Anda di halaman 1dari 5

SEKOLAH PENGGERAK DAN KURIKULUM MERDEKA

Pendidikan adalah sebuah usaha sadar dan terstruktur untuk mengembangkan potensi setiap
individu, baik spiritual, kognitif, maupun afektifnya. Bagi sebuah negara, pendidikan merupakan
jalan untuk menciptakan sumber daya manusia unggul yang dapat menjawab berbagai tantangan
sesuai perkembangan zaman sehingga dapat mengantarkan negara tersebut pada tahap
kesejahteraan. Atas dasar itulah, pendidikan menjadi sektor yang kualitasnya harus selalu dijaga
dan ditingkatkan.

Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


(Kemendikburistek) selalu melakukan upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui berbagai
cara, salah satunya dengan menyusun kurikulum yang adaptif terhadap perubahan. Kurikulum
merdeka telah diluncurkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi Jumat 11
Februari 2022 secara virtual sebagai opsi sekolah dalam rangka upaya pemulihan pembelajaran
di masa pandemic Covid-19. Kurikulum merdeka belajar juga dapat dikatakan
sebagai kurikulum darurat karena memberikan keleluasaan kepada guru untuk membuat model
pembelajaran yang efektif dan tidak menuntut ketercapaian kompetensi dasar yang telah disusun
dalam silabus atau RPP. Kurikulum merdeka bersifat dinamis dan konstekstual, kurikulum yang
diperlukan sesuai zaman sekarang ini. Kurikulum Merdeka dengan stuktur kurikulum yang
fleksibel, fokus pada materi yang esensial, dapat memberikan keleluasaan guru menggunakan
berbagai perangkat ajar sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Karakteristik ini
diketahui melalui asesmen awal.

Program sekolah penggerak adalah alternatif yang ditawarkan oleh Kemendiburistek dalam
upaya mewujudkan visi Pendidikan Indonesia. Sebagai bentuk penyempurnaan dari program
transformasi sebelumnya, program sekolah penggerak berfokus pada peningkatan hasil belajar
siswa dan optimalisasi pengembangan komptensi siswa yang meliputi kemampuan literasi,
numerisasi, dan karakter. Untuk mencapai hal tersebut, program ini mensyaratkan SDM sekolah
(kepala sekolah dan guru) yang unggul sebagai modal utama.
Program Sekolah Penggerak adalah bentuk kolaborasi antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dalam upaya peningkatakan mutu pendidikan nasional. Program ini dilaksanakan melalui
desentralisasi pendidikan ke daerah. Lokasi program Sekolah Penggerak tersebar di 34 provinsi
dan 250 Kabupaten/Kota di Indonesia sehingga melalui program ini akan mempercepat
transformasi pendidikan di setiap daerah dengan cara mengakselerasi sekolah negeri atau swasta
untuk bergerak 1-2 langkah lebih maju. Untuk mencapai akselerasi tersebut, Kemendikburistek
harus memberikan 5 (lima) intervensi sebagai berikut:

Pertama, Kemendiburistek harus memberikan pendampingan konsultatif dan asimetris untuk


semua sekolah di daerah. Pendampingan ini dilakukan sebagai bentuk kolaborasi pemerintah
pusat dan pemerintah daerah untuk mencapai akselerasi dalam tiga tahun kedepan.
Kemendiburistek melalui UPT di setiap provinsi harus membantu proses perencanaan,
penyediaan fasilitas, dan penuntasan kendala yang dialami sekolah saat implementasi program
Sekolah Penggerak. Dengan begitu, program dapat terpantau secara kontinu dan tepat sasaran.

Kedua, mengupayakan penguatan SDM sekolah yang unggul. Agar program Sekolah penggerak
dapat terlaksana dengan baik. Sudah selayaknya pemangku kebijakan sekolah dan guru harus
terlebih dulu memahami konsep dan cara implementasi program ini. Kemendiburistek harus
memberikan pelatihan kepada kepala sekolah dan guru agar dalam pengimplementasiannya nanti
dapat sesuai rencana sehingga target akselerasi pendidikan dalam tiga tahun dapat tercapai.

Ketiga, menghadirkan pembelajaran dengan paradigma baru. Paradigma pembelajaran yang


diimplementasikan pada kurikulum Sekolah Penggerak harus berbasis pada profil pelajar
pancasila yang dilakukan dengan program intrakurikuler dan kokurikuler serta perlu disesuaikan
dengan kebutuhan siswa. Dengan demikian, siswa akan memiliki cukup waktu dalam
mengembangkan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan muatan lokal, nasional, dan global.

Keempat, perencanaan harus berbasis data. Melalui tahap ini setiap sekolah harus melakukan
refleksi diri agar memperoleh data. Data tersebut akan digunakan untuk menyusun perencanaan
program perbaikan yang akan dibahas dan dikaji oleh tim ahli dari UPT di setiap daerah. Hal
tersebut dimaksudkan agar setiap sekolah mengetahui kekurangan dalam mutu pendidikannya
sehingga dapat ditingkatkan melalui program ini
Kelima, mengupayakan digitalisasi sekolah. Tahap ini dilakukan dengan penyediaan fasilitas
digital berupa platform guru untuk profil dan pengembangan komptensi, platform guru untuk
pembelajaran, platform untuk sumber daya sekolah, dan dashboard rapor pendidikan. Hal ini
perlu dilakukan karena zaman sudah masuk pada era modernisasi yang sangat dekat dengan
dunia digital sehingga kegiatan pendidikanpun harus menyesuaikan agar pelaku kegiatan
pendidikan memperoleh kemudahan dalam menyelenggarakan proses pendidikan.

Dengan dihadirkannya lima intervensi yang memuat paradigma baru, adanya pendampingan dan
pelatihan, serta pemberian fasilitas digital diharapkan mutu pendidikan Indonesia akan
meningkat secara berkesinambungan. Penciptaan paradigma baru dalam pendidikan harus
bersifat proaktif dan antisipatif terhadap berbagai kemungkinan yang dapat mengganggu
jalannya proses pendidikan.

Adanya pelatihan dan pendampingan yang diberikan untuk semua daerah akan mendorong
terjadinya transformasi pendidikan daerah secara merata yang berlandaskan pada kearifan lokal.
Hal ini akan mendorong adanya semangat kolaborasi antar daerah untuk saling belajar satu sama
lain sehingga tidak ada daerah yang tertinggal atau terbelakang dalam segi pendidikan karena
sekolah penggerak dengan SDM yang unggul dapat menjadi mentor/insipitaror bagi sekolah lain
untuk ikut berkembang. Dengan begitu, pemerataan pendidikan ke setiap daerah akan menjadi
lebih progresif.

Upaya penguatan SDM setiap satuan pendidikan juga akan membantu setiap guru dalam
menghadirkan pembelajaran efektif yang berpusat pada siswa dan menyegarkan ekosistem
pendidikan melalui guru penggerak. Pasalnya, guru adalah motor utama dalam proses pendidikan
sehingga sangat dibutuhkan peran aktifnya dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Melalui
pelatihan dan pendampingan yang ada dalam Sekolah Penggerak, profesionalitas guru akan
semakin meningkat dan peluang untuk meningkatkan mutu pendidikan menjadi semakin tinggi.

Implementasi episode ketujuh dari kurikulum merdeka belajar ini membutuhkan kerjasama dan
koordinasi yang baik. Luasnya wilayah Indonesia dan belum meratanya saran parasana
pendidikan dapat berpotensi menghambat keberjalan program berbasis desentralisasi ini. Namun,
program ini sejatinya memiliki manfaat yang cukup progresif untuk pendidikan apabila dapat
direalisasikan. Manfaat tersebut antara lain:
Pertama, pengembangan pendidikan melalui kerjasama dengan pemerintah daerah dan sekolah-
sekolah yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia dapat berorientasi positif karena materi
pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa di masing-masing daerah. Selain itu,
pihak pemerintah daerah juga dapat menerapakan proses pendidikan berbasis kearifan lokal
sebagai upaya pengenalan dan pelestarian terhadap kekayaan daerah. Sekolah Penggerak juga
dapat berperan sebagai mentor bagi sekolah-sekolah lain agar turut bisa berkembang.

Kedua, adanya intervensi dalam upaya penciptaan sumber daya sekolah yang unggul menjadikan
program ini memiliki pelopor di setiap satuan pendidikan. Artinya, pihak sekolah dan guru
selaku pelaksana program ini telah memiliki kompetensi yang unggul sehingga dalam
pelaksanaannya tidak berpangku tangan kepada pemerintah pusat. Pelatihan yang diberikan
tentunya harus dapat meningkatkan kreativitas guru agar sebagai pelopor mereka mampu
menghadirkan nuansa pendidikan yang efektif, khas, tetapi tetap berorientasi pada peningkatan
hasil belajar siswa di masing-masing satuan pendidikan.

Ketiga, adanya refleksi diri setiap satuan pendidikan ketika menyusun laporan program akan
menghadirkan perubahan dan perbaikan pada sektor-sektor yang belum memadai di setiap
satuan pendidikan. Apabila sektor tersebut telah diperbaiki, bukan tidak mungkin jika kualitas
pendidikannya juga akan meningkat sehingga tidak sekolah yang terglorifikasi atau tidak ada
istilah sekolah favorit dan tidak favorit.

Keempat, adanya digitalisasi sekolah akan membantu proses pemerataan sarana prasarana digital
di setiap sekolah yang ada di seluruh daerah. Dengan begitu, angka paham akan dunia teknologi
juga akan meningkat. Selain itu, meratanya akses internet dan teknologi digital ke daerah-daerah
juga berpotensi untuk peningkatan ekonomi lokal.

Program Sekolah Penggerak hanya sebagian kecil dari upaya untuk memajukan pendidikan
negara. Memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan bukanlah perkara yang mudah. Untuk
itu, perlu kerjasama dari semua elemen masyarakat agar visi pendidikan Indonesia dapat
tercapai. Ketika pendidikan sudah maju, SDM unggul, tujuan Indonesia emas 2045 akan semakin
mudah untuk direalisasikan.

Anda mungkin juga menyukai