Anda di halaman 1dari 7

Pelaksanaan Program 2014

1. Koordinasi Program Pendayagunaan ZIS


Penyelenggara Rakor : Asisten Deputi Urusan Pemberdayaan dan
Kerukunan Umat Beragama
Waktu : Senin, 23 Juni 2014
Tempat : Kantor Kemenko Kesra – RR. Utama Lantai 7
Pimpinan Rakor : Menteri Koordinator Bidang Kesejehteraan Rakyat
Peserta : Seluruh Eselon I (Sekjen)/perwakilan
Kementerian/Lembaga dan Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS)

Dalam rangka mendorong peningkatan penghimpunan zakat secara signifikan oleh


Badan Amil Zakat Nasional yang merupakan lembaga yang telah ditunjuk pemerintah
sebagai lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat, maka Kemenko Kesra merasa perlu adanya suatu
Intruksi Presiden terkait optimalisasi pengumpulan zakat.

Surat Menko Kesra No. 25/Menko/Kesra/I/2014 kepada Menteri Sekretariat Kabinet


tentang Rancangan Inpres Optimalisasi Zakat telah mengantarkan terbitnya Inpres
Inpres No. 3 Tahun 2014 tentang Optimalisasi Zakat di Kementerian/Lembaga, Lembaga
Negara, Komisi Negara, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha
Milik Daerah melalui Badan Amil Zakat Nasional. Inpres tersebut merupakan hasil dari
koordinasi yang telah dilaksanakan.

Dengan terbitnya Inpres No. 3 Tahun 2014 telah dilaksanakan rapat koordinasi
sekaligus sosialisasi implementasi Inpres No. 3 Tahun 2014 kepada seluruh
kementerian/lembaga pada tanggal 23 Juni 2014 yang dipimpin oleh Bapak Menko
Kesra bertempat di Ruang Rapat Utama Lantai 7 Kemenko Kesra yang dihadiri oleh
seluruh sekjen/perwakilan dari kementerian/lembaga.

Beberapa rekomendasi hasil rapat koordinasi:


a. BAZNAS siap memberikan sosialisasi dan penjelasan kepada jajaran di masing-
masing kementerian/lembaga agar jajaran PNS di kementerian/lembaga memiliki
pemahaman yang sama mengenai implementasi Inpres No. 3 Tahun 2014.
b. Adanya Inpres ini akan meningkatkan pengumpulan dan pendayagunaan zakat dalam
rangka pengentasan kemiskinan. BAZNAS siap bekerja sama dengan berbagai pihak
dalam upaya pengentasan kemiskinan.
c. Perkembangan implementasi Inpres No. 3 tahun 2014 dilaporkan kepada Bapak
Wakil Presiden oleh Bapak Menko Kesra. Masing-masing kementerian/lembaga
segera bekerja sama dengan BAZNAS untuk pendataan potensi zakat. BAZNAS
diinstruksikan melaporkan kementerian/lembaga mana yang telah melakukan
pengumpulan zakat.
d. Perlunya pembentukan tim teknis monitoring pemantauan pengumpulan zakat di
Kemenko Kesra, Kementerian Agama, dan BAZNAS.
e. Segera dilakukan pemetaan/mapping penerima zakat dan program kerja
(penyaluran zakat) agar penyaluran zakat sesuai dengan syariat dan tidak tumpang
tindih dengan program kementerian/lembaga. Untuk pemetaan ini BAZNAS segera
berkerja sama dengan TNP2K untuk memperkuat data base yang sudah ada.
f. Segera dibangun reporting system oleh BAZNAS secara online, terkait dengan
perolehan pengumpulan zakat setiap bulan dan pemanfaatan/penyaluran zakat
kepada para mustahik. Fungsi reporting secara berkala akan meningkatkan
kepercayaan masyarakat untuk berzakat melalui BAZNAS.
g. Segera disiapkan implementasi Inpres No. 3 Tahun 2014 di kementerian/lembaga
dapat berlaku mulai bulan Juli-Agustus 2014.

2. Koordinasi UU Sertifikat Produk Halal


Penyelenggara Rakor : Panja RUU Jaminan Produk Halal Komisi VIII DPR RI
Waktu : Beberapa kali
Tempat : Ruang Rapat Komisi VIII DPR RI
Pimpinan Rakor : Ketua Panja RUU Jaminan Produk Halal Komisi VIII
DPR RI
Peserta :  Panja Komisi VIII DPR RI
 Panja Pemerintah (Kementerian Agama, Kemenko
Kesra, Kementerian Hukum dan HAM,
Kementerian Perdagangan, Kementerian
Perindustrian, Kementerian, Kementerian
Pertania)

Jaminan halal pada suatu produk sangat diperlukan terutama di Indonesia dengan
penduduk mayoritas beragama Islam sangat perlu dilindungi dengan kepastian hukum
kehalalan terhadap produk yang dikonsumsi dan digunakan oleh masyarakat. Saat ini
produk yang beredar di masyarakat belum semua terjamin kehalalannya sehingga perlu
diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan.
Kemenko PMK (d/h Kemenko Kesra) masuk sebagai anggota Tim Panja Pemerintah
dengan Komisi VIII DPR RI Rancangan Undang-Undang(RUU) Jaminan Produk Halal
serta ikut serta dalam rapat Panja yang dilaksanakan oleh Komisi VIII DPR RI.
RUU Jaminan Produk Halal disetujui pada Sidang Paripurna DPR RI pada tanggal 25
September 2014 dan disahkan menjadi Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 tentang
Jaminan Produk Halal pada tanggal 17 Oktober 2014 oleh Presiden RI.

Implementasi lebih lanjut, dengan telah diterbitkannya UU No. 33 Tahun 2014, Kemenko
PMK akan berkoordinasi dan mendorong Kementerian terkait dalam hal ini
Kementerian Agama untuk segera melakukan sosialisasi implementasi UU No. 33 Tahun
2014 kepada masyarakat umum, mendorong perlunya pembentukan Badan
Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) sebagai penyelenggara jaminan produk
halal, serta penyusunan Peraturan Pemerintah terkait dengan jaminan produk halal
yang belum tercantum di dalam UU tersebut. Rapat koordinasi lebih lanjut untuk
sosialisasi UU No. 33 Tahun 2014 dan pembentukan BPJPH akan diagendakan awal
tahun 2015.

3. Koordinasi Pemberdayaan Ekonomi Wakaf


Penyelenggara Rakor : Asisten Deputi Urusan Pemberdayaan dan
Kerukunan Umat Beragama
Waktu : Jumat, 28 November 2014
Tempat : Hotel Alila
Pimpinan Rakor : Asisten Deputi Urusan Pemberdayaan dan
Kerukunan Umat Beragama
Peserta : 1. Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama
2. Direktur Wakaf – Kementerian Agama
3. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN
4. Kementerian Dalam Negeri
5. Direktur Eksekutif Badan Wakaf Indonesia
6. Pejabat lingkup Kedeputian IV

Persoalan wakaf merupakan salah satu perhatian dan perlu dilakukan koordinasi untuk
pemberdayaan wakaf yang optimal. Peraturan perundang-undangan yang menaungi
wakaf adalah UU RI No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan PP No. 42 tahun 2006
tentang Pedoman Pelaksanaan UU 41/2004. Selain kedua peraturan tersebut
Kementerian Agama dan BPN telah mebuat SKB Menteri Agama dan Kepala BPN No.
422/2014 – No. 3/SKB/BPN/2014 tanggal 19 Oktober 2004 tentang Sertifikasi Tanah
Wakaf. Tantangan utama dalam masalah wakaf masih banyak tanah wakaf yang belum
tersertifikasi serta pemanfatan tanah wakaf lebih maksimal untuk kesejahteraan umat.

Perkembangan data tanah wakaf seluruh Indonesia tahun 2013 terdapat 435.395 titik
lokasi dan yang telah bersertifikat sebanyak 66,25% dan yang belum bersertifikat
33,75%. Dilihat dari sumber daya alam atau tanahnya (resources capital) jumlah harta
wakaf di Indonesia merupakan jumlah harta wakaf terbesar di dunia.

Beberapa rekomendasi hasil rapat koordinasi optimalisasi tanah wakaf, sebagai berikut:
a. Tantangan pemberdayaan aset-aset wakaf adalah: (1) peningkatan status hukum
tanah wakaf yang masih lemah; (2) penyelesaian rancangan biaya pembuatan
sertifikat tanah wakaf oleh pemerintah
b. Sosialisasi, koordinasi, data base pengelolaan dan pemberdayaan wakaf perlu
ditingkatkan. Kerja sama antara Kementerian Agama, Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/BPN, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Dalam Negeri perlu lebih
ditingkatkan.
c. Badan Wakaf Indonesia (BWI), Badan Pertanahan dan Kementerian Agama untuk
duduk bersama membahas percepatan sertifikat tanah wakaf.
d. Merevisi komponen biaya sertifikat seperti BPHTB dan biaya pengukuran khusus
untuk tanah wakaf. Rapat koordinasi lebih lanjut dengan Kementerian Keuangan
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, dan Kementerian
Agama untuk membahas revisi komponen biaya pembuatan sertifikat tanah wakaf.
e. Terkait pembuatan sertifikat tanah wakaf agar Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/BPN untuk segera mensosialisasikan persyaratan dan kelengkapan data fisik
dan yuridis tanah wakaf untuk mempercepat proses pengajuan pengakuan hak
tanah (sertifikat).
f. Untuk langkah selanjutnya dalam rangka meningkatkan koordinasi terkait wakaf
pada tahun 2015, akan dilaksanakan rapat koordinasi tingkat Eselon I dengan
mengangkat tema Pengakuan Hak atau Pengamanan Aset Wakaf.

4. Koordinasi Pemberdayaan Ekonomi Pontren


Penyelenggara Rakor : Asisten Deputi Urusan Pemberdayaan dan
Kerukunan Umat Beragama
Waktu : 29 April 2014
Tempat : Kemenko Kesra – RR. Lantai 5
Pimpinan Rakor : Plh. Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan
Agama
Peserta : 1. Kementerian Agama,
2. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
3. Kementerian Dalam Negeri,
4. Kementerian Pertanian,
5. Kementerian Kelautan dan Perikanan,
6. Pejabat dan staf lingkup Kedeputian IV

Penyelenggara Rakor : Asisten Deputi Urusan Pemberdayaan dan


Kerukunan Umat Beragama
Waktu : 8 Mei 2014
Tempat : Hotel Taman Sari - Sukabumi
Pimpinan Rakor : Asisten Deputi Urusan Pemberdayaan dan
Kerukunan Umat Beragama
Peserta : 1. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
2. Kementerian Dalam Negeri
3. Kementerian Pertanian
4. Kementerian Kelautan dan Perikanan
5. Kementerian Koperasi dan UKM
6. Sekda Pemda Kabupaten Sukabumi
7. Kanwil Agama Kabupaten Sukabumi
8. Ketua BAZNAS
9. Tokoh agama dan tokoh masyarakat Kabupaten
Sukabumi
10. Staf lingkup Kedeputian IV

Penyelenggara Rakor : Asisten Deputi Urusan Pemberdayaan dan


Kerukunan Umat Beragama
Waktu : 18 November 2014
Tempat : Hotel Alila
Pimpinan Rakor : Asisten Deputi Urusan Pemberdayaan dan
Kerukunan Umat Beragama
Peserta : 1. Kementerian Agama,
2. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
3. Kementerian Dalam Negeri,
4. Kementerian Pertanian,
5. Kementerian Kelautan dan Perikanan,
6. Kementerian Koperasi dan UKM
7. Pejabat dan staf lingkup Kedeputian IV
Pondok pesantren mempunyai kultur yang unik. Karena keunikannya, pondok
pesantren digolongkan ke dalam subkultur tersendiri dalam masyarakat Indonesia.
Lebih dari 27.000 pondok pesantren yang ada tersebar dilebih dari 70.000 desa di 34
Propinsi, merupakan bukti tersendiri untuk menyatakannya sebagai sebuah subkultur.
Keunikan ini pula pada gilirannya dapat menghasilkan nilai ekonomis yang sangat besar
bila dikelola secara profesional. Pondok pesantren dengan berbagai harapan dan
predikat yang dilekatkan padanya, sesungguhnya berujung pada tiga fungsi utama yang
senantiasa diemban, yaitu: Pertama, sebagai pusat pengkaderan pemikir-pemikir
agama (Center of Excellence). Kedua, sebagai lembaga yang mencetak sumber daya
manusia (Human Resource). Ketiga, sebagai lembaga yang mempunyai kekuatan
melakukan pemberdayaan pada masyarakat (Agent of Development). Pondok pesantren
juga dipahami sebagai bagian yang terlibat dalam proses perubahan sosial (Social
Change) di tengah perubahan yang terjadi. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam
mencetak kader-kader pemberdayaan masyarakat tersebut, seperti yang ditetapkan
oleh pondok pesantren adalah: (1) menumbuhkembangkan jiwa wirausaha dikalangan
santri dan masyarakat; (2) menumbuhkembangkan sentra dan unit usaha yang berdaya
saing tinggi.

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan telah


melakukan koordinasi dan sinkronisasi program dengan kementerian-kementerian yang
memiliki program pemberdayaan khusunya untuk pondok pesantren maupun koperasi
pesantren dalam suatu program Pemberdayaan Ekonomi Umat melalui Pondok
Pesantren dan Koperasi Pesantren, yang disingkat menjadi PEP.

Untuk mendukung program PEP telah dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman 6


Menteri tentang Program Pemberdayaan Ekonomi Umat melalui Pondok Pesantren dan
Koperasi Pesantren pada tanggal 12 Juli 2013 di Mataram, antara Menteri Agama,
Menteri Pertanian, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Menteri Kelautan dan
Perikanan, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, dan Menteri Dalam Negeri.
Penandatanganan Nota Kesepahaman ini sebagai upaya untuk sinkronisasi program
dari kementerian terkait dan meningkatkan peran serta kementerian terkait untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program bersama lintas kementerian
melalui program pemberdayaan ekonomi umat melalui pontren termasuk peningkatan
kualitas sumber daya manusia di pondok pesantren maupun koperasi pesantren.

Beberapa rekomendasi yang dihasilkan dari 3 kali rapat koordinasi yang telah
dilaksanakan, sebagai berikut:
a. Perencanaan dan sinergitas program dari tiap kementerian yang terkait sangat
diperlukan dan peran aktif dari semua pihak dalam menanggulangi kemiskinan
melalui program pemberdayaan masyarakat umat beragama. Selain perencanaan,
Sinkronisasi program antarkementerian terkait sangat diperlukan agar terjadi
kesinambungan dan bersinergi program. Identifikasi program pemberdayaan umat
dari masing-masing kementerian sangat diperlukan
b. Diperlukan sekretariat Tim Pemberdayaan Umat Beragama, sehingga koordinasi
dapat berjalan dengan baik.
c. Pemetaan dari pondok pesantren seluruh Indonesia sangat diperlukan untuk
menjadi data base karena terkait jumlah pondok pesantren yang jumlahnya sangat
besar. Kementerian Agama dapat memberikan data pondok pesantren yang terbaru.
d. Pemberdayaan umat beragama agar dapat berhasil dengan baik membutuhkan
program yang berkesinambungan dan pendampingan. Program pendampingan
perlu dilakukan untuk memberi arah kepada pelaksanaan program pemberdayaan
umat.
e. Peran aktif dari Pontren dan Kantor Kementerian Agama setempat untuk
melakukan terobosan dan membuat proposal program yang diajukan kepada
kementerian terkait.
f. Sosialisasi terkait pemberdayaan kerukunan umat beragama kepada pondok
pesantren dan masyarakat agar segera dilakukan
g. Program Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Pondok Pesantren Dan Koperasi
Pesantren pada tahun 2015 akan diintegrasikan dengan program Sail Tomini 2015
dan diharapkan dapat menjadi pilot project.
h. Tersusunnya buku pedoman umum dalam pemberdayaan ekonomi umat untuk
menunjang kegiatan tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai