanan lingkungan terjadi lebih cepat pada saat menyelam
dibandingkan pada saat terbang.Hal ini dapat menjelaskan tingginya insiden
barotrauma pada kulit tengah saat menyelam.Namun meskipun insiden relative
lebih tinggi pada saat menyelam, masihh lebih banyak orang bepergian dengan
pesawat.
4. Jenis-jenis Barotrauma
a) Barotrauma aural
Barotrauma telinga adalah yang paling sering ditemukan pada penyelam,
dibagi menjadi 3 jenis yaitu barotrauma telinga luar, tengan dan dalam,
tergantung dari bagian kulit yang terkena. Barotrauma telinga ini bisa terjadi
secara bersamaan dan juga dapat berdiri sendiri.
Barotrauma telinga luar berhubungan dengan dunia luar,maka pada waktu
menyelam, air akan masuk kedalam meatusakustikus eksternus. Bila
meatusakustikus eksternustertutup, maka udara yang terjebak, pada wakttu
tekanan bertambah, mengecilnya volume udara tidak mungkin di kompensasi
dengan kolapsnya conalis acusticus externus, hal ini berakibat terjadinya
dekongesti, perdarahan dan tertariknya membrana timpani ke lateral. Peristiwa
ini mulai terjadi bila terdapat perbedaan tekanan air dan tekanan udara dalam
rongga canalis acusticus externus sebesar kurang lebih 150 mmHg atau lebih,
yaitu kurang lebih sedalam 1,5 - 2 meter.
Telinga tengah merupakan suatu rongga tulang dengan hanya satu
penghubung ke dunia luar, yaitu melalui tuba eustachi.Tuba ini biasanya selalu
tertutup dan hanya akan membuka pada waktu menelan, menguap dan valsava
maneuver. Valsava maneuver dilakukan dengan menutup mulut dan hidung, lalu
meniup dengan kuat dengan demikian tekanan didalam pharynxakan
meninngkat sehingga muara dapat terbuka.
Barotrauma telinga dalam biasanya adalah komplikasi dari barotrauma
telinga tengah pada waktu menyelam, disebabkan karena melakukan maneuver
valsavayang dipaksakan. Bila terjadi perubahan dalam kavum timpani akibat
barotrauma maka membrane timpani akan mengalami edema dan akan menekan
4
stapes yang terletak pada foramen ovaledan membrane pada foramen rotunda
yang mengakibatkan peningkatan tekanan di telinga dalam yang akan
merangsang labirin vestibuler sehingga terjadi deviasi langkah pada
pemeriksaan “stepping Test”.
b) Barotrauma Sinus.
Rongga tubuh yang lain yang sering mendapat gangguan akibat adanya
perbedaan tekanan antara di dalam rongga dan sekitar tubuh adalah sinus
paranasalis. Dinding sinus ini di lapisi mukosa dan muaranya pada cavum nasi.
Ada 4 buah sinus pada tubuh kita, tapi yang sering terganggu adalah 2 buah,
yaitu sinus maxilaris dan sinus frontalis, sedang yang 2 buah lagi, yaitu sinus
ethmoidalis dan sinus sphnoidalis jarang terganggu. Kelainan di sinus- sinus ini
tersebut : Barosinusitis. Presentase kejadiannya kira-kira 1,17 - 1,5%.
Barotrauma terhadap kulit merupakan cedera yang paling sering mengenai
penyelam.Barotrauma pada kulit tengah terjadi akibat kegagalan tuba
Eustachius untuk menyamakan tekanan antara kulit tengah dan lingkungan saat
terjadi perubahan tekanan. Barotrauma akan mudah terjadi apabila perubahan
tekanan semakin cepat dan perbedaan tekanan semakin besar. Gejala yang
sering timbul pada barotrauma kulit meliputi kulit terasa penuh, sakit,
berdengung, pusing, dan penurunan pendengaran.Faktor yang mempengaruhi
barotrauma terdiri dari faktor individu, lingkungan, dan karakteristik pekerjaan.
Berdasarkan penelitian Kartono pada penyelam di Kabupaten Jepara,
menunjukkan bahwa faktor risiko yang paling dominan untuk kejadian
barotrauma adalah faktor kedalaman penyelaman (OR=0.55).
5. Pemeriksaan Penunjang
6. Penatalaksana
5
dilakukan adalah berusaha untuk membuka tuba eustakius dan mengurangi
tekanan dengan mengunyah permen karet, atau menguap, atau menghirup udara,
kemudian menghembuskan secara perlahan-lahan sambil menutup lubang hidung
dengan tangan dan menutup mulut.
Selama pasien tidak menderita infeksi traktus respiratorius atas, membrane
nasalis dapat mengkerut dengan semprotan nosinefrin dan dapat diusahakan
menginflasi tuba eustakius dengan perasat politzer, khususnya dilakukan pada
anak- anak berusia 3-4 tahun. Kemudian diberikan dekongestan, antihistamin atau
kombinasi keduanya selama 1-2 minggu atau sampai gejala hilang, antibiotik
tidak diindikasikan kecuali bila terjadi perforasi di dalam air yang kotor.
Perasat politzer terdiri dari tindakan menelan air dengan bibir tertutup
sementara ditiupkan udara ke dalam salah satu nares dengan kantong politzer atau
apparatus senturi nares yang lain ditutup. Kemudian anak dikejutkan dengan
meletuskan balon dikulitnya, bila tuba eustakius berhasil diinflasi, sejumlah
cairan akan terevakuasi dari kulit tengah dan sering terdapat gelembung-
gelembung udara pada cairan
6
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas Pasien :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Agama :
Tanggal Masuk RS :
Alasan Masuk :
A. Pengkajian Primer
1) Airway (jalan napas)
Kaji Bunyi napas tambahan seperti napas ber-bunyi, stridor, ronkhi, pada klien
dengan peningkatan produksi secret, dan kemampuan batuk yang menurun
sehingga sering didapatkan sumbatan jalan nafas.
2) Breathing (pernapasan)
Pada pengkajian breathing dilakukan dengan look, listen, feel yang dinilai yaitu
irama nafas apakah teratur atau tidak teratur atau pola nafas tidak efektif, adakah
hipoksemia berat , adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas , adakah
bunyi whezing atau ronchi.
3) Circulation (sirkulasi)
Hal yang perlu dikaji dan diperhatikan adalah denyut nadi pasien baik frekuensi
dan kualitas denyut nadi pasien, bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra,
denyut menurun, warna kulit dan kelembaban berubah, missal; pucat sianosis,
berkeringat, edema, haluaran urine menurun bila curah jantung menurun berat.
Pertanyaan yang bisa muncul yaitu sebagai berikut.
• Apakah nadi takikardi atau apakah bradikardi ?
• Apakah terjadi penurunan TD ?
• Bagaimana kapilery refill ?
• Apakah ada sianosis ?
4) Disability (kesadaran)
Pemeriksaan Neurologis
GCS :E:- , V:- , M:-
Reflex Fisiologis : Reflex Patologis :
7
Kekuatan Otot :
Skala nyeri : -
5) Exposure
Tergantung keadaan pasien, pada beberapa pasien terjadi peningkatan suhu
tubuh ada juga yang tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
B. Pengkajian Sekunder
a) Riwayat Kesehatan
(1) Keluhan Utama
Pada kasus barotrauma, ditemukan keluhan utama yaitu nyeri pada kulit.
(2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Kronologi pasien dari mulai sakit pada saat itu sampai dirawat di Rumah
Sakit dan perawatan yang sudah di berikan selama di rawat. Pada kasus
barotrauma pasien biasanya mengeluh nyeri kulit, rasa penuh pada kulit,
kehilangan pendengaran, serumen keras, nyeri berat, bahkan penurunan
pendengaran, adanya cairan yang keluar dari kanalis auditorius eksternus,
nyeri tekan pada aural, demam, selulitis, tinnitus, persisten bau busuk
(3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat terdahulu seerti benda asing yang masuk pada kulit,
trauma tulang, hantaman keras pada kulit, reaksi alergi, dll
(4) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita penyakit seperti
yang diderita pasien sekarang atau penyakit menular dan keturunan lainnya
seperti DM,HT,TB dll.
b) Pemeriksaan Fisik
(1) Inspeksi
Adanya otorea, dengan otoskopi : eritema, edema, lesi, adanya benda asing,
cairan abnormal yang keluar dan terjadi peradangan pada membrane timpani
dan edema bahkan hematoma pada sekitar kulit.
(2) Palpasi
Adanya nyeri tekan pada kulit dan sekitar kulit
2. Diagnosa Keperawatan
8
3. Intervensi Keperawatan
NO DX LUARAN INTERVENSI
1 Nyeri Akut b.d Setelah diberikan Manajemen Nyeri
asuhan keperawatan
Agen Pencedera A. Observasi
selama 2x24 jam
Fisik diharapkan nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi kualitas, intensitas nyeri
menurun dengan
2. Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
1. Keluahan nyeri
4. Identifikasi faktor yang memperberat rasa nyeri
menurun
2. Meringis menurun 5. Identifikasi pengetahuan tentang nyeri
9
C. Edukasi
1. Ajarkan terapi komplmenter untuk mengurangi rasa nyeri (mis. Relaksasi,
pijat, distraksi, terapi bermain)
2. Informasikan penggunaan analgetik
D. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
C. Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Aj arkan cara mencuci tangan dengan benar
10
3. Aj arkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
D. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
11
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Barotrauma adalah cedera yang terjadi akibat perubahan tekanan udara secara
mendadak. Kondisi ini sering dialami oleh seorang penyelam atau orang yang rutin
bepergian dengan pesawat terbang. Barotrauma ditandai dengan kuping yang terasa
pengang akibat perbedaan tekanan udara di dalam dan di luar telinga Barotrauma
adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan kerusakan jaringan yang terjadi
akibat ketidakseimbangan tekanan pada rongga udara dalam tubuh dengan jaringan
tubuh.Brarotrauma paling sering terjadi pada pennerbngan dan penyelaman dengan
scuba.
Etiologi : memakai dry/wet suit yg tidak cocok
Patof : terjadi rongga udara antara kulit & pakaian → saat turun, tek dalam rongga
udara tadi jd relatif – terhadao tek di sekelilingnya → kulit terhisap pd rongga
udara tersebut
Gejala : timbul garis hiperemis sesuai lipatan pakaian yg membentuk rongga udara
Prognosis : sembuh dlm beberapa hari
B. Saran
Mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep dasar dari penyakit barotrauma
dan menggunakan ketrampilannya dalam menangani kasus gawat darurat pada
sistem panca indra khususnya pada kasus barotrauma
13
DAFTAR PUSTAKA
Adams G, Boies L, Higler P. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC. 1997. Hal. 90-2.
Dosen Bagian Ilmu Penyakit THT. Anatomi Telinga. Medan: Bagian Ilmu Penyakit THT
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2012;1-22.
Hernawati. Anatomi dan Fisiologi Paru-Paru dalam Sistem Pernapasan Manusia pada
Kondisi Latihan dan Perbedaan Ketinggian. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas MIPA Universitas Pendidikan Indonesia. 2012;1-25.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, shirlee J. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik (7th ed.). Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indoensia Edisi I.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawata Nasional Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Luaran Keperawatan Indoensia Edisi I. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawata Nasional Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indoensia Edisi I.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawata Nasional Indonesia
14