QUR’AN (LPTQ)
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah : Sistem Penilaian Stq dan Mtq
Dosen Pengampu : H. Akhmad Dasuki, Lc. MA
Disusun oleh
RITA SUMARNI
1703130039
1
Sejarah Mtq Dan Berdirinya Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (Lptq) Dan
Perkembangannya Dari Masa Ke Masa dalam
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://pijay.lptqaceh.org/wp-
content/uploads/2018/08/SEJARAH-MTQ-DAN-
BERDIRINYA.pdf&ved=2ahUKEwjK0qKe_uvkAhXafH0KHfgJCRgQFjAAegQIAhAB&usg=A
OvVaw2BwZ-lcu4OaZl-n-HhinWk diakses pada 25 September 2019 pukul 19/44 WIB.
B. Tujuan di Dirikannya Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an
Tujuan didirikannya LPTQ adalah sebagai penyokong dan
mengembangkan ruang lingkup kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ)
yang telah memasyarakat, baik di Nusantara maupun Mancanegara. Departemen
Agama Propinsi Jawa Timur dalam buku Pedoman Pelatihan Tilawatil Qur’an
menyatakan bahwa: “Pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) semakin
mengembangkan ruang lingkup kegiatannya setelah dibentuknya Lembaga
Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) pada tahun 1977 yang menjadikan MTQ
sebagai sarana pemahaman, penghayatan, dan motivasi pengamalan ajaran Al-
Qur’an”.2 Termaktub dalam Keputusan Menteri Agama dan Menteri dalam Negeri
Nomor 19 tahun 1977/ Nomor 151 tahun 1977 tersebut pada Bab III Pasal 3
bahwa, “LPTQ bertujuan untuk mewujudkan penghayatan dan pengamalan Al-
Qur’an dalam masyarakat Indonesia yang ber-Pancasila”.3
Beberapa usaha yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan LPTQ tersebut,
baik bagi LPTQ di tingkat nasional hingga LPTQ di tingkat daerah (propinsi,
kabupaten, kecamatan) adalah termaktub dalam Keputusan Bersama Menteri
Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 tahun 1977/ Nomor 151 tahun 1977
tersebut pada Bab IV Pasal 3 bahwa :
Untuk mencapai tujuan LPTQ melakukan usaha-usaha : (1)
Menyelenggarakan Musabaqah Tilawatil Qur’an di tingkat Nasional dan di
Daerah. (2) Menyelenggarakan pembinaan tilawah (baca dan lagu), tahfidz
(hafalan), khat (tulis indah), puitisasi dan pameran Al-Qur’an. (3)
Meningkatkan pemahaman Al-Qur’an melalui penterjemahan, pentafsiran,
pengkajian dan klasifikasi ayat-ayat. (4) Meningkatkan penghayatan dan
pengamalan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.4
Berdasarkan teks Pasal 3 poin (2) itu, dapat diketahui bahwa pembinaan
tilāwah (baca dan lagu) al-Qur’an yang lazim diselenggarakan melalui
pembelajaran tilāwah al-Qur’an merupakan bagian integral dari usaha-usaha yang
dilakukan untuk mengaktualisasikan tujuan LPTQ.
2
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/6959/4/BAB%20I.pdf diakses pada 25 September
2019
3
Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran Tingkat Nasional , Pedoman Lembaga
Pengembangan Tilawatil Qur’an, (t.tp.::, tp, 1989), hlm. 1.
4
Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran Tingkat Nasional , Pedoman ...., hlm. 11-12.
C. Organisasi dan Kepengurusan LPTQ Nasional
Organisasi dan Kepengurusan LPTQ Tingkat Nasional terdiri atas :
1. Pembina : Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, Menteri Penerangan,
Menteri Perhubungan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Sosial serta Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia.
2. Ketua-ketua : Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen
Agama sebagai Ketua Umum dan seorang pejabat Departemen Dalam
Negeri, seorang pejabat Departemen Penerangan serta seorang Ketua
Majelis Ulama Indonesia sebagai Ketua.
3. Sekretaris dan Bendahara : Direktur Penerangan Agama Islam Departemen
Agama sebagai Sekretaris Umum dan Sekretaris Majelis Ulama, beberapa
pejabat Departemen Agama dan Departemen Dalam Negeri sebagai
Sekretaris/Bendahara.
Bidang-bidang yang meliputi :
1. Musabaqah;
2. Pembinaan;
3. Pemahaman;
4. Penghayatan dan pengamalan. 5
Dengan personalia yang terdiri atas pejabat-pejabat Departemen Agama,
Departemen Dalam Negeri, Departemen Penerangan, Departemen Perhubungan,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Sosial serta unsur-unsur
Majelis Ulama, Perguruan Tinggi dan masyarakat.
1. Organisasi dan Kepengurusan LPTQ di daerah mengikuti organisasi dan
kepengurusan LPTQ Tingkat Nasional, sesuai dengan situasi, kondisi dan
kebutuhan setempat.
2. Pengangkatan Pengurus :
a. LPTQ Tingkat Nasional diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
Agama.
b. LPTQ Tingkat Provinsi diangkat dan diberhentikan oleh
Gubernur/Kepala Daerah.
5
Miftahul Jannah, Musabaqah Tilawah Al-Qur’an Di Indonesia (Festivalisasi Al-
Qur’an Sebagai Bentuk Resepsi Estetis), Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 15, No. 2 hlm 86.
c. LPTQ Tingkat Kabupaten/Kotamadya diangkat dan diberhentikan oleh
Bupati/Walikota Kepala Daerah.
d. LPTQ Tingkat Kecamatan diangkat dan diberhentikan oleh Camat.
3. Hubungan organisasi :
a. Hubungan organisasi antara LPTQ Tingkat Nasional dan LPTQ di
Daerah bersifat pembinaan, bimbingan dan kordinasi.
b. Hubungan internasional dalam kegiatan LPTQ dilakukan antara
Menteri Agama dan Gubernur/Kepala Daerah, selanjutnya antara
Gubernur/Kelapa daerah dengan Bupati/Walikota/Kepala Daerah dan
antara Bupati/Walikota/ Kepala Daerah dengan Camat.
4. Hubungan tanggungjawab dalam LPTQ
a. LPTQ Tingkat Nasional bertanggungjawab kepada Menteri Agama
dan Menteri Dalam Negeri.
b. LPTQ Tingkat Provinsi bertanggungjawab kepada Gubernur/Kepala
Daerah.
c. LPTQ Tingkat Kabupaten/Kotamadya bertanggungjawab kepada
Bupati/ Walikota/Kepala Daerah.
d. LPTQ Kecamatan bertanggungjawab kepada Camat.
5. Pebiayaan kegiatan LPTQ
a. Pembiayaan kegiatan LPTQ Tingkat Nasional bersumber pada bantuan
Pemerintah dan sumbangan masyarakat.
b. Pembiayaan kegiatan LPTQ di Daerah bersumber pada bantuan
Pemerintah Daerah dan sumbangan masyarakat.
1) Bagi daerah yang telah membentuk lembaga/badan untuk
peningkatan Tilawatil Qur’an segera menyesuaikan organisasi
dan kepengurusannya dengan ketentuan-ketentuan dalam Surat
Keputusan Bersama ini.
2) Hal-hal yang menyangkut tata kerja serta pelaksanaan
pembinaan, bimbingan dan kordinasi yang belum tercantum
dalam Keputusan Bersama ini diatur lebih lanjut oleh Menteri
Agama.
3) SKB tersebut ditetapkan pada tanggal 7 Mei 1977.
D. Setelah Pembentukan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ)
Bidang organisasi baik Tingkat Nasional maupun Daerah diadakan
penyesuaian dengan SKB tersebut. Dengan berbagai pertimbangan Musabaqah
Tilawatil Qur’an yang sebelumnya dilaksanakan tiap tahun maka setelah
terbentuk LPTQ dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Untuk mempersiapkan
calon-calon peserta MTQ Internasional dilaksanakan Seleksi Qari-Qariah/Hafizh-
Hafizhah yang kemudian dikenal dengan STQ Nasional.
Bersamaan dengan penyelenggaraan MTQ Nasional diadakan Musyawarah
Nasional LPTQ dan bersamaan STQ Nasional diadakan Rapat Kerja Nasional.
Peserta MTQ sesuai dengan bertambahnya cabang dan golongan musabaqah terus
meningkat jumlahnya.
Sesuai Keputusan Munas LPTQ pada MTQ Nasional XIV di Pontianak,
penyelenggaraan MTQ dilaksanakan tiga tahun sekali. Selanjutnya mulai tahun
1990 STQ Nasional yang biasa berlangsung di Jakarta dimungkinkan
dilaksanakan di daerah.
Berbagai kesempatan untuk mengirimkan peserta dari Indonesia ke arena
internasional adalah MTQ Antar Bangsa di Kuala Lumpur, MTQ Internasional di
Arab Saudi, MTQ Internasional di Turki, MTQ Internasional di Mesir, MTQ
Internasional di Libya, MTQ Internasional di Afrika Selatan, MTQ Internasional
di Iran dan lain-lain. Peserta Indonesia senantiasa memperoleh hasil yang
gemilang. 6
Pada tahun 2003 Indonesia menyelenggarakan Musabaqah Tilawatil Qur’an
Tingkat Internasional yang pertama. Melalui Munas dan Rakernas LPTQ
tercermin program dan kegiatan LPTQ yang terus berkembang dan meningkat
dalam berbagai aspek, baik yang bersifat internal dalam organisasi LPTQ maupun
yang memberi dampak positif di tengah-tengah masyarakat.
Dampak kehadiran LPTQ di tengah masyarakat telah menghasilkan semakin
memasyarakatnya kegiatan Tilawatil Qur’an baik pada sisi lembaga
pendidikannya maupun yang bersifat perlombaan dalam berbagai even
keagamaan. Dapat dicatat bertumbuhnya Taman Pendidikan Al-Qur’an, hadirnya
6
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/6959/4/BAB%20I.pdf diakses pada 25
September 2019.
berbagai metode untuk mampu membaca Al-Qur’an dalam waktu relatif singkat,
Festival Anak Saleh dengan kegiatan lomba bacaan Al-Qur’an dan sebagainya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga telah mendorong
pemanfaatannya baik untuk mempelajari Al-Qur’an maupun untuk teknis
pelaksanaan penilaian dalam rangka Musabaqah maupun Seleksi Tilawatil
Qur’an.
PENUTUP
Lembaga Pengembangan Tilāwatil Qur’an (LPTQ) merupakan lembaga resmi
yang secara khusus mengajarkan dan mengembangkan berbagai cabang ilmu
tentang Al-Qur’an, baik dalam seni menulis, memahami isi kandungan, serta seni
membaca Al-Qur’an. Tujuan didirikannya LPTQ adalah sebagai penyokong dan
mengembangkan ruang lingkup kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ)
yang telah memasyarakat, baik di Nusantara maupun Mancanegara. Dampak
kehadiran LPTQ di tengah masyarakat telah menghasilkan semakin
memasyarakatnya kegiatan Tilawatil Qur’an baik pada sisi lembaga
pendidikannya maupun yang bersifat perlombaan dalam berbagai even keagamaan
DAFTAR PUSTAKA
Anonym, Sejarah Mtq Dan Berdirinya Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an
(Lptq) Dan Perkembangannya Dari Masa Ke Masa dalam
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://pijay.lptq
aceh.org/wp-content/uploads/2018/08/SEJARAH-MTQ-DAN-
BERDIRINYA.pdf&ved=2ahUKEwjK0qKe_uvkAhXafH0KHfgJCRgQFjA
AegQIAhAB&usg=AOvVaw2BwZ-lcu4OaZl-n-HhinWk diakses pada 25
September 2019 pukul 19/44 WIB.
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/6959/4/BAB%20I.pdf diakses pada 25
September 2019.
Jannah Miftahul, Musabaqah Tilawah Al-Qur’an Di Indonesia
(Festivalisasi Al-Qur’an Sebagai Bentuk Resepsi Estetis), Jurnal Ilmu Ushuluddin
Vol. 15, No. 2. Diakses pada 25 September 2019 puku 20.40 WIB.