Anda di halaman 1dari 19

ARTIKEL

STUDI TENTANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA


DI KOTA MAKASSAR

STUDY ON DOMESTIC VIOLENC


IN MAKASSAR CITY

AULIYA RAHMAH

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
1

STUDI TENTANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA


DI KOTA MAKASSAR

AULIYA RAHMAH

Pendidikan Hukum dan Kewarganegaraan


Program Pascasarjana
Universitas Negeri Makassar
e-mail : auliya.rahmah@yahoo.com

ABSTRAK

Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Lahirnya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT)
diharapkan mampu memberikan hukuman bagi pelaku KDRT. Namun, kenyataannya masih banyak
kasus yang tidak diselesaikan sesuai dengan UU PKDRT dan hanya diselesaikan melalui mediasi.
Oleh karena itu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (i) Apa yang menyebabkan menurunnya
laporan kasus kekerasan dalam rumah tangga di Polrestabes Makassar? (ii) Apa yang menyebabkan
seseorang melakukan kekerasan dalam rumah tangga? (iii) Bagaimana penyelesaian kasus kekerasan
dalam rumah tangga yang dilakukan oleh pihak kepolisian di kota Makassar?
Tujuan penelitian ini adalah (i) Untuk mengetahui penyebab menurunnya laporan kasus
kekerasan dalam rumah tangga di Polrestabes Makassar; (ii) Untuk mengetahui faktor yang
menyebabkan seseorang melakukan kekerasan dalam rumah tangga; (iii) Untuk mengetahui
penyelesaian kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh pihak kepolisian di kota
Makassar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (i) Penyebab menurunnya laporan kasus kekerasan
dalam rumah tangga di Polrestabes Makassar diantaranya: a) hukum atau undang-undang; b) penegak
hukum; c) sarana atau fasilitas; dan d) masyarakat; (ii) Faktor penyebab seseorang melakukan
kekerasan dalam rumah tangga yaitu: a) faktor ekonomi karena pelaku yang berhenti bekerja; dan b)
faktor perilaku misalnya perilaku buruk pelaku (suami) yang pecandu alkohol (suka mabuk-mabukan)
dan kecemburuan.; (iii) Penyelesaian kasus kekerasan dalam rumah tangga oleh pihak kepolisian
dilakukan melalui dua cara yaitu a) jalur hukum dan b) mediasi;

Kata kunci: Kekerasan dalam Rumah Tangga


2

ABSTRACT

Domestic violence is every deed on someone, particularly woman which causes misery or
suffering physically, sexually, psychologically, and/or neglect of household including threat to do the
deed, coercion, deprivation of liberty against the law in household scope. The Law Number 23 in 2004
on the Eradication of Domestic Violence (Domestic Violence Eradication Law) is expected to be able
to give punishment to domestic violence perpetrators. However, in reality, there are many cases which
are not handled according to Domestic Violence Eradication Law and only handled in peaceful way
(mediation). Therefore, the formulations of the problems of the research are (i) What are the causes of
decreasing domestic violence case reports in Polrestabes Makassar? (ii) what are the factors people do
domestic violence? (iii) How do police solve domestic violence case in Makassar city?
The objectives of the research are to dicover (i) the causes of decreasing domestic violence
case reports in Polrestabes Makassar; (ii) the factors that people do domestic violence; (iii) the
solutions by the police for domestic violence cases in Makassar city. The research employed
qualitative approach. Data were collected through interview, observation and documentation.
The results of the research reveal that (i) the causes of decreasing domestic violence case
reports in Polrestabes Makassar among others are: a) laws; b) law enforcement; c) infrastructure or
facility; and d) the people; (ii) the factors that people do domestic violence are: a) economic factor
because the abuser quit the job and b) behavior factor such as bad behavior of the abuser (husband)
who is alcoholic (keen to get drunk) and jealously; (iii) there are two solutions by the police for
domestic violence cases, namely a) take legal action and b) mediation.

Key Word : Domestic Violence


3

PENDAHULUAN baik pelaku dan korban berusaha untuk


merahasiakan perbuatan tersebut dari
Sejak dilahirkan ke dunia, manusia sudah pandangan publik. Kadang juga disebut
mempunyai kecenderungan untuk hidup domestic violence (kekerasan domestik),
bersama dengan manusia lainnya dalam suatu karena terjadinya kekerasan di ranah domestik.
pergaulan hidup. Hidup bersama antara (Soeroso, 2010: 1)
seorang laki-laki dan seorang perempuan Kekerasan dalam rumah tangga
melalui ikatan perkawinan untuk membentuk sebenarnya bukan hal yang baru. Terlebih lagi
sebuah rumah tangga (keluarga). Perkawinan persoalan kekerasan dalam rumah tangga
merupakan suatu ikatan yang melahirkan (KDRT) menyangkut juga persoalan hak asasi
keluarga sebagai salah satu unsur dalam manusia. Adanya kekerasan dalam rumah
kehidupan bermasyarakat. Sebagaimana diatur tangga (KDRT) dapat disebabkan tidak adanya
dalam Pasal 1 Undang-undang RI Nomor 1 penghargaan dalam memenuhi hak-hak dasar
Tahun 1974 tentang Perkawinan bahwa manusia, diantaranya hak dan kewajiban yang
perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara sama di dalam hukum. Tindak kekerasan
seorang pria dengan seorang wanita sebagai dalam rumah tangga yang dilakukan oleh
suami isteri dengan tujuan membentuk seorang suami terhadap istrinya atau
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan sebaliknya sering dianggap sebagai hal yang
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. biasa terjadi dalam sebuah keluarga. Biasanya
Setiap pasangan yang telah menikah tentunya jika terjadi kekerasan dalam rumah tangga,
menginginkan kehidupan yang bahagia, baik pelaku maupun korban menutupi hal
tentram, damai, dan sejahtera. Untuk tersebut. Karena akan dianggap sebagai aib
mewujudkan keutuhan dan kerukunan rumah bagi keluarga mereka. Padahal tindakan
tangga sangat diperlukan adanya pengendalian kekerasan merupakan suatu perbuatan yang
diri dan kualitas perilaku yang baik dari setiap melanggar hukum dan tentu saja pelakunya
anggota keluarga. dapat dikenakan sanksi pidana yang telah
Perkawinan adalah suatu perbuatan diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 2004
hukum, sehingga konsekuensi bagi setiap tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
perbuatan hukum yang sah adalah Tangga.
menimbulkan akibat hukum berupa hak dan Salah satu kasus kekerasan dalam rumah
kewajiban bagi kedua belah pihak suami istri tangga (KDRT) yang terjadi di kota Makassar
atau juga pihak lain. Seperti yang diatur dalam yakni seorang istri berinisial AI (20)
Pasal 33 Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun melaporkan kasus kekerasan dalam rumah
1974 tentang Perkawinan bahwa suami isteri tangga (KDRT) ke Kepolisian Resort Kota
wajib saling cinta mencintai, hormat- Besar (Polrestabes) Makassar pada tanggal 20
menghormati, setia dan memberi bantuan lahir Maret 2017. Kasus KDRT dilakukan oleh
bathin yang satu kepada yang lain. suami korban berinisial AW (22). Kasus
Jika melihat uraian di atas, maka pada kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang
prinsipnya rumah tangga merupakan tempat terjadi pada korban AI berupa kekerasan fisik
berlindung bagi seluruh anggota keluarga. yang berulang-ulang dilakukan oleh pelaku
Namun kenyataannya, keluarga bisa menjadi (AW) yang merupakan suami korban.
tempat penderitaan dan penyiksaan karena Masih adanya kasus kekerasan dalam
permasalahan rumah tangga yang terkadang rumah tangga (KDRT) yang terjadi di sekitar
diselesaikan dengan cara-cara yang kurang kita dikhawatirkan memberikan dampak yang
beretika, salah satunya dengan tindakan sangat besar bagi korban maupun anak mereka.
kekerasan. Sehingga diperlukan penanganan yang serius
Berbagai macam penyebab dan faktor dalam penyelesaian kasus kekerasan dalam
dijadikan alasan sehingga kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) tersebut.
rumah tangga bisa terjadi. Namun, yang Penyelesaian kasus kekerasan dalam
menarik perhatian publik adalah kekerasan rumah tangga (KDRT) yang dilakukan pihak
yang menimpa kaum perempuan (istri). kepolisian dilakukan dengan dua cara, yaitu
Apalagi jika kekerasan tersebut terjadi dalam melalui jalur hukum dan mediasi. Jalur hukum
ruang lingkup rumah tangga. Seringkali tindak ditempuh jika korban mengalami tindak
kekerasan ini disebut hidden crime (kekerasan kekerasan yang sangat parah dan berdampak
yang tersembunyi). Disebut demikian karena buruk bagi korban, serta korban yang tetap
4

bersikukuh ingin memperkarakan pelaku, aplikasi prosedur ilmiah secara sistematis


maka pihak kepolisian akan membantu dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
menyelesaikan kasusnya melalui jalur hukum. Sesuai dengan judul penelitian, maka
Dari data laporan kasus kekerasan penelitian ini dilaksanakan di Polrestabes
dalam rumah tangga di kota Makassar, ada Makassar. Pemilihan lokasi ini didasarkan
perbedaan data laporan kasus kekerasan dalam pada pertimbangan bahwa Polrestabes
rumah tangga yang diperoleh dari Kepolisian Makassar telah mencakupi seluruh
Resort Kota Besar (Polrestabes) Makassar polresta/polsek yang ada di kota Makassar.
dengan Pos Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi
Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota instrumen atau alat penelitian adalah peneliti
Makassar. Di mana, data laporan kasus itu sendiri. Peneliti kualitatif (Sugiyono, 2010:
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di 59-60) sebagai human instrument, berfungsi
P2TP2A mengalami peningkatan laporan. Data menetapkan fokus penelitian, memilih
laporan yang diperoleh dari P2TP2A informan sebagai sumber data, melakukan
merupakan kumpulan data dari berbagai pengumpulan data, menilai kualitas data,
sumber seperti Polres serta Polsek yang ada di analisis data, menafsirkan data dan membuat
kota Makassar dan beberapa LSM yang peduli kesimpulan atas temuannya.
akan nasib perempuan dan anak seperti LBH Penelitian ini merupakan penelitian
APIK Makassar, LPA – Sul Sel, YKPM (FIK lapangan sehingga sumber data berasal dari
Ornop Sul Sel), serta FPMP. Sedangkan dalam data dokumentasi dan wawancara. Data
pelaporan kasus kekerasan dalam rumah dokumentasi diperoleh dari Polrestabes
tangga (KDRT) di kepolisian, khususnya di Makassar dan Pos Pelayanan Terpadu
Polrestabes Makassar, kasus yang dilaporkan Pemberdayaan Perempuan dan Anak
mengalami penurunan dari tahun 2014-2016. (P2TP2A) kota Makassar.
Dari data laporan kasus kekerasan Data infroman bersumber dari penyidik
dalam rumah tangga yang diperoleh dari Unit PPA Polrestabes Makassar, korban KDRT
Polrestabes Makassar, kasus yang dilaporkan yang melapor ke Unit PPA Polrestabes
mengalami penurunan dari tahun 2014-2016. Makassar, dan petugas di Pos Pelayanan
Untuk itu tujuan penelitian ini adalah: Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
1. Untuk mengetahui penyebab menurunnya (P2TP2A) Kota Makassar.
laporan kasus kekerasan dalam rumah Metode pengumpulan data dilakukan
tangga di Polrestabes Makassar. melalui observasi yang dilakukan di
2. Untuk mengetahui faktor yang Polrestabes Makassar dan Pos Pelayanan
menyebabkan seseorang melakukan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
kekerasan dalam rumah tangga. (P2TP2A) Kota Makassar. Adapun wawancara
3. Untuk mengetahui penyelesaian kasus dilakukan dengan penyidik Unit PPA
kekerasan dalam rumah tangga yang Polrestabes Makassar, petugas P2TP2A serta
dilakukan oleh pihak kepolisian di kota korban KDRT, dan selanjutnya dokumentasi
Makassar. diambil dari Polrestabes Makassar dan
P2TP2A Kota Makassar.
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini teknik analisis data
yang digunakan adalah analisis data kualitatif.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Analisis data kualitatif (Zuriah, 2009: 217)
Penelitian kualitatif (Yusuf, 2014: 329) adalah proses pelacakan dan pengaturan secara
merupakan suatu strategi inquiry yang sistematis transkrip wawancara, catatan
menekankan pencarian makna, pengertian, lapangan, dan bahan-bahan lain yang
konsep, karakteristik, gejala, simbol, maupun dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman
deskripsi tentang suatu fenomena; fokus dan terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat
multimetode, bersifat alami dan holistik; diinterpretasikan temuannya kepada orang lain.
mengutamakan kualitas, menggunakan Aktivitas dalam analisis data (Sugiyono, 2010:
beberapa cara, serta disajikan secara narratif. 91), yaitu data reduction, data display, dan
Dari sisi lain dan secara sederhana dapat conclusion drawing/verification.
dikatakan bahwa tujuan penelitian kualitatif Uji kredibilitas data atau kepercayaan
adalah untuk menemukan jawaban terhadap terhadap data hasil penelitian kualitatif
suatu fenomena atau pertanyaan melalui (Sugiyono, 2010: 121) antara lain dengan
5

perpanjangan pengamatan dan triangulasi yang Berdasarkan hasil penelitian, penyebab


terdiri dari triangulasi wawancara, menurunnya laporan kasus kekerasan dalam
dokumentasi, dan pengamatan/observasi. rumah tangga (KDRT) di Polrestabes
Makassar adalah sebagai berikut.
HASIL DAN PEMBAHASAN a) Hukum atau Undang-undang
Adanya Undang-undang Nomor 23
A. Hasil tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
1. Penyebab Menurunnya Laporan Kasus Tangga (UU PKDRT) sebagai landasan yuridis
Kekerasan dalam Rumah Tangga bagi penyelesaian kasus kekerasan dalam
(KDRT) di Polrestabes Makassar rumah tangga (KDRT) yang terjadi di
masyarakat. Ketentuan pidana bagi pelaku
Berdasarkan data laporan di Polrestabes kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) diatur
Makassar, jumlah laporan kasus kekerasan dalam Pasal 44 sampai Pasal 50 Undang-
dalam rumah tangga yang terjadi sejak tahun undang Nomor 23 tentang Penghapusan
2014 sampai dengan tahun 2016 di wilayah Kekerasan dalam Rumah Tangga.
hukum Kepolisian Resort Kota Besar Dengan adanya Undang-undang Nomor
Makassar, yakni sebanyak 256 kasus. Dari data 23 tentang Penghapusan Kekerasan dalam
tersebut, dapt dilihat bahwa terjadi penurunan Rumah Tangga (UU PKDRT), para pelaku
jumlah laporan kekerasan dalam rumah tangga KDRT akan dijerat dengan pasal yang sesuai
(KDRT) di Polrestabes Makassar. dengan tindak kekerasan yang telah dilakukan.
Berdasarkan hasil wawancara yang Misalnya, untuk kekerasan fisik, maka pelaku
dilakukan oleh peneliti dengan para penyidik akan dijerat dengan Pasal 44 UU PKDRT
Unit PPA Polrestabes Makassar, dapat diancam dengan hukuman pidana penjara
disimpulkan bahwa sejak tahun 2015, laporan sekurang-kurangnya 4 (empat) bulan dan
kasus KDRT yang masuk ke Unit PPA paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda
Polrestabes Makassar mengalami penurunan Rp 5.000.000 (lima juta rupiah) sampai Rp
laporan. 45.000.000 (empat puluh lima juta rupiah).
Selain mengambil data dari Polrestabes Berdasarkan wawancara dengan IPTU
Makassar, peneliti juga mengambil data di Pos Yuliman, selaku Kasubnit 2 Unit PPA
Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Polrestabes Makassar mengatakan bahwa saat
dan Anak (P2TP2A) Kota Makassar. Adapun ini telah ada hukum atau undang-undang yang
data laporan kasus kekerasan dalam rumah mengatur tentang KDRT yaitu UU Nomor 23
tangga (KDRT) di P2TP2 merupakan jumlah Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
keseluruhan data laporan kasus kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT).
dalam rumah tangga (KDRT) yang terjadi di Ketentuan pidana bagi pelaku KDRT diatur
kota Makassar. Data tersebut dihimpun dari dalam Pasal 44 sampai Pasal 50 UU PKDRT.
P2TP2A, Polrestabes dan Polsek, LSM yang Hal ini dibenarkan melalui wawancara
peduli dengan nasib perempuan dan anak, dengan AIPDA Darwis, selaku Penyidik Unit
seperti LBH APIK Makassar, LPA Sul-Sel, PPA Polrestabes Makassar yang
YAPTA-U, LBHP2I, YKPM (FIK ORNOP mengemukakan bahwa adanya UU PKDRT
Sul-Sel), serta FPMP. Adapun data yang sangat membantu dalam penyelesaian kasus
diperoleh dari P2TP2A Kota Makassar adalah KDRT yang dialami oleh masyarakat. Sanksi
jumlah laporan kasus kekerasan dalam rumah pidana bagi pelaku KDRT misalnya kekerasan
tangga (KDRT) yang terjadi di kota Makassar fisik diatur dalam pasal 44, kekerasan psikis
pada tahun 2015 sebanyak 547 kasus dan pada diatur dalam pasal 45, kekerasan seksual diatur
tahun 2016 sebanyak 896 kasus. Sehingga dalam pasal 46, dan penelantaran keluarga
jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga diatur pada pasal 49.
(KDRT) pada tahun 2015 dan tahun 2016
sebanyak 1.443 kasus. b) Penegak Hukum
Adapun bentuk atau jenis kekerasan Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 2
dalam rumah tangga (KDRT) yang terjadi di Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI
kota Makassar berupa kekerasan fisik, bahwa kepolisian sebagai salah satu penegak
kekerasan psikis, kekerasan seksual dan hukum berperan secara aktif dalam menangani
penelantaran rumah tangga (keluarga). dan menyelesaikan berbagai kasus tindak
pidana yang terjadi di masyarakat, salah
6

satunya adalah tindak kekerasan dalam rumah biasanya kami para penyidik melakukan
tangga (KDRT). Polisi yang seorang penyidik mediasai terlebih dahulu. Jika mediasi berhasil,
yang bertugas menangani tindak pidana yang maka biasanya korban mencabut laporannya.
dilaporkan. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Ibu
Beradasarkan hasil observasi peneliti, Irma, selaku korban kekerasan dalam rumah
terlihat bahwa kepolisian dalam hal ini tangga (KDRT) yang mengemukakan bahwa
penyidik Unit PPA Polrestabes Makassar ada mediasi yang dilakukan oleh pihak
memang mengutamakan untuk melakukan kepolisian untuk mendamaikan saya dan suami
mediasi terlebih dahulu kepada korban saya. Saya juga diminta untuk memikirkan
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kembali laporan KDRT saya dan membahas
seperti yang dialami oleh Ibu Irma. Di dalam masalah ini dengan suami saya.
melakukan penyidikan, penyidik berusaha Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu
untuk memediasi Ibu Irma selaku korban, Hermita, selaku korban kekerasan dalam
namun mediasi tersebut gagal karena Ibu Irma rumah tangga (KDRT) yang mengatakan
tetap ingin melanjutkan perkara kasus bahwa kalau menurut saya, sikap polisi sangat
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang baik. Polisi berusaha memediasi saya dan
dialaminya hingga ke pengadilan. suami saya. Saya diberi waktu untuk
Berdasarkan wawancara yang dilakukan mempertimbangkan kembali keputusan saya
dengan IPTU Yuliman, selaku Kasubnit 2 Unit untuk melapor ke polisi.
PPA Polrestabes Makassar mengatakan bahwa Kepolisian dalam hal ini penyidik wajib
pihak kepolisian dalam hal ini penyidik selalu memberikan keterangan kepada korban tentang
bersikap terbuka kepada korban yang melapor. hak korban untuk mendapat pelayanan dan
Khususnya dalam kasus KDRT. Kita selalu pendampingan.
memberikan masukan kepada para korban Berdasarkan wawancara dengan IPTU
yang melaporkan tindak KDRT yang Yuliman, selaku Kasubnit 2 Unit PPA
dialaminya agar ketika korban ingin Polrestabes Makassar mengatakan bahwa
melanjutkan proses hukum, tidak akan kewajiban pihak kepolisian dalam kasus
menyesal di belakang. Adapun, semua laporan KDRT yaitu melindungi korban dengan
kasus KDRT yang masuk di Polrestabes melakukan penangkapan dan penahanan bagi
Makassar akan diproses oleh pihak kepolisian. pelaku KDRT agar tidak melakukan tindak
Hal ini dibenarkan melalui wawancara kekerasan lebih lanjut.
dengan IPDA Nina Purwanti, selaku Kasuubnit Hal tersebut juga senada dengan
3 Unit PPA Polrestabes Makassar menyatakan pernyataan IPDA Nina Purwanti, selaku
bahwa kami pihak kepolisian sangat terbuka Kasubnit 3 Unit PPA Polrestabes Makassar
jika ada laporan kasus khususnya kasus KDRT menyatakan bahwa setiap penyidik di Unit
dan kasus pelanggaran pada anak. Dan PPA Polrestabes Makassar melakukan
tentunya kami juga bersikap adil dalam penanganan kasus KDRT sudah sesuai dengan
penanganan kasus KDRT yang dilaporkan. UU PKDRT. Kita berusaha memberitahukan
Semua kasus kita perlakukan sesuai dengan korban tentang haknya sebagai korban,
prosesdur. Kita juga selalu mengupayakan kemudian melakukan penyidikan,
jalan damai bagi korban dan pelaku KDRT mengumpulkan alat bukti dan jika korban
demi masa depan anak mereka dan rumah merasa takut akan ancaman dari pelaku, maka
tangga mereka. Tetapi jika korban tetap kita akan melakukan penangkapan dan
bersikukuh untuk memperkarakan suaminya, penahanan bagi pelaku sebagai salah satu
maka kita akan proses sampai ke pengadilan kewajiban dari pihak kepolisian untuk
asal ada saksi dan bukti yang telah cukup. melindungi korban.
Hal senada juga dikemukakan oleh Hal tersebut juga dibenarkan oleh
BRIPDA Vivi Novianti, selaku Penyidik Unit BRIPDA Nurul Wahidah selaku Penyidik Unit
PPA Polrestabes Makassar yang mengatakan PPA Polrestabes Makassar yang menangani
bahwa kasus KDRT adalah kasus yang sangat kasus Ibu Irma menjelaskan bahwa penyidik
sensitif karena menyangkut masalah rumah selalu berusaha melakukan kewajibannya
tangga. Jadi, penyidik biasanya menggunakan untuk melakukan perlindungan kepada korban.
cara yang ramah dan sopan agar korban KDRT Salah satu contoh kasusnya yaitu kasus KDRT
merasa nyaman. Selain itu, sebelum kasus yang terjadi pada Ibu Irma, di mana saat Ibu
KDRT tersebut kita proses lebih lanjut, Irma melakukan pelaporan pada tanggal 29
7

Maret, kami langsung melakukan penahanan pelanggaran terhadap anak. Adapun


terhadap suaminya. Apalagi telah ada bukti fasilitasnya cukup memadai dengan adanya
lebam pada diri korban dan pihak keluarganya computer yang digunakan untuk menyimpan
sendiri yang membawa pelaku untuk dilakukan data hasil penyidikan, ada kursi dan meja
penahanan agar pelaku tidak melakukan tindak untuk penyidik, ada juga kursi untuk
KDRT lagi kepada Ibu Irma. menunggu dan menerima tamu, serta ada AC
Hal tersebut dibenarkan oleh Ibu Irma, juga.
selaku korban kekerasan dalam rumah tangga Hal ini senada dengan wawancara yang
(KDRT) yang mengatakan bahwa pihak dilakukan dengan BRIPKA Cahyadi, selaku
kepolisian melakukan penahanan kepada suami Penyidik Unit PPA Polrestabes Makassar yang
saya, karena permintaan saya dan keluarga menyatakan bahwa fasilitas yang disediakan
saya. Suami saya terpaksa ditahan karena saya oleh Polrestabes yaitu berupa ruangan khusus
takut jika suami saya akan melakukan Unit PPA untuk melayani korban KDRT dan
kekerasan lagi kepada saya. anak, di mana korban KDRT yang melapor
Berdasarkan hasil observasi yang bisa merasa lebih nyaman.
dilakukan oleh peneliti bahwa dalam kasus
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang d) Masyarakat
dialami oleh Ibu Irma, sang suami (Bapak Masyarakat khususnya korban kekerasan
Wahid) yang merupakan pelaku kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dapat dijadikan
dalam rumah tangga (KDRT) telah ditahan tolak ukur dalam pencapaian penegakan
sejak tanggal 29 Maret 2017 pukul 21.30 hukum dalam kasus kekerasan dalam rumah
WITA, kemudian pada tanggal 30 Maret 2017 tangga (KDRT).
pukul 13.00 WITA, penyidik melakukan Berdasarkan wawancara dengan IPTU
penyidikan terhadap pelaku (Bapa Wahid) dan Yuliman, selaku Kasubnti 2 Unit PPA
korban (Ibu Irma). Polrestabes Makassar mengatakan bahwa
masih banyak kasus KDRT yang terjadi di
c) Sarana atau Fasilitas masyarakat. Dan tidak menutup kemungkinan
Sarana atau fasilitas yang disediakan oleh bahwa masyarakat masih ada yang tidak mau
pihak kepolisian di Polrestabes Makassar melaporkan kasus KDRT yang dialaminya.
dalam penanganan kasus kekerasan dalam Hal yang sama juga diungkapkan melalui
rumah tangga (KDRT) berupa ruang Unit wawancara yang dilakukan dengan IPDA Nina
Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) yang Purwanti, selaku Kasubnit 3 Unit PPA
merupakan ruangan yang hanya diperuntukkan Polrestabes Makassar mengatakan bahwa
untuk kasus KDRT dan anak. sebenarnya, di masyarakat masih banyak
Berdasarkan hasil observasi yang terjadi kasus KDRT. Hanya saja, masyarakat
dilakukan peneliti, Ruang Penyidik Unit PPA masih ada yang enggan melaporkan kasus
Polrestabes Makassar masih belum memadai KDRT yang dilaminya karena menganggap
dan ideal untuk dilakukan penyidikan terhadap bahwa kasus KDRT merupakan aib keluarga
korban kekerasan dalam rumah tangga dan tidak boleh diketahui oleh masyarakat.
(KDRT). Hal ini disebabkan karena meja antar Berdasarkan wawancara dengan Ibu Irma,
penyidik tidak ada sekat yang membatasi, selaku korban kekerasan dalam rumah tangga
sehingga korban kekerasan dalam rumah (KDRT) mengatakan bahwa saya sudah sering
tangga (KDRT) merasa tidak nyaman untuk dipukuli oleh suami saya. Dan karena saya
menceritakan kasus kekerasan yang sudah tidak tahan, makanya saya melapor ke
dialaminya. Apalagi kasus kekerasan dalam polisi.
rumah tangga (KDRT) merupakan hal yang Hal yang berbeda dikemukakan melalui
sangat sensitif dan bersifat pribadi. Kemudian, wawancara dengan Ibu Hermita, selaku korban
tidak adanya ruang mediasi. Mediasi hanya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang
dilakukan di meja penyidik atau Kasubnit. mengatakan bahwa awalnya Ibu Hermita tidak
Berdasarkan wawancara dengan IPTU ingin melaporkan suaminya ke polisi. Karena
Yuliman, selaku Kasubnit 2 Unit PPA dia merasa malu jika diketahui oleh orang lain.
Polrestabes Makassar mengatakan bahwa Apalagi keluarga suaminya juga sempat
penyidikan terhadap korban dan pelaku KDRT melarangnya dan berusaha mendamaikan.
dilakukan di ruang Unit PPA yang khusus Mereka menganggap bahwa hal itu sebagai aib
untuk menangani kasus KDRT dan keluarga yang tidak boleh diketahui oleh orang
8

lain. Tapi karena sudah dua kali terjadi, Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA)
makanya Ibu Hermita terpaksa melaporkan Polrestabes Makassar, mengemukakan bahwa
tindak kekerasan yang dialaminya ke polisi. faktor ekonomi merupakan faktor penyebab
yang paling mendominasi terjadinya kekerasan
2. Faktor Penyebab Seseorang Melakukan dalam rumah tangga, misalnya karena
Kekerasan dalam Rumah Tangga penghasilan suami yang tidak cukup untuk
(KDRT) memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehingga
menyebabkan adanya tekanan ekonomi yang
Berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor dirasakan di dalam rumah tangga tersebut. Di
penyebab seseorang melakukan kekerasan antara anggota keluarga, yang paling
dalam rumah tangga (KDRT) di kota Makassar merasakan dampak dari tekanan ekonomi
adalah sebagai berikut: adalah istri sebagai ibu rumah tangga yang
a) Faktor Ekonomi bertugas mengelola keuangan keluarga. Jika
Berdasarkan wawancara dengan IPTU tiba-tiba uang belanja tidak cukup, maka istri
Yuliman, selaku Kasubnit 2 Unit PPA meminta lagi uang belanja kepada suami
Polrestabes Makassar mengatakan bahwa sehingga suami menjadi marah, curiga,
faktor ekonomi yang biasa menyebabkan berpikir negatif dan beranggapan bahwa istri
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga yaitu tidak bisa mengelola keuangan keluarga.
istri yang meminta uang belanja kepada suami Padahal sebenarnya suamilah yang tidak
untuk membeli kebutuhan rumah tangga mengerti harga kebutuhan pokok yang
sedangkan suami tidak memberi uang dengan sekarang sudah naik. Memang hal ini penting
alasan tidak ada uang. Istrinya menjadi curiga diketahui oleh seorang suami akan harga
karena sudah ada tanda-tanda, dalam arti dulu kebutuhan pokok yang selalu naik. Apabila
suaminya sering memberi uang tapi sekarang tidak mengetahui kondisi harga kebutuhan
tidak lagi memberi uang sehingga pokok, maka dapat memicu pertengkaran yang
menyebabkan pertengkaran mulut. Kemudian akhirnya menyebabkan terjadinya kekerasan
karena tidak dapat mengendalikan diri, maka dalam rumah tangga.
akhirnya tangan melayang dan terjadi Hal ini juga senada dengan wawancara
kekerasan fisik. yang dilakukan dengan BRIPDA Vivi
Hal ini sejalan dengan wawancara dengan Novianti, selaku Penyidik Unit PPA
AIPDA Darwis, selaku Penyidik Unit PPA Polrestabes Makassar yang mengatakan bahwa
Polrestabes Makassar menyatakan bahwa dari banyaknya laporan kasus KDRT yang
kebanyakan kasus KDRT yang dilaporkan di saya tangani, penyebab paling banyak
Polrestabes Makassar disebabkan oleh faktor dikarenakan oleh faktor ekonomi. Faktor
ekonomi. Faktor ekonomi di sini bukan hanya ekenomi ini karena kebutuhan pokok yang
bagi keluarga dengan ekonomi yang rendah semakin mahal, namun penghasilan
saja, tetapi ada juga yang melapor karena keluarganya tidak mencukupi.
penelantaran keluarga yang dilakukan oleh Hal tersebut juga dibenarkan melalui
suami yang memiliki penghasilan yang besar. pernyataan Ibu Hj. Hapidah Djalante, S.IP.,
Karena faktor ekonomi tersebutlah sehingga selaku Sekretaris P2TP2A Kota Makassar,
pelaku biasanya menelantarkan keluargnya dan mengemukakan bahwa faktor ekonomi
tentunya bisa juga terjadi kekerasan fisik. menempati posisi teratas dalam data kasus
Hal yang sama dikemukakan oleh KDRT yang diadukan di P2TP2A. Di mana,
BRIPKA Cahyadi, selaku Penyidik Unit PPA kekurangan ekonomi yang merupakan sumber
Polrestabe Makassar yang mengatakan bahwa terjadinya KDRT apalagi saat istri meminta
Faktor ekonomi yang paling banyak dilaporkan uang kepada suami pada saat suami masih
dalam laporan kasus KDRT di Polrestabes lelah sepulang kerja dan suami juga tidak
Makassar. Hal itu bisa disebabkan oleh memiliki uang maka potensi terjadinya KDRT
ekonomi keluarga yang semakin sulit setelah sangatlah besar. Bukan hanya keluarga dengan
suami di PHK atau karena sang suami punya ekonoomi rendah saja yang mengalami KDRT,
selingkuhan makanya sang istri tidak diberikan tetapi keluarga yang memiliki ekonomi cukup
uang. Hal itulah yang dapat memicu sehingga pun dapat melakukan KDRT. Misalnya saat
terjadi KDRT. istri meminta uang kepada suami yang baru
Hal senada juga diungkapkan oleh IPDA pulang kerja dan sangat lelah, bisa saja suami
Nina Purwanti, selaku Kasubnit 3 Unit kesal dan marah sehingga melakukan KDRT.
9

Kemudian, berdasarkan hasil wawancara Hal tersebut juga senada dengan


dengan Ibu Hermita, selaku korban kekerasan pernyataan BRIPDA Cahyadi, selaku Penyidik
dalam rumah tangga (KDRT) mengatakan Unit PPA Polrestabes Makassar
bahwa awalnya, suaminya tidak pernah mengemukakan bahwa faktor perilaku juga
melakukan kekerasan. Tetapi, setelah dapat menyebabkan terjadinya KDRT. Hal ini
suaminya berhenti dari tempat kerjanya, sang pernah dialami oleh korban KDRT yang
suami jadi ringan tangan dan akhirnya melapor di Polrestabes. Di mana, sang istri
memukul Ibu Hermita saat meminta uang yang menjadi korban KDRT mengalami tindak
belanja ataupun uang sekolah anak-anaknya. kekerasan berupa pemukulan karena sang
Sejak sang suami berhenti bekerja, mereka suami yang temperamen dan suka mabuk-
susah untuk memenuhi kebutuhan rumah mabukan.
tangga. Sehingg Ibu Hermita meminta uang Hal serupa dikemukakan oleh IPDA Nina
karena kami butuh makan dan biaya sekolah Purwanti, selaku Kasubnit 3 Unit PPA
untuk anaknya. Terlebih anak-anaknya yang Polrestabes Makassar yang mengatakan bahwa
masih kecil-kecil dan masih sekolah. Tentunya pada saat dilakukan pemeriksaan terhadap
membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tetapi pelaku kekerasan dalam rumah tangga,
suaminya malah cuek. Makanya, dia selalu biasanya pelaku adalah pecandu alkohol dan
menyuruhnya untuk mencari kerja buat biaya pemakai narkoba. Pelaku melakukan kekerasan
kebutuhan sehari-hari. Tetapi dia (suami) terhadap anggota keluarganya di luar
malah marah dan memukul Ibu Hermita. kesadarannya. Ternyata orang yang sudah di
luar kesadaran pada saat melakukan kekerasan
b) Faktor Perilaku terhadap anggota keluarganya, tidak menyadari
Berdasarkan hasil wawancara dengan yang telah diperbuatnya dan tidak dapat
IPTU Yuliman, selaku Kasubnit 2 Unit mengontrol perilakunya.
Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Hal yang sama juga dikemukakan melalui
Polrestabes Makassar mengatakan bahwa wawancara dengan BRIPDA Vivi Novianti
kekerasan dalam rumah tangga disebabkan yang mengatakan bahwa faktor perilaku juga
karena perilaku buruk pelaku maupun korban, banyak menjadi penyebab KDRT yang
misalnya masing-masing egois dan memiliki dilaporkan di Polrestabes Makassar. Faktor
temperamen yang tinggi. Selanjutnya karena perilaku di sini bisa karena pelaku yang
adanya kecemburuan dari salah satu pihak. temperamen. Selain itu, ada juga faktor
Kemudian karena pergaulan pelaku diluar kecemburuan yang memicu terjadinya
kurang baik yang biasanya terpengaruh dengan kekerasan dalam rumah tangga. Dulu, ada
minuman keras sehingga perilaku pelaku di kasus di mana sang suami memukul istrinya
luar yang kurang baik dibawa masuk ke dalam karena merasa cemburu saat melihat istrinya
rumah tangga. Kemudian yang terakhir karena mengobrol dengan laki-laki lain. Hal itulah
biasanya pelaku jarang beribadah. yang mendorong sang suami (pelaku)
Hal ini sejalan dengan pernyataan AIPDA melakukan tindak kekerasan terhadap istrinya.
Darwis, selaku korban Penyidik Unit PPA Berdasarkan hasil keterangan yang
Polrestabes Makassar yang mengatakan bahwa dikemukakan oleh Bapak Wahid (suami Ibu
kasus kekerasan dalam rumah tangga yang Irma), selaku pelaku kekerasan dalam rumah
sering terjadi disebabkan karena faktor tangga (KDRT) dalam penyidikan di mana dia
perilaku yaitu perilaku buruk suami dan memukul istrinya karena dia tidak suka istrinya
terkadang juga dapat disebabkan karena pakai handphone (hp). Padahal sudah dilarang
perilaku buruk istri yang cemburu buta oleh sang suami. Tetapi istrinya sembunyi-
sehingga istri mengeluarkan kata-kata yang sembunyi memakai hp.
menyakitkan dalam arti memaki-maki dan Hal tersebut dibenarkan oleh sang istri
menghina suaminya. Padahal suaminya sudah (Ibu Irma) yang merupakan korban kekerasan
sabar, sudah mengakui dan meminta maaf atas dalam rumah tangga (KDRT) di mana sang
kesalahannya tetapi karena istrinya masih tetap suami melarangnya memakai hp, padahal Ibu
keras sehingga mengakibatkan suaminya tidak Irma juga butuh memakai hp untuk
lagi dapat mengontrol emosinya dan pada berkomunikasi dengan keluarga maupun
akhirnya mengakibatkan terjadinya kekerasan dengan temannya. Apalagi, sekarang dia sudah
fisik. bekerja. Jadi, dia harus pakai hp untuk
10

mengetahui info dari teman kerja ataupun Berdasarkan wawancara dengan AIPDA
atasannya. Darwis, selaku Penyidik Unit PPA Polrestabes
Berdasarkan hasil wawancara di atas, Makassar mengatakan bahwa semua laporan
maka dapat disimpulkan bahwa faktor perilaku kasus KDRT yang masuk di Polrestabes
seperti rasa cemburu dan pecandu alkohol Makassar, akan berusaha diproses dan
(pemabuk) merupakan salah satu faktor yang diselesaikan oleh pihak kepolisian.
menyebabkan pelaku melakukan kekerasan Hal senada juga dikemukakan oleh IPTU
dalam rumah tangga (KDRT) seperti yang Yuliman, selaku Kasubnit 2 Unit PPA
dialami oleh Ibu Irma. Di mana, sang suami Polrestabes Makassar yang mengatakan bahwa
(pelaku) biasa melakukan pemukulan atau dalam menangani kasus khususnya kasus
mencekik leher istri (korban) setelah minum KDRT, pihak kepolisian telah melakukan
minuman beralkohol dan karena merasa upaya yang maksimal untuk menyelesaikan
cemburu jika sang istri berkomunikasi dengan kasus KDRT yang dilaporkan ke Polrestabes
teman laki-lakinya sehingga suami (pelaku) Makassar sesuai dengan UU PKDRT.
melarang istrinya memakai telpon seluler Hal senada juga dikemukakan oleh IPDA
(handphone). Selain itu, sang suami (pelaku) Nina Purwanti, selaku Kasubnit 3 Unit
juga melarang istrinya untuk bekerja, tetapi Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA)
sang istri (korban) tidak mengindahkan Polrestabes Makassar mengatakan bahwa kami
larangan suaminya dan tetap bekerja, sehingga pihak kepolisian sangat terbuka dan tentunya
menimbulkan kemarahan pelaku yang berusaha semaksimal mungkin dalam
mengakibatkan terjadinya tindak kekerasan penanganan kasus KDRT yang dilaporkan.
dalam rumah tangga (KDRT). Dan kasus-kasus yang diselesaikan melalui
jalur hukum akan dilimpahkan ke pengadilan
3. Penyelesaian Kasus Kekerasan dalam untuk kemudian diproses dan diberi hukuman
Rumah Tangga (KDRT) yang sesuai dengan UU PKDRT.
Dilakukan oleh Pihak Kepolisian di Hal serupa juga diungkapkan melalui
Kota Makassar wawancara dengan BRIPDA Cahyadi, selaku
Penyidik Unit PPA Polrestabes Makassar
Pihak kepolisian sangat berperan dalam mengatakan bahwa kasus KDRT yang
penegakan hukum di masyarakat. Dengan ditempuh melalui jalur hukum dan
keberadaan pihak kepolisian yang bertugas dilimpahkan ke pengadilan biasanya dikenai
melindungi, mengayom, dan melayani sanksi pidana sesuai dengan jenis kekerasan
masyarakat. Sehingga penanganan dan yang dilakukan oleh pelaku yang diatur dalam
penyelesaian kasus kekerasan dalam rumah UU PKDRT.
tangga (KDRT) oleh pihak kepolisian Selanjutnya, IPDA Nina Purwanti, selaku
dilakukan melalui dua cara, yaitu: Kasubnit 3 Unit Pelayanan Perempuan dan
a) Jalur Hukum Anak (PPA) Polrestabes Makassar juga
Jalur hukum merupakan proses yang menambahkan bahwa untuk ketentuan pidana
harus dilalui oleh para tersangka yang kasus KDRT diatur pada Pasal 44 sampai Pasal
melakukan tindak pidana maupun perdata. 50 UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Khusus untuk kasus kekerasan dalam rumah Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
tangga (KDRT) yang merupakan tindak pidana Tangga.
yang harus mendapat sanksi bagi pelaku telah Hal yang sama juga diungkapkan oleh
diatur di dalam Undang-undang Nomor 23 BRIPDA Nurul Wahidah, selaku Penyidik Unit
Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan PPA Polrestabes Makassar yang mengatakan
dalam Rumah Tangga. bahwa ketentuan pidana bagi pelaku KDRT
Jumlah data laporan kasus kekerasan telah diatur di dalam UU PKDRT. Jadi,
dalam rumah tangga (KDRT) dari Polrestabes sebagai penyidik, ketika kasus KDRT yang
Makassar yang diproses sampai ke pengadilan ditangani sudah siap dilimpahkan ke
adalah sebagai berikut: Pada tahun 2014 pengadilan, maka penyidik akan menjatuhkan
sebanyak 84 kasus KDRT yang diproses, hukuman sesuai dengan UU PKDRT.
kemudian pada tahun 2015 sebanyak 41 kasus Selanjutnya, BRIPDA Nurul Wahidah,
KDRT yang diproses, dan pada tahun 2016 selaku Penyidik Unit PPA Polrestabes
sebanyak 38 kasus KDRT yang diproses. Makassar juga menambahkan bahwa kasus
yang dialami Ibu Irma adalah salah satu contoh
11

kasus yang akan dilimpahkan ke pengadilan, pelaku masih ingin berdamai, maka kita akan
karena bukti-bukti telah cukup. Jadi, sebagai memediasi mereka agar bisa berdamai dan
penyidik, kami menjerat pelaku dengan pelaku berjanji tidak akan melakukan
ketentuan pidana Pasal 44 Undang-Undang kekerasan kepada korban lagi.
Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Hal ini diperjelas melalui wawancara
Kekerasan dalam Rumah Tangga karena dengan IPDA Nina Purwanti, selaku Kasubnit
pelaku melakukan tindak kekerasan fisik 3 Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA)
terhadap korban (Ibu Irma). Polrestabes Makassar mengatakan bahwa kita
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Irma, selalu berusaha memberikan pengarahan
selaku korban kekerasan dalam rumah tangga kepada para korban maupun pelaku KDRT
(KDRT) mengataka bahwa saya tidak ingin untuk mempertimbangkan lagi keinginan
mencabut laporan saya, karena saya sudah mereka melanjutkan kasus KDRT tersebut agar
tidak tahan lagi dengan perlakuan suami saya menghindari dampak terburuk yakni
yang sudah sering memukul saya. Saya hanya perceraian. Tetapi tentu saja kita melihat dulu
ingin suami saya mendapat hukuman yang sejauh mana dampak kekerasan yang telah
setimpal atas apa yang telah dia lakukan pada terjadi kepada korban. Jika hanya luka ringan,
saya. maka kita bisa menempuh jalur kekeluargaan
Jadi, sebelum kasus KDRT ditindaklanjuti
b) Mediasi sampai ke pengadilan, kita biasanya akan
Selain melalui jalur hukum, kasus melakukan mediasi kepada korban dan pelaku
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) juga KDRT. Namun, ketika mediasi tersebut gagal,
diselesaikan secara kekeluargaan melalui maka kita akan melimpahkan kasus KDRT
mediasi yang dilakukan oleh pihak kepolisian tersebut ke pengadilan.
dengan korban dan pelaku. Hal ini juga senada dengan wawancara
Berdasarkan wawancara dengan AIPDA dengan BRIPDA Cahyadi, selaku Penyidik
Darwis, selaku Penyidik Unit Pelayanan Unit PPA Polrestabes Makassar mengatakan
Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes bahwa selain jalur hukum, penyidik melakukan
Makassar menyatakan bahwa kami pihak mediasi bagi korban dan pelaku KDRT. Jika
kepolisian sangat bersikap terbuka dan kasusnya hanya kasus kekerasan yang tidak
berusaha mendamaikan korban dan pelaku. berdampak buruk bagi korban, maka kita akan
Jadi, ketika mereka mau berdamai, maka menempuh jalur mediasi.
pelaku kita minta membuat surat pernyataan Berdasarkan wawancara yang dilakukan
sebagai bukti bahwa pelaku tidak akan dengan Ibu Hermita selaku korban kekerasan
melakukan kekerasan terhadap korban. dalam rumah tangga yang mengatakan bahwa
Hal ini dibenarkan melalui wawancara di saat saya melaporkan kasus kekerasan yang
dengan IPTU Yuliman, selaku Kasubnit 2 Unit saya alami, memang ada mediasi yang
Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) dilakukan oleh kepolisian. Sehingga dari dari
Polrestabes Makassar mengatakan bahwa mediasi itu juga yang membuat saya akhirnya
model penyelesaian kasus KDRT di mencabut laporan saya.
Polrestabes Makassar dilakukan melalui dua Berdasarkan hasil wawancara diatas,
cara, yaitu secara hukum dan secara maka dapat disimpulkan bahwa kasus
kekeluargaan. Kasus KDRT yang diproses kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang
sampai ke pengadilan tentu saja bukan kasus dilaporkan/diadukan ke kepolisian dapat
ringan misalnya penganiayaan berat yang diselesaikan secara kekeluargaan dengan
menyebabkan korban luka parah, melalui mediasi yang dilakukan pihak
menyebabkan korban sampai mengalami kepolisian dengan korban dan pelaku.
gangguan psikis yang berat, dan tentunya jika Selain itu, ada juga kasus kekerasan
KDRT tersebut menyebabkan kematian bagi dalam rumah tangga yang hanya selesai
korban, maka kita akan proses sampai ke ditingkat penyidikan dan jarang diteruskan ke
pengadilan dan pelaku diberikan vonis berupa pengadilan karena korban mencabut aduannya.
sanksi pidana. Sebaliknya, jika korban KDRT Berdasarkan data yang diperoleh dari
tidak mengalami kekerasan fisik maupun Polrestabes Makassar, dapat diketahui bahwa
psikis yang parah, maka kita akan melakukan tahun 2014 sebanyak 56 aduan kasus KDRT
mediasi untuk mendamaikan pelaku dan yang dicabut dan 84 aduan kasus KDRT yang
korban. Tetapi itu juga terjadi jika korban dan diproses, kemudian pada tahun 2015 sebanyak
12

30 aduan kasus KDRT yang dicabut dan 41 Penyebab menurunnya laporan kasus
aduan kasus KDRT yang diproses, dan pada kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dapat
tahun 2016 sebanyak 7 aduan kasus KDRT dikaitkan dengan Teori Efektivitas Hukum.
yang dicabut dan sebanyak 38 aduan kasus Berdasarkan teori efektivitas hukum yang
KDRT yang diproses. Dari data yang diperoleh dikemukakan Soerjono Soekanto (2014: 8-9),
penulis dari bagian Unit PPA Polrestabes efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan
Makassar di atas, ada beberapa laporan/aduan oleh 5 (lima) faktor. Faktor-faktor ini
kasus KDRT yang dicabut oleh korban. mempunyai arti netral, sehingga dampak
Berdasarkan hasil wawancara di atas, positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-
maka dapat disimpulkan bahwa pencabutan faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah
pengaduan kasus kekerasan dalam rumah (1) Faktor hukumnya sendiri, yang didalamnya
tangga (KDRT) yang dilakukan oleh korban dibatasi pada undang-undang saja; (2) Faktor
disebabkan oleh korban yang ingin penegak hukum, yakni pihak-pihak yang
memberikan efek jera kepada (pelaku) membentuk maupun menerapkan hukum; (3)
suaminya, tidak ingin anak-anaknya kurang Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung
kasih sayang dari kedua orang tuanya, serta penegakan hukum; (4) Faktor masyarakat,
sang suami (pelaku) merupakan tulang yakni lingkungan dimana hukum tersebut
punggung keluarga. berlaku atau diterapkan; (5) Faktor
Selain itu, ada juga kendala yang dihadapi kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta
oleh pihak kepolisian maupun lembaga dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia
pemerintahan dalam hal ini P2TP2A dalam di dalam pergaulan hidup.
menangani kasus kekerasan dalam rumah Menurunnya laporan kekerasan dalam
tangga (KDRT) di kota Makassar. rumah tangga (KDRT) di Polrestabes
Berdasarkan wawancara yang dilakukan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu hukum
dengan AIPDA Darwis, selaku Penyidik Unit atau undang-undang, penegak hukum, sarana
PPA Polrestabes Makassar mengatakan bahwa atau fasilitas, dan masyarakat.
kendala yang dihadapi selama proses a) Hukum atau Undang-undang
penyidikan diantaranya adalah alat bukti yang Pengaturan hukum mengenai kekerasan
kurang ataupun tidak cukup kuat, persoalan dalam rumah tangga diatur dalam Undang-
saksi yang susah dihadirkan untuk dimintai undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
keterangan, pelaku yang tidak hadir saat Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga
dipanggil oleh penyidik, dan alamat pelaku (UU PKDRT). Lahirnya Undang-Undang
yang tidak diketahui. Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Hal ini dibenarkan melalui wawancara Kekerasan dalam Rumah Tangga ini dilandasi
dengan IPTU Yuliman, selaku Kasubnit 2 Unit oleh berbagai pertimbangan, antara lain bahwa
Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) setiap warga negara berhak mendapatkan rasa
Polrestabes Makassar mengatakan bahwa aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan.
kendala yang dihadapi selama proses Dengan demikian, segala bentuk kekerasan
penyidikan kasus KDRT diantaranya adalah terutama kekerasan dalam rumah tangga
pertama, masalah saksi yang biasanya susah (KDRT) merupakan pelanggaran hak asasi
dihadirkan oleh korban ataupun tidak adanya manusia.
saksi. Kedua, korban yang tidak pro aktif. Sejak diberlakukannya Undang-Undang
Ketiga, pelaku yang sebagian besar adalah Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
suami tidak diketahui alamatnya. Keempat, Kekerasan dalam Rumah Tangga, pelaku
pelaku yang tidak hadir ketika dipanggil untuk kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang
dilakukan penyidikan. Kelima, tidak adanya dilaporkan ke Polrestabes Makassar telah
hasil visum atau kurangnya alat bukti. diberi sanksi hukuman sesuai dengan tindak
kekerasan yang dilakukannya. Hal ini
B. Pembahasan membuktikan bahwa Undang-undang Nomor
23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
1. Penyebab Menurunnya Laporan Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga sudah efektif.
Kekerasan dalam Rumah Tangga
(KDRT) di Polrestabes Makassar b) Penegak Hukum
Berdasarkan Pasal 2 Undang-undang RI
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
13

Negara RI mengatur bahwa fungsi kepolisian tolak ukur dalam pencapaian penegakan
adalah salah satu fungsi pemerintahan negara hukum dalam kasus kekerasan dalam rumah
di bidang pemeliharan keamanan dan tangga (KDRT).
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, Menurunnya laporan kasus kekerasan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan dalam rumah tangga (KDRT) di Polrestabes
kepada masyarakat. Makassar salah satunya disebabkan oleh
Berdasarkan hasil penelitian, penegak masyarakat. Masih adanya masyarakat yang
hukum dalam hal ini pihak kepolisian selaku enggan melaporkan kasus kekerasan dalam
penyidik di Unit PPA Polrestabes Makassar rumah tangga (KDRT) yang dialaminya
telah melakukan tugas dan kewajibannya dikarenakan korban yang merasa bahwa kasus
dalam penanganan kasus kekerasan dalam kekerasan yang dialaminya adalah aib keluarga
rumah tangga (KDRT) sesuai dengan Undang- sehingga tidak boleh diketahui oleh orang lain.
Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Seperti yang terjadi pada kasus yang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga dialami oleh Ibu Hermita. Awalnya Ibu
pada Pasal 18 mengatur tentang Kepolisian Hermita tidak ingin melaporkan kasus
wajib memberikan keterangan kepada korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang
tentang hak korban untuk mendapatkan dialaminya karena Ibu Hermita merasa malu
pelayanan dan pendampingan. jika kasus kekerasan yang dialaminya
Kemudian, pada Pasal 19 mengatur diketahui oleh tetangganya. Apalagi keluarga
tentang Kepolisian wajib segera melakukan sang suami sempat melakukan musyawarah
penyelidikan setelah mengetahui atau untuk mendamaikan Ibu Hermita dengan
menerima laporan tentang terjadinya kekerasan suaminya. Tetapi pada akhirnya Ibu Hermita
dalam rumah tangga. tetap melaporkan kasus kekerasan yang
Berdasarkan hasil penelitian dapat dialaminya ke pihak kepolisian karena sang
disimpulkan bahwa pihak kepolisian secara suami melakukan tindak kekerasan lagi kepada
aktif dan cepat dalam penanganan kasus Ibu Hermita.
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang
dilaporkan ke Unit PPA Polrestabes Makassar. 2. Faktor Penyebab Seseorang Melakukan
Kekerasan dalam Rumah Tangga
c) Sarana atau Fasilitas (KDRT)
Ruang penyidik Unit Pos Pelayanan
Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes a) Faktor Ekonomi
Makassar adalah salah satu sarana atau fasilitas Masalah ekonomi secara umum dapat
yang diberikan oleh Polrestabes Makassar dikatakan sebagai faktor yang paling dominan
dalam penanganan kasus kekerasan dalam menyebabkan pertengkaran dalam rumah
rumah tangga (KDRT) dan kasus yang terjadi tangga yang pada akhirnya berujung pada
pada anak. terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.
Ruang penyidik Unit PPA Polrestabes Masalah ekonomi seringkali menjadi
Makassar memiliki fasilitas berupa kursi, meja, pemicu timbulnya perselisihan di antara suami
komputer, dan dilengkapi dengan AC. Hanya dan istri. Gaji yang tidak cukup untuk
saja, di tiap meja penyidik, tidak ada sekat memenuhi kebutuhan rumah tangga setiap
yang membatasi. Jadi, korban kekerasan dalam bulan, sering menimbulkan pertengkaran,
rumah tangga (KDRT) merasa kurang nyaman apalagi jika pencari nafkah yang utama adalah
jika menceritakan atau memberikan keterangan suami. Dapat juga pertengkaran timbul ketika
kepada pihak kepolisian (penyidik). suami kehilangan pekerjaan (misalnya di
Tidak adanya ruang mediasi yang PHK). Ditambah lagi adanya tuntutan biaya
disediakan oleh Polrestabes Makassar, padahal hidup yang tinggi, memicu pertengkaran yang
salah satu langkah dalam menangani kasus seringkali berakibat terjadinya tindakan
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang kekerasan. Seperti yang dialami oleh Ibu
dilaporkan di Polrestabes Makassar dilakukan Hermita yang menjadi korban kekerasan dalam
melalui mediasi. rumah tangga (KDRT) dalam bentuk
kekerasan fisik yang disebabkan masalah
d) Masyarakat ekonomi (keuangan), di mana terjadinya
Masyarakat khususnya korban kekerasan kekerasan tersebut saat sang suami (pelaku)
dalam rumah tangga (KDRT) dapat dijadikan berhenti bekerja.
14

b) Faktor Perilaku kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga


Beberapa kasus kekerasan dalam rumah untuk pencegahan, perlindungan, dan
tangga yang sering terjadi disebabkan karena penegakan keadilan. (Gultom, 2014: 16)
pelaku maupun korban yang pada umumnya Kepolisian sebagai salah satu institusi yang
mempunyai perilaku buruk, antara lain seperti bertanggung jawab atas tegaknya hukum
bertemperamen tinggi sehingga sering marah, tentunya dituntut peran sertanya dalam
kasar dalam berbicara, sangat mudah mendukung terwujudnya perlindungan
tersinggung, pencemburu, penjudi, pecandu terhadap perempuan (istri) dan anak serta
alkohol, pemakai narkoba, dan kurang taat tertanggulanginya kekerasan dalam rumah
dalam menjalankan ibadah sesuai dengan tangga (KDRT).
agama yang dianut dan diyakininya sehingga Adapun penyelesaian kasus kekerasan
dapat berpotensi untuk melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan
terhadap anggota keluarganya. oleh pihak kepolisian melalui dua cara, yaitu:
Kecemburuan dapat juga merupakan salah a) Jalur Hukum
satu pendorong timbulnya kesalahpahaman, Ketentuan pidana bagi pelaku kekerasan
perselisihan bahkan kekerasan. Tidak jarang, dalam rumah tangga (KDRT) diatur pada pasal
karena faktor kecemburuan terhadap istri, 44 sampai pasal 50 Undang-undang Nomor 23
suami dapat melakukan tindakan kekerasan Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
kepada istrinya. Begitupun ketika istri dalam Rumah Tangga (UU PKDRT).
mengetahui penyelewengan yang dilakukan Berdasarkan hasil wawancara dan
oleh suami dan istrinya merasa cemburu, maka observasi yang dilakukan oleh peneliti, maka
suami biasanya melakukan tindakan kekerasan dapat disimpulkan bahwa kasus kekerasan
kepada istrinya. dalam rumah tangga (KDRT) yang
Salah satu kasus yang dilaporkan di diselesaikan melalui jalur hukum akan
Polrestabes Makassar dialami oleh ibu Irma diberikan sanksi sesuai dengan tindak
(korban) yang sering dipukuli dan dicekik oleh kekerasan yang dilakukan oleh pelaku sesuai
sang suami saat suami mabuk, kemudian dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004
karena suami melarangnya menggunakan tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
telepon seluler (handphone) serta karena Tangga. Ketentuan pidana untuk pelaku tindak
kecemburuan suaminya. Hal itulah yang kekerasan dalam rumah tangga sebagaimana
membuat korban melaporkan kasus kekerasan diatur dalam Pasal 44 sampai Pasal 50
dalam rumah tangga (KDRT) yang dialaminya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004
ke pihak kepolisian. tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga.
3. Penyelesaian Kasus Kekerasan dalam
Rumah Tangga (KDRT) yang b) Mediasi
Dilakukan oleh Pihak Kepolisian di Pengertian mediasi dalam kamus hukum
Kota Makassar Indonesia (Marbun, 2006: 168) adalah berasal
dari bahasa Inggris mediation yang berarti
Lahirnya Undang-undang Nomor 23 proses penyelesaian sengketa secara damai
Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan yang melibatkan bantuan pihak ketiga untuk
dalam Rumah Tangga (UU PKDRT) memberikan solusi yang dapat diterima pihak-
dilatarbelakangi oleh perkembangan dewasa pihak yang bersengketa. Keberhasilan biasanya
ini yang menunjukkan bahwa tindak kekerasan lebih banyak ditentukan oleh kemampuan
dalam rumah tangga pada kenyataannya sering berdiplomasi, kecakapan dalam memberikan
terjadi dalam kehidupan masyarakat, baik usulan-usulan yang sifatnya tidak memihak,
dalam bentuk kekerasan fisik, psikis, seksual kualitas serta netralitas pihak yang diminta
maupun penelantaran rumah tangga. Harapan untuk menjadi penengah.
UU PKDRT adalah masyarakat luas lebih bisa Kepolisian selalu berusaha untuk bersikap
melaksanakan hak dan kewajibannya dalam terbuka dan aktif dalam menangani kasus
lingkup rumah tangganya sesuai dengan dasar kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Jika
agama yang dianutnya. Penegak hukum dan dirasa bahwa korban kekerasan dalam rumah
aparat terkait dalam penanganan korban tangga (KDRT) tidak mengalami luka yang
kekerasan dalam rumah tangga akan lebih parah baik fisik maupun psikisnya, biasanya
sensitif dan responsif terhadap penanganan pihak polisi (penyidik) berusaha untuk
15

melakukan mediasi kepada pelaku dan korban dimintai keterangan, pelaku yang tidak hadir
untuk menghindari dampak terburuk dari saat dipanggil oleh penyidik, dan alamat
laporan kasus kekerasan dalam rumah tangga pelaku yang tidak diketahui, serta korban yang
(KDRT) seperti perceraian. tidak pro aktif.
Adapun mediasi yang dilakukan oleh
pihak kepolisian didasarkan pada KESIMPULAN DAN SARAN
pertimbangan bagi keutuhan rumah tangga
pelaku dan korban KDRT, di mana mediasi A. Kesimpulan
dilakukan untuk menghindari dampak terburuk Berdasarkan hasil analisa studi tentang
seperti perceraian dan bisa berdampak pada kekerasan dalam rumah tangga di Kepolisian
psikologis anak Resort Besar (Polrestabes) Kota Makassar,
Dari hasil mediasi tersebut, biasanya penulis menyimpulkan bahwa:
korban atau keluarganya mencabut pengaduan 1. Penyebab menurunnya laporan kasus
kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kekerasan dalam rumah tangga di
yang sudah diajukan ke kepolisian. Seperti Polrestabes Makassar diantaranya: a)
yang dialami oleh Ibu Hermita korban KDRT hukum atau undang-undang; b) penegak
yang melaporkan suaminya ke Polrestabes hukum; c) sarana atau fasilitas; dan d)
Makassar, akhirnya mencabut aduannya. masyarakat.
Selain itu, masih terdapat laporan/aduaan 2. Faktor penyebab seseorang melakukan
yang tidak dapat diteruskan untuk diproses kekerasan dalam rumah tangga di kota
sampai ke pengadilan karena alat bukti yang Makassar yaitu: a) faktor ekonomi dan b)
tidak cukup atau korban yang berifat pasif. faktor perilaku misalnya perilaku buruk
Penanganan terhadap kasus tersebut juga pelaku (suami) yang pecandu alkohol
sepenuhnya tergantung pada korban. Karena (suka mabuk-mabukan) dan kecemburuan.
ada korban tidak mau melapor dan 3. Penyelesaian kasus kekerasan dalam
membiarkan dirinya menjadi korban, karena rumah tangga (KDRT) yang dilakukan
alasan tertentu. Namun ada juga korban yang oleh pihak kepolisian senantiasa melalui
mempunyai tekad yang kuat untuk dua cara, yaitu: a) jalur hukum dan b)
menyelesaikan masalah rumah tangga tersebut mediasi.
melalui jalur hukum. Oleh karena itu,
meskipun kekerasan dalam rumah tangga B. Saran
merupakan masalah sosial, di mana setiap 1. Kepada Pemerintah dalam hal ini
orang yang mengetahui terjadinya kekerasan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan
bisa melapor, sepenuhnya masih tergantung Anak, kiranya masih perlu meningkatkan
pada kehendak korban. Karena dalam sosialisai dengan cara yang lebih efektif
kenyataannya masih banyak korban kekerasan seperti melakukan kegiatan-kegiatan sosial
dalam rumah tangga yang mencabut dengan memberikan pemahaman kepada
laporannya ke polisi. (Soeroso, 2012: 119) masyarakat tentang pengertian, bahwa
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil tindak kekerasan dalam lingkup rumah
observasi dan data dokumentasi yang disajikan tangga adalah perbuatan yang dapat
pada hasil penelitian yang dilakukan di dihukum. Mengingat masih banyaknya
Polrestabes Makassar menunjukkan masih kasus kekerasan dalam rumah tangga yang
banyak pengaduan kekerasan dalam rumah terjadi di Indonesia khususnya di kota
tangga yang dicabut oleh korban karena Makassar. Selain itu, penting juga untuk
berbagai alasan. Diantaranya adalah karena mensosialisasikan tentang hak-hak para
korban hanya ingin memberikan efek jera korban, antara lain hak untuk melapor, hak
kepada pelaku agar tidak mengulangi tindakan untuk mendapatkan perlindungan, hak
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) lagi untuk mendapatkan pendampingan oleh
dan pelaku merupakan tulang punggung pekerja sosial atau hak untuk mendapat
keluarga. bimbingan rohani.
Adapun kendala yang dihadapi oleh pihak 2. Kepada pihak kepolisian, agar lebih
kepolisian dalam menangani kasus kekerasan memperhatikan kasus kekerasan dalam
dalam rumah tangga (KDRT) yaitu alat bukti rumah tangga sebagai suatu tindak pidana
yang kurang ataupun tidak cukup kuat, yang pelakunya harus dihukum sesuai
persoalan saksi yang susah dihadirkan untuk dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
16

2004 tentang Penghapusan Kekerasan HS, S. & Nurbani, E. S. 2013. Penerapan


dalam Rumah Tangga. Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan
3. Kepada masyarakat, agar kiranya lebih Disertasi. Jakarta: Rajawali Pers.
memperhatikan masyarakat di sekitarnya J. C. T. Simorangkir, dkk. 2008. Kamus
jika kiranya terjadi kekerasan dalam rumah Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
tangga, hendaknya melaporkan hal tersebut J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto. 2007.
ke pihak yang berwajib atau ke Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan.
petugas/pekerja sosial yang peduli akan Jakarta: Kencana.
nasib kaum perempuan. Martha, Aroma Elmina. 2015. Hukum KDRT.
Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Marbun, B.N. 2006. Kamus Hukum Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Masni. 2015. Peran Pengadilan Negeri
Balkis, Syarifah. 2008. Implementasi UU RI Terhadap Perlindungan Korban
No. 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah (KDRT) (Studi Kasus Pengadilan
Tangga di Kota Makassar (Studi Kasus Negeri Polman). Tesis. Tidak
di Wilayah Polresta Makassar Timur). diterbitkan. Makassar: Program
Tesis. Tidak diterbitkan. Makassar: Pascasarjana UNM.
Program Pascasarjana UNM. Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor:
Chazawi, Adami. 2013. Kejahatan Terhadap Ghalia Indonesia.
Tubuh dan Nyawa. Jakarta: Rajawali Nurlia. 2010. Penegakan Hukum Tindak
Pers. Kekerasan Terhadap Perempuan di Kota
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Makassar. Tesis. Tidak diterrbitkan.
Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Makassar: Program Pascasarjana UNM.
Jakarta: Balai Pustaka. Program Pascasarjana Universitas Negeri
Djannah, Fathul, et al. 2002. Kekerasan Makassar. 2012. Pedoman Penulisan
terhadap Istri. Yogyakarta: LKIS. Tesis dan Disertasi. Makassar: Badan
Echols, John M., Shadily, Hasan. 2005. Kamus Penerbit UNM.
Ingrris Indonesia. Jakarta: PT. Rahmat, Wahab. Tanpa tahun. Kekerasan
Gramedia. dalam Rumah Tangga: Perspektif
Edi, Cahyo & Iswahyudi, Didik. Kekerasan Psikologis dan Edukatif.
dalam Rumah Tangga (KDRT) Saraswati, Rika. 2009. Perempuan Dan
Bertentangan dengan Hak Asasi Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah
Manusia (HAM) Di Wilayah Kelurahan Tangga. Bandung: PT Citra Aditya
Turen. Bakti.
(http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/ Soekanto, Soerjono. 2014. Faktor-Faktor yang
jrnspirasi/article/viewFile/693/442, Mempengaruhi Penegakan Hukum.
Diakses 5 Juli 2017) Jakarta: Rajawali Pers.
Gosita, Arif. 1993. Masalah Korban Soeroso, Moerti Hadiati. 2010. Kekerasan
Kejahatan, Edisi Kedua. Jakarta: Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif
Akademika Pressindo. Yuridis-Viktimologis. Jakarta: Sinar
Gultom, Maidin. 2014. Perlindungan Hukum Grafika.
terhadap Anak dan Perempuan. Subhan, Zaituna. 2004. Kekerasan terhadap
Bandung: Refika Aditama. Perempuan. Yogyakarta: PT. LkiS
Harkrisnowo, Harkristuti. 2000. Hukum Pelangi Aksara.
Pidana dan Kekerasan terhadap Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian
Perempuan. Jakarta: KKCWPKWJ UI. Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Hasan, M. I. 2002. Pokok-pokok Materi Sulaeman, Munandar., Homzah, Siti. 2010.
Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Kekerasan Terhadap Perempuan
Bogor: Ghalia Indonesia. (Tinjauan dalam Berbagai Disiplin Ilmu
Hasbianto. 1998. Dibalik Keharmonisan & Kasus Kekerasan). Bandung: Refika
Rumah Tangga Kekerasan Terhadap Aditama.
Istri. Makalah Seminar Nasional
Kekerasan Terhadap Istri. Yogyakarta.
17

Susan, Novri. 2010. Pengantar Sosiologi Zuriah, N. 2009. Metodologi Penelitian


Konflik dan Isu-Isu Konflik Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi.
Kontemporer. Jakarta: Kencana. Jakarta: Bumi Aksara.
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan &
Kompilasi Hukum Islam. 2007.
Bandung: Citra Umbara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
13 Tahun 2006 tentang Perlindungan
Saksi dan Korban.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga. 2007.
Penerbit Permata Press.
Wahab, Rochmat. Kekerasan dalam Rumah
Tangga: Perspektif Psikologis dan
Edukatif.
(http://staffnew.uny.ac.id/upload/131405
893/penelitian/KEKERASAN+DALAM
+RUMAH+TANGGA(Final).pdf.,
Diakses 5 Juli 2017)
Yusuf, A. M. 2014. Metode Penelitian:
Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Kencana.
PERNYATAAN ARTIKEL BELUM PERNAH DIPUBLIKASIKAN

Saya, Auliya Rahmah

Nomor Pokok : 15B02107

Menyatakan bahwa artikel yang berjudul Studi Tentang Kekerasan dalam Rumah

Tangga di Kota Makassar merupakan karya asli. Seluruh ide yang ada dalam artikel ini,

kecuali yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide yang saya susun sendiri. Selain

itu, artikel ini belum di publikasikan sebelumnya di manapun dan dalam bentuk apapun.

Jika pernyataan di atas terbukti sebaliknya, maka saya bersedia menerima sanksi yang

ditetapkan oleh Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar.

Tanda Tangan (……………………) Tanggal, 19 Juli 2017

Anda mungkin juga menyukai