Anda di halaman 1dari 10

1157

Metta
Jurnal Penelitian Multidisiplin Ilmu e-ISSN: 2962-794X
Vol.2, No.1, Juni 2023, pp: 1157-1166 p-ISSN: 2986-1527

ETIKA SOSIAL PADA MASYARAKAT BUGIS DI DESA BOLA BULU


KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
Emanuel Omedetho Jermias1, Abdul Rahman2
1,2ProgramStudi Pendidikan Antropologi, Universitas Negeri Makassar
E-mail: emanuel181201@gmail.com1, abdul.rahman8304@unm.ac.id2

Info Artikel Abstrak


Article History: Penelitian ini dilakukan di Desa Bola Bulu, Kecamatan
Received: 09 May 2023 Pitu Riase, Kabupaten Sidenreng Rappang, Provinsi
Revised: 22 May 2023 Sulaweis Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk
Accepted: 31 May 2023 mengungkap fungsi etika sosial serta praktik
pelaksanaannya dalam kehidupan sehar-hari pada
masyarakat Desa Bola Bulu. Metode yang digunakan
Keywords: Etika social, Harmoni ialah metode penelitian kualitatif yang mengandalkan
social, Interaksi sosial proses pengumpulan datanya melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi. Data yang telah
dikumpulkan kemudian dianalisis dengan teori serta
mengkomparasikannya dengan hasil penelitian yang
relevan. Hasil penelitian menunujukkan bahwa etika
sosial memiliki peran fital dalam proses interksi di Desa
Bola Bulu. Etika sosial diwujudkan dengan sikap saling
menghormati, saling menghargai, dan saling
mengingatkan dalam pergaulan sehari-hari baik di
lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan
masyarakat.

1. PENDAHULUAN
Makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna dan paling tinggi derajatnya
adalah manusia [1]. Di dunia ini tidak ada satupun manusia yang sama dan tidak ada satu pun manusia
yang mampu hidup sendiri. Sehingga dipastikan setiap manusia selalu melekat di dalam dirinya status
yang tidak dapat dipisahkan, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk
sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat
hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan
kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi,
berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia
sudah disebut sebagai makhluk sosial [2].
Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, akan memberikan rasa tanggungjawab untuk
mengayomi individu yang jauh lebih ”lemah” dari pada wujud sosial yang ”besar” dan ”kuat”.
Kehidupan sosial, kebersamaan, baik itu non formal (masyarakat) maupun dalam bentuk-bentuk
formal (institusi, negara) dengan wibawanya wajib mengayomi individu. Manusia sebagai makhluk
sosial dapat diartikan bahwa manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan
membutuhkan bantuan orang lain [3]. Manusia memiliki keterbatasan sumber daya untuk memenuhi
kebutuhannya sehingga manusia saling bergantung satu dengan lainnya. Manusia adalah makhluk
sosial yang menghabiskan kehidupan dengan cara berinteraksi dengan individu lain.
Manusia sebagai individu ternyata tidak mampu hidup sendiri. ia dalam menjalani
kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergantung pada manusia lainnya. Manusia saling
membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan manusia lain. Hal ini disebabkan manusia dalam
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
http://melatijournal.com/index.php/Metta
1158
Metta
e-ISSN: 2962-794X Jurnal Penelitian Multidisiplin Ilmu
p-ISSN: 2986-1527 Vol.2, No.1, Juni 2023, pp: 1157-1166

memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat memenuhinya sendiri. Ia akan bergabung dengan
manusia lain untuk membentuk kelompok-kelompok dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan
tujuan hidup. Dalam hal ini manusia sebagai individu memasuki kehidupan bersama dengan individu
lainnya.
Manusia pada hakikatnya selain sebagai makhluk individual juga sebagai makhluk sosial.
Karena itu kehidupan sosial merupakan suatu keharusan dalam kehidupan manusia. Menurut
Soerjono Soekanto, inti kehidupan sosial ialah interaksi sosial, atau apa yang disebut dengan proses
sosial. Tanpa proses sosial tidak mungkin ada kehidupan sosial. Suatu kehidupan sosial berlangsung
karena manusia menyadari bahwa suatu kehidupan akan berkualitas jika terjadi hubungan antara
dirinya dengan orang lain. Hubungan itu diperlukan dalam rangka memenuhi kepentingan masing-
masing individu atau kelompok [4].
Kehidupan berkualitas ditandai dengan keharmonisan sosial. harmoni dalam keberagaman
sosial budaya adalah adanya keserasian dan keselarasan dalam keberagaman budaya, dan dalam
kekayaan sosial. Hal tersebut adalah cerminan dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti
berbeda-beda tetap satu jua. Sebagai warga bangsa Indonesia, kita harus bersyukur karena
dianugerahi keberagaman. Keberagaman itu dapat dilihat dari suku bangsa, ras, agama, keyakinan,
ideologi politik, sosial budaya dan ekonomi. Keberagaman suku dan agama yang ada di Indonesia
harus dimaknai sebagai kekayaan yang harus dirawat dan dijaga bersama-sama. Untuk menjaga
kebersamaan di tengah keberagaman kita seterusnya diperlukan kesediaan bersama untuk saling
bertoleransi yakni menghormati perbedaan, menghormati hak dan kewajiban umat agama lain,
semisal menghargai hari besar umat agama lainnya dan membantu sesama masyarakat tanpa melihat
latar belakang dan menghormati antar suku dan budaya. Kita harus bertoleransi pada siapa pun yang
berbeda budaya, suku, ras, atau mungkin agama dengan diri sendiri. Memberi kesempatan pada
mereka untuk menganut kepercayaan atau budayanya dan menghindari mencemooh kebudayaan
orang lain yang berbeda dengan kita [5].
Manusia harus berbuat menurut kodratnya sehingga kodratnya dikembangkan sepenuh-
penuhnya sampai tujuan terakhir. Kalau orang mengerti apakah itu menjadi manusia ia menegerti
bagaimana harus berbuat supaya kelakuannya dilaksanakan menurut kodratnya, derajatnya,
martabatnya, timgkatnya. Memang manusia terus berubah, bertumbuh dalam keadaan yang selalu
berubah. Dan memang kodrat manusia itu dinamis. Dalam kehidupan sehar-hari kita mendapat
kesan, bahwa tiada yang pantas bagi manusia untuk selama-lamanya. Tetapi orang tidak dapat
menolak kenyataan bahwa meskipun manusia mengalami banyak perubahan, ia tetap menjadi
manusia. Di samping adanya perubahan terdapat hal yang tetap ada sebelumnya dan sesudahnya,
yaitu sesuatu yang mengalir dan mendasari setiap perubahan yang terjadi [6].
Harus diakui bahwa hidup manusia didapat dari pemberian dan perhatian orang lain.
Barangkali dapat dibayangkan seandainya manusia hidup saling mengacuhkan, hidup sendiri-sendiri
dengan tiada saling memperhatikan terhadap lingkungan di sekitarnya. Karena itu adalah mustahil
jika manusia itu bisa hidup sendiri. Sebaliknya hidup dan kehidupan manusia akan menjadi indah,
bahagia, mengesahkan, bermartabat dan bermanfaat bagi manusia itu sendiri apabila saling membagi
perhatian. Dalam berkehidupan bersosial, tentu saja kita perlu memperhatikan sikap dan perilaku
yang baik. Hal ini di yakini apabila orang yang bertingkah laku baik dan sopan pasti akan disegani
oleh orang lain. Selain itu, lingkungan masyarakat kita juga perlu memperhatikan tentang norma-
norma yang ada.
Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar
bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya norma disusun agar
hubungan diantara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang
diharapkan. Norma tidak boleh dilanggar, siapapun yang melanggar norma atau tidak bertingkah laku
sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka akan memperoleh hukuman. Dengan melaksanakan
berbagai perbuatan baik kepada orang lain disekitar kita, diharapkan hal ini akan menular kepada
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
http://melatijournal.com/index.php/Metta
1159
Metta
Jurnal Penelitian Multidisiplin Ilmu e-ISSN: 2962-794X
Vol.2, No.1, Juni 2023, pp: 1157-1166 p-ISSN: 2986-1527

orang lain. Jangan pernah berhenti untuk melakukan hal baik karena hanya dengan perbuatan baik
yang patut untuk kita teladani dan dijadikan sebagai panutan hidup, terutama kehidupan sosial
masyarakat.
Sebagai makhluk sosial yang tidak terlepas dari aktivitas saling berinteraksi, manusia
senantiasa tidak luput dari etika. Karenanya, dalam alam tataran pergaulan sehari-hari, hal yang
harus menjadi perhatian adalah etika. Setiap individu memiliki sifat dan kebiasaan berbeda. Oleh
sebab itu, seseorang harus pandai menempatkan diri dalam kehidupan sosial agar tidak menyakiti
dan merugikan orang lain. Hal inilah yang melatarbelakangi pentingnya etika dalam kehidupan.
Manusia tentu bukan hidup untuk mencari musuh. Setiap orang hidup dengan tujuan yang
sama, perdamaian dan persaudaraan. Etika merupakan seperangkat aturan yang berfungsi untuk
mengatur dan mengajari seseorang dalam bersikap. Etika akan membimbing manusia untuk berlaku
sopan dan pantas pada setiap orang. Sebenarnya, etika tidak perlu diajarkan secara khusus dan
tersendiri. Etika akan terbentuk dan dipelajari sendiri dalam lingkungan keluarga, sekolah, pengajian,
dan masyarakat umum. Namun, hal itu tentu bukan jaminan bagi seseorang untuk menerima berbagai
pelajaran positif yang berkenaan dengan etika [7].
Seseorang yang hidup dan dibesarkan di lingkungan “tidak baik” akan tumbuh menjadi sosok
kurang beretika. Orang tersebut akan berlaku bebas sesuai keinginannya tanpa memperhatikan
perasaan orang lain. Ia hanya berpikir bahwa apa yang dilakukan haruslah berdampak baik baginya
meskipun tidak baik bagi orang lain. Inti dari semua pelajaran mengenai etika adalah bagaimana diri
kita mampu menghargai orang lain, bukan hanya memikirkan diri sendiri. Persoalan etika merupakan
salah satu masalah sensitif. Etika akan menuntun seseorang untuk hidup semestinya dengan cara
yang dibenarkan oleh semua orang [8].
Atas dasar pertimbangan bahwa etika sangat menentukan eksistensi manusia dalam bergaul
di lingkungan masyarakat, maka perlu adanya kajian mengenai praktik-praktik etika tersebut.
Dipahami bersama bahwa masyarakat yang tidak lekang oleh praktik-praktik etika dalam kehidupan
sehari-hari adalah masyarakat desa, maka fokus kajian dalam tulisan ini ialah penelusuran tentang
etika sosial yang dipraktikkan oleh masyarakat di Desa Bola Bulu, Kecamatan Pitu Riase, Kabupaten
Sidenreng Rappang, Provinsi Sulawesi Selatan.

2. LANDASAN TEORI
Etika menurut Bertens adalah nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau kelompok orang dalam mengatur tingkah laku, kumpulan asas atau nilai moral (kode etik) dan
ilmu atau ajaran tentang baik dan buruk (filsafat moral). Dalam setiap budaya, terdapat etika yang
diyakini oleh masyarakat yang berasal ideologi dan membentuk nilai-nilai yang berlaku secara turun-
menurun. Sebagai contoh, kita dianggap tidak sopan jika memberikan atau menerima sesuatu dengan
tangan kiri [9].
Antropologi melihat adanya kompleksitas unsur-unsur kebudayaan mengubungkan antara
etika dan budaya, terdapat unsur budaya lain yang tak luput dari kompleksitas tersebut. Norma,
sistem nilai, pandangan dunia, filsafat, kesenian, ilmu pengetahuan, ekonomi, citra rasa, tingkah laku,
sikap, tradisi, dan kebiasaan-kebiasaan setempat, dan juga agama [10]. Etika memunculkan batasan
dan aturan-aturan dalam etika memerlukan pertimbangan kebiasaan dan hukum yang berlaku. Etika
yang memandang etis dan tidak etis, pantas dan tidak pantas, atau sopan dan tidak sopan, sering tidak
terpisah bahkan saling bertumbukan menjadi satu dengan norma hukum.
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti adat kebiasaan atau akhlak yang
baik. Secara etimologis etika merupakan ajaran tentang baik-buruk, sikap, perbuatan, kewajiban, dan
sebagainya. Etika berkaitan erat dengan nilai karena pada dasarnya etika membicarakan tentang
permasalahan yang berhubungan dengan predikat nilai susila atau tidak susila dan baik atau buruk.
Etika memiliki makna sebagai nilai dan norma etik atau moral yang berkaitan dengan nilai-nilai yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah laku. Nilai-nilai
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
http://melatijournal.com/index.php/Metta
1160
Metta
e-ISSN: 2962-794X Jurnal Penelitian Multidisiplin Ilmu
p-ISSN: 2986-1527 Vol.2, No.1, Juni 2023, pp: 1157-1166

etik diwujudkan dalam bentuk norma etik, norma moral, atau norma kesusilaan [11].
Manusia sebagai individu berhubungan dengan norma etik karena menyangkut kehidupan
pribadi. Norma etik didukung oleh nurani individu dan bukan manusia sebagai makhluk sosial
ataupun sebagai anggota masyarakat yang terorganisir. Norma etik dapat melengkapi
ketidakseimbangan hidup pribadi dan mencegah kekhawatiran diri sendiri. Norma etik bersumber
dari manusia itu sendiri dan ditujukan kepada sikap batin manusia. Norma etik ditujukan kepada
manusia agar kebaikan akhlak pribadi dapat terbentuk. Perbuatan jahat seperti misalkan membunuh,
mencuri, ataupun berzina sangat bertentangan dengan norma kepercayaan dan kesusilaan dalam
setiap hati nurani manusia. Perasaan malu, penyesalan, takut, dan rasa bersalah akan muncul dalam
hati nurani seiring melakukan perbuatan yang melanggar norma [12].
Manusia yang beretika akan dapat menghasilkan budaya yang memiliki nilai-nilai etik di
dalamnya. Etika dalam berbudaya mengandung suatu keharusan agar manusia menciptakan budaya
yang mengandung nilai-nilai etik yang secara sosial dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat.
Budaya yang beretika adalah budaya yang mampu menjaga, mempertahankan, dan mampu
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sedangkan budaya yang tidak beretika adalah
kebudayaan yang merendahkan dan bahkan menghancurkan martabat kemanusiaan [13].

3. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah jenis penelitian
deskriptif dengan menggunakan data kualitatif. Penggunaan teori dalam penelitian kualitatif sebagai
bentuk penjelasan dari adanya bentuk sikap atau perilaku tertentu. Hal ini sering kali dimanfaatkan
guna meneliti culture-sharing dan juga tingkah laku manusia [14]. Selain itu, penggunaan perspektif
teoritis juga digunakan sebagai panduan umum untuk meneliti kelas dan ras, gender. Pandangan ini
kemudian menjadi sudut pandang transformatif juga mampu membantu penulis dalam membuat
rumusan masalah, mengumpulkan data, menganalisis data serta membentuk call for action and
change[15] .
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, prosedur penelitian kualitatif ini sangat
cocok diterapkan dalam penelitian yang dilakukan di lingkungan masyarakat Desa Bola Bulu. Hal ini
dikarenakan data yang dicari di lapangan adalah data yang menunjukkan kehidupan masyarakat,
hubungan kekerabatan, tingkah laku serta segala hal yang telah menjadi budaya masyarakat
setempat. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, peneliti mendeskripsikan apa saja yang
didengar, dilihat serta dirasakan, lalu peneliti mendata secara sepintas mengenai informasi yang
didapatkan [16]. Di dalam tahap ini, peneliti telah melakukan observasi awal terkait dengan
kebiasaan dan tingkah laku masyarakat Desa Bola Bulu serta bentuk interaksi mereka sebagai
makhluk sosial sekaligus anggota masyarakat setempat terkait dengan budaya Bugis. Selain itu,
peneliti mereduksi segala informasi yang didapatkan ketika melakukan observasi guna memberi
fokus pada masalah tertentu. Setelah peneliti melakukan deksripsi, penulis kemudian memutuskan
untuk fokus membahasa mengenai fungsi dan arti pentingnya etika sosial dalam keseharian mereka.
selanjutnya peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci dan melakukan
analisis lebih dalam mengenai fokus masalah tersebut. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Bola
Bulu, Kecamatan Pitu Riase, Kabupaten Sidenreng Rappang.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Sekilas Tentang Etika Sosial di Desa Bola Bulu
Etika memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, baik ketika
bermasyarakat, di lingkungan pekerjaan dan di lingkungan pendidikan. Etika didefinisikan sebagai
disiplin, nilai, integritas, dan kejujuran seseorang saat berada di tengah orang lain yang Kemudian
akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan kita tidak hanya memengaruhi diri kita
sendiri tetapi juga orang-orang di sekitar kita. Etika mempengaruhi perilaku dan membantu individu
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
http://melatijournal.com/index.php/Metta
1161
Metta
Jurnal Penelitian Multidisiplin Ilmu e-ISSN: 2962-794X
Vol.2, No.1, Juni 2023, pp: 1157-1166 p-ISSN: 2986-1527

membuat keputusan yang tepat. Etika juga berperan dalam mengatur hidup kita dan bertindak secara
bertanggung jawab. Pentingnya etika tidak dapat diabaikan dalam banyak bidang kehidupan,
termasukpendidikan dan praktik kerja, apalagi keduanya saling berkaitan dalam mengikuti jejak
profesi. Etika membantu menetapkan standar untuk apa yang dapat diterima dan apa yang tidak [17].
Sebenarnya, etika tidak perlu diajarkan secara khusus. Etika akan terbentuk dan dipelajari
sendiri dalam lingkungan keluarga, sekolah, pengajian, dan masyarakat umum. Namun, hal itu tentu
bukan jaminan bagi seseorang untuk menerima berbagai pelajaran positif yang berkenaan dengan
etika. Seseorang yang hidup dan dibesarkan di lingkungan “tidak baik― akan tumbuh menjadi
sosok kurang beretika. Orang tersebut akan berlaku bebas sesuai keinginannya tanpa
memperhatikan perasaan orang lain dan hanya berpikir bahwa apa yang dilakukan haruslah
berdampak baik baginya meskipun tidak baik bagi orang lain. Inti dari semua pelajaran mengenai
etika adalah bagaimana diri kita mampu menghargai orang lain, bukan hanya memikirkan diri
sendiri. Persoalan etika merupakan salah satu masalah sensitif. Etika akan menuntun seseorang
untuk hidup semestinya dengan cara yang dibenarkan oleh semua orang.
Secara etimologi, etika berasal dari Bahasa Yunani ethos. Dalam bentuk tunggal, ethos berarti
tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara berpikir.
Dalam bentuk jamak, ta etha berarti adat kebiasaan. Dalam istilah filsafat, etika berarti ilmu tentang
apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia,
etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak. Etika dibedakan dalam tiga pengertian
pokok, yaitu ilmu tentang apa yang baik dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
Berdasarkan uraian Burhanuddin Salam, istilah etika berasal dari kata latin, yakni ethic, yaitu
kebiasaan atau habitus. Jadi dalam konteks aslinya, hal yang disebutkan baik itu adalah yang sesuai
dengan kebiasaan masyarakat pada konteks zamannya [18]. Secara perlahan, pengertian etika itu
berubah berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan manusia. Perkembangan pengertian
etika tidak lepas dari substansinya bahwa etik adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah
perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik dan mana yang jahat. Dalam konteks
masyarakat Pitu Riase, etika dikaitkan sebagai nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya[19].

Praktik Etika Sosial Pada Masyarakat Desa Bola Bulu


Etika sosial yang di dalamnya mencakup sipakatau, sipakalebbi, dan sipakainge
merepresentasikan brand personality masyarakat di Desa Bola Bulu. Etika sosial tersebut
ditransformasikan melalui perilaku komunikasi dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar
yang terjadi secara terencana dan berkelanjutan. Perilaku komunikasi tersebut seakan sudah menjadi
kebiasaan dan mengkristal di dalam diri pribadi setiap anggota masyarakat. Perilaku yang
mengedepankan etika sosial sudah terpolakan sehingga membentuk hubungan sosio kultural atau
hubungan yang didasari atas nilai-nilai kearifan lokal masyarakat setempat. Hubungan sosio kultural
itu menjadi bukti kekuatan dan dukungan masyarakat di Desa Bola Bulu dalam mengenalkan dan
mempertahankan pemahaman mengenai pentingnya nilai-nilai etika sosial dalam berinteraksi satu
sama lain.
Sebagaimana lazimnya kehidupan manusia/masyarakat secara umum, masyarakat di Pitu
Riase dalam kehidupannya saling membutuhkan satu sama lain dalam kehidupannya. Dalam
menjalani kehidupannya, setiap individu di Pitu Riase menempati suatu lingkungan tertentu dalam
melakukan aktivitasnya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Kehidupan dalam setiap
lingkungan tersebut menyebabkan mereka berbuat dan bertindak sebagai makhluk sosial. Setiap
individu berinteraksi satu sama lain, baik dalam lingkungan kelompok masyarakat, maupun dalam
lingkungan keluarganya. Interaksi tersebut memunculkan adanya pergaulan antar individu dalam
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
http://melatijournal.com/index.php/Metta
1162
Metta
e-ISSN: 2962-794X Jurnal Penelitian Multidisiplin Ilmu
p-ISSN: 2986-1527 Vol.2, No.1, Juni 2023, pp: 1157-1166

masyarakat atau kelompok.


Pergaulan individu di Pitu Riase, khususnya di Desa Bola Bulu, baik di dalam kelompok
keluarga maupun dalam masyarakat, semuanya memerlukan keteraturan supaya semua proses yang
berlangsung di dalamnya berjalan dengan tertib dan serasi. Hal ini menjadi alasan dasar bagi
masyarakat di Desa Bola Bulu memandang pentingnya etika sosial (siapakatau, sipakalebbi,
sipakainge) ditempatakan sebagai aturan tidak tertulis yang harus dipatuhi oleh setiap individu
dalam mengerjakan sesuatu atau dengan kata lain atau aturan-aturan yang melarang atau
menganjurkan terhadap setiap individu dalam melakukan sesuatu tingkah laku. Salah satu bentuk
aturan tidak tertulis yang menjadi kerangka acuan terciptanya suatu masyarakat yang tertib dan
harmonis adalah etika sosial yang pada dasarnya berisi anjuran maupun larangan dalam berbuat
sesuatu dalam suatu kondisi tertentu. Dalam hal ini etika sosial berfungsi mendorong atau mengawasi
orang atau masyarakat dalam segala tingkah lakunya. Hal ini sesuai dengan penuturan dari salah
seorang warga Desa Bola Bulu yang bernama Wa Pangimping bahwa:

Secara umum etika sosial yang kita maksud itu, menurut pendapat saya tidak dapat
dipisahkan dengan istilah tata kelakuan atau ampe kedo. Dalam kehidupan kita di
sini, tata kelakuan itu sangat penting karena bernilai tidaknya seseorang di mata
orang lain itu sangat ditentukan oleh sikapnya. Istilahnya di sini, sadda mappabbati
ada, ada mappati gau,gau mappabbati tau, artinya kehormatan dan kemuliaan
seseorang ditentukan oleh sikap dan tata cara bertutur katanya jika berbicara dengan
orang lain (diolah dari hasil wawancara, 04 September 2022).

Atas dasar keterangan di atas, tata kelakuan atau etika sosial menetapkan bahwa budi
seseorang bukan atas dasar pemberian yang diberikan secara kebetulan, melainkan bersifat dinamis
dan fluktuatif, berdasarkan kebiasaan dan adat istiadat di Desa Bola Bulu. Apabila manusia sudah
mengetahui adat istiadat maupun peraturan-peraturan dalam masyarakat sebagai basis etika, maka
dia akan berupaya untuk tampil dengan perangai dan budi pekerti yang baik. Adat istiadat maupun
peraturan yang terkait langsung dengan kehidupan mereka maupun yang berkaitan dengan
lingkungan sekitar akan senantiasa dipatuhi dengan harapan dapat memperoleh manfaat darinya,
misalnya kedamaian dalam hidup maupun disenangi oleh orang lain.
Pada dasarnya etika sosial atau tata kelakuan diperoleh setiap orang di Desa Bola Bulu melalui
sistem pendidikan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Oleh
sebab itu etika sosial dapat dilihat sebagai pencerminan dari tindakan-tindakan nyata yang dilakukan
secara berulang-ulang dan berkelanjutan di tengah-tengah pergaulan masyarakat. Pada hakekatnya
tata kelakuan dapat berfungsi sebagai sumber pembentukan disiplin, baik disiplin pribadi maupun
disiplin kelompok atau masyarakat. Dari pandangan lain dapat dikatakan bahwa, tidak adanya tata
kelakuan yang mantap di lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat,
maka tidak mungkin diharapkan adanya disiplin. Oleh karena itu, pada dasarnya tata kelakuan
mempunyai peranan yang penting dalam membentuk dan memantapkan suatu disiplin. Hal ini sesuai
dengan penuturan dari Andi Mustakim selaku Kepala Desa Bola Bulu bahwa:

Kami hidup di desa ini secara bersama dengan mengutamakan sikap saling
menghargai dan sebisa mungkin untuk menghindari pertengkaran-pertengkaran
sesama warga. Kebersamaan itu dibentuk di lingkungan keluarga masing-masing. Jika
seseorang telah mendapatkan pengajaran di lingkungan keluarganya, maka ketika ia
keluar rumah bergaul dengan masyarakat ataupun orang lain, maka dia akan
membawa kebiasaan-kebiasaan yang telah diajarkan oleh orangtuanya. Dan kunci
utama dari pengajaran itu ialah bagaimana seorang anak diajarkan untuk disiplin,
disiplin dalam arti dimulai dari kehidupan kesehariannya, yakni ada waktu kapan dia
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
http://melatijournal.com/index.php/Metta
1163
Metta
Jurnal Penelitian Multidisiplin Ilmu e-ISSN: 2962-794X
Vol.2, No.1, Juni 2023, pp: 1157-1166 p-ISSN: 2986-1527

bermain, makan, tidur, belajar dan bantu-bantu orangtuanya (Wawancara, 04


September 2022).

Secara konseptual, pergaulan antar manusia yang berbeda tata kelakuannya akan mengalami
kesulitan jika konsep tata kelakuan masing-masing pihak tidak dipahami satu sama lain (Paeni,
1990). Namun, yang terjadi di Desa Bola Bulu, segenap masyarakat dapat menjalin komunikasi
sehingga terjadi interaksi yang harmonis satu sama lain karena masing-masing individu sudah
memahami prinsip-prinsip dan nilai dasar yang harus dilakukan ketika bergaul di tengah-tengah
masyarakat. Keharmonisan masyarakat Desa Bola Bulu semakin diperkuat pula dengan masih
dilaksanakannya berbagai tradisi yang berkaitan dengan siklus hidup mulai dari kelahiran, sunatan,
pernikahan, dan kematian yang didalamnya masih sarat dengan unsur-unsur kebersamaan dan
kegotong-royongan. Semua hal tersebut seolah menjadi identitas sosiokultural pada masyarakat yang
bermukim di desa ini.
Pengetahuan mengenai etika sosial atau tata kelakuan bagi setiap orang sebagai pribadi
maupun sebagai anggota masyarakat di Desa Bola Bulu dianggap sangat penting, oleh karena dengan
mengetahui tata kelakuan tersebut maka interaksi mereka di dalam masyarakat mudah dilakukan
tanpa melakukan suatu kesalahan yang bisa saja merusak kualitas tatanan terkait dengan pembauran
antar manusia. Atas dasar hal tersebut, maka tata kelakuan memiliki peranan penting dalam
pembauran/interaksi sosial antar manusia selaku masing-masing pribadi yang memiliki karakter
khusus.
Sebagai desa yang dihuni oleh masyarakat yang egaliter atau masyarakat yang bersedia dan
terbuka untuk menerima segala perubahan yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai kearifan lokal,
maka etika sosial atau tata kelakuan dapat diwariskan dari generasi ke generasi. Pewarisan tersebut
dilakukan dengan cara dipelajari melalui pendidikan pada rumah tangga, maupun pada lingkungan
sekolah. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang, terutama pada generasi muda untuk mempersiapkan
diri atau menjadikan warga masyarakat menjadi manusia yang memiliki rasa tanggung jawab. Hal ini
sesuai dengan penuturan dari Nurdin, S.Pd (Kepala SDN 6 Bila) bahwa:

Kami selaku bagian dari penyelenggara pendidikan di desa ini memahami bahwa
keberlanjutan pembangunan sangat ditentukan oleh generasi muda saat ini.
Makanya, kami selalu berupaya untuk memberikan hal yang dapat membentuk
kepribadian mereka. Yah, mereka pasti sudah mendapat pengajaran mengenai etika
dan sopan santu di lingkungan keluarganya masing-masing, jadi kami di sekolah
tinggal memperkuat fondasi itu dengan menanamkan pendidikan karakter, budi
pekerti dan akhlak mulia, terutama yang kita gali dari kearifan lokal masyarakat di
sini, termasuk yang kita bilang tadi itu yakni sipakatau, sipakalebbi, dan sipakainge
(Wawancara, 04 September 2022).

Selain di lembaga pendidikan, para anggota masyarakat termasuk kalangan anak-anak dan
remaja di Desa Bola Bulu mengalami proses sosialisasi dan enkulturasi melalui pergaulan sesama
warga masyarakat lainnya sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan
sosial masyarakat. Dengan cara demikian, para warga masyarakat akan mampu mengatur dirinya
dengan tata tertib yang harmonis melalui etika sosial yang mereka lakukan dalam kehidupan
sosialnya setiap hari. Fenomena tersebut berkesesuain dengan uraian dari (Soe’oed, 2004) bahwa
individu dalam masyarakat akan mengalami proses sosialisasi agar ia dapat hidup dan bertingkah
laku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat di mana individu itu berada. Oleh
karena itu penting memang bagi setiap individu untuk mempelajari sosialisasi, karena tanpa
sosialisasi, suatu masyarakat tidak dapat berlanjut pada generasi berikutnya. Jadi, sosialisasi juga
merupakan proses transmisi kebudayaan antargenerasi, karena tanpa sosialisasi masyarakat tidak
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
http://melatijournal.com/index.php/Metta
1164
Metta
e-ISSN: 2962-794X Jurnal Penelitian Multidisiplin Ilmu
p-ISSN: 2986-1527 Vol.2, No.1, Juni 2023, pp: 1157-1166

dapat bertahan melebihi satu generasi.

5. KESIMPULAN
Menjaga etika dalam kehidupan masyarakat Desa Bola Bulu menjadi peran yang sangat besar.
Sehubungan dengan perkembangan zaman, memungkinkan ada salah satu adat istiadat yang sudah
tidak sesuai lagi. Dimana masyarakat telah memasuki era modern dan teknologi semakin canggih.
Oleh karena itu, dengan adanya etika setiap orang dapat memposisikan dirinya di lingkungan Desa
Bola Bulu. Dengan adanya etika sosial dapat menentukan kebenaran terkait permasalahan moral dan
bagaimana sudut pandang terhadap norma-norma moral yang telah menjadi aturan dalam kehidupan
bermasyarakat di Desa Bola Bulu. Karena etika membentuk kepribadian seseorang untuk bersikap
rasional terhadap norma-norma moral yang sudah tidak sesuai lagi baik itu adat istiadat setempat
dan juga perkembangan zaman.
Prinsip yang yang harus diterapkan dalam tata pergaulan yang berlangsung di masyarakat
Desa Bola Bulu dalam kehidupan sehari-hari ialah etika sosial yang di dalamnya mencakup sikap
saling menghargai, saling menghormati, dan saling mengingatkan. Berdasarkan prinsip tersebut
maka segala bentuk keputusan dan tingkah laku yang dilakukan oleh masyarakat umum, pemerintah
desa, aparat keagamaan, dan pemangku adat harus berdasrkan atas asas kebersamaan dan
kekeluargaan. Dengan penerapan etika sosial yang baik, etika sosial telah memberikan manfaat bagi
segenap anggota masyarakat di Desa Bola Bulu antara lain kehidupan bermasyarakat terasa lebih
hangat dan harmonis, melahirkan rasa empati terhadap sesama, adanya rasa toleransi antara sesama,
terciptanya kerukunan, tolong menolong, dan gotong royong terhadap sesama serta menimbulkan
rasa percaya terhadap sesama.

6. PENGAKUAN
Artikel ini merupakan bagian dari skripsi yang diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Progaram Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Makassar. Oleh karena itu sudah sepatutnya saya menghaturkan terima kasih kepada Prof.Dr.Darman
Manda, Drs, M.Hum dan Dr. Abdul Rahman A.Sakka, S.Pd, M.Si selaku tim pembimbing. Tidak lupa
pula saya menghaturkan terima kasih kepada Dr. Firdaus W. Suhaeb, M.Si dan Mauliadi Ramli, S.Sos,
M.Sosio yang telah bertindak sebagai tim oponen ahli.

DAFTAR PUSTAKA
[1] H. Syahputra, “Manusia dalam pandangan filsafat,” Al-Hikmah J. Theosof. Dan Perad. Islam, vol.
2, no. 1, 2020.
[2] M. Sulaeman, Ilmu Budaya Dasar. Bandung: Refika Aditama, 2012.
[3] B. A. Saebani, Ilmu Budaya Dasar Dalam Perspektif Baru. Bandung: Pustaka Setia, 2018.
[4] S. Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 2000.
[5] M. Pababari, Agama dan Integrasi Kebangsaan. Yogyakarta: Ombak, 2019.
[6] K. Sihotang, Filsafat Manusia. Yogyakarta: Kanisius, 2020.
[7] G. Graham, Teori-Teori Etika. Bandung: Nusamedia, 2019.
[8] F. M. Suseno, Etika Jawa. Jakarta: Gramedia, 1984.
[9] K. Bertens, Etika, vol. 21. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993.
[10] Harsojo, Pengantar Antropologi. Jakarta: Putra Bardian, 1994.
[11] R. Y. Bramantyo, I. Rahman, H. Sulistyo, and F. Windradi, “Dampak Globalisasi dan Modernisasi
Terhadap Tata Norma Masyarakat Dan Sistem Religi di Lereng Gunung Kelud Kabupaten
Kediri,” Transparansi Huk., vol. 4, no. 1, 2021.
[12] D. Hantono and D. Pramitasari, “Aspek Perilaku Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial
Pada Ruang Terbuka Publik,” Nat. Natl. Acad. J. Archit., vol. 5, no. 2, pp. 85–93, 2018.
[13] R. H. Nash, Firman Allah dan Akal Budi Manusia. Surabaya: Momentum, 2008.
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
http://melatijournal.com/index.php/Metta
1165
Metta
Jurnal Penelitian Multidisiplin Ilmu e-ISSN: 2962-794X
Vol.2, No.1, Juni 2023, pp: 1157-1166 p-ISSN: 2986-1527

[14] A. Rahman, Metode Penelitian Ilmu Sosial. Bandung: CV WIDINA MEDIA UTAMA, 2022.
[15] Ahmadin, “Metode Penelitian Sosial.” Rayhan Intermedia, Makassar, 2013.
[16] E. Komara, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Bandung: Refika Aditama, 2014.
[17] A. F. Sari, “Etika komunikasi,” TANJAK J. Educ. Teach., vol. 1, no. 2, pp. 127–135, 2020.
[18] M. R. Al Azis, “Dialektika Hegel (Tesis-Antitesis-Sintesis) dalam Etika dan Filsafat
Berkomunikasi Era Kontemporer,” J. Komun., vol. 12, no. 2, pp. 117–122, 2021.
[19] M. Waruwu, Y. A. Arifianto, and A. Suseno, “Peran Pendidikan Etika Kristen Dalam Media Sosial
Di Era Disrupsi,” J. Pendidik. Agama Kristen, vol. 1, no. 1, pp. 43–56, 2020.

……………………………………………………………………………………………………………………………………..
http://melatijournal.com/index.php/Metta
1166
Metta
e-ISSN: 2962-794X Jurnal Penelitian Multidisiplin Ilmu
p-ISSN: 2986-1527 Vol.2, No.1, Juni 2023, pp: 1157-1166

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

……………………………………………………………………………………………………………………………………..
http://melatijournal.com/index.php/Metta

Anda mungkin juga menyukai