Anda di halaman 1dari 24

TAMPONADE JANTUNG

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
Mata Kuliah Keperawatan Kritis
Dosen Pembimbing : Tommy J. Wowor

Disusun oleh:
1. Irma Puspitasari
2. Ela Hayati
3. Eki Permana

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji serta rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas
berkah dan rahmat-Nyalah serta ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tentang “Tamponade Jantung”. Dengan harapan makalah
ini dapat membantu mahasiswa/i dalam mempelajari mata kuliah keperawatan
kritis.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami
dalam rangka pengembangan dasar ilmu keperawatan kritis yang berkaitan dengan
tamponade jantung. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk
menambah wawasan tentang pengetahuan keperawatan kritis secara meluas.
Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat menjadi
konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna dan
masih perlu perbaikan serta penyempurnaan, baik dari segi materi maupun
pembahasan. Oleh sebab itu dengan lapang dada penulis akan menerima kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini dimasa
mendatang.
Demikianlah, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
ikut memberikan sumbangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Jakarta, Maret 2018

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................ 3
1.4 Manfaat Penulisan .............................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Medis ........................................................... 4
2.1.1 Pengertian ................................................................. 4
2.1.2 Anatomi Fisiologi .....................................................
2.1.3 Etiologi .....................................................................
2.1.4 Patofisiologi ..............................................................
2.1.5 Manifestasi Klinis .....................................................
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ............................................
2.1.7 Penatalaksanaan ........................................................
2.1.8 Komplikasi ...............................................................
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ..................................
2.2.1 Pengertian .................................................................
2.2.2 Anatomi Fisiologi .....................................................
2.2.3 Etiologi .....................................................................
2.2.4 Patofisiologi ..............................................................
2.5.5 Manifestasi Klinis .....................................................
..................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .........................................................................
3.2 Saran ...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tamponade jantung merupakan salah satu komplikasi yang paling fatal
dan memerlukan tindakan darurat. Terjadi pengumpulan cairan di pericardium
dalam jumlah yang cukup untuk menghambat aliran darah ke ventrikel.
(Mansjoer, dkk. 2001: 458) Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan
tamponade jantung adalah 250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung
cepat, dan 100 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat, karena
pericardium mempunyai kesempatan untuk meregang dan menyesuaikan diri
dengan volume cairan yang bertambah tersebut (Muttaqin, 2009: 137).
Insidens tamponade jantung di Amerika Serikat adalah 2 kasus per 10.000
populasi. Lebih sering pada anak laki-laki (7:3) sedangkan pada dewasa tidak ada
perbedaan bermakna (laki-laki:perempuan – 1,25:1). Morbiditas dan mortalitas
sangat tergantung dari kecepatan diagnosis, penatalaksanaan yang tepat dan
penyebab (Munthe, 2011).
Tamponade terjadi ketika ada akumulasi cairan pada ruang pericardium.
Ini mengakibatkan elevasi pada tekanan intracardiac, penurunan diastole secara
progresif dan berkelanjutan, mengurangi volume sekuncup dan cardiac output.
(ENA, 2000: 128). Tamponad terjadi bila jumlah efusi pericardial menyebabkan
hambatan serius aliran darah ke jantung (gangguan diastolic ventrikel)
(Panggabean, 2006: 1604).
Jadi tamponade jantung adalah kompresi pada jantung yang disebabkan
oleh peningkatan tekanan intraperikardial akibat pengumpulan darah atau cairan
dalam pericardium (250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat,
dan 100 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat) yang
menyebabkan penurunan pengisian ventrikel disertai gangguan hemodinamik,
dimana ini merupakan salah satu komplikasi yang paling fatal dan memerlukan
tindakan darurat.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas masalah tamponade
jantung, agar dapat memberikan manfaat baik dosen maupun mahasiswa/i.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan
permasalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan tamponade jantung?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan tamponade
jantung?
3. Apa saja yang menjadi penyebab tamponade jantung?
4. Bagaimana perjalanan penyakit atau patofisiologi tamponade jantung?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari tamponade jantung?
6. Jenis pemeriksaan penunjang pada pasien tamponade jantung?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien tamponade jantung?
8. Apa saja yang menjadi komplikasi dari penyakit tamponade jantung?
9. Bagaimana asuhan keperawatan tamponade jantung?

1.3 Tujuan Pembahasan


Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1. Mahasiswa/i dapat mengerti tentang konsep asuhan keperawatan pada
pasien tamponade jantung.
2. Mahasiswa/i dapat mengaplikasikan konsep asuhan keperawatan pada
pasien dengan tamponade jantung.
a.4 Manfaat Penulisan
Sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penulisan yang
hendak dicapai, maka manfaat yang dapat diharapkan dari penulisan makalah ini
adalah :
1. Bagi Mahasiswa
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan mahasiswa memahami tamponade jantung.

2. Bagi Perawat
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
tenaga kesehatan khususnya perawat agar mengetahui tamponade jantung dan
mampu menerapkan asuhan keperawatannya dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga dapat diaplikasikan pada pelayanan kesehatan.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penulisan makalah ini diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan
dan sebagai bahan masukan bagi sekolah atau instansi kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Medis


2.1.1 Pengertian Tamponade Jantung
Tamponade jantung merupakan salah satu komplikasi yang paling fatal
dan memerlukan tindakan darurat. Terjadi penngumpulan cairan di pericardium
dalam jumlah yang cukup untuk menghambat aliran darah ke ventrikel.
(Mansjoer, dkk. 2001)
Tamponade jantung adalah sindrom klinik dimana terjadi penekanan yang
cepat atau lambat terhadap jantung akibat akumulasi cairan, nanah, darah, bekuan
darah, atau gas di perikardium, sebagai akibat adanya efusi, trauma, atau ruptur
jantung (Spodick, 2003)
Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan tamponade jantung adalah
250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat, dan 100 cc bila
pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat, karena pericardium mempunyai
kesempatan untuk meregang dan menyesuaikan diri dengan volume cairan yang
bertambah tersebut (Muttaqin, 2009)
Dari beberapa definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
tamponade jantung adalah kompresi pada jantung yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan intraperikardial akibat pengumpulan darah atau cairan dalam
pericardium (250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat, dan 100
cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat) yang menyebabkan
penurunan pengisian ventrikel disertai gangguan hemodinamik, dimana ini
merupakan salah satu komplikasi yang paling fatal dan memerlukan tindakan
darurat.
2.1.2 Anatomi Fisiologi Sistem Jantung
Pericardium merupakan kantung elastis membran yang dilapisi oleh
membran serosa skuamosa sederhana dan diisi dengan cairan serosa yang
membungkus jantung dan aorta serta pembuluh darah besar lainnya dan menjadi
jangkar jantung di mediastinum; kantung sendiri terdiri dari lapisan fibrosa
(dengan lampiran ke diafragma, sternum, dan kartilago kosta) dan lapisan
parietalis dalam serosa sedangkan lapisan serosa viseral meluas ke permukaan
eksternal dari miokardium, itu berfungsi sebagai penghalang pelindung dari
penyebaran infeksi atau peradangan dari struktur yang berdekatan ke dalam ruang
perikardial dan berfungsi untuk mengandung jantung dan batas overfilling dari
ruang; lapisan membran serosa mengeluarkan cairan perikardial yang melumasi
permukaan jantung seperti cekungan dan tonjolan dalam ruang perikardial. Dibagi
menjadi dua lapisan yaitu : (Darling, 2012)

1. Pericardium Visceral (Epicardium)


Lapisan yang mengelilingi jantung, dan melekat padanya, adalah
perikardium visceral, atau epikardium. Jantung dapat meluncur dengan mudah
pada perikardium viseral, sehingga memungkinkan untuk berkontraksi dengan
bebas. Perikardium viseral memiliki lapisan luar dari sel mesothelial datar, yang
terletak di stroma jaringan penunjang fibrocollagenous. Jaringan penunjang ini
mengandung serat elastis, serta arteri besar yang memasok darah ke dinding
jantung, dan cabang vena besar yang membawa darah dari dinding jantung
(Darling, 2012)

2. Pericardium Parietalis
Lapisan luar dari pericardium, yang disebut perikardium parietalis, terdiri
dari lapisan luar yang kuat, jaringan ikat tebal (disebut perikardium fibrosa) dan
lapisan serosa dalam (pericardium serosa). Lapisan fibrosa perikardium parietalis
melekat pada diafragma dan berdifusi dengan dinding luar dari pembuluh darah
besar yang memasuki dan meninggalkan jantung. Dengan demikian, perikardium
parietalis membentuk kantung pelindung yang kuat untuk jantung dan berfungsi
juga untuk jangkar dalam mediastinum. Lapisan serosa dari perikardium
parietalis, sebagian besar terdiri dari mesothelium bersama-sama dengan jaringan
ikat kecil, membentuk epitel skuamosa sederhana dan mengeluarkan sejumlah
kecil cairan (biasanya sekitar 25 sampai 35 ml), yang membuat dua lapisan
perikardium dari bergesekan sama lain dan menyebabkan gesekan selama
kontraksi otot jantung. Di bagian atas jantung, lapisan viseral lipatan atas
bergabung dengan lapisan parietalis. Flip ini disebut refleksi pericardium
(Darling, 2012)

Gambar 1 Penampang Jantung dan Pericardium

2.1.3 Etiologi
1. Perikarditis
2. Neoplasma
3. Uremia
4. Kanker paru end-stage
5. Miokard infark akut
6. Perdarahan ke dalam ruang pericardial akibat trauma, operasi, atau infeksi
2.1.4 Patofisiologi
Tamponade jantung terjadi bila jumlah efusi perikardium menyebabkan
hambatan serius aliran darah ke jantung (gangguan diastolik ventrikel) penyebab
tersering adalah neolasma dan uremi. (Panggabean 2006:364). Neoplasma
menyebabkan terjadinya pertumbuhan sel secara abnormal pada otot jantung.
Sehingga terjadi hiperplasia sel yang tidak terkontrol, ynag menyebabkan
pembentukan massa (tumor). Hal ini yang dapat mengakibatkan ruang pada
kantong jantung (perikardium) dengan lapisan paling luar jantung (epikardium).
Uremia juga mengakibatkan temponade jantung(price, 2005 :945). Dimana orang
yang mengalami uremia di dalam darahnya terdapat toksik metabolik yang dapat
menyebabkan inflamasi ( dalam hal ini inflamasi terjadi pada perikardium). Selain
itu, temponade jantung juga dapat di sebabkan akibat trauma tumpul / tembus.
Jika trauma ini mengenai ruang perikardium akan terjadi perdarahan sehingga
darah banyak terkumpul di ruang perikardium. Hal ini mengakibatkan jantung
terdesak oleh akumulasi ciran tersebut

Gambar 2 Tamponade Jantung


2.1.5 Manifestasi Klinis
1. Gejala yang muncul bergantung kecepatan akumulasi cairan perikardium.
Bila terjadi secara lambat dapat memberi kesempatan mekanisme
kompensasi seperti takikardi, peningkatan resistensi vascular perifer dan
peningkatan volume intravaskular. Bila cepat, maka dalam beberapa menit
bisa fatal.
2. Tamponade jantung akut biasanya disertai gejala peningkatan tekanan
vena jugularis, pulsus paradoksus >10mmHg, tekanan nadi <30mmHg,
tekanan sistolik <100mmHg, dan bunyi jantung yang melemah.
3. Sedangkan pada yang kronis ditemukan peningkatan tekanan vena
jugularis, takikardi, dan pulsus paradoksus (gambaran lain yang menandai
perubahan yang tidak terduga tekanan vena).

Keluhan dan gejala yang mungkin ada yaitu adanya jejas trauma tajam dan
tumpul di daerah dada atau yang diperkirakan menembus jantung, gelisah, pucat,
keringat dingin, peninggian vena jugularis, pekak jantung melebar, suara jantung
redup dan pulsus paradoksus. Trias classic beck berupa distensis vena leher, bunyi
jantung melemah dan hipotensi didapat pada sepertiga penderita dengan
tamponade. (Mansjoer, dkk. 2000)

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Rontgen dada
Menunjukkan gambaran “water bottle-shape heart”, kalsifikasi
perkardial.

 Kardiomegali bentuk bulat atau segitiga, dengan gambaran paru yang


bersih
 Foto lateral kadang terlihat double fat stripe
Gambar 4. Foto Thorax AP : Jantung membesar berbentuk botol

2. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium disesuaikan dengan etiologi terjadinya
tamponade jantung, misalnya pemeriksaan berikut :
 Peningkatan creatine kinase dan isoenzim pada MI dan trauma jantung.
 Profil renal dan CBC uremia dan penyakit infeksi yang berkaitan dengan
pericarditis
 Protrombin time (PT) dan aPTT (activated partial thromboplastin time)
menilai resiko perdarahan selama intervensi misalnya drainase perikardial.

3. Elektrokardiografi (EKG)
a. Didapatkan PEA (Pulseless Electric Activity), sebelumnya dikenal
sebagai Electromechanical Dissociation, merupakan dimana pada EKG
didapatkan irama sedangkan pada perabaan nadi tidakditemukan pulsasi.
PEA Amplitude gelombang P dan QRS berkurang pada setiap gelombang
berikutnya.
b. PEA dapat ditemukan pada tamponade jantung, tension pneumothorax,
hipovolemia, atau ruptur jantung.
c. Dengan EKG 12 lead berikut suspek tamponade jantung :
 Sinus tachycardia
 Kompleks QRS Low-voltage
 Electrical alternans : kompleks QRS alternan, biasanya rasio 2:1, terjadi
karena pergerakan jantung pada ruang pericardium. Electrical
ditemukan juga pada pasien dengan myocardial ischemia, acute
pulmonary embolism, dan tachyarrhythmias.
 PR segment depression

d. EKG juga digunakan untuk memonitor jantung ketika melakukan aspirasi


perikardium.

Gambar 5. Hasil EKG

4. Echocardiografi
Meskipun echocardiografi menyediakan informasi yang berguna,
tamponade jantung adalah diagnosis klinis. Berikut ini dapat diamati dengan
echocardiografi 2-dimensi :
 Zona ruang bebas posterior dan anterior ventrikel kiri dan di belakang
atrium kiri : Setelah operasi jantung, suatu pengumpulan cairan lokal
posterior tanpa efusi anterior yang signifikan dapat terjadi dan dapat
membahayakan cardiac output.
 Kolapsnya diastolic awal dari dinding bebas ventrikel kanan
 kompresi end diastolic / kolapsnya atrium kanan
 Plethora vena cava inferior dengan inspirasi minimal atau tidak kolaps
 Lebih dari 40% peningkatan inspirasi relatif dari sisi kanan aliran
 Lebih dari 25% penurunan relatif pada aliran inspirasi di katup mitral

5. Pulse Oksimetri
Variabilitas pernapasan di pulse-oksimetri gelombang dicatat pada pasien
dengan paradoksus pulsus. Dalam kelompok kecil pasien dengan tamponade,
Stone dkk mencatat peningkatan variabilitas pernapasan di pulsa-oksimetri
gelombang pada semua pasien. Ini harus meningkatkan kecurigaan untuk
kompromi hemodinamik. Pada pasien dengan atrial fibrilasi, pulsa oksimetri-
dapat membantu untuk mendeteksi keberadaan paradoksus pulsus.

