Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS GAYA BAHASA KIASAN DALAM KUMPULAN

CERPEN CORAT-CORET DI TOILET KARYA EKA KURNIAWAN

Nepa Perawati, Martono, A. Totok Priyadi


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak
Email: nepaperawati10@gmail.com

Abstract
This research is motivated by the desire of researchers to find the style of figurative language
in a collection of short on the Toilet Works by Eka Kurniawan. This study aims to obtain a
description of the figurative style style in a collection of short stories on the Toilet Works by
Eka Kurniawan. Benefits of research that can be obtained from this research that is,
theoretical benefits and practical benefits. The technique used in this research is the technique
of documentary study, and the data collection tool is the researcher himself as a key instrument
assisted by the recorder card to classify the problem under study. Based on the results of data
analysis on a collection of short storieson the Toilet Works by Eka Kurniawan, it can be
concluded that there is a figurative style of language consisting of 14 equations of language
style, 9 metaphoric style of language, 16 personific languages, and language style of irony 9
pieces, the style of cinema language amounted to 10 pieces, and sarcasm style of 12 units.
Based on these conclusions the style of language contained in a collection of short storieson
the Toilet Works by Eka Kurniawan all amounted to 70 pieces of the most dominant language
style is used is the style of personification language which amounted to 16 pieces.

Keywords: analysis, style, short story

Kumpulan cerpen Corat-Coret di Toilet Dusta, Si Cantik yang Tak Boleh Keluar
adalah cerpen tahun 2016 karya Eka Malam, Siapa Kirim Aku Bunga, dan Dewi
Kurniawan yang menceritakan tentang Amor. Tidak semata-mata menceritakan
kehidupan nyata masyarakat umum yang pro tentang percintaan di dalamnya juga
dan kontra pada pemerintahan dan menyiratkan amanat yang sangat berarti
kebijaksanaan. Lewat sebuah dinding toilet seperti cerita Si Cantik yang Tak Boleh
tertampung aspirasi publik yang paling jujur Keluar Malam, menceritakan seorang gadis
bebas dari rasa takut pada kekuasaan yang dilarang orang tuanya untuk keluar
pemerintah itu sendiri. Setiap orang malam dengan alasan apapun, padahal umur
menyampaikan aspirasinya terhadap yang si gadis sudah bertambah, kekangan orang
didengar dan dirasakan. Namun aspirasi tua malah membuat gadis ini akhirnya
masyarakat tidak mendapat tempat terbaik di menempuh jalan kehidupan yang salah.
dalam suatu pemerintahan, hal itu tergambar Cerpen merupakan sebuah karya fiksi
pada cerita Peterpen yang menceritakan yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun,
tentang pemuda idealisme melawan yaitu unsur intinsik dan unsur ekstrinsik
pemerintah yang diktator, dalam (Nurgiyantoro 2010:12). Menurut Rosidi
perjuangannya ia mengorbankan banyak hal, (dalam Tarigan 1984:180), “Cerpen atau
namun pengorbanannya itu berakhir sia-sia, cerita pendek adalah cerita yang pendek dan
idealisme tak mampu melawan yang merupakan suatu kebulatan ide”. Dalam
berkuasa, pemimpin diktator tetap berjaya di kesingkatan dan kepadatannya itu, sebuah
singgasananya. Kisah percintaan yang cerpen itu adalah lengkap, bulat, dan singkat.
mewarnai setiap cerita di dalamnya seperti Semua bagian dari sebuah cerpen harus
yang tergambar pada cerita Dongeng terikat pada suatu kesatuan jiwa: pendek,
Sebelum Bercinta, Teman Kencan, Rayuan padat, dan lengkap. Tidak ada bagian-bagian
yang boleh dikatakan “lebih” dan bisa sarkasme, satire, innuendo, antifrasis, serta
dibuang. Berdasarkan pendapat tersebut pun dan paronomasia.
dapat disimpulkan Cerpen haruslah terikat Simile adalah bahasa kias yang
pada suatu kesatuan jiwa: pendek, padat, dan membandingkan dua hal yang secara hakikat
lengkap. Tidak ada bagian-bagian yang boleh berbeda, tetapi dipersamakan dengan
dikatakan “lebih” dan bisa dibuang. Dengan menggunakan kata-kata seperti, serupa,
kebulatan ide di dalam sebuah cerpen mampu bagaikan, laksana dan sejenisnya. Dengan
memberikan kesan yang tunggal pada jiwa demikian jika kita memahami simile, baik
pembaca. pembanding maupun yang dibandingkan, kita
Gaya bahasa atau majas adalah tidak akan bisa memperoleh kesan sempurna
pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian dalam puisi (Pradopo, dalam Martono
ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek 2009:68). Menurut Wijaya (2010:178) simile
tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok adalah pengungkapan dengan menggunakan
penulis sastra dan cara khas dalam perbandingan eksplisit yang dinyatakan
menyatakan pikiran dan perasaan baik secara dengan kata depan dan penghubung seperti
lisan maupun tertulis (Wijaya, 2010:177). layaknya, bagaikan, seperti, bagai.
Gaya bahasa yang digunakan dalam bentuk Berdasarkan uraian tersebut, penulis
tulisan maupun lisan yang dipakai dalam menyimpulkan persamaan atau simile
suatu karangan yang bertujuan untuk merupakan perbandingan yang bersifat
mewakili perasaan dan pikiran dari eksplisit. Membandingkan dua hal yang
pengarang (Tim Dunia Cerdas, 2013:120). secara hakikat berbeda, tetapi dipersamakan
Menurut Keraf (dalam Siswantoro, dengan menggunakan kata-kata seperti,
2010:206), “Merujuk kepada cara serupa, bagaikan, laksana dan sejenisnya.
mengungkapkan pikiran melalui bahasa Menurut Martono (2009:68), metafora
secara khas yang memperlihatkan jiwa dan adalah gaya bahasa yang memperbandingkan
kepribadian penulis atau pengguna bahasa”. sesuatu hal dengan hal lainnya yang pada
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dasarnya tidak serupa. Oleh karena itu, di
disimpulkan gaya bahasa merupakan dalam metafora ada dua hal pokok, yaitu hal-
kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu hal yang diperbandingkan dan
untuk memperoleh efek-efek tertentu. perbandingannya. Metafora gaya bahasa
Pengarang menggunakan gaya bahasa yang seperti perbandingan, hanya tidak
khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan mempergunakan kata-kata pembanding,
baik secara lisan maupun tertulis. seperti bagai, laksana, seperti, bagaikan,
Menurut Keraf (2010:136), gaya bahasa serupa, dan sebagainya. Menurut Wijaya
kiasan ini petama-tama dibentuk berdasarkan (2010:178), metafora adalah pengungkapan
perbandingan atau persamaan. berupa perbandingan analogi satu hal dengan
Membandingkan sesuatu dengan sesuatu hal hal lain, dengan menghilangkan kata-kata
yang lain, berarti mencoba menemukan ciri- seperti, layaknya, bagaikan, dsb. Berdasarkan
ciri yang menunjukan kesamaan antara kedua uraian tersebut, penulis menyimpulkan
hal tersebut. Perbandingan sebenarnya metafora adalah semacam analogi yang
mengandung dua pengertian, yaitu membandingkan dua hal secara langsung,
perbandingan yang termasuk dalam gaya tetapi bentuk yang singkat, seperti: bunga
bahasa yang polos atau langsung, dan bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata,
perbandingan yang termasuk dalam gaya dan sebagainya. metafora
bahasa kiasan. Ada beberapa gaya bahasa memperbandingkan sesuatu hal dengan hal
kiasan yang di antarnya gaya bahasa lainnya yang pada dasarnya tidak serupa.
persamaan, metafora, alegori, personifikasi, Alegori adalah suatu cerita singkat yang
alusi, eponim, epitet, sinekdoke, metonimia, mengandung kiasan. Makna kiasan ini harus
antonomasia, hipalase, ironi, sinisme, ditarik dari bawah permukaan ceritanya.
Dalam alegori, nama-nama pelakunya adalah
sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya selalu Menurut Tarigan (dalam Martono,
jelas tersurat. Menurut Pradopo (dalam 2009:79), epitet adalah gaya bahasa yang
Martono, 2009:70) allegori ialah cerita kiasan mengandung acuan yang menyatakan suatu
ataupun lukisan kiasan. Berdasarkan uraian sifat atau ciri yang khas dari seseorang atau
tersebut, penulis menyimpulkan alegori sesutu hal. Keterangan itu merupakan untuk
adalah suatu cerita singkat yang mengandung frase deskriptif yang memerikan atau
kiasan. Makna kiasan ini harus ditarik dari menggantikan nama sesuatu benda atau nama
bawah permukaan ceritanya. seseorang. Menurut Keraf (2010:141), epitet
Menurut Wijaya (2010:180), (epiteta) adalah semacam acuan yang
personifikasi atau penginsanan adalah cara menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus
pengungkapan dengan menjadikan benda dari seseorang atau sesuatu hal.
mati atau tidak bernyawa sebagai manusia. Menurut Tarigan (dalam Martono,
Menurut Endah (2013:106), personifikasi 2009:71) sinekdoke adalah gaya bahasa yang
ialah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat menyebutkan sesuatu bagian penting dari
insan pada barang atau benda yang tidak suatu benda atau hal untuk benda atau hal itu
bernyawa ataupun pada ide yang abstrak. sendiri. Sinekdoke ini dapat dibedakan
Misalnya: kata-katanya tajam seperti mata menjadi dua macam, yakni pars pro toto dan
pisau. Berdasarkan uraian tersebut, penulis totum pro parte. Pars pro toto adalah
menyimpulkan personifikasi merupakan cara penyebutan sebagian dari suatu hal untuk
pengungkapan dengan menjadikan benda menyebutkan keseluruhan, sedangkan totum
mati atau tidak bernyawa sebagai manusia. pro parte adalah penyebutan keseluruhan dari
Menurut Wijaya (2010:177), alusi adalah sutu benda atau hal untuk sebagian.
pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan Menurut Endah (2013:111), sinekdoke
karena selain ungkapan itu sudah dikenal ialah gaya bahasa yang menyebutkan nama
juga pembicara atau penulis ingin sebagian sebagai nama pengganti barang
menyampaikan maksud secara tersembunyi. sendiri. Berdasarkan uraian tersebut, penulis
Misalnya: Ah, kau ini seperti kura-kura menyimpulkan sinekdoke merupakan gaya
dalam perahu. (lengkapnya, Ah, kau ini bahasa yang menyebutkan sesuatu bagian
seperti kura-kura dalam perahu, pura-pura penting dari suatu benda atau hal untuk benda
tidak tahu). Alusi atau kilatan adalah gaya atau hal itu sendiri.
bahasa yang menunjuk secara tidak langsung Menurut Wijaya (2010:179), metonimia
kesuatu peristiwa atau tokoh berdasarkan adalah bentuk pengungkapan berupa
praanggapan adanya pengetahuan bersama penggunaan nama untuk benda lain yang
yang dimiliki oleh pengarang/pembicara dan menjadi merk, ciri khas atau menjadi atribut.
pembaca/pendengar untuk menangkap Metonimia ialah gaya bahasa yang
pengacuan itu (Keraf, dalam Martono menggunakan nama barang, orang, hal atau
2009:177). Berdasarkan uraian tersebut, ciri pengganti barang itu sendiri (Endah
penulis menyimpulkan alusi merupakan 2013:11). Berdasarkan uraian tersebut,
pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan penulis menyimpulkan metonimia metonimia
karena selain ungkapan itu sudah dikenal adalah bentuk pengungkapan berupa
juga pembicara atau penulis ingin penggunaan nama untuk benda lain yang
menyampaikan maksud secara tersembunyi. menjadi merk, ciri khas atau menjadi atribut.
Menurut Keraf (2010:141), eponim Menurut Endah (2013:113), antonomasia
adalah suatu gaya di mana seseorang yang penggunaan sifat sebagai nama diri atau
namanya begitu sering dihubungkan dengan nama diri lain sebagai nama jenis. Menurut
sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai Wijaya (2010:179), antonomasia adalah
untuk menyatakan sifat itu. Misalnya: pemberian nama yang cocok dengan sifat
Hercules dipakai untuk menyatakan atau pekerjaan orang. Misalnya, karena
kekuatan; Hellen dari Troya untuk sehari-hari ia bekerja sebagai kurir gerobak,
menyatakan kecantikan. ia dipanggil Kano gobak.
Menurut Keraf (2010:142), antonomasia Menurut Keraf (2010:144), ironi sering
juga merupakan sebuah bentuk khusus dari kali tidak harus ditafsirkan dari sebuah
senekdoke yang berwujud penggunaan kalimat atau acuan, tetapi harus diturunkan
sebuah epiteta untuk menggantikan nama dari suatu uraian yang panjang. Dalam hal
diri, atau gelar resmi, atau jabatan untuk terakhir ini, pembaca yang tidak kritis atau
menggantikan nama diri. Berdasarkan uraian yang sederhana pengetahuannya, bisa sampai
tersebut, penulis menyimpulkan antonomasia kepada kesimpulan yang diametral
merupakan penggunaan sifat sebagai nama bertentangam dengan apa yang dimaksudkan
diri atau nama diri lain sebagai nama jenis. penulis, atau berbeda dengan apa yang dapat
Menurut Keraf (2010:142), hipalase ditangkap oleh pembaca kritis. Berdasarkan
adalah semacam gaya bahasa dimana sebuah uraian tersebut, penulis menyimpulkan satire
kata tertentu dipergunakan untuk merupakan ungkapan yang menggunakan
menerangkan sebuah kata, yang seharusnya sarkasme, ironi, atau parody untuk
dikenakan pada sebuah kata yang lain. Secara mengecam atau menertawakan gagasan,
singkat dapat dikatakan bahwa hipalase kebiasaan, dsb.
adalah suatu kebalikan dari suatu relasi Menurut Wijaya (2010:184), inuendo
alamiah antara dua komponen gagasan. adalah sindiran yang bersifat mengecilkan
Ironi adalah gaya bahasa yang fakta sesungguhnya, contoh karena ia
menyatakan makna yang bertentangan, menyisihkan selembar dua lembar kertas
dengan maksud beolok-olok. Maksud itu kantor, ia kini telah membuka toko alat-alat
dapat dicapai dengan mengemukakan: (a) tulis. Menurut Keraf (2010:144), inuendo
makna yang berlawanan dengan makna yang adalah semacam sindiran dengan
sebenarnya, (b) ketaksesuaian antara harapan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Ia
dan kenyataan yang mendasarinya, dan (c) menyatakan kritik dengan sugesti yang tidak
ketidaksesuaian antara harapan dan langsung, dan sering tampaknya tidak
kenyataan (Tarigan, dalam Martono menyakitkan hati kalau dilihat sambil lalu.
2009:74). Berdasarkan uraian tersebut, penulis
Sinisme adalah sejenis gaya bahasa yang menyimpulkan inuendo adalah sindiran yang
berupa sindiran yang berbentuk kesangsian bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya. Ia
yang mengandung ejekan terhadap menyatakan kritik dengan sugesti yang tidak
keikhlasan dan ketulusan dan ketulusan hati. langsung, dan sering tampaknya tidak
Sinisme adalah ironi yang lebih kasar menyakitkan hati kalau dilihat sambil lalu.
sifatnya; namun kadang-kadang sukar ditarik Menurut Keraf (2010:144), antifrasis
batas yang tegas antara keduanya (Tarigan, adalah semacam ironi yang berwujud
dalam Martono 2009:76). penggunaan sebuah kata dengan makna
Menurut Keraf (2010:143), sarkasme kebalikannya, yang bias saja dianggap
merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari sebagai ironi sendiri, atau kata-kata yang
ironi dan sinisme. Ia adalah suatu acuan yang dipakai untuk menangkal kejahatan, roh
mengandung kapahitan dan celaan yang getir. jahat, dan sebagainya.
Sarkasme dapat saja bersifat ironis, dapat Menurut Keraf (2010:145), pun atau
juga tidak, tetapi yang jelas adalah bahwa paronomasia adalah kiasan dengan
gaya ini selalu akan menyakiti hati dan mempergunakan kemiripan bunyi. Ia
kurang enak di dengar. Berdasarkan uraian merupakan permainan kata yang didasarkan
tersebut, penulis menyimpulkan bahwa ironi, pada kemiripan bunyi, tetapi terdapat
sinisme, dan sarkasme merupakan gaya perbedaan besar dalam maknanya.
bahasa sindiran yang mempunyai pertalian di
antara ketiganya, sehingga sukar diadakan METODE PENELITIAN
perbedaan di antara ketiganya, terlebih antara Metode penelitian yang akan digunakan
ironi dan sinisme. dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Penggunaan metode deskriptif dalam
penelitian ini karena metode ini sangat tepat berarti dibandingkan bagian atau fragmen
dan sesuai dengan permasalahan yang akan struktur (Endraswara, 2013:49).
dibahas. Metode ini juga dapat digunakan Menurut Semi (2012:87-88), pendekatan
untuk memecahkan permasaahan yang struktural memang merupakan pendekatan
diteliti. Moleong (2012:11) menyatakan yang populer dan seringkali digunakan para
bahwa dengan metode deskriptif data-data penelaah sastra. Kekuatan pendekatan, yaitu;
yang dikumpulkan berupa fakta-fakta, (a) Pendekatan struktural memberi peluang
gambaran, dan bukan angka-angka sehingga untuk melakukan telaahan atau kajian sastra
laporan penelitian akan berisi kutipan- lebih dalam, (b) Pendekatan ini mencoba
kutipan data untuk memberikan gambaran melihat sastra sebagai sebuah karya sastra
penyajian laporan tersebut. dengan hanya mempersoalkan apa yang ada
Bentuk penelitian yang digunakan dalam di dalam dirinya, (c) Karena analisis yang
penelitian ini adalah kualitatif, karena tidak objektif dan bersifat analitik banyak memberi
menggunakan angka-angka, tetapi lebih umpan balik kepada penulis dan dapat
menggunakan kedalaman penghayatan mendorong penulis untuk menulis secara
terhadap interaksi antar konsep yang sedang lebih berhati-hati dan teliti, kesalahan yang
dikaji secara empiris berupa kata-kata, frasa, kecil sekalipun tidak luput darp pengamatan
dan kalimat yang menggambarkan dan pembaca.
pendeskripsian rencana implementasi gaya Di samping adanya kekuatan seperti yang
bahasa dalam kumpulan cerpen Corat-Coret dikemukakan tersebut, terhadapat pula
di Toilet karya Eka Kurniawan terhadap beberapa kelemahan pendekatan struktural.
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Kelemahan pendekatan struktural, antara
Menurut Bogdan dan Taylor (dalam lain; (a) Analisis komponen atau unsur secara
Moleong, 1991:31), “Penelitian kualitatif menjelimet bekecenderung-an untuk
merupakan prosedur penelitian yang menyebabkan masalah estetika dikorbankan;
menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata (b) Pedekatan struktural lebih bersifat
tertulis atau lisan dari orang-orang, dan sinkronis daripada diakronis ia lebih cocok
perilaku yang dapat diamati”. Berdasarkan untuk analisis karya sastra pada masa, tetapi
pendapat-pendapat tersebut, dapat sukar digunakan untuk analisis
disimpulkan bahwa penelitian kualitatif ini perkembangan karya sastra dari waktu ke
tidak menggunakan angka-angka atau waktu; (c) Pedekatan struktural memerlukan
perhitungan, melainkan pemahaman data dukungan pengetahuan teori sastra yang lebih
analisis, dan diuraikan dalam bentuk kata- dalam agar dapat berbicara lebih dalam agar
kata tertulis atau lisan dari orang-orang, dan dapat berbicara lebih dalam agar dapat
perilaku yang dapat disimpulkan. berbicara lebih dalam tentang aspek-aspek
Pendekatan penelitian yang digunakan yang membangun karya sastra; (d)
dalam penelitian ini adalah pendekatan Pendekatan struktural mengesampingkan
struktural dan semiotik. Strukturalis pada konstelasi sosial budaya, padahal sastra
dasarnya merupakan cara berpikir tentang merupakan sesuatu yang berada dan lahir
dunia yang terutama berhubungan dengan dalam suatu konstelasi sosial budaya,
tangapan dan deskripsi struktur-struktur. sehingga pendekatan ini dinilai
Dalam pandangan ini karya sastra mengesampingkan manusia yang berada
diasumsikan sebagai fenomena yang disekitar sastra.
