Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

I. BAB I
PEMBUKAAN
1.1 Latar
Belakang...........................................................................................................
1.2 Rumusan
Masalah......................................................................................................
1.3 Maksud &
Tujuan...................................................................................................... II. BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Kata..............................................................................................................................
2.2
Frasa............................................................................................................................
2.3
Klausa..........................................................................................................................
2.4
Kalimat........................................................................................................................
III. BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan..................................................................................................................
3.2
Saran..........................................................................................................................
3.3 Daftar Pustaka
..............................................................................................................

DAFTAR ISI Page 1


BAB I
PEMBUKA
AN

1.1 LATAR BELAKANG


Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan
sesamanya. Tanpa bahasa tidak diketahui bagaimana manusia akan berhubungan satu sama
lainnya. Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, seperti yang tercantum
dalam ikrar sumpah pemuda 1928 yang berbunyi Kami Putra Putri Indonesia Menjunjung Bahasa
Persatuan Bahasa Indonesia. Bahasa indonesia merupakan bahasa nasional indonesia. Bahasa
indonesia berasal dari bahasa melayu yang sampai saat ini masih kita gunakan. Dalam bahasa
Indoneia ada sub-sub yang akan dibahas seperti: Kata, Frasa, Klausa, dan Kalimat

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa konsep dan contoh
kata?
2. Apa konsep dan contoh
frasa?
3. Apa konsep dan contoh dari
klausa?
4. Apa konsep dan contoh dari
kalimat?

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan Tujuan kami dalam membuat makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui
konsep- konsep serta contoh dari kata, frasa, klausa dan kalimat agar dapat memahami lebih lanjut
mengenai Bahasa Indonesia. Dalam bahasa banyak sekali kata ataupun kalimat yang kita tidak
ketahui. Jadi dengan kami membuat makalah ini kita dapat melatih dalam memahami berbagai
jenis kata dalam Bahasa Indonesia.

PEMBUKAAN Page 2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KATA


Kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih
morfem (bentuk terkecil yang dapat membedakan makna atau mempunyai makna). Kata
adalah merupakan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri. Umumnya kata terdiri dari satu akar
kata tanpa atau dengan beberapa afiks (bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata entah
diawal, diakhir, ditengah, atau gabungan diantara ketiga itu). Gabungan kata-kata dapat
membentuk frasa, klausa, atau kalimat. Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi
empat:
1. Kata dasar: kata yang menjadi dasar bentukan kata yang lebih besar.
Contoh: Kata jual adalah kata dasar dari jualan, sedangkan kata jualan selanjutnya menjadi bentuk
dasar dari berjualan.
2. Kata turunan: kata dasar yang telah berubah karena mendapatkan imbuhan baik di awalan,
sisipan, dan akhiran.
Contoh: Angga memukul temannya.
3. Kata ulang: kata ulang atau reduplikasi adalah kata yang mengalami proses pengulangan.
Contoh: Ikan-ikan itu berenang bebas di lautan.
4. Kata majemuk: gabungan dua buah morfem dasar atau lebih yang mengandung satu pengertia
baru. Kata majemuk tidak menonjolkan arti tiap kata, tetapi gabungan kata itu secara bersama-
sama membentuk suatu makna atau arti baru.
Contoh: Saya akan datang ke rumahmu sekarang atau nanti malam.

Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:

1. Nomina (kata benda): nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala
yang dibendakan, misalnya buku, kuda.
2. Verba (kata kerja): kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis.
3. Adjektiva (kata sifat): kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat.

PEMBAHASAN KATA Page 3


4. Adverbia (kata keterangan): kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata
benda, misalnya sekarang, agak.
5. Pronomina (kata ganti): kata pengganti kata benda.
6. Numeralia (kata bilangan): kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau
menunjukkan urutannya ke dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua.
7. Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya.

Adapun kata dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:


1. Kata Baku
a. Kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang
telah ditentukan.
b. Dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertuliss dengan pengukapan
gagasan secara cepat.

2. Kata Tidak Baku


a. Kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
yang ditentukan.
b. Dalam bahasa sehari-hari, bahasa tutur.

KATA BAKU KATA TIDAK BAKU


Aktif Aktip
Ambulans Ambulan
Analisa Analisis
Anggota Anggauta
Antre Antri
Apotek Apotik
Atlet Atlit
Berpikir Berfikir
Frekuensi Frekwensi
Hakikat Hakekat

PEMBAHASAN KATA Page 4


1. Pengertian Kelas Kata
Kelas kata (Jenis Kata) adalah golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan bentuk, fungsi,
dan makna dalam sistem gramatikal. Untuk menyusun kalimat yang baik dan benar, pemakai
bahasa harus mengenal jenis dan fungsi Kelas kata.

2. Fungsi Kelas
Kata
Fungsi kelas kata adalah sebagai
berikut:

1. Melambangkan pikiran atau gagasan yang abstrak menjadi konkret.


2. Membentuk bermacam – macam struktur kalimat.
3. Memperjeas makna gagasan kalimat,
4. Membentuk satuan makna sebuah frasa, klausa, atau kalimat.
5. Membentuk gaya pengungkapan sehingga menghasilkan karangan yang dapat dipahami dan
dinikmati oleh orang lain.
6. Mengungkapkan berbagai jenis ekspresi, antara lain: berita, perintah, penjelasan, argumentasi,
pidato – pidato dan diskusi.
7. Mengungkapkan berbagai sikap, misalnya: setuju, menolak, dan menerima.

Kelas kata bahasa indonesia terdiri


atas:
1. Verba
1) Berdasrkan bentuk kata (morfologis), verba dapat dibedakan menjadi:
a) Verba dasar (tanpa afiks), misalnya: makan, pergi, minum, duduk, dan tidur.

b) Verba Turunan terdiri dari :

 Verba dasar + afiks (wajib), misalnya: menduduki, mempelajari dan menyanyi.


 Verba dasar + afiks (tidak wajib), misalnya: (mem)baca, (men)dengar, (men)cuci.
 Verba dasar (terikat afiks) + afiks (wajib), misalnya: bertemu, bersua, mengungsi.
 Reduplikasi atau bentuk ulang, misalnya: berjalan-jalan, minum-minum, mengais-
ngais.
 Majemuk, misalnya cuci mata, naik haji, belai kasih.
2) Berdasarkan Fungsi, Verba digolongkan sebagai berikut:

a) Verba sebagai objekb.


b) Verba sebagai subjek

PEMBAHASAN KATA Page 5


c) Verba sebagai pelengkap
d) Verba sebagai keterangan

PEMBAHASAN KATA Page 5


2.Adjektiva
Adejktiva ditandai dengan dapat didampingkannya kata lebih, sangat, agak, dan paling.
Berdasarkan bentuknya, adjektiva dibedakan menjadi:
1) Adjektiva dasar, misalnya: baik, adil, dan boros.
2) Adjektiva turunan, misalnya: alami, baik-baik dan sungguh-sungguh
3) Adjektiva paduan kata (frasa) ada dua macam yaitu:
a) Subordinatif, jika salah satu kata menerangkan kata lainnya, misalnya: Panjang tangan, buta
warna, murah hati.
b) Koordinatif, setiap kata tidak saling menerangkan, misalnya: gemuk sehat, cantik jelita, dan
aman sentosa.

3. Nomina
Nomina adalah ditandai dengan tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak, tetapi dapat
dinegatifkan dengan kata bukan, contoh: tidak kekasih seharusnya bukan kekasih. Nomina dapat
dibedakan sebagai berikut:
1) Berdasarkan bentuknya, nomina dibedakan atas:
a) Nomina dasar, misalnya : rumah, orang, burung, dan sebagainya.
b) Nomina turunan:

Ke- : Kekasih, kehendak


Per- : Pertanda, Persegi
Pe- : petinju, petani
Peng- : pengawas, pengacara
-an : tulisan, bacaan
Peng-an : penganiayaan, pengawasan
Per-an : persatuan, perdamaian
Ke-an : kemerdekaan, kesatuan
2) Berdasarkan subkategori
a) Nomina bernyawa (contoh: kerbau, sapi, manusia) dan tidak bernyawa
(contoh: bunga, rumah, sekolah)
b) Nomina terbilang (contoh: lima orang mahasiswa, tiga ekor kuda) dan tak terbilang
(contoh: air laut, awan)

PEMBAHASAN KATA Page 6


4. Promina
Promina adalah kata yang dipakai untuk mengacu ke nomina lain, berfungsi untuk mengganti
nomina. Ada 3 macam Promina, yaitu:
1) Promina persona adalah promina yang mengacu kepada orang.
2) Promina petunjuk: promina petunjuk umum ialah, ini, itu, dan anu; Promina
petunjuk tempat sini, sana, situ.
3) Promina penanya adalah Promina yang digunakan sebagai pemarkah (Penanda)
pertanyaan. Dari segi makna, ada tiga jenis yaitu:
a) Orang siapa.
b) Barang apa menghasilkan turunan mengapa, kenapa, dengan apa.
c) Pilihan mana menghasilkan turunan di mana, ke mana, dari mana, bagaimana dan
bilamana.

5. Numeralia
Numeralia dapat diklasifikasikan berdasarkan Subkategori:
1) Numeralia takrif (tertentu) terbagi atas
a. Numeralia pokok ditandai dengan jawaban Berapa? Satu, dua, tiga, dst.
b. Numeralia tingkat ditandai dengan jawaban yang ke berapa?
c. Numeralia Kolektif ditandai dengan satuan bilangan, misalnya: lusin, kodi, meter.
2) Numeralia tak takrif (tak tentu), misalnya: beberapa, berbagai, segenap.

6.Adverbia

Adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau
kalimat. Dalam kalimat, adverbia dapat didampingi adjektiva, numeralia, atau proposisi.
Berdasarkan bentuknya, adverbia terbagi atas:
1. Bentuk tunggal (monomofermis) : sangat, hanya, lebih, segera, agak, dan akan. Misalnya :
 Orang itu sangat bijaksana.
 Ia hanya membaca satu buku, bukan dua.
2. Bentuk jamak (polimofermis) : belum tentu, benar-benar, jangan-jangan, kerap kali, lebih-
lebih, mau tidak mau, mula-mula. Misalnya :
 Mereka belum tentu pergi hari ini.
 Mereka benar-benar mendatangai perpustakaan kampus.

PEMBAHASAN KATA Page 7


7. Interogavita
Interogavita berfungsi menggantikan sesuatu yang hendak diketahui oleh pembicara atau
mengukuhkan sesuatu yang telah diketahuinya. Contoh : apa, siapa, berapa, mana, yang mana,
mengapa, dan kapan. Misalnya :
a. Berapa uang yang kau perlukan?
b. Yang mana rumah orang itu?

8. Demonstrativa
Demonstrativa berfungsi untuk menunjukkan sesuatu di dalam atau di luar wacana. Sesuatu
tersebut disebut anteseden. Contoh : ini, itu, di sini, di situ, berikut, dan begitu.
Misalnya:
a. Di sini, kita akan berkonsentrasi menghasilkan karya terbaik kita.
b. Bukti ini merupakan indikator bahwa orang itu berniat baik.

9.Artikula
Artikula berfungsi untuk mendampingi nomina dan verba
pasif. Contoh : si, sang, sri, para, kaum, dan umat.
Misalnya:
a. Si Kecil itu selalu datang merengek-rengek minta sesuatu.
b. Sang penyelamat akan datang saat kita perlukan.

10. Preposisi
Preposisi adalah kata yang terletak di depan kata lain sehingga berbuntuk frasa atau kelompok
kata.
1) Preposisi dasar : di, ke, dari, pada, demi, dan lain-lain.
Contoh : Demi kemakmuran bangsa, mari kita tegakkan hukum dan keadilan.
2) Preposisi turunan : di antara, di atas, ke dalam, kepada, dan lain-lain.
Contoh : Di antara calon peserta lomba terdapat nama seorang peserta yang sudah menjadi
juara selama dua tahun.

PEMBAHASAN KATA Page 8


11. Konjungsi
Konjungsi berfungsi untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat atau kalimat yang satu
dengan kalimat lain dalam suatu wacana. Konjungsi dikelompokkan menjadi dua, yaitu
1) Konjungsi intrakalimat : agar, atau, dan, hingga, sedang, sehingga, serta, supaya, tet
api, dan sebagainya. Contoh :

 Ia belajar hingga larut malam


 Mereka bekerja keras sehingga berhasil mendapatkan cita-citanya.
2) Konjungsi ekstrakalimat : jadi, di samping itu, oleh karena itu, oleh sebab itu, dengan
demikian, walaupun demikian, akibatnya, tambahan pula, dan sebagainya. Contoh :

 Pengusaha itu karya dan dermawan. Oleh karena itu, ia dihormati oleh tetangga di
sekitar rumahnya.
 Kualitas pendidikan kita tertinggal dari negara maju. Oleh sebab itu, kita harus
bekerja keras untuk mengejar ketinggalan ini.

12. Fatis
Fatis berfungsi untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan. Jenis kata ini
lazim digunakan dalam bidang dialog atau wawancara. Misalnya : ah, ayo, kok, mari, nah, dan yah.
Contoh :
a. Kita memiliki kekayaan budaya. Ayo, kita tingkatkan produktivitas kita menjadi produk
baru selera dunia.
b. Nah, seruan itulah yang aku tunggu-tunggu.

13. Interjeksi
Interjeksi berfungsi untuk mengungkapkan perasaan, terdiri atas dua jenis :
 Bentuk dasar : aduh, eh, idih,ih, wah, dan sebagainya. Contoh :
a. Aduh, mengapa Anda harus menghadapi masalah seberat itu.
b. Wah, saya merasa amat tersanjung dengan sambutan ini
 Bentuk turunan : alhamdulillah, astaga, brengsek, insya Allah, dan sebagainya. Contoh :
a. Alhamdulillah, ekonomi Negara kita berangsur-angsur membaik.
b. Astaga, gedung itu dibom oleh teroris.

PEMBAHASAN KATA Page 9


2.2 FRASA
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, misalnya: bayi sehat,
pisang goreng, sangat enak, sudah lama sekali dan dewan perwakilan rakyat.
1. Frasa Verbal
Frasa verbal adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja, terdiri atas tiga jenis, yaitu
a. Frasa verbal modifikatif (pewatas); terdiri atas
 Pewatas belakang, misalnya: Ia bekerja keras sepanjang hari.
 Pewatas depan, misalnya: Mereka dapat mengajukan kredit di BRI.
b. Frasa verbal koordinatif adalah dua verba yang disatukan dengan kata penghubung dan/atau.
 Mereka menangis dan meratapi nasibnya.
 Kita pergi atau menunggu ayah.
c. Frasa verbal apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan, misalnya:
 Pulogadung, tempat tinggalnya dulu, kini menjadi terminal modern.
 Usaha Pak Ali, berdagang kain, kini menjadi grosir.
 Mata pencaharian orang itu, bertani dan berternak, sekarang telah maju.
2. Frasa Adjektval
Frasa adjektival adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat atau keadaan
diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan, seperti: agak,dapat,
harus, kurang, lebih, paling, dan sangat.
 agak baik : harus baik
 akan tenang : kurang pandai
 amat pandai : lebih baik
 belum baik : paling tinggi
 dapat palsu : selalu rajin

Frasa adjektival mempunyai tiga


jenis:
a. Frasa adjektival modifikatif (membatasi), misalnya: cantik sekali, indah nian, hebat benar
b. Frasa adjektival koordinatif (mengabungkan), misalnya: tegap kekar, aman tentram, makmur
dan sejahtera, aman sentausa
c. Frasa adjektival apositif, misalnya:
 Bima tokoh ksatria, gagah perkasa, dan suka menolong kaum yang lemah. Frasa apositif bersifat
memberiakan keterangan tambahan Bima tokoh ksatria yang tampan merupakan unsur utama
kalimat gagah perkasa merupakan keterangan tambahan. Frasa apositif terdapat dalam kalimat
berikut ini
 Srikandi cantik, ayu rupawan, diperistri oleh Arjuna.
 Skripsi yang berkualitas, terpuji dan terbaik, diterbitkan oleh
universitas

PEMBAHASAN FRASA Page 10


3. Frasa Nominal
Frasa nominal adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata benda
ke kiri dan ke kanan; ke kiri menggolongkan, misalnya: dua buah buku, seorang teman,
beberapa butir telur, ke kanan sesudah kata (inti) berfungsi mewatasi (membatasi), misalnya:
buku dua bua h, teman seorang, telur beberapa butir.

a. Frasa nominal modifikatif (mewarisi), misalnya: rumah mungil, hari Minggu, buku dua
buah, pemud kampus, dan bulan pertama.

b. Frasa nominal koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya: hak dan kewajiban,dunia
akhirat, lahir batin, serta adil dan makmur.
c. Frasa nominal apositif
 Anton, mahasiswa teladan itu, kini menjadi dosen di universitasnya.
 Burung cendrawasih, burung langka dari Irian itu, sudah hampir punah.
 Ibu Megawati, presiden republik indonesia, berkenan memberikan sambutaqn dalam acara itu.

4. Frasa Adverbial
Frasa adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa ini
bersifat modifikatif (mewatasi), misalnya: sangat baik, kata baik merupakan inti dan sangat
merupakan pewatas. Frasa adverbial yang termasuk jenis ini:kurang pandai, hampir baik, begitu
kuat, pandai sekali, lebih kuat, dengan bangga, dan dengan gelisah. Frasa adverbial yang bersifat
koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya: lebih kurang, kata lebih tidak menerangkan
kurang dan kurang tidak menerangkan lebih.

5. Frasa Pronomial
Frasa Proniomial adalah frasa yang dibentuk dengan kata ganti. Frasa ini terdiri atas tiga
jenis:
a. Modifikatif, misalnya: kami semua, kalian semua, anda semua, mereka semua, mereka itu,
mereka berdua, dan mereka itu. Koordinatif, misalnya: engkau dan aku, kami dan mereka, serta
saya dan dia,
b. Positif:
 Kami, bangsa Indonesia, menyatakan perang melawan korupsi.
 Mahsiswa, para pemuda, siap menjadi pasukan anti korupsi.

PEMBAHASAN FRASA Page 11


6. Frasa Numerialia
Frasa numeralia adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa jenis ini terdiri
atas dua jenis, yaitu
a. Modifikasi
 Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban.
 Orang itu menyumbang pembangunan jalan kampung dua juta rupiah.

b. Koordinaasi
 Lima atau enam orang bertopeng melintasi kegelapan pada gang itu.
 Entah tiga, entah empat kali saya makan obat hari itu.

7. Frasa Interogativa Koordinatif


Frasa interogativa Koordinatif adalah frasa yang berintikan pada kata
tanya.
 Jawaban apa atau siapa merupakan ciri subjek kalimat.
 Jawaban mengapa atau bagaimana merupakan penanda predikat.

8. Frasa Demonstrativa Koordinatif


Frasa ini dibntuk dengan dua kata yang tidak saling menerangkan.

 Saya bekerja di sana atau sini sama saja.


 Saya memakai baju ini atau itu tidak masalah.

9. Frasa Proposisional Koordinatif


Frasa ini dibentuk dengan kata depan dan tidak saling
menerangkan.
 Perjalanan kami dari dan ke Bandung memerlukan waktu enam jam.
 Koperasi dari, oleh dan untuk anggota.

PEMBAHASAN KATA Page 16


2.3 KLAUSA
Klausa merupakan kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan
berpontensi menjadi kalimat. Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan
predikat (P) baik disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi
kalimat.
Ada tiga hal yang dapat mengklasifikasikan klausa. Ketiga dasar itu adalah:
1. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti
klausa yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadir adalah S. Sedangkan
P unsur inti klausa selalu hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan unsur
internnya.
2. Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, contoh: mahasiswa
itu belum mengerjakan tugas.
3. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang mengaktifkan P, klausa positif
ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang mengaktifkan P, contoh:
mahasiswa itu mengerjakan tugas.

2.4 KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan secara
lisan maupun tulisan. Dalam wujud tulisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras
lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang
mencegah terjadinya perpaduan atau asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lain. Dalam wujud
tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?),
tanda seru (!), dan didalamnya dapat disertakan tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), pisah (-),
dan spasi. Tanda titik, tanda tanya,

dan tanda seru pada wujud tulisan sepadan dengan intonasi akhir pada wujud lisan sedangkan spasi
yang mengikuti mereka melambangkan kesenyapan. Tanda baca sepadan dengan jeda.
1. Ciri-ciri dari Kalimat.
Ciri-ciri dari kalimat ada tujuh, yaitu :
 Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan.
 Kalimat aktif sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat,
 Predikat transitif disertai objek, predikat intransitif dapat disertai pelengkap,
 Mengandung pikiran yang utuh,
 Menggunakan ukuran logis, setiap kata-kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi
(subjek, predikat, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya,
 Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas,
 Dalam paragraf yang terdiri dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam satuan

PEMBAHASAN KATA Page 16


makna pikiran yang saling berhubungan, hubungan dijalin dengan konjungsi, pronomina
atau kata ganti, repetisi, atau struktur sejajar.
2. Unsur-unsur Kalimat
a. Predikat adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa dalam
keadaan bagaimana subjek (pelaku)
Contoh : Pengusaha itu menemukan peluang bisnis barunya
b. Subjek adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, sosok (benda), sesuatu hal, atau
masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan.
Contoh : Ayah sedang membaca Al-Qur’an
c. Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat. Contoh : Mahasiswa itu menerangkan
kerangka berfikirnya.
d. Pelengkap atau komponen adalah bagian kalimat yang melengkapi
Predikat. Contoh : Ibu membawakan saya oleh-oleh
e. Keterangan berfungsi menjelaskan atau melengkapi informasi pesan-pesan
kalimat. Contoh : Kemarin Rektor berangkat ke Jakarta.
3. Jenis-jenis Kalimat
A.Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
 Kalimat Langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat
langsung juga dapat diartikan kalimat yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain
(orang ketiga).

Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“...”) dan dapat berupa kalimat tanya atau
kalimat
perintah.
Contoh : “Saya gembira sekali”, kata Ayah, “karena kamu lulus ujian”
 Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan orang
lain. Kalimat langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi
kalimat berita. Contoh : Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.
B.Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur
Gramatikal) Kalimat dapat dibedakan menjadi
2 jenis, yaitu:
Kalimat Tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdidi dari satu
subjek dan satu predikat.
Contoh : Ika sangat Rajin
 Kalmat tunggal dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
 Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata
benda. Contoh : Saya siswa kelas VI.
 Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja. Contoh : Adik bernyanyi.
PEMBAHASAN KATA Page 16
 Kalimat Majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling
berhubungan baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi 3
jenis, yaitu:
 Kalimat majemuk setara (KMS). Kalimat ini terbentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal
dan kedudukan tiap kalimat sederajat.
Contoh : Makalah ini harus dikumpulkan besok atau minggu depan
 Kalimat majemuk bertingkat (KMB). Kalimat majemuk beringkat terdiri atas satu suku kalimat
bebas dan satu suku kalimat yang tidak bebas. Kedua kalimat tersbut memiliki pola hubungan yang
tidak sederajat. Bagian yang memiliki kedudukan yang lebih penting (inti gagasan) disebut sebagai
klausa utama (induk kalimat). Bagian yang lebih rendah kedudukannya disebut dengan klausa
sematan (anak kalimat).
Contoh :
Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat
mengacaukan data-data komputer itu.
 Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat
atau kebalikannya.
Contoh : Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.

3. Berdasarkan Isi atau Fungsinya


Kalimat dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
a. Kalimat Perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain
untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru (!) dalam
penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi.
Contoh : Jangan membuang sampah sembarangan !
b. Kalimat Berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam penulisannya,
biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya dilakukan dengan intonasi
menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan tanggapan.
Contoh : Nenek akan datang besok pagi.
c. Kalimat Tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau
reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya (?) dalam penulisannya
dan dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan
adalah bagaimana, dimana, berapa, kapan.
Contoh : Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan desainnya?
d. Kalimat Seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan “yang kuat”
atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonasi tinggi dalam
pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya.
Contoh : Aduh, Pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
4. Berdasarkan Unsur Kalimat
PEMBAHASAN KATA Page 16
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Kalimat Lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu buah subyek dan
satu buah predikat. Kalimat majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh : Mahasiswa Berdiskusi di dalam kelas.
b. Kalimat Tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek
saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap
biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan
dan kekaguman. Contoh : Selamat Sore.

PEMBAHASAN KATA Page 16


5. Berdasarkan Susunan Subyek-Predikat
Kalimat ini dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Kalimat Versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subyeknya. Kata atau frasa
tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk
menimbulkan kesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua.
Kalimat ini biasanya dipaka i untuk penekanan atau ketegasan makna.
Contoh : Ambilkan koran di atas kursi itu !
b. Kalimat Inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan
pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K)
Contoh : Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.

6. Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya) Kalimat dapat dibedakan menjadi 3


Jenis, yaitu:
1.Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh unsur utama
(induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat).Unsur anak kalimat ini seakan-
akan dilepaskan saja oleh penulisnya Jika unsuranak kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah
bermakna lengkap. Contoh:
Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar kehidupan di
negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.
2.Kalimat yang Klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak kalimat
dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca anak
kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai , terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk
kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat ini terasa berklimaks dan terasa membentuk
keterangan. Contoh:

Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga Prancis itu di
bebaskan juga.
3.Kalimat yang Berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat mejemuk
campuran. Struktur kalimat ini memperlihatkankesejajaranyang sejalan dan dituangkan ke
dalam bangun kalimat yang simetri. Contoh:
Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba
melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.

PEMBAHASAN FRASA Page 12


7. Berdasarkan Subyeknya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu:
a. Kalimat Aktif adalah kalimat yang subyeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini
biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat
berupa kata kerja aus (kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan me- saja), misalnya : Pergi,
tidur, mandi, dll (kecuali makan dan minum).
Contoh : Mereka akan berangkat besok
pagi.
b. Kalimat Pasif adalah kalimat yang subyeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini
biasanya memiliki predikat berupa kata kerja di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh.
Contoh : Ikan dipancing oleh
Bapak.

PEMBAHASAN KATA Page 18


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari materi makalah yang telah kami bahas tadi, kami menarik kesimpulan bahwa:
Kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu ataulebih
morfem. Kata merupakan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri.
Frasa merupakan gabungan dari dua kata atau lebih yang tidak terikat oleh subjek dan
predikat. Klausa merupakan gabungan dari dua kata atau ebih yang terikat oleh subjek dan
predikat.
Kalimat merupakan gabungan dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan makna
minimal terdiri dari subjek dan predikat dan di akhiri oleh tanda baca.

3.2 SARAN
Mahasiswa di tuntut untuk lebih dalam mempelajari pelajaran Bahasa Indonesia. Karena
dengan itu dapat menambah wawasan kita. Misalnya dalam memahami konsep mengenai kata,
frasa, klausa, dan kaliamat agar kita tidak keliru lagi dalam membuat sebuah karya ilmiah. Terlebih
lagi kita akan lebih mudah membuat sebuah karya ilmiah yang baik dan benar sesuai dalam
pelajaran Bahasa Indonesia.

3.3 DAFTAR PUSTAKA

1. Rachmadrivai. 2011. Sintaksis Bahasa Indonesia (frasa).


2. Henry Guntur Tarigan. 1984. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa.
3. Arifin, E. Zaenal dan Tasai, S.Amran. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia.Jakarta:
Akademi Pressindo.
4. M. Asfandi Adul. 1990. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Bulungan. Jakarta : Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa.

PEMBAHASAN KATA Page 19

Anda mungkin juga menyukai