Anda di halaman 1dari 3

II.

Pembelajaran 2
A. Mengonstruksi nilai-nilai cerita sejarah
Cerita sejarah dapat di sampaikan dalam bentuk teks eksplanasi. Teks eksplanasi
adalah teks yang berisi proses-proses atau informasi yang berhubungan dengan
fenomena-fenomena alam, sosial, budaya, sejarah, dan sebagainya.
Dalam menyusun cerita sejarah, terdapat nilai-nilai yang dapat di susun menjadi
konteks yang utuh. Nilai-nilai itu adalah sebagai berikut.
1. Nilai moral, yaitu nilai yang berkaitan dengan akhlak/budi pekerti/susila atau baik buruk
tingkah laku.
2. Nilai sosial/kemasyarakatan, yaitu nilai yang berkaitan dengan norma yang berada di dalam
masyarakat.
3. Nilai relegi/keagamaan, yaitu nilai yang berkaitan dengan tuntutan beragama.
4. Nilai pendidikan/edukasi, yaitu nilai yang berkaitan dengan pengubahan tingkah laku dari
buruk ke baik, (pengajaran).
5. Nilai estetis/keindahan, Yaitu nilai yang berkaitan dengan hal-hal yang
menarik/menyenangkan (rasa seni).
6. Nilai etika, yaitu nilai yang berkaitan dengan sopan santun dalam kehidupan.
7. Nilai politis, yaitu nilai yang berkakitan dengan pemerintahan.
8. Nilai budaya, yaitu nilai yang berkaitan dengan adat istiadat.
9. Nilai kemanusian, yaitu nilai yang berhubungan dengan sif at –sifat manusia. Nilai-nilai ini
ada yang bersifat ediologis, politis, ekonomis, sosial, budaya, edukati, humoris dan
sebagainya.
10. Nilai psikologis, yaitu nilai yang berkaitan dengan kejiwaan/psikologis manusia.
11. Nilai filosofis, yaitu nilai yang berkaitan dengan flsafat dalam kehidupan manusia
12. Nulai historis (kesejarahan), yaitu nilai yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa sejarah.
13. Nilai hukum, yaitu nilai nyang berkaitan dengan permasalahan hukum.
14. Nilai ekonomi, yaitu nilai yang berkaitan dengan perdagangan status ekonomi, atau
permasalahan-permasalahan ekonomi masyarakat.
15. Nilai perjuangan, yaitu nilai yang berkaitan dengan hal-hal perjuangan manusia.

Kelima belas nilai ini terdapat dalam teks sejarah, baik berupa fakta maupun fiksi. Ada
teks yang mengandung nilai secara langsung (tersurat), ada pula teks yang mengandung
nilai-nilai tidak secara langsung (tersirat)
B. Menulis cerita sejarah pribadi
Menulis cerita pribadi menjadi hala yan g penting unrtuk melatih dan menjadi penulis
teks sejarah. Langkah awal yang dapat di lakukan, antara lain dengan berlatih menulis
catatan harian/ buku harian, biografi, autobiografi, dan memoir.

Mencermati cerita sejarah tersebut, kamu bisa melihat bahwa sumber


pengalaman dapat digunakan untuk menulis cerita sejarah berupa fiksi, baik berupa fiksi
maupun fakta, cerita sejarah dapat di tulis dengan menggunakan langkah-langkah
berikut.

1. Menentukan tema dan amanat yang akan di sampaikan


Tema atau pokok persoalan dalam cerita yang akan di sampaikan perlu ditentukan
terlebih dahulu. Dengan menentukjan tema dapat diketahui pula amanat yang hendak
disampaikan penulisnya. Jika teman amanat sudah di tenntukan, cerita sejarah mulai
dapat di buat drafnya
2. Menetapkan sasaran pembaca
Pembaca yang berbeda menjadikan teknik penyampaian yang berbeda pula.kosa kata
yang di pilih disesuaikan dengan tingkat pemahaman pembaca. Jika sasaran
pembacanya anak-anak, tentunya penyampaian yang tepat adalah dengan mengunakan
bahasa bergambar. Untuk remaja, gunakan kalimat-kalimat yang populer.
3. Merancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur
Peristiwa-peristiwa yang di maksud adalah jika cerita berbentuk narasi fiksi. Jika cerita
berbentuk sejarah fakta, tentunya peristiwa itu langsung dianalisis menggunakan
tahapan-tahapan yang runtut.
4. Membagi peristiwa utama ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita
Peristiwa utama/pokok yang di paparkan dikelompokan ke cdalam bagian awal,
perkembangan, dan akhir cerita. Bagian awal lebih mengedepankan paparan. Di bagian
perkembangan biasanya sudah mulai terlihat adanya konflik, sedangkan akhir cerita
biasanya menampilkan hikmah cerita tertentu untuk di teladani.
5. Memerinci peristiwa-peristiwa utama kedalam detail-detail peristiwa sebagai
pendukung cerita
Peristiwa-peristiwa utama di jelaskan dengan bagian-bagian pendukung cerita. Dengan
penjelasan itu bagian- bagian pokok menjadi lebih detail. Jika perlu contoh atau
gambaran-gambaran penjelas juga dapat di cantumkan
6. Menyusun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang
Tokoh perlu ditentenkan, mulai dari pemberian nama tokoh, perwatakan,sampoai
dukungan cerita yang hendak di tampilkan. Latar waktu dan tempat juga menjadi
pertimbangan. Sudut pandang di buat untuk menyempurnakan cerita sejarah yang
sedang dibuat.
7. Memahami ejaan bahasa Indonesia (EBI) dan menerapkan nya
Ejaan memang harus di pahami oleh setiap penulis. Struktur kalimat dan penggunaan
tanda baca juga memengaruhi makna teks cerita. Kalimat yang berbelit-belit menjadikan
teks susah untuk di pahami, yang pada akhirnya membuat pembaca bosan. Jika kalimat
yang disusun menarik, teks akan menarik pembaca dan memudahkan pembaca
memahaminya.

Anda mungkin juga menyukai