Anda di halaman 1dari 5

NOTULEN RAPAT KOORDINASI PENDIDIKAN MENENGAH

KERJASAMA DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENDIDIKAN DAN AGAMA KEMENTERIAN


KOORDINATOR PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN DENGAN DINAS
PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Palembang, 6 November 2014

Pada tanggal 6 November 2014 di Kota Palembang Sumatera Selatan telah dilaksanakan
Rapat Koordinasi Pendidikan Menengah dengan tema “Implementasi Kurikulum 2013 dan
Wajib Belajar 12 tahun sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas SDM menuju Indonesia Emas”
kerjasama Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kemenko PMK dan Dinas
Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan.

Rapat Koordinasi dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan, Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota, Kepala Sekolah, Perwakilan SKPD, Tenaga Pendidik dan
Kependidikan. Sebagai narasumber pada rapat koordinasi Pendidikan menengah adalah
Direktur Pengembangan SMA, Kepala Pusat Kurikulum dan Buku (Kapuskurbuk), dan Kepala
Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan.

Susunan Acara Rapat Koordinasi didahului dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia
Raya, Laporan Ketua Panitia, Sambutan Deputi Pendidikan dan Agama dibacakan oleh
Asisten Deputi Pendidikan Menengah dan Tinggi.

Ringkasan Rapat Koordinasi Pendidikan Menengah


Narasumber : Direktur Pengembangan SMA
 Pada abad ke-21, perkembangan pendidikan tidak hanya didasarkan pada kemampuan
calistung tetapi juga harus memiliki kemampuan mengelola teknologi (IT)
 Berdasarkan data dari World Economic Forum, Global Competitivenes Index Indonesia
mengalami peningkatan, pada tahun 2012 peringkat 50, pada tahun 2013 peringkat 38,
dan kemudian pada tahun 2014 mencapai peringkat 34.
 Dalam rangka mewujudkan generasi emas harus dipersiapkan sejak dini dimulai dari usia
PAUD sampai dengan tahapan untuk siap memasuki usia pendidikan. Investasi modal
manusia melalui pendidikan dimulai dari anak usia 0-3 tahun, pendidikan pra sekolah,
sekolah, sampai dengan pelatihan kerja.
 Saat ini layanan pendidikan mengalami peningkatan yang luar biasa, ditandai dengan
nilai APK yang semakin meningkat.
 Kebijakan yang dilakukan untuk pendidikan setingkat SMA adalah pelayanan akses
pendidikan agar masyarakat mendapatkan pendidikan sebagaimana mestinya,
pelayanan pendidikan yang sesuai standar, serta kurikulum pendidikan yang selalu
berkembang mengikuti perkembangan jaman
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang menyesuaikan perkembangan dan tantangan
untuk menghadapi abad 21 dalam rangka mempersiapkan generasi emas.
 Perubahan Paradigma Pembelajaran Abad 21 memiliki ciri-ciri: (1) informative (tersedia
dimana dan kapan saja); (2) komputasi (menggunakan mesin); (3) otomasi (menjangkau
segala pekerjaaan rutin), dan (4) komunikasi (dari mana dan kemana saja). Hal tersebut
diharapkan menghasilkan lulusan yang kreatif dan inovatif, berpikir dan bertindak
dengan berbeda.
 Model pembelajaran yang digunakan adalah merubah anak didik berubah secara
perilaku untuk lebih berinovasi, memiliki keterampilan perilaku (bertanya, pengamatan,
jejaring komunikasi, dan percobaan), serta memiliki kemampuan kognitif mensintesa.
 Dalam kurikulum 2013 memiliki ciri: kolaborasi, komunikasi, computer, karakter, kritis,
kewarganegaraan, serta kreativitas, sehingga perlu meningkatkan klasifikasi dan
sertifikasi guru.
 Kondisi kecamatan yang memiliki SMP/MTs atau SMA/SMK/MA (negeri dan/atau
swasta), dari 6637 kec, ada sekitar 231 kec yang tidak memiliki SMP/MTs dan 935 kec
yang tidak memiliki SMA/SMK/MA.
 Dalam rangka percepatan Pendidikan Menengah Universal (PMU) disarankan untuk
mendirikan “sekolah tumbuh” dan sesuai dengan Undang-Undang pendidikan
menengah merupakan tanggung jawab dari pemerintah provinsi.
 Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Rp 1 juta/tahun/siswa diberikan dalam rangka untuk
mengurangi dampak kesenjangan ekonomi dalam rangka mendapatkan pelayanan
pendidikan. Besaran yang diberikan ini belum mencukupi biaya kebutuhan yang
diperlukan.
Narasumber: Kepala Pusat Kurikulum dan Buku
 Pentingnya pembangunan karakter bangsa, baik secara filosofis (kebutuhan asasi suatu
negara), ideologis (perwujudan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara),
normative (wujud nyata dalam mencapai tujuan negara), historis (proses kebangsaan
dalam perjalanan sejarah) maupun sosiokultural (suatu bangsa yang multikultural).
 Pembangunan karakter bangsa sangat dibutuhkan untuk menjadi suatu negara yang
kuat dalam mengayomi kemajemukan yang dimiliki yang seperti perbedan bahasa, etnis,
agama/kepercayaan, dan lain-lain.
 Proses pendidikan di Indonesia dipenuhi dengan konsep sehingga terjadi stressing pada
anak. Pembangunan karakter dilakukan melalui proses pembiasaan sehingga langsung
tertanam.
 Media pembelajaran karakter bangsa dilakukan melalui (1) keluarga; (2) satuan
pendidikan; (3) masyarakat; (4) pemerintah; (5) dunia usaha; dan (6) media massa
 Pasal 3 UU SIsdiknas No. 20/2003 diharapkan anak didik menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
 Perubahan Paradigma Pembelajaran Abad 21 memiliki ciri-ciri: (1) informative (tersedia
dimana dan kapan saja); (2) komputasi (menggunakan mesin); (3) otomasi (menjangkau
segala pekerjaaan rutin), dan (4) komunikasi (dari mana dan kemana saja). Hal tersebut
diharapkan menghasilkan lulusan yang kreatif dan inovatif, berpikir dan bertindak
dengan berbeda.
 Perubahan paradigma pembelajaran diharapkan mampu merubah pola pikir baik guru
maupun anak didik, antara lain: guru dan buku teks bukan satu-satunya sumber belajar,
kelas bukan hanya satu-satunya tempat belajar, mendahulukan pemahaman Bahasa
Indonesia, penekanan pada higher order thinking & mampu berasumsi (realistis),
menekankan kolaborasi.
 Keseimbangan antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan untuk membangun soft
skill dan hard skill, pada tingkat sekolah dasar pembelajaran yang diberikan 80% berupa
pembangunan karakter dan kepribadian dan 20% berupa keterampilan dan
pengetahuan, sebaliknya pada tingkat SMA.
 Pendidikan karakter sangan penting agar kita menjadi negara besar dan pendidikan
karakter cukup diberikan di dalam kelas dan tidak diperlukan pembelajaran tertentu
karena kurikulum 2013 sudah mengarahkan pada pendidikan karakter.

Narasumber: Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan


 APK Sumatera Selatan hanya 90% hal ini disebabkan karena banyak anak tidak
bersekolah karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dimana untuk mereka lebih
menarik berkerja sebagai penyadap karet, perkebunan sawit, maupun pernikahan dini.
 Distribusi guru sangat tidak merata, pemerintah Sumatera Selatan memiliki kebijakan
menyekolahkan guru, serta membentuk guru produktif. Guru produktif diambil dari
sekolah tersebut sebanyak 30-40 murid untuk disekolahkan di UNJ/UPI untuk dididik
menjadi guru SMK.
Permasalahan yang timbul adalah guru produktif yang disiapkan tersebut tidak bisa
otomatis menjadi PNS karena perubahan prosedur penerimaan PNS saat ini yang
terpusat.
 Pemberlakuan pungutan sekolah diperbolehkan dengan syarat: (1) harus berizin untuk
mendapatkan dasar pemungutan sehingga legal secara hukum; (2) menyediakan 20%
untuk anak miskin sehingga akses pendidikan juga dapat dinikmati oleh anak miskin.
 Dengan adanya UU Sisdiknas yang mengamanatkan bahwa pendidikan menengah
menjadi tanggung jawab provinsi, hal ini lebih memudahkan untuk fokus pada
peningkatan kualitas pendidikan menengah, selain itu akses pendidikan anak usia
sekolah harus dipermudah.
 Pemerintah Sumatera Selatan bercita-cita untuk meningkatkan mutu/kualitas sekolah
swasta.
 Diharapkan di Provinsi Sumatera Selatan terdapat suatu agenda besar bisa dalam
bentuk acara/festival sebagai wadah menunjukkan puncak prestasi baik dari kepala
sekolah, guru, maupun murid.

Diskusi
Tanya
 Yuswardi
1. Profesionalisme guru sangat diperlukan, selain pelatihan yang diberikan hendaknya
perlu didukung dengan bantuan anggaran/blockgrand.
2. Perlu supervise akademik, untuk memastikan Kurikulum 2013 diterapkan dengan baik.
 Hairunsah - MUBA
1. Penerapan Kurikulum 2013 terkendala belum datangnya buku pelajaran untuk SMP
dan SMA
2. SMK belum dapat mengadakan pelatihan karena menunggu pusat untuk
mengadakan pelatihan padahal dana sudah diterima
3. Belum banyak guru SMK yang memiliki kompetensi dibidangnya sehingga guru
diambil dari perusahaan atau instansi terkait.
 ……….
1. Kurikulum 2013 dianggap oleh banyak orang gagal, perlu penerapan Pendidikan
karakter secara langsung di masyarakat.
 Sumarna:
1. Peningkatan mutu pendidikan, biaya berbanding lurus dengan mutu, tetapi
komitmen dari pemerintah masih kurang. Bagaimana pungutan sekolah?
2. Untuk pendidikan karakter, perlu dilakukan bimbingan teknis, seperti pendidikan anti
korupsi
Jawab
Direktur Pengembangan SMA
1. Profesionalisme guru melalui personal development, persoalan guru dipolitisasi dan
terjadi tumpang tindih kebijakan. Bimbingan teknis disekolah rujukan nasional
sebagai usaha pemertaan mutu pendidikan di setian jenjang pendidikan.
2. Supervisi akademik, telah ada data hasil ujian nasional per provinsi, per
kabupaten/kota, per mata pelajaran, sehingga dapat dilihat juga kecenderungan yang
terjadi peningkatan maupun penurunan di suatu sekolah di kabupaten/kota maupun
provinsi per mata pelajaran.
3. SMK harus dilengkapi sarana/prasarana dan memiliki partnership dengan dunia
industri sehingga murid SMK memiliki etos kerja dan kesiapan masuk ke dunia
usaha/kerja.
Kapuskurbuk
1. Distribusi buku belum lancar karena masih dalam proses penyelesaian, pelelangan
yang dilakukan pelelangan secara terbuka, terkendala pada harga buku yang
ditetapkan oleh HPS rendah, dengan adanya HPS yang rendah perusahaan yang bisa
mengikuti ada perusahan besar yang memilik peralatan lengkap, di lapangan
pemenang pelelangan mensubkontrak-an ke perusahaan lain pekerjaan ini
2. Perlu adanya ikut campur pemerintah terutama dari Presiden yang menginstruksikan
bahwa untuk buku sekolah tidak perlu melalui pelelangan tapi diserahkan kepada
percetakan negara (Balai Pustaka) dan pengiriman melalui PT POS, diharapkan hal ini
menjadi salah satu solusi penyelesaian masalah buku.
3. Kurikulum 2013 masih berjalan dan belum tuntas, akan diterapkan secara menyeluruh
pada tahun 2015. Penerapan Kurikulum 2013 ini tidak bisa langsung dilihat hasilnya
karena merupakan suatu proses yang membutuhkan waktu.
4. Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media selain sekolah termasuk
masyarakat, penerapan secara langsung akan lebih mudah dipahami dan tertanam
langsung bagi anak didik.
Kadisdik Provinsi Sumatera Selatan
1. Pendidikan karakter tidak membutuhkan tambahan mata pelajaran, yang diperlukan
adalah contoh konkrit dari guru dan orang tua.
2. Pungutan sekolah harus diperbaiki metodenya, pembenahan diri guru sangat
diperlukan dengan mengevaluasi diri untuk meningkatkan mutu/kualitas guru.
Peraturan perlu disiapkan ditiap tingkatan baik provinsi maupun kabupaten/kota.

Anda mungkin juga menyukai