memiliki struktur yang saling terkait satu Alasan peneliti memilih pendekatan
sama lain. Kodrat struktur itu akan bermakna struktural karena pendekatan struktural
apabila dihubungkan dengan struktur lain. menganalisis setiap komponen yang
Struktur tersebut memiliki bagian yang membangun sebuah karya sastra. Kodrat
kompleks, sehingga pemaknaan harus struktur itu akan bermakna apabila
diarahkan ke dalam hubungan antar unsur dihubungkan dengan struktur lain. Struktur
secara keseluruhan. Keseluruhan akan lebih tersebut memiliki bagian yang kompleks,
sehingga pemaknaan harus diarahkan ke Gramedia Pustaka Utama, Jakarta pada tahun
dalam hubungan antar unsur secara 2016, cetakan III. Kumpulan cerpen Corat-
keseluruhan. Dengan demikian, terlihat Coret di Toilet Karya Eka Kurniawan terdiri
bahwa sebuah karya sastra saling berkaitan dari beberapa sub judul diantaranya; Peter
antara satu dengan yang lain sehingga Pan; Dongeng Sebelum Bercinta; Corat-
menjadi satu kesatuan yang mengandung Coret Di Toilet; Teman Kencan; Rayuan
nilai estetika. Dusta untuk Merietje; Hikayat Si Orang
Pendekatan yang juga digunakan dalam Gila; Si Cantik yang Tak Boleh Keluar
penelitian ini yaitu pedekatan semiotik, dari Malam; Siapa Kirim Aku Bunga?;
kodratnya, karya sastra merupakan refleksi Tertangkapnya Si Bandit Kecil Pencuri Roti;
pemikiran, perasaan, dan keinginan Kisah dari Seorang Kawan; Dewi Amor;
pengarang lewat bahasa. Bahasa itu sendiri Kandang Babi. Kedua belas sub judul
tidak sembarangan bahasa, melainkan bahasa tersebut Corat-Coret di Toilet menduduki
khas. Yakni, bahasa yang memuat tanda- urutan ketiga pada halaman 22.
tanda atau semiotik. Bahasa itu akan Teknik yang digunakan dalam penelitian
membentuk sistem ketandaan yang ini teknik studi dokumenter, teknik ini
dinamakan semiotik dan ilmu yang digunakan karena meneliti dokumen, yaitu
mempelajari masalah ini adalah semiologi. kumpulan cerpen Corat-Coret di Toilet karya
Semiologi juga sering dinamakan semiotika, Eka Kurniawan. Teknik studi dokumenter ini
artinya yang mempelajari tanda-tanda dalam dilakukan dengan cara menelaah karya sastra
karya sastra (Endraswara, 2013:63). menjadi sumber data penelitian. Langkah-
Menurut Semi (2012:110), pendekatan langkah dalam pengumpulan data sebagai
semiotik mempunyai kekuatan utama Karena berikut; (a) Membaca secara cermat
ia lebih menyempurnakan pendekatan- kumpulan cerpen Corat-Coret di Toilet karya
pendekatan yang lain seperti struktural, Eka Kurniawan, (b) Mengidentifikasi gaya
stilistika, dan sosiologis. Di samping itu bahasa kiasan yang ada dalam kumpulan
analisis lebih bersifat komprehensif. cerpen Corat-Coret di Toilet karya Eka
Kelemahannya: (1) pendekatan ini Kurniawan. (c) Mendeskripsikan rencana
memerlukan banyak dukungan ilmu bantu implementasi gaya bahasa kiasan dalam
yang lain, seperti linguistik, sosiologi, dan kumpulan cerpen Corat-Coret di Toilet karya
psikologi, (2) untuk menjalankan pendekatan Eka Kurniawan pada pembelajaran bahasa
ini diperlukan kematangan konseptual Indonesia di sekolah dengan membuat
tentang sastra dan teori sastra. Tanpa itu, rencana atau rancangan pembelajaran (RPP)
pendekatan ini kurang dapat memperlihatkan pada kurikulum 2013, (d) Menguji keabsahan
keunggulannya. data menggunakan teknik ketekunan
Alasan peneliti juga menggunakan pengamatan, triangulasi, dan kecukupan
pendekatan semiotik karena pendekatan referensi.
semiotik tidak hanya menganalisis struktur Alat pengumpul data atau instrumen
pembangun sebuah karya sastra tetapi juga adalah alat yang digunakan untuk
menganalisis masalah pemaknaan terhadap mengumpulkan data. Alat pengumpulan data
gaya bahasa yang berperan besar memberi dalam penelitian ini adalah manusia, dan
warna terhadap sebuah karya sastra. dengan lembaran kertas hasil penelitian atau kartu
mengungkapkan karya sastra sebagai sistem pencatat. Manusia yang dimaksud adalah
tanda. Tanda tersebut merupakan sarana peneliti sebagai instrumen kunci. Kedudukan
komunikasi yang bersifat estetis karenanya, peneliti sebagai instrumen kunci, yaitu
setiap tanda membutuhkan pemaknaan. perencana, pelaksana, pengumpul data,
Sumber data dalam penelitian ini adalah penganalisis data, penafsir data, dan pada
kumpulan cerpen Corat-Coret di Toilet karya akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian.
