Anda di halaman 1dari 9

PERGESERAN NILAI DALAM PEROSESI NYONGKOLAN MASYARAKAT SASAK

LOMBOK
(Setudi di Dusun Tolot-Tolot , Kecamatan Pujut, Lombok Tengan).

Maerwan Yoga Pradana1 , Lalu Sumardi2


Fakultas Keguruana dan Ilmu Pendidikan ,UNRAM ,
yogapradana010502@gmail.com1, lalusumardi.fkip@unram.ac.id2

ABSTRAK ;

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagimana, (1) .Prosesi nyongkolan masyarakat sasak
Lombok, (2). Faktor-faktor apa saja yang menyebapkan pergeseran nilai dalam prosesi
nyongkolan. Jenis penelitian ini adalah penelitian etnografi. Sumber data dari penelitian ini di
peroleh dari informan yaitu masyarakat dusun Tolot-tolot, kec Pujut Lombk Tengah pada
umumnya yang memiliki adat prosesi nyongkolan. Metode pengumpulan data menggunakn
metode wawancara dan observasi ( pengamatan ). Adapunteknik analisis data model intraktif
yang di kembangkan oleh oleh Miles, Huberman & Saldana yang mencakup tiga tahapan yaitu:
reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan
(conclusion drawing). Berdasarkan metode tersebut di ketahui bahwa. Pergeseran nilai
nyongkolan sekarang ini tidak lagi seperti aslinya perubahan dalam tradisi nyongkolan terjadi
antara lain dari berubahnya tata cara proses nyongkolan, unsur-unsur yang berubah dan
menghilang, serta pemaknaan tradisi nyongkolan yang mulai berganti dari fungsi sosialnya yang
sakral menjadi sekedar hiburan dan upaya pelestarian tradisi kemudian penyebab pergeseran
nilai dalam prosesi nyongkolan dalam tradisi masyarakat, dusun Tolot-tolot kec, Pujut ( sasak
Lombok ) di akibatkan oleh beberapa faktor yaitu , faktor adanya kontak dengan budaya asing
(luar) , fakto rpengaruh perkembangan zaman , dan faktor system pendidikan formal yang maju
pada era sekarang ini.
Kata kunci: Nyongkolan, Sasak Lombok, Pergeseraan nilai

LATAR BELAKANG
Tradisi merupakan ciri khas dari suatu daerah atau tempat tinggal hal tersebut merupakan
keharusan untuk dilaksanakan oleh sekelompok masyarakat secara terus menerus atau secara
berulang-ulang dan turun menurun. Sama halnya dengan terdisi yang berada di Dusun Tolot-
tolot, Kec Pujut yang masih memegang tradisi Nyongkolan atau suatu proses perkawinan yang
masih dilestarikan oleh masyarakat setempat.Tradisi Nyongkolan ini merupakan rangkaian
proses perkawinan atau dalam bahasa Lombok (Sasak) Merariq, kegiatan ini berupa arak-arakan
kedua mempelai dari rumah mempelai pria kerumah mempelai wanita, dengan diiringi keluarga,
kerabat mempelai pria, pemangku adat, memakai baju adat, serta rombongan musik, yang
bertujuan untuk memberi tahukan kepada masyarakat bahwa telah terjadi suatu perkawinan, dan
untuk kedua mempelai dikemudian hari bahwa si laki-laki tidak lagi mengganggu atau main
mata dengan gadis-gadis lain karena ia telah berstatus sebagai suami orang, dan begitupun
sebaliknya. Selain itu juga tujuan dilaksanakannya nyongkolan adalah untuk mempererat tali
silaturahmi antara kedua belah pihak dan memperluas jaringan kekeluargaan dan supaya kedua
keluarga saling bertemu dan hingga saat ini tradisi nyongkolan masih dinlaksanakan oloh
masyarakat Sasak Lombok yang berada di dusun Tolot-tolot, Kec Pujut.
Sebelum di adakannya nyongkolan terlebih dahulu prosesi Merariq yang merupakan
tradisi suku Sasak Lombok khususnya Dususun Tolot-tolot, Kec Pujut dan untuk terjadinya suatu
perkawinan, perempuan yang mau dikawini harus dibawa lari terlebih dahulu, ini merupakan
tindakan yang legal dan dibenarkan secara hukum adat. Namun sebaliknya lamaran atau
pinanangan pada adat sasak Lombok ini tidak dianut karena anggapan pihak keluarga
perempuan melamar sama dengan meminta yang diartikan sama halnya dengan meminta barang
yang sangat berharga , hal ini yang membedakan eksistensi makna kawin lari pada suku-suku
lainnya yang bermakna buruk dan patut dihukum secara adat, sedangkan pada adat suku Sasak
Lombok Merariq justru hukum adat menganjurkan untuk dilakukan, bila tidak sebaliknya
berimplikasi buruk pada kehidupan sosial kemasyarakatan adat tersebut, hal ini berkaitan erat
dengan hukum adat setempat.Bagi masyarakat Sasak Lombok.
Tradisi khas Sasak Lombok yang juga di tampilkan dalam pawai budaya adalah
nyongkolan. Nyongkolan merupakan prosesi yang dilakukan oleh sepasang pengantin usai
upacara perkawinan. Prosesi Nyongkolan dilakukan dengan mengenakan busana adat yang khas,
pengantin dan keluarga yang di temani oleh tokoh agama, tokoh masyarakat atau pemuka adat
beserta sanak saudara, berjalan keliling desa. Tradisi ini juga merupakan sebuah bentuk
pengumuman bahwa pasangan tersebut telah resmi menikah. Peserta iring-iringan tersebut
haruslah mengenakan pakaian khas adat suku Sasak, untuk peserta wanita menggunakan baju
lambung (kadang-kadang juga menggunakan baju kebaya), Kereng Nine/kain songket (sarung
khas Lombok), sanggul (penghias kepala), anting dan aksesoris lainnya. Bagi pengiring laki-laki
menggunakan baju model jas berwarna hitam (atau variasi) yang dijuluki tegodek nongkeq,
kereng selewoq poto (sarung tenun panjang khas Lombok) dan sapuk (ikat kepala khas Lombok).
Pergeseran nilai dalam prosesi nyongkolan masyaraakat Sasak Lombok, Dusun Ttolo-
tolot, Kec Pujut Lombk Tengah sudah banyak pergeserannya dari waktu ke waktu yaitu terdapat
perubahan pola tradisi nyongkola,baik perubahan sosial dan struktural, yaitu setelah saya
mengamati dan mewancarai tokoh adat di Dusun Tolot-tolot Kec Pujut,” ketika waktu dulu
semua warga dusun wajib ikut prosesi nyongkolsn dalam satu keluarga wajib ada perwakilan
ikut dalam acara nyongkolan sesuai peraturan yang disepakat oleh warga dusun ( Awik-awik )
dan selalu di patuhi oleh semua warga, akan tetapi di era sekarang perubahan struktural
nyongkolan meliputi perubahan status dan peran anggota nyongkolan nya sudah tidak
diperhatikan dilihat semakin sedikit yang ikut pergi nyongkolan dan hanya menggap nyongkolan
sebagai hiburan semata, sedangkan perubahan material kultural meliputi perubahan pakaian yaitu
ketika dahulu semua warga haurus memaikai busana adat yang khas ketika nyongkolan yaitu
Laki-laki (Terunenya) memaikai baju hitem (Tegodek nungkek), lengkap dodot songket dan
bekireng poto kain khas sasak, kemudian wanita (Dedarenya) memakai pakaian adat lambung
dan kain songket, akan tetapi sekaarang wanita hanya memperhatikan tata rias wajah peralatan
dan perlengkapan sudah tidak di perhatikan dan perubahan kultural inmaterial meliputi
perubahan nilai dulu begitu sacral dan sekarang warga hanya menggapnya hiburan, norma dan
makna pakaian sudah tidak di perhatikan di lihat sekarang ketika nyongkolan banyakyang
memakai baju kaos, tata riasnya sudah moderen, peralatan dan perlengkapan yang digunakan
pada pelaksanaan nyongkolan seperti sekrang iringannya lebih suka menggunakan Kecimol yang
menimbulkan banyak kerusuhan dan perkelahiaan karena ketidak teraturan dan saling senggol
menyenggol.
Perubahan pola tradisi nyongkolan disebabkan karena adanya regenerasi penduduk
inovasi budaya dan akulturasi budaya, perubahan dalam tradisi nyongkolan terjadi antara lain
dari berubahnya tata cara proses nyongkolan, unsur-unsur yang berubah dan menghilang, serta
pemaknaan tradisi nyongkolan yang mulai berganti dari fungsi sosialnya yang sakral menjadi
sekedar hiburan dan upaya pelestarian tradisi. Nyongkolan kalo kita liat sekarang begitu banyak
perubahan-perubahan dalam proses pelaksanaanya, pakaian yang digunakan. Sekarang
pelaksanaan Nyongkolan lebih ke unsur modern itu di sebabkan karena masyarakat Sasak begitu
mudah menerima perubahan . Faktor-faktor yang menyebapkan pergeseran nilai dalam prosesi
nyongkolan antara lain

 Sistem Pendidikan Formal yang Maju


Tingginya pendidikan dan pemahaman tentang budaya akan membuat masyarakat di Dusun
Tolot-tolot,Kec Pujut khusunya masyarakat Sasak semakin kritis sehingga kepercayaan akan
tradisi atau kebiasaan-kebiasaan nenek moyang yang dulunya masih dipercayai lambat laun akan
memudar dikarenakan pola pikir masyarakat yang rasional dan objektif seperti dalam tradisi
nyongkolan seekarang ini yang di mana banyak pemuda yang menempuh pendidikan diluar
daerah sehingga kebiasaan tentang tradisi lambat laaun akan memudar.

 Perkembangan Zaman (Globalisasi)


Perkembangan zaman mempengaruhi pola pikir masyarakat untuk melakukan perubahan ke
arah yang lebih modern akibatnya kebudayaan yang mereka miliki dianggap sudah sangat
tradisional dan ketinggalan zaman dan lambat laun akan mereka ganti dengan budaya yang lebih
modern seperti dalam adat nyongkolan yaitu caara berpakayannya sudah mengalmi perubahan
yang dimana tidak menggunakan baju adat melainkan kaos dan perkembangan zaman membuat
fesiom seseorang pun selalu berkeembang.

 Percampuran Budaya
Di Indonesia banyak terjadi percampuran budaya dengan budaya-budaya asing dan budaya
agama yang mulai masuk perlahan-lahan. Percampuran budaya terjadi karena adanya akulturasi
dan asimilasi dalam masyarakat. Di mana akulturasi merupakan percampuran dua kebudayaan
atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi antara proses masuknya pengaruh
budaya asing dalam suatu masyarakat.Asimilasi merupakan proses masuknya kebudayaan baru
yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif, sehingga sifat khas dari unsur-unsur
kebudayaan itu masingmasing berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan campura begitupun
dalam adat nyongkolan ketika kedua mempelai pengantin berbeda kebudayaan pasti ada
perubahan baik dari segi berpakayan dan pengiringan pelaksanaanya dan masih banyak factor
yang lainnya.

METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis.Penelitian kualitatif yaitu menekankan pada keaslian, tidak bertolak balik dari teori secara
deduktif (a priori) melainkan berangkat dari fakta sebagaimana adanya.Rangkuman fakta yang
dilakukan, dan disajikan menghasilkan teori. Penelitian kualitatif berusaha memahami facta yang
ada di balik kenyataan, yang dapat diamati atau diindra secara langsung. Dalam istilah metode
ini, fakta yang berada yang berada di balik kenyataan langsung disebut verstehen (Maryaeni,
2005: 3). Sejalan dengan hal tersebut, verstehen sendiri seperti dijelaskan Kuntowijoyo (2008)
dan Hardiman (2003), merupakan pengalaman “dalam” yang menembus jiwa dan seluruh
pengalaman kemanusiaan. Demikian juga Max Weber (Kuswarno, 2009) menjelaskan
versetehen mengarah pada suatu tindakan bermotif demi tujuan yang hendak dicapai, sebagai
salah satu metode untuk memahami motif dan makna di balik tindakan manusia.
Adapun Metode penlitian yang digunakan untuk mencari penyelesaian permasalahan
maka penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian
kualitatif merupakan suatu cara untuk mendapatkan atau mendekati persoalan secara etnografi,
dalam penerapannya menekankan pada kelompok budaya dalam konteks natural selama periode
tertentu, dengan tujuan mengetahuai budaya kelompok tersebut. Etnografi merupakan salah satu
jenis penelitian kulitatif yang banyak berkaitan dengan antropologi. (Afifuddin dan Saebani,
2009:86).
Sumber data adalah dari mana data dan informasi diperoleh seorang peneliti. Menurut
Arikunto, sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti
menggunakan kuesioner atau wawancara maka sumber data disebut responden, yaitu orang-
orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis
maupun lisan.
Teknik pengumpulan data di dalam penelitian ini menggunakan dua Teknik yaitu (1).
Wawancara yang dilakukan secara mendalam dan tidak terstruktur seperti yang disarankan oleh
cresswel (2010:267), dengan Teknik wawancara seperti ini, informan diharapkan bisa lebih
terbuka didalam menjawab dan memberikan pendapatnya terhadap semua masalah dan
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Instrumen yang digunakan merupakan pedoman
dalam wawancara yang tidak terstruktur yang hanya berisi pertanyaan-pertanyaan umum yang
disesuaikan dengan masalah yang akan diteliti. (2). Observasi yang merupakan proses
pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan secara langsung atau dengan bertemu
langsung dengan informan yaitu masyarakat yang pernah merasakan langsung adanya pergeseran
nilai dalam prosesi nyongkolan yang tidak sesakral dulu yang juga disertai dengan pengumpulan
data atau dengan mencatat setiap tingkah dan aktivitas dari informan yang diteliti.
Teknik analisis data yang digunakan adalah Teknik analisis data model interaktif seperti
yang telah diungkapkan oleh Miles, Huberman & Saldana yang mencakup tiga tahapan yaitu:
reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan
(conclusion drawing) (Miles, Huberman & Saldana, 2014:8-9). Reduksi data merupakan suatu
tahap yang memfokuskan pada pemilihan dan pemisahan dari semua data yang dihasilkan agar
lebih singkat yang kemudian disesuaikan Kembali dengan hal yang dibutuhkan didalam
penelitian sehingga siap untuk disajikan. Penyajian data merupakan suatu proses Menyusun
Kembali semua hasil penelitian secara sistematis agar lebih ter urut sehingga peneliti bisa lebih
memahami hal apa yang akan terjadi dan mempermudah peneliti didalam Menyusun rencana
berikutnya yaitu mengambil kesimpulan. Adapun kesimpulan merupakan suatu proses yang
dilakukan untuk mengambil dan mengumpulkan makna dari semua data yang telah ada dan
kemudian dengan bukti yang tentunya lebih valid yang ditemukan dari hasil di lapangan.
Kemudian data dianalisis menggunakan tehnik model alir atau 3 tahap menurut milles dan
Huberman (L.Sumardi) hasil analisis data menunjukan bahwa pola komunikasi yang dilakukan
masyarakat adat dusun Tolot-Tolot, Kec Pujut tentang pergeseran nilai dalam tradisi nyongkolan
pola komunikasih satu arah dan dua arah dengan pola komunikasi ini maka proses komunikasi
yang berlangsung akan lebih baik dan intensif dalam hal penyampaian pesan di tengah-tengah
kehidupan masyarakat. Hambatan-hambatan yang menjadi penghambat dalam berkomunikasi di
tengah-tengah tradisi masyarakat ialah hambatan fisik dalam hal ini pergeseran nilai nilai seperti
perubahan cara berpakiyan, hambatan kepribadian dalam hal ini sikap dan perilaku, seperti
kurang kompaknya dan terjadi keributan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam penelitian ini menunjukan, tradisi Nyongkolan adalah suatu proses perkawinan
yang masih dilestarikan oleh masyarakat setempat.Tradisi Nyongkolan ini merupakan rangkaian
proses perkawinan atau dalam bahasa Lombok (Sasak) Merariq, kegiatan ini berupa arak-arakan
kedua mempelai dari rumah mempelai pria kerumah mempelai wanita, dengan diiringi keluarga,
kerabat mempelai pria, pemangku adat, memakai baju adat, serta rombongan musik, yang
bertujuan untuk memberi tahukan kepada masyarakat bahwa telah terjadi suatu perkawinan, dan
untuk kedua mempelai dikemudian hari bahwa si laki-laki tidak lagi mengganggu atau main
mata dengan gadis-gadis lain karena ia telah berstatus sebagai suami orang, dan begitupun
sebaliknya. Selain itu juga tujuan dilaksanakannya nyongkolan adalah untuk mempererat tali
silaturahmi antara kedua belah pihak dan memperluas jaringan kekeluargaan dan supaya kedua
keluarga saling bertemu dan hingga saat ini tradisi nyongkolan masih dinlaksanakan oloh
masyarakat Sasak Lombok yang berada di dusun Tolot-tolot, Kec Pujut.
Hasil studi penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan dalam tradisi nyongkolan
terjadi antara lain dari berubahnya tata cara proses nyongkolan, unsur-unsur yang berubah dan
menghilang, serta pemaknaan tradisi nyongkolan yang mulai berganti dari fungsi sosialnya yang
sakral menjadi sekedar hiburan dan upaya pelestarian tradisi. Penyebab berubahnya tradisi
nyongkolan diakibatkan oleh faktor internal dan eksternal. Arus dan nilai budaya yang
meningkat akibat pengaruh penjelajahan penjelajahan-angsur menggerus tradisi nyongkolan dan
budaya tradisional suku bangsa Sasak di daerah perkotaan. Penyebab berubahnya tradisi
nyongkolan diakibatkan oleh faktor internal dan eksternal. Arus dan nilai budaya yang
meningkat akibat pengaruh penjelajahan penjelajahan-angsur menggerus tradisi nyongkolan dan
budaya tradisional suku bangsa Sasak di daerah perkotaan. Penyebab berubahnya tradisi
nyongkolan diakibatkan oleh faktor internal dan eksternal
Dalam pembahasan ini akan di jelaskan tentang Perubahan pola tradisi nyongkolan
disebabkan karena adanya regenerasi penduduk inovasi budaya dan akulturasi budaya,
perubahan dalam tradisi nyongkolan terjadi antara lain dari berubahnya tata cara proses
nyongkolan, unsur-unsur yang berubah dan menghilang, serta pemaknaan tradisi nyongkolan
yang mulai berganti dari fungsi sosialnya yang sakral menjadi sekedar hiburan dan upaya
pelestarian tradisi. Nyongkolan kalo kita liat sekarang begitu banyak perubahan-perubahan
dalam proses pelaksanaanya, pakaian yang digunakan. Sekarang pelaksanaan Nyongkolan lebih
ke unsur modern itu di sebabkan karena masyarakat Sasak begitu mudah menerima perubahan .
Faktor-faktor yang menyebapkan pergeseran nilai dalam prosesi nyongkolan antara lain, faktor
adanya kontak dengan budaya asing (luar), fakto rpengaruh perkembangan zaman , dan faktor
system pendidikan formal yang maju pada era sekarang ini.
Pergeseran nilai dalam prosesi nyongkolan masyaraakat Sasak Lombok, Dusun Ttolo-
tolot, Kec Pujut Lombk Tengah yaitu sudah banyak dari waktu ke waktu yaitu terdapat
perubahan pola tradisi nyongkola,baik perubahan sosial dan struktural, yaitu setelah saya
mengamati dan mewancarai tokoh adat di Dusun Tolot-tolot Kec Pujut,” ketika waktu dulu
semua warga dusun wajib ikut prosesi nyongkolsn dalam satu keluarga wajib ada perwakilan
ikut dalam acara nyongkolan sesuai peraturan yang disepakat oleh warga dusun ( Awik-awik )
dan selalu di patuhi oleh semua warga, akan tetapi di era sekarang perubahan struktural
nyongkolan meliputi perubahan status dan peran anggota nyongkolan nya sudah tidak
diperhatikan dilihat semakin sedikit yang ikut pergi nyongkolan dan hanya menggap nyongkolan
sebagai hiburan semata.
Sedangkan perubahan material kultural meliputi perubahan pakaian yaitu ketika dahulu
semua warga haurus memaikai busana adat yang khas ketika nyongkolan yaitu Laki-laki
(Terunenya) memaikai baju hitem (Tegodek nungkek), lengkap dodot songket dan bekireng poto
kain khas sasak, kemudian wanita (Dedarenya) memakai pakaian adat lambung dan kain
songket, akan tetapi sekaarang wanita hanya memperhatikan tata rias wajah peralatan dan
perlengkapan sudah tidak di perhatikan dan perubahan kultural inmaterial meliputi perubahan
nilai dulu begitu sacral dan sekarang warga hanya menggapnya hiburan, norma dan makna
pakaian sudah tidak di perhatikan di lihat sekarang ketika nyongkolan banyakyang memakai baju
kaos, tata riasnya sudah moderen, peralatan dan perlengkapan yang digunakan pada pelaksanaan
nyongkolan seperti sekrang iringannya lebih suka menggunakan Kecimol yang menimbulkan
banyak kerusuhan dan perkelahiaan karena ketidak teraturan dan saling senggol menyenggol saat
berjoget. Perubahan pola tradisi nyongkolan disebabkan karena adanya regenerasi penduduk ,
inovasi budaya dan akulturasi budaya. Nyongkolan kalo kita liat sekarang begitu banyak
perubahan-perubahan dalam proses pelaksanaanya.
KESIMPULAN
Nyongkolan merupakan sebuah tradisi sakral dimana pengantin yang telah menikah diarak
oleh masyarakat ramai menuju rumah pengantin perempuan. Hal tersebut bertujuan untuk
mengabarkan bahwa pasangan pengantin sudah menjadi suami dan istri yang sah. Selama prosesi
nyongkolan ini, pengantin diiringi oleh pemuda dan pemudi, keluarga, anak-anak bahkan hampir
dari semua kalangan masyarakat. Perkembagan zaman telah membawa perubahan-perubahan
dari segala bidang termasuk dalam hal kebudayaan Nyongkolan yang ada di masyarakat Sasak.
Mau tidak mau kebudayaan yang dianut oleh masyarakat Sasak akan mengalami pergeseran dan
perubahan seiring dengan berkembangnya zaman. Pergeseran nilai dalam prosesi nyongkolan
masyaraakat Sasak Lombok, Dusun Ttolo-tolot, Kec Pujut Lombk Tengah yaitu sudah banyak
dari waktu ke waktu yaitu terdapat perubahan pola tradisi nyongkola,baik perubahan sosial dan
structural, perubahan dalam tradisi nyongkolan terjadi antara lain dari berubahnya tata cara
proses nyongkolan, unsur-unsur yang berubah dan menghilang, serta pemaknaan tradisi
nyongkolan yang mulai berganti dari fungsi sosialnya yang sakral menjadi sekedar hiburan dan
upaya pelestarian tradisi.

DAFTAR PUSTAKA

Pradana, Ayang, Tuty Maryati & I Ketut Margi, “Pemertahanan Tradisi Kawin Lari Suku
Sasak Di Desa Sade , Pujut, Lombok Tengah Dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Ips Di
Smp Negeri 2 Pujut, Berbasis Kurikulum 2006”, Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah,
5(2) (2017), h. 1-12.

Departemen Pendidikan & Kebudayaan. Adat Dan Upacara Perkawinan Nusa Tenggara
Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979
Abdul Rahim, Negosiasi Atas Adat Dalam Sistem Pelaksanaan Tradisi Nyongkolan
Sasak Lombok, Jurnal kawistara, Vol. 9, Nomer. 1, April 2019.

Dian Eka Mayasari, Adat Kawin Lari “Merarik” Dalam Masyarakat Suku Sasak Di Desa
Lendang Nangka, Vol. 1, Nomer. 1, Desember 2016.

Afifudin, Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Pustaka


Setia, 2012

H.Sainun, Tradisi Merari‟ Potret Asimilasi Pernikahan Masyarakat Sasak, Penerbit


Institut Agama Islam Negeri
I Wayan Suca Sumadi, dkk.Tradisi Nyongkolan dan Eksistensinya di pulau Lombok,
Yogyakarta: Ombak, 2013
Jalaludin Arzaki, Busana Adat Sasak, Penerbit KSU “Prima Guna”, 2014
Kaharuddin Sulkad, Merarik Pada Masyarakat Sasak, Yogyakarta: Penerbit Ombak,
2013, h. 123. eri (IAIN) Mataram, 2016
Lexi J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006
Muhammad Azwadi, Pandangan Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat Terhadap
Eksistensi Budaya Nyongkolan (Studi Kasus di Desa Sesela Kecamatan Gunung Sari Lombok
Bara), (Skripsi, IAIN Mataram, 2013
Moleong, Metode Penelitian KualitatifBandung: PT Rosda Karya, 1988
Sudirman, dkk, Prosesi Perkawinan Adat Sasak , Mataram: PUSAKANDA kerjasama
KSU PRIMAGUNA, 2014
Syahrul Maliki, Perilaku Remaja Dalam Tradisi Nyongkolan Di Desa Gelangsar
Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat, Skripsi, IAIN Mataram, 2013.

Anda mungkin juga menyukai