6. USG FAST
Untuk mendeteksi cairan di rongga perikardium.

2.1.7 Penatalaksanaan
Pada keadaan ini dapat dilakukan perikardiosintesis. Sebuah jarum
berongga ukuran 16 sepanjang 6 inci ditusukkan di bawah prosesus xifoideus dan
diarahkan ke apeks jantung. Jarum tersebut kemudian dihubungkan dengan alat
EKG 12 sadapan melalui klem aligator untuk membantu menentukan apakah
jarumnya mengenai jantung. Defleksi yang tajam akan terlihat pada pola EKG.
Perikardiosintesis dapat disertai dengan denyut jantung false-positive yang
signifikan karena klinisi bisa saja mengaspirasi darah yang berasal dari ventrikel
kanan sendiri. Petunjuk yang akan mengarahkan pengambilan keputusan adalah
bahwa darah yang bersal dari kantong perikardium biasanya tidak akan membeku.
Yang paling baik, perikardiosistesis adalah prosedur yang bersifat sementara
untuk memperbaiki fungsi jantung sambil menunggu pembedahan. Di beberapa
rumah sakit, lubang atau jendela pada selaput perikardium dibuat secara darurat di
UGD oleh dokter bedah atau dokter spesialis kardiotoraks. (Oman, 2008)
Gambar 3. Perikardiosintesis

Penatalaksanaan pra rumah sakit bagi temponade cardio pada tingkat


EMP-A memerlukan transportasi cepat ke rumah sakit. Ini merupakan satu dari
beberapa kedaruratan yang harus ditransport dengan sirine dan lampu merah.
Perhatian ketat harus dicurahkan untuk menghindari pemberian cairan berlebihan
ke pasien. Sering sukar membedakan antara temponade pericardium dan “tension
pneumotoraks” tanpa bantuan radiograph. EMT harus cermat mengamati
penderita dan mengingatkan dokter di rumah sakit terhadap kemungkinan
tamponade pericardium.
Pada tingkat paramedic EMT, setelah diagnositik dan konsultasi ke dokter
rumah sakit, tamponade pericardium dapat diaspirasi. Aspirasi dapat dilakukan
dengan menggunakan jarum interkardiak untuk suntikan ephineprin, dengan
hanya menarik penuh semprit yang kosong. Pendekatannya dari subxifoid,
menuju scapula kiri tepat seperti suntikan intrakardia. Perbedaannya dalam
memasukkan jarum selanjutnya. Pemasukan jarum harus dihentika tepat setelah
memasuki kantong pericardium, sebelum masuk ke ventrikel (lihat gambar).
Identifikasi lokasi ujung jarum dengan tepat dapat dibantu dengan menempatkan
sadapan V elektrograf ke batang baja. Jarum ini dengan klem “alligator”. Sewaktu
jarum dimasukkan, segera dapat diketahui arus luka sewaktu ujung jarum
menyentuh miokardium. Dengan menarik mundur sedikit ke kantong pericardium,
EMT kemudian dapat mengaspirasi darah tanpa mencederai myocardium.
Seratus lima puluh sampai 250 ml darah di kantong pericardium sudah cukup
untuk menimbulkan tamponade berat. Pengambilan beberapa milliliter bisa
mengurangi tekanan yang memungkinkan peningkatan curah jantung pasien,
peningkatan tekanan darah distal dan penurunan tekanan di sisi kanannya. Prasat
ini (mengeluarkan 50-75 ml darah) merupakan tindakan yang menyelamatkan
nyawa pada tamponade berat. Harus diingat bahwa terapi ini bukan definitif
melaikan hanya suatu tindakan sementara sampai penderita bisa dibawa ke kamar
operasi, tempat dapat dilakukan perikardiotomi formal sebelum penatalaksanaan
difinitive masalah jantung dengan anastesi lokal. Perlukaan pada pembuluh darah
jantung dan struktur vaskuler intertoraks ditangani dalam masa pra rumah sakit
seperti syok hemoragik lainnya dengan pakaian anti syok dan infus IV. (Boswick,
1997 : 80). Pemberian oksigen sesuai indikasi juga diperlukan untuk pasien
tamponade, agar mencegah terjadinya hipoksia jaringan akibat oksigen yang tidak
adekuat karena penurunan curah jantung.

2.1.8 Komplikasi
1. Gagal jantung
2. Syok kardiogenik
3. Henti jantung
4. Penimbunan cairan di paru-paru (edema paru)
5. Kematian

2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1. Pengkajian Primer
Data Subyektif
a. Riwayat Penyakit Sekarang
 Cedera tumpul atau cedera tembus pada dada, leher punggung atau
perut.
 Perbaikan pada lesi jantung.
 Dispnea
 Cemas
 Nyeri dada
 Lemah
b. Riwayat Kesehatan
 Penyakit jantung
 Penyakit infeksi dan neoplastik.
 Penyakit ginjal

Data Obyektif
a. Airway
Tidak ditemukan adanya tanda dan gejala.
b. Breathing
 Takipnea
 Tanda kusmaul: peningkatan tekanan vena saat inspirasi ketika
bernafas spontan
c. Circulation
 Takikardi
 Peningkatan volume vena intravaskular.
 Pulsus paradoksus >10mmHg, tekanan nadi <30mmHg, tekanan
sistolik <100mmHg
 Pericardial friction rub
 Pekak jantung melebar
 Trias classic beck berupa: distensis vena leher, bunyi jantung
melemah / redup dan hipotensi didapat pada sepertiga penderita
dengan tamponade.
 Tekanan nadi terbatas
 Kulit lembab, bibir, jari tangan dan kaki sianosis
d. Disability
 Penurunan tingakat kesadaran
2. Pengkajian Sekunder
a. Exposure
 Adanya jejas trauma tajam dan tumpul di daerah dada.
b. Five Intervensi
 Foto thorax menunjukkan pembesaran jantung
 EKG menunjukkan electrical alternas atau amplitude gelombang P
dan QRS yang berkurang pada setiap gelombang berikutnya
 Echocardiografi adanya efusi pleura
Hasil pemeriksaan Echocardiografi pada tamponade jantung
menunjukkan :
 Kolaps diastole pada atrium kanan
 Kolaps diastole pada ventrikel kanan
 Kolaps pada atrium kiri
 Peningkatan pemasukan abnormal pada aliran katup trikuspidalis dan
terjadi penurunan pemasukan dari aliran katup mitral > 15 %
 Peningkatan pemasukan abnormal pada ventrikel kanan dengan
penurunan pemasukan dari ventrikel kiri
 Penurunan pemasukan dari katup mitral .
 Pseudo hipertropi dari ventrikel kiri
 Pemeriksaan Doppler: Analisis Doppler terhadap tanda morfologi
jantung dapat membantu dalam menegakkan keakuratan diagnosa
klinis dan mendukung pemerikasaan laboraturium dari pola
hemodinamik pada tamponade.
c. Give Comfort
 Tidak terdapat tanda dan gejala
d. Head to Toe
 Kepala dan wajah: pucat, bibir sianosis
 Leher: peninggian vena jugularis
 Dada: ada jejas trauma tajam dan tumpul di daerah dada, tanda
kusmaul, takipnea, bunyi jantung melemah / redup dan pekak jantung
melebar
 Abdomen dan pinggang: tidak ada tanda dan gejala
 Pelvis dan perineum: tidak ada tanda dan gejala
 Ekstrimitas: pucat, kulit dingin, jari tangan dan kaki sianosis
e. Inspeksi Back / Posterior Surface
 Tidak ada tanda dan gejala

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan takipnea, tanda
kusmaul
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan sekuncup jantung ditandai dengan
distensi vena jugularis, perubahan EKG, TD menurun, kulit dingin, pucat,
jari tangan dan kaki sianosis,
3. Perfusi jaringan (cerebral, perifer, cardiopulmonal, renal, gastrointestinal)
tidak efektif b.d suplai O2 menurun ditandai dengan nadi lemah, TTV
abnormal, penurunan kesadaran, kulit pucat, sianosis, akral dingin.

2.2.3 Perencanaan
Dx 1 : Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan takipnea, tanda
kusmaul.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 15 menit diharapkan
pola nafas efektif dengan kriteria hasil :
 Takipnea tidak ada
 Tanda kusmaul tidak ada
 TTV dalam rentang batas normal (RR : 16 – 20 X/ mnt).

Intervensi
1. Pantau ketat tanda-tanda vital terutama frekuensi pernafasan
Rasional: Perubahan pola nafas dapat mempengaruhi tanda-tanda vital
2. Monitor isi pernafasan, pengembangan dada, keteraturan pernafasan, nafas
bibir dan penggunaan otot bantu pernafasan
Rasional: Pengembangan dada dan penggunaan otot bantu pernapasan
mengindikasikan gangguan pola nafas
3. Berikan posisi semifowler jika tidak kontrainndikasi
Rasional: Mempermudah ekspansi paru
4. Ajarkan klien nafas dalam
Rasional: Dengan latihan nafas dalam dapat meningkatkan pemasukan
oksigen
5. Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional: Oksigen yang adekuat dapat menghindari resiko kerusakan
jaringan
6. Berikan obat sesuai indikasi
Rasional: Medikasi yang tepat dapat mempengaruhi ventilasi pernapasan

Dx 2 : Penurunan curah jantung b.d perubahan sekuncup jantung ditandai dengan


distensi vena jugularis, perubahan EKG, TD menurun, kulit dingin, pucat, jari
tangan dan kaki sianosis.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 10 menit diharapkan
curah jantung ke seluruh tubuh adekuat dengan kriteria hasil :
 TTV dalam batas normal (Nadi : 60-100 x/mnt, TD : 110-140 mmHg).
 Nadi perifer teraba kuat
 Suara jantung normal.
 Sianosis dan pucat tidak ada.
 Kulit teraba hangat
 EKG normal
 Distensi vena jugularis tidak ada.

Intervensi
1. Monitor TTV berkelanjutan
Rasional: TTV merupakan indicator keadaan umum tubuh (jantung)
2. Auskultasi suara jantung, kaji frekuensi dan irama jantung
Rasional: Perubahan suara, frekuensi dan irama jantung dapat
mengindikasikan adanya penurunan curah jantung
3. Palpasi nadi perifer dan periksa pengisian perifer
Rasional: Curah jantung yang kurang mempengaruhi kuat dan lemahnya
nadi perifer
4. Kaji akral dan adanya sianosis atau pucat
Rasional: Penurunan curah jantung menyebabkan aliran ke perifer
menurun
5. Kaji adanya distensi vena jugularis
Rasional: Tamponade jantung menghambat aliran balik vena sehingga
terjadi distensi pada vena jugularis
6. Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional: Oksigen yang adekuat mencegah hipoksia
7. Berikan cairan intravena sesuai indikasi atau untuk akses emergency.
Rasional: Mencegah terjadinya kekurangan cairan
8. Periksa EKG, foto thorax, echocardiografi dan doppler sesuai indikasi.
Rasional: Pada tamponade jantung, terjadi abnormalitas irama jantung dan
terdapat siluet pembesaran jantung
9. Lakukan tindakan perikardiosintesis.
Rasional: Dengan perikardiosintesis cairan dalam ruang pericardium dapat
keluar

Dx 3 : Perfusi jaringan (cerebral, perifer, cardiopulmonal, renal, gastrointestinal)


tidak efektif b.d suplai O2 menurun ditandai dengan nadi lemah, TTV abnormal,
penurunan kesadaran, kulit pucat, sianosis, akral dingin.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 15 menit diharapkan
perfusi jaringan adekuat dengan kriteria hasil :
 Nadi teraba kuat
 TTV dalam batas normal (Nadi : 60-100 x/mnt, TD : 110-140 mmHg)
 Tingkat kesadaran composmentis
 Sianosis atau pucat tidak ada
 Nadi teraba lemah, terdapat sianosis,
 Akral teraba hangat

Intervensi :
1. Awasi tanda-tanda vital secara intensif
Rasional: Perubahan tanda-tanda vital seperti takikardi akibat dari
kompensasi jantung untuk memenuhi suplai O2
2. Pantau adanya ketidakadekuatan perfusi (kulit : dingin dan pucat, sianosis)
Rasional: Menunjukkan adanya ketidakadekuatan perfusi jaringan
3. Pantau GCS
Rasional: Penurunan perfusi terutama di otak dapat mengakibatkan
penurunan tingkat kesadaran
4. Anjurkan untuk bed rest/ istirahat total
Rasional: Menurunkan kebutuhan oksigen

2.2.4 Implementasi
Dilakukan sesuai intervensi dan kondisi pasien

2.2.5 Evaluasi
Hasil dari evaluasi dari yang diharapkan dalam pemberian tindakan
keperawatan melalui proses keperawatan pada klien dengan Malpresentasi
berdasarkan tujuan pemulangan adalah :
1. Pola nafas efektif
2. Curah jantung ke seluruh tubuh adekuat
3. Perfusi jaringan adekuat
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bersadarkan pemaparan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa
tamponade jantung adalah kompresi pada jantung yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan intraperikardial akibat pengumpulan darah atau cairan dalam
pericardium (250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat, dan 100
cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat) yang menyebabkan
penurunan pengisian ventrikel disertai gangguan hemodinamik, dimana ini
merupakan salah satu komplikasi yang paling fatal dan memerlukan tindakan
darurat.
Keluhan dan gejala yang mungkin ada yaitu adanya jejas trauma tajam dan
tumpul di daerah dada atau yang diperkirakan menembus jantung, gelisah, pucat,
keringat dingin, peninggian vena jugularis, pekak jantung melebar, suara jantung
redup dan pulsus paradoksus. Trias classic beck berupa distensis vena leher, bunyi
jantung melemah dan hipotensi didapat pada sepertiga penderita dengan
tamponade. (Mansjoer, dkk. 2000)

3.2 Saran
Penulis berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat mengerti
bagaimana asuhan keperawatan kritis pada pasien yang mengalami tamponade
jantung, dan paham bagaimana patofisiologi yang terjadi pada pasien yang
mengalami penyakit tersebut. sehingga bisa berpikir kritis dalam melakukan
tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Boswick, John A. 1997. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta : EGC.

Braunwald, Eugene. dkk. 2001. Essential Atlas of Heart Diseases. 2nd Ed.
Philadelphia : Current Medicine.

Darma, Surya. 2009. Sistematika Interpretasi EKG Pedoman Praktis. Jakarta :


EGC.

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC.

ENA. 2000. Emergency Nursing Core Curiculum. 5th Ed. USA : WB. Saunders
Company.

Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta :
EGC.

Mansjoer, A., dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid pertama. Edisi ketiga.
Jakarta : Media Aesculapius.

Mansjoer, A., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid kedua. Edisi ketiga.
Jakarta : Media Aesculapius.

Moore, Keith. L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates.

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.

Nichols, David G. dkk. 2006. Critical Heart Disease in Infant and Children.

Anda mungkin juga menyukai