Anda di halaman 1dari 53

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal i

KATA PENGANTAR

Kami bersyukur kepada Allah SWT atas


limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga materi
Pendidikan Kependudukan untuk SLTA-MA sesuai
kearifan lokal dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat waktu. Materi ini merupakan salah satu upaya
yang dilakukan oleh Bidang Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana pada Dinas Pemberdayaan
Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Barat dalam
meningkatkan pengetahuan tentang isu kependudukan
bagi remaja khususnya pelajar SMA/SMK/MA.
Remaja sebagai generasi penerus bangsa
merupakan aset yang paling berharga untuk
kelangsungan negara. Remaja yang sehat dan
berkualitas akan menjadikan negara ini semakin kuat.
Oleh sebab itu menjadi tugas bersama dalam
membentuk generasi muda yang berkualitas.
Materi ini bertujuan untuk memberikan edukasi
kepada remaja tentang materi kependudukan, bonus
demografi, kesehatan reproduksi remaja, perkawinan
anak dan stunting, karena kedepannya remaja yang
akan menjadi orangtua, yamg tentunya akan berperan
dalam menghasilkan generasi berikutnya. Diharapkan
dengan edukasi ini remaja dapat memahami
permasalahan yang dihadapinya, perannya dalam
mengendalikan penduduk serta dapat merencanakan
keluarga yang berkualitas.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang
tinggi kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan materi ini. Akhirnya dengan
kehadiran buku ini semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca khususnya para remaja atau siswa
SMA/SMK/MA.

Mamuju, Juni 2022

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal i


KATA SAMBUTAN

Indonesia sedang memasuki masa


bonus demografi yang puncaknya akan
terjadi pada tahun 2030 – 2045. Salah
satu faktor pendukung dalam
mewujudkan keberhasilan
memanfaatkan bonus demografi adalah
menyiapkan penduduk usia produktif
melalui pendidikan. Selama ini
pemerintah telah berupaya membangun
sebuah sistem pendidikan untuk
membangun generasi emas yang
bermutu.

Dalam menyongsong Generasi Emas 2045, bonus demografi


harus disikapi dengan baik. Generasi emas yang dihasilkan
diharapkan adalah anak-anak bangsa yang dapat memahami
isu-isu kependudukan. Generasi Indonesia menuju 2045,
merupakan generasi yang berada pada usia sekolah di jenjang
pendidikan anak usia dini hingga pendidikan menengah
di tahun 2045.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya


manusia, perlu dilakukan literasi kependudukan melalui jalur
formal, informal dan Non Formal. Bidang Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana pada Dinas Pemberdayaan Perempuan
Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana telah melakukan Perjanjian Kerjasama antara Dinas
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Provinsi Sulawesi
Barat, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Sulawesi Barat dan Kepala Kantor Perwakilan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Barat
tentang Pembelajaran Materi Pendidikan Kependudukan pada
Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah/Sederajat. Hal tersebut
dilakukan sebagai dukungan dan upaya menurunkan angka
Perkawinan Anak, menurunkan AKI dan AKB serta stunting.

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal ii


Modul Pendidikan Kependudukan ini diharapkan dapat
digunakan oleh peserta didik dalam memahami berbagai masalah
kependudukan dan besar harapan kami modul ini dapat memberi
kontribusi bagi pembangunan SDM Sulawesi Barat menuju
Generasi Emas Indonesia 2045.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada


Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana atas
upaya yang baik, telah merampungkan materi pendidikan
kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai kearifan lokal.
Semoga buku ini dapat memberi manfaat bagi kemajuan
pembangunan kependudukan Sulawesi Barat di masa yang akan
datang.

Mamuju, Juni 2022

Kepala Dinas P3AP2&KB

Hj. Djamila, SH., MH

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal iii


Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal iv
Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................. ii


KATA SAMBUTAN .................................................................. iii
SURAT EDARAN ..................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1
BAB II BONUS DEMOGRAFI .................................................... 2
A. Pendahuluan .................................................................... 2
B. Syarat Terjadinya Bonus Demografi ................................... 5
C. Peluang Sulawesi Barat dalam Menghadapi Bonus
Demografi ......................................................................... 6
BAB III KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA ........................... 8
A. Remaja ............................................................................. 8
B. Alat Reproduksi Remaja .................................................. 13
C. Kesehatan Reproduksi Remaja ........................................ 20
D. Penyakit Menular Seksual ............................................... 22
BAB IV PERKAWINAN ANAK .................................................. 29
A. Perkawinan .................................................................... 29
B. Resiko Perkawinan Anak ................................................. 31
BAB V STUNTING .................................................................. 38
A. Stunting.......................................................................... 38
B. Penyebab Stunting .......................................................... 38
C. Ciri-Ciri Stunting ............................................................ 38
D. Dampak Stunting ............................................................ 39
E. Upaya Pencegahan Stunting 1000 HPK ............................ 41

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal vi


BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan kependudukan adalah program pendidikan


yang mendukung pelaksanaan kebijaksanaan kependudukan.
Bila kebijaksanaan kependudukan ditujukan untuk
mengendalikan laju pertumbuhan melalui pengendalian angka
kelahiran (fertilitas) seperti yang dihadapi negara sedang
berkembang termasuk Indonesia, maka program pendidikan
kependudukan merupakan bagian integral dari program
keluarga berencana yang menekankan pada pembentukan
sikap dan perilaku untuk membentuk keluarga kecil.
Tujuan program pendidikan kependudukan adalah
pembentukan sikap yang rasional dan bertanggungjawab pada
setiap individu, keluarga, masyarakat, dan warga negara
terhadap pemecahan masalah kependudukan yang dihadapi
oleh suatu bangsa dan negara. Indonesia kemungkinan
menghadapi ledakan pertambahan penduduk apabila angka
kelahiran tidak dikendalikan. Perubahan dari cara pandang,
sikap dan perilaku warga negara Indonesia yang diperlukan
terutama anak sekolah, remaja dan generasi muda dilakukan
untuk bersikap rasional dan responsif terhadap masalah laju
pertumbuhan penduduk agar hasil pembangunan dapat
meningkatkan harkat dan martabat serta kesejahteraan
bangsa Indonesia.
Pendidikan kependudukan menekankan pada
pembangunan SDM (penduduk) yang berkualitas secara fisik,
intelektual, dan mental emosional/spiritual secara fisik serta
sosial agar ikut serta memecahkan masalah kependudukan
baik ditinjau dari perspektif mikro (diri sendiri/keluarga),
masyarakat sekitar dan makro (nasional/bangsa).
Sebagai elemen sumber daya yang paling penting, kondisi
kependudukan di Indonesia memiliki peluang harapan dan
tantangan yang kompleks yang membutuhkan sinergitas dari
seluruh komponen bangsa agar dapat terkelola dengan baik
dan memberikan hasil yang optimal. Bukan sebaliknya
menjadi bencana yang dapat merugikan kepentingan Negara.

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 1


Peluang, harapan dan tantangan yang kompleks yang
dihadapi diantaranya adalah :
1. Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi;
2. Jumlah penduduk muda yang makin meningkat;
3. Kualitas penduduk yang masih rendah;
4. Tingginya angka perkawinan anak dan stunting;
5. Belum tertibnya administrasi kependudukan maupun mobilitas
penduduk dan masalah perkotaan yang belum tartata dengan
baik;

Masalah kependudukan merupakan masalah yang serius


di seluruh dunia, tidak saja bagi Negara sedang berkembang
seperti Indonesia, tetapi juga Negara maju karena akan
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia.
Kemiskinan dan tingkat kriminalitas yang meningkat adalah
salah satu dari dampak ledakan penduduk yang tidak
terkendali. Perubahan perilaku masyarakat juga terlihat nyata
di depan mata seperti penyalagunahan narkoba, seks bebas
dikalangan remaja dan orangtua serta perilaku-perilaku lain
diluar batas normal.

