Anda di halaman 1dari 8

KESENJANGAN PENDIDIKAN DI PAPUA

Pengantar Ilmu Sosial

Dosen Pengampu

Rizza Arge Winata, S.A.P.,M.Si

Disusun oleh :

A.Gymnastiar [ 2220202121 ]

PENGANTAR ILMU SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TIDAR

TAHUN AJARAN 2022/2023


BAB I

PENDAHULUAN

a. LATAR BELAKANG

Kita semua mengetahui bahwasannya negara kita adalah negara kepulauan dan
negara terluas ke-14 di dunia, tercatat pada 2019 Indonesia memiliki 16.617 pulau
dan menjadi negara dengan pulau terbanyak di dunia. Tapi itu menjadi tantangan
bagi kita, bagi pemerintah, untuk membangun Indonesia menjadi negara yang
sejahtera akan semua aspek, termasuk di bidang pendidikan. Banyak sekali
ketidakmerataan di bidang Pendidikan di Indonesia, dan yang akan saya bahas
spesifik di makalah ini adalah kesenjangan Pendidikan di Indonesia Provinsi
Papua. Banyak sekali saudara kita di Papua sana yang tuna aksara, karena mereka
tidak di ajarkan untuk membaca, atau tidak di kenalkan dengan Pendidikan.
Padahal Tingkat dan kualitas pendidikan itu menentukan arah pertumbuhan bagi
semua negara, penyebab ketidaksetaraan tidak hanya tentang distribusi
pendapatan,infrastruktur,ekonomi tetapi juga tentang pendidikan. Oleh karena itu,
Pendidikan Ini adalah tujuan pembangunan dasar.

Indeks Pembangunan Manusia adalah ukuran keberhasilan pengembangan


kualitas hidup manusia. Semakin tinggi skornya, semakin tinggi Kualitas hidup
masyarakat di suatu wilayah atau negara. Indeks Perkembangan manusia di bagi
menjadi empat kelompok ; sangat tinggi (>80), tinggi (80>70), sedang (70>60),
rendah (60>). Tiga dimensi yang mendukung IPM adalah : Umur panjang dan
hidup sehat, pengetahuan dan standar hidup yang memadai (Rochmi, 2018).
Indeks Pembangunan Manusia diukur untuk menilai kualitas pembangunan
manusia di suatu Daerah berdasarkan tiga indikator: ekonomi, pendidikan, dan
Kesehatan (Kharisma et al., 2020). Di Indonesia, data BPS tahun 2018
menunjukkan bahwa indeks pembangunan adalah Jumlah manusia terendah di
Indonesia ada di Papua (60,06). kemudian Papua Barat (63,74), Nusa Tenggara
Timur (NTT) (64,39), Sulawesi Barat (65,1), Kalimantan Barat (66,98).

Era globalisasi memberikan dampak yang sangat besar di dunia


Pendidikan terutama dalam kemajuan pembangunan Pendidikan. Namun pada
kenyataannya Pendidikan di Indonesia tidak menggambarkan bahwa negara ini
mempunyai kualitas Pendidikan yang baik, bahkan jauh dari kata baik, dan ini
sudah tidak sejala dengan Pasal 12 UU No.39 Tahun 1999 Tentang HAM yang
berbunyi “Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan
pribadinya, untuk memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan
meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang beriman,
bertaqwa, bertanggung jawab, berakhlak mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai

dengan hak asasi manusia.”

b. RUMUSAN MASALAH
Apa faktor yang menyebabkan ketimpangan Pendidikan ini?

Bagaimana cara membenahi Pendidikan di Papua?

Mengapa ketimpangan pendidikan ini sulit untuk dibenahi?

c. TUJUAN

Tujuan umum membuat makalah ini adalah tugas PJBL Pengantar Ilmu Sosial.
Tujuan khusus pembuatan makalah ini untuk mengetahui mengapa Indonesia
Bagian Timur khususnya Papua mengalami kesenjangan Pendidikan dan
menyadari betapa beruntungnya kita yang berdomisili di pulau Jawa karena
dimudahkan dengan segala aspek di bidang pendidikan, dan menyadari bahwa
pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi manusia. Tidak menutup mata
bahwa banyak saudara kita di Indonesia bagian timur khusunya Papua yang tidak
mendapatkan perlakuan adil di bidang Pendidikan.

BAB II

LANDASAN TEORI / KAJIAN PUSTAKA

Dalam bidang pendidikan di Papua Barat, capaian pembangunan manusia


masih memerlukan penelitian dan pengkajian lebih lanjut terutama pada faktor-faktor
yang berpengaruh dalam perhitungan Indeks Pendidikan. Beberapa daerah di
Indonesia, masih terdapat ketimpangan dalam bidang pendidikan. Khususnya di
daerahdaerah tertinggal yang belum mendapatkan akses infrastruktur dasar (Saputra et
al., 2015).
Todaro dan Smith menyatakan bahwa sumber ketimpangan bukan hanya
berasal dari distribusi pendapatan tetapi juga dari pendidikan. Oleh karena itu
pendidikan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar (Tambuna, 2013).

BAB III

PEMBAHASAN

1 Faktor ketimpangan pendidikan di Papua


Ketimpangan pendidikan merupakan kondisi ketidakmerataan lulusan
pendidikan dari penduduk di suatu daerah. Ukuran ketimpangan pendidikan adalah
indeks Gini pendidikan yang mengukur rasio rata-rata capain tahun sekolah dari
semua penduduk (Thomas dkk., 2000). Sangat disayangkan karena beberapa daerah
di negara tercinta kita masih mengalami kesenjangan pendidikan dan membuat orang-
orang di daerah terpinggirkan tidak merasakan bahwa pendidikan penting bagi
mereka. Ada beberapa faktor yang membuat kesenjangan pendidikan ini bisa terjadi.
Ada dalam bidang ekonomi, dan psikologi,
Kesenjangan ini bisa terjadi karena adanya kesenjangan ekonomi yang terjadi
di daerah tersebut. Papua adalah provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi di
Indonesia, dengan rata rata penuduk yang menyandang status pra sejahtera lebih besar
dari rata-rata daerah lainnya. Kondisi tersebut tidak berubah dari tahun ke tahun dan
membuat Papua terjebak dalam kemiskinan.
Pendidikan dan kemiskinan di Papua saling terikat, karena pada dasarnya jika
suatu daerah ingin menjadi berkembang maka bisa dilihat dari data pendidikan daeah
tersebut, dan yang membuat mereka tidak merasa bahwa pendidikan itu penting
karena mereka masi terjebak dalam faktor subsistansi. Tapi tidak bisa dipungkiri
bahwa ada pemuda/pemudi Papua yang ingin mendapatkan pendidikan yang layak
tapi terhalang dalam biaya dan pada akhirnya harus mengubur mimpi mereka.
Tercatat pada tahun 2016 kemiskinan di Papua itu mencapai 28,40% dan ini berbeda
jauh dengan Papua Barata yang berada di angka 24,88%. Menurut Nurske,
kemiskinan itu desebabkan oleh lingkaran setan, adanya keterbelakangan,
ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya
produktifitas, disinggung kata “keterbelakangan” dan menjadi alasan kenapa
kemiskinan dengan pendidikan saling terikat satu sama lain, karena
“keterbelakangan” bisa diartikan dengan orang orang terbelakang atau kebodohan.
Adapun dibidang psikologi, masih banyak diantara saudara-saudara kita di
Papua belum merasa jika pendidikan itu adalah hal yang penting dan hal yang mereka
butuhkan. Hal tersebut terjadi karena pergeseran usia dan faktor substansi di Papua
dan mereka hanya memikirkan “yang penting hidup” terlihat dari pekerjaan yang
mereka lakukan, 63,3% dari penduduk Papua bekerja di sektor pertanian, dan hal
tersebut yang mempengaruhi psikologi mereka dan membuat mereka menjadi
terbelakang dalam bidang pendidikan.
Dengan geografis Papua yang berada di ujung Nusantara membuat akses
menuju kesana sangat sulit dan terbatas, dan karena mereka pun berada di ujung
membuat mereka terpinggirkan dan terkesan diacuhkan, tidak adanya asupan
pendidikan yang layak dan di “biarkan” menjadi penduduk yang terbelakang salah
dua contoh. Hal ini pun yang mempengaruhi mereka tidak mengenali pendidikan yang
layak.
2 Pembenahan Pendidikan di Papua
Lembaga pendidikan di Papua terus berkembang maju secara berkala
semenjak peradaban baru masuk, namun masi tidak dapat di sama ratakan dengan
daerah lainnya. Saat ini pemerintah sedang mengupayakan pemerataan pendiikan
melalui KEMENDIKBUD, upaya – upaya pemerataan pendidikan yang di lakukan
adalah meningkatkan kualitas, relevansi dan daya saing. Salah satu terobosan yang di
lakukan adalah dengan memperbaiki kurikulum, kesejahteraan para guru dan
melengkapi fasiltas sekolah. Hal ini dilakukan agar pemuda/pemudi di papua
memiliki pengetahuan yang memadai, berkarakter yang kuat, tetap berbudaya dan
beradap.
Pemerintah melaksanakan tugas-tugas tersebut dengan cara mendekatkan
pelayanan pendidikan kepada masyarakatnya dan membentuk lembaga-lembaga
formal. Layanan ini bukan hanya untuk mereka-mereka yang mendiami kota, tapi
juga untuk mereka yang mendiami daerah-daerah terpencil yang terisolir.
Usaha ini bukan hanya bualan semata, tetapi sudah terealisasikan sebagaimana
sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar
Nasional Pendidikan, pada level sekolah, yang dapat dirujuk dari aturan di atas
adalah:
 Pendidikan sebagai proses pembudayan dan pemberdayaan
 Pendidikan dalam rangka peningkatan daya saing bangsa
 Pendidikan untuk pembangunan
 Pendidikan untuk tindakan afirmatif/melayani kelompok masyarakat yang
kurang beruntung
 Komitmen terhadap kebijakan menyediakan jenis-jenis penidikan tertentu
Beberapa rujukkan ini merupakan langkah nyata yang di lakukan oleh pemerintah,
melalui lembaga-lembaga yang telah di buat.
Dengan penambahan anggaran di bidang pendidikan pun salah satu upaya
untuk pembenahan pendidikan di Papua, pemerintah terus melakukan hal hal untuk
membenahi pendidikan dengan secara beskala seperti, menambah anggaran untuk
pendidikan, mendirikan beberapa sekolah, hingga menambah jumlah tenaga pengajar.
3 Tantangan pembenahan kesenjangan pendidikan
Tantangan untuk membenahi pendidikan di Papua memang sangat kompleks,
dimulai dari pemikiran masyarakat Papua yang masih mengagungkan budaya di atas
segalanya, dan membuat masyarakat sangat patuh terhadap adat & budaya, mereka
hanya mempercayai budaya mereka dan tidak memperdulikan kemajuan global, dan
itu yang membuat mereka menjadi terbelakang. Kelompok yang di sebut MAMTA
adalah salah satu kelompok yang sangat sulit menerima mereka yang di luar
komunitas adat tersebut.
Kesenjangan dalam ekonomi pun menjadi penyebab masyarakat acuh akan
pendidikan karena mereka hanya memperdulikan bagaimana mereka bertahan hifup,
bukan memikirkan bagaimana kualitas hidup mereka.
Geografis pun menjadi alasan mengapa pembenahan di Papua tidak secepat di
daerah lainnya, akses yang sulit menghambat proses ini karena masi banyak daerah
yang tidak bisa di jejaki dengan kendaraan kendaraan yang biasa dan membuat Papua
menjadi tempat yang kompleks sekaligus menarik untuk di benahi.
Bidang politik pun termasuk kedalam penghambatan pembenahan
kesenjangan penidikan di Papua. Indeks Pembangunan Manusia merupakan salah satu
tolak ukur yang menunjukan kinerja bidang pendidikan, angka capaian IPM di Papua
selama lima tahun terakhir jauh dari rata-rata yang di dapatkan oleh daerah-daerah
lain. Begitupula dengan indikator-indikator lain seperti angka partisipasi pendidikan,
rata-rata lama sekolah, dan keadaan infrastruktur sekolah. Padahal, jika menurut
ketentuan dana Otsus dan DTI itu wajib di alokasikan ke bidang pendidikan minimal
sebanyak 30%. Belum lagi dana-dana lain yang memang dari pendidikan, seperti
APBD dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Bahkan, pada tahun 2020 dana Otsus yang
di terima oleh Provinsi Papua sebesar 5,28 triliun rupiah, tapi temuan laporan tidak
menunjukan bahwa dana di alokasikan sebagaimana mestinya yang menyebabkan
perkembangan pendidikan di Papua terhambat. Banyak faktor-faktor pendidikan yang
terbengkalai karena dana tidak sesuai dengan ketentuan anggaran sebagaimana
mestinya.
Pemerintah yang “apatis” pun tidak dapat di pungkiri menjadi bagian dalam
penghambat pembenahan pendidikan di Papua karena, seharusnya pendidikan adalah
hak yang harus dijamin oleh pemerintah sebagaimana yang dinyatakan dalam pasal 31
ayat (1) UUD 1945 “setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”.

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Di negara tercinta kita ini masih banyak rakyat yang tidak mendapatkan
haknya, dan yang lebih spesifik di bidang pendidikan, masih banyak orang yang tidak
menyadari bahwa pendidikan itu penting sekali, terutama saudara saudara kita di
Indonesia Bagian Timur. Kita mengetahui faktor-faktor terjadinya kesenjangan
pendidikan upaya apa saja yang di lakukan pemerintah untuk membenahi kesenjangan
pendidikan ini, dan kita menyadari apa saja hal-hal yang menghambat proses
pembenahan tersebut. Mendapatkan pandangan-pandangan baru tentang Papua yang
ternyata masih ada saja orang yang memanfaatkan kebodohan di Papua.

Saran
Memprioritaskan pendidikan, karena pendidikan adalah fondasi dari
perkembangan yang terjadi selama ini. Pemerintah memberikan hak-hak setiap
rakyatnya (pendidikan) dengan penuh tanggung jawab, tidak setengah-setengah,
apalagi jika tidak sama sekali, karena itu seperti negara yang sudah tidak mempunyai
tujuan, karena seseungguhnya sesuatu yang bisa disebut negara adalah sesuatu yang
bisa menjamin hak-hak rakyatnya. Berhenti memanfaatkan keterbelakangan yang
terjadi di Papua.
agim. (20202). ojoafejfa;jf. vol.1 No 2.

Anda mungkin juga menyukai