Eka Kurniawan. Kumpulan cerpen ini terdiri Kartu pencatat atau kertas pencatat yang
atas 124 halaman, diterbitkan oleh PT berisi catatan-catatan dari hasil pembacaan,
dan pengamatan terhadap kumpulan cerpen rekan-rekan sebaya yang memiliki
Corat-Coret di Toilet karya Eka Kurniawan. pengetahuan umum yang sama tentang apa
Catatan-catatan yang berupa data selanjutnya yang diteliti sehingga bersama mereka
dihimpun secara khusus menurut klasifikasi peneliti dapat mereview persepsi, pandangan,
permasalahan penelitian. dan analisis yang sedang dilakukan.
Teknik pengecekan keabsahan data Pemeriksaan sejawat melalui diskusi, peneliti
berfungsi menguji kesahihan dan keandalan lakukan bersama mahasiswa. Berikut teman
data yang diperoleh. Setelah data dianalisis sejawat yang terlibat dalam teknik ini. Dewi
perlu diuji terlebih dahulu keabsahannya, hal Murniati dan Mentari Asih Lina Ayu Safitri,
ini dimaksudkan agar peneliti mendapat hasil Mahasiswa, Program Studi Pendidikan
yang objektif. Berikut adalah tiga cara yang Bahasa dan Sastra Indonesia, lokasi Aula
akan dilakukan peneliti dalam pengecekan FKIP Universitas Tanjungpura, waktu 10
keabsahan data. Agustus 2017.
Peneliti memilih orang-orang tersebut,
1. Teknik Ketekunan Pengamatan karena pemahaman mereka terhadap sastra
Teknik ini dilakukan dengan cara cukup baik sehingga memudahkan peneliti
membaca dan memahami secara teliti, tekun, untuk berdiskusi, dan dari hasil pemeriksaan
dan rinci terhadap berbagai hal yang mereka dapat dijadikan bahan pertimbangan
berkaitan dengan masalah dan data untuk menguji keabsahan data. Adapun
penelitian. Hal yang diamati adalah gaya langkah-langkah yang dilakukan dalam
bahasa struktur kalimat dan gaya bahasa keabsahan data melalui rekaan sejawat. a)
kiasan dalam kumpulan cerpen Corat-Coret Rekan sejawat membaca kumpulan cerpen
di Toilet karya Eka Kurniawan. Corat-Coret di Toilet karya Eka Kurniawan.
b) Rekan sejawat menyarankan untuk
2. Triangulasi memilah semua gaya bahasa yang ada dalam
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan kumpulan cerpen Corat-Coret di Toilet karya
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu Eka Kurniawan, selanjutnya menyarankan
yang lain di luar data itu untuk keperluan agar peneliti menelaah gaya bahasa yang
pengecekan atau sebagai pembanding dominan dalam kumpulan cerpen tersebut. c)
terhadap data itu. Menurut Denzin (dalam Rekan sejawat membaca klasifikasi data yang
Moleong, 1991:178) membedakan empat dibuat peneliti. d) Peneliti dan rekan sejawat
macam triangulasi sebagai teknik mendiskusikan klasifikasi data tersebut.
pemeriksaan yang memanfaatkan Diskusi mengenai pengklasifikasian data
penggunaan sumber, metode, penyidik, dan rekan sejawat juga menyarankan agar peneliti
teori. Triangulasi dengan sumber berarti lebih berhati-hati dalam menentukan gaya
membandingkan dan mengecek balik derajat bahasa yang akan teliti karena ada beberapa
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh gaya bahasa yang saling berkaitan seperti,
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam gaya bahasa ironi, sinisme dan sarkasme,
metode kualitatif, Patton (dalam Moleong, namun yang lebih erat kaitannya yaitu, gaya
1991:178). Berdasarkan pendapat-pendapat bahasa ironi dan sinisme. e) Peneliti dan
tersebut penjelasan triangulasi dengan rekan sejawat menyimpulkan hasil diskusi
sumber maksudnya adalah menggali tersebut. Dalam tahap menyimpulkan hasil
kebenaran informasi tertentu melalui diskusi antara peneliti dan teman sejawat,
berbagai metode, dan sumber perolehan data. ditemukan beberapa gaya bahasa yang
menarik dan dominan dalam kumpulan
3. Pemeriksaan Teman Sejawat melalui cerpen Corat-Coret di Toilet karya Eka
Diskusi Kurniawan, yang menjadi dasar bagi peneliti
Menurut Moleong (1991:179) untuk menganalisis gaya bahasa yang
pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi terdapat dalam kumpulan cerpen tersebut.
