Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH LEMBAGA PEGEMBANGAN TILAWATIL

QUR’AN (LPTQ)
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah : Sistem Penilaian Stq dan Mtq
Dosen Pengampu : H. Akhmad Dasuki, Lc. MA

Disusun oleh

RITA SUMARNI
1703130039

UMAR ABDUL AZIZ


1703130051

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
TAHUN 2018 M / 1440 H
PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Lembaga Pemgembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ)
Al-Qur’an merupakan pedoman bagi segenap umat Islam dalam melaksanakan
berbagai aktivitas ibadah, baik yang bersifat mahdoh maupun ghair mahdoh.
Karenanya setiap muslim dianjurkan agar mampu memahami hal-hal yang
terkandung di dalam al-Qur’an, fasih dalam membaca dan mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tuntunan Syariat dan Sunnah.
Namun fakta di lapangan berbicara lain. Berbagai kendala muncul sebagai
akibat dari kurang arifnya umat untuk bersungguh-sungguh berupaya dalam
mempelajari al-Qur’an guna mampu memahami dan mengamalkannya. Karena
itu, lahirlah Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) ini, sebagai upaya
untuk mengatasi berbagai kendala tersebut dengan harapan dapat memberikan
pencerahan kepada umat dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan al-
Qur’an.
Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) merupakan lembaga yang
berperan melakukan pelatihan dan pembinaan kepada masyarakat (khususnya
umat Islam) dalam bidang Tilawah al-Qur’an. Dimana lembaga ini terbentuk
sebagai jalinan kerja sama antara berbagai steakholder baik Lembaga
Pemerintahan, Lembaga Keagamaan, maupun Organisasi Kepemudaan.

Berdasarkan Amanat Presiden Republik Indonesia pada Upacara Peringatan


Nuzulul Qur’an tanggal 22 September 1975 di Jakarta dan pada Upacara
Pembukaan Musabaqah Tilawatil Qur’an Tingkat Nasional IX Tahun 1976 di
Samarinda, menekankan di samping pembinaan Tilawatil Qur’an, perlunya
pemahaman maksud dan makna Al-Qur’an serta pengamalan ajaran Al-Qur’an,
yang merupakan dorongan bagi umat Islam di Indonesia dalam mewujudkan
Pembangunan Nasional guna mencapai kemakmuran lahir dan batin, materiil dan
spiritual.
Menteri Agama menugaskan Gubernur DKI Jakarta dan Gubernur Sulawesi
Selatan sebagai mantan Panitia Musabaqah Tilawatil Qur’an Tingkat Nasional
Pertama untuk menindaklanjuti arahan Presiden tersebut dengan tujuan
Pembentukan Lembaga Permanen dalam hal yang berkaitan dengan Tilawatil
Qur’an. Pada waktu itu di DKI Jakarta sudah terbentuk Lembaga Pembinaan
Musabaqah Tilawatil Qur’an (LPMTQ) dan di Jawa Barat sudah terbentuk
Lembaga Pembinaan Tilawatil Qur’an (LPTQ). Kedua lembaga DKI Jakarta dan
Jawa Barat ini mengadakan musyawarah di Ciawi, Jawa Barat yang menghasilkan
usulan konsep pelembagaan MTQ yang kemudian diserahkan kepada Menteri
Agama.
Surat Bersama Gubernur/Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan
Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan tanggal 31 Mei 1976
masing-masing dengan nomor AGA-4/2/18 dan nomor 1151/A/k/BKD/76
melaporkan tentang Konsepsi Pelembagaan Musabaqah Tilawatil Qur’an sebagai
hasil penugasan Menteri Agama dalam rapat pleno MTQ Nasional IX pada
tanggal 19 April 1976.
Dengan mempertimbangkan bahwa kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur’an
dewasa ini telah melembaga dan membudaya di dalam masyarakat serta telah
memberikan manfaat yang besar dalam rangka “pembangunan manusia
seutuhnya”, maka untuk lebih meningkatkan kegiatan serta pemanfaatannya
dipandang perlu menyempurnakan organisasi penyelenggaraan Musabaqah
Tilawatil Qur’an dalam suatu badan yang tetap.
Atas dasar hal-hal tersebut maka ditetapkan Keputusan Bersama Menteri
Agama dan Menteri Dalam Negeri tentang Pembentukan Lembaga
Pengembangan Tilawatil Qur’an dengan SKB nomor 19 Tahun 1977 dan nomor
151 Tahun 1977. Dengan SKB tersebut dibentuk Lembaga Pengembangan
Tilawatil Qur’an (LPTQ) di Tingkat Nasional dan Daerah seluruh Indonesia,
masing-masing Tingkat Nasional berkedudukan di Ibukota Negara, Tingkat
Provinsi di Ibukota Provinsi, Tingkat Kabupaten/Kotamadya di Ibukota
Kabupaten/Kotamadya dan Tingkat Kecamatan di Ibukota Kecamatan.1

1
Sejarah Mtq Dan Berdirinya Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (Lptq) Dan
Perkembangannya Dari Masa Ke Masa dalam
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://pijay.lptqaceh.org/wp-
content/uploads/2018/08/SEJARAH-MTQ-DAN-
BERDIRINYA.pdf&ved=2ahUKEwjK0qKe_uvkAhXafH0KHfgJCRgQFjAAegQIAhAB&usg=A
OvVaw2BwZ-lcu4OaZl-n-HhinWk diakses pada 25 September 2019 pukul 19/44 WIB.
B. Tujuan di Dirikannya Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an
Tujuan didirikannya LPTQ adalah sebagai penyokong dan
mengembangkan ruang lingkup kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ)
yang telah memasyarakat, baik di Nusantara maupun Mancanegara. Departemen
Agama Propinsi Jawa Timur dalam buku Pedoman Pelatihan Tilawatil Qur’an
menyatakan bahwa: “Pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) semakin
mengembangkan ruang lingkup kegiatannya setelah dibentuknya Lembaga
Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) pada tahun 1977 yang menjadikan MTQ
sebagai sarana pemahaman, penghayatan, dan motivasi pengamalan ajaran Al-
Qur’an”.2 Termaktub dalam Keputusan Menteri Agama dan Menteri dalam Negeri
Nomor 19 tahun 1977/ Nomor 151 tahun 1977 tersebut pada Bab III Pasal 3
bahwa, “LPTQ bertujuan untuk mewujudkan penghayatan dan pengamalan Al-
Qur’an dalam masyarakat Indonesia yang ber-Pancasila”.3
Beberapa usaha yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan LPTQ tersebut,
baik bagi LPTQ di tingkat nasional hingga LPTQ di tingkat daerah (propinsi,
kabupaten, kecamatan) adalah termaktub dalam Keputusan Bersama Menteri
Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 tahun 1977/ Nomor 151 tahun 1977
tersebut pada Bab IV Pasal 3 bahwa :
Untuk mencapai tujuan LPTQ melakukan usaha-usaha : (1)
Menyelenggarakan Musabaqah Tilawatil Qur’an di tingkat Nasional dan di
Daerah. (2) Menyelenggarakan pembinaan tilawah (baca dan lagu), tahfidz
(hafalan), khat (tulis indah), puitisasi dan pameran Al-Qur’an. (3)
Meningkatkan pemahaman Al-Qur’an melalui penterjemahan, pentafsiran,
pengkajian dan klasifikasi ayat-ayat. (4) Meningkatkan penghayatan dan
pengamalan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.4

Berdasarkan teks Pasal 3 poin (2) itu, dapat diketahui bahwa pembinaan
tilāwah (baca dan lagu) al-Qur’an yang lazim diselenggarakan melalui
pembelajaran tilāwah al-Qur’an merupakan bagian integral dari usaha-usaha yang
dilakukan untuk mengaktualisasikan tujuan LPTQ.

