Anda di halaman 1dari 3

Karir Cemerlang untuk Guru Milenial

E. Sukaedah A.
Menjadi seorang guru merupakan pekerjaan yang sangat mulia, karena guru dapat menanamkan
pengetahuan pada peserta didik dan ilmunya akan berguna dikemudian hari, yang pada gilirannya
menjadi pemimpin generasi penerus bangsa. Suatu bangsa tanpa adanya seorang guru, maka akan
terjadinya bangsa yang bodoh dan tidak akan memiliki masa depan.
Guru dan pendidikan merupakan dua sisi mata uang yang tidak bisa terpisahkan. Dalam lingkungan
pendidikan seorang guru mengembangkan profesi yang dimilikinya.

Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ( Sisdiknas ) dinyatakan bahwa "
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara."

Dengan demikian seorang guru harus memiliki 4 Kompetensi yaitu : Kompetensi Pedagogik,
Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional dan Kompetensi Sosial. Jika keempat kompetensi
ini bisa dimiliki seorang guru maka bisa dipastikan guru tersebut adalah Guru Profesional. Hal ini
termuat dalam UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Dalam UU ini dinyatakan bahwa "Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih , menilai dan mengevaluasi peserta didik pada PAUD,
jalur pendidikan formal, Pendidikan dasar dan pendidikan menengah".

Dalam peringatan Hari Guru Nasional ke 72 tahun 2018, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa
guru adalah sosok yang selalu membangkitkan inspirasi dan penuh pengabdian. Tugasnya mentransfer
ilmu pengetahuan kepada anak-anak didiknya layak untuk mendapatkan penghargaan yang besar.
Kondisi guru saat ini banyak sekali yang mau pensiun, yang harus segera membuat skema adan
mencari solusinya agar tidak terjadi kekurangan guru yang berakibat pembelajaran tidak kondusif,
sehingga siswa yang dirugikan.
Menteri Pendidikan dan kebudayaan (Mendikbud), Muhajir Effendy, mengatakan, pemerintah telah
merancang skema untuk menuntaskan masalah guru honorer hingga tahun 2024. Pasalnya
berdasarkan data Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(Kementerian PAN dan RB), total guru honorer katagori 2 (K-2) ada 438.590 orang dan sebanyak
35,4% atau 1.52.21 adalah guru honorer K-2. Namun dari total guru honorer K-2 yang terdaftar di
pusat data, yang lolos seleksi penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) 2018 formasi guru
dengan kuota 112.000 hanya 12.883 orang. Berdasarkan Undang-Undang aparatur Sipil Negara
(ASN) dan PP 11/2017 tentang Manajemen PNS pasal 23 menegaskan bahwa usia pelamar paling
tinggi 35 tahun.
Sumber: https://www.beritasatu.com/nasional/515679/pemerintah-janji-masalah-guru-honorer-tuntas-
di-2024
Adapun untuk rekrutmen guru dilakukan terdapat tiga macam yakni untuk memenuhi kekurangan
guru, lalu untuk memenuhi karena penambahan akses seperti pembangunan sekolah baru sehingga
perlu guru baru, dan untuk memenuhi guru yang pensiun.
Pemerintah berupaya mengatasi, bagi yang tidak memenuhi syarat menjadi CPNS, bisa memalui
skema yang ke dua yakni skema Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K)untuk semua
usia. Tes P3K akan dilaksanakan setelah tes CPNS. Muhajir menyampaikan pada Seminar Nasional
tentang Kebijakan Penuntasan Honorer K-2 Poksi Fraksi Golkar DPR RI, di Gedung Nusantara II
Jakarta, Selasa { 9/10/2018)

Selain skema CPNS dan P3K, guru honorer diberi kesempatan untuk tetap bekerja sesuai dengan
kebutuhan sekolah dengan mendapatkan upah minimum regional (UMR).
Dengan demikian, diharapkan guru sebagai tolak ukur karakter bangsa, mampu beradaptasi dengan
era now.
Seiring dengan Nawa cita Presiden RI tentang revolusi mental dan Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK), maka pembelajaran Abad 21 harus mengintegrasikan literasi, keterampilan 4 C (Critical
Thingking, Collaboration, Creative, Communication), Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), dan
HOTs (High Order Thinking Skills).

Pembelajaran Abad 21 menuntut guru dan siswa agar membangun sinergi bersama seluruh stake
holder agar dapat memberikan bekal kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
mumpuni bagi generasi emas. Jika siswa mendapat sebutan "Generasi Emas", Maka guru juga dapat
disebut "Guru Masa Depan".

Guru masa depan adalah sebutan bagi guru yang selalu berpandangan maju ke depan. Mempunyai visi
dan misi terukur dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, yang senantiasa mau "update"
tentang segala sesuatu dan terbuka pada setiap perubahan.

Ada tiga langkah mudah untuk menjadi guru masa depan, yaitu bergabung dengan komunitas guru
masa depan, mengikuti E-Diklat dan mengembangkan dan menerapkan hasil E-Diklat yang berupa
penulisan artikel untuk menyebarluaskan informasi, melaksanakan diseminasi, membuat
pembelajaran inovatif, dan apabila diperdalam, bisa dijadikan bahan kajian Karya Ilmiah
dalam Researh and Development (R & D)

Sumber: https://www.kompasiana.com/theresiasri/5b88c9f612ae94605625e532/tiga-langkah-mudah-
menjadi-guru-masa-depan?page=all

Kinerja guru sangat menunjang terhadap masa depan dan karier yang lebih baik. Maka dari itu
pemerintah akan memberikan reward terhadap guru yang berprestasi.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mewacanakan perubahan peran serta


fungsi kepala sekolah dan pengawas menjadi jabatan karier. Hal ini disampaikan Mendikbud
Muhadjir Efendy saat sinkronisasi program pembinaan tenaga kependidikan dengan dinas
provinsi/kabupaten dan kota seluruh Indonesia. "Guru yang bagus bisa jadi kepala sekolah, kepala
sekolah bila bagus bisa jadi pengawas," kata Muhadjir.

Sumber: https://www.sekolahdasar.net/2019/03/kepala-sekolah-dan-pengawas-akan-jadi-jabatan-
karier.html

Tanggal unduhan : 12 Juli 2019


E. Sukaedah A, lahir di Sumedang 8 Februari 1969
menikah dengan Dani tahun 1991. Menempuh
pendidikan S1 tahun 1990 di IAIN SGD Cirebon dan
lulus pada tahun 1994, lalu tahun 2011 lulus S2
dengan nilai Cumlaude. Saat ini menjalani profesi
sebagai Guru di SMKN 1 Kapetakan Cirebon. Pernah
menjadi Kepala Sekolah di SMK Al-Istiqomah tahun
2012-2014 dan di SMK Veteran tahun 2014-2018.
Penulis aktif di kegiatan MGMP PAI, MKKS, PGRI,
Cirebon TV, dan kegiatan menulis di kelas antalogi
yang telah menghasilkan enam buah buku. Beberapa
prestasinya, Juara II Membuat Karya Inovatif Model
Pembelajaran tahun 2016 dan Kepala Sekolah
Berprestasi 2017.

Anda mungkin juga menyukai