Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH BAROTRAUMA

DOSEN PEMBIMBING:

1. NS. SUWANDY I. LUNETO S.Kep, M.Kes


2. NS. VANNY MOKALU S.Kep, M.pd

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK III:

1. NUNUNG HANDAYANI
2. FAHIRA F.A.W POPITOD
3. ABDUL RIVALDO LAHAMADI

KELAS: KEPERAWATAN A SEMESTER VIII

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


MUHAMMADIYAH MANADO
T/A 2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “BAROTRAUMA” ini
tepat pada waktunya.Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah “Pelatihan Tim Gadar Terpadu II” Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “apa itu Barotrauma” bagi para
pembaca dan juga penulis.

Kami mengucapkan terimah kasih kepada dosen pembimbing selaku guru pembimbing
pada mata kuliah “pelatihan tim gadar terpadu II” yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
keperawatan.

kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Manado, Maret 2020

Yang Membuat

Kelompok III

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….iii

A. Latar Belakang…………………………………………………………….....1
B. Tujuan dan Manfaat……………………………………………………….....2
C. Rumusan Masalah…………………………………………………………….3

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………..5

A. Pengertian Barotrauma…………………………………………………………5
B. Etiologi………………………………………………………………………..
C. Jenis-jenis Barotrauma…………………………………………………………
D. Otitis Media Akut…………………………………………………………………
E. Faktor Resiko Barotrauma………………………………………………………
F. Diagnosis Barotrauma………………………………………………………...
G. Pengobatan Barotrauma.…………………………………………………...........
H. Komplikasi Barotrauma………………………………………………………..
I. Pencegahan Barotrauma.…………………………………………………….

BAB III PENUTUP………………………………………………………………..

A. Kesimpulan……………………………………………………………………..
B. Saran……………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………........

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Penyelaman merupakan kegiatan yang dilakukan di dalam air atau penyelaman
basah, dan penyelaman kering atau di dalam ruang udara bertekanan tinggi (R Riyadi
S, 2016).Penyelaman merupakan suatu kegiatan mencari nafkah pada lingkungan
kerja penyelaman (Ruslan RDC, 2005) yang memiliki banyak faktor risiko yang
mempengaruhi kondisi fisik penyelam bahkan mempunyai risiko tinggi terhadap
kejadian kesakitan, kelumpuhan/ kecacatan, sampai dengan kematian (Kemenkes RI,
2012).Risiko yang dimaksud tidak hanya akibat penyelaman, tetapi juga dipengaruhi
oleh lingkungan bawah air, teknik penyelaman dan peralatan yang digunakan serta
kondisi fisik dan mental penyelam, juga karena perbedaan tekanan (Jelita Bofe,
2014).
Barotauma adalah kerusakan jaringan yang dihasilkan dari efek langsung
tekanan.Ketidakseimbangan tekanan terjadi apabila seseorang tidak mampu
menyamakan tekanan udara di dalam ruang telinga tengah pada waktu tekanan air
bertambah ataupun berkurang.Perubahan yang ekstrim atau ketidakseimbangan antara
tekanan lingkungan dan tekanan dalam yang berhubungan dengan rongga tubuh dapat
menyebabkan kerusakan fisik lapisan jaringan pada rongga.Rongga tubuh yang paling
berisiko mengalami barotrauma adalah telinga tengah, sinus paranasal, dan paru-paru.

B. Tujuan dan Manfaat


Tujuan pembuatan makalah adalah untuk mengetahui apa itu Barotrauma, dan
manfaaat dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat mengetahui penanggulanan
dan penanganan dari masalah Barotrauma.
C. Rumusan Masalah.
Berdasarkan dari latar belakang di atas maka kelompok mengajukan rumusan
masalah yaitu Definisi dari barotrauma dan masalah-masalah yang terdapat pada
barotrauma.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Barotrauma adalah kerusakan jaringan dan sekulernya yang terjadi akibat
perbedaan antara tekanan udara (tekanan berometrik) didalam rongga udara
fisiologis dalam tubu dengan tekana disekitarnya. Peningkatan tekana udara yag
diikuti oleh perubahan volume gas didalam tubuh dapat mengakibatkan trauma
fisik berua barotrauma aural, barotrauma pulmonner, penyakit dekompresi
disbarisme dan emboli udara.
Barotrauma adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan kerusakan
jaringan yang terjadi akibat ketidakseimbangan tekanan pada rongga udara dalam
tubuh dengan jaringan tubuh.Brarotrauma paling sering terjadi pada pennerbngan
dan penyelaman dengan scuba.
Barotauma adalah kerusakan jaringan yang dihasilkan dari efek langsung
tekanan.Ketidakseimbangan tekanan terjadi apabila seseorang tidak mampu
menyamakan tekanan udara di dalam ruang telinga tengah pada waktu tekanan air
bertambah ataupun berkurang.Perubahan yang ekstrim atau ketidakseimbangan
antara tekanan lingkungan dan tekanan dalam yang berhubungan dengan rongga
tubuh dapat menyebabkan kerusakan fisik lapisan jaringan pada rongga.Rongga
tubuh yang paling berisiko mengalami barotrauma adalah telinga tengah, sinus
paranasal, dan paru-paru.

B. Etiologi
Barotrauma paling sering terjadi padaperubahan tekanan yang besar
seperti pada penerbangan.Penyelam misalnya pada penyakit dekompresi yang
dapat menyebabkan kelainan pada telinga.Paru-paru sinus paralisis serta emboli
udara pada arteri yang dimana diakibatkan oleh perubahan tekanan yang secara
tiba-tiba misalnya pada telinga tengah sewakktu dipesawat yang menyebabkan
tuba eustacius gagal untuk membuka.Jika tuba eustaciustersumbbat tekanan
udara didalam telinga tengan berbeda dari tekanan diluar gendangan telinga
menyebabkan barotrauma.
Barotrauma dapat terjadi pada telinga tengan saat menyelam ataupun saat
terbang.Perubahan tekanan pada kedalaman 17 kaki dibawah air setara dengan
perubahan tekanan pada ketinggian 18 ribu kaki diatas bumi.Dengan demikian
perubahan tekanan lingkungan terjadi lebih cepat pada saat menyelam
dibandingkan pada saat terbang.Hal ini dapat menjelaskan tingginya insiden
barotrauma pada telinga tengah saat menyelam.Namun meskipun insiden relative
lebih tinggi pada saat menyelam, masihh lebih banyak orang bepergian dengan
pesawat.
C. Jenis-jenis Barotrauma
4
a. Barotrauma aural
Barotrauma telinga adalah yang paling sering ditemukan pada penyelam,
dibagi menjadi 3 jenis yaitu barotrauma telinga luar, tengan dan dalam,
tergantung dari bagian telinga yang terkena. Barotrauma telinga ini bisa
terjadi secara bersamaan dan juga dapat berdiri sendiri.
Barotrauma telinga luar berhubungan dengan dunia luar,maka pada waktu
menyelam, air akan masuk kedalam meatusakustikus eksternus. Bila
meatusakustikus eksternustertutup, maka udara yang terjebak, pada wakttu
tekanan bertambah, mengecilnya volume udara tidak mungkin di kompensasi
dengan kolapsnya conalis acusticus externus, hal ini berakibat terjadinya
dekongesti, perdarahan dan tertariknya membrana timpani ke lateral. Peristiwa
ini mulai terjadi bila terdapat perbedaan tekanan air dan tekanan udara dalam
rongga canalis acusticus externus sebesar kurang lebih 150 mmHg atau lebih,
yaitu kurang lebih sedalam 1,5 – 2 meter.
Telinga tengah merupakan suatu rongga tulang dengan hanya satu
penghubung ke dunia luar, yaitu melalui tuba eustachi.Tuba ini biasanya
selalu tertutup dan hanya akan membuka pada waktu menelan, menguap dan
valsava maneuver. Valsava maneuver dilakukan dengan menutup mulut dan
hidung, lalu meniup dengan kuat dengan demikian tekanan didalam
pharynxakan meninngkat sehingga muara dapat terbuka.
Barotrauma telinga dalam biasanya adalah komplikasi dari barotrauma telinga
tengah pada waktu menyelam, disebabkan karena melakukan maneuver
valsavayang dipaksakan. Bila terjadi perubahan dalam kavum timpani akibat
barotrauma maka membrane timpani akan mengalami edema dan akan
menekan stapes yang terletak pada foramen ovaledan membrane pada
foramen rotunda yang mengakibatkan peningkatan tekanan di telinga dalam
yang akan merangsang labirin vestibuler sehingga terjadi deviasi langkah pada
pemeriksaan “stepping Test”.
b. Barotrauma Sinus.
Rongga tubuh yang lain yang sering mendapat gangguan akibat adanya
perbedaan tekanan antara di dalam rongga dan sekitar tubuh adalah sinus
paranasalis. Dinding sinus ini di lapisi mukosa dan muaranya pada cavum
nasi. Ada 4 buah sinus pada tubuh kita, tapi yang sering terganggu adalah 2
buah, yaitu sinus maxilaris dan sinus frontalis, sedang yang 2 buah lagi, yaitu
sinus ethmoidalis dan sinus sphnoidalis jarang terganggu. Kelainan di sinus-
sinus ini tersebut : Barosinusitis. Presentase kejadiannya kira-kira 1,17 –
1,5%.
Barotrauma terhadap telinga merupakan cedera yang paling sering
mengenai penyelam.Barotrauma pada telinga tengah terjadi akibat kegagalan
tuba Eustachius untuk menyamakan tekanan antara telinga tengah dan
lingkungan saat terjadi perubahan tekanan. Barotrauma akan mudah terjadi
5
apabila perubahan tekanan semakin cepat dan perbedaan tekanan semakin
besar. Gejala yang sering timbul pada barotrauma telinga meliputi telinga
terasa penuh, sakit, berdengung, pusing, dan penurunan pendengaran.Faktor
yang mempengaruhi barotrauma terdiri dari faktor individu, lingkungan, dan
karakteristik pekerjaan. Berdasarkan penelitian Kartono pada penyelam di
Kabupaten Jepara, menunjukkan bahwa faktor risiko yang paling dominan
untuk kejadian barotrauma adalah faktor kedalaman penyelaman (OR=0.55).
D. Otitis Media Akut
Otitis media akut “OMA” adalah peradangan akut
s e b a g i a n a t a u s e l u r u h p e r i o s t e u m t e l i n g a tengah. Beberapa bakteri
piogenik seperti treptococcus hemolyticus, taphylococcus aureus,
neumokok, aemophylus schericia coli, treptococcus anhemolyticus,
neumoniaulgaris dan neumonia aeruginosa sering ditemukan sebagai kuman
penyebab.
OMA terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang
bertugas menjaga kesterilan telinga tengah.faktor penyebab utama
adalah sumbatan tuba sustachius sehingga pencegahan kuman
terganggu. pencetusnya adalah infeks i saluran pernapasan atas. bakin
sering kali saluran pernapasan atas dialami seseorang, makin besar
risikonya menderita OMA.penyakit ini mudah terjadi pada bayi dan anak kecil
karena tuba Eustachiusnya pendek, lebar danletaknya agak horizontal.
Anak lebih mudh terserang otitis media di banding orang dewasa karena beberapa
hal :
a. System kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan .
b. Saluran eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan
lebih pendek sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga
tengah.
c. Adenoid salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang
berperan dalam kekebalan tubuh pada anak relative lebih besar
disbanding orang dewasa. Posisi adenoid berdekan dengan muara
saluran Eustacius sehingga adenoid yang besar dapat menggangu
terbukannya saluran eustacius. Selain itu adenoid sendiri dapat
terinfeksi di mana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga
tengah lewat saluran eustachius.
E. Faktor Resiko Barotrauma
Ada kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
barotrauma:
a. Orang dengan ukuran saluran eustachius yang pendek dan kecil,
misalnya bayi dan balita.
b. Orang yang mengalami pilek, flu, sinusitis, rhinitis alergi, serta
infeksi telinga tengah (otitis media).
6
c. Orang yang tertidur dalam pesawat saat lepas landas atau mendarat.
Ketika tertidur, Anda tidak dapat menguap atau menelan untuk
meredakan gejala barotrauma.
F. Diagnosis Barotrauma.
Barotrauma telinga dapat dirasakan sendiri oleh penderitanya ketika
menyelam atau bepergian dengan pesawat terbang.Apabila gejala tidak membaik
selama beberapa hari, maka diperlukan pemeriksaan oleh dokter.
Dokter akan menanyakan gejala yang muncul dan riwayat kesehatan
penderita. Dokter juga akan memeriksa telinga penderita dengan menggunakan
alat yang disebut otoskop untuk melihat kondisi di dalam liang telinga.
Jika diperlukan, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk
memastikan diagnosis dan akibat yang ditimbulkan. Jenis pemeriksaan lanjutan
yang dilakukan adalah:
a. Tes pendengaran, untuk memeriksa fungsi pendengaran dan mendeteksi
kerusakan pada telinga.
b. Foto Rontgen, untuk mendeteksi tumpukan cairan atau udara di bagian
tubuh, seperti sinus atau rongga perut.
c. CT scan atau MRI, untuk memeriksa kondisi organ yang dicurigai
mengalami barotrauma, misalnya paru-paru atau saluran pencernaan.
G. Pengobatan Barotrauma.
Sebagian besar barotrauma dapat sembuh dengan sendirinya tanpa penanganan
khusus dari dokter. Untuk meredakan sakit atau rasa tidak nyaman pada telinga
selama penerbangan, Anda dapat melakukan langkah sederhana berikut ini:
a. Mengonsumsi permen atau mengunyah permen karet.
b. Jika tidak memiliki permen, cobalah untuk menguap atau menelan ludah.
c. Jika cara tersebut tidak efektif, maka jepit hidung Anda, tarik napas dari
mulut, dan cobalah untuk tetap menghembuskan napas melalui hidung
secara perlahan.
Barotrauma telinga yang terjadi ketika menyelam juga dapat diatasi dengan teknik
khusus.Pastikan Anda sudah mendapat pelatihan dan sertifikat sebelum
melakukan kegiatan menyelam.
H. Komplikasi Barotrauma.
Barotrauma, khususnya telinga, biasanya bersifat sementara dan jarang sekali
menimbulkan komplikasi.Namun, komplikasi tetap dapat terjadi terutama pada
barotrauma yang parah. Komplikasi yang dapat muncul, antara lain:
a. Infeksi telinga
b. Gendang telinga pecah
c. Hilangnya pendengaran secara permanen
d. Vertigo
e. Perdarahan dari telinga dan hidung

7
Barotrauma paru juga dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya, terutama
pada penderita yang sudah menderita gangguan fungsi paru sebelumnya.
Beberapa komplikasi yang dapat muncul adalah:
a. Tamponade jantung.
b. Emboli paru.
c. Pneumothorax.
d. Pneumomediastinum, yaitu penumpukan udara di bagian tengah dada
sehingga memicu nyeri dada, sulit menelan, dan perubahan suara.
I. Pencegahan Barotrauma.
Langkah utama untuk mencegah barotrauma telinga adalah dengan menjaga tuba
Eustachius tetap terbuka. Langkah ini dapat dilakukan dengan cara:
a. Minum Obat.
Jika sedang pilek, gunakan dekongestan sekitar satu jam sebelum
penerbangan.Selain itu, antihistamin juga dapat digunakan.Konsultasikan
hal ini terlebih dahulu dengn dokter.
b. Menggunakan Penyumbat Telinga (earplugs).
Penyumbat telinga khusus untuk perjalanan udara dapat digunakan untuk
memperlambat perubahan tekanan dan memberi waktu bagi telinga untuk
menyesuaikan diri.
Pencegahan barotrauma saat penerbangan
Jika telinga Anda terasa sakit selama penerbangan, cobalah cara berikut
ini untuk meredakan rasa sakit dan mencegah barotrauma:
1. Jangan tidur saat pesawat akan mendarat. Cobalah untuk menguap
atau menelan ludah untuk meredakan telinga yang pengang.
2. Konsumsi permen atau kunyahlah permen karet. Gerakan
mengunyah dan menelan dapat membantu mengendalikan tekanan
udara di dalam telinga.
3. Minum selama penerbangan. Tindakan ini dapat menjaga tuba
Eustachius tetap terbuka dan membantu mengencerkan lendir di
saluran pernapasan.
4. Tarik napas, lalu jepit hidung dengan jari dan tutup mulut,
kemudian hembuskan napas secara perlahan melalui hidung yang
tertutup.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.
Telinga merupakan organ ttubuh yang memiliki urrat saraf yang cukup peka dan
sensitive, terlebih ketika masih kanak-kanak, tulang serta system saraf yang belum
sempurna pada masa kanak-kanak ini menyebabkan mereka mudah terkena penyakit atau
infeksi di telinga.

9
Barotrauma juga dapat terjadi ketika melakukan aktivitas menyelam (scuba
diving). Makin dalam seseorang menyelam, maka tekanan akan makin tinggi. Jika belum
mahir dalam menyeimbangkan tekanan di dalam telinga dan tetap dipaksakan untuk
menyelam, tekanan ini dapat membuat gendang telinga pecah.
B. Saran.
Perlu peningkatan pengetahuan penyelam tradisional melalui penyuluhan atau
penyebarluasan informasi tentang faktor risiko barotrauma telinga tengah dan pelatihan
teknik penyelaman yang benar dan aman, bekerjasama dengan instansi atau organisasi
dibidang penyelaman dan pada masyrakat.

DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/Admin/Downloads/jurnal%20barotrauma%201.pdf

file:///C:/Users/Admin/Downloads/jurnal%20barotrauma%202.pdf

file:///C:/Users/Admin/Downloads/jurnal%20barotrauma%203.pdf

10
https://www.academia.edu/17142403/Barotrauma

https://www.alodokter.com/barotrauma

file:///C:/Users/Admin/Downloads/3969-11762-1-SM%20(1).pdf

11
Oseana, Volume XVI, Nomor 4:1-12
ISSN 0216-1877
TINJAUAN TENTANG PENYELAMAN
oleh
Nurachmad Hadi *)
ABSTRACT
NOTES ON DIVING. Diving is closely related with every underwater aspects. Formerly, it was
practice by simply stopping to breathe. The development of science and technology gives
opportunity for people to produce more sophesticated diving equipments such as SCUBA = Self
Contained Underwater Breathing Apparatus. Ho-wever, to practice diving by using SCUBA,
several factors related to knowledge on diving techniques, equipments and procedures should be
perfectly understood in order to guarantee the safety of life of the divers. Since SCUBA is largely
used for diving. Its detailed usage is explained in this article. Several diving techniques,
procedures and ethics as well as sickness due diving foult are reviewed.
PENDAHULUAN
Dalam sejarah penyelaman tidak di-ketahui kapan pertama kali manusia mulai menyelam.
Manusia primitif sudah mulai mencoba melakukan penyelaman walaupun dengan teori yang
paling sederhana. Jadi usaha manusia melakukan penyelaman telah dimulai sejak zaman purba
seumur peradab-an manusia sendiri.
Pada mulanya penyelaman dilakukan dengan menahan napas, tanpa bantuan alat. Untuk
mempercepat mencapai dasar air, penyelam sering terjun dari satu ketinggi-an dengan memeluk
batu sebagai pemberat. Setelah sampai pada kedalaman yang dituju batu tersebut dilepaskan dan
mereka berge-rak sesuai dengan kebutuhan untuk apa pe-nyelaman itu. Dengan demikian
kedalaman
dan lamanya penyelaman sangat terbatas dan tergantung kepada kemampuan mena-han napas.
Untuk memperjelas penglihatan dalam air penyelam tradisional banyak me-makai kaca mata
renang yang bingkainya terbuat dari bambu, biji kenari atau kayu. Pada penyelaman tahan napas,
adap-tasi manusia terhadap lingkungan penyelaman (air) sangat terbatas, bahkan dapat dikatakan
dengan menyelam manusia mela-wan kodratnya sendiri. Seiring dengan ke-majuan teknologi,
manusia berusaha mencip-takan alat selam berupa alat bantu pernapas-an, pakaian selam, serta
alat lain pendukung penyelaman. Alat-alat bantu selam itu di-perlukan untuk beradaptasi
terhadap media (lingkungan) penyelaman, sehingga perubah-an-perubahan flsiologis pada tubuh
sejak terjun ke dalam air, menyelam ke dasar air,
*) Balai Penelitian Biologi Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi - LIPI,
Jakarta.
www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991
selama berada di kedalaman, sampai muncul kembali ke permukaan dapat berlangsung dengan
wajar tanpa tinibul komplikasi.
Alat-alat yang diciptakan nianusia di-antaranya ialah : SCUBA (Self Contained Underwater
Breathing Apparatus) dan SSBA (Surface Supplied Breathing Apparatus). Dengan alat-alat tadi
manusia dapat menye-lanii sungai, laut, danau dan bahkan bawah es di daerah kutub (ice diving),
lebih lama dan lebih dalam.
Dewasa ini telah dicapai suatu kemaju-an yang sangat pesat baik dari segi teknik penyelanian
maupun peralatan penyelanian namun dalam tulisan ini penulis hanya akan membicarakan teknik
dasar penyelanian yang menggunakan peralatan SCUBA (Scuba Diving).
JENIS TEKNIK DASAR PENYELAMAN

12
Ditinjau dari jenis teknik dasar penye-lanian, menurut MAULANA & SUSANTO (1989 a) ada 3
cara yang dipergunakan yaitu :
1. Penyelanian tahan napas (Breath Hold Diving, Skin Diving)
2. Penyelanian SCUBA (Scuba Diving)
3. Penyelanian SSBA (Surfased Supply Breathing Apparatus Diving).
1. Penyelaman tahan napas (Breath Hold Diving, Skin Diving)
Penyelanian tahan napas ada 2 macam yakni :
a. "Goggling" dan
b. "Snorkelling".
a. "Goggling" adalah penyelanian tahan na-pas dengan menggunakan kaca mata renang.
Biasanya, banyak dilakukan oieh penyelam alam dan para nelayan untuk mencari mutiara,
teripang, menembak ikan, memasang dan mengambil bubu
dll. Dengan goggling ini penyelam sulit untuk melakukan ekualisasi, akibatnya mudah terkena
squeeze mata dan baro-trauma teiinga yang dapat menyebab-kan kesulitan bagi penyelam. b.
"Snorkelling" adalah penyelaman tahan napas dengan menggunakan masker kaca (face mask)
yang menutupi mata dan hidung, serta pipa napas (Snorkell). Cara dan kegunaannya untuk
menyelam sama dengan goggling, namun sedikit lebih menguntungkan karena penyelam mudah
melakukan ekualisasi dan dapat berenang di permukaan tanpa mengang-kat kepala apabila
hendak bernapas.
Kemampuan penyelam menahan napas nie-nyebabkan terbatasnya waktu dan kedalam-an dalam
melakukan pekerjaan bawah air.
2. Penyelaman SCUBA atau SCUBA Diving (Gambar 1)
Penyelaman SCUBA dilakukan pada kedalaman 18 - 39 m atau kurang dari itu tergantung pada
kebutuhannya, dan dise-suaikan dengan kecepatan arus (maksimal 1 knot). Dalam keadaan
normal penyelam-an SCUBA dilakukan pada kedalaman 18 m selama 60 menit, sedangkan
maksi-malnya dilakukan pada kedalaman 39 m selama 10 menit. SCUBA digunakan untuk
melakukan tugas penyelaman di air dangkal yang memerlukan mobilitas tinggi, tetapi dapat
diselesaikan dalam waktu relatif singkat. Penyelaman SCUBA sering dilaku-kan untuk
melakukan pemeriksaan, penca-rian benda-benda, penelitian, pengamatan pertumbuhan biota
laut, perbaikan atau perawatan ringan pada kapal.
Penyelaman SCUBA dapat juga dijadi-kan penunjang bagi objek wisata bawah air (underwater
tourism) yang dapat mengha-silkan devisa yang cukup banyak untuk negara.
www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991
Gambar 1. Penyelani SCUBA lengkap dengan peralatannya.
Keterangan :
1. labung SCUDA (Aqualong)
2. Regulator
3. Masker
4. Snorkel
5. Pressure gauge (pengukur tekanan udara dalam SCUBA)
6. Depth gauge (pengukur kedalaman)
7. Pakaian selani (Wet/Dry suit)
8. Ronipi apung (Bouyancy compensator
9. Sabuk pemberat (quick release weight belt)
10. Pisau selam (knife)

13
11. Sirip renang (Fins)
12. Jam selam (Diving watch) Back pack disini tidak terlihat.
www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991
Semua penyelam SCUBA harus me-nguasai teknik ESA (Emergency Swimming Ascend) yaitu
berenang bebas kepermukaan dengan cepat sambil selalu menghembuskan napas. Di samping itu
penyelaman SCUBA seharusnya selalu dilakukan bersama mitra selam (buddy diver) dan
diperlukaii adanya penyelam cadangan yang selalu siap menye-lam bila dibutuhkan. Dalam
menggunakan alat-alat SCUBA penyelam harus mematuhi prosedur yang benar supaya tidak
mengelami komplikasi atau penyakit akibat penye-laman.
Keuntungan penyelaman SCUBA ini ialah persiapannya cepat, tidak banyak me-merlukan
dukungan logistik, praktis, mobili-tasnya tinggi dan gangguan yang ditimbulkan oleh peralatan
selam sangat minimal. Walau-pun mempunyai keuntungan tetapi ada juga kerugiannya
diantaranya ialah terbatasnya suplai udara dalam scuba sehingga kedalam-an dan lamanya
terbatas pula, tidak dapat dilakukan komunikasi suara antara penye-lam maupun tender, sangat
terpengaruh kecepatan arus, adanya hambatan pernapas-an dan perlindungan terhadap
penyelaman terbatas.
3. Penyelaman SSBA (Surfaced Supply Breathing Apparatus Diving).
Penyelaman SSBA ini memerlukan du-kungan logistik yang lebih komplek serta dukungan
peralatan dan anggota dalam jum-lah yang cukup besar. Gerak penyelaman dalam bidang
vertikal sukar dilakukan. Namun demikian penyelaman SSBA ini memasok udara tidak terbatas
dan dapat di-laksanakan pada kecepatan arus maksimal 2,5 knots. Karenanya penyelaman ini di-
gunakan untuk melaksanakan penelitian-pe-nelitian pada kedalaman lebih dari 60 m selama 40
menit (MAULANA dan SUSAN-TO 1989 a). Saat ini pembicaraannya kita tinggalkan dulu.
BEBERAPA ALAT SELAM DAN
KEGUNAANNYA (Gambar 2 & 3)
1. Masker (Face Mask)
Bentuk mask ada beberapa macam. Pilihlah salah satu diantaranya yang sesuai dengan wajah
anda sehingga nyaman dipakai-nya. Untuk menguji kekedapannya yang sempurna, kenakanlah
mask di wajah anda tanpa mengenakan tali kepala, tarik napas sedikit melalui hidung, jika mask
tadi me-miliki kekedapan yang sempurna maka mask harus tetap menempel di wajah. Kegunaan
mask untuk mencegah arir masuk ke hidung dan mata serta melindunginya dari zat yang
mengganggu yang dapat menimbulkan ra-dang (iritasi). Mask juga memungkinkan anda dapat
melihat benda di bawah air dengan jelas. Pilihlah mask dengan "tem-pered glass", jangan yang
dari plastik.
2. "Snorkel"
"Snorkel" merupakan peralatan survi-val terpenting yang digunakan baik oleh "skin diver"
maupun "scuba diver". "Snor-kel" memungkinkan kita melihat tamasya bawah air dengan cara
berenang dan mene-lungkupkan muka di permukaan air tanpa harus mengangkat kepala untuk
mengambil napas. "Snorkel" membantu kita berenang menuju sasaran penyelaman tanpa harus
menggunakan udara dari tabung scuba. Bentuk snorkel bermacam-macam.
3. Sabuk pemberat
Sabuk pemberat dibuat agar mudah dibuka, sehingga dalam keadaan darurat sabuk pemberat
dengan mudah dan cepat dilepas. Biasanya penyelam scuba memakai beberapa pemberat untuk
keseimbangan se-suai dengan kebutuhan. Pemberat biasanya terbuat dari timah atau logam lain.

14
Kenakan sabuk pemberat sehingga mudah dibuka dengan satu tangan sesuai dengan kebiasaan
setiap kali memakai sabuk.
www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991
Gambar 2. Pakaian selam
a. lengan baju dan celana pendek
b. lengan baju dan celana panjang
www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991
Gambar 3. Beberapa Peralatan Selam
KETERANGAN GAMBAR :
1. Masker kaca ("Face Mask"). 2.Pipa napas ("Snorkel").
3. Sabuk pembeiat ("Weight Belt")
4. Peralatan apung ("Buoyancy Control Device" BCD).
5.Tabung selam ("Aqualung").
6. "Back Pack"
7. "Regulator"
8. Pengukur tekanan udara dalam
9. scuba ("Pressure gauge") lO.Pisau selam ("Dive knife") ll.Siriprenang("Fins").
www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991
4. Peralatan apung atau "Buoyance con trol divice" (BCD)
"Buoyancy vest" atau peralatan apung adalah perlengkapan penting yang digunakan seorang
penyelani. Alat ini berfungsi dalam 4 keperluan utama sebagai berikut:
a. Untuk niemberikan daya apung positip (positive buoyance) selama berenang di permukaan air.
b. untuk niemberikan daya apung guna is- tirahat, atau menyangga seorang penye lani yang
mengalami kecelakaan.
c. Untuk niemberikan daya apung netral (neutral buoyance) terkendali dalam air diakibatkan
hilangnya daya apung dari baju selam (wet suit) atau tas koleksi (collecting bag) yang berat.
d. Untuk mendapatkan kemampuan dalam memeberikan pertolongan, baik untuk diri sendiri
maupun untuk menolong oranglain.
5. Tabung selam (Aqualung)
Sebuah tabung selam, atau botol udara dibuat untuk menampung udara yang dimampatkan
secara aman. Tabung-tabung masa kini dibuat dari baja atau campuran aluminium dan dapat
diperoleh dalam be-berapa ukuran. Pada umumnya scuba yang dipakai adalah "open circuit
scuba" yaitu dimana udara pernapasan langsung dihem-buskan keluar (kedalam air). Adajuga
"semi closed circuit scuba" dan "closed circuit scuba". Pada "closed circuit scuba" udara yang
dikeluarkan (CO ) tidak dihembus-kan ke luar tetapi lewat proses kimia terten-tu diubah kembali
menjadi Oksigen (CL) dan digunakan lagi untuk bernapas, sehingga gelembung-gelembung
udara yang keluar tidak nampak. "Closed circuit scuba" sering dipergunakan oleh penyelani
militer dalam
operasi intelejen, dan fotografi bawah air yang profesional.
Penyelaman dengan "closed circuit scuba" hanya dilakukan sampai kedalaman 10 meter dan
maksimum 14 meter (PO2 = 2,4 ATA). Hal ini untuk menghindari kera-cunan gas oksigen sebab
pada sistem ini digunakan oksigen murni. Keracunan oksi-gen biasanya mulai terjadi pada PO9 =
2 ATA.

15
6. "Backpack"
"Back pack" adalah alat pemegang scuba agar scuba tetap/enak dipakai dipung-gung penyelani.
Adajuga "back pack" yang langsung dirakit menempel dengan BCD.
7. Regulator
Regulator adalah alat yang mengatur pengeluaran udara dari tabung (Aqualung) ke penyelani
sehingga keluarnya udara sesuai dengan yang dibutuhkan.
8. "Pressure gauge*'
"Pressure gauge" ialah alat pengukur tekanan udara dalam scuba, agar kita tahu sampai berapa
atmosfer/PSI udara yang ada di dalam tabung.
9. "Depth gauge"
"Depth gauge" ialah alat untuk meng-ukur kedalaman, dengan demikian kita tahu berapa dalam
kita menyelam. Hal ini bergu-na sekali untuk penyelani dalam menghitung adanya dekompresi.
10. Pisau selam
Pisau selam bukan merupakan senjata bagi penyelani tetapi alat sangat penting untuk keperluan
seperti memotong tali, menggali, memotong sisa-sisa jaring nelayan yang mengganggu
penyelani, mengumpil dll. Jangan memegang pisau sambil berenang,
www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991
simpanlah pisau pada sarungnya dan letak-kan disalah satu kaki di bawah lutut demi keamanan
kit a sendiri. Banyak ragam ukur-an dan bentuk pisau selam.
11. "Fins" (sirip renang)
Sirip renang diciptakan untuk membe-ri kekuatan pada kaki dan merupakan pi-ranti bergerak,
sehingga kemampuan renang kita bertambah 10 kali lebih besar, tetapi bukan diciptakan untuk
kecepatan renang. Ada 2 macam sirip renang yaitu "open heel" dan "foot pocket".
12. Baju selam (Gambar 2)
Ada dua macam baju selam yaitu "Wet suit" dan "dry suit". Baju selam ini berguna untuk
melindungi tubuh dari dingin-nya air sehingga tubuh kita tidak terlalu banyak kehilangan panas
badan. Di samping itu berguna juga untuk melindungi diri dari sengatan binatang berbisa dan
binatang beracun serta dapat melindungi kulit dari pergeseran dengan batu karang atau benda
tajam yang lain.
13. Jam selam (diving watch)
Jam selam berfungsi untuk menghi-tung waktu menyelam agar terhindar dari dekompressi.
Selain alat-alat yang tersebut di atas ada pula peralatan lain seperti kompas selam, senter selam,
sarung tangan, sepatu karang, bendera penyelam, tas alat-alat, pelampung dan talinya, "log book"
dan tabel dekompressi.
BEBERAPA PENYAKIT AKIBAT PENYELAM AN
Pekerjaan penyelaman selalu diincar bahaya baik sebagai akibat dari perubahan tekanan,
temperatur air, maupun terhadap
kehidupan bawah air lainnya. Beberapa pe-nyakit akibat penyelaman dijelaskan di bawah ini.
1. Barotrauma
Barotrauma adalah kekerasan (penge-rutan) akibat tekanan tinggi yang dapat mengakibatkan
kerusakan jaringan tubuh. Ini diakibatkan kegagalan tubuh menyesuai-kan tekanan udara/gas
yang terdapat pada rongga-rongga udara di dalam tubuh penye-lam, dengan tekanan absolut yang
dialami penyelam. Barotrauma ini dapat terjadi pada saat penyelam berenang turun (tekan-an
meninggi, volume udara mengecil) mau-pun penyelam berenang kepermukaan (te-kanan
mengecil, volume udara membesar sesuai hukum Boyle).

16
Gejala umum barotrauma adalah rasa sakit yang sering diikuti pendarahan pada/ dari rongga
udara yang mengalami barotrau-ma, dimana pendarahan yang terjadi sering tidak disadari oleh
penyelam. Rasa sakit pada telinga adalah indikator (petunjuk) yang cukup sensitif untuk
menunjukkan bahwa tubuh belum berhasil melaksanakan adaptasi terhadap perubahan tekanan.
a. Barotrauma sinus
Pada tengkorak manusia terdapat rong-ga udara (sinus) yang umumnya menipunyai hubungan
(lubang) yang bermuara pada tenggorokan. Kegagalan penyesuaian tekan-an udara dalam sinus
dapat menyebabkan pendarahan disertai rasa sakit pada sinus yang terkana.
b. Barotrauma masker
Umumnya terjadi karena saat penye-lam berenang turun tidak menghembuskan udara ke rongga
masker, sehingga setelah daya lentur masker mencapai maksimal maka untuk mengimbangkan
tekanan udara www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991
di dalam masker, jaringan-jaringan lunak pada wajah dapat terhirup ke dalam masker. Akibatnya
terjadi pembengkakan dan warna kemerahan (perdarahan) pada bagian putih mata serta kelopak
mata, Rasa sakit atau tertekan terasa pada kulit wajah yang ber-singgungan dengan masker.
c. Barotrauma gigi
Barotrauma gigi ini terjadi apabila ada gigi yang berlubang (caries) akibatnya rasa sakit pada gigi
(terutama saat menye-lam) yang disertai perdarahan.
d. Barotrauma paru-paru
Pada kedalaman tertentu paru-paru penyelam berisi udara bertekanan tinggi yang sesuai dengan
tekanan absolut di ke-dalaman tersebut. Bila karena sesuatu hal penyelam berenang dengan cepat
ke permu-kaan (Emergency Swimming Ascent Blow Up) tanpa terkendali dan tanpa menghem-
buskan napas/udara, maka setibanya di per-mukaan volume paru-paru akan mengem-bang
dengan cepat tanpa diimbangi pengem-bangan dinding dada sehingga paru-paru dapat pecah.
e. Barotrauma usus
Biasanya terjadi pada para penyelam pemula. Hal ini karena mereka seringnya menelan udara
(tak sengaja) saat nielakukan ekualisasi atau bernapas biasa dengan regula-tor. Saat berenang
naik, udara tekanan tinggi yang tertelan tadi akan niengenibang sehingga menyebabkan sembelit,
sakit perut atau bahkan muntah. Penyebab lainnya ada-lah karena minum minuman yang
mengan-dung soda (CO?) pada waktu akan menye-lam.
2. Keracunan
a. Keracunan gas pernapasan
Biasanya terjadi pada penyelam berada di kedalaman (di dasar laut), tetapi bisa juga terjadi pada
saat penyelam berenang menuju dasar. Semakin dalam menyelam semakin besar pula tekanan
parsial gas per-napasan yang dihisap masuk ke jaringan
tubuh. Pada orang-orang rentan, tinggi te-kanan parsial gas-gas tersebut dapat menim-bulkan
keracunan gas. Oleh karena itu pada penyelaman laut dalam sering digunakan
gas campuran misalnya gas Nitrox (Nitro-gen-Oksigen), Heliox (Helium-Oksigen) bah-kan ada
juga tiga campuran yaitu Helium-Nitrogen-Oksigen.
b. Keracunan Nitrogen (Nitrogen Narcosis)
Keracunan nitrogen dapat terjadi mu-lai kedalaman 30 meter atau lebih (PN2 = 3,2 ATA),
dimana gejalanya seperti orang mabok alkohol akibat minum minuman keras. Seterusnya setiap
kedalaman bertam-bah 10 meter gejala keracunan akan ber-tambah pula. Batas kadar PN2 yang
me-nimbulkan Nitrogen Narcosis setiap penye-lam sangat bervariasi dan sangat tergantung pada
kondisi fisik penyelam sebelum penye-laman dimulai. Penyelaman di air laut yang dingin,

17
bejcerja berat di dalam air, gelisah, kurangnya pengalaman, menurunnya O2 serta meningginya
CO2 dalam udara pernapasan dapat mempermudah terjadinya keracunan N2.
c. Keracunan Oksigen (Oxigen Toxicity)
Keracunan ini sering terjadi pada pe-nyelaman dalam (90 meter dengan udara) atau 10 meter bila
penyelam bernapas de-ngan Oksigen murni. Gejalanya biasanya www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991
perut mual atau muntah, kepala pusing halusinasi pandangan/pendengaran, kebi-ngungan,
kejang-kejang halus otot-otot bibir dan wajah, hilangnya ingatan setelah kejang.
d. Keracunan Karbondioksida (C02)
Bila udara segar yang masuk ke dalani kompresor (waktu mengisi tabung) terce-mar gas C02
dari mesin/pabrik maka akibat-nya penyelam bisa keracunan. Gejalanya di-antaranya adalah
sesak napas (napas pendek, cepat, dalani dan berat), berdenyut di daerah dahi, kepala terasa
ringan, kejang-kejang, penglihatan menurun dan pada tingkat berat jantung dan pernapasan dapat
berhen-ti dan berakhir dengan kematian.
e. Keracunan Karbonmonoksida (CO)
Akibat tidak sempurnanya pembakar-an dalani mesin kompresor, udara dalani scuba dapat
tercemar gas CO atau tercemar-nya udara atmosfir oleh gas CO dari mesin-mesin lain,
pabrik/industri sehingga udara yang dikompresikan ke dalani scuba mengan-dung gas CO yang
tinggi. Biasanya kalau hal ini sampai terjadi akan berakibat bagi penyelani yaitu terasa adanya
sakit kepala, napas pendek, kekacauan mental, muntah, lumpuh, tak sadar dan dapat berakhir de-
ngan kematian.
3. Penyakit Dekompressi (Decompression Sickness, DCS)
Sesuai dengan Hukum Henry, semakin dalani penyelanian semakin banyak pula Nitrogen yang
larut dalani jaringan tubuh penyelani. Tinggi kadar Nitrogen atau tinggi PN2 di dalani jaringan
tubuh bergantung kepada kedalaman dan lamanya penyelanian. Oleh karena itu semakin dalani
dan lama suatu penyelanian semakin tinggi pula kadar N~ yang larut ke dalani tubuh penyelani.
Pada saat penyelani berenang ke permukaan (setelah menyelam dalam dan lama) harus
mematuhi prosedur tertentu (prosedur de-kompresi) untuk mengeluarkan gas N^ dari tubuh
penyelani yang terlarut. Bila prosedur dekompresi dilanggar maka sudah dapat di-pastikan
bahwa akan terjadi penyakit de-kompresi dengan segala akibatnya. Ada 2 tipe penyakit
dekompresi. Penyakit dekom-presi tipe I (Bends, Pain Only Decom-pression Sickness).
Seluruh tubuh (terutama persendian) terasa sangat nyeri timbulnya berangsur-angsur atau
mendadak. Kelelahan dan rasa ngantuk yang berlebihan, pusing, bercak-bercak merah pada kulit
disertai rasa gatal.
Penyakit dekompresi tipe II merupa-kan penyakit yang serius. Jika perawatannya terlambat atau
tidak memadai sering menye-babkan cacat tubuh atau kematian. Gejala -gejalanya sebagai
berikut :
a. Gejala neurologis
Kulit terasa tebal terasa seperti ditusuk-tusuk jarum, hilangnya/menurunnya rasa sakit.
Kelemahan sampai kelumpuhan otot anggota gerak. Bisa terjadi kebutaan.
b. Gejala paru-paru (Chockes)
Dada terasa nyeri dan berat/tertekan, napas sesk sampai sianosis (pucat, kebiru-an) disertai batuk
kering.
c. Gejala sistem kardiovaskuler (Bends shock)
Bends shock merupakan tanda gawat darurat yang perlu ditangani dengan sege-ra dan intensif.
4. Berbagai bahaya lain

18
Disamping penyakit tersebut ada pula beberap hal yang dapat dialami oleh semua jenis
penyelanian misalnya : serangan dari www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991
binatang laut yang berbahaya baik yang berbisa maupun yang beracun. Binatang laut ada yang
nienggigit tapi ada pula yang nienyengat. Luka yang diakibatkan oleh gigitan binatang sewaktu
menyelam dapat menyebabkan pendarahan yang hebat dan dapat menimbulkan kematian.
Sedangkan binatang laut yang nienyengat tidak menim-bulkan luka yang berarti, tetapi reaksi
alergi/keracunan yang ditimbulkan dapat pula membahayakan penyelani (MAULANA &
SUSANTO 1989 b). Menurut KASTORO (1976) akibat tusukan gigi parut dari "Ka-lajengking
laut" (Conus) terasa setelah 4 atau 5 jam kemudian dan AZIZ (1976) menyebutkan bahwa daya
racun atau "virulensi" dari ular laut relatif lebih kuat dari ular biasa yang hidup di darat. Kekuat-
annya dapat niencapai 10 sanipai 20 kali lebih kuat dari ular cobra. Beberapa bina-tang laut yang
berbahaya yang perlu diwas-padai oleh penyelani adalah :
1. Ubur-ubur "Kapal perang Portugis"
2. Kerondong
3. Gurita
4. Ikan Pari
5. Dean alu-alu
6. Ikan Hiu
7. Dean lepu batu
8. Karang api
9. Jelatang laut, dll.
Tentang bahaya menyelam di daerah te-rumbu karang telah ditulis cukup jelas oleh AZIZ (1976).
Tenggelam adalah salah satu resiko yang dihadapi oleh setiap orang yang berke-cimpung di air,
dan sering mengakibatkan kematian karena masuknya air ke dalam paru-paru. Oleh karena itu
kepada semua calon penyelani dan juga penyelani diharus-
kan dapat berenang dan disarankan pula semua penyelam memakai rompi apung yang dilengkapi
tabung CCL atau yang dihubung-kan dengan scuba sehingga dapat dikembang-kan dengan cepat
apa bila dalam keadaan darurat.
KAIDAH MENYELAM DENGAN AMAN
1. Anda harus dalam kondisi fisik dan men tal yang baik, menyelamlah hanya jika badan dan
rohani anda sehat.
2. Usahakan selalu agar kemampuan renang anda memuaskan.
3. Jangan mengadakan penyelaman jika anda tidak memiliki sertifikat selam. Jika anda memiliki
sertifikat selam, ketahui- lah batas-batas kegiatan selam sesuai dengan kemahiran anda
sebagaimana ter- tera dalam tingkat sertifikat selam anda.
4. Sangat dianjurkan jika anda memiliki sertifikat selam "Penyelani bebas" (skin diver) sebelum
anda menjadi penyelani "scuba". Hal ini akan sangat membantu penghayatan dan keamanan.
Skin Diving bukan merupakan prakwalifikasi sebelum menjadi penyelani scuba. Skin Diving
justru merupakan kemahiran tersendiri yang khusus, namun sejajar dengan ke- trampilan scuba.
5. Belajarlah keterampilan PPPK khususnya yang berhubungan dengan kemungkinan kecelakaan
penyelaman.
6. Kuasailah teknik bantuan penyelaman (life saving).
7. Sediakan selalu kotak PPPK yang leng- kap untuk kecelakaan penyelaman (ber- beda dengan
kotak PPPK umum).
8. Ketahuilah keterbatasan kemampuan dan peralatan selam anda.

19
www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991
9. Periksalah selalu sebelum penyelaman dan pergunakan secara lengkap dan sem-purna
perlengkapan yang sesuai yang juga berada dalam keadaan sempurna, jangan meminjamkan
peralatan selani kepada pe-nyelam tanpa sertifikat selam.
10. Rencanakan dengan baik penyelaman anda
11. Kenalilah medan penyelaman dimana an da mengadakan penyelaman, dan hindari kondisi
berbahaya dan cuaca buruk.
12. Batasi kedalaman (kurang dari 18 m).
13. Menyelamlah dengan berpasangan "buddy" dan tetaplah bersamanya selama penyelaman.
14. Kembangkan sendiri dan gunakan selalu komunikasi bawah air dengan mitra se lam. untuk
dibawah air.
15. Perlakukan spear gun (bila membawa) sama dengan senjata yang berbahaya bagi nyawa
manusia.
16. Ekualise tekanan bawah air sebelum sakit mulai terasa.
17. Keluarlah dari air jika terluka, merasa lelah atau mulai kedinginan.
18. Muncullah kepermukaan dengan hati- hati dan dengan cara sempurna.
19. Bernapaslah dengan biasa dan wajar (seperti bernapas di udara terbuka) jika nienggunakan
peralatan scuba, janganlah bernapas patah-patah (skip breathing) untuk memperpanjang waktu
pemakaian udara yang tersedia dalam tabung scuba.
20. Hindari dekompresi terhadap atau de- kompresi karena penyelaman ulang, pe nyelaman di
ketinggian atau naik pesa- wat terbang setelah selesai menyelam.
21. Gunakan hanya udara yang bersih
22. Rawat dan perlakukan tabung udara se- bagaimana mestinya.
23. Service seluruh peralatan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
SARAN DAN PENUTUP
Dari sedikit uraian di atas dapat di-simpulkan bahwa penyelaman scuba cukup mengandung
resiko tinggi. Oleh karenanya diharapkan kepada semua penyelam hendak-nya mematuhi aturan-
aturan yang sudah digariskan (prosedur penyelaman) dan men-taati semua larangan yang telah
ditentukan. Rawatlah alat-alat selam secara teratur sesuai dengan ketentuan. Pakailah alat selam
yang biasa anda pakai (kalau mungkin milik pri-badi). Kenalilah alat selam anda dengan baik
ciri-ciri khasnya, sehingga di dalam air anda menyatu dengan alat selam yang anda pakai. Bila
anda harus menyewa, usahakan menye-wa pada satu tempat agar anda dapat mema-kai alat yang
telah anda kenali dengan baik. Usahakan untuk mengikuti pendidikan selani sampai tahu apa
yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh penyelam. Dalam satu unit penyelaman
usahakan minimal seorang penyelam harus nienggunakan depth gauge, jam selam, kompas selani
serta tabel dekompresi dan "log book".
DAFTAR PUSTAKA
AZIZ, A. 1976. Apakah Ular laut berbaha-ya 1. Oseana, 11(6): 3 -4.
AZIZ, A. 1979. Mengenal bahaya menyelam di daerah terumbu karang. Oseana, V (4): 10-15.
KASTORO, W. 1976. Si Kalajengking laut dengan sengatan mautnya. Oseana, III (2): 1-3.
MAULANA, 0 dan A. SUSANTO 1989 a. Macam-macam penyelaman. Simposium sehari
penyelaman dengan aman. Jakarta, 19Februaril989,8hal.
MAULANA, 0 dan A. SUSANTO 1989 b. Bahaya dan komplikasi penyelaman serta cara
penanggulangannya. Simposium se-hari penyelaman dengan aman. Jakarta, 19 Februari 1989,14
hal 9 lamp.

20
www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991

21

Anda mungkin juga menyukai