Maka dari itu jika kita melupakan suatu sejarah apalagi sejarah bangsa
maka akan hilanglah jati diri bangsa ini sebagai identitasnya. Karena
itulah diperlukan saran dan media untuk menyampaikan sejarah. Di
dalam pelajaran Bahasa Indonesia, peristiwa sejarah dapat di
ceritakan melalui teks cerita sejarah. Teks ini sangat penting
dipelajari, sehubungan dengan tugas yang telah guru Bahasa
Indonesia berikan kepada kami.
Moh Hatta
Muhammad Yamin
1. Orientasi
Pada bagian ini berisi tentang pengenalan atau pembukaan dari teks
cerita sejarah. Biasanya berisi mengenai penjelasan singkat dari
suatu peristiwa yang diceritakan.
2. Komplikasi
Komplikasi adalah kondisi mulai timbulnya konflik antara tokoh
utama dengan tokoh lain. Konflik ini perlahan-lahan menanjak
sampai klimaks.
3. Solusi
Solusi adalah kondisi konflik yang mulai menurun dan mengarah
pada tuntutan terhadap suatu hal, terutama tokoh utama.
4. Reorientasi
Berisi opini atau komentar penulis tentang peristiwa yang diceritan
di dalam teks. Reorientasi terkadang memuaskan pembaca,
terkadang pula sebaliknya, atau bahan menyisakan pertanyaan bagi
para pembaca.
1. Struktur teks.
2. Bahasa yang digunakan.
3. Teksnik penulisan.
4. Makna yang terdapat di dalamnya.
1. Tema
2. Alur
3. Penokohan
4. Latar/setting
5. Sudut pandang
6. Gaya bahasa
7. Nilai didik
Ciri kebahasaan teks cerita sejarah ditandai dengan adanya kata benda
atau kata ganti, tokoh sentral, kata sifat yang menjelaskan frasa
nominal, kata hubung atau konjungsi, kata yang menggambarkan
kejadian masa lampau, dan frasa adverbial. Kebahasaan itu dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Menggunakan kata benda atau kata ganti tertentu
kata benda atau kata ganti tertentu yang dimaksud, misalnya
menyubutkan nama kota, tempat, objek, atau merujuk pada kata
ganti tertentu.
Contoh: Bangsa Indonesia, lelaki, dan pohon durian.
2. Menggunakan tokoh sentral
Menerangkan pelaku utama atau tokoh yang menjadi sentral
(pusat) dalam cerita.
Contoh: Dalam cerita Siti Nurbaya, tokoh sentralnya adalah Siti
Nurbaya karena tokoh tersebut diceritakan dari awal sampai akhir
cerita.
3. Menggunakan kata sifat yang menjelaskan frasa nominal
Yaitu dalam kalimat tersebut terdapat kata sifat yang menjelaskan
gabungan kata atau biasa disebut frasa yang inti didalamnya berupa
kata benda (nomina).
Contoh: Raja bijaksana, gadis candik, rumah mewah.
4. Menggunakan kata hubung atau konjungsi
Konjungsi yang digunakan dalam cerita sejarah yaitu konjungsi
keterangan waktu.
Contoh: Pada, ketika, suatu hari, sementara, kemudian, setelah
itu, dan lain-lain.
Keterangan tempat
Contoh: di, ke, dan dari.
Keterangan tujuan
Contoh: untuk, kepada, dan sebagainya.
5. Menggunakan kata yang menggambarkan kejadian masa lampau
Menggunakan kata-kata tertentu sebagai petunjuk waktu.
Contoh: Pada zaman dahulu, dahulu kala, suatu hari.
6. Menggunakan frasa adverbial
Frasa ini digunakan untuk menunjukan lokasi kejadian/peristiwa.
Contoh: Sekembali dari kerajaan, setelah melewati hari yang
melelahkan, dan sejenisnya.
1. Unsur Intrinsik
Yaitu unsur-unsur yang secara langsung membangun sebuah teks
cerita sejarah. Unsur intrinsik terdiri dari :
a. Tema , adalah ide pokok sebuah cerita. Dalam teks cerita sejarah
tema yang biasa ditulis adalah tokoh – tokoh agama, pejuang, asal
mula suatu tempat, dan lain sebagainya.
b. Alur (Plot), merupakan unsur intrinsik teks cerita sejarah yang
penting. Plot adalah serangkaian peristiwa dalam cerita yang
mempunyai hubungan sebab akibat. Alur dapat dibedakan menjadi
3, yaitu :
1) Alur maju, serangkaian peristiwa yang urutannya sesuai
dengan waktu kejadian atau cerita bergerak ke depan.
2) Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang urutannya
tidak sesuai dengan urutan kejadian atau cerita bergerak
mundur (flashback).
3) Alur campuran adalah serangkaian peristiwa yang
urutannya merupakan campuran antara alur maju dan alur
mundur.
c. Penokohan adalah pelukisan gambaran jelas tentang sesorang
dalam sebuah cerita. Dalam teks cerita sejarah tokoh yang biasa
digunakan adalah pahlawan nasional atau tokoh penting disuatu
daerah.
d. Sudut pandang, merupakan salah satu unsur yang digolongkan
sebagai sarana cerita. Sudut pandang adalah cara atau pandangan
yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh,
tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang terjadi. Pada teks cerita
sejarah, sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga, yaitu
pengarang.
e. Latar, merupakan suatu gambaran dari suatu cerita dalam teks
cerita sejarah, dapat berupa tempat, waktu dan suasana ketika
kejadian terjadi.
2. Unsur Ekstrinsik
2. Sejarah Non-Fiksi
1. Sejarah Fiksi
Terdiri atas:
a. Jalan cerita disusun berdasarkan dunia nyata.
b. Gambaran kehidupan batin seorang tokoh lebih dalam.
c. Pengembangan karakter tokoh tidak sepenuhnya terungkap.
d. Menyajikan kehidupan sesuai pandangan pengarang.
2. Sejarah Non-Fiksi
Terdiri atas:
Berikut ini terdapat beberapa cara membuat teks cerita sejarah, terdiri
atas:
Berikut ini terdapat bebeapa contoh teks cerita sejarah, terdiri atas:
Candi-Borobudur
Sejarah-Singkat-Bahasa-Indonesia
“KENANGAN TERINDAH”
Aku adalah ika, nama lengkapku adalah Riska Sanau. Aku anak ke
tiga dari empat bersaudara, dan aku juga anak yang paling sulit
bergaul dengan teman-teman sekelas maupun dengan keluarga.
Pagi yang indah buat orang yang akan memasuki sekolah pada hari
pertama, pada saat itu aku berusia 7 tahun, tepatnya pada saat kelas 1
SD. Pada saat itu aku tak suka sekolah karena aku hanya ingin tetap di
rumah tapi ayahku tetap bersi keras untuk membujukku ke sekolah,
aku tak suka bergaul dan berteman dengan siapapu apalagi dengan
keluargaku karena aku hidup dalam kesendirian. Pada saat di kelas
dan pelajaranpun di mulai, aku malah memilih untuk duduk sendiri di
bandingkan duduk barsama teman-teman sekelasku sebab aku tak
suka berteman dengan mereka.
Pada saat ibu guru mengajar, aku sama sekali tak memahami
pelajarannya sebab pada saat ibu menjelaskan aku hanya dudu di
pojokan kelas dibandingkan mendengarkan ibu guru mengajar.
Berbulan-bulan lamanya aku berada di kelas yang aku tak sukai, tapi
pada saat kenaikan kelas, aku sangat senang karna akan meninggalkan
kelas itu dan berpindah ke kelas lain. Tapi sayang aku tak naik kelas
dan tetap duduk di kelas dan di bangku itu,aku sangat marah tetapi
aku tak putus asa untuk cepat-cepat meninggalkan kelas itu.
Hari demi hari yang aku lalui di kelas itu dan aku mendapatkan
pukulan hari demi hari sebab aku tak bisa membaca huruf atau
tulisanku sendiri, aku selalu di pukulin dan selalu begitu sampai aku
tak tahan lagi harus bagaimana. Aku hanya bisa berusaha dan
akhirnya aku bisa membaca huruf dan sedikit demi sedikit ibu tak
memukuliku, tapi pada saat aku naik kelas 2 SD. Aku sudah tak
sanggup dan aku melaporkan semuanya kepada ayah dan ibuku, dan
mereka telah menemui ibu guru tersebet, dan ibu guru berjanji kepada
kedua orang tuaku untuk tak memukuliku lagi. Aku sangat senang
mendengar semuanya dan langsung bersemangat untuk bersekolah
sebab aku mulai suka bersekolah.
Pada suatu hari aku bertemu ibu guru yang sangat baik hati dan tak
pernah memukuli kami sebagai siswanya, dan pada saat itu aku
berada pada kelas 3 dan sudah mendapat teman-teman berkat ibu guru
tersebut. Ibu guru itu berkata “jangan biarkan kau hidup dalam
kesendirian, dan jangan buat kamu tak mempunyai siapapun, sebab
mereka lebih penting dari semuanya” pada saat itu aku sadar bahwa
aku tak selamanya begini, dan aku langsung memelum ibu guru dan
ber kata “ terimakasi ibu guru” aku menjawab sambil menangis.
Suasana pada saat itu terasa tak terlupakan sampai ketika teman
sekelas kami mengalami kecelakan dapa saat bermain dan ibu guru
langsung membawanya ke rumah karena pada saat itu belum ada yang
namanya rumah sakit atau puskesmas. Aku dan teman-teman yang
lain sangat hawatir apalagi ibu guru kami, pada saat kecelakaan
terjadi sangkorban sedang bermain di atas meja dan tiba-tiba dia
terjatuh sampai membuat telinganya berdarah dan membuat orang
tuanya pinsan.
Pada hari itu kami di liburkan selama kami terasa aman, pada saat
libur kami mencoba untuk bermain di tepiran pantai yang sangat
kering dan banyak ikannya. Saat itulah aku mengenal sahabat-
sahabatku yang bernama vira, cindi, tias,vita, mala, kia, guti, wawan
dan masih banyak lagi yang sedang bersamaku pada saat itu. Mereka
memiliki sifat berbeda beda, seperti vira orangnya cantik tapi sayang
dia selalu marah-marah, cindi orangnya baik hati tidak sombong dan
kurang menghina orang tapi kalau menceritakan orang ya kami
rajanya, tias orangnya pendiam tapi pendendam, vita orangnya susah
di atur, malam orangnya cerewet sama sepertiku, kia orangnya cepat
menangis dan tak tahan dengan air matanya, guti orangnya suka
bercanda sama dengan wawan yang bisa membuat kami semua
tersenyum walau sedang kesusahan satu persatu.
Pertemanan kami bukan hanya di situ saja, kami selalu bersama sama
walau kami sudah di pisahkan lantaran ingin melanjutkan sekolah di
SMA yang bisa di masuki, walau tubuh kami jauh tapi hati kami tetap
selalu bersama saman, dan kami juga selalu berkumpul pada saat-saat
libur sekolahan. Dan tempat yang biasa kami kumpulkan adalah
tempat jaringan di mana semua orang berkumpul di sana, sebab di
kampung kami susah mendapatkan jaringan. Walau begitu kami
senang karena bisa berkumpul dengan orang-orang yang di sekitar
kami. Walau teman-temanku banyak berubah sikap tapi kami tetap
selalu bersama untuk selamanya.