Anda di halaman 1dari 26

KAJIAN PROSA

BAB 9
BAHASA
Dosen pengampu mata kuliah Kajian Prosa:
Alifiah Nurachmana, S.S., M.Pd

- Yulia Enriati E - Klinton S. Sitorus


- Sindy A. Fatikasari - Chalara Pipikalisa
KELOMPOK 9 - Sirina Olimpia - Felicia K. Pertama
Identitas Novel
Judul novel :
Perempuan itu bermata Saga

Nama Penulis :
Agust Dapa Loka

Nama Penerbit :
PT Elex Media Komputindo
(Gramedia Group)

Tahun Terbit :
2011
Sinopsis novel Perempuan itu Bermata Saga
Kisah yang insiratif ini boleh dikatakan merupakan semacam devosi terhadap cinta. Dituturkan secara
sederhana namun menyentuh, kisah ini menegaskan kembali betapa kekuatan cinta dapat membangkitkan
daya hidup dan menyelamatkan orang dari kematian mental, lebih-lebih bila terjadi tragedi atau situasi kritis
yang tak terduga. Kekuatan cinta seperti hidup dalam diri perempuan yang ketulusan dan kesetiaan cintanya
melampaui dahsyatnya malapetaka.
Joko Pinurbo
Penyair, peraih Khatulistiwa Literary Award (KLA) melalui buku puisi kekasihku (2004)
Ini novel tentang orang-orang beriman. Iman yang iperkuat oleh cinta kasih dan cinta kasih iperkuatkan oleh
perbuatan yang bertujuan satu: memberi kebutuhan maksimal (baremaximum) kepada seorang inividu yang
membutuhkan.
Seorang guru desa yang kakinya diamputasi mendapat pertolongan dari istri tercinta, anak-anak, kerabat,
masyarakat, dokter, suster dan sebagainya. Jalan ceritanya penuh dengan ket4egangan oksimorik antara rasa
sakit dan kemauan untuk menjadi akrab dengan rasa sakit. Dalam ketegangan yang demikian, datanglah
pertolongan ilahi dari lingkungan keluarga dan masyarakat yang memiliki nurani religius.
Gorson Poyk
Sastrawan dan peraih Hadiah Sastra Asia Tenggara SEA WRITE AWARD (1989).
Karya-karya sastranya telah diterjemahkan ke dalam bahsa Inggris, Jerman, Belanda Turki, dll
Bahasa Sebagai Unsur Fiksi
Bahasa Sastra Sebuah
Fenomena.
Bahasa sastra dicirikan sebagai bahasa (yang mengandung unsur) emotif
dan bersifat konotatif, sebagai kebalikan bahasa non sastra.

Penyimpangan dalam bahasa sastra dapat dilihat secara sinkronik, yang


berupa penyimpangan dari bahasa sehari-hari, dan secara deakronik
yang berupa penyimpangan dari karya sastra sebelumnya. Pengarang
melakukan penyimpangan kebahasaan, dimaksudkan untuk memeroleh
efek keindahan.
.
Analisi Bahasa dalam novel Perempuan Itu Bermata Saga
Irama kerja sudah mulai terbayang lagi dan aku merasa kuat dengan bersemangat
melakukan kegiatanku sebagai guru. (hal 191)

KBBI :
irama/ira·ma/ n 1 gerakan berturut-turut secara teratur; turun naik lagu (bunyi dan sebagainya).

Maksud kata irama dalam kutipan novel tersebut adalah suasana, kejian dan momen dalam kerja yang tidak hanya memberikan
kenyamanan fisik tetapi juga emosional.

Kuendapkan seluruh jawabannya dan berusaha meraba-raba dalam pikiranku sendiri bagaimana
nasib kakiku nanti.

KKBI :
endap/en·dap-en·dap/ n sesuatu yang bercampur dengan air atau cairan lainnya yang turun ke bawah dan tertimbun di dasar
meraba-raba [me·ra·ba-ra·ba] menyentuh-nyentuh (memegang-megang) karena hendak merasai atau mencari sesuatu;

Maksud dari kutipan tersebut adalah membiarkan dan mendiamkan jawaban dalam arti menyimpannya dilubuk hati dan (meraba-raba)
mengira atau menduga atau mengandaikan nasibnya setelah itu.
Stile dan Stilistika
1. Stile dan Hakikat Stile
Stile,(style,gaya bahasa), adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana seorang pengarang
mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan (Abrams,1981:190-1)
Stile ditandai oleh ciri-ciri formal kebahasaan seperti pilihan kata, struktur kalimat, bentuk-bentuk bahasa figuratif,
penggunaan kohesi dan lain-lain.

Makna Stile, menurut Leech & Short (1981:10), suatu hal yang pada umumnya tidak lagi mengandung sifat
kontroversial, menyaran pada pengertian cara penggunaan bahasa dalam konteks tertentu, oleh pengarang tertentu,
untuk tujuan tertentu, dan sebagainya. Dengan demikian, stile dapat bermacam-macam sifatnya, tergantung konteks di
mana dipergunakan, selera pengarang, namun juga tergantung apa tujuan penuturan itu sendiri.
Stile dalam penulisan sastra juga tak akan lepas dari hal-hal di atas. Ia akan menjadi stile (bahasa) sastra karena
memang ditulis dalam konteks kesastraan, ditambah tujuan mendapatkan efek keindahan yang menonjol. Adanya
konteks,bentuk, dan tujuan yang telah tertentu inilah yang akan menentukan stile sebuah karya.
. Seorang pengarang pun jika menulis dalam konteks dan tujuan yang berbeda,misalnya dalam konteks dan tujuan yang
berbeda, misalnya dalam konteks sastra-fiksi dan makalah ilmiah, mau tak mau akan mempergunakan gaya yang berbeda pula.
Stile pada hakikatnya merupakan teknik, teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan
diungkapkan.

2. Stilistika dan Hakikat Stilistika


Stilistika (stylistics) menyaran pada pengertian studi tentang stile (Leech & Short,1981:13),kajian.
terhadap wujud performansi kebahasaan, khususnya yang terdapat di dalam karya sastra. Kajian Stilistika itu sendiri
sebenarnya dapat ditunjukkan terhadap berbagai ragam penggunaan bahasa, tak terbatas pada sastra saja(Chapman, 1973:13),
namun biasanya stilistika lebih sering dikaitkan dengan bahasa sastra.
Analisis stilistika biasanya dimaksudkan untuk menerangkan sesuatu, yang pada umumnya dalam dunia kesusastraan untuk
menerangkan hubungan antara bahasa dengan fungsi artistik dan maknanya (Leech & Short,1981: 13; Wellek & Warren,1956:18 )
Stile dan Nada
Nada memang ada hubungannya dengan intonasi, lagu dan tekanan kalimat,
walau dalam bahasa tulis sekalipun. Orang yang membaca novel walau
dalam hati akan memberikan intonasi secara berbeda terhadap kalimat-
kalimat dengan ekspresi yang berbeda pula. Misalnya, berhadapan dengan
kalimat pernyataan atau berita tentu akan diintonasikan secara berbeda
dengan kalimat Tanya.

Demikian pula halnya dengan kalimat-kalimat ekspresif tertentu yang


diucapkan tokoh pada situasi tertentu, misalnya situasi marah, sinis, sukacita,
terkejut, kagum, romantis, dan sebagainya. Masing-masing kalimat
dan atau bentuk ekspresif tersebut memiliki pola intonasi yang berbeda
yang telah dikenal oleh pembaca.
Analisis Stile dan Nada dalam novel Perempuan
itu Bermata Saga
Aku dibaringkan di atas tempat tidur. Beberapa saat kemudian, aku mulai
merasakan eratnya ikatan kakiku dan mulai sangat tak nyaman. Kakiku terasa
terimpit kuat oleh ikatan. Aku protes pada semua kawan yang mengantarku dan
terutama si dukun tulang.

longgarkan ikatan kakiku," teriakku, menghentikan kasak-kusuk penyesalan


mereka atas kejadian yang kualami. "Pak, tolong longgarkan ikatan kakiku," teriakku
lagi berulang-ulang pada si dukun.

Pada paragraf ini secara tersirat kita sebagai pembaca dapat memahami bahkan turut merasakan suasana yang terjadi
dalam novel tersebut, yaitu bagaiamana si tokoh utama merasa sangat gelisah karena ketidaknyamanan yang ia
rasanya akibat ikatan yang erat pada kakinya sehingga iapun meminta untuk dilonggarkan.
Unsur Stile
a. Unsur Leksikal

Unsur leksikal sama pengertiannya dengan diksi, yaitu yang mengacu pada pengertian penggunaan kata-
kata tertentu yang sengaja dipilih oleh pengarang. Mengingat bahwa karya fiksi adalah dunia dalam kata,
komunikasi dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata, pemilihan kata-kata tersebut tentulah melewati
pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk memperoleh efek tertentu, efek ketepatan (estetis).
Analisi leksikal dalam novel Perempuan Itu Bermata Saga
- Kata yang dipergunakan dalam novel tersebut bersifat kompleks,hal tersebut dikarenakan pada umumnya didalam novel memuat
lebih dari satu klausa dan kalimat dasar.

Buktinya dapat dilihat pada novel “perempuan itu bermata saga” yaitu Tiba-tiba aku merasa seolah
ditarik dari tengah kenikmatan bercanda bersama istri dan anak-anakku .

- Kata dan ungkapan yang bersifat kolokial, yang berarti dalam novel tersebut menggunakan ungkapan atau ekspresi yang digunakan
dalam kehidupan sehari hari aliasa bahasa percakapan.
- Kata dan ungkapan dalam bahasa karya tersebut tidak bersangkutan dari bahasa lain yang artinya hanya menggunakan bahasa
Indonesia, sama seperti yang kita gunakan sehari hari. Namun ada satu kutipan yang menggunakan bahasa asing (inggris):
Sedangkan para bapak mengambil posisi sebagai dection maker hidup yang tak boleh ditantang

Buktinya dapat dilihat pada kutipan novel dibawah ini


Baru sepuluh menit kemudian,istriku tiba-tiba berdiri disampingku. Ia memelukku dan
menciumku tanpa suara.
“Ya ampun!” istriku amat kaget.menghela napasnya dalam-dalam.
Aku tahu dia sangat kecewa,sedih,mungkin juga marah. Aku memandangnya tajam. Matanya
berkaca-kaca.kepanikan terlihat jelas diwajahnya. Ia hendak mengatakan sesuatu, tetapi
keinginan itu dihalau.
Ia mendekatiku,bertanya sangat hati-hati seolah tidak percaya aku akan memberinya jawaban.
“Apa yang Pap rasakan sekarang ? Apa yang kubisa lakukan ?”
- Dalam novel tersebut juga terdapat penggunaan kata yang bersifat asosiatif dan konotatif, seperti terdapat dalam kutipan:

Rasa sayang dan hormatlu padanya semakin bertambah subur terutama ketika kami
mengalami perjuangan bertahan hidup tanpa Papa.

- Dalam novel tersebut hampir seluruh isinya megantung kata dan kalimat yang bermakna denotasi, tidak ada unsur lain atau
makna tersembunyi.
Pilihan kata juga berhubungan dengan masalah sintagmatik dan paradigmatic. Sintagmati
kberkaitan dengan hubunganantar kata secara linier untuk membentuk sebuah kalimat. Sedangkan
paradigmatik berkaitan dengan pilihan kata di antara sejumlah kata yang berhubungan secara makna.

Dalam hal ini pengarang mestinya memilih kata yang berkonotasi paling tepat untuk
mengungkapkan gagasannya, yang mampu membangkitkan asosiasi-aosiasi tertentu walau kata yang
dipilihnya itu mungkin berasal dari Bahasa lain.
Contohnya :dalam sastra indonesia justru dipilih kata dan atau ungkapan Bahasa Jawa atauasing.

Menurut Chapman 1973, Penyimpangan sintagmatik lebih mudah dikenali dan nilai dari pada
penyimpangan paradigmatic karena belakangan berhubungandenganmasalahmakna yang
kurangtegasaturannya.
B.Gramatikal
Unsur Gramatikal yang dimaksud menyaran pada pengertian struktur kalimat. Dalam kegiatan komunikasi
bahasa, juga jika dilihat dari kepentingan stile, kalimat lebih penting dan bermakna daripada sekedar kata walau
kegayaan kalimat dalam banyak hal juga dipengaruhi oleh pilihan katanya. Dalam kalimat, kata-kata berhubungan
dan berurutan secara linear yang kemudian dikenal dengan sebutan sintagmatik. Hubungan tersebut dapat dilihat
dalam bentuk realisasi grafologis kalimat dalam bentuk baris-baris seperti pada halaman buku. Untuk menjadi
sebuah kalimat, hubungan sintagmatik kata-kata tersebut harus gramatikal, sesuai dengan sistem kaidah yang
berlaku dalam bahasa yang bersangkutan.
Analisis Unsur Gramatikal dalam novel
Perempuan itu Bermata Saga
Reduplikasi

Kalimat ini terdapat pada halaman 9 paragraf ke 5


“bahkan untuk menghindari perubahan posisi, ditambahkan pula batu-batu cetak disamping kakiku
oleh si dukun”

Afeksasi
“Merasa permintaanku tak dihiraukan bahkan aku seolah diserbu oleh semua yang menghantarku,
aku berteriak,” ayo kalau tidak mau dilonggarkan bawa saja aku kerumah sakit!”

Dalam sastra pengarang mempunyai kebebasan penuh dalam mengkreasikan bahasa, adanya berbagai bentuk
penyimpangan kebahasaan ,termasuk penyimpangan struktur kalimat, merupakan hal yang wajar dan sering
terjadi. Penyimpangan struktur kalimat itu sendiri dapat bermacam-macam wujudnya, mungkin berupa
pembalikan, pemendekan, pengulangan, penghilangan unsur tertentu, dan lain-lain yang semuanya tentu
dimaksudkan untuk mendapatkan efek estetis tertentu disamping juga untuk menekankan pesan tertentu hal
inilah yang kemudian dikenal sebagai pengedepanan, foregroundung, suatu hal yang dianggap orang sebagai
salah satu ciri bahasa sastra.
C. Retorika
Retorika merupakan suatu cara penggunaan bahasa untuk memperoleh efek estetis. Iya dapat diperoleh
melalui kreativitas pengungkapan bahasa, yaitu bagaimana pengarang menyiasati bahasa sebagai sarana
untuk mengungkapkan gagasannya.

Pembicaraan unsur retorika :


1) Pemajasan. Pemajasan (figure of thought) merupakan teknik pengungkapan bahasa, penggayabahasaan,
yang maknanya tidak menunjuk pada makna harfiah kata-kata yang mendukungnya, melayankan pada makna
yang ditambahkan, makna yang tersirat.

2) Penyiasatan Struktur. Pembicaraan tentang struktur kalimat sebagai bagian retorika ini lebih ditujukan pada
bangunan struktur kalimat yang menonjol tersebut, struktur yang barangkali merupakan suatu bentuk
penyimpangan, namun yang sengaja disusun secara demikian oleh penulisnya untuk memperoleh efek tertentu,
khususnya efek estetis dan efeknya terhadap pembaca, atau pendengar jika berupa pidato.
 3. Pencitraan
Melalui ungkapan Bahasa tertentu yang ditampilkan dakam karya sastra,kita sering merasakan indera
ikut terangsang, seolah olah kita ikut melihat atau mendengar apa yang dilukiskan dalam karya
tersebut.
Contoh pencitraan :
1. penglihatan :bagai sayap kupu_kupu
2. Pendengaran :bagai pekik elang tua
3, perasaan : duri-durinya menyuruk didaging
4. penciuman: bau pandan di sepi malam

Dalam dunia kesastraan dikenal dengan adanya istilah citra (image) dan pencitraan,Citra merupakan
sebuah gambaran pengalaman indera yang diungkapkan lewat kata-kata, gambaran berbagai
pengalaman sensoris yang dibangkitkan oleh kata-kata.
D. Kohesi
 
Antara bagian kalimat yang satu dengan yang lain atau kalimat yang satu dengan yang lain,
terdapat hubungan yang bersifat mengaitkan antar bagian kalimat antar kalimat itu. Menutur Halliday dan
Hasan Tahun 1989 Hubungan semantic merupakan hubungan esensial dalam kohesi yang mengaitkan
makna-makna dalam sebuah teks.
Penghubung antar unsur sebuah teks pada hakikat nya merupakan penghubung makna dan
referensi, namun biasanya orang lebih melihatnya dari segi sarana formal sebagai penanda hubungannya.
Misalnya sebuah kalimat dalam novel :

“ dia datang dari kampung bersama anaknya Jessi dan suaminya untuk
membantu keluargaku meringankan segala urusan selama aku menjalani
perawatan dirumah sakit;103.
3. Percakapan a. Narasi dan Dialog
Dalam Novel
Sebuah karya fiksi umumnya dikembangkan
dalam dua bentuk penuturan: narasi dan dialog.
Kedua bentuk tersebut hadir secara bergantian
sehingga cerita yang ditampilkan menjadi tidak
bersifat monoton, terasa variatif, dan segar. Sebuah
novel yang hanya dituturkan dengan teknik narasi
saja, atau dengan dialog yang amat sedikit, misalnya,
di samping terasa monoton juga akan membosankan.
Apalagi jika stilenya kurang menarik. Pembaca akan
cepat "payah".
Analisis Narasi dan Dialog

“ Apakah Mama tidak merasa


minder karena aku harus kembali ke Dalam pengungkapan bahasa bentuk percakapan,
rumah dalam keadaan cacat?” seolah-olah pengarang membiarkan pembaca untuk melihat
“ Jujur kukatakan, tidak sedikit pun dan mendengar sendiri kata-kata seorang tokoh,
Rasa minder, Pap”, jawabannya percakapan antartokoh, bagaimana wujud kata-katanya dan
dengan ekspresi