Disusun Oleh:
Nama : YUNI SARAH
Puji syukur bagi TUHAN YANG MAHA ESA yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya
kepada seluruh kita semua
puji syukur kepada tuhan, saya telah menyelesaikan tugas makalah yang sangat sederhana ini, sebagai
pemenuhan tugas Bahasa Indonesia.
Segala daya dan upaya penulis lakukan untuk menyusun makalah ini, akan tetapi dengan keterbatasan
waktu, tenaga dan minimnya pengalaman, tentunya masih banyak kekurangan di dalamnya, untuk itu
penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya, serta kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk
menyempurnakan langkah penulis kedepan.
Sekian, semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penyusun :
YUNI SARAH
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Majas
Majalah adalah gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan
yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran dari pengarang. Majas merupakan bahasa yang
kias, bahasa yang dipergunakan untuk menciptakan efek tertentu. Majas sering disebut gaya bahasa.
2. Majas Pertentangan
Majas pertentangan antara lain meliputi: hiperbola, litotes, ironi, dan paradoks.
a. Hiperbola
Adalah majas yang mengandung pernyataan berlebih-lebihan dengan maksud untuk mempertebal,
meningkatkan kesan dan pengaruhnya. Contoh:
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
(dari DOA, Chairil Anwar)
b. Litotes
adalah majas yang mengurangi, mengecil-kecilkan kenyataan yang sebenarnya. Tujuannya, antara lain,
untuk merendahkan diri. Contoh:
- Mampirlah ke gubuk saya! (padahal rumahnya besar dan mewah)
c. Ironi
adalah majas yang menyatakan makna pertentangan dengan maksud untuk menyindir atau mengolok-
olok. Contoh:
- Pandai sekali kau, baru datang ketika rapat mau selesai.
d. Paradoks
adalah majas yang antar bagian-bagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan. Contoh:
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia berbaring, tetapi bukan tidur sayang
(dari Pahlawan Tidak Dikenal, karya Toko Sudarto Bachtiar)
3. Majas Pertautan
Majas pertautan antara lain meliputi: metonimia, sinekdoke, alusia, dan ellipsis.
a. Metonimia
adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau
hal lainnya sebagai penggantinya. Kita dapae menyebut pencipa atau buatannya.bisa pula kita
menyebut bahan dari barang yang dimaksud. Contoh:
- Dikebun binatang mereka terus berkodak. (berkodak: berfoto, ditautkan dengan nama salah satu
merek kamera)
b. Sinekdoke
Adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya, ataupun
sebaliknya.
Sinekdoke dibedakan menjadi dua macam:
1) Pars protato, yaitu majas yang menyebutkan sebagian, tetapi yang dimaksud adalah keseluruhan.
Contoh:
- dari jauh sudah terlihat batang hidungnya.
- dia telah menjual sejengkal tanahnya untuk menyambung hidupnya
2) Totem Proparto, yaitu majas yang menyebutkan keseluruhan, tetapi yang dimaksud adalah sebagian.
Contoh:
- Indonesia menang dalam pertandingan bulu tangkis di Korea.
- Kampungku berpartisipasi dalam lomba voli tingkat kecamatan.
c. Alusia
adalah majas yang menunjuk secara tidak langsung pada suatu tokoh atau peristiwa yang sudah
diketahui bersama. Contoh:
- Orang-orang ingin kembali memandangnya
(dari Pahlawan Tak Dikenal, karya Toto Sudarto Bachtiar)
d. Ellipsis
Adalah majas yang di dalamnya terdapat penghilangan kata atau bagian kalimat. Contoh:
- Kuraba mitlaliur Jepang dari baju hitam
(dari Buku Tamu Musium Perjuangan, karya Taufiq Ismail).
4. Majas Perulangan
Majas perulangan meliputi: aliterasi, antana klasis, repetisi, paralesisme, dan kiasmus.
a. Aliterasi
adalah majas yang memanfaatkan kata-kata yang permulaannya sama bunyinya. Contoh:
Dengarkanlah dendang durjana
Lelaki tua putra Madura
(dari lagu Nelayan Selat Madura, karya Djawastin Hasugian)
b. Antana Klasis
Adalah majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda. Contoh:
Pintu-pintu awan, nadi-nadi cahaya
Dan kegelapan,rimba sepi kejadian
(dari MIMPI, karya Abdul Hadi WM)
c. Repetisi
Adalah majas perulangan kata sebagai penegasan yang diruntut dalam baris yang sama. Contoh:
Dalam kesunyain malam waktu, tidak berpandang, tidak berkawan.
(dari Dibawa Gelombang, karya Sanusi Pane)
d. Paralerisme
Adalah majas perulangan kata yang disusun dalam baris yang berbeda. Contoh:
Sunyi itu duka
Sunyi itu kudus
Sunyi itu lupa
Sunyi itu lapas
e. Kiasmus
Adalah majas yang berisi perulangan dan sekaligus merupakan inversi. Contoh:
Karena malam bukan siangnya gelombang dan siang bukan malamnya siang.
(dari Orang Perahu, karya Sutan Iwan Soekri Munaf)
C. Makna Majas
Di dalam bahasa Indonesia banyak terdapat perubahan-perubahan makna. Perubahan-perubahan itu
antara lain:
1. Widereng, yaitu perubahan makna yang menyatakan bahwa cakupan makna sekarang lebih luas dari
pada cakupan makna dahulu. Contoh:
- Ibu, ibu yang dahulu sudah menikah, berlayar
2. Naureng (penyempitan), yaitu perubahan makna yang menyatakan bahwa cakupan makna sekarang
lebih sempit dari pada cakupan makna dahulu. Contoh:
Dahulu Sekarang
Madrasah Sekolah Agama
3. Ameliorasi, yaitu perubahan makna sekarang lebih baik (halus) dari makna dahulu. Contoh:
Dahulu Sekarang
Nelayan Pramuniaga
Pembantu Pramunisma
4. Peoratif, yaitu perubahan makna yang sekarang lebih rendah dari makna dahulu. Contoh:
Dahulu : hamil, sekarang: Bunting
5. Senestesia, yaitu perubahan makna yang menjadi akibat pertukaran dua indra yang berbeda.
Contoh: mulut hati, menyakitkan.
D. Memahami Majas
1. Majas Personifikasi
Sebuah kalimat yang aneh terdengar dalam wacana di atas, yaitu, Krakatau Steel berteriak. Di sini terjadi
pergeseran makna kata berteriak, berteriak dalam kalimat ini bukan mengeluarkan suara seperti
manusia, berteriak. Tetapi berteriak dalam arti meminta perhatian semua pihak. Pergeseran makna
seperti itu dapat kita masukkan ke dalam bentuk majas personifikasi atau majas penginsanan.
2. Majas Metafora
Di samping majas personifikasi, kita mengenal majas metafora. Untuk memperjelas dan memperkuat
satu pernyataan, pemakai bahasa membuat perbandingan antara apa yang dimaksud dengan benda
atau barang yang lain. Misalnya: “terjadi perang karya”. ‘Perang’ itu merupakan pertentangan
perlawanan yang sangat kat. Jadi ‘perang karya’ merupakan metafora.
E. Menggunakan Peribahasa
Peribahasa adalah kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan
suatu maksud tertentu. Peribahasa terbagi dalam tiga jenis, yakni pepatah, perumpamaan, dan
ungkapan. Jadi, dalam hal ini ungkapan merupakan bagian dari peribahasa.
1. Pepatah
Adalah jenis peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran. Contoh:
- Datang tanpak muka perhi tampak punggung
(artinya: hendaklah berbaik-baik ketika berkunjung, baik ketika datang maupun pergi)
- Sepala-pala mandi biar basah
(artinya: mengerjakan sesuatu perbuatan hendaknya sempurna, jangan separu-separuh)
2. Perumpamaan
Adalah ibarat, persamaan, peribahasa yang berupa perbandingan. Ciri utama perumpamaan adanya
kata-kata: sebagai, bagai, laksana, bak, seumpama, umpama, atau sejenisnya. Contoh:
- Bagai air di daun talas, dikiaskan kepada orang-orang yang tidak tetap hatinya atau pendiriannya,
mudah berubah pendiriannya.
- Bagai membendarkan diri ke bukit, artinya: mengerjakan perbuatan yang sia-sia.
3. Ungkapan
Adalah perkataan atau kelompok kata yang khusus untuk menyatakan maksud dengan arti kata kiasan.
Seperti: melihat bulan, datang bulan, bulan madu, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Telah dibahas pada bab kedua, dapat disimpulkan bahwa
1. Majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas dalam bentuk tulisan atau
lisan. Majas merupakan gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu
karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran dari pengarang.
2. Jenis-jenis majas dibagi menjadi menjadi 4, yaitu:
a. Majas perbandingan, yaitu majas yang membandingskan sesuatu dengan yang lain. Antara lain:
personifikasi, simik, metafora, dan alegori.
b. Majas pertentangan, antara lain: hiperbola, litotes, ironi, dan oksimarom.
c. Majas pertautan, antara lain: metonemia, sinekdoke, alusia, eufimisme, ellipsis, dan inversi.
d. Majas perulangan, antara lain: aliterasi, antanaklasis, kiasmus, repetisi, dan paralelisme.
3. Di dalam bahasa Indonesia ada makna majas yang terdapat perubahan-perubahan makna,
perubahan-perubahan makna antara lain: widereng, naureng (penyempitan), ameliorasi, peoratif, dan
sinestesis.
4. Peribahasa adalah kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan
suatu maksud tertentu. Dalam peribahasa ada tiga jenis,yaitu: pepatah, perumpamaan, dan ungkapan.
5. Beberapa peribahasa merupakan perumpamaan, yaitu membandingkan makna yang sangat jelas
karena ia didahului oleh perkataan seolah-oleh, ibarat, bak, seperti, laksana, macam, bagai, dan
umpamanya.
B. Saran
majas merupakan bahasa yang kias. sebagai mana telah banyak diketahui penggunanya. Majas
merupakan gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang
bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran dari pengarang. jadi, selain untuk mewakili suatu
ungkapan perasaan selebihnya kita juga perlu mengetahui dan memahami betulapa itu majas dan
makna majas itu sendiri. oleh karena itu majas perlu juga pemahaman-pemahaman.