Anda di halaman 1dari 16

TINGKAT KESENJANGAN PENDIDIKAN: ANGKA ANAK PUTUS SEKOLAH DI

NEGARA-NEGARA KAWASAN ASIA TENGGARA

NAMA : SULASTRI NOVI MARDIANA


NIM : L1A020112
MATA KULIAH : REGIONALISME
DOSEN PENGAMPU : HEAVY NALA ESTRIARINI, S. IP., M. Hub. Int.

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah bagian dari hak yang dijamin dan dipenuhi oleh pemerintah dan
termuat serta termasuk dalam bagian dari hak asasi manusia. Pendidikan sendiri diformulasikan
untuk penggerak pembanguann yang kuat, dan salah satu instrumen terkuat yang diharapkan
untuk mengurangi kemisikinan, meningkatkan kesehatan, kesetaraan gender, perdamaian,
stabilitas, serta difungsikan untuk dapat mengangkat setiap derajat individu.1 Menurut World
Bank seperti yang dijelaskan diawal bahwa pendidikan termasuk dalam bagian hak asasi
manusia. Artinya apabila kita maknai kembali secara luas dan mendalam bahwa setiap individu
dan manusia di seluruh dunia berhak mendapat akses pendidikan. Karena pendidikan telah
dijamin dan sebagian besar biaya pendidikan telah ditanggung pemerintah, misalkan di Indonesia
pemerintah memberikan bantuan pendidikan melalui dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah).
Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) merupakan dana dari pemerintah untuk membantu
dan meringankan biaya sekolah-sekolah di Indonesia agar memberikan pembelajaran secara
optimal. Dana yang diberikan diperuntukkan untuk keperluan sekolah, pemeliharaan sarana dan
prasarana sekolah, dan membeli alat multimedia dan yang lainnya untuk menunjang untuk
menunjang kegiatan belajar-mengajar.2 Hal ini sekedar gambaran bagaimana setiap pemerintah
di negara-negara lain juga sebagian besar melakukan hal yang sama.
Berhubung pendidikan merupakan bagian dari hak asasi manusia, maka dalam hak anak
juga terdapat peraturan yang mengatur bagaimana pendidikan itu penting dan diatur dalam
sebuah konvensi internasional yakni Convention on the Right of the Child (CRC). Dalam
Convention on the Right of the Child (CRC) hak untuk mengakses pendidikan termuat dalam hak
ke-28 tentang hak mengakses pendidikan. Dalam hak tersebut dijelaskan bahwa: “setiap anak
berhak mendapat pendidikan. Pendidikan dasar harus gratis. Pendidikan menengah dan tinggi
harus tersedia untuk setiap anak. Anak-anak harus didorong untuk bersekolah setinggi mungkin.