ini dilakukan dengan cara mengumpulkan Peneliti memilih orang-orang tersebut, karena
pemahaman mereka terhadap sastra cukup pembelajaran cerita fabel berdasarkan
baik sehingga memudahkan peneliti untuk kurikulum 2013. Penelitian ini difokuskan
berdiskusi, dan dari hasil pemeriksaan yakni pada KD tingkat satuan pendidikan
mereka dapat dijadikan bahan pertimbangan SMA kelas XI semester 1 pada kompetensi
untuk menguji keabsahan data. dasar 4.1 Menginterpretasi makna teks cerita
pendek, baik secara lisan maupun tulisan,
4. Memenuhi Kecakupan Referensi pada indikator 4.1.3 interpretasi isi (unsur
Teknik yang digunakan peneliti dalam intrinsik dan ekstrinsik) dalam teks cerita
mengecekan keabsahan data adalah pendek pada kehidupan sehari-hari. Adapun
memenuhi kecukupan referensi. Hal ini kegiatan dalam pembelajaran yaitu,
bertujuan memberikan pemahaman, dan pembuka, isi dan penutup.
sebagai arahan dalam melakukan penelitian. Pembahasan Penelitian
Teknik ini dilakukan dengan cara membaca, Kumpulan cerpen Corat-Coret di Toilet
dan menelaah sumber-sumber data, serta ini dapat digunakan sebagai materi
berbagai pustaka yang relevan dengan pembelajaran dilihat dari isi cerpen yang
masalah penelitian secara berulang-ulang memberikan informasi kepada peserta didik
agar diperoleh pemahaman arti yang secara menyeluruh. Peserta didik dapat
memadai dan mencukupi. belajar belajar sastra sekaligus belajar tentang
pendidikan moral karena kumpulan cerpen
HASIL PENELITIAN DAN Corat-Coret di Toilet tersebut berisi tentang
PEMBAHASAN nilai kehidupan, dan hiburan. Selain hal
Hasil Penelitian tersebut kumpulan cerpen Corat-Coret di
Berdasarkan penelitian, tujuan dari Toilet juga memiliki nilai sastra yang sangat
penelitian ini untuk mengetahui gaya bahasa berkualitas, namun pengarang mampu
kiasan, dan rencana rencana implementasi menyampaikan cerita dengan bahasa yang
dalam kumpulan cerpen Corat-Coret di ringan sehingga siswa dapat mudah
Toilet karya Eka Kurniawan pada memahami maksud pengarang.
pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah.
Pada bagian gaya bahasa kiasan, peneliti 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
berhasil menemukan enam gaya bahasa (RPP)
dalam kumpulan cerpen Corat-Coret di Berdasarkan paparan contoh silabus
Toilet karya Eka Kurniawan, di antaranya pembelajaran tersebut, makapenelitian
gaya bahasa persamaan, metafora, terhadap gaya bahasa kiasan dalam kumpulan
personifikasi, ironi, sinisme, sarkasme. cerpen Corat-Coret di Toilet karya Eka
Perencanaan guru membuat rencana Kurniawandapat diimplementasikan ke dalam
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di
membuat RPP, guru berpedoman pada SMA kelas XI semester 1, yakni sebagai
Silabus Kurikulum 2013 dan beberapa berikut. a) Kompetensi inti; menghargai dan
komponen pembelajaran di dalam RPP. menghayati ajaran agama yang dianutnya,
Adapun komponen yang terdapat dalam RPP Menghargai dan menghayati perilaku jujur,
yaitu kompetensi inti, kompetensi dasar, disiplin, tanggung jawab, Memahami
indikator pencapaian kompetesi, materi pengetahuan (faktual, konseptual, dan
pokok, uraian materi, dan prosedural), Mencoba, mengolah, dan
strategipembelajaran baik dari segi guru menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
maupun siswanya, serta tujuan yang akan mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
dicapai. membuat). b) Kompetensi Dasar dan
Dilihat dari beberapa komponen yang Indikator Pencapaian Kompetensi;
ada dalam RPP terlihat bagaimana Menginterpretasi makna teks cerita pendek,
kemampuan guru dalam perencanaan baik secara lisan maupun tulisan yang
pembelajaran bahasa Indonesia khususnya terkandung dalam kumpulan cerita pendek
yang dibaca. c) Indikator; interpretasi isi SIMPULAN DAN SARAN
(unsur intrinsik dan ekstrinsik) dalam teks Simpulan
cerita pendek pada kehidupan sehari-hari. c) Berdasarkan hasil analisis data dalam
Tujuan pembelajaran; peserta didik dapat kumpulan cerpen Corat-Coret di Toilet karya
menjelaskan pengertian gaya bahasa, gaya Eka Kurniawan, terdapat simpulan dalam
bahasa kiasan, dapat menentukan gaya penelitian ini. Simpulan tersebut sebagai
bahasa persamaan, dapat menentukan pesan berikut. Penelitian yang dilakukan peneliti,
moral, dan dapat membuat paragraf yang peneliti menganalisis gaya bahasa persamaan
mengandung gaya bahasa metafora. d) Materi atau simile yang terdiri dari 14 kutipan. Gaya
pokok; cerpen, pengertian gaya bahasa, bahasa metafora terdiri dari 9 kutipan. Gaya
pengertian gaya bahasa kiasan, dan macam- bahasa personifikasi terdiri dari 16 kutipan,
macam gaya bahasa kiasan. e) Metode Gaya bahasa ironi terdiri dari 9 kutipan. Gaya
pembelajaran; discovery learning, tanya bahasa sinisme terdiri dari 10 kutipan. Gaya
jawab, diskusi. f) Media dan sumber; Power bahasa sarkasme terdiri dari 12 kutipan.
