AULIYA RAHMAH
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
1
AULIYA RAHMAH
ABSTRAK
Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Lahirnya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT)
diharapkan mampu memberikan hukuman bagi pelaku KDRT. Namun, kenyataannya masih banyak
kasus yang tidak diselesaikan sesuai dengan UU PKDRT dan hanya diselesaikan melalui mediasi.
Oleh karena itu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (i) Apa yang menyebabkan menurunnya
laporan kasus kekerasan dalam rumah tangga di Polrestabes Makassar? (ii) Apa yang menyebabkan
seseorang melakukan kekerasan dalam rumah tangga? (iii) Bagaimana penyelesaian kasus kekerasan
dalam rumah tangga yang dilakukan oleh pihak kepolisian di kota Makassar?
Tujuan penelitian ini adalah (i) Untuk mengetahui penyebab menurunnya laporan kasus
kekerasan dalam rumah tangga di Polrestabes Makassar; (ii) Untuk mengetahui faktor yang
menyebabkan seseorang melakukan kekerasan dalam rumah tangga; (iii) Untuk mengetahui
penyelesaian kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh pihak kepolisian di kota
Makassar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (i) Penyebab menurunnya laporan kasus kekerasan
dalam rumah tangga di Polrestabes Makassar diantaranya: a) hukum atau undang-undang; b) penegak
hukum; c) sarana atau fasilitas; dan d) masyarakat; (ii) Faktor penyebab seseorang melakukan
kekerasan dalam rumah tangga yaitu: a) faktor ekonomi karena pelaku yang berhenti bekerja; dan b)
faktor perilaku misalnya perilaku buruk pelaku (suami) yang pecandu alkohol (suka mabuk-mabukan)
dan kecemburuan.; (iii) Penyelesaian kasus kekerasan dalam rumah tangga oleh pihak kepolisian
dilakukan melalui dua cara yaitu a) jalur hukum dan b) mediasi;
ABSTRACT
Domestic violence is every deed on someone, particularly woman which causes misery or
suffering physically, sexually, psychologically, and/or neglect of household including threat to do the
deed, coercion, deprivation of liberty against the law in household scope. The Law Number 23 in 2004
on the Eradication of Domestic Violence (Domestic Violence Eradication Law) is expected to be able
to give punishment to domestic violence perpetrators. However, in reality, there are many cases which
are not handled according to Domestic Violence Eradication Law and only handled in peaceful way
(mediation). Therefore, the formulations of the problems of the research are (i) What are the causes of
decreasing domestic violence case reports in Polrestabes Makassar? (ii) what are the factors people do
domestic violence? (iii) How do police solve domestic violence case in Makassar city?
The objectives of the research are to dicover (i) the causes of decreasing domestic violence
case reports in Polrestabes Makassar; (ii) the factors that people do domestic violence; (iii) the
solutions by the police for domestic violence cases in Makassar city. The research employed
qualitative approach. Data were collected through interview, observation and documentation.
The results of the research reveal that (i) the causes of decreasing domestic violence case
reports in Polrestabes Makassar among others are: a) laws; b) law enforcement; c) infrastructure or
facility; and d) the people; (ii) the factors that people do domestic violence are: a) economic factor
because the abuser quit the job and b) behavior factor such as bad behavior of the abuser (husband)
who is alcoholic (keen to get drunk) and jealously; (iii) there are two solutions by the police for
domestic violence cases, namely a) take legal action and b) mediation.
satunya adalah tindak kekerasan dalam rumah biasanya kami para penyidik melakukan
tangga (KDRT). Polisi yang seorang penyidik mediasai terlebih dahulu. Jika mediasi berhasil,
yang bertugas menangani tindak pidana yang maka biasanya korban mencabut laporannya.
dilaporkan. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Ibu
Beradasarkan hasil observasi peneliti, Irma, selaku korban kekerasan dalam rumah
terlihat bahwa kepolisian dalam hal ini tangga (KDRT) yang mengemukakan bahwa
penyidik Unit PPA Polrestabes Makassar ada mediasi yang dilakukan oleh pihak
memang mengutamakan untuk melakukan kepolisian untuk mendamaikan saya dan suami
mediasi terlebih dahulu kepada korban saya. Saya juga diminta untuk memikirkan
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kembali laporan KDRT saya dan membahas
seperti yang dialami oleh Ibu Irma. Di dalam masalah ini dengan suami saya.
melakukan penyidikan, penyidik berusaha Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu
untuk memediasi Ibu Irma selaku korban, Hermita, selaku korban kekerasan dalam
namun mediasi tersebut gagal karena Ibu Irma rumah tangga (KDRT) yang mengatakan
tetap ingin melanjutkan perkara kasus bahwa kalau menurut saya, sikap polisi sangat
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang baik. Polisi berusaha memediasi saya dan
dialaminya hingga ke pengadilan. suami saya. Saya diberi waktu untuk
Berdasarkan wawancara yang dilakukan mempertimbangkan kembali keputusan saya
dengan IPTU Yuliman, selaku Kasubnit 2 Unit untuk melapor ke polisi.