1
“Education,” World Bank, 2022, https://www.worldbank.org/en/topic/education/overview.
2
“Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS),” Kementerian Keuangan RI, 2022,
https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/pontianak/id/data-publikasi/berita-terbaru/2927-dana-bantuan-operasional-
sekolah-bos.html#:~:text=Dana BOS adalah program yang,dana BOS yakni berbentuk dana.
Disiplin di sekolah harus menghormati hak-hak anak dan tidak pernah menggunakan
kekerasan”.3 Konvensi anak kemudian secara jelas mengatur agar pendidikan anak di seluruh
dunia dapat terjamin dan semua anak merasakan pendidikan. CRC atau lebih dikenal juga
dengan UN-CRC berada dibawah PBB.
Sebagian orang menganggap bahwa pendidikan sangat penting yang akan mengantarkan
individu untuk lebih mudah dalam mencari dan mendapatkan peluang pekerjaan, pendapatan,
kesehatan, bahkan mampu untnuk mengentaskan kemiskinan. Selain itu juga pendidikan mampu
untuk mendorong jangka Panjang, memacu inovasi, memperkuat institusi, dan mendorong
kohesi sosial.4 Faktor-faktor tersebut mampu diatasi oleh pendidikan dikarenakan setiap penstudi
akan mampu memberikan output dan pembaharuan terhadap setiap struktur kehidupan. Pada
tulisan ini, penulis ingin melihat tingkat kesenjangan pendidikan anak yang putus sekolah
dengan menegelompok angka anak perempuan yang putus sekolah dan angka anak laki-laki yang
putus sekolah khususnya di Indonesia. Tulisan ini kemudian menjadi begitu penting untuk dikaji
karena akan melihat kesenjangan pendidikan yang terjadi di Indonesia. Dalam hal ini
kesenjangan mengarah pada bagaimana pendidikan yang telah dicanangkan secara gratis dan
dipermudah oleh pemerintah masih memperlihatkan dan menunjukkan jumlah angka anak yang
putus sekolah. Terlebih lagi dalam tulisan ini akan menunjukkan hasil penelitian terkait angka
anak yang putus sekolah antara perempuan dan laki-laki. Dengan kata lain penulis ingin secara
spesifik melihat dan membandingkan jumlah anak perempuan dan laki-laki dalam bentuk angka
persentasenya.
POSISI TESIS
Pada sub-bab ini akan dibahas terkait dengan spesifikasi kesenjangan pendidikan di
Indonesia. Akan melihat sebab-sebab anak-anak yang terputus sekolahnya dengan cara mengkaji
dan menelaah faktor-faktor kesenjangan pendidikan apakah anak-anak yang terputus sekolahnya
disebabkan oleh faktor internal (dari dalam diri mereka) ataukah secara eksternal (karena
minimnya dan sulitnya mengakses pendidikan itu sendiri). Seperti yang kita ketahui bahwa di
Indonesia sendiri sebagai negara kepulauan yang tersebar dan bersifat terpisah-pisah memiliki
kesenjangan tidak hanya dalam aspek pendidikan, melainkan aspek yang lainnya seperti
pembanguan dan pemerintahan pun demikian. Sehingga penulis dalam sub-bab ini alangkah
baiknya untuk menunjukkan makna kesenjangan pendidikan itu sendiri. Kesenjangan pendidikan
yang dapat kita saksiskan di negara-negara Asia Tenggara masih dapat dikatakan sangat tinggi
terlebih lagi secara garis besar negara-negara di Asia Tenggara merupakan negara yang
berkembang. Mungkin kesenjangan pendidikan yang paling rendah di Asia Tenggara bis akita
lihat di Singapura saja yang memiliki akses pendidikan yang standar dengan angka anak yang
putus sekolah paling rendah diantara negara Asia Tenggara yang lainnya. Kesenjangan
pendidikan lebih banyak terjadi di negara berkembang karena terbatasnya kemampuan
3
“The Convention on the Rights of the Child: The Children’s Version,” Unicef Indonesia, 2018,
https://www.unicef.org/indonesia/convention-rights-child-childrens-version#:~:text=The United Nations
Convention on,and the responsibilities of governments.
4
“The Convention on the Rights of the Child: The Children’s Version.”
pemerintah untuk melakukan pemerataan sarana pendidikan itu sendiri, sehingga sumber daya
manusia dan dana pendidikan juga turut tidak merata.5 Seperti halnya kesenjangan pendidikan di
Indonesia yang masih tinggi yang terlihat pada daerah-daerah pedalaman dan daerah 3T
(terdepan, terluar, dan tertinggal). Dengan demikian, penulis ingin menegaskan kembali bahwa
kesenjangan pendidikan di negara-negara kawasan Asia Tenggara masih terbilang cukup tinggi
terutama dalam angka anak yang terputus sekolahnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
berdasarkan data dari World Bank terkait dengan data anak yang putus sekolah ditingkat sekolah
dasar (SD), penulis pada bagian ini ingin menanmpilkan data-data anak yang putus sekolah di
tingkat sekolah dasar dalam ruang lingkup East Asia and Pacific yang terdiri dari negara-negara
Asia Tenggara: Indonesia, Vietnam, Filiphina, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam,
Malaysia, Kamboja, Myanmar, Laos, Timor Leste, dan negara lainnya seperti: Palau, Vanuatu,
Fiji, Micronesia, Marshall Island, Nauru, Papua Nugini, Tuvalu, Kiribati, Australia, Hon Kong,
China, Taiwan, Mongolia, Korea Selatan, Korea Utara, New Zealand, Solomon Islands, Tonga,
Samoa, American Samoa, Guam, Jepang, Pulau Mariana Utara, New Caledonia, dan French
Polenesia. Maksud daripada penulis menjabarkan seluruh daftar negara yang terdapat di Asia
Timur dan Pasifik adalah untuk mengetahui bahwa data yang didapatkan dari World Bank terkait
dengan anak yang putus sekolah ditingkat sekolah dasar (SD) semuanya dikelompokkan dalam
satu data. Adapun data-data yang ingin ditampilkan oleh penulis secara berurut diantaranya
adalah: data berupa grafik yang mencakup seluruh negara Asia Timur dan Pasifik terkait dengan
hasil yang menunjukkan anak yang terputus sekolahnya ditingkat sekolah dasar/primary (SD),
data anak perempuan yang terputus sekolahnya ditingkat sekolah dasar/primary (SD) di setiap
negara kawasan Asia Tenggara, dan data anak laki-laki yang terputus sekolahnya ditingkat
sekolah dasar/primary (SD) di setiap negara kawasan Asia Tenggara dengan rentang waktu
(tahun) dari tahun 2010-2020.
A. Data Grafik Anak Putus Sekolah di Asia Timur dan Pasifik:

B. Data Grafik Anak Perempuan Putus Sekolah di Asia Timur dan Pasifik:
5
Ari Dwi Handoyo and Zulkarnaen, “Faktor-Faktor Penyebab Pendidikan Tidak Merata Di Indonesia,” Prosiding
Seminar Nasional 1, no. 1 (2019): 21–24, https://bimawa.uad.ac.id/wp-content/uploads/Paper-Seminar-Nasional-
2.pdf.
C. Data Grafik Anak Laki-laki Putus Sekolah di Asia Timur dan Pasifik:

D. Data Grafik Anak Putus Sekolah di Indonesia:


-Perempuan

- Laki-laki

E. Data Grafik Anak Putus Sekolah di Malaysia:


- Perempuan

- Laki-laki

F. Data Grafik Anak Putus Sekolah di Singapura:


- Perempuan

- Laki-laki
G. Data Grafik Anak Putus Sekolah di Thailand:
- Perempuan

- Laki-laki

H. Data Grafik Anak Putus Sekolah di Filiphina:


- Perempuan

- Laki-laki

I. Data Grafik Anak Putus Sekolah di Vietnam:


- Perempuan

- Laki-laki
J. Data Grafik Anak Putus Sekolah di Brunei Darussalam:
- Perempuan

- Laki-laki
K. Data Grafik Anak Putus Sekolah di Kamboja:
- Perempuan

- Laki-laki

L. Data Grafik Anak Putus Sekolah di Myanmar:


- Perempuan
- Laki-laki

M. Data Grafik Anak Putus Sekolah di Laos:


- Perempuan

- Laki-laki

N. Data Grafik Anak Putus Sekolah di Timor Leste:


- Perempuan

- Laki-laki

Berdasarkan keseluruhan data grafik tentang anak putus sekolah ditingkat sekolah
dasar/primary (SD) dalam rentang waktu 2010-2020 di Asia Timur dan Pasifik dengan satuan
angka dalam (million atau juta) penulis selanjutnya akan mengelompokkan dan menyajikan hasil
analisis berdasar data tersebut. Alasan penulis mengambil data di Asia Timur dan Pasifik, karena
dalam data terkait pendidikan di World Bank tidak tersedia data dengan wilayah spesifik di Asia
Tenggara. Walaupun konsekuensinya penulis tidak mengetahui secara pasti jumlah keseluruhan
pelajar yg terkhusus di Asia Tenggara. Oleh Karena itulah penulis mengambil sampel di Asia
dan Pasifik. Kemudian penulis akan menjabarkan uraian hasil data sebagai berikut:
A. Hasil Analisis Grafik Anak Putus Sekolah di Asia Timur dan Pasifik:
Pada tahun 2010 angka anak secara keseluruhan di Asia Timur dan Pasifik yang
terputus sekolahnya ditingkat sekolah dasar mencapai angka 3.4%. Tahun 2011 angka anak
yg putus sekolah kemudian menurun dari tahun sebelumnya mencapai sekitar 3.3.2%.
Tahunn 2012 angka anak yang putus sekolah 3.3.%. Tahun 2013 angka anak putus sekolah
3.5%. tahun 2014 anak yang putus sekolah 3.4%. tahun 2015 anak yang putus sekolah 3.3%.
Tahun 2016 anak yang putus sekitar sekolah 3.3.8%. Tahun 2017 anak yang putus sekolah
lebih dari 3.2.%. Tahun 2018 anak yang putus sekolah sekitar 3.1.7%. Tahun 2019 anak yang
putus sekolah 3.2.8%. Tahun 2020 anak yang putus sekolah sekitar 3.2.2%. Dapat
disimpulkan bahwa angka terbesar anak yang putus sekolah terjadi pada tahun 2013 dan
terendah tahun 2018.
B. Hasil Annalisis Grafik Anak Perempuan Putus Sekolah di Asia Timur dan Pasifik:
Berdasarkan data pada grafik pada tahun 2010 terdapat 2, 973557 pelajar ditingkat
sekolah dasr putus sekolah di seluruh negara Asia Timur dan Pasifik. Pada tahun 2011
sebanyak 2,573,188 putus sekolah cukup rendah disbanding tahun 2010. Pada tahun 2012
sebanyak 2,883,513 yang putus sekolah. Pada tahun 2013 sebanyak 2,887,810 yang terputus
sekolah. Pada tahun 2014 sebanyak 2,949,518 yang putus sekolah. Pada tahun 2015 sebanyak
2,990,473 yang putus sekolah. Pada tahun 2016 sebanyak 3,193,902 yang putus sekolah.
Pada tahun 2017 sebanyak 3,067,963 yang putus sekolah. Pada tahun 2018 sebanyak
2,076,328 yang putus sekolah. Pada tahun 2019 sebanyak 3, 203,703 yangputus sekolah. Dan
pada tahun 2020 sebanyak 3,176,263 yang putus sekolah. Berdasarkan data tersebut bahwa
pada tahun 2019 justru angka anak putus sekolah paling tinggi dan pada tahun 2010 angka
anak yang putus sekolah paling rendah.
C. Hasil Annalisis Grafik Anak Laki-laki Putus Sekolah di Asia Timur dan Pasifik:
Sama seperti bagian sebelumnya, pada bagian ini penulis akan melihat angka anak
laki-laki yang putus sekolah di kawasan Asia dan Pasifik. Dengan begini dapat lebih mudah
untuk mengetahui manakah yang lebih tinggi angka anak yang putus sekolaha antara
perempuan ataukah laki-laki. Dengan uraian sebagai berikut: pada tahun 2010 sebanyak
3,334,043 anak laki-laki putus sekolah. Pada tahun 2011 sebanyak 3,436,527 anak yg putus
sekolah. Pada tahun 2012 sebanyak 3,078,940 anak yang putus sekolah. Pada tahun 2013
sebanyak 3,364,001 yang putus sekolah. Pada tahun 2014 sebanyak 3,114,942 anak yang
putus sekolah. Pada tahun 2015 sebanyak 2,942,901 anak yang putus sekolah. Pada tahun
2016 sebanyak 2, 881,800 anak yang putus sekolah. Pada tahun 2017 sebanyak 2,730,678
anak yang putus sekolah. Tahun 2018 sebanyak 2,651,122 anak yang putus sekolah. Tahun
2019 sebanyak 2, 755,500 anak yang putus sekolah. Tahun 2020 sebanyak 2,730,572 anak
yang putus sekolah. Berdasarkan data tersebut pada tahun 2011 merupakan tahun dengan
angka anak yang putus sekolah paling tinggi dan pada tahun 2018 angka anak yang putus
sekolah dengan angka terendah.
D. Hasil Annalisis Grafik Anak Putus Sekolah diIndonesia:
- Perempuan
Pada tahun 2010 angka anak perempuan yang putus sekolah mencapai 328,856
anak yang putus sekolah. Tahun 2011 mencapai 169, 749 anak yang putus sekolah.
Tahun 2012 mencapai 493,411 anak yang putus sekolah. Yahun 2013 mencapai 801,403
anak yang putus sekolah. Tahun 2014 mencapai 1,010,434 anak yang putus sekolah.
Tahun 2016 mencapai 1,170,613 anak yang putus sekolah. Tahun 2017 mencapai
973,920 anak yang putus sekolah. Tahun 2018 mencapai 1,073,003 anak yang putus
sekolah. Di Indonesia dalam data World Bank data anak yang putus sekolah hanya
sampai tahun 2018. Pada tahun 2015 juga tidak terdapat jumlah anak yang putus sekolah
tidak terlampir sama halnya dengan data pada tahun 2019 dan 2020.
- Laki-laki
Pada tahun 2010 angka anak laki-laki di sekolah yang putus sekolah mencapai
434,529. Tahun 2011 mencapai 720,353. Tahun 2012 mencapai 648,387. Tahun 2013
mencapai 966,571. Tahun 2014 mencapai 909,343. Tahun 2016 mencapai 608,103.
Tahun 2017 mencapai 428,719. Tahun 2018 mencapai 482,011. Pada tahun 2015 sama
halnya dengan bagian yang sebelumnya, begitu juga dengan tahun 2019 dan 2020.
Angka anak laki-laki yang putus sekolah tertinggi pada tahun 2013 dan terendah tahun
2010.
E. Hasil Annalisis Grafik Anak Putus Sekolah di Malaysia:
- Perempuan
Pada tahun 2010 anak perempuan yang putus sekolah di Malaysia mencapai
56,973. Pada tahun 2011 mencapai 37,066. Tahun 2012 mencapai 16,774. Tahun 2019
mencapai 17,732. Dan tahun 2020 mencapai 19,665. Angka anak perempuan yang putus
sekolah di Malaysia mencapai angka tertinggi pada tahun 2010 dan terendah tahun 2012.
- Laki-laki
Pada tahun 2010 angka anak laki-laki yang putus sekolah mencapai 65,132.
Tahun 2011 mencapai 57,063. Tahun 2012 mencapai 29,181. Tahun 2019 mencapai
23,604. Tahun 2020 mencapai 27,915. Angka anak yang putus sekolah terjadi di tahun
2010 dan terendah di tahun 2019.
F. Hasil Annalisis Grafik Anak Putus Sekolah di Singapura:
- Perempuan
Di singapura angka anak perempuan yang putus sekolah hanya terdapat pada
tahun 2018 yang mencapai 150.
- Laki-laki
Sedangkan untuk anak laki-laki yang putus sekolah di Singapura sama halnya
dengan angka anak perempuan yang hanya terjadi di tahun 2018 yang mencapai 326
saja.
G. Hasil Annalisis Grafik Anak Putus Sekolah di Thailand:
- Perempuan
Di negara Thailand bahkan angka anak perempuan yang putus sekolah bahkan
tidak ada.
- Laki-laki
Begitu juga dengan anak laki-laki di Tahiland angka anak yang putus sekolah
nihil.
H. Hasil Annalisis Grafik Anak Putus Sekolah di Philiphina:
- Perempuan
Anak perempuan di Philiphina yang putus sekolah mulai terlihat pada tahun
2014 yang mencapai 107,444. Tahun 2015 mencapai 148,709. Tahun 2016 mencapai
197, 113. Tahun 2017 mencapai 215, 049. Tahun 2018 mencapai 263, 849. Tahun 2019
mencapai 221,332. Tahun 2020 mencapai 256,424. Angka anak perempuan di Philiphina
yang ptus sekolah dengan angka tertinggi terjadi tahun 2018 dan terendah tahun 2014.
- Laki-laki
Pada tahun 2014 angka anak laki-laki yang putus sekolah mencapai 225,734.
Tahun 2015 mencapai 215,431. Tahun 2016 mencapai 232,494. Tahun 2017 mencapai
209,179. Tahun 2018 mencapai 236,931. Tahun 2019 mencapai 185,103. Tahun 2020
mencapai 222,503. Angka anak laki-laki yang putusnsekolah terjadi pada tahun 2018
dan terendah tahun 2019.
I. Hasil Annalisis Grafik Anak Putus Sekolah di Vietnam:
Angka anak yang putus sekolah di Vietnam baik perempuan dan laki-laki
keduanya tidak terdapat adanya anak yang putus sekolah dalam rentang wkatu 2010-
2020.
J. Hasil Annalisis Grafik Anak Putus Sekolah di Brunei Darussalam:
- Perempuan
Anak perempuan yang putus sekolah di Brunei Darussalam hanya terjadi pada
tahun 2020 sebanyak 297.
- Laki-laki
Begitupun dengan anak laki-laki yang putus sekolah terjadi pada tahun 2020
yang mencapai 381.
K. Hasil Annalisis Grafik Anak Putus Sekolah di Kamboja:
- Perempuan
Angka anak perempuan yang putus sekolah tahun 2014 mencapai 51,484. Tahun
2015 mencapai 28,714. Tahun 2016 mencapai 65,975. Tahun 2017 mencapai 90,079.
Tahun 2018 mencapai 91,265. Tahun 2019 mencapai 92,811. Tahun 2020 mencapai
111,065.
- Laki-laki
Tahun 2014 anak laki-laki di Kamboja yang putus sekolah mencapai 33,346.
Tahun 2015 mencapai 53,870 2015. Tahun 2016 mencapai 68,211. Tahun 2017
mencapai 90,046. Tahun 2018 mencapai 94,844. Tahun 2019 mencapai 97,232. Tahun
2020 mencapai 111,873. Angka anak laki-laki yang putus sekolah tertinggi terjadi
yahun 2020 dan terenddah tahun 2014.
L. Hasil Annalisis Grafik Anak Putus Sekolah di Myanmar:
- Perempuan
Di Myanmar angka anak perempuan yang putus sekolah terjadi tahun 2010 dengan
angka 300,852.
- Laki-laki
Begitupun dengan angka anak laki-laki di Myanmar yang putus sekolah terjadi
pada tahun 2010 dengan angka 273, 482.
M. Hasil Annalisis Grafik Anak Putus Sekolah di Laos:
- Perempuan
Pada tahun 2010 angka ank perempuan yang putus sekolah mencapai 27,246.
Tahun 2011 mencapai 25,916. Tahun 2012 mencapai 25,826. Tahun 2013 mencapai
18,398. Tahun 2014 mencapai 16,658. Tahun 2015 mencapai 21,968. Tahun 2016
mencapai 26,229. Tahun 2017 mencapai 30,978. Tahun 2018 mencapai 35,174. Tahun
2019 mencapai 35,058. Tahun 2020 mencapai 33,973. Angka anak perempuan di Laos
yang putus sekolah tertinggi terjadi pada tahun 2019 dan terendah pada 2014.
- Laki-laki
Pada tahun 2010 angka anak laki-laki yang putus sekolah mencapai 12,803.
Tahun 2011 mencapai 15,667. Tahun 2012 mencapai 15,593. Tahun 2013 mencapai
9,081. Tahun 2014 mencapai 8,742. Tahun 2015 mencapai 16,141. Tahun 2016
mencapai 19,003. Tahun 2017 mencapai 26,278. Tahun 2018 mencapai 30,203. Tahun
2019 mencapai 29,802. Tahun 2020 mencapai 29,449. Angka anak laki-laki yang putus
sekolah di Laos paling tinggi pada tahun 2018 dan terendah di tahun 2014.
N. Hasil Annalisis Grafik Anak Putus Sekolah di Timor Leste:
- Perempuan
Angka anak yang putus sekolah di Timor Leste tahun 2010 mencapai 10,261.
Tahun 2011 mencapai 7,912. Tahun 2012 mencapai 9,018. Tahun 2013 mencapai 7,684.
Tahun 2014 mencapai 5,761. Tahun 2015 mencapai 3,998. Tahun 2016 mencapai 3,831.
Tahun 2017 mencapai 1,511. Tahun 2018 mencapai 2,639. Tahun 2019 mencapai 2,729.
Pada tahun 2020 angka anak yang putus sekolah di Timor Leste tidak ada. Sedangkan
angka anka perempuan yang putus sekolah terjadi pada tahun 2010 dan terendah tahun
2011.
- Laki-laki
Angka anak laki-laki yang putus sekolah pada tahun 2010 mencapai 8,271. Tahun
2011 mencapai 5,643. Tahun 2012 mencapai 7,642. Tahun 2013 mencapai 7,137. Tahun
2014 mencapai 7,487. Tahun 2015 mencapai 6,488. Tahun 2016 mencapai 6,357. Tahun
2017 mencapai 4,177. Tahun 2018 mencapai 5,089. Tahun 2019 mencapai 6,275. Tahun
2020 sama halnya dengan angka anak perempuan yang putus sekolah tidak ada pada
tahun ini.
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diambil penulis pada halaman resmi World Bank bahwa
penyajian data dan hasil analisis dilakukan dengan cara mengelompokkan atau
mengklasifikasikan menjadi beberapa bagian diantaranya: Penulis melihat dulu secara umum
angka anak yang putus sekolah di Asia Timur dan Pasifik, penulis melihat secara umum angka
anak perempuan yang putus sekolah di Asia Timur dan Pasifik, penulis melihat angka anak laki-
laki yang putus sekolah di Asia Timur dan Pasifik, penulis melihat angka anak perempuan dan
laki-laki yang putus sekolah di Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Philiphina, Vietnam,
Brunei Darussalam, Kamboja, Myanmar, Laos, dan Timor Leste. Dengan demikian penulis
menyimpulkan dengan tiga pengelompokkan yakni: negara yang nihil anak baik perempuan atau
laki-laki yang putus sekolah, negara dengan anak yang putus sekolah paling rendah, dan negara
dengan anak yang putus sekolah paling tinggi. Sehingga yang termasuk dalam kelompok
pertama dengan kategori nihil anak yang putus sekolah Thailand dan Vietnam. Kelompok kedua
dengan kategori negara dengan anak yang putus sekolah paling rendah adalah adalah Singapura
dalam urutan pertama dan Brunei Darussalam dalam urutan kedua. Sedangkan negara dengan
kategori anak yang putus sekolah paling tertinggi adalah Indonesia dalam urutan pertama,
disusul oleh Myanmar, dan terakhir adalah Philiphina dengan angka anak putus sekolah dalam
kategori tertinggi.
DAFTAR PUSTAKA
“Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).” Kementerian Keuangan RI, 2022.
https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/pontianak/id/data-publikasi/berita-terbaru/2927-dana-
bantuan-operasional-sekolah-bos.html#:~:text=Dana BOS adalah program yang,dana BOS
yakni berbentuk dana.
“Education.” World Bank, 2022. https://www.worldbank.org/en/topic/education/overview.
Handoyo, Ari Dwi, and Zulkarnaen. “Faktor-Faktor Penyebab Pendidikan Tidak Merata Di
Indonesia.” Prosiding Seminar Nasional 1, no. 1 (2019): 21–24.
https://bimawa.uad.ac.id/wp-content/uploads/Paper-Seminar-Nasional-2.pdf.
“The Convention on the Rights of the Child: The Children’s Version.” Unicef Indonesia, 2018.
https://www.unicef.org/indonesia/convention-rights-child-childrens-version#:~:text=The
United Nations Convention on,and the responsibilities of governments.

Anda mungkin juga menyukai