Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II TEKNIK

PERKUSI YANG BERHUBUNGAN DENGAN RASA SAKIT


DAN KEPEKAAN GINJAL DAN ANATOMI FISIOLOGI
GINJAL, VESIKA URINARIA , URETRA , URETER
GENETALIA EKSTERNA

Oleh kelompok 6
1. Juwida Martiyana Nim: 21200090
2. Velicia Criselda Tampil Nim: 21200083
3. Meydi Stefani Minggu Nim: 21200078
4. Idha Faisal Nim: 21200036

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK.III MONGISIDI


TAHUN AJARAN 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik
dan hidayah-nya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Teknik
Perkusi Yang Berhubungan Dengan Rasa Sakit Dan Kepekaan Ginjal Dan Anatomi Fisiologi
Ginjal, Vesika Urinaria,Uretra,Ureter,Genetalia Eksterna”. Tujuannya agar pembaca dapat
memahami isi dari makalah ini dan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi. Mengingat kemampuan yang dimiliki oleh Kami. Untuk itu Kami mengharapkan
kritrik dan saran dari semua pihak demi penyempurnaan makalah ini.
Saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak yang membantu dalam
menyusun makalah ini. Akhir kata Saya memohon maaf apabila ada salah dalam penulisan
dan penyusunan kalimat terima kasih.

Manado, 10 September 2023

Penyusun
Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. Perkusi.............................................................................................................................2
B. Anatomi dan Fisiologi Ginjal..........................................................................................5
C. Anatomi dan Fisiologi Ureter..........................................................................................7
D. Anatomi dan Fisiologi Vesika urinaria...........................................................................9
E. Anatomi dan Fisiologi Vesika Uretra...........................................................................10
F. Anatomi Fisiologi Genetalia Eksternal Pria..................................................................14
G. Anatomi dan Fisiologi Genetalia Eksternal pada Wanita.............................................16
BAB III PENUTUP..................................................................................................................19
A. Kesimpulan...................................................................................................................19
B. Saran..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan
mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung
kemih, dua otot sphincter, dan uretra.
Sisitem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah
sehingga dara bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap
zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh
larutan dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih).
Sistem urinaria terdiri atas:
• Ginjal, yang mengeluarkan sekret urine.
• Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing.
• Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung.
• Uretra, yang menyalurkan urine dari kandung kencing.
B. Rumusan Masalah
1. Teknik Perkusi Yang Berhubungan Dengan Rasa Sakit Dan Kepekaan Ginjal ?
2. Anatomi Fisiologi Ginjal ?
3. Anatomi Fisiologi Vesika Urinaria ?
4. Anatomi Fisiologi Uretra ?
5. Anatomi Fisiologi Ureter ?
6. Anatomi Fisiologi Genetalia Eksterna Pria ?
7. Anatomi Fisiologi Genetalia Eksterna Wanita ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian Teknik Perkusi Yang
Berhubungan Dengan Rasa Sakit Dan Kepekaan Ginjal
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang Anatomi Fisiologi Ginjal
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang Anatomi Fisiologi Vesika Urinaria
4. Untuk mengetahui dan memahami tentang Anatomi Fisiologi Uretra
5. Untuk mengetahui dan memahami tentang Anatomi Fisiologi Ureter
6. Untuk mengetahui dan memahami tentang Anatomi Fisiologi Genetalia Eksterna Pria
7. Untuk mengetahui dan memahami tentang Anatomi Fisiologi Genetalia Eksterna
Wanita

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan mengetuk permukaan
dada,abdomen menggunakan jari tangan. Perkusi, langkah ketiga pemeriksaan pasien
adalah menepuk permukaan tubuh secara ringan dan tajam, untuk menentukan posisi,
ukuran dan densitas struktur atau cairan atau udara di bawahnya. Perkusi juga
merupakan pengetukan tubuh dengan ujung2 jari guna mengevaluasi ukuran, batasan
dan konsistensi organ-organ tubuh dan menemukan adanya cairan di dalam rongga
tubuh.(Kurniawati et al., 2020)
Suatu metode pemeriksaan fisik dengan cara melakukan pengetukan pada bagian
tubuh dengan menggunakan jari, tangan, atau alat kecil untuk mengevaluasi ukuran,
konsistensi, batas atau adanya cairan dalam organ tubuh. Perkusi pada bagian tubuh
menghasilkan bunyi yang mengindikasikan tipe jaringan di dalam organ. Perkusi
penting untuk pemeriksaan dada dan abdomen.(Sugiarto et al., 2018)
Penjalaran gelombang suara ditentukan oleh kepadatan media yang dilalui
gelombang tersebut dan jumlah antar permukaan diantara media yang berbeda
kepadatannya, hal ini disebut resonansi. Udara dan gas paling resonan, jaringan keras
padat kurang resonan.
Tergantung pada isi jaringan yang berada di bawahnya, maka akan timbul
berbagai nada yang dibedakan menjadi 5 kualitas dasar nada perkusi yaitu :
- Nada suara pekak : dihasilkan oleh massa padat, sepert perkusi pada paha.
- Nada suara redup : dihasilkan oleh perkusi di atas hati.
- Nada suara sonor/ resonan : dihasilkan oleh perkusi di atas paru normal.
- Nada suara hipersonor : dihasilkan oleh perkusi di atas paru yang emfisematous.
- Nada suara timpani : dihasilkan oleh perkusi di atas gelembung udara (lambung,
usus)
Pengetukan pada dinding dada/abdomen ditransmisikan ke jaringan dibawahnya,
direfleksikan kembali dan ditangkap oleh indera perabaan dan pendengaran
pemeriksa. Suara yang dihasilkan atau sensasi perabaan yang diperoleh tergantung
pada rasio udara-jaringan. Vibrasi yang dihasilkan oleh perkusi pada dinding dada
bisa membantu pemeriksa mengevalusi jaringan paru hanya sedalam 5-6cm, tetapi

2
tetap berguna karena adanya perubahan rasio udara-jaringan.Perkusi membantu kita
menetapkan apakah jaringan tersebut berisi udara, cairan atau massa padat. Perkusi
berpenetrasi hanya sedalam 5 sampai 6 cm dalam rongga dada dan tidak dapat
membantu untuk mendeteksi kelainan yang lebih dalam. Perkusi dapat digunakan
untuk memeriksa gerakan diafragma, batas jantung, pembesaran hati dan limpa,
adanya asites dan lain-lain.
Teknik perkusi ada 2 macam :
1. Perkusi langsung
Pengetukan permukaan tubuh secara langsung dengan satu atau dua jari tanpa
perantara, perkusi langsung kepalan tangan melibatkan kepalan dari tangan
yang dominan yang kemudian mengetuk permukaan tubuh langsung.
2. Perkusi tidak langsung
Dengan menempatkan jari tengah non dominan(disebut pleksimeter) di atas
permukaan tubuh dengan telapak tangan dan jari2 lain tidak berada di
permukaan kulit
Teknik perkusi yang benar akan memberikan banyak informasi kepada klinisi. Teknik
perkusi yang benar pada seorang normal (bukan kidal) adalah sebagai berikut :
1. Hiperekstensi jari tengah tangan kiri. Tekan distal sendi interfalangeal pada
permukaan lokasi yang hendak diperkusi. Pastikan bahwa bagian yang lain dari
tangan kiri tidak menyentuh area perkusi.
2. Posisikan lengan kanan agak dekat ke permukaan tubuh yang akan diperkusi. Jari
tengah dalam keadaan fleksi sebagian, relaksasi dan siap untuk mengetuk.