2
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/6959/4/BAB%20I.pdf diakses pada 25 September
2019
3
Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran Tingkat Nasional , Pedoman Lembaga
Pengembangan Tilawatil Qur’an, (t.tp.::, tp, 1989), hlm. 1.
4
Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran Tingkat Nasional , Pedoman ...., hlm. 11-12.
C. Organisasi dan Kepengurusan LPTQ Nasional
Organisasi dan Kepengurusan LPTQ Tingkat Nasional terdiri atas :
1. Pembina : Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, Menteri Penerangan,
Menteri Perhubungan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Sosial serta Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia.
2. Ketua-ketua : Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen
Agama sebagai Ketua Umum dan seorang pejabat Departemen Dalam
Negeri, seorang pejabat Departemen Penerangan serta seorang Ketua
Majelis Ulama Indonesia sebagai Ketua.
3. Sekretaris dan Bendahara : Direktur Penerangan Agama Islam Departemen
Agama sebagai Sekretaris Umum dan Sekretaris Majelis Ulama, beberapa
pejabat Departemen Agama dan Departemen Dalam Negeri sebagai
Sekretaris/Bendahara.
Bidang-bidang yang meliputi :
1. Musabaqah;
2. Pembinaan;
3. Pemahaman;
4. Penghayatan dan pengamalan. 5
Dengan personalia yang terdiri atas pejabat-pejabat Departemen Agama,
Departemen Dalam Negeri, Departemen Penerangan, Departemen Perhubungan,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Sosial serta unsur-unsur
Majelis Ulama, Perguruan Tinggi dan masyarakat.
1. Organisasi dan Kepengurusan LPTQ di daerah mengikuti organisasi dan
kepengurusan LPTQ Tingkat Nasional, sesuai dengan situasi, kondisi dan
kebutuhan setempat.
2. Pengangkatan Pengurus :
a. LPTQ Tingkat Nasional diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
Agama.
b. LPTQ Tingkat Provinsi diangkat dan diberhentikan oleh
Gubernur/Kepala Daerah.
5
Miftahul Jannah, Musabaqah Tilawah Al-Qur’an Di Indonesia (Festivalisasi Al-
Qur’an Sebagai Bentuk Resepsi Estetis), Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 15, No. 2 hlm 86.
c. LPTQ Tingkat Kabupaten/Kotamadya diangkat dan diberhentikan oleh
Bupati/Walikota Kepala Daerah.
d. LPTQ Tingkat Kecamatan diangkat dan diberhentikan oleh Camat.
3. Hubungan organisasi :
a. Hubungan organisasi antara LPTQ Tingkat Nasional dan LPTQ di
Daerah bersifat pembinaan, bimbingan dan kordinasi.
b. Hubungan internasional dalam kegiatan LPTQ dilakukan antara
Menteri Agama dan Gubernur/Kepala Daerah, selanjutnya antara
Gubernur/Kelapa daerah dengan Bupati/Walikota/Kepala Daerah dan
antara Bupati/Walikota/ Kepala Daerah dengan Camat.
4. Hubungan tanggungjawab dalam LPTQ
a. LPTQ Tingkat Nasional bertanggungjawab kepada Menteri Agama
dan Menteri Dalam Negeri.
b. LPTQ Tingkat Provinsi bertanggungjawab kepada Gubernur/Kepala
Daerah.
c. LPTQ Tingkat Kabupaten/Kotamadya bertanggungjawab kepada
Bupati/ Walikota/Kepala Daerah.
d. LPTQ Kecamatan bertanggungjawab kepada Camat.
5. Pebiayaan kegiatan LPTQ
a. Pembiayaan kegiatan LPTQ Tingkat Nasional bersumber pada bantuan
Pemerintah dan sumbangan masyarakat.
b. Pembiayaan kegiatan LPTQ di Daerah bersumber pada bantuan
Pemerintah Daerah dan sumbangan masyarakat.
1) Bagi daerah yang telah membentuk lembaga/badan untuk
peningkatan Tilawatil Qur’an segera menyesuaikan organisasi
dan kepengurusannya dengan ketentuan-ketentuan dalam Surat
Keputusan Bersama ini.
2) Hal-hal yang menyangkut tata kerja serta pelaksanaan
pembinaan, bimbingan dan kordinasi yang belum tercantum
dalam Keputusan Bersama ini diatur lebih lanjut oleh Menteri
Agama.
3) SKB tersebut ditetapkan pada tanggal 7 Mei 1977.
D. Setelah Pembentukan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ)
Bidang organisasi baik Tingkat Nasional maupun Daerah diadakan
penyesuaian dengan SKB tersebut. Dengan berbagai pertimbangan Musabaqah
Tilawatil Qur’an yang sebelumnya dilaksanakan tiap tahun maka setelah
terbentuk LPTQ dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Untuk mempersiapkan
calon-calon peserta MTQ Internasional dilaksanakan Seleksi Qari-Qariah/Hafizh-
Hafizhah yang kemudian dikenal dengan STQ Nasional.
Bersamaan dengan penyelenggaraan MTQ Nasional diadakan Musyawarah
Nasional LPTQ dan bersamaan STQ Nasional diadakan Rapat Kerja Nasional.
Peserta MTQ sesuai dengan bertambahnya cabang dan golongan musabaqah terus
meningkat jumlahnya.
Sesuai Keputusan Munas LPTQ pada MTQ Nasional XIV di Pontianak,
penyelenggaraan MTQ dilaksanakan tiga tahun sekali. Selanjutnya mulai tahun
1990 STQ Nasional yang biasa berlangsung di Jakarta dimungkinkan
dilaksanakan di daerah.
Berbagai kesempatan untuk mengirimkan peserta dari Indonesia ke arena
internasional adalah MTQ Antar Bangsa di Kuala Lumpur, MTQ Internasional di
Arab Saudi, MTQ Internasional di Turki, MTQ Internasional di Mesir, MTQ
Internasional di Libya, MTQ Internasional di Afrika Selatan, MTQ Internasional
di Iran dan lain-lain. Peserta Indonesia senantiasa memperoleh hasil yang
gemilang. 6
Pada tahun 2003 Indonesia menyelenggarakan Musabaqah Tilawatil Qur’an
Tingkat Internasional yang pertama. Melalui Munas dan Rakernas LPTQ
tercermin program dan kegiatan LPTQ yang terus berkembang dan meningkat
dalam berbagai aspek, baik yang bersifat internal dalam organisasi LPTQ maupun
yang memberi dampak positif di tengah-tengah masyarakat.
Dampak kehadiran LPTQ di tengah masyarakat telah menghasilkan semakin
memasyarakatnya kegiatan Tilawatil Qur’an baik pada sisi lembaga
pendidikannya maupun yang bersifat perlombaan dalam berbagai even
keagamaan. Dapat dicatat bertumbuhnya Taman Pendidikan Al-Qur’an, hadirnya

6
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/6959/4/BAB%20I.pdf diakses pada 25
September 2019.
berbagai metode untuk mampu membaca Al-Qur’an dalam waktu relatif singkat,
Festival Anak Saleh dengan kegiatan lomba bacaan Al-Qur’an dan sebagainya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga telah mendorong
pemanfaatannya baik untuk mempelajari Al-Qur’an maupun untuk teknis
pelaksanaan penilaian dalam rangka Musabaqah maupun Seleksi Tilawatil
Qur’an.

PENUTUP
Lembaga Pengembangan Tilāwatil Qur’an (LPTQ) merupakan lembaga resmi
yang secara khusus mengajarkan dan mengembangkan berbagai cabang ilmu
tentang Al-Qur’an, baik dalam seni menulis, memahami isi kandungan, serta seni
membaca Al-Qur’an. Tujuan didirikannya LPTQ adalah sebagai penyokong dan
mengembangkan ruang lingkup kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ)
yang telah memasyarakat, baik di Nusantara maupun Mancanegara. Dampak
kehadiran LPTQ di tengah masyarakat telah menghasilkan semakin
memasyarakatnya kegiatan Tilawatil Qur’an baik pada sisi lembaga
pendidikannya maupun yang bersifat perlombaan dalam berbagai even keagamaan
DAFTAR PUSTAKA
Anonym, Sejarah Mtq Dan Berdirinya Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an
(Lptq) Dan Perkembangannya Dari Masa Ke Masa dalam
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://pijay.lptq
aceh.org/wp-content/uploads/2018/08/SEJARAH-MTQ-DAN-
BERDIRINYA.pdf&ved=2ahUKEwjK0qKe_uvkAhXafH0KHfgJCRgQFjA
AegQIAhAB&usg=AOvVaw2BwZ-lcu4OaZl-n-HhinWk diakses pada 25
September 2019 pukul 19/44 WIB.
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/6959/4/BAB%20I.pdf diakses pada 25
September 2019.
Jannah Miftahul, Musabaqah Tilawah Al-Qur’an Di Indonesia
(Festivalisasi Al-Qur’an Sebagai Bentuk Resepsi Estetis), Jurnal Ilmu Ushuluddin
Vol. 15, No. 2. Diakses pada 25 September 2019 puku 20.40 WIB.

Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran Tingkat Nasional , Pedoman Lembaga


Pengembangan Tilawatil Qur’an, t.tp.::, tp, 1989.

Anda mungkin juga menyukai