PPA Polrestabes Makassar mengatakan bahwa Kepolisian dalam hal ini penyidik wajib
pihak kepolisian dalam hal ini penyidik selalu memberikan keterangan kepada korban tentang
bersikap terbuka kepada korban yang melapor. hak korban untuk mendapat pelayanan dan
Khususnya dalam kasus KDRT. Kita selalu pendampingan.
memberikan masukan kepada para korban Berdasarkan wawancara dengan IPTU
yang melaporkan tindak KDRT yang Yuliman, selaku Kasubnit 2 Unit PPA
dialaminya agar ketika korban ingin Polrestabes Makassar mengatakan bahwa
melanjutkan proses hukum, tidak akan kewajiban pihak kepolisian dalam kasus
menyesal di belakang. Adapun, semua laporan KDRT yaitu melindungi korban dengan
kasus KDRT yang masuk di Polrestabes melakukan penangkapan dan penahanan bagi
Makassar akan diproses oleh pihak kepolisian. pelaku KDRT agar tidak melakukan tindak
Hal ini dibenarkan melalui wawancara kekerasan lebih lanjut.
dengan IPDA Nina Purwanti, selaku Kasuubnit Hal tersebut juga senada dengan
3 Unit PPA Polrestabes Makassar menyatakan pernyataan IPDA Nina Purwanti, selaku
bahwa kami pihak kepolisian sangat terbuka Kasubnit 3 Unit PPA Polrestabes Makassar
jika ada laporan kasus khususnya kasus KDRT menyatakan bahwa setiap penyidik di Unit
dan kasus pelanggaran pada anak. Dan PPA Polrestabes Makassar melakukan
tentunya kami juga bersikap adil dalam penanganan kasus KDRT sudah sesuai dengan
penanganan kasus KDRT yang dilaporkan. UU PKDRT. Kita berusaha memberitahukan
Semua kasus kita perlakukan sesuai dengan korban tentang haknya sebagai korban,
prosesdur. Kita juga selalu mengupayakan kemudian melakukan penyidikan,
jalan damai bagi korban dan pelaku KDRT mengumpulkan alat bukti dan jika korban
demi masa depan anak mereka dan rumah merasa takut akan ancaman dari pelaku, maka
tangga mereka. Tetapi jika korban tetap kita akan melakukan penangkapan dan
bersikukuh untuk memperkarakan suaminya, penahanan bagi pelaku sebagai salah satu
maka kita akan proses sampai ke pengadilan kewajiban dari pihak kepolisian untuk
asal ada saksi dan bukti yang telah cukup. melindungi korban.
Hal senada juga dikemukakan oleh Hal tersebut juga dibenarkan oleh
BRIPDA Vivi Novianti, selaku Penyidik Unit BRIPDA Nurul Wahidah selaku Penyidik Unit
PPA Polrestabes Makassar yang mengatakan PPA Polrestabes Makassar yang menangani
bahwa kasus KDRT adalah kasus yang sangat kasus Ibu Irma menjelaskan bahwa penyidik
sensitif karena menyangkut masalah rumah selalu berusaha melakukan kewajibannya
tangga. Jadi, penyidik biasanya menggunakan untuk melakukan perlindungan kepada korban.
cara yang ramah dan sopan agar korban KDRT Salah satu contoh kasusnya yaitu kasus KDRT
merasa nyaman. Selain itu, sebelum kasus yang terjadi pada Ibu Irma, di mana saat Ibu
KDRT tersebut kita proses lebih lanjut, Irma melakukan pelaporan pada tanggal 29
7
lain. Tapi karena sudah dua kali terjadi, Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA)
makanya Ibu Hermita terpaksa melaporkan Polrestabes Makassar, mengemukakan bahwa
tindak kekerasan yang dialaminya ke polisi. faktor ekonomi merupakan faktor penyebab
yang paling mendominasi terjadinya kekerasan
2. Faktor Penyebab Seseorang Melakukan dalam rumah tangga, misalnya karena
Kekerasan dalam Rumah Tangga penghasilan suami yang tidak cukup untuk
(KDRT) memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehingga
menyebabkan adanya tekanan ekonomi yang
Berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor dirasakan di dalam rumah tangga tersebut. Di
penyebab seseorang melakukan kekerasan antara anggota keluarga, yang paling
dalam rumah tangga (KDRT) di kota Makassar merasakan dampak dari tekanan ekonomi
adalah sebagai berikut: adalah istri sebagai ibu rumah tangga yang
a) Faktor Ekonomi bertugas mengelola keuangan keluarga. Jika
Berdasarkan wawancara dengan IPTU tiba-tiba uang belanja tidak cukup, maka istri
Yuliman, selaku Kasubnit 2 Unit PPA meminta lagi uang belanja kepada suami
Polrestabes Makassar mengatakan bahwa sehingga suami menjadi marah, curiga,
faktor ekonomi yang biasa menyebabkan berpikir negatif dan beranggapan bahwa istri
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga yaitu tidak bisa mengelola keuangan keluarga.
istri yang meminta uang belanja kepada suami Padahal sebenarnya suamilah yang tidak
untuk membeli kebutuhan rumah tangga mengerti harga kebutuhan pokok yang
sedangkan suami tidak memberi uang dengan sekarang sudah naik. Memang hal ini penting
alasan tidak ada uang. Istrinya menjadi curiga diketahui oleh seorang suami akan harga
karena sudah ada tanda-tanda, dalam arti dulu kebutuhan pokok yang selalu naik. Apabila
suaminya sering memberi uang tapi sekarang tidak mengetahui kondisi harga kebutuhan
tidak lagi memberi uang sehingga pokok, maka dapat memicu pertengkaran yang
menyebabkan pertengkaran mulut. Kemudian akhirnya menyebabkan terjadinya kekerasan
karena tidak dapat mengendalikan diri, maka dalam rumah tangga.
akhirnya tangan melayang dan terjadi Hal ini juga senada dengan wawancara
kekerasan fisik. yang dilakukan dengan BRIPDA Vivi
Hal ini sejalan dengan wawancara dengan Novianti, selaku Penyidik Unit PPA
AIPDA Darwis, selaku Penyidik Unit PPA Polrestabes Makassar yang mengatakan bahwa
Polrestabes Makassar menyatakan bahwa dari banyaknya laporan kasus KDRT yang
kebanyakan kasus KDRT yang dilaporkan di saya tangani, penyebab paling banyak
Polrestabes Makassar disebabkan oleh faktor dikarenakan oleh faktor ekonomi. Faktor
ekonomi. Faktor ekonomi di sini bukan hanya ekenomi ini karena kebutuhan pokok yang
bagi keluarga dengan ekonomi yang rendah semakin mahal, namun penghasilan
saja, tetapi ada juga yang melapor karena keluarganya tidak mencukupi.
penelantaran keluarga yang dilakukan oleh Hal tersebut juga dibenarkan melalui
suami yang memiliki penghasilan yang besar. pernyataan Ibu Hj. Hapidah Djalante, S.IP.,
Karena faktor ekonomi tersebutlah sehingga selaku Sekretaris P2TP2A Kota Makassar,
pelaku biasanya menelantarkan keluargnya dan mengemukakan bahwa faktor ekonomi
tentunya bisa juga terjadi kekerasan fisik. menempati posisi teratas dalam data kasus
Hal yang sama dikemukakan oleh KDRT yang diadukan di P2TP2A. Di mana,
BRIPKA Cahyadi, selaku Penyidik Unit PPA kekurangan ekonomi yang merupakan sumber
Polrestabe Makassar yang mengatakan bahwa terjadinya KDRT apalagi saat istri meminta
Faktor ekonomi yang paling banyak dilaporkan uang kepada suami pada saat suami masih
dalam laporan kasus KDRT di Polrestabes lelah sepulang kerja dan suami juga tidak
Makassar. Hal itu bisa disebabkan oleh memiliki uang maka potensi terjadinya KDRT
ekonomi keluarga yang semakin sulit setelah sangatlah besar. Bukan hanya keluarga dengan
suami di PHK atau karena sang suami punya ekonoomi rendah saja yang mengalami KDRT,
selingkuhan makanya sang istri tidak diberikan tetapi keluarga yang memiliki ekonomi cukup
uang. Hal itulah yang dapat memicu sehingga pun dapat melakukan KDRT. Misalnya saat
terjadi KDRT. istri meminta uang kepada suami yang baru
Hal senada juga diungkapkan oleh IPDA pulang kerja dan sangat lelah, bisa saja suami
Nina Purwanti, selaku Kasubnit 3 Unit kesal dan marah sehingga melakukan KDRT.
9
mengetahui info dari teman kerja ataupun Berdasarkan wawancara dengan AIPDA
atasannya. Darwis, selaku Penyidik Unit PPA Polrestabes
Berdasarkan hasil wawancara di atas, Makassar mengatakan bahwa semua laporan
maka dapat disimpulkan bahwa faktor perilaku kasus KDRT yang masuk di Polrestabes
seperti rasa cemburu dan pecandu alkohol Makassar, akan berusaha diproses dan
(pemabuk) merupakan salah satu faktor yang diselesaikan oleh pihak kepolisian.
menyebabkan pelaku melakukan kekerasan Hal senada juga dikemukakan oleh IPTU
dalam rumah tangga (KDRT) seperti yang Yuliman, selaku Kasubnit 2 Unit PPA
dialami oleh Ibu Irma. Di mana, sang suami Polrestabes Makassar yang mengatakan bahwa
(pelaku) biasa melakukan pemukulan atau dalam menangani kasus khususnya kasus
mencekik leher istri (korban) setelah minum KDRT, pihak kepolisian telah melakukan
minuman beralkohol dan karena merasa upaya yang maksimal untuk menyelesaikan
cemburu jika sang istri berkomunikasi dengan kasus KDRT yang dilaporkan ke Polrestabes
teman laki-lakinya sehingga suami (pelaku) Makassar sesuai dengan UU PKDRT.
melarang istrinya memakai telpon seluler Hal senada juga dikemukakan oleh IPDA
(handphone). Selain itu, sang suami (pelaku) Nina Purwanti, selaku Kasubnit 3 Unit
juga melarang istrinya untuk bekerja, tetapi Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA)
sang istri (korban) tidak mengindahkan Polrestabes Makassar mengatakan bahwa kami
larangan suaminya dan tetap bekerja, sehingga pihak kepolisian sangat terbuka dan tentunya
menimbulkan kemarahan pelaku yang berusaha semaksimal mungkin dalam
mengakibatkan terjadinya tindak kekerasan penanganan kasus KDRT yang dilaporkan.
dalam rumah tangga (KDRT). Dan kasus-kasus yang diselesaikan melalui
jalur hukum akan dilimpahkan ke pengadilan
3. Penyelesaian Kasus Kekerasan dalam untuk kemudian diproses dan diberi hukuman
Rumah Tangga (KDRT) yang sesuai dengan UU PKDRT.
Dilakukan oleh Pihak Kepolisian di Hal serupa juga diungkapkan melalui
Kota Makassar wawancara dengan BRIPDA Cahyadi, selaku
Penyidik Unit PPA Polrestabes Makassar
Pihak kepolisian sangat berperan dalam mengatakan bahwa kasus KDRT yang
penegakan hukum di masyarakat. Dengan ditempuh melalui jalur hukum dan
keberadaan pihak kepolisian yang bertugas dilimpahkan ke pengadilan biasanya dikenai
melindungi, mengayom, dan melayani sanksi pidana sesuai dengan jenis kekerasan
masyarakat. Sehingga penanganan dan yang dilakukan oleh pelaku yang diatur dalam
penyelesaian kasus kekerasan dalam rumah UU PKDRT.
tangga (KDRT) oleh pihak kepolisian Selanjutnya, IPDA Nina Purwanti, selaku
dilakukan melalui dua cara, yaitu: Kasubnit 3 Unit Pelayanan Perempuan dan
a) Jalur Hukum Anak (PPA) Polrestabes Makassar juga
Jalur hukum merupakan proses yang menambahkan bahwa untuk ketentuan pidana
harus dilalui oleh para tersangka yang kasus KDRT diatur pada Pasal 44 sampai Pasal
melakukan tindak pidana maupun perdata. 50 UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Khusus untuk kasus kekerasan dalam rumah Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
tangga (KDRT) yang merupakan tindak pidana Tangga.
yang harus mendapat sanksi bagi pelaku telah Hal yang sama juga diungkapkan oleh
diatur di dalam Undang-undang Nomor 23 BRIPDA Nurul Wahidah, selaku Penyidik Unit
Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan PPA Polrestabes Makassar yang mengatakan
dalam Rumah Tangga. bahwa ketentuan pidana bagi pelaku KDRT
Jumlah data laporan kasus kekerasan telah diatur di dalam UU PKDRT. Jadi,
dalam rumah tangga (KDRT) dari Polrestabes sebagai penyidik, ketika kasus KDRT yang
Makassar yang diproses sampai ke pengadilan ditangani sudah siap dilimpahkan ke
adalah sebagai berikut: Pada tahun 2014 pengadilan, maka penyidik akan menjatuhkan
sebanyak 84 kasus KDRT yang diproses, hukuman sesuai dengan UU PKDRT.
kemudian pada tahun 2015 sebanyak 41 kasus Selanjutnya, BRIPDA Nurul Wahidah,
KDRT yang diproses, dan pada tahun 2016 selaku Penyidik Unit PPA Polrestabes
sebanyak 38 kasus KDRT yang diproses. Makassar juga menambahkan bahwa kasus
yang dialami Ibu Irma adalah salah satu contoh
11
kasus yang akan dilimpahkan ke pengadilan, pelaku masih ingin berdamai, maka kita akan
karena bukti-bukti telah cukup. Jadi, sebagai memediasi mereka agar bisa berdamai dan
penyidik, kami menjerat pelaku dengan pelaku berjanji tidak akan melakukan
ketentuan pidana Pasal 44 Undang-Undang kekerasan kepada korban lagi.
Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Hal ini diperjelas melalui wawancara
Kekerasan dalam Rumah Tangga karena dengan IPDA Nina Purwanti, selaku Kasubnit
pelaku melakukan tindak kekerasan fisik 3 Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA)
terhadap korban (Ibu Irma). Polrestabes Makassar mengatakan bahwa kita
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Irma, selalu berusaha memberikan pengarahan
selaku korban kekerasan dalam rumah tangga kepada para korban maupun pelaku KDRT
(KDRT) mengataka bahwa saya tidak ingin untuk mempertimbangkan lagi keinginan
mencabut laporan saya, karena saya sudah mereka melanjutkan kasus KDRT tersebut agar
tidak tahan lagi dengan perlakuan suami saya menghindari dampak terburuk yakni
yang sudah sering memukul saya. Saya hanya perceraian. Tetapi tentu saja kita melihat dulu
ingin suami saya mendapat hukuman yang sejauh mana dampak kekerasan yang telah
setimpal atas apa yang telah dia lakukan pada terjadi kepada korban. Jika hanya luka ringan,
saya. maka kita bisa menempuh jalur kekeluargaan
Jadi, sebelum kasus KDRT ditindaklanjuti
b) Mediasi sampai ke pengadilan, kita biasanya akan
Selain melalui jalur hukum, kasus melakukan mediasi kepada korban dan pelaku
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) juga KDRT. Namun, ketika mediasi tersebut gagal,
diselesaikan secara kekeluargaan melalui maka kita akan melimpahkan kasus KDRT
mediasi yang dilakukan oleh pihak kepolisian tersebut ke pengadilan.
dengan korban dan pelaku. Hal ini juga senada dengan wawancara
Berdasarkan wawancara dengan AIPDA dengan BRIPDA Cahyadi, selaku Penyidik
Darwis, selaku Penyidik Unit Pelayanan Unit PPA Polrestabes Makassar mengatakan
Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes bahwa selain jalur hukum, penyidik melakukan
Makassar menyatakan bahwa kami pihak mediasi bagi korban dan pelaku KDRT. Jika
kepolisian sangat bersikap terbuka dan kasusnya hanya kasus kekerasan yang tidak
berusaha mendamaikan korban dan pelaku. berdampak buruk bagi korban, maka kita akan
Jadi, ketika mereka mau berdamai, maka menempuh jalur mediasi.
pelaku kita minta membuat surat pernyataan Berdasarkan wawancara yang dilakukan
sebagai bukti bahwa pelaku tidak akan dengan Ibu Hermita selaku korban kekerasan
melakukan kekerasan terhadap korban. dalam rumah tangga yang mengatakan bahwa
Hal ini dibenarkan melalui wawancara di saat saya melaporkan kasus kekerasan yang
dengan IPTU Yuliman, selaku Kasubnit 2 Unit saya alami, memang ada mediasi yang
Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) dilakukan oleh kepolisian. Sehingga dari dari
Polrestabes Makassar mengatakan bahwa mediasi itu juga yang membuat saya akhirnya
model penyelesaian kasus KDRT di mencabut laporan saya.
Polrestabes Makassar dilakukan melalui dua Berdasarkan hasil wawancara diatas,
cara, yaitu secara hukum dan secara maka dapat disimpulkan bahwa kasus
kekeluargaan. Kasus KDRT yang diproses kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang
sampai ke pengadilan tentu saja bukan kasus dilaporkan/diadukan ke kepolisian dapat
ringan misalnya penganiayaan berat yang diselesaikan secara kekeluargaan dengan
menyebabkan korban luka parah, melalui mediasi yang dilakukan pihak
menyebabkan korban sampai mengalami kepolisian dengan korban dan pelaku.
gangguan psikis yang berat, dan tentunya jika Selain itu, ada juga kasus kekerasan
KDRT tersebut menyebabkan kematian bagi dalam rumah tangga yang hanya selesai
korban, maka kita akan proses sampai ke ditingkat penyidikan dan jarang diteruskan ke
pengadilan dan pelaku diberikan vonis berupa pengadilan karena korban mencabut aduannya.
sanksi pidana. Sebaliknya, jika korban KDRT Berdasarkan data yang diperoleh dari
tidak mengalami kekerasan fisik maupun Polrestabes Makassar, dapat diketahui bahwa
psikis yang parah, maka kita akan melakukan tahun 2014 sebanyak 56 aduan kasus KDRT
mediasi untuk mendamaikan pelaku dan yang dicabut dan 84 aduan kasus KDRT yang
korban. Tetapi itu juga terjadi jika korban dan diproses, kemudian pada tahun 2015 sebanyak
12
30 aduan kasus KDRT yang dicabut dan 41 Penyebab menurunnya laporan kasus
aduan kasus KDRT yang diproses, dan pada kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dapat
tahun 2016 sebanyak 7 aduan kasus KDRT dikaitkan dengan Teori Efektivitas Hukum.
yang dicabut dan sebanyak 38 aduan kasus Berdasarkan teori efektivitas hukum yang
KDRT yang diproses. Dari data yang diperoleh dikemukakan Soerjono Soekanto (2014: 8-9),
penulis dari bagian Unit PPA Polrestabes efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan
Makassar di atas, ada beberapa laporan/aduan oleh 5 (lima) faktor. Faktor-faktor ini
kasus KDRT yang dicabut oleh korban. mempunyai arti netral, sehingga dampak
Berdasarkan hasil wawancara di atas, positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-
maka dapat disimpulkan bahwa pencabutan faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah
pengaduan kasus kekerasan dalam rumah (1) Faktor hukumnya sendiri, yang didalamnya
tangga (KDRT) yang dilakukan oleh korban dibatasi pada undang-undang saja; (2) Faktor
disebabkan oleh korban yang ingin penegak hukum, yakni pihak-pihak yang
memberikan efek jera kepada (pelaku) membentuk maupun menerapkan hukum; (3)
suaminya, tidak ingin anak-anaknya kurang Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung
kasih sayang dari kedua orang tuanya, serta penegakan hukum; (4) Faktor masyarakat,
sang suami (pelaku) merupakan tulang yakni lingkungan dimana hukum tersebut
punggung keluarga. berlaku atau diterapkan; (5) Faktor
Selain itu, ada juga kendala yang dihadapi kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta
oleh pihak kepolisian maupun lembaga dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia
pemerintahan dalam hal ini P2TP2A dalam di dalam pergaulan hidup.
menangani kasus kekerasan dalam rumah Menurunnya laporan kekerasan dalam
tangga (KDRT) di kota Makassar. rumah tangga (KDRT) di Polrestabes
Berdasarkan wawancara yang dilakukan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu hukum
dengan AIPDA Darwis, selaku Penyidik Unit atau undang-undang, penegak hukum, sarana
PPA Polrestabes Makassar mengatakan bahwa atau fasilitas, dan masyarakat.
kendala yang dihadapi selama proses a) Hukum atau Undang-undang
penyidikan diantaranya adalah alat bukti yang Pengaturan hukum mengenai kekerasan
kurang ataupun tidak cukup kuat, persoalan dalam rumah tangga diatur dalam Undang-
saksi yang susah dihadirkan untuk dimintai undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
keterangan, pelaku yang tidak hadir saat Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga
dipanggil oleh penyidik, dan alamat pelaku (UU PKDRT). Lahirnya Undang-Undang
yang tidak diketahui. Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Hal ini dibenarkan melalui wawancara Kekerasan dalam Rumah Tangga ini dilandasi
dengan IPTU Yuliman, selaku Kasubnit 2 Unit oleh berbagai pertimbangan, antara lain bahwa
Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) setiap warga negara berhak mendapatkan rasa
Polrestabes Makassar mengatakan bahwa aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan.
kendala yang dihadapi selama proses Dengan demikian, segala bentuk kekerasan
penyidikan kasus KDRT diantaranya adalah terutama kekerasan dalam rumah tangga
pertama, masalah saksi yang biasanya susah (KDRT) merupakan pelanggaran hak asasi
dihadirkan oleh korban ataupun tidak adanya manusia.
saksi. Kedua, korban yang tidak pro aktif. Sejak diberlakukannya Undang-Undang
Ketiga, pelaku yang sebagian besar adalah Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
suami tidak diketahui alamatnya. Keempat, Kekerasan dalam Rumah Tangga, pelaku
pelaku yang tidak hadir ketika dipanggil untuk kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang
dilakukan penyidikan. Kelima, tidak adanya dilaporkan ke Polrestabes Makassar telah
hasil visum atau kurangnya alat bukti. diberi sanksi hukuman sesuai dengan tindak
kekerasan yang dilakukannya. Hal ini
B. Pembahasan membuktikan bahwa Undang-undang Nomor
23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
1. Penyebab Menurunnya Laporan Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga sudah efektif.
Kekerasan dalam Rumah Tangga
(KDRT) di Polrestabes Makassar b) Penegak Hukum
Berdasarkan Pasal 2 Undang-undang RI
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
13
Negara RI mengatur bahwa fungsi kepolisian tolak ukur dalam pencapaian penegakan
adalah salah satu fungsi pemerintahan negara hukum dalam kasus kekerasan dalam rumah
di bidang pemeliharan keamanan dan tangga (KDRT).
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, Menurunnya laporan kasus kekerasan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan dalam rumah tangga (KDRT) di Polrestabes
kepada masyarakat. Makassar salah satunya disebabkan oleh
Berdasarkan hasil penelitian, penegak masyarakat. Masih adanya masyarakat yang
hukum dalam hal ini pihak kepolisian selaku enggan melaporkan kasus kekerasan dalam
penyidik di Unit PPA Polrestabes Makassar rumah tangga (KDRT) yang dialaminya
telah melakukan tugas dan kewajibannya dikarenakan korban yang merasa bahwa kasus
dalam penanganan kasus kekerasan dalam kekerasan yang dialaminya adalah aib keluarga
rumah tangga (KDRT) sesuai dengan Undang- sehingga tidak boleh diketahui oleh orang lain.
Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Seperti yang terjadi pada kasus yang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga dialami oleh Ibu Hermita. Awalnya Ibu
pada Pasal 18 mengatur tentang Kepolisian Hermita tidak ingin melaporkan kasus
wajib memberikan keterangan kepada korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang
tentang hak korban untuk mendapatkan dialaminya karena Ibu Hermita merasa malu
pelayanan dan pendampingan. jika kasus kekerasan yang dialaminya
Kemudian, pada Pasal 19 mengatur diketahui oleh tetangganya. Apalagi keluarga
tentang Kepolisian wajib segera melakukan sang suami sempat melakukan musyawarah
penyelidikan setelah mengetahui atau untuk mendamaikan Ibu Hermita dengan
menerima laporan tentang terjadinya kekerasan suaminya. Tetapi pada akhirnya Ibu Hermita
dalam rumah tangga. tetap melaporkan kasus kekerasan yang
Berdasarkan hasil penelitian dapat dialaminya ke pihak kepolisian karena sang
disimpulkan bahwa pihak kepolisian secara suami melakukan tindak kekerasan lagi kepada
aktif dan cepat dalam penanganan kasus Ibu Hermita.
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang
dilaporkan ke Unit PPA Polrestabes Makassar. 2. Faktor Penyebab Seseorang Melakukan
Kekerasan dalam Rumah Tangga
c) Sarana atau Fasilitas (KDRT)
Ruang penyidik Unit Pos Pelayanan
Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes a) Faktor Ekonomi
Makassar adalah salah satu sarana atau fasilitas Masalah ekonomi secara umum dapat
yang diberikan oleh Polrestabes Makassar dikatakan sebagai faktor yang paling dominan
dalam penanganan kasus kekerasan dalam menyebabkan pertengkaran dalam rumah
rumah tangga (KDRT) dan kasus yang terjadi tangga yang pada akhirnya berujung pada
pada anak. terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.
Ruang penyidik Unit PPA Polrestabes Masalah ekonomi seringkali menjadi
Makassar memiliki fasilitas berupa kursi, meja, pemicu timbulnya perselisihan di antara suami
komputer, dan dilengkapi dengan AC. Hanya dan istri. Gaji yang tidak cukup untuk
saja, di tiap meja penyidik, tidak ada sekat memenuhi kebutuhan rumah tangga setiap
yang membatasi. Jadi, korban kekerasan dalam bulan, sering menimbulkan pertengkaran,
rumah tangga (KDRT) merasa kurang nyaman apalagi jika pencari nafkah yang utama adalah
jika menceritakan atau memberikan keterangan suami. Dapat juga pertengkaran timbul ketika
kepada pihak kepolisian (penyidik). suami kehilangan pekerjaan (misalnya di
Tidak adanya ruang mediasi yang PHK). Ditambah lagi adanya tuntutan biaya
disediakan oleh Polrestabes Makassar, padahal hidup yang tinggi, memicu pertengkaran yang
salah satu langkah dalam menangani kasus seringkali berakibat terjadinya tindakan
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang kekerasan. Seperti yang dialami oleh Ibu
dilaporkan di Polrestabes Makassar dilakukan Hermita yang menjadi korban kekerasan dalam
melalui mediasi. rumah tangga (KDRT) dalam bentuk
kekerasan fisik yang disebabkan masalah
d) Masyarakat ekonomi (keuangan), di mana terjadinya
Masyarakat khususnya korban kekerasan kekerasan tersebut saat sang suami (pelaku)
dalam rumah tangga (KDRT) dapat dijadikan berhenti bekerja.
14
melakukan mediasi kepada pelaku dan korban dimintai keterangan, pelaku yang tidak hadir
untuk menghindari dampak terburuk dari saat dipanggil oleh penyidik, dan alamat
laporan kasus kekerasan dalam rumah tangga pelaku yang tidak diketahui, serta korban yang
(KDRT) seperti perceraian. tidak pro aktif.
Adapun mediasi yang dilakukan oleh
pihak kepolisian didasarkan pada KESIMPULAN DAN SARAN
pertimbangan bagi keutuhan rumah tangga
pelaku dan korban KDRT, di mana mediasi A. Kesimpulan
dilakukan untuk menghindari dampak terburuk Berdasarkan hasil analisa studi tentang
seperti perceraian dan bisa berdampak pada kekerasan dalam rumah tangga di Kepolisian
psikologis anak Resort Besar (Polrestabes) Kota Makassar,
Dari hasil mediasi tersebut, biasanya penulis menyimpulkan bahwa:
korban atau keluarganya mencabut pengaduan 1. Penyebab menurunnya laporan kasus
kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kekerasan dalam rumah tangga di
yang sudah diajukan ke kepolisian. Seperti Polrestabes Makassar diantaranya: a)
yang dialami oleh Ibu Hermita korban KDRT hukum atau undang-undang; b) penegak
yang melaporkan suaminya ke Polrestabes hukum; c) sarana atau fasilitas; dan d)
Makassar, akhirnya mencabut aduannya. masyarakat.
Selain itu, masih terdapat laporan/aduaan 2. Faktor penyebab seseorang melakukan
yang tidak dapat diteruskan untuk diproses kekerasan dalam rumah tangga di kota
sampai ke pengadilan karena alat bukti yang Makassar yaitu: a) faktor ekonomi dan b)
tidak cukup atau korban yang berifat pasif. faktor perilaku misalnya perilaku buruk
Penanganan terhadap kasus tersebut juga pelaku (suami) yang pecandu alkohol
sepenuhnya tergantung pada korban. Karena (suka mabuk-mabukan) dan kecemburuan.
ada korban tidak mau melapor dan 3. Penyelesaian kasus kekerasan dalam
membiarkan dirinya menjadi korban, karena rumah tangga (KDRT) yang dilakukan
alasan tertentu. Namun ada juga korban yang oleh pihak kepolisian senantiasa melalui
mempunyai tekad yang kuat untuk dua cara, yaitu: a) jalur hukum dan b)
menyelesaikan masalah rumah tangga tersebut mediasi.
melalui jalur hukum. Oleh karena itu,
meskipun kekerasan dalam rumah tangga B. Saran
merupakan masalah sosial, di mana setiap 1. Kepada Pemerintah dalam hal ini
orang yang mengetahui terjadinya kekerasan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan
bisa melapor, sepenuhnya masih tergantung Anak, kiranya masih perlu meningkatkan
pada kehendak korban. Karena dalam sosialisai dengan cara yang lebih efektif
kenyataannya masih banyak korban kekerasan seperti melakukan kegiatan-kegiatan sosial
dalam rumah tangga yang mencabut dengan memberikan pemahaman kepada
laporannya ke polisi. (Soeroso, 2012: 119) masyarakat tentang pengertian, bahwa
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil tindak kekerasan dalam lingkup rumah
observasi dan data dokumentasi yang disajikan tangga adalah perbuatan yang dapat
pada hasil penelitian yang dilakukan di dihukum. Mengingat masih banyaknya
Polrestabes Makassar menunjukkan masih kasus kekerasan dalam rumah tangga yang
banyak pengaduan kekerasan dalam rumah terjadi di Indonesia khususnya di kota
tangga yang dicabut oleh korban karena Makassar. Selain itu, penting juga untuk
berbagai alasan. Diantaranya adalah karena mensosialisasikan tentang hak-hak para
korban hanya ingin memberikan efek jera korban, antara lain hak untuk melapor, hak
kepada pelaku agar tidak mengulangi tindakan untuk mendapatkan perlindungan, hak
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) lagi untuk mendapatkan pendampingan oleh
dan pelaku merupakan tulang punggung pekerja sosial atau hak untuk mendapat
keluarga. bimbingan rohani.
Adapun kendala yang dihadapi oleh pihak 2. Kepada pihak kepolisian, agar lebih
kepolisian dalam menangani kasus kekerasan memperhatikan kasus kekerasan dalam
dalam rumah tangga (KDRT) yaitu alat bukti rumah tangga sebagai suatu tindak pidana
yang kurang ataupun tidak cukup kuat, yang pelakunya harus dihukum sesuai
persoalan saksi yang susah dihadirkan untuk dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
16
Menyatakan bahwa artikel yang berjudul Studi Tentang Kekerasan dalam Rumah
Tangga di Kota Makassar merupakan karya asli. Seluruh ide yang ada dalam artikel ini,
kecuali yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide yang saya susun sendiri. Selain
itu, artikel ini belum di publikasikan sebelumnya di manapun dan dalam bentuk apapun.
Jika pernyataan di atas terbukti sebaliknya, maka saya bersedia menerima sanksi yang