Gambar . Teknik perkusi : abdomen (kanan), thoraks posterior (kiri, tengah)


3. Dengan gerakan yang cepat namun relaks, ayunkan pergelangan tangan kanan
mengetok jari tengah tangan kiri secara tegak lurus, dengan sasaran utama sendi
3
distal interfalangeal. Dengan demikian, kita mencoba untuk mentransmisikan
getaran melalui tulang sendi ke dinding dada. Ketoklah dengan menggunakan
ujung jari, dan bukan badan jari (kuku harus dipotong pendek).
4. Tarik tangan anda sesegera mungkin untuk menghindari tumpukan getaran yang
telah diberikan. Buatlah ketukan seringan mungkin yang dapat menghasilkan
suara yang jelas. Gambar 7 di atas menunjukkan teknik perkusi yang benar.
5. Lakukan perkusi secara urut dan sistematis. Bandingkan area perkusi kanan dan
kiri secara simetris dengan pola tertentu.

Gambar . Area perkusi dada anterior (kiri) dan posterior (kanan)


A.

4
B. Anatomi dan Fisiologi Ginjal
1. Ginjal
Ginjal adalah suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum
abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat
langsung pada dinding belakang abdomen. Bentuk ginjal seperti biji kacang,
jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan
dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita.(Basuki, 2019)

Fungsi ginjal:
1. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun.
2. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
3. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.
4. Mempertimbangkan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam
tubuh.
5. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari ureum protein.
Uji fungsi ginjal terdiri dari:
1. Uji protein (albumin). Bila ada kerusakan pada glomerulus atau tubulus,
maka protein dapat bocor dan masuk ke urine.
2. Uji konsentrasi ureum darah. Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan ureum
maka ureum darah naik di atas kadar normal 20-40 mg%.
3. Uji konsentrasi. Pada uji ini dilarang makan dan minum selama 12 jam
untuk melihat sampai berapa tinggi berat jenis naiknya.
a) Struktur ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis
yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan luar terdiri dari
lapisan korteks (subtansia kortekalis), dan lapisan sebelah dalam bagian
medulla (subtansia medularis) berbentuk kerucut yang disebut renal piramid.

5
Puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil
disebut papilla renalis. Masing-masing piramid dilapisi oleh kolumna renalis,
jumlah renalis 15-16 buah.

Garis-garis yang terlihat di piramid disebut tubulus nefron yang merupakan


bagian terkecil dari ginjal yang terdiri dari glomerulus, tubulus proksimal
(tubulus kontorti satu), ansa henle, tubulus distal (tubulus kontorti dua) dan
tubulus urinarius (papilla vateri).

Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 24 jam dapat
menyaring darah 170 liter. Arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke
ginjal, lubang-lubang yang terdapat pada piramid renal masing-masing
membentuk simpul dari kapiler satu badan malfigi yang disebut glomerulus.
Pembuluh aferen yang bercabang membentuk kapiler menjadi vena renalis
yang membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior.

b) Fisiologi ginjal
Ginjal berfungsi:
1. Mengatur volume air (cairan dalam tubuh). Kelebihan air dalam tubuh akan
diekskresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam jumlah
besar, kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang
diekskresi berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan
volume cairan tubuh dapat dipertahankan relatif normal.
2. Mengatur keseimbangan osmitik dan mempertahankan keseimbangan ion
yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi
pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion-ion akibat pemasukan garam
6
yang berlebihan/penyakit perdarahan (diare, muntah) ginjal akan
meningkatkan ekskresi ion-ion yang penting (mis. Na, K, Cl, Ca dan
posfat).
3. Mengatur keseimbangan asam-basa cairan tubuh bergantung pada apa yang
dimakan, campuran makanan menghasilkan urine yang bersifat agak asam,
pH kurang dari 6 ini disebabkan hasil akhir metabolism protein. Apabila
banyak makan sayur-sayuran, urine akan bersifat basa. pH urine bervariasi
antara 4,8
8,2. Ginjal menyekresi urine sesuai dengan perubahan pH darah.
4. Ekskresi sisa hasil metabolism (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik,
obat-obatan, hasil metabolism
hemoglobin dan bahan kimia
asing (pestisida).
5. Fungsi hormonal dan
metabolisme.
Ginjal menyekresi hormon renin
yang mempunyai peranan
penting mengatur tekanan darah
(sistem renin angiotensin aldesteron) membentuk eritripoiesis mempunyai
peranan penting untuk memproses pembentukan sel darah merah
(eritropoiesis). Di samping itu ginjal juga membentuk hormone dihidroksi
kolekalsiferol (vitamin D aktif) yang diperlukan untuk absorsi ion kalsium
di usus.
C. Anatomi dan Fisiologi Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa, masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria), panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter
sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding abdomen terdiri dari:
1. Dinding luar jaringan ikat (jarinagn fibrosa)
2. Lapisan tengah lapisan otot polos
3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan didnding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali

7
yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kamih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urine melalui ureter yang diekskresikan oleh ginjal
dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam
kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi
oleh peritoneum. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis
renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe berasal dari pembuluh sekitarnya
mempunyai saraf sensorik.
Pars abdominalis ureter dalam kavum abdomen ureter terletak di belakang
peritoneum sebelah media anterior m. psoas mayor dan ditutupi oleh fasia subserosa.
Vasa spermatika/ovarika interna menyilang ureter secara oblique, selanjutnya ureter
akan mencapai kavum pelvis dan menyilang arteri iliaka eksterna.
Ureter kanan terletak pada parscdesendens duodenum. Sewaktu turun ke bawah
terdapat di kanan bawah dan disilang oleh kolon dekstra dan vosa iliaka iliokolika,
dekat apertura pelvis akan dilewati oleh bagian bawah mesenterium dan bagian akhir
ilium. Ureter kiri disilang oleh vasa koplika sinistra dekat apertura pelvis superior dan
berjalan di belakang kolon sigmoid dan mesenterium.
Parspelvis ureter berjalan pada bagian dinding lateral pada kavum pelvis sepanjang
tepi anterior dari insura iskhiadikamayor dan tertutup olehperitoneum. Ureter dapt
ditemukan di depan arteri hipogastrikabagian dalam nervus obturatoris arteri vasialia
anterior dan arteri hemoroidalis media. Pada bagian bawah insura iskhiadika mayor,
ureter agak miring ke bagian medial untuk mencapai sudut lateral dari vesika urinaria.
1. Ureter pada pria terdapat di dalam visura seminalis atas dan disilang oleh duktus
deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis. Selanjutnya ureter berjalan oblique
sepanjang 2 cm di dalam dinding vesika urinaria pada sudut lateral dari trigonum
vesika. Sewaktu menembus vesika urinaria, dinding atas dan dinding bawah
ureter akan tertutup dan pada waktu vesika urinaria penuh akan membentuk katup
(valvula) dan mencegah pengambilan urine dari vesika urinaria.
2. Ureter pada Wanita terdapat di belakang fossa ovarika urinaria dan
berjalan ke bagian medial dan ke depan bagian lateralis serviks uteri bagian
atas, vagina untuk mencapai fundus
vesika urinaria. Dalam perjalanannya,
ureter didampingi oleh arteri uterina
8
sepanjang 2,5 cm dan selanjutnya arteri ini menyilang ureter dan menuju ke atas di
antara lapisan ligamentum. Ureter mempunyai 2 cm dari sisi serviks uteri. Ada tiga
tempat yang penting dari ureter yang mudah terjadi penyumbatan yaitu pada
sambungan ureter pelvis diameter 2 mm, penyilangan vosa iliaka diameter 4 mm dan
pada saat masuk ke vesika urinaria yang berdiameter 1-5 cm.
D. Anatomi dan Fisiologi Vesika urinaria

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di
belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut
yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis
medius.

Bagian vesika urinaria terdiri dari :

1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini
terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus
deferent, vesika seminalis dan prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikalis.
4. Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan
sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan
bagian dalam).

Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat
pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang
berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung
kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi
spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.

Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus
dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara
volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini
hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula
spinalis dan otak masih utuh.

Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin
(kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).

Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial
dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot
dan kontraksi spinter interna.

9
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk
kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus
apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior
berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung
kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.

10
E. Anatomi dan Fisiologi Vesika Uretra
Uretara merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar.

1. Uretra pria
Pad laki-laki uretra berjalan berkelok kelok melalaui tengah-tengah prostat kemudian
menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang fubis ke bagian penis panjangnya ±
20 cm. uretra pada laki-laki terdiri dari:
1. Uretra prostatia
2. Uretra membranosa
3. Uretra kevernosa
Lapisan uretra laki-lakin terdiri lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan
submukosa.
Uretra mulai dari orifisium uretra interna di dalam vesika urinaria sampai orifisium
eksterna. Pada penis panjangnya 17,5-20 cm yang terdiri dari bagian- bagian berikut:
Uretra prostatika merupakan saluran terlebar panjangnya 3 cm, berjalan hampir
vertikulum melalui glandula prostat , mulai dari basis sampai ke apaks dan lebih dekat
ke permukaan anterior.
Uretra pars membranasea ini merupakan saluran yang paling pendek dan paling
dangkal, berjalan mengarah ke bawah dan ke depan di antara apaks glandula prostata
dan bulbus uretra. Pars membranesea menembus diagfragma urogenitalis, panjangnya
kira-kira 2,5 cm, di belakang simfisis pubis diliputi oleh jaringan sfingter uretra
11
membranasea. Di depan saluran ini terdapat vena dorsalis penis yang mencapai pelvis
di antara ligamentum transversal pelvis dan ligamentum arquarta pubis.
Uretra pars kavernosus merupakan saluran terpanjang dari uretra dan terdapat di
dalam korpus kavernosus uretra, panjangnya kira-kira 15 cm, mulai dari pars
membranasea sampai ke orifisium dari diafragma urogenitalis. Pars kavernosus uretra
berjalan ke depan dan ke atas menuju bagian depan simfisis pubis. Pada keadaan
penis berkontraksi, pars kavernosus akan membelok ke bawah dan ke depan. Pars
kavernosus ini dangkal sesuai dengan korpus penis 6 mm dan berdilatasi ke belakang.
Bagian depan berdilatasi di dalam glans penis yang akan membentuk fossa
navikularis uretra.
Oriifisium uretra eksterna merupakan bagian erektor yang paling berkontraksi berupa
sebuah celah vertikal ditutupi oleh kedua sisi bibir kecil dan panjangnya 6 mm.
glandula uretralis yang akan bermuara ke dalam uretra dibagi dalam dua bagian, yaitu
glandula dan lakuna. Glandula terdapat di bawah tunika mukosa di dalam korpus
kavernosus uretra (glandula pars uretralis). Lakuna bagian dalam epitelium. Lakuna
yang lebih besar dipermukaan atas di sebut lakuna magma orifisium dan lakuna ini
menyebar ke depan sehingga dengan mudah menghalangi ujung kateter yang dilalui
sepanjang saluran.
2. Uretra wanita
Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit ke arah
atas, panjangnya ± 3-4 cm. lapisan uretra wanita terdiri dari tunika muskularis
(sebelah luar), lapiosan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan
mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas
vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai salura ekskresi.
Apabila tidak berdilatasi diameternya 6 cm. uretra ini menembus fasia diagfragma
urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di depan permukaan vagina, 2,5 cm di
belakang glans klitoris. Glandula uretra bermuara ke uretra, yang terbesar diantaranya
adalah glandula pars uretralis (skene) yang bermuara kedalam orifisium uretra yang
hanya berfungsi sebagai saluran ekskresi.
Diagfragma urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di depan permukaan
vagian dan 2,5 cm di belakang glans klitoris. Uretra wanita jauh lebih pendek
daripada pria dan terdiri lapisan otot polos yang diperkuat oleh sfingter otot rangka
pada muaranya penonjolan berupa kelenjar dan jaringan ikat fibrosa longggar yang
12
ditandai dengan banyak sinus venosus merip jaringan kavernosus.
3. Mikturisi
Mikturisis adalah peristiwa pembentukan urine. Karena dibuat di dalam, urine
mengalir melalaui ureter ke kandung kencing. Keinginan membuang air kecil
disebabkan penambahan tekanan di dalam kandung kencing, dan tekanan ini di
sebabkan isi urone di dalamnya. Hal ini terjadi bila tertimbun 170 sampai 230 ml.
mikturisi adalah gerak reflek yang dapat dikendalikan dan ditahan oleh pusat- pusat
persarafan yang lebih tinggi pada manusia. Gerakannya ditimbulkan kontraksi otot
abdominal yang menambah tekanan di dalam rongga abdomen, dan berbagai organ
yang menekan kandung kencing membantu mengkosongkannya. Kandung kencing
dikendalikan saraf pelvis dan serabut saraf simpatis dari pleksus hipogastrik.
4. Ciri-ciri urine yang normal
Jumlahnya rata-rata 1-2 liter sehari, tetapi beda-beda sesaui jumlah cairan yang
dimasukan. Banyaknya bertambah pula bila terlampau banyak protain dimakan,
sehingga tersedia cukup cairan yang diperlukan untuk melarutkan ureanya.
• Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, tetapi adakalanya jenjot lendir
tipis tanpak terapung di dalamnya.
• Baunya tajam.

• Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

• Berat jenis berkisat dari 1010 sampai 1025.

5. Komposisi urine normal


Urine terutama terdiri atas air, urea, dan natrium klorida. Pada seseorang yang
menggunakan diet yang rata-rata berisi 80 sampai 100 gram protein dalam 24 jam,
jumlah persen air dan benda padat dalam urine adalah seperti berikut:
• Air 96%

• Benda padat 4% (terdiri atas urei 2% dan produk metabolik lain 2%)

Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam amino yang
telah dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ginjal, dan diekskresikan
rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah yang normal adalah 30 mg setiap 100
ccm darah, tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan
fungsi hati dalam pembentukan ureum.

13
Asam urat. Kadar normal asam urat di dalam darah adalah 2 sampai 3 mg setiap
100 cm, sedangkan 1,5 sampai 2 mg setiap hari diekskresikan ke dalam urine.
Kretin adalah hasil buangan kreatin dalam otot. Produk metabolisme lain
mencangkup benda-benda purin, oksalat, fosfat, sulfat, dan urat.
Elektrolit atau garam, seperti natrium kalsium dan kalium klorida, diekskresikan
untuk mengimbangijumlah yang masuk melalui mulut.(Wicaksana & Rachman,
2018)

14
F. Anatomi Fisiologi Genetalia Eksternal Pria
Secara anatomi, sistem reproduksi pria terdiri dari genitalia eksternal dan
genitalia internal . Genitalia eksternal terdiri dari penis dan skrotum, sedangkan
genitalia internal terdiri dari testis dan organ-organ penunjang fungsinya, yaitu
epididimis, duktus deferens (vas deferens), vesikula seminalis, duktus
ejakulatorius, glandula prostatica, dan glandula bulbouretralis (glandula
cowperi).(Fatmawati, 2018)

1. Genitalia eksternal
a) Penis
Secara anatomi organ penis dibagi menjadi dua yaitu pars occulta
dan pars libera. Pars occulta yang disebut juga radiks penis atau pars
fiksa adalah bagian penis yang tidak bergerak, terletak dalam spatium
perinea superfisialis. Pars occulta merupakan jaringan erektil. Pars
occulta terdiri dari crus penis dan bulbus penis.Crus penis melekat
pada bagian kaudal sebelah dalam dari ramus inferior ossis ischii
ventral dari tuber iskiadum.Masing-masing crus penis ini tertutup oleh
muskulus ischiokavernosus dan selanjutnya kaudal dari simfisis pubis,
kedua crus penis tersebut bergabung disebut sebagai corpora kavernosa
penis.Sedangkan, bulbus penis terletak antara kedua crus penis dalam
spatium perinea superfisialis. Fascies superiror melekat pada fasia
15
diafragma urogenital inferior, sedangkan fascies lateralis dan inferior
tertutup oleh muskulus bulbokavernosus. Ke arah kaudal berubah
menjadi korpus spongiosum penis yang juga ikut membentuk korpus
penis.
b) Skrotum
Skrotum merupakan kantong yang terdiri dari jaringan kutis dan
subkutis yang terletak dorsal dari penis dan kaudal dari simfisis pubis.
Skrotum juga terbagi atas dua bagian dari luar oleh raphe scrota dan
dari dalam oleh septum skrotum scrota. Masing-masing skrotum
membungkus testis, epididimis, dan sebagai funikulus spermatikus.
Skrotum sinistra lebih rendah rendah daripada dekstra. Lapisan
skrotum terdiri atas lapisan cutis dan lapisan subcutis.
Lapisan cutis merupakan lapisan kulit yang sangat tipis
mengandung pigmen lebih banyak daripada kulit sekitarnya sehingga
lebih gelap warnanya. Terdapat sedikit rambut, tetapi memiliki
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat yang lebih banyak.Yang kedua
dalah lapisan subcutis disebut juga tunika dartos. Lapisan ini terdiri
atas serabut-serabut otot polos dan tidak didapatkan jaringan lemak.
Lapisan subcutis melekat erat pada jaringan cutis superficial dan
merupakan lanjutan dari fasia superfisialis dan fasia penis superfisialis.
2. Fisiologi Sistem Reproduksi pada Pria
a) Genitalia Eksternalis
(1) Penis
Berfungsi sebagai saluran yang menyalurkan sperma kepada vagina
wanita.
(2) Skrotum
Berfungsi sebagai kantung kulit khusus yang melindungi testis dan
epididimis dari cedera fisik dan merupakan pengatur suhu testis.

16
G. Anatomi dan Fisiologi Genetalia Eksternal pada Wanita
Secara anatomi, sistem reproduksi wanita terdiri dari genitalia eksternal dan
genitalia internal. Genitalia eksternal terdiri dari mons pubis, labia mayora,
labia minora, klitoris, glandula vestibularis mayor, glandula vestibularis
minor.Sedangkan genitalia internal terdiri dari vagianhymen, tuba uterina,
uterus, ovarium.(Fatmawati, 2018)

1. Genitalia Eksternal
a) Mons pubis
Mons pubis adalah penonjolan berlemak di sebelah ventral simfisis dan
daerah supra pubis. Sebagian besar mons pubis terisi oleh lemak, jumlah

17
jaringan lemak bertambah pada pubertas dan berkurang setelah
menopause. Setelah dewasa, mons pubis tertutup oleh rambut kemaluan
yang kasar.
b) Labia mayora
Labia mayora merupakan organ yang terdiri atas dua lipatan yang
memanjang berjalan ke kaudal dan dorsal dari mons pubis dan keduanya
menutup rima pudendi (pudendal cleft). Permukaan dalamnya licin dan
tidak mengandung rambut. Kedua labia mayora di bagian ventral
menyatu dan terbentuk komisura anterior. Jika dilihat dari luar, labia
mayora dilapisi oleh kulit yang mengandung banyak kelenjar lemak dan
tertutup oleh rambut setelah pubertas.
c) Labia minora
Labia minora merupakan organ yang terdiri atas dua lipatan kulit kecil
terletak di antara kedua labia mayora pada kedua sisi introitus vaginae.
Kedua labium minus membatasi suatu celah yang disebut sebagai
vestibulum vaginae. Labia minora ke arah dorsal berakhir dengan
bergabung pada aspectus medialis labia mayora dan di sini pada garis
mereka berhubungan satu sama lain berupa lipatan transversal yang
disebut frenulum labii. Sementara itu, ke depan masing-masing minus
terbagi menjadi bagian lateral dan medial.Pars lateralis kiri dan kanan
bertemu membentuk sebuah lipatan di atas (menutup) glans klitoris
disebut preputium klitoridis. Kedua pars medialis kiri dan kanan
bergabung di bagian kaudal klitoris membentuk frenulum klitoris. Labia
minora tidak mengandung lemak dan kulit yang menutupnya berciri
halus, basah dan agak kemerahan.
d) Klitoris
Terletak dorsal dari komisura anterior labia mayora dan hampir
keseluruhannya tertutup oleh labia minora. Klitoris mempunyai tiga
bagian yaitu krura klitoris, korpus klitoris dan glans klitoris.
e) Glandula vestibularis mayor
Sering disebut juga kelenjar Bartholini, merupakan kelenjar yang
bentuknya bulat/ovoid yang ada sepanjang dan terletak dorsal dari

18
bulbus vestibule atau tertutup oleh bagian posterior bulbus vestibuli.
f) Glandula vestibularis minor
Glandula vestibularis minor mengeluarkan lendir ke dalam vestibulum
vagina untuk melembapkan labia minora dan mayora serta vestibulum
vagina. Organ ini adalah daerah dengan peninggian di daerah dengan
peninggian di daerah median membulat terletak ventral dari simfisis
pubis. Sebagian besar terisi oleh lemak. Setelah pubertas, kulit diatas
tertutup rambut kasar.

2. Fisiologi Sistem Genitalia Eksternal pada Wanita


a) Genitalia eksternal
(1) Glandula vestibularis mayor

Berfungsi melubrikasi bagian distal vagina.

(2) Glandula vestibularis minor

Berfungsi mengeluarkan lendir untuk melembabkan vestibulum


vagina dan labium pudendi.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkusi adalah Suatu metode pemeriksaan fisik dengan cara melakukan
pengetukan pada bagian tubuh dengan menggunakan jari, tangan, atau alat
kecil untuk mengevaluasi ukuran, konsistensi, batas atau adanya cairan dalam
organ tubuh.
Teknik perkusi ada 2 macam :
1. Perkusi langsung
2. Perkusi tidak langsung
Sisitem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan
darah sehingga dara bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang
dipergunakan oleh tubuh larutan dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air
kemih).
Sistem urinaria terdiri atas:
• Ginjal, yang mengeluarkan sekret urine.
• Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing.
• Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung.
• Uretra, yang menyalurkan urine dari kandung kencing.

B. Saran
Diharapakan bagi mahasiswa calon perawat agar meningkatkan pengetahuan
tentang KMB II khususnya tentang Teknik Perkusi Yang Berhubungan Dengan
Rasa Sakit Dan Kepekaan Ginjal Dan Anatomi Fisiologi Ginjal, Vesika
Urinaria,Uretra,Ureter,Genetalia Eksterna agar nantinya dapat
mengembangkan pengetahuan tersebut dalam praktik keperawatan

20
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, K. (2019). Pemeriksaan Fisik Sistem Persyarafan. 53(9), 1689–1699.


www.journal.uta45jakarta.ac.id
Fatmawati, L. (2018). Sistem Reproduksi Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi.
Diktat Universitas Gresik, 1–18.
Kurniawati, H., Widyatmoko, A., Selvyana, D., Nurul, F., Sagiran, Rahmanio, N.,
Noor, H., & Ulfa, M. (2020). Buku Panduan Keterampilan Medik Semester 2.
163. http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/27196/buku
skillslab semester 2.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Sugiarto, Harioputro, D. R., Suselo, Y. H., Munawaroh, S., Moelyo, A. G., Lestari,
A., Werdiningsih, Y., & Suryawan, A. (2018). Basic Physical Examination :
Teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Universitas Sebelas Maret,
0271, 1–37.
https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2018/08/MANUAL-
IPPA_2018-smt-1.pdf
Wicaksana, A., & Rachman, T. (2018). sistem urinary. In Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952. (Vol. 3, Issue 1).
https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf

21

Anda mungkin juga menyukai