Anda di halaman 1dari 2

Imajinasi Sosiologi Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN)

Dini Dayanti
Pemerataan pembangunan dalam suatu negara dengan bangsa yang besar
memerlukan perencanaan yang matang dan terkonsep dengan baik dengan
mempertimbangkan segala aspek. Pemerataan pembagunan merupakan salah satu
pemanfaatan sumber daya yang terdistribusikan secara merata untuk memenuhi
hajat hidup rakyat banyak demi kemakmuran rakyat untuk mengatasi masalah
kesenjangan sosial dan memastikan pertumbuhan ekonomi secara adil.
Melihat kondisi pembangunan di tanah air yang lebih berfokus di pulau jawa
mengakibatkan terabaikannya pembangunan di beberapa wilayah di Indonesia dan
menjadikan pulau jawa over populasi sehingga memicu munculnya berbagai
patologi sosial. Pemindahan ibu kota negara merupakan solusi yang sangat efektif
dalam menstabilisasikan infrastruktur dan kondisi masyarakat. Pemindahan ibu
kota dari Jakarta ke Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang terletak di Kabupaten
Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki satu visi yang
dibawa yaitu pemerataan pembagunan. Dengan had irnya IKN di Kalimantan
sebagai pusat di Indonesia yang berada di tengah-tengah wilayah barat dan timur
Indonesia sehingga mampu sebagai awal acuan pemerataan pembangunan diluar
dari pulai Jawa. Pemerataan pembangunan tidak hanya berupa pembangunan
infrastruktur atau perbaikan perekonomian tetapi juga bagaimana meningkatkan
kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan mutu Pendidikan.
Untuk melihat secara lebih mendalam mengenai kondisi pendidikan di Indonesia,
terdapat beberapa data dan fakta yang dapat diperhatikan. Berdasarkan data yang
dirilis oleh UNESCO pada tahun 2019, angka partisipasi sekolah pada jenjang SD
di Indonesia mencapai 95%, sedangkan untuk SMP mencapai 88%, dan untuk SMA
mencapai 72% (UNESCO 2019). Namun, ketika dilihat secara lebih detail, terdapat
ketidakmerataan akses pendidikan antara wilayah perkotaan dan pedesaan, serta
antara pulau-pulau di Indonesia. Beberapa wilayah atau kelompok masyarakat di
Indonesia masih sulit untuk mengakses pendidikan yang layak dan berkualitas,
sehingga terdapat ketidaksetaraan dalam akses pendidikan yang mengakibatkan
kesenjangan dalam pembangunan. Selain itu, beberapa kelompok masyarakat juga
mengalami kesulitan dalam mengakses pendidikan, seperti anak-anak dengan
kebutuhan khusus, anak-anak dari keluarga miskin, anak-anak migran atau anak-
anak yang berada di daerah konflik. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2020, tingkat buta aksara pada kelompok usia 15 tahun ke atas mencapai
2,96%, yang mayoritas terdapat pada kelompok masyarakat dengan tingkat
pendidikan yang rendah (Suherdi, 2021).
Pembangunan harus bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pendidikan selain berperan penting sebagai modal untuk membangun sumber daya
manusia yang berkualitas juga berperan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Kontribusi pendidikan memberikan pengaruh positif terhadap kesejahteraan
penduduk dan pertumbuhan ekonomi (Adriani, 2019). Seseorang dengan
pendidikan tinggi akan sejalan dengan tingginya produktivitas yang dimiliki yang
pada akhirnya akan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Namun demikian,
masalah ketimpangan atau kesenjangan di bidang pendidikan merupakan salah satu
permasalahan pembangunan yang belum tuntas diatasi. Indonesia disebutkan
memiliki ketimpangan pendidikan dengan kategori sedang sepanjang periode 2016-
2018 (Harahap, Maipita, & Rahmadana, 2020).
Selama ini kita melihat di Indonesia sekolah-sekolah terbaik dengan fasilitas bagus
masih didominasi pulau Jawa hadirnya IKN dengan membawa visi pemerataan
pembangunan sebagai upaya memutus kesenjangan Pendidikan diluar pulau jawa.
Hidayat (2018) mengemukakan beberapa faktor penyebab kesenjangan pendidikan
di Indonesia yaitu rendahnya kualitas sarana sekolah, rendahnya kualitas guru,
faktor infrastruktur, jumlah dan kualitas buku (referensi), mahalnya biaya
pendidikan, serta adanya pengelompokkan sekolah (Sekolah Berstandar
Nasional/SBN dan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional/RSBI).
Faktor-faktor yang memengaruhi akses pendidikan yang tidak merata dapat
beragam, termasuk lokasi geografis, tingkat ekonomi, suku bangsa, agama, dan
gender. Beberapa daerah yang terpencil atau terisolasi dari pusat kota, biasanya
memiliki akses pendidikan yang terbatas dan sulit dijangkau. Selain itu, kelompok
masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah juga dapat mengalami kesulitan dalam
membiayai pendidikan bagi anak-anak mereka, sehingga anak-anak dari kelompok
tersebut lebih cenderung putus sekolah atau tidak melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Sementara itu, perbedaan suku bangsa, agama, dan
gender juga dapat memengaruhi akses pendidikan d i Indonesia. Beberapa
kelompok masyarakat yang kurang terwakili dalam pendidikan, seperti kelompok
masyarakat adat atau perempuan, mungkin memiliki akses terhadap pendidikan
yang lebih terbatas atau bahkan dihalangi oleh faktor-faktor sosial atau budaya yang
kental. (Perdana, 2015).
Pentingnya peningkatan mutu Pendidikan yang merata di seluruh wilayah di
Indonesia guna mencetak generasi muda yang berkualitas yang akan memimpin
Indonesia kedepannya. IKN merupakan wajah harkat dan martabat sebuah bangsa.
Maka itu, ketika melihat suatu negara, yang pertama dilihat ialah Ibu Kota
Negaranya. Kesejahteraan masyarakat dengan perekonomian yang baik tidak
mungkin dirasakan masyarakat jika tidak memiliki kompetensi dan kapasitas
Pendidikan yang memumpuni. Negara harus focus pada peningkatan kualitas
Pendidikan. Itu karena Pendidikan merupakan investasi terbaik dalam upaya
membangun bangsa dan negara. Dengan hadirnnya IKN di pusat Indonesia juga
harus mampu mengembangkan dan mengelola SDM dengan baik melalui
Pendidikan yang merata.

Anda mungkin juga menyukai