NIM
:B96214118
Kelas/SMT : E-4/ 4
IDENTITAS ETNIK MADURA DALAM BERKOMUNIKASI DI PONDOK
PESANTREN PUTRI AN - NURIYAH WONOCOLO-SURABAYA
A. Latar Belakang
Sejak lahir di dunia, manusia sudah melakukan hubungan sosial atau hubungan
antar manusia, mulai dari berhubungan dengan orang tua, keluarga dan orang-orang
disekitarnya, dan seiring bertambahnya usia maka akan bertambah pula pergaulannya
dengan manusia lain di dalam masyarakat disekitarnya. Dalam hubungan sosial, pasti aa
suatu proses di mana seorang anggota masyarakat yang baru akan mempelajari normanorma dan kebudayaan masyarakat di mana dia menjadi anggota suatu masyarakat.
Negara Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk nomor empat
terbesar setelah Cina, India dan Amerika Serikat, Indonesia memiliki jumlah dab subetnis
tidak kurang dari 1.072. Etnis Jawa yang jumlahnya 83,8 juta jiwa mendominasi jumlah
dan tersebar distribusinya. Di belakang etnis Jawa menyusul eynis Melayu, Madura,
Batak, Minangkabau, Bugis, Banjar dan Bali. Indonesia juga multikular terlihat dari
adanya komunitas masyarakat yang hidup di pedesaan, di pegunungan, lembah, dataran
dan antai yang dapat hidup berdampingan. Peningkatan keragaman budaya masyarakat
juga terjadi seiring adanya proses migrasi. Prosess migrasi tersebu mengarah pada
peningkatan keragaman etnik, agama dan ras.1
Kehidupan sosial dalam bermasyarakat tetunya tidak selalau berjalan lancar
seperti yang diinginkan. Banyak bahkan sering terjadi masalah masalah atau konflik
sosial di sekitar kita. Masalah- masalah sosial tersebut tentunya dapat berdampak buruk
pada tingkat kesejahteraan masyarakat karena hubungan sosial tidak dapat berjalan
dengan baik. Masalah masalah sosial berhubungan erat dengan nilai- nilai sosial dan
lembaga-lembaga kemasyarakatan di mana nilai itu biasanya berfungsi sebagai pedoman
1 Agus Salim, Stratifikasi etnik,(Yogyakarta: Tiara Wacana,2006), hlm: 6
1 |Proposal Penelitian Mpk Kualitatif
tertinggi bagi kelakuan manusia.2 Maka dapat dikatakan bahwa setiap individu dalam
melaksanakan aktifitas sosialnya selalu berdasarkan budaya, serta berpedoman pada nilainilai yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Artinya nilai-nilai itu sangat banyak
mempengaruhi tidakan dan perilaku manusia, baik secara individual, kelompok atau
masyarakat secara keseluruhan tentang baik, benar salah, patut atau tidak patut.
Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau
kelompok sosial yang bersumber pada factor-faktor ekonomis, biologis, biopsikologis
dan kebudayaan. Setiap masayarakat mempunyai norma-norma yang bersangkut-paut
dengan kesejahteraan kebendaan, kesehatan fisik, kesehatan ental, serta penyesuian diri
individu atau kelompok sosial. Penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma
tersebut merupakan gejala abnormal yang merupakan masalah sosial.3
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, sikap
saling ketergantungan ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya komunikasi yang
baik pula. Manusia tiak akan mengalami perkembangan fisik dan psikis yang baik jika ia
mengasingkan diri dari masyarakat sekitarnya. Ketidakmampuan manusia berkomunikasi
dengan orang lai membuat dirinya sendiri katak dalam tempurung. Ini disebabkan
seluruh hidup manusia tidak akan terlepas dari komnikasi. Bahkan bisa dikatakan
komunikasi adalah cara manusia besosial di dunianya4.
Semua kebutuhan manusia dapat terpenuhi jika manusia berkomunikasi dengan
orang lain. Karena itu jika dia berhasil berkomunikasi secara efektif maka seluruh
kebutuhannya dapat dia capai. Komunikasi antar manusia termasuk komunikasi antar
budaya yang efektif sangat ditentukan oleh pemahaman makna, terutama meletakkan
makna tersebut dalam nilai kebudayaan yang siap diterima. 5 Dalam berkomunikasi antar
budaya harus mempunyai rasa kepekaan. Peka terhadap budaya komunikasi dan
berbahasa. Komunikasi antar buadaya menuntut kita untuk memahami bahasa dan
komunikasi. Perbedaan antarbudaya mempengaruhi intreprestasi atas mana pesan yang
terkandung dalam bahasa, tanda dan symbol (baik verbal maupun nonverbal). Makna
bahasa sebenarnya adalah kemampuan mental yang membuat manusia dapat
menggunakan perilaku linguistic guna menghasilkan dan memahami penyebutan.
2 Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2012), hlm:314.
3 Soejarno, Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012),
hlm.314
4 Nuruddin, Sistem Komunikasi Indonesia, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hlm.
44
5 Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya ( Yogyakarta: PT LKis Printing
Cemerlang,2009), hlm 50
Kehidupan dipondok pesantren tidak bisa lepas dari interaksi sosial yang terjadi
antara anggota-anggota masyarakat pesantren. Suatu interksi sosial tidak mungkin terjadi
apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu : adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak
sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu antar individu dengan individu,individu
dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok, sedangkan arti terpenting
komunikasi adalah seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang
berwujud pembicara, gera-gerak badan (gestur) atau sikap ), perasaan perasaan apa
yang ingin disampaikan oleh oang tersebut. Dengan adanya komunikasi tersebut maka
sikap-sikap dan perasaan perasaan iu dapat diketahui orang lain.
Komunikasi di pondok pesanren yang terjalin antara para santri memiliki
kekhasan tersendiri. Heterogenitas para satri yang ada di dalamnya menimbulan
perbedaan komunikasi dengan komunikasi di luar pesantren. Heterogenitas di sini
tercermin dari berbagai sisi seperti etnis, bahasa, suku maupun ras. Komunikasi antar
budaya pada dasarnya mengau pada realitas keragaman budaya dalam masyarakat yang
masing-masing memiliki etika, tata cara dan pola komunikasi yang beragam pula.
Seluruh proses komunikasi pada akhirnya menggantungkan keberhasilan pada tingkat
ketercapaian tujuan komunikasi, yakni sejauh mana para partisipan memberikan makna
yang sma atas pesan yang dipertukarkan.6
Kebutuhan manusia akan ilmu pengetahuan di zaman ini semakin meningkat,
zaman di mana perkembangan teknologi dan informasi yang serba cangih. Di zaman
yang seperti itu banyak usaha yang dilakukan manusia dalam memenuhi kebutuhan ilmu
pengetahannya. Banyak para pemuda-pemudi Indonesia melakukan migrasi dengan
harapan mereka bisa mewujudkan mimpi-mimpi besarnya. Charles Tilly seorang ahli
sosiologi ologydududkan mengatakan ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya
migrasi yaitu keadaan satuan imingra, situasi dan kondisi di daerah asal, situasi dan
kondisi di daerah tujuan dan situasi dan kondisi sosial, ekonomi, politik serta jaringan
terkait di dalamnya.7
Kerasnya persaingan hidup di kota membuat sebagian para imigran khusunya para
mahasiswa atau mahasiswi lebih memilih tinggal di pondok pesantren, karena pondok
pesantren disamping sebagai lembaga pendidikan dan dakwah islam ternyata lebih
banyak yang berfungsi dan berperan sebagai lembaga pengembangan masyarakat. Pada
umumya pondok pesantren memiliki potensi untuk maju dan berkmbang memperdayakan
diri dan masyarakat lingkungannya.8 Selain itu kehidupan di pondok pesantren juga
biasanya dapat menjalin ikatan persaudaraan yang kuat sehingga dapat mengurangi
tingkat kekhawtiran hidup di kota orang.
Sekelompok orang yang pindah dari saru lingkungan budaya ke lingkungan
budaya yang lain mengalami proses sosial budaya yan dapat mempengaruhi mode
adaptasi dan pebentukan identitansnya. Kebudayaan daerah tujuan telah memberikan
definisi-definisi dan nilia-nilai bagi kehidupan sekelompok orang. Proses reproduksi
kebudayaan merupakan proses aktif yang menegaskan keberadaanya dalam kehidupan
sosial sehingga menghruskan adanya adaptasi bagi kelmpok yang memiliki latar belakang
kebudayaan yang berbeda.9
Pondok pesantren An Nuriyah Wonocolo Gang Zuber - Surabaya meruapakan
pondok pesantren modern yang dikhusukan untuk mahasiswi. Santri-santrinya berasal
dari berbagai daerah di Indonesia dengan kebiudayaan yang berbeda- beda sesuai daerah
asal masing-masing, ada yang berasal dari etnis Jawa yang meliputi berbagai daerah/
Kota diantaranya Blitar,Kediri, Sidoarjo, Mojokerto, Lamongan, Bojonegoro, Tuban,
Pasuruan, Gresik, Surabaya dan Rembang. Kemudian ada juga yang berasal dari etnis
Madura dan NTT.
Komunikasi antar buadaya yang terjadi di Pondok Pesantren An Nuriyah
Surabaya terjaDi hampir setiap hari, perbedaan pula dalam perilaku komunikasi. Dimana
santri yang berasal dari etnis Madura meruapakan etnis pendatang yang memberikan
warna baru yang dibawa dari kebudayaan keseharian mereka. Stereotype terhadap santri
etnis Madura. Etnis santri Madura secara mencolok mereka berbeda sekali jika
dibandingkan dengan orang Jawa yang lebih berbakat dan sensitf serta lurus sikapnya
dalam melakukan hubungan pergaulan sosial karena menghargai adat sopan santun.
Akibatnyaa, mereka lebih merasa berharkat dan berwibawa sehingga melihat rendah pada
orang-orang Madura yang kasar. Santri beretnis Jawa menyebut orang Madura berdarah
panas yang keras kepala dan lebih suka menghindarinya daripada berhubungan
dengannya. Sejauh mungkin orang berbicara tentang sifat-sifat karakter umum, dapat
dikatakan bahwa orang Madura kurang resmi, lebih bersemangat, dan lebih mandiri
daripada orang Jawa. Suatau kemandirian, bagaimanapun, yang mengunggkapkan diri tak
jarang dipandang sebagai semacam kekerasan dan tanpa tata karma, yang mungkin akan
membuat seseorang terbiasa berinteraksi dengan orang Jawa yang santun, meski kurang
membudak, menganggap orang Madura sebagai kurang menyenangkan terutama pada
8 Departemen Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah, (Jakarta:2003) hlm. 16
9 Irwan Abdullah, Kontuksi dan Reproduksi Kebudayaan, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,2009),
hlm.41
10 Robby I, Chandra, Konflik Dalam Hidup Sehari-hari,( Yogyakarta: Kansisus, 1992). Hlm:27
5 |Proposal Penelitian Mpk Kualitatif
Dalam penelitian ini terbagi atas dua kategori manfaat, yaitu manfaat teoritis dan
manfaat praktis. Adapun deskripsi dari manfaat tersebut antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini sebagai wahana mengaplikasikan teori yang telah diperoleh selama
belajar di bangku kuliah, serta menambah pengetahuan tentang pengaruh sosial media
terhadap sifat hidonise remaja.
b. Hasil penelitian ini dapa menjadi sumber referensi bagi yang membutuhkan pustaka
masalah identitas etnik Madura dalam berkomunikasi di kalangan pondok pesantren.
c. Hasil penelitian ini sebagai sumber informasi bagi peneliti di bidang yang sama.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi atau masukan bagi
mahasiswa atau santriwati pondok pesantren putri An Nuriyah dalam berkomunikasi
antarbudaya antara etnis Madura dan Jawa.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan berbagai dasar bagi peniliti yang akan datang.
6 |Proposal Penelitian Mpk Kualitatif
1.
Nama Peneliti
Siti Zainab
Jenis karya
Skripsi
Komunikasi Antar Budaya Umat beda
Agama di RT 04 RW 03 kelurahan Jemur
Wonosari Surabaya
Tahun Penelitian
2013
Metode penelitian
Kualitatif
Kerukunan
antar
umat
beda
agama
a. Memahami
proses
komunikasi
antar
03
Surabaya
b. Memahami
mendukung
kelurahan
jemur
wonosari
faktor-faktor
yang
proses
komunikasi
antar
yang
Perbedaan
2.
Nama Peneliti
Moh. Rokhanidin
Jenis karya
Skripsi
Komunikasi
Bertetangga
Antar
Budaya
Masyarakat
dalam
Rumah
Susun
Tahun Penelitian
Penjarigan Surabaya
2012
Metode Penelitian
Kualitatif
rumah
susun
penjaringan
Surabaya
masyarakat
rumah
susun
dengan
mereka saling
PKK.
Mendeskripsikan
a.
Komunikasi
Antar
dalam
Rumah
Susun
Bertetangga
Penjaringan
Masyarakat
Surabaya
Nama Peneliti
F. Definisi Konsep