Remaja sebagai generasi penerus bangsa merupakan aset yang


paling berharga untuk kelangsungan negara. Remaja yang
sehat dan berkualitas akan menjadikan negara ini semakin
kuat. Melalui SDM yang unggul, tangguh dan berkualitas baik
secara fisik dan mental akan berdampak positif tidak hanya
terhadap peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa
namun juga dalam mendukung pembangunan nasional

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 2


BAB II

BONUS DEMOGRAFI

A. Pendahuluan
Bonus demografi adalah keuntungan ekonomis yang
disebabkan oleh penurunan rasio ketergantungan sebagai
hasil proses penurunan kematian bayi dan penurunan
fertilitas dalam jangka panjang. Dalam bonus demografi,
struktur penduduk sangat menguntungkan Karena jumlah
usia produktif (15-64 tahun) sangat besar jumlahnya
sedangkan proporsi penduduk usia muda sudah semakin
kecil dan proporsi penduduk usia lanjut belum begitu besar.
Indonesia diprediksi akan mengalami masa bonus
demografi pada tahun 2020-2045. masa keemasan pada
tahun 2045, tepat saat usia 100 tahun kemerdekaan.
Pada tahun tersebut, diprediksi jumlah penduduk akan
mencapai 340 juta dengan 180 juta di antaranya termasuk
usia produktif. Kondisi tersebut lazim disebut sebagai
jendela demografi (window of demography) yang dapat
berdampak kepada salah satu dari dua kemungkinan yakni:
bonus demografi (demography dividend) atau justru sebagai
kutukan demografi (demography diases).
Jendela demografi dapat menjadi bonus demografi
apabila penduduk Indonesia berkualitas. Sebaliknya, jendela
demografi dapat pula berubah menjadi petaka atau kutukan
demografi, yang akan menghasilkan pengangguran massal
dan menjadi beban negara, manakala negara tidak
melakukan investasi sumberdaya manusia (human capital
investment).
Indikator penting dalam pembangunan Human Capital
adalah pendidikan dan kesehatan. Pendidikan merupakan
media yang sangat sentral dalam mempersiapkan generasi
emas. Pendidikan memegang peranan penting dalam
membangun SDM yang berkualitas untuk pembangunan
bangsa. Kualitas SDM yang baik, akan mendorong
terciptanya inovasi dan produktivitas tenaga kerja yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan perusahaan dan
perekonomian. Selain itu, SDM yang mumpuni akan

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 3


memudahkan pencari tenaga kerja untuk menyerap
angkatan kerja yang dihasilkan dari institusi pendidikan.
Pada gilirannya, pembangunan SDM yang unggul akan
mengurangi lingkaran setan kemiskinan, karena dengan
SDM unggul membantu merubah nasib penduduk yang
semula berada dalam kategori miskin, memperoleh pekerjaan
dan upah yang layak yang dapat mengantarkannya
ke jenjang strata sosial yang lebih baik. Dampak lain bonus
demografi yang dialami negara kita dapat diarahkan menjadi
berkah bagi negara. Karena dengan jumlah penduduk usia
produktif yang lebih banyak, jika dibarengi dengan kualitas
SDM yang baik akan memudahkannya memperoleh akses
pekerjaan.
Untuk mengukur kualitas sumber daya manusia
sebuah negara, setidaknya terdapat dua parameter penting
yang dapat digunakan sebagai acuan yaitu pertama
adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Literacy
Index. IPM adalah parameter yang dikembangkan untuk
mengukur keberhasilan pembangunan sebuah perekonomian
dengan parameter yang lebih komprehensif tidak hanya
bertumpu pada pertumbuhan ekonomi atau GDP. Indeks
Pembangunan Manusia Sulawesi Barat menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2020,
IPM Sulawesi Barat mencapai 66,11 dengan pertumbuhan
0,58 persen dari tahun 2019.

Tabel 1. IPM Provinsi dan Kabupaten se-Sulawesi Barat serta


Status Pembangunan Manusia, 2015-2020

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 4


Namun IPM Sulawesi Barat masih di bawah jika
dibandingkan IPM Nasional yang telah mencapai 72,29 pada 2021.
Angka ini meningkat 0,49% dibandingkan capaian tahun
sebelumnya yang sebesar 71,94.

74
71.92 71.94 72.29
71.39
72 70.81
70.18
69.55
70 68.9
68.31
67.7
68 67.09
66.53
66
64
62
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Gambar. 1. Indeks Pembangunan Manusia Indonesia (BPS, 2021)

B. Syarat Terjadinya Bonus Demografi


Perlu diketahui, bonus demografi dianggap hanya terjadi satu kali
di setiap negara, jadi sudah sepantasnya peristiwa ini
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Adapun Syarat dalam
memetik bonus demografi antara lain sebagai berikut:
1. Angkatan kerja yang berlimpah tersebut haruslah berkualitas,
baik dari sisi kesehatan, pendidikan, maupun kompetensi
profesionalnya sehingga pekerja tidak hanya bergantung pada
ketersediaan lapangan pekerjaan tapi mampu menciptakan
lapangan pekerjaan itu sendiri;
2. Suplay tenaga kerja produktif yang besar harus diimbangi
dengan tersedianya lapangan kerja yang memadai agar
pendapatan perkapita meningkat dan penduduk bisa
menabung;
3. Ketiga dengan jumlah anak yang sedikit akan memungkinkan
perempuan memasuki pasar kerja untuk membantu
peningkatan pendapatan keluarga;
4. Berkurangnya jumlah anak usia 0-15 tahun karena program
keluarga berencana maka anggaran yang tadinya untuk
membiayai pelayanan kesehatan dan pendidikan dapat
dialihkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 5


pada kelompok usia 15 tahun agar dapat bersaing untuk
meraih kesempatan kerja.
5. Usia produktif harus mempunyai keahlian agar tidak
bergantung pada ketersediaan lapangan pekerjaan tetapi
harus mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri
dengan cara menjadi wirausahawan

C. Peluang Sulawesi Barat dalam Mencapai Bonus Demografi


Berdasarkan data BPS, proyeksi penduduk Provinsi
Sulawesi Barat tahun 2010-2035 menunjukkan adanya
peningkatan jumlah penduduk, tahun 2035 mencapai
1763,3 ribu jiwa (gbr. 1). Sejalan dengan hal itu persentase
penduduk usia produktif yakni usia 15-64 tahun juga
menunjukkan peningkatan. Piramida Penduduk Sulawesi Barat
tahun 2020 menunjukkan, penduduk didominasi usia produktif
yakni sekitar 66,4 persen, penduduk usia 65+ sekitar 4,7 persen
dan penduduk 0-14 tahun sekitar 28,7 persen (gbr.2) Hal ini
berdampak pada menurunnya angka ketergantungan
(dependency ratio) yang akan sangat berdampak positif pada
pembangunan ekonomi. Kondisi tersebut menjadi peluang
untuk investasi yang efektif, efisien dan berkualitas di bidang
kesehatan, pendidikan dan pelatihan terkait dengan
permasalahan dan isu-isu kependudukan dan pembangunan
keluarga. Namun berdasarkan proyeksi ratio ketergantungann
penduduk Sulawesi Barat tahun 2020, Provinsi Sulawesi Barat
belum memasuki periode bonus demografi. Hal ini karena angka
rasio ketergantungan (Dependency Ratio) penduduk Sulawesi
Barat masih lebih dari 50 persen (gbr. 3)

1647,2 1763,3
14050.0 1527,8
1164,6 1281,2

2010 2015 2020 2025 2030 2035

Gambar 1. Proyeksi Penduduk Sulawesi Barat Tahun 2010-2035


(BPS, 2017)

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 6


Gambar 2. Piramida Penduduk Sulawesi Barat Tahun 2020 (BPS, 2013)

56

53.8
52.7

51.5
51.1

2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040

Gambar 3. Proyeksi Rasio Ketergantungan Penduduk (%) Sulawesi Barat


(BPS, 2017)

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 7


BAB III

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

A. Remaja
Masa remaja merupakan salah satu tahap kehidupan
manusia yang paling menakjubkan dan rumit serta disertai
oleh kebutuhan-kebutuhan kesehatan reproduksi khusus.
Remaja bersifat cepat pulih, penuh ide dan energik.
Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan,
munculnya berbagai kesempatan dan seringkali menghadapi
resiko-resiko kesehatan reproduksi. Kebutuhan akan
peningkatan pelayanan kesehatan dan sosial terhadap remaja
semakin menjadi perhatian di seluruh penjuru dunia. Dipacu
rekomendasi dari hasil International Conference on Populatiom
and Development (ICPD) tahun 1994 atau yang disebut
Konferensi Internatsional mengenai Kependudukan dan
pembangunan, banyak organisasi di berbagai negara telah
menciptakan berbagai program agar dapat memenuhi
kebutuhan para remaja di bidang kesehatan reproduksi.
Masa remaja merupakan masa peralihan (transisi) dari
anak-anak ke masa dewasa. Pada masa transisi remaja sering
menghadapi permasalahan yang sangat kompleks dan sulit
ditanggulangi sendiri. Tiga resiko yang sering dihadapi oleh
remaja (TRIA D KRR) yaitu resiko-resiko yang berkaitan
dengan seksualitas (kehamilan tidak diinginkan, aborsi, dan
terinfeksi penyakit menular seksual), penyalagunahan NAPZA,
dan HIV/AIDS. Remaja harus dapat membentengi diri agar
tidak masuk dalam pergaulan bebas dengan memperbanyak
kegiatan yang bermanfaat seperti olahraga, kesenian, sosial
serta keagamaan. Dengan banyaknya kegiatan maka remaja
akan menjadi remaja yang sehat, peduli dan lebih empati
kepada sesame sehingga tidak ada waktu untuk memikirkan
dan melakukan hal-hal yang tidak baik.

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 8


Gambar 4. Remaja Sehat
(Sumber : https://www.unala.net)

Tahapan Masa Transisi kehidupan remaja yang dapat dijalani


dapat dipilih menjadi lima tahapan (Youth Five Life Transitions)
yaitu :

1. Melanjutkan Sekolah (Continue Learning)


2. Mencari Pekerjaan (Start Working)
3. Memulai Kehidupan Keluarga (Form Families)
4. Menjadi Anggota Masyarakat (Exercise Citizenship)
5. Mempraktekkan Hidup Sehat (Practice Healthy Life)

Setiap tahapan tersebut akan dapat dilalui dengan baik jika remaja
memiliki tubuh dan jiwa yang sehat. Remaja yang berhasil
mempraktekkan hidup sehat diyakini akan menjadi penentu
keberhasilan pada empat bidang kehidupan lainnya. Dengan kata

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 9


lain apabila remaja gagal berperilaku sehat, maka kemungkinan
besar remaja tersebut akan terlambat dalam menjalani tahapan
kehidupannya.

Berdasarkan data penelitian terhadap remaja terkait


kesehatan reproduksi didapatkan data sebagai berikut:
1. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menemukan
bahwa kehamilan pada usia kurang dari 15 tahun terutama
terjadi di pedesaan, meskipun dengan proporsi yang sangat
kecil (0,03%). Sementara itu proporsi kehamilan di usia 15-19
tahun adalah sebesar 1,97 persen, dengan proporsi di
pedesaan lebih tinggi daripada perkotaan.

Gambar 5. Proporsi Kehamilan Remaja Indonesia tahun 2013


(Sumber : Kementerian Kesehatan, Riskesdas 2013)

2. Laporan survei Kesehatan Reproduksi Remaja (SKRRI) tahun


2012 dan 2017 ditemukan bahwa persentase remaja yang
mengetahui ada orang yang melakukan praktek aborsi pun
menurun (Gambar 7). Dalam studinya terhadap remaja di
Indonesia Permana (2011), menemukan 12,5 % remaja yang
tidak memiliki pemahaman tentang kesehatan reproduksi yang
menyetujui praktek aborsi. Sementara itu, proporsi remaja
yang memiliki pemahaman kesehatan reproduksi yang setuju

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 10


praktek cenderung lebih kecil yaitu 9 %. Analisis inferensial
menunjukkan bahwa remaja yang memiliki pemahaman
mengenai kesehatan reproduksi memiliki sifat permisif
terhadap aborsi 0,8 kali lebih rendah daripada remaja dan
memiliki pemahaman mengenai kesehatan reproduksi.

Gambar 6. Pengalaman Aborsi diantara teman

World health organization (WHO) menyatakan 333 juta kasus


baru PMS (penyakit menular seksual) terjadi di seluruh dunia
setiap tahun dan setidaknya 111 juta jika kasus ini terjadi
pada mereka yang berusia di bawah 25 tahun dan di banyak
negara berkembang data menunjukkan bahwa sampai 60 %
dari semua infeksi HIV baru terjadi pada kelompok usia antara
15 sampai 24 tahun (Sarwono, 2005).

Jika dilihat dari data tersebut, sungguh sangat


memperihatinkan kondisi yang terjadi pada remaja. Mengapa
hal itu bisa terjadi? Untuk itu mari kita urutkan satu persatu

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 11


yang menyebabkan terjadinya masalah yang terjadi diatas,
yaitu:
1. Belum tumbuhnya kesadaran pentingnya kesehatan
reproduksi terutama dikalangan remaja
2. Masih dianggap tabu pendidikan seks pada usia dini
3. Perubahan gaya hidup yang membuat remaja ingin
selalu mencoba
4. Perubahan struktur keluarga di sebagian keluarga yang
membuat remaja kehilangan pegangan dan kepercayaan
terhadap keluarga
5. Kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat
sehingga tidak ada lagi batas ruang dan waktu serta
filter informasi yang diterima saja

Permasalahan remaja yang berkaitan dengan kesehatan


reproduksi sering kali berakar dari kurangnya pemahaman
dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara
reproduksi mulai dari pemahaman mengenai perlunya
pemeliharaan kebersihan alat reproduksi, pemahaman
mengenai proses-proses reproduksi serta dampak dari perilaku
yang tidak bertanggungjawab seperti kehamilan tak
diinginkan, aborsi, penularan penyakit menular seksual
termasuk HIV.
Masalah reproduksi dan kesehatan seksual remaja
merupakan masalah yang kontroversial di banyak kelompok
masyarakat. Dengan adanya kontroversial ini maka sebagian
masyarakat membuat tindakan advokasi dan mendorong
munculnya kesadaran akan masalah reproduksi dan
kesehatan seksual remaja menjadi penting. Para remaja
diharapkan dapat membentengi diri dengan pengetahuan
bahwa organ seksualitas dan reproduksi adalah menjadi
privasi dirinya pribadi. Tidak satu orangpun boleh
mengganggunya. Jika ada pihak lain yang mengganggu
bahkan merenggutnya para remaja harus berani untuk
mengadukannya ke jalur hukum. Untuk mencegah hal
tersebut maka remaja harus menjaga organ seksualitas dan

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 12


reproduksi dengan baik. Agar masalah-masalah diatas tidak
terulang lagi untuk itu sebagai remaja kalian harus paham
tentang kesehatan reproduksi sejak dini khususnya para
remaja.

B. Alat Reproduksi Remaja


Reproduksi berasal dari kata re = kembali dan
produksi = membuat/menghasilkan. Jadi reproduksi dapat
didefinisikan proses kehidupan manusia dalam menghasilkan
keturunan demi kelestarian hidupnya. Kesehatan reproduksi
remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas
penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara
mental serta sosial kultural. Untuk itu remaja harus diberikan
informasi yang benar bagaimana menjaga kesehatan
reproduksinya. Setiap remaja mempunyai hak untuk
mendapatkan akses dan informasi tentang kesehatan
reproduksi berupa pendidikan seks. Dalam pendidikan seks
yang akan diberikan kepada remaja, pengetahuan apa saja
yang perlu diketahui? Beberapa pengetahuan yang harus
diketahui remaja seputar pendidikan seks adalah:
1. Pengenalan mengenai system, proses dan fungsi alat
reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja)
2. Pendewasaan usia perkawinan serta bagaimana
merencanakan kehamilan agar sesuai dengan
keinginannya dan pasangangannya
3. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta
dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi
4. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
5. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
6. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
7. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk
memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkat
hal-hal yang bersifat negative
8. Hak-hak reproduksi

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 13


Kepeduliaan kondisi tubuh terutama organ reproduksi
yang banyak berkembang dalam fase remaja harus diketahui
baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki. Anak-
anak perempuan yang dulu hanya peduli untuk
membersihkan organ kewanitaannya begitu saja tanpa ada
permasalahan yang lain, pada masa remaja dan pubertas,
organ kewanitaan anak gadis mengalami perubahan. Selain itu
mulai tumbuhnya rambut-rambut halus di sekitar organ intim
juga perlu diperhatikan sehingga kebersihan pun tetap harus
dijaga, terutama setelah buang air kecil maupun air besar.
Cara mencuci pun harus perlu diperhatikan dimana arah yang
sesuai (menjauhi kemaluan) lebih disarankan agar bakteri dan
kotoran tidak kembali bersarang.
Organ yang memang patut benar-benar dijaga
kebersihannya terutama bagi yang tinggal di negara tropis
semacam Indonesia. Produksi keringat yang membuat daerah
tersebut lembab dan merupakan kondisi yang tepat untuk
tumbuhnya jamur. Selain itu darah haid dan perubahan
hormone juga dapat merubah ekosistme organ kewanitaan.
Kebersihan organ reproduksi juga harus diperhatikan oleh
remaja pria. Bagi remaja pria yang tidak mengalami
pemotongan kulit pembungkus penis pada masa kanak-kanak
yang sering dikenal dengan sunatan, harus tetap rajin
membersihkan organ intimnya dengan membersihkan daerah
di dalam lipatan kulit tersebut, karena apabila bagian di dalam
lipatan kulit tidak dibersihkan, potensi untuk tumbuhnya
jamur dan hidupnya bakteri-bakteri lain akan sangat besar.
Seringkali karena terburu-buru, para remaja pria juga
tidak memperhatikan keadaan sekitar saat mereka
beraktivitas. Padahal apabila salah sedikit saja dan organ
intim mereka terbentuk, terjepit reseleting ataupun terkena
benda lain dengan cukup keras, organ intim tersebut dapat
cedera, pembengkakan yang akan dapat berakibat fatal
dikemudian hari bahkan sampai disfungsi ereksi.

1. Alat Reproduksi Laki-laki


Alat reproduksi laki-laki berbeda dengan alat kelamin
perempuan. Alat reproduksi perempuan berada di
bagian dalam tubuh sedangkan alat kelamin laki-laki

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 14


berada di luar tubuh. Hal memungkinkan lebih
mudahnya dalam perawatan kebersihan dan kesehatan
alat reproduksi laki-laki dibandingkan perawatan
kebersihan dan kesehatan alat reproduksi perempuan.
Untuk memahami alat reproduksi laki-laki sebaiknya
remaja memahami struktur alat reproduksinya.
Alat reproduksi pada laki-laki dibagi menjadi dua yaitu :
a. Alat Reproduksi Luar (Generatio Eksterna)
 Penis merupakan alat kopulasi yaitu untuk
menyalurkan sperma ke dalam vagina.
 Skrotum (kantong testis) berfungsi melindungi
testis dan mengatur suhu bagi pembentukan
sperma.
 Uretra, tempat keluarnya urin dan sperma
b. Alat Reproduksi dalam (Genitalia Interna)
 Sepasang testis, tempat pembentukan sperma
dan hormone tetosteron
 Epididimis, merupakan saluran sperma
berfungsi juga sebagai tempat pematangan
sperma
 Vas deferens merupakan saluran sperma
menuju ke uretra.
 Vesikula seminalis (kantong sperma),
merupakan tempat penampungan sperma
 Saluran Uretra, adalah saluran bersama antara
urine dan sperma

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 15


Gambar 7. Alat Reproduksi Pria
(Sumber : https://www.kampungilmu.web.id)

2. Alat Reproduksi Wanita

Gambar 8. Alat Reproduksi Wanita


( Sumber : https://duniapendidikan.co.id)

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 16


Alat reproduksi wanita dibagi 2 yaitu:
1. Alat Reproduksi bagian luar (Genetalia Eksterna)
 Celah (vulva), terbentuk oleh dua bibir besar (labium
mayora) pada bagian luar dan dua bibir kecil (labium
minora) pda bagian dalam
 Kelentit (klitoris), jaringan erektil yang memiliki
struktur seperti penis pada pria
 Lubang Uretra, merupakan lubang kencing
2. Alat Reproduksi bagian dalam (Genitalia internal)
 Sepasang indung telur (ovarium), merupakan tempat
pembentukan sel telur (ovum) dan hormone
reproduksi (estrogen dan progestron)
 Sepasang saluran telur (oviduk) atau tuba fallopi
yang menyalurkan telur dari ovarium menuju
uterus. Oviduk juga merupakan tempat terjadinya
pembuahan (fertilisasi)
 Rahim (uterus), tempat pertumbuhan embrio
 Leher Rahim (cervix)
 Liang peranakan (vagina), tempat masuknya sperma
dan keluarnya bayi saat melahirkan
 Selaput darah

Pubertas
Pubertas adalah masa dimana seorang anak mengalami
perubahan fisik, psikis dan pematangan fungsi seksual. Pada masa
ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan seksual yang cepat.
Pubertas merupakan masa peralihan antara akhir masa kanak-
kanak dan awal masa pubertas diawali dengan fungsinya ovarium
pada wanita untuk menghasilkan ovum dan berfungsinya alat
kelamin pria untuk memproduksi sperma.
Secara klinis pubertas mulai dengan timbulnya ciri-ciri
kelamin sekunder, dan berakhir kalau sudah ada kemampuan
reproduksi. Pubertas pada wanita, mulai kira-kira pada umur 8-14
tahun dan berlangsung kurang lebih selama 4 tahun dan pada
laki-laki antara usia 13-16 tahun.
Awal pubertas dipengaruhi oleh bangsa, iklim, gizi dan
kebudayaan. Pada abad ini secara umum ada pergeseran
permulaan pubertas ke arah timur yang lebih muda dikarenakan
meningkatnya kesehatan umum dan gizi. Perubahan apa sajakah

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 17


yang terjadi pada anak perempuan dan laki-laki ketika mengalami
pubertas. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat dengan
jelas baik pada laki-laki maupun perempuan.
Kharateristik perubahan seksual sekunder pada masa pubertas
1. Pada Remaja Pria
a. Tubuh mengalami pertumbuhan yang pesat. Dalam waktu
cepat anak laki-laki cepat sekali tinggi dan semakin
terlihat dewasa.
b. Suara menjadi besar dan pecah atau suara menjadi lebih
berat sehingga terdengar lebih laki-laki
c. Tumbuhnya bulu-bulu rambut pada bagian tertentu
seperti dagu, bagian bawah hidung, ketiak dan kemaluan
d. Munculnya jerawat pada bagian-bagian tertentu di wajah
akibat perubahan hormon yang terjadi di dalam tubuhnya.

Gambar 9. Pubertas Pada Anak-anak Laki-laki


(Sumber : Kesehatan Reproduksi BKKBN)

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 18


2. Pada Remaja Perempuan
Sama halnnya dengan remaja laki-laki, remaja perempuan
juga mengalami perubahan pada bagian tubuhnya yang
menandakaan masa pubertas telah datang. Adapun
perubahan-perubahan yang ditunjukkan pada masa pubertas
adalah:
a. Buah dada mulai tumbuh dan membesar secara perlahan
serta bagian pinggang mulai terbentuk
b. Bagian tubuh tertentu seperti panggul menjadi lebih berisi
dan dan melebar
c. Muncul jerawat di wajah akibat perubahan hormon
d. Tumbuh rambut di ketiak dan kemaluan

Gambar 10. Pubertas Pada Anak Perempuan


(Sumber : Buku Kesehatan Reproduksi BKKBN)

Pada remaja perempuan berfungsinya seksualitas primer ditandai


dengan mulainya proses menstruasi. Menstruasi adalah proses

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 19


pelepasan dinding Rahim dimana sel telur yang tidak dibuahi akan
keluar bersama runtuhnya dinding Rahim yang menebal ditandai
dengan pendarahan melalui vagina. Menstruasi biasanya terjadi
pada usia 11 tahun dan berlangsung selama 5-7 hari. Pada saat
datangnya masa menstruasi biasanya remaja perempuan
mengalami berbagai gangguan fisik maupun emosi. Gangguan fisik
yang dialami adalah rasa sakit yang dialami pada bagian pinggang
dan bawah perut serta mengencangnya payudara yang kadang
disertai rasa sakit. Sedangkan gangguan emosi yang dialami
remaja perempuan adalah ketidakstabilan emosi yang dirasakan
sehingga mudah sekali tersinggung, marah dengan tiba-tiba.

Gambar 11. Ilustrasi Nyeri Menstruasi


(Sumber : http://bungayangtegar.blogspot.com)

C. Kesehatan Alat Reproduksi


Organ reproduksi manusia merupakan salah satu organ
yang vital sehingga keberadaannya harus dijaga dengan baik.
Hal ini sangat penting karena jika kebersihan dan kesehatan
tidak diperhatikan maka akan menyebabkan kematian.
Kondisi seperti ini yang tidak diinginkan oleh kita semua.
Ramaja yang organ reproduksi sejak dini sehingga terhindar
dari berbagai gangguan dan penyakit terkait organ tersebut
hingga sampai kepada kematian.

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 20


Bagaimana cara remaja menjaga kebersihan dan
kesehatan organ reproduksi?

Berbicara mengenai kesehatan alat reproduksi terkait dengan


pakaian dalam yang dikenakan. (1) Hendaknya pakaian
diganti minimal 2 kali sehari, Pakaian dalam harus selalu
dalam kondisi bersih sehingga bakteri dan kuman dari
pakaian dalam tidak berpindah ke organ reproduksi. (2)
Tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat. Pakaian ketat
dapat menyebabkan peredaran darah menjadi terhambat dan
mengganggu sirkulasi darah. Hal ini akan membuat organ
kemaluan akan lembab dan memudahkan jamur serta
bakteri berkembang biak. (3) Membersihkan alat kelamin
luar dari depan dan belakang dengan menggunakan handuk
atau tisu untuk menghindari kelembaban yang berlebihan
dan menjaga agar kelamin tetap bersih. (4) Pakailah handuk
yang bersih, kering, tidak lembab/bau. Handuk yang kering
tidak lembab mengurangi tumbuhnya jamur dan bakteri
pada handul berpindah ke alat kelamin.

Khusus untuk perempuan sebaiknya (1) tidak terlalu sering


menggunakan cairan pembersih vagina, (2) Jangan memakai
pembalut tipis dalam waktu lama. Pembalut tipis (pantiliner)
digunakan untuk menyerap cairan yang keluar dari vagina
yang dikenal dengan istilah keputihan. Jika tidak sering
mengganti pentiliner memungkinkan jamur dan bakteri
berkembang biak sehingga dengan mudah berpindah ke
saluran vagina, (3) Pergunakan pembalut ketika menstruasi
dan diganti paling lama setiap 4 jam sekali atau setelah
buang air, (4) Bagi perempuan yang sering keputihan,
berbau, dan berwarna harap memeriksakan diri ke petugas
kesehatan. Bagi laki-laki dianjurkan disunat untuk
kesehatan dan menjaga kebersihan alat kelaminnya

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 21


D. Penyakit Menular Seksual
Organ reproduksi manusia sangat sensitive terhadap
kemungkinan munculnya suatu penyakit. Untuk
menghindari terkenanya penyakit organ reproduksi, bukan
hanya sekedar menjaga kebersihan dan kesehatan
reproduksi, tetapi menjaga perilaku hidup sehat sangat
penting.
Penyakit yang dapat menyerang alat kelamin bisa berupa
penyakit infeksi yang disebabkan karena penyakit menular
akibat hubungan seksual. Hubungan seksual yang tidak
dilakukan secara aman dapat menyebabkan infeksi sehingga
menjadi berpotensi menularkan kepada orang lain.
1. Kencing Nanah (Gonore)
Kencing nanah atau gonore adalah salah satu
penyakit menular seksual. Pada pria, gonore akan
menimbulkan gejala berupa keluarnya nanah dari penis.
Penyakit gonore dapat sembuh dalam beberapa hari, jika
diberikan pengobatan yang tepat dan segera. Penyebab
gonore adalah infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae.
Bakteri ini paling sering menular melalui hubungan
intim, termasuk seks oral dan seks anal. Seseorang lebih
mudah terkena gonore apabila sering bergonta-ganti
pasangan seks atau bekerja sebagai pekerja seks.

Gonore dapat terjadi pada pria maupun wanita,


namun gejala yang muncul pada pria dan wanita
berbeda. Gejala utama gonore yang muncul pada pria
berupa keluarnya nanah dari penis dan rasa sakit saat
buang air kecil. Sedangkan pada wanita, gejala mirip
keputihan biasa, kadang-kadang disertai gangguan
siklus menstruasi atau pembengkakan vulva. Tak jarang
rasa nyeri menjalar ke bagian perut bawah atau panggul.
Di samping itu, gonore juga dapat terjadi pada bayi
akibat tertular dari ibunya selama proses persalinan.
Bayi yang terkena gonore akan mengalami keluhan pada
mata.

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 22


Gambar 12. Kencing Nanah (Gonorhea)
(Sumber : https://perdoski.id)

2. Sifilis (Raja Singa)


Sifilis merupakan penyakit/infeksi menular seksual
(IMS) yang disebabkan oleh bakteri yang dapat menginfeksi
kulit, mulut, alat kelamin, serta sistem saraf. Penyakit ini
disebut juga dengan raja singa. Sifilis biasanya dimulai
dengan luka yang tidak menyakitkan pada alat kelamin,
dubur, atau mulut. Sifilis atau penyakit raja singa menular
dari orang ke orang lewat kontak kulit atau selaput lendir
(mukosa) dengan luka. Setelah infeksi awal, bakteri
penyebab penyakit raja singa ini dapat menetap dan tidak
aktif di dalam tubuh selama beberapa dekade sampai
akhirnya aktif kembali. Jika terdeteksi lebih awal, penyakit
raja singa akan lebih mudah disembuhkan dan tidak akan
menyebabkan kerusakan permanen. Namun, raja singa
yang tidak diobati bisa menyebabkan kerusakan serius
pada otak atau sistem saraf serta organ lainnya, termasuk
jantung. Kondisi ini tentu dapat mengancam jiwa. Tak
hanya dari kontak orang ke orang, penyakit raja singa juga
dapat menular dari ibu hamil yang terinfeksi ke janin di
dalam kandungan

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 23


.

Gambar 13 : Penyakit Sifilis pada kaki anak umur 3 tahun


(Sumber : https://health.detik.comHerpes Genital
Herpes genital merupakan suatu infeksi menular
seksual yang disebabkan oleh virus herpes simplex (HSV).
Cara utama penyebaran virus tersebut adalah melalui
kontak seksual. Setelah pertama kali terinfeksi, virus
menetap secara dorman dalam tubuh dan dapat terjadi
reaktivasi hingga beberapa kali dalam setahun. Herpes
genital dapat menyebabkan rasa nyeri, rasa gatal, dan luka
pada daerah genital. Herpes genital disebabkan oleh virus
herpes simplex (HSV). Virus tersebut memiliki dua tipe,
yakni:
 HSV tipe 1, tipe yang umumnya menyebabkan luka
atau lecet pada daerah sekitar mulut. HSV tipe 1
umumnya menular melalui kontak kulit, walaupun
juga dapat menyebar ke daerah genital saat melakukan
oral seks.
 HSV tipe 2, tipe yang umumnya menyebabkan herpes
genital. Virus dapat menular melalui kontak seksual
maupun kontak kulit. HSV tipe 2 cukum umum
ditemui dan sangat menular, walaupun seseorang tidak
memiliki luka terbuka.

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 24


Kedua tipe tersebut sangat menular dan dapat berpindah
dari satu orang ke orang lainnya melalui kontak langsung.
Herpes genital umumnya ditularkan melalui hubungan
seksual (vaginal, anal, atau oral) dengan orang yang
terinfeksi. Walaupun seseorang dengan herpes genital tidak
menunjukkan gejala, mereka tetap dapat menularkan
kondisi tersebut ke orang lain.

Gambar 14. Penyakit Herpes


(Sumber:https://www.alomedika.com)

3. Trikomonas Vaginalis/Keputihan

Gambar 16. Penyakit Keputihan


(Sumber : https://nakita.grid.id)

Keputihan adalah cairan atau lendir yang berfungsi


membersihkan, melembapkan, dan melindungi vagina dari
infeksi serta iritasi. Cairan ini dihasilkan oleh kelenjar dalam
vagina dan leher rahim (serviks). Kondisi keputihan termasuk
hal yang normal dialami oleh wanita. Tapi cairan ini juga bisa
menandakan penyakit tertentu bila jumlah, tekstur, dan

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 25


warnanya abnormal. Jumlah, warna, dan tekstur keputihan
bervariasi dari bening, putih seperti susu dengan tekstur
lengket hingga berair.Variasi cairan tersebut biasa tergantung
pada siklus menstruasi. Keputihan akan lebih banyak dialami
bila seorang wanita sedang mengalami ovulasi atau menyusui.
Keputihan abnormal ditandai dengan cairan yang berbau serta
berwarna kuning, cokelat atau kehijauan. Keluarnya cairan ini
juga dapat disertai dengan rasa nyeri atau gatal di vagina, dan
menjadi tanda infeksi maupun kondisi medis lain.

4. Chancroid
Chancroid adalah infeksi bakteri yang menyebabkan luka
terbuka pada alat genital (kelamin) dan sekitarnya. Chancroid
sangat menular, tetapi dapat disembuhkan. Chancroid
disebabkan oleh bakteri Haemophilus ducreyi (H. ducreyi) yang
menyerang jaringan pada area genital dan menimbulkan luka
terbuka. Bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh melalui celah
atau luka pada kulit dan menyebabkan reaksi peradangan.
Racun yang dihasilkan bakteri menyebabkan regenerasi sel
terhenti, sehingga terjadi kematian jaringan (nekrosis). Racun
tersebut juga yang menyebabkan terbentuknya luka terbuka.
Selama bakteri masih hidup pada luka, racun tetap bisa
dikeluarkan dan membuat luka yang dialami bertambah parah.
Perlu diketahui, meski sangat menular, chancroid tidak dapat
ditularkan melalui perantara hewan atau benda di lingkungan
sekitar.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
seseorang terkena chancroid, yaitu:
 Memiliki perilaku seksual berisiko, seperti sering berganti-
ganti pasangan atau berhubungan seksual dengan pekerja
seks komersial (PSK) dan tidak memakai kondom
 Berada atau tinggal di daerah yang memiliki banyak
penduduk dengan kondisi ini
 Kencanduan NAPZA atau kecanduan alkohol
 Tidak sunat (pada laki-laki)

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 26


Gambar. 15. Penyakit Chancroid
(Sumber : https://www.sehatq.com)

5. Kandiloma Akuminata/Kutil Kelamin


Kondiloma akuminata disebut juga dengan istilah kutil
kelamin. Kutil ini disebabkan oleh virus human
papillomavirus (HPV) dan biasanya ditularkan lewat
hubungan seks tanpa kondom. Kondiloma akuminata
berupa benjolan daging yang menyerupai bunga kol,
sehingga sering dikira sebagai tumor atau kanker. Namun
dalam banyak kasus, Kondiloma akuminata bisa berukuran
kecil, sehingga sering tidak terlihat.

Gambar 16. Penyakit Kondiloma akuminata


(Sumber: : https://koasbuyan.com)

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 27


6. Candidiasis (Jamur)
Candidiasis atau jamur merupakan salah satu penyakit
yang menyerang alat kelamin wanita. Penyebabnya adalah
jamur yang terdapat di mulut usus dan vagina. Jamut
akan menyebabkan keputihan disertai lecet dan rasa gatal
di daerah bibir kelamin dan bau khas, dapat pula
menyerang pria dan memudahkan terinfeksinya HIV/AIDS.
Jadi, bukan hanya wanita yang dapat penyakit yang
disebabkan oleh jamur.

7. Kutu Pubis
Kutu pubis adalah penyakit dimana pada daerah kelamin
bersarang sejenis kutu. Kutu ini muncul karena adanya
virus. Adapun gejalanya adalah kuning pada mata dan
kulit. Untuk kondisi yang parah dapat menyebabkan hati
membesar dan dapat mengakibatkan kanker hati.

8. HIV/AIDS
HIV/AIDS adalah salah satu penyakit yang penularannya
melalui hubungan yang tidak semestinya. Penyakit ini
merupakan penyakit dimana lemahnya sistem kekebalan
tubuh manusia sampai menyebabkan kematian. Gejala
yang ditimbulkan antara lain sariawan yang tidak sembuh-
sembuh, diare yang berkepanjangan, penurunan berat
badan secara drastis, timbul kemerahan di kulit, yang tidak
kunjung sembuh bahkan sampai menyerang otak.

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 28


BAB IV

PERKAWINAN ANAK

A. Perkawinan
Perkawinan bukanlah hanya menyangkut menyatukan
perasaan antar pasangan, tetapi banyak hal yang harus
disiapkan. Kesiapan fisik dan mental dari pasangan harus
menjadi pertimbangan utama. Usia merupakan salah satu
bentuk kesiapan dan menjadi persyaratan utama sebelum
melangsungkan perkawinan.
Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang-undang nomor 1
tahun 1974 Tentang Perkawinan menyatakan bahwa batas
minimal usia perkawinan perempuan 16 tahun dan laki-laki
19 tahun. Pasal ini menyatakan batas usia minimal dimana
sebagian besar masyarakat Indonesia di daerah-daerah banyak
yang menikahkan anaknya di bawah usia tersebut. Untuk saat
ini, era milenial dimana batas ruang dan waktu sudah tidak
terbatas lagi, maka batas usia perkawinan sudah tidak relevan
lagi. Pada usia tersebut seperti kita ketahui bahwa pada
umumnya remaja masih menduduki bangku sekolah
menengah atas. Sehingga harus dilakukan perubahan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan telah disahkan pada tanggal 14 Oktober
2019 di Jakarta.

Gambar 17. Tabel Usia Perkawinan(Sumber : https://cdnaz.cekaja.com)

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 29


Tabel diatas menunjukkan ada dua kelompok usia
perkawinan. Usia 26-28 tahun adalah usia yang ideal untuk
memasuki jenjang perkawinan. Pada usia ini pasangan sudah
memasuki usia dewasa sehingga kestabilan emosi sudah mulai
baik begitu juga kesiapan mental dan fisik yang menyangkut
organ reproduksi. Setelah itu pasangan siap menerima
anugerah, amanah untuk memiliki anak yaitu usia 27 – 30
tahun untuk anak pertama. Begitu pula untuk tahapan
perkembangan keluarga selanjutnya yaitu saat anak
memasuki usia sekolah sampai anak menikah. Jika sudah ada
prediksi tahapan perkembangan keluarga maka pasangan
akan sangat mudah merencanakan keluarganya. Hal ini untuk
menghindari berbagai masalah yang terjadi akibat
ketidaksiapan pasangan memasuki bahtera rumahtangga.

Berikut contoh kasus perkawinan muda akibat perjodohan


yang dilakukan orangtua kepada anaknya seperti yang
ditulis oleh Kristian (2017)

Kekerasan fisik dan psikologis akibat perkawinan anak dialami


oleh Maryati (30 tahun), seorang warga Bengkulu. Ia dipaksa
menikah oleh ayahnya pada usia 14 tahun atas alas an
ekonomi. Saat itu ayahnya terlilit utang dan menyuruh
Maryati menikah dengan si pemberi hutang yang usianya
terlampau jauh dengan Maryati. Kondisi ekonomi keluarga
yang buruk juga membuat Maryati putus sekolah. Jenjang
pendidikannya tak sampai kelas 6 SD. Maryati tak bisa
berbuat banyak selain menuruti keinginan ayahnya. Dengan
memalsukan umur agar sesuai undang-undang, Maryati
terpaksa menikah. “Saya tidak ngerti kalau akan dijodohkan.
Waktu itu saya menolak karena merasa belum pantas untuk
menikah,”ujar Maryati. Setelah menikah dan mengandung,
Maryati mengalami keguguran sebanyak tiga kali. Bidan
kandunga yang ia temui menjelaskan bahwa kandungannya
lemah sebab umur Maryati masih terlalu muda. Ia baru
berhasil melahirkan anak saat usianya menginjak 18 tahun.
Kekerasan yang dialami Maryati tidak sebatas pada kekerasan
fisik saja, namun juga kekeran psikologis. Ia mengaku
mengalami tekanan batin karena dipaksa menikah dengan
laki-laki yang tidak disukainya.

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 30


B. Resiko Perkawinan Anak

Gambar 18. Perkawinan Anak


https://www.unicef.org)

Menikah pada usia muda atau hamil di luar nikah adalah


salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi.
Tidak siapnya gadis yang hamil pada usia muda secara fisik,
psikis bahkan ekonomi menjadi stressor (sumber stress) dan
berdampak pada calon bayi. Hal ini harus diketahui dan
sadari. Menurut Manuaba (1998), resiko gadis menikah usia
muda secara umum adalah pertama, organ reproduksi untuk
gadis dengan umur dibawah 20 tahun belum siap untuk
berhubungan seks atau mengandung, sehingga jika terjadi
kehamilan beresiko mengalami tekanan darah tinggi (karena
tubuhnya tidak kuat). Kondisi biasanya tidak terdeteksi pada
tahap-tahap awal, tapi nantinya menyebabkan kejang-kejang,
pendarahan bahkan kematian pada ibu atau bayinya. Kedua,
kondisi sel telur pada gadis dibawah 20 tahun, belum begitu
sempurna, sehingga dikhawatirkan bayi yang dilahirkan
mengalami cacat fisik. Ketiga, beresiko mengalami kanker
serviks (kanker leher rahim). Karena semakin muda usia
pertama kali seorang berhubungan seks, maka semakin besar
resiko daerah reproduksi terkontaminasi virus.

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 31


1. Resiko Kehamilan Muda
Sementara resiko gadis hamil pada usia muda atau
sekolah secara khusus adalah:
a) Kurangnya perawatan kehamilan
Remaja perempuan yang sedang hamil, terutama jika
tidak memiliki dukungan dari orangtua, dapat berada
pada resiko tidak mendapatkan perawatan kehamilan
yang memadai dan hal ini sangat membahayakan ibu
dan calon bayi. Hal ini terjadi karena remaja belum
paham apa yang harus dilakukan dalam menjaga
kehamilan. Pengetahuan tentang kehamilan belum ada,
kondisi kehamilannya menjadi genting terutama pada
bulan-bulan pertama kehamilan yang tidak disadari
oleh remaja karena remaja aktivitasnya masih sangat
tinggi sehingga cenderung menyepelekan kondisi
kehamilan. Bahkan pada umumnya remaja belum
memahami gejala awal kehamilan.

b) Keguguran
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak
disengaja misalnya : karena terkejut, cemas, stress.
Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh
tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan
akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka
kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada
akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.

Keguguran yang dilakukan secara sengaja disebabkan


oleh beberapa hal seperti kehamilan yang beresiko
tinggi bagi ibu dan bayi dan kehamilan yang tidak
diinginkan oleh calon ibu.
Kehamilan yang menimpa para remaja yang terjadi
karena pergaulan bebas, memuat remaja tidak siap dan
bisa jadi melakukan tindakan pengguguran
kandungan.

c) Tekanan Darah Tinggi


Remaja perempuan yang hamil memiliki resiko lebih
tinggi terkena tekanan darah tinggi dibandingkan
Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 32
dengan gadis hamil yang berusia 20-30 tahun. Kondisi
tersebut disebut dengan pregnancy-induced
hypertension. Remaja perempuan yang hamil juga
memiliki resiko lebih tinggi dan preeklamsia.
Preeklamsia merupakan kondisi medis berbahaya yang
merupakan kombinasi dari tekanan darah tinggi
dengan kelebihan protein dan urin, pembengkakan
tangan dan wajah, serta kerusakan organ.

d) Kelahiran Prematur
Persalinan premature, berat badan lahir rendah (BBLR)
dan kelainan bawaan. Prematuritas terjadi karena
kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim
yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat
badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat
hamil kurang dan juga umur ibu yang belum
menginjak 20 tahun. Cacat bawaan dipengaruhi
kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan,
pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan
kehamilan (ANC) kurang, keadaam psikologi ibu kurang
stabil, selain cacat bawaan juga disebabkan karena
keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang
gagal seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit
sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijit
perutnya sendiri.

Ibu yang hamil pada usia muda biasanya


pengetahuannya akan gizi masih kurang, sehingga
akan berakibat kekurangan berbagai zat yang
diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan
mengakibatkan makin tingginya kelahiran premature,
berat badan lahir dan cacat bawaan.

e) Berat Lahir Rendah


Remaja perempuan yang hamil beresiko lebih tinggi
untuk melahirkann bayi dengan berat badan yang
rendah. Hal tersebut karena bayi memiliki waktu yang
kurang dalam rahim untuk tumbuh. Bayi lahir dengan

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 33


berat badan rendah biasanya memiliki berat badan
sekitar 1500-2500 gram.

f) Penyakit menular seksual (PMS)


Untuk remaja yang berhubungan seks selama
kehamilan, penyakit menular seksual seperti klamidia
dan HIV adalah perhatian utama. PMS ini dapat naik
melalui serviks dan menginveksi rahim dan
pertumbuhan bayi. Sedangkan HIV merupakan
penyakit menurunnya kekebalan tubuh sehingga tubuh
mudah sekali terkena berbagai macam penyakit.

g) Anemia kehamilan/Kekurangan zat besi


Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda
disebabkan kurangnya pengetahuan akan pentingnya
pada saat hamil di usia muda, karena pada saat hamil
mayoritas seorang ibu mengalami anemia. Tambahan
zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah
janin dan plasenta. Lama kelamaan seorang yang
kehilangan sel darah merah akan menjadi anemia.

h) Depresi Pospartum
Remaja perempuan yang hamil mungkin lebih beresiko
mengalami depresi postpartum yaitu depresi yang
setelah melahirkan bayi. Remaja perempuan yang
merasa down dan sedih, baik saat hamil atau setelah
melahirkan, harus berbicara secara terbuka dengan
dokter atau orang lain yang mereka percaya. Depresi
dapat mengganggu ibu dalam melakukan perawatan
bayi yang baru lahir.

i) Merasa sendirian dan terkucilkan


Khusus untuk remaja yang berfikir tidak dapat
memberitahu orangtuanya bahwa sedang hamil merasa
takut, terisolasi dan merasa sendiri dapat menjadi
masalah nyata. Rasa takut dan malu menimpa dirinya
membuat remaja lebih memilih menyendiri sehingga
terkucilkan dari lingkungannya.

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 34


j) Kematian Ibu yang tinggi
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan
karena pendarahan dan infeksi. Selain itu angka
kematian ibu karena gugur kandungan juga cukup
tinggi yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non
professional (dukun). Perlakuan membantu persalinan
menggunakan peralatan yang tidak steril sehingga
membahayakan ibu maupun bayi karena dapat
menyebabkan infeksi.

2. Dari aspeks psikis, psikologis dan aspek sosial, akibat


tingginya resiko kehamilan usia dibawah 20 tahun secara
spesifik dibagi kedalam dua bagian yaitu resiko bagi
ibunya dan resiko bagi ibunya:
Resiko bagi Ibu:
a. Mengalami pendarahan. Pendarahan pada saat
melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim
yang terlalu lemah dalam proses involusi, selain itu
juga disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah
yang tertinggal di dalam rahim). Kemudian proses
pembekuan darah yang lambat dan juga dipengaruhi
oleh adanya sobekan pada jalan lahir.
b. Kemungkinan keguguran/abortus. Pada saat hamil
seseorang ibu sangat memungkinkan terjadi
keguguran. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor
alamiah dan juga abortus yang disengaja, baik dengan
obat-obatan maupun memakai alat.
c. Persalinan yang lama dan sulit adalah persalinan yang
disertai komplikasi ibu maupun janin. Penyebab dari
persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak
janin, kelainan panggul, kekuatan his dan mengejan
serta pimpinan persalinan kematian ibu.
d. Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh
perdarahan dan infeksi

Resiko bagi bayi:


a. Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan
adalah kelahiran premature yang kurang dari 37

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 35


minggu (259 hari). Hal ini terjadi karena pada saat
pertumbuhan janin, zat yang diperlukan berkurang
b. Berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi yang
lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500
gram. Kebanyakan hal ini dipengaruhi kurangnya
gizi saat hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20
tahun. Selain itu juga dipengaruhi penyakit
menahun yang diderita oleh ibu hamil.
c. Cacat bawaan merupakan kelainan pertumbuhan
struktur organ janin sejak saat pertumbuhan. Hal
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
kelainan genetic dan kromosom, infeksi, virus
rubella serta faktor gizi dan kelainan hormon.
d. Kematian bayi. Kematian bayi yang masih berumur
7 hari pertama hidupnya atau kematian perinatal
yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500
gram. Kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari),
kelahiran kongenital serta lahir dengan asfiksia
(Manuaba, 1998).

Harus kita ketahui dan menjadi perhatian bersama


bahwa setiap tiga menit, dimanapun di Indonesia, satu
anak balita meninggal dunia. Selain itu setiap jam, satu
perempuan meninggal dunia ketika melahirkan atau
karena sebab-sebab yang berhubungan dengan
kehamilan. Tingginya angka kematian ibu dan bayi
tersebut menjadi perhatian khusus bagi pemerintah.
Data merupakan suatu hal yang sangat penting,
khususnya dalam upaya menurunkan angka kematian
ibu dan bayi. Melalui data kita mengetahui seberapa
parah angka kematian ibu dan bayi di negara kita dan
untuk mengevaluasi program-program yang dibuat
pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu
dan bayi. Berdasarkan hasil Survei Dasar Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan ada persoalan
dalam pencapaian target penurunan angka kematian
ibu dan bayi di Indonesia. Berikut ini merupakan data
kasus kematian ibu dan bayi di Provinsi Sulawesi
Barat.

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 36


70
60 59
50 52 52
47
40 42
30
20
10
2012 2013 2014 2015 2016

Gambar 19. Kasus Kematian Ibu di Provinsi


Sulawesi Barat tahun 2012- 2016

110
89
90
65
70 52
48
50 40
24
30
10
Mamuju Mamasa Mamuju Mamuju Majene Polman
Tengah Utara

Gambar 20. Kasus Kematian bayi di Provinsi


Sulawesi Barat tahun 2016

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 37


BAB V

STUNTING

A. Stunting
Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan
stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh
balita di dunia saat ini. Pada tahun 2017 22,2% atau sekitar
150,8 juta balita di dunia mengalami stunting. Namun angka
ini sudah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
angka stunting pada tahun 2000 yaitu 32,6%. Stunting adalah
salah satu permasalahan kesehatan yang sering dihadapi anak
di bawah lima tahun.
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki
panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan
dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi
badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median
standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting
termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak
faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil,
kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi.
Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami
kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif
yang optimal, rendahnya daya tahan tubuh dan kecerdasan
yang kurang.

B. Penyebab Stunting
Masalah balita pendek menggambarkan masalah gizi
kronis, dipengaruhi dari kondisi ibu/calon ibu, masa janin dan
masa bayi/balita, termasuk penyakit yang diderita selama
masa balita. Dalam kandungan, janin akan tumbuh dan
berkembang melalui pertambahan berat dan panjang badan,
perkembangan otak serta organorgan lainnya. Kekurangan gizi
yang terjadi dalam kandungan dan awal kehidupan
menyebabkan janin melakukan reaksi penyesuaian. Secara
paralel penyesuaian tersebut meliputi perlambatan

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 38


pertumbuhan dengan pengurangan jumlah dan
pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak dan organ
tubuh lainnya. Hasil reaksi penyesuaian akibat kekurangan
gizi di ekspresikan pada usia dewasa dalam bentuk tubuh
yang pendek.

Gambar 21. Ilustrasi bayi dengan bobot rendah. (Amer Almohibany -


Anadolu Agency)
(Sumber : https://www.aa.com)

Adapun penyebab anak stunting karena gizi buruk yang


dialami oleh ibu hamil maupun anak balita, karena kurangnya
pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan
pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Dan
masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan Ante
Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa
kehamilan) Post Natal Care dan pembelajaran dini yang
berkualitas, serta masih kurangnya akses kepada makanan
bergizi. BBLR adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
kejadian stunting secara langsung.

C. Ciri-ciri Stunting
Ciri-ciri fisik yang tampak pada anak stunting antara lain
: tinggi badan dibawah rata-rata, terjadi gagal tumbuh,
perhatian dan memori rendah, menghindari kontak mata, dan
lebih pendiam.

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 39


Gambar 22. Stunting
(Sumber : https://www.siswapedia.com)

D. Dampak Stunting
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi
pada periode tersebut, dalam jangka pendek adalah
terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan
pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.
Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat
ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan
prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga
mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit
diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah,
kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas
kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya
produktivitas ekonomi.
Anak-anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu
sebelum usia 6 bulan, akan mengalami stunting lebih berat
menjelang usia dua tahun. Stunting yang parah pada anak-
anak akan terjadi defisit jangka panjang dalam perkembangan
fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar secara
optimal di sekolah, dibandingkan anak-anak dengan tinggi
badan normal. Anak-anak dengan stunting cenderung lebih
lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 40


dibandingkan anak-anak dengan status gizi baik. Hal ini
memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam
kehidupannya dimasa yang akan datang.

E. Upaya Pencegahan Stunting pada 1000 HPK


Pemerintah indonesia berkomitmen untuk mengurangi
stunting dengan bergabung dalam Scaling Up Nutrition (SUN)
movement, SUN adalah gerakan global dengan prinsip semua
orang di dunia berhak mendapatkan makanan dan gizi yang
baik, selain itu upaya yang dilakukan pemerintah indonesia
untuk mencegah stunting adalah dengan mengadakan gerakan
1.000 hari pertama kehidupan yang dikenal sebagai 1.000
HPK, gerakan ini bertujuan mempercepat perbaikan gizi untuk
memperbaiki kehidupan anak-anak Indonesia di masa
mendatang, gerakan ini melibatkan berbagai sektor dan
pemangku kebijakan untuk bekerjasama menurunkan
prevalensi stunting.
Upaya intervensi gizi spesifik untuk balita pendek
difokuskan pada kelompok 1.000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK), yaitu Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Anak 0-23 bulan,
karena penanggulangan balita pendek yang paling efektif
dilakukan pada 1.000 HPK. Periode 1.000 HPK meliputi yang
270 hari selama kehamilan dan 730 hari pertama setelah bayi
yang dilahirkan telah dibuktikan secara ilmiah merupakan
periode yang menentukan kualitas kehidupan. Oleh karena itu
periode ini ada yang menyebutnya sebagai "periode emas",
"periode kritis", dan Bank Dunia (2006) menyebutnya sebagai
"window of opportunity.
Upaya intervensi gizi spesifik pada 1000 hari pertama
kehidupan tersebut meliputi (Pusdatin, 2016) :
1. Pada ibu hamil.
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan
cara terbaik dalam mengatasi stunting. Ibu hamil perlu
mendapat makanan yang baik, sehingga apabila ibu
hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah
mengalami Kurang Energi Kronis (KEK), maka perlu
diberikan makanan tambahan kepada ibu hamil
tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet
tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan.

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 41


Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak
mengalami sakit.
2. Pada saat bayi lahir.
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan
begitu bayi lahir melakukan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD). Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu
Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif).
3. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun.
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian ASI terus
dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih.
Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, imunisasi
dasar lengkap.
4. Memantau pertumbuhan Balita di posyandu merupakan
upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini
terjadinya gangguan pertumbuhan.
5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus
diupayakan oleh setiap rumah tangga termasuk
meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas
sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan. PHBS
menurunkan kejadian sakit terutama penyakit infeksi
yang dapat membuat energi untuk pertumbuhan
teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi
infeksi, gizi sulit diserap oleh tubuh dan terhambatnya
pertumbuhan.

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 42


DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. et., al. 2020. Arah Kompetensi Generasi Indonesia 2045.


Jakarta; BSNP

BPS, 2013. Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035. Jakarta;


BPS-Statistic Indonesia

BPS, 2021. Skor Indeks Pembangunan Manusia Indonesia


Meningkat pada 2021. https://databoks.katadata.co.id.
diakses pada tanggal 15 November 2021

BKKBN, 2015. Modul Pembekalan Guru SMA dalam


Pengintegrasian Pendidikan Kependudukan. Jakarta;
BKKBN

BKKBN, 2019. Generasi Muda Peduli Kependudukan. Jakarta


Timur; BKKBN Pusat

Fahrurrozi, 2016. Modul Pembekalan Guru Madrasah. Jakarta;


BKKBN.

Falikha, N. 2013. Bonus Demografi, Peluang dan Tantangan Bagi


Indonesia. Banjarmasin; UIN Antasari Banjarmasin

Hakiki, Gaib et., al. 2020. Percepatan Perkawinan Anak,


Percepatan yang Tidak Bisa Ditunda. Jakarta; BPS.

Hasanah, Uswatun., Nadirah. 2018. Buku Non Teks Pendidikan


Kependudukan Integrasi dengan Mata Pelajaran di
SMA/MA. Jakarta; BKKBN

Kosasih., Said, D.H. 2014. Materi Pembekalan Guru SMA dalam


Pengintegrasian Pendidikan Kependudukan dengan
Kurikulum 2013. Jakarta; BKKBN

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 43


Pusdatin. 2018. Buletin Jendela dan Informasi Kesehatan “Cegah
Stunting Itu Penting”. Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan.

Triyono, 2016. Menyiapkan Generasi Emas 2045. Klaten; Seminar


Nasional ALFA-VI,

World Health Organization WHO (2014). Why can’t we give water to


a breastfeeding baby before the 6 months, even when it is
hot? diakses pada tanggal 10 Agustus 2021

https://www.kampungilmu.web.id diakses tanggal 15 Agustus


2021

https://www.aa.com diakses tanggal 18 Agustus 2021

https://www.siswapedia dikses tanggal 19 Agustus 2021

https://www.aa.com. diakses tanggal 22 Agustus 2021

https://www.unicef.org diakses tanggal 23 Agustus 2021

https://cdnaz.cekaja.com diakses tanggal 24 Agustus 2021

https://koasbuyan.com diakses tanggal 24 Agustus 2021

https://duniapendidikan.co.id diakses tanggal 24 Agustus 2021

https://www.kompas.com diakses tanggal 24 Agustus 2021

https://www.alodokter.com diakses tanggal 24 Agustus 2021

https://www.healthdirect.gov.au diakses tanggal 24 Agustus 2021

https://www.sehatq.com diakses tanggal 24 Agustus 2021

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 44


.

Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 45


Materi Pendidikan Kependudukan untuk SMA/SMK/MA sesuai Kearifan Lokal 46

Anda mungkin juga menyukai