point, fotocopy. g) Alat dan bahan; laptop dan Implementasi hasil penelitian untuk
teks synopsis cerpen Si Cantik yang Tak menganalisis gaya bahasa kiasan dalam karya
Boleh Keluar Malam. h) Sumber, dari sastra terdapat dalam kurikulum 2013 pada
berbagai buku rjukan; Corat-Coret di Toilet tingkat satuan pendidikan SMA kelas XI
karya Eka Kurniawan (2016), Diksi dan semester 1 pada kompetensi dasar 4.1
Gaya Bahasa karya Gorys Keraf (2010), dan Menginterpretasi makna teks cerita pendek,
Ekspresi Puitik Puisi Munawar Kalahan baik secara lisan maupun tulisan, pada
(Suatu Kajian Hermeneutika) karya Martono indikator 4.1.3 interpretasi isi (unsur intrinsik
(2009) dll. dan ekstrinsik) dalam teks cerita pendek pada
kehidupan sehari-hari. Guru menggunakan
2. Langkah-Langkah Kegiatan kumpulan cerpen ini sebagai bahan ajar di
Pembelajaran sekolah. Peserta didik menganalisis gaya
Ada beberapa rangkaian kegiatan dalam bahasa kiasan yang dapat dilihat dari dialog
proses pembelajaran yaitu, pembuka, isi, dan, antar tokoh.
penutup. Guru mengucapkan salam, berdoa Saran
bersama siswa, dan mengecek kehadirannya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
Guru melakukan apersepsi dengan bermanfaat untuk peserta didik untuk
menanyakan kepada siswa tentang memahami dan memaknai gaya bahasa
pengetahuan sebelumnya dan mengaitkannya kiasan yang terdapat pada cerpen. Peserta
dengan materi yang akan dipelajari. Guru didik hendaknya dapat memperhatikan nilai-
menyampaikan tujuan pembelajaran dan nilai positif yang terdapat dalam cerpen
manfaat pembelajaran. Guru menyampaikan antara lain semangat, tekad, tolong-
cakupan materi dan menyampaikan uraian menolong, dan toleransi dengan sesama
kegiatan pembelajaran. Guru membentuk manusia karena nilai-nilai positif tersebut
kelompok dengan anggota 4-5 orang sesuai dapat menjadi dasar yang baik untuk peserta
dengan nama yang telah ditentukan oleh didik terapkan dalam berperilaku di
guru. Kegiatan inti dari pembelajaran yaitu; kehidupan masyarakat dan dapat dijadikan
ada pada tahap, mengamati, menanya, bahan rujukan pembelajaran di sekolah. Guru
mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan dapat menggunakan karya sastra dalam
mengomunikasikan. Penilaian dalam prosese kumpulan cerpen Corat-Coret di Toilet karya
pembelajaran yaitu; penilaian terhadap sikap, Eka Kurniawan untuk diajarkan kepada
pengetahuan, dan keterampilan. peserta didik pada materi gaya bahasa dalam
sebuah karya sastra, khususnya gaya bahasa
kiasan yang dilihat dari gaya bahasa
persaman atau simile, gaya bahasa metafora,
gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa ironi,
sinisme, dan sarkasme, yang dapat dilihat Mihardja, Ratih. 2012. Sastra Indonesia.
dari diaolog antartokoh dalam cerita. Jakarta: Laskar Aksara.
Martono. 2016. Perencanaan Pembelajaran
DAFTAR RUJUKAN Bahasa Inonesia. Pontianak: STAIN
Abidin, Yunus. 2013. Pembelajaran Bahasa Pontianak PRESS.
Berbasis Pendidikan Karakter. Martono. 2009. Ekspresi Puitik Puisi
Bandung: Refika Aditama. Munawar Kalahan (Suatu Kajian
Aminuddin, 2013. Pengantar Apresiasi Hermeneutika). Pontianak: STAIN
Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Pontianak PRESS.
Algensindo. Moleong, Lexy. 2014. Metodologi Penelitian
Endah Nila. 2013. Buku Super. Klateng Kualitatif. Bandung: Remaja
Utara: CV. Mitra Media Pustaka. Rosdakarya.
Freeborn, Denis. 1996. Style, Text Analysis Noor, Rohimah M. 2011. Pendidikan
and Linguistic Criticism. London: Karakter Berbasis Sastra. Yogyakarta:
Macmillan Press. Arus Media.
Junus, Umar. 1986. Sosiologi Sastra Nurgiyantoro, Burhan. 2013. “Teori
Persoalan Teori dan Metode. Kuala Pengkajian Fiksi”. Yogyakarta: Gajah
Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. Mada University Press.
Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Nurhasanah. 2013. “Analisis Gaya Bahasa
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. dalam Kumpulan Cerpen Rectoverso
Kosasih,. 2014. Strategi Belajar dan Karya Dewi Lestari”.Skripsi.
Pembelajarann Implementasi 2013. Pontianak: Universitas Tanjungpura.
Bandung: Yrama Widya. Semi, M. Atar. 1993. Metode Penelitian
Kurniawan, Eka. 2016. Corat-Coret di Toilet. Sastra. Bandung: Angkasa.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai