Anda di halaman 1dari 9

(J-PSH) Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora

Volume 11 Number 2 Oktober 2020


Volume 11 | Number 1| Oktober |2020, Page 82-90/ E-ISSN: 1569388446 dan P-ISSN: 2087-8451

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.

INTERAKSI SOSIAL REMAJA ANTAR ETNIK DI DESA SALATIGA


KECAMATAN MANDOR KABUPATEN LANDAK

Hadi Wiyono1, Edwin Mirzachaerulsyah2, Galih Mahardika Christian Putra3


Pendidikan IPS, FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak
1

2
Pendidikan Sejarah, FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak
3
PGSD, FIP Universitas Negeri Semarang
1
Alamat e-mail (hadipips@untan.ac.id)

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi yang terjadi pada
remaja antar etnik di Desa Salatiga Kecamatan Mandor Kabupaten Landak. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik
pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis
data menggunakan analisis data interaktif yang terdiri dari reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan data menggunakan teknik
triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bentuk interaksi sosial remaja antar etnik di Desa Salatiga berupa kerja sama,
toleransi dan asimilasi. Kerjasama yang terjadi berupa kegiatan bersama seperti
berkumpul bersama, mengobrol, membuat rujak bersama, membuat kue, dan bermain
bola bersama. Toleransi yang terjadi berupa tidak adanya perselisihan di antara
remaja antar etnik tersebut dengan terbentuknya rasa saling sepakat untuk tidak
melakukan perselisihan dengan etnik lain. Asimilasi berupa upaya mengurangi
perbedaan dengan penggunaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia.
Kata kunci: Interaksi Sosial, , Remaja, Antar Etnik,

Abstract : The purpose of this study was to determine the interactions that occur
among inter-ethnic adolescents in Salatiga Village and to find out the role of social
interaction in realizing social integration among inter-ethnic adolescents in Salatiga
Village. The method used in this research uses qualitative methods with data
collection techniques in the form of interviews, observation and documentation. The
data analysis technique used interactive data analysis consisting of data reduction,
data presentation and conclusion drawing. The data validity technique used source
triangulation and technique triangulation. The results showed that the form of inter-
ethnic adolescent social interaction in Salatiga Village was cooperation, tolerance
and assimilation. The collaboration that occurs is in the form of joint activities such
as gathering together, chatting, making rujak together, baking cakes, and playing
football together. Tolerance that occurs is in the form of no disputes among
adolescents between these ethnic groups with the formation of mutual agreement not
to have disputes with other ethnicities. Assimilation is in the form of efforts to reduce
differences in the use of regional languages and Indonesian.
Keywords: Social Interaction, adolescents, Inter-ethnic
PENDAHULUAN
Manusia dalam kehidupannya selalu bahasa dan budaya sangat berbeda.
berinteraksi dengan manusia lain. Manusia Remaja etnik Dayak dan remaja etnik
adalah makhluk sosial yang tidak bisa Jawa terlihat melakukan interaksi sosial
hidup sendiri melainkan membutuhkan seperti tidak ada hambatan baik bahasa
orang lain sehingga dalam kesehariannya maupun budaya. Kedua etnik ini terlihat
selalu berinteraksi dengan orang-orang saling membantu dan bekerja sama dalam
yang ada disekitarnya. Interaksi sosial berbagai bidang seperti kerja kelompok
yang dilakukan manusia dapat terjadi dan dalam pergaulan sehari-hari.
secara antar individu, individu dengan Interaksi sosial remaja antar etnik
kelompok, maupun kelompok dan yang ada di Desa Salatiga juga saling
kelompok. Pola interaksi yang bermacam- memeriahkan dengan mendatangi rumah
macam tersebut dapat mempengaruhi temannya yang sedang merayakan hari
pengalaman hidup seseorang dalam raya agama seperti hari raya idul fitri dan
melakukan interaksi dengan orang lain. hari raya natal. Selain itu, ketika terdapat
Masyarakat Indonesia yang terdiri kegiatan atraksi budaya, remaja antar etnik
dari beragam etnik atau suku bangsa ini menonton kegiatan kesenian seperti
menjadi faktor tambahan semakin atraksi Kuda Lumping dan acara jonggan.
beragamnya pola-pola interaksi sosial Hal ini menjadi hal yang menarik untuk
yang terjadi. Beragamnya masyarakat diteliti karena dilihat latar belakang remaja
Indonesia sangat mempengaruhi integrasi antar etnik tersebut memiliki beda budaya,
sosialnya. Banyak peristiwa-peristiwa bahasa bahkan berbeda agama. Sehingga
terjadinya disintegrasi yang ada diberbagai penelitian ini ingin mengungkap bentuk
wilayah Indonesia yang disebabkan kurang interaksi sosial remaja antar etnik di Desa
eratnya atau renggangnya hubungan antar Salatiga.
etnik. Masyarakat Indonesia yang tersusun Menurut Soerjono Soekanto
dari ratusan etnik menjadikan isu (2010:55) interaksi sosial adalah hubungan
perbedaan etnik menjadi hal yang patut timbal balik antara individu dengan
diperhatikan agar perselisihan dan konflik individu, individu dengan kelompok dan
antar etnik dapat dihindari. kelompok dengan kelompok. Interaksi
Remaja sebagai bagian dari anggota sosial dilakukan oleh lebih dari satu orang
masyarakat juga memiliki pola interaksi dan berlangsung secara timbal balik yang
sosialnya sendiri. Interaksi sosial di artinya bahwa interaksi sosial terjadi pada
kalangan remaja antar etnik kerap terjadi saat individu atau kelompok melakukan
dikarenakan memang beragamnya etnik tindakan kemudian direspon oleh individu
yang ada di berbagai wilayah di Indonesia atau kelompok lain yang dikenai tindakan
dan berbaurnya etnik-etnik yang hidup dengan memberikan respon-respon
dalam satu wilayah. Salah satu wilayah tertentu. Menurut Setiadi dan Kolip
dengan keadaan tersebut adalah Desa (2011:63), interaksi sosial adalah
Salatiga yang merupakan sebuah desa di hubungan-hubungan sosial yang dinamis
Kecamatan Mandor Kabupaten Landak yang berkaitan dengan orang perorangan,
Provinsi Kalimantan Barat dengan kelompok perkelompok, maupun
masyarakatnya terdiri dari berberapa etnik perorangan terhadap perkelompok ataupun
dominan seperti etnik Dayak, etnik Jawa, sebaliknya. Hubungan-hubungan sosial
dan beberapa etnik Melayu dan etnik yang dinamis merupakan hubungan yang
Tionghoa. Pada pengamatan awal, selalu berubah baik sifat maupun individu
interaksi sosial yang terjadi pada remaja yang terlibat interaksi. Hubungan sosial
antar etnik yang ada di Desa Salatiga tidak akan berhenti pada satu sifat atau
terjadi secara intens walaupun secara bentuk saja tetapi berubah dari sifat yang
integratif menjadi disintegratif dan
sebaliknya. Jadi dapat disimpulkan bahwa Metode yang digunakan dalam
interaksi sosial merupakan hubungan- penelitian ini menggunakan metode
hubungan sosial antar individu dan antar Kualitatif karena peneliti menggunakan
kelompok serta antar individu dan data yang mengandung makna tentang
kelompok yang terjadi secara timbal balik interaksi sosial remaja antar etnik. Metode
dan dinamis. Kualitatif yang digunakan dalam
Interaksi sosial dapat terjadi dalam penelitian ini mendasarkan pada teori
berbagai bentuk seperti kerjasama interaksi sosial. Lokasi penelitian
kerjasama, asimilasi dan konflik. Muslim dilakukan di Desa Salatiga Kecamatan
(2013:486) membedakan interaksi sosial Mandor Kabupaten Landak Provinsi
tersebut menjadi dua sifat yaitu sifat Kalimantan Barat karena masyarakatnya
asosiatif dan dissosiatif. Interaksi yang terdiri dari sebagian besar etnik Dayak dan
bersifat asosiatif mengarah pada bentuk Etnik Jawa. Jumlah Penduduk Desa
penyatuan seperti kerjasama (cooperation), Salatiga berjumlah 2.904 jiwa yang terdiri
akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. dari etnik Dayak (80%) dan etnik Jawa
Interaksi yang bersifat dissosiatif yaitu (15%), etnik Melayu, Cina, Batak (5%).
interaksi sosial yang mengarah pada Subjek penelitian ini adalah remaja-remaja
bentuk pemisahan seperti etnik Dayak dan etnik Jawa dengan usia
persaingan/kompetisi, kontravensi dan remaja yang diklasifikasikan berdasarkan
konflik. ASCA atau The American School
Menurut Soekanto (2010:65-66) Counselor Associatin (dalam Sarwono,
Kerjasama yang terjadi pada masyarakat 2013) yang mengklasifikasikan usia
bahwa mereka menyadari adanya remaja antara 12 sampai 19 tahun.
kepentingan-kepentingan yang sama Penentuan informan berdasarkan
sehingga dari kepentingan tersebut timbul uraian James P. Spradley (2007: 65-77)
upaya bekerjasama untuk mencapai tujuan. yang mengidentifikasi lima persyaratan
Soekanto membagi empat bentuk minimal memilih informan yang baik,
kerjasama, yaitu bargaining atau tawar- yakni (1) enkulturasi penuh, dikaitkan
menawar, cooptation, koalisi dan joint- dengan lamanya pengalaman informan
venture atau usaha patungan. Sedangkan yang terlibat dalam interaksi dengan etnik
Akomodasi merupakan keadaan adaptasi lain, (2) keterlibatan langsung, dikaitkan
antara individu dengan individu, individu dengan informan tersebut masih
dengan kelompok, atau kelompok dengan berinteraksi secara intensif dengan etnik
kelompok untuk mengurangi, mencegah, lain, (3) suasana budaya yang tidak
atau mengatasi ketegangan dan kekacauan. dikenal, dikaitkan dengan informan yang
Penelitian ini menganalisis interaksi baru dikenal oleh peneliti sehingga
yang terjadi di kalangan remaja antar etnik informasi-informasi yang baru dapat
di Desa Salatiga yang berada di diperoleh, (4) waktu yang cukup, dikaitkan
Kecamatan Mandor Kabupaten Landak dengan informan yang mempunyai cukup
Provinsi Kalimantan Barat dianalisis dari waktu untuk penelitian, (5) non analitis,
teori Interaksi Sosial. Berdasarkan dikaitkan dengan informan tidak
penjelasan tersebut penelitian ini menganalisis kebudayaannya sendiri dari
dilakukan untuk menjawab permasalahan perspektif orang luar. Berdasarkan
penelitian yang meliputi bagaimana persyaratan tersebut, peneliti mendapatkan
bentuk-bentuk interaksi sosial remaja antar empat informan remaja dari etnik Dayak
etnik di Desa Salatiga Kecamatan Mandor dan empat remaja dari etnik Jawa yang
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan memenuhi lima syarat informan yang baik.
Barat. Objek penelitian berupa bentuk-bentuk
interaksi sosial remaja etnik Dayak dengan
METODE etnik Jawa dalam kehidupan sehari-hari.
Informan penelitian ditentukan dengan sosial yang lebih dominan antara remaja
teknik purposive. Teknik pengumpulan etnik Dayak dengan remaja etnik Jawa
data dalam penelitian ini dilakukan melalui berupa kerjasama, akomodasi yang
wawancara mendalam terhadap remaja- berbentuk toleransi, dan asimilasi.
remaja entik Dayak dan remaja-remaja Kerjasama berkaitan dengan pertemanan
etnik Jawa, kemudian dengan observasi antar remaja Dayak dengan remaja Jawa
lokasi penelitian dan dengan teknik yang saling melakukan kegiatan bersama
dokumentasi. seperti berkumpul bersama untuk
Keabsahan data yang dilakukan mengobrol membicarakan urusan mereka
peneliti menggunakan teknik triangulasi kemudian membuat acara-acara seperti
data dan triangulasi teori. Sementara untuk membuat rujak bersama, membuat kue,
menganalisis data yang diperoleh dan bermain bola bersama. Kegiatan di
menggunakan analisis data Interaktif sekolah juga diisi dengan kegiatan
model Miles dan Huberman (Sugiyono. bersama seperti ketika jam istirahat, para
2009: 338) yang dilakukan beberapa remaja tersebut melakukan kegiatan
tahapan yaitu tahap mereduksi data yaitu bersama duduk berkumpul di depan kelas.
dengan memilah-milah data yang dianggap Selain itu kegiatan bersama juga dilakukan
penting sesuai dengan kajian penelitian, di kantin sekolah. Di kantin tersebut
kemudian dilanjutkan ke tahap penyajian mereka makan, dan mengobrol serta
data yaitu tahap menampilkan data dalam bersenda gurau dengan teman-teman
bentuk narasi teks atau tabel, dan terakhir lainnya. Kegiatan lainnya diluar sekolah
yaitu tahap verifikasi/penarikan dengan bermain bola bersama di lapangan
kesimpulan yang merupakan tahap akhir yang tidak jauh dari tempat tinggal remaja
analisis data penelitian dengan membuat kedua etnik tersebut. Berikut pernyataan
kesimpulan-kesimpulan bentuk-bentuk beberapa informan:
interaksi sosial remaja antar etnik di Desa “.......Paling bercerita-cerita di kelas
Salatiga. biasanya juga di kantin. Kalau
kelompok dengan mereka pernah, tapi
HASIL DAN PEMBAHASAN cuma kelompok sekolah saja kalau di
Interaksi sosial antara remaja antar rumah jarang. Kalau mengerjakan tugas
etnik di Desa Salatiga dapat dilihat di iya sering meminta bantuan.......
lingkungan dimana remaja kedua etnik ini Biasanya main ke rumahnya acara
melakukan kontak dan bagaimana ngerujak kami sering ngerujak......
komunikasi sosial yang digunakan antara biasanya main bola bersama. Kalau di
remaja etnik satu terhadap remaja etnik sekolah sering bergurau juga......
lainnya. Berdasarkan data dan informasi Biasanya kalau berkumpul dengan
hasil penelitian di lapangan, bentuk mereka hanya main di rumahnya. Kalau
interaksi yang terjadi antara lain di sekolah di kantin, kalau tidak pas
kerjasama, akomodasi dan asimilasi. istirahat hanya ngobrol-ngobrol ”
Berikut ini hasil analisis terhadap temuan (Wawancara dengan Mia, Winda, Reza,
penelitian terhadap masalah dalam dan Mely tanggal 10 Juli 2018)
penelitian ini yang dipaparkan yaitu
bentuk-bentuk interaksi sosial remaja antar Berdasarkan wawancara terhadap
etnik di Desa Salatiga Kecamatan Mandor beberapa remaja yang dijadikan informan
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan tersebut, diketahui pertemanan remaja
Barat. antar etnik secara kuantitas lebih dominan
terjadi di lingkungan sekolah dari pada di
Kerja Sama Remaja Antar Etnik lingkungan tempat tinggal. Hal itu
Berdasarkan hasil wawancara dan menandakan bahwa kegiatan bersama
observasi penelitian, bentuk interaksi yang sering dilakukan seperti kegiatan
sekolah dapat mempengaruhi intensitas informasi bahwa remaja antar etnik
interaksi sosial remaja antar etnik tersebut. tersebut lebih suka bekerja sama dengan
Jadi dapat dikatakan bahwa interaksi sosial sesama etniknya sendiri. Hal ini dapat di
yang terjadi pada remaja antar etnik di pahami karena faktor kesamaan identitas
Desa Salatiga mengarah pada hubungan yang ada sangat mempengaruhi pola
yang assosiatif seperti persabahatan dan interaksi kerja sama antar etnik tersebut.
kerjasama-kerjasama yang positif. Interaksi yang berbentuk kerjasama
Interaksi sosial yang terjadi pada menunjukkan bahwa di dalam masyarakat
remaja antar etnik dapat dipengaruhi oleh yang multietnik, kalangan remaja sebagai
identitas sosial seseorang. McLeish dan anggota masyarakat juga bisa membangun
Oxoby (2008) menekankan identitas sosial kerjasama-kerjasama yang dapat
dalam proses interaksi sangat berpengaruh. merekatkan perbedaan etnik dan
Hal itu terlihat bahwa interaksi sosial menciptakan hubungan yang harmonis.
diantara orang-orang yang memiliki Hubungan yang harmonis dapat
identitas yang sama lebih kooperatif mengurangi atau mencegah terjadinya
dibandingkan dengan orang-orang yang konflik di antara anggota masyarakat.
memiliki identitas yang khas dengan yang Hubungan sosial yang berupa akomodasi
lainnya. Artinya bahwa interaksi sosial dalam bentuk toleransi dengan tidak terjadi
lebih kondusif diantara orang-orang perkelahian atau pertengkaran diantara
sesama etnik. Sedangkan interaksi sosial remaja etnik Dayak dengan remaja etnik
kurang kooperatif diantara orang-orang Jawa menunjukkan bahwa hubungan sosial
yang berbeda etnik dalam satu tempat. yang berbeda etnik bukan berarti tidak ada
Sebagaimana yang dinyatakan oleh perbedaan. Tetapi bagaimana perbedaan
McLeish dan Oxoby (2008:15): yang ada dapat diminimalisir demi
“Under particular circumstances, tercapainya kedamaian yang diharapkan
subjects primed with a shared identity bersama
are signicantly more cooperative and
more inclined toward negative Toleransi Remaja Antar Etnik
reciprocity than subjects primed with a Bentuk interaksi sosial akomodasi
distinct identity”. yang terjadi pada remaja antar etnik di
Desa Salatiga berupa toleransi. Toleransi
Pernyataan tersebut menjelaskan yang dimaksud dalam penelitian ini
bahwa pada situasi tertentu, seseorang berkaitan dengan tidak adanya perselisihan
dengan identitas yang sama lebih mudah di antara remaja antar etnik di Desa
bekerjasama dibandingkan dengan orang- Salatiga Kecamatan Mandor Kabupaten
orang yang memiliki identitas yang khas Landak. Tidak pernah terjadi perkelahian
dengan yang lainnya. Jadi, faktor identitas atau pertengkaran diantara remaja etnik
sangat mempengaruhi terjadinya Dayak dengan remaja etnik Jawa hanya
kerjasama dalam suatu kelompok. Suatu salah paham kecil saja dan hal itu langsung
kelompok yang didalamnya terdiri dari diselesaikan dengan memaafkan. Hal itu
identitas berbeda-beda sangat sulit terjadi dilakukan karena perselisihan dengan
kerjasama-kerjasama sehingga integrasi temannya yang beda etnik sengaja
pun sulit terwujud. dihindari agar tidak menimbulkan
Hal tersebut juga terjadi pada remaja permusuhan diantara mereka. Para remaja
antar etnik di Desa Salatiga. Beberapa dalam bergaul tampak saling menghindari
remaja merasa bahwa mereka lebih mudah tindakan-tindakan yang berpeluang
melakukan kerjasama dengan sesama menimbulkan perselisihan. Tindakan
etniknya sendiri dari pada dengan etnik tersebut dilakukan sebagai upaya
lain. Dari wawancara dan pengamatan menghindari kesalahpahaman diantara
dilapangan, beberapa informan didapatkan mereka. Sebaliknya, perselisihan hanya
terjadi kepada teman sesama etnik mereka nama orang tua sudah menjadi hal biasa
sendiri. Intesitas perselisihan dengan antara remaja etnik tertentu dengan teman-
teman yang berbeda etnik hampir tidak temannya yang sesama etniknya.
pernah terjadi. Sama halnya dengan informan Mia
Salah seorang informan remaja etnik di atas, informan bernama Lisa juga
Dayak bernama Mia menjelaskan bahwa mengatakan bahwa dirinya mengaku tidak
dalam bergaul dengan teman-temannya, pernah berselisih dengan teman-temannya
dirinya memang pernah mengalami khususnya yang etnik Jawa. Dia merasa
perselisihan-perselisihan tetapi mengaku bahwa selama ini pertemanannya dengan
tidak pernah berselisih dengan mereka orang Jawa berjalan dengan rasa sama-
yang etnik Jawa. Diakuinya bahwa sama mengerti. Gurauan sering terjadi
perselisihan hanya terjadi dengan teman- antara dirinya dengan teman-temannya.
teman orang Dayak saja. Alasan sampai Gurauan dengan memanggil nama orang
tidak terjadi perselisihan hanya karena tua sudah biasa dilakukan dengan teman-
alasan “saling mengerti dan saling temannya. Hanya saja gurauan tersebut
menerima”. Seperti dalam kutipan hanya terjadi antara dirinya dengan teman-
wawancara berikut ini: temannya yang etnik Dayak saja. Gurauan
memanggil nama orang tua tidak
“Tidak pernah berselisih.. tapi kalau dilakukannya dengan temannya yang etnik
dengan orang Dayak, saya kan orang Jawa. Lisa mengatakan bahwa ia tidak
Dayak pernah tapi kalau dengan teman terbiasa bergurau menyebut nama orang
orang Jawa tidak pernah. Kita kan tua dengan orang Jawa. Ia hanya terbiasa
saling mengerti. Ada sih kalau bergurau memanggil nama orang tua
memanggil orang tua teman pernah, hanya dengan temannya yang etnik Dayak.
dengan teman ya pernah kita menyebut Lisa menyadari bahwa gurauan tersebut
nama orang tua teman terus dia memang bisa membuat orang marah
menyebut nama orang tua saya ya sehingga ia tidak pernah melakukan hal
pernah tapi kalau teman yang dari tersebut kepada temannya yang etnik
Dayak saja, kalau yang dari Jawa tidak Jawa.
pernah. Ya bagaimana ya.. takut Dari informasi diatas dapat
tersinggung yang orang Jawanya. disimpulkan bahwa toleransi yang ada
Pokoknya saling mengerti begitulah..” pada diri remaja antar etnik dipahami
(Wawancara dengan Mia tanggal 4 Juli dengan tidak melakukan gurauan kepada
2018). teman beda etnik agar tidak terjadi
kesalahpahaman atau perselisihan diantara
Kata “saling mengerti” yang mereka serta untuk menjaga hubungan
dikatakan Informan Mia lebih terdengar harmonis tetap terjaga.
pada arti rasa saling sepakat untuk tidak Hubungan yang harmonis dapat
melakukan perselisihan dengan etnik lain. mengurangi atau mencegah terjadinya
Konsekuensi yang harus dilakukan agar konflik di antara anggota masyarakat.
perselisihan tidak terjadi dengan Hubungan sosial yang berupa akomodasi
mengurangi peluang terjadinya dalam bentuk toleransi dengan tidak terjadi
perselisihan berupa tidak mau bercanda perkelahian atau pertengkaran diantara
dengan menyebut orang tua temannya remaja etnik Dayak dengan remaja etnik
yang etnik Jawa karena dikawatirkan Jawa menunjukkan bahwa hubungan sosial
gurauan tersebut bisa saja menimbulkan yang berbeda etnik bukan berarti tidak ada
perselisihan. Oleh karena itu, gurauan perbedaan. Tetapi bagaimana perbedaan
memanggil nama orang tua hanya yang ada dapat diminimalisir demi
dilakukan kepada temannya yang sesama tercapainya kedamaian yang diharapkan
etnik saja. Gurauan dengan memanggil bersama. Toleransi terlihat pada adanya
salah paham yang kecil saja dan hal itu faktor status sosial ekonomi, pola
langsung diselesaikan dengan memaafkan. pemukiman, persepsi atau tanggapan serta
Tindakan memaafkan atau meminta maaf berperannya lembaga-lembaga sosial
merupakan tanda bahwa tetap ada seperti adat dan agama sesuai dengan
perbedaan baik fisik maupun perilaku fungsinya.
remaja Dayak dan remaja Jawa yang tidak
sesuai dan kurang diterima orang lain, Asimilasi Remaja Antar Etnik
tetapi karena keinginan bersama Bentuk asimilasi yang dimaksud
mewujudkan suasana damai dan tenang dalam penelitian ini berkaitan dengan
maka kesalahan tersebut langsung adanya usaha mengurangi perbedaan yang
diselesaikan secara pribadi agar tidak terdapat diantara remaja antar etnik serta
menjadi besar. usaha menyamakan bahasa yang mudah
Upaya penghindaran perselisihan dipahami bersama. Sebagaimana pendapat
pada remaja antar etnik di Desa Salatiga Setiadi dan Kolip (2011:81) bahwa
menunjukan bahwa para remaja tersebut asimilasi merupakan proses yang ditandai
dilakukan untuk menciptakan dan dengan adanya upaya mengurangi
mempertahankan hubungan yang harmonis perbedaan yang terdapat diantara
diantara para remaja antar etnik tersebut beberapa orang atau kelompok dalam
dengan upaya saling mengerti dan saling masyarakat serta usaha menyamakan
menerima. Saling mengerti dilakukan para sikap, mental, dan tindakan demi
remaja dengan saling memahami bahwa tercapainya tujuan bersama. Asimilasi
keharmonisan adalah sesuatu yang terjadi ketika kelompok masyarakat
berharga sehingga hal-hal yang beresiko dengan kebudayaan dan latar belakang
timbulnya perselisihan atau konflik yang berbeda, mereka saling bergaul
dikurangi. Tindakan saling menerima secara intensif dalam kurun waktu yang
memberikan isyarat bahwa para remaja cukup lama, sehingga dari interaksi
memaklumi jika ada interaksi yang kebudayaan asli mereka akan berubah sifat
berpotensi timbulnya perselisihan tidak dan wujudnya membentuk kebudayaan
perlu ditanggapi dengan serius atau baru sebagai kebudayaan campuran.
direspon secara berlebihan, cukup Berdasarkan hasil penelitian, remaja
dimaklumi dan diterima. Dayak dalam berkomunikasi dengan
Hal ini dapat dikaitkan sebagaimana teman-temannya seperti remaja etnik Jawa
pada masyarakat umum bahwa interaksi menggunakan bahasa Indonesia dan
sosial yang harmonis pada masyarakat bahasa Dayak. Sedangkan remaja Jawa
yang berbeda etnik menjadi impian semua juga menggunakan bahasa Indonesia. Ada
masyarakat. Sejatinya tidak ada suatu juga remaja etnik Jawa yang memahami
masyarakat yang menginginkan terjadinya bahasa Dayak dan dapat berbicara dengan
konflik atau interaksi yang merugikan. menggunakan bahasa Dayak. Bahasa
Keharmonisan sosial dapat diwujudkan Indonesia yang mereka gunakan berupa
dengan berbagai aplikasi seperti interaksi bahasa campuran antara bahasa Indonesia
masyarakat yang terjadi di Riau antara dengan bahasa Melayu. Sedangkan bahasa
etnik Melayu dengan migran Mandailing Dayak mereka gunakan selain kepada
sebagai masyarakat pendatang yang terasa sesama orang Dayak juga kepada teman
akrab, terbuka dan ekslusif (Azhari, 2007). mereka yang beda etnik tetapi memahami
Terciptanya keserasian sosial antara etnik bahasa Dayak. Seperti yang dikatakan oleh
Melayu dengan migran Mandailing terjadi informan Lisa berikut ini:
karena penerimaan sosial yang tidak
imperative atau peyoratif. Faktor-faktor “Kalau bicara dengan teman yang orang
yang mempengaruhi adanya keserasian Jawa pakai bahasa Indonesia. Kalau
sosial didukung oleh faktor demografis, yang mengerti bahasa Dayak pakai
bahasa Dayak, dicampur begitu sama asimilasi. Kerjasama yang terjadi berupa
bahasa Melayu. Ada teman yang melakukan kegiatan bersama seperti
mengerti bahasa Dayak... Tapi mengerti berkumpul bersama untuk mengobrol
saja tidak bisa menyebutkan. Saya membuat rujak bersama, membuat kue,
kalau pakai bahasa mereka tidak dan bermain bola bersama. Toleransi yang
mengerti.” (wawancara dengan Lisa terjadi berupa tidak adanya perselisihan di
tanggal 4 juli 2018) antara remaja antar etnik tersebut yang
disinonimkan dengan “saling mengerti dan
Penggunaan bahasa Indonesia yang saling menerima” yaitu rasa saling sepakat
dapat dipahami oleh kedua remaja antar untuk tidak melakukan perselisihan
etnik di Desa Salatiga merupakan upaya dengan etnik lain. Asimilasi merupakan
mengurangi perbedaan antar etnik dan proses yang ditandai dengan adanya upaya
sekaligus menciptakan identitas bersama mengurangi perbedaan. Pengurangan
agar mengurangi perbedaan dan perbedaan yang terjadi berupa penggunaan
menambah keakraban. Untuk remaja yang bahasa daerah dan bahasa Indonesia ketika
lebih mudah menyesuaikan diri memiliki terjadi komunikasi pada remaja antar etnik
kemampuan menggunakan bahasa etnik tersebut.
lain menambah rasa identitas bersama
semakin tinggi dan memudahkan untuk DAFTAR RUJUKAN
berbaur. Azhari, Abdi. 2007. “Keserasian Sosial
Bahasa dalam berkomunikasi Antar Entik Melayu dan Migran
merupakan bagian penting yang Mandailing di Kecamatan Rambah
mendukung interaksi sosial. Bahasa tidak Pasirpengarayan Kabupaten Rokan
hanya berfungsi sebagai sarana Hulu Riau”. Tesis. Medan:
penyampaian pesan tetapi juga sebagai Universitas Negeri Medan.
sarana untuk membaur dengan kelompok
lain. Sari (2014) dalam penelitiannya McLeish, Kendra N., & Oxoby, Robert J. .
menemukan bahwa ketika remaja 2008. “Social Interactions and the
berinteraksi dengan temannya yang Salience of Social Identity”. Jurnal
berbeda etnik, remaja tersebut mencoba The Institute for the Study of Labor
untuk menggunakan bahasa temannya (IZA). No. 3554.
yang berbeda etnik agar dapat lebih Muslim, A. 2013. “Interaksi Sosial dalam
diterima dan membaur bersama dengan Masyarakat Multietnik”.Jurnal
temannya tersebut. komunikasi Diskursus Islam. 1(3) : 484-494.
antarbudaya remaja etnik keturunan Arab
Ramli, Mohd A., & Jamaludin, Mohammad
dengan remaja etnik Jawa di Pasar Kliwon
Solo telah berjalan baik, mereka saling A. 2012. ”Interaction of Plural
menghormati walaupun berbeda etnik. Society in Malaysia: Diatribe or
Remaja etnik keturunan Arab Dialogue”. Journal World Journal of
menggunakan bahasa daerah atau bahasa Islamic History and Civilization, 2
Jawa supaya remaja tersebut dapat lebih (1). hal: 53-57.
diterima dan membaur bersama etnik Roland, Robertson. 1992. Agama dalam
Jawa. Analisa dan Interpretasi Sosiologis.
Cet ke2. Jakarta: RaJawali
SIMPULAN
Sari, Paulina S. 2014. “Komunikasi Antar
Simpulan penelitian ini bahwa Budaya Remaja Etnik Keturunan
interaksi Interaksi sosial remaja antar Arab dengan Remaja Etnik Jawa di
etnik di Desa Salatiga terwujud dalam Surakarta”Jurnal . Solo:
berbagai bentuk seperti kerja sama, Universitas Sebelas Maret.
akomodasi yang berupa toleransi dan
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2013. Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu
Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Pengantar. Cet ke-43. Jakarta:
Rajawali Pers. Rajawali Press.
Setiadi, Elly M., & Kolip, Usman. 2011. Spradley, James P. 2007. Metode
Pengantar Sosiologi. Pemahaman Etnografi, terjemahan. Yogyakarta:
Fakta dan Gejala Permasalahan Tiara Wacana
Sosial: Teori, Aplikasi dan
Pemecahannya. Cet ke II. Jakarta: Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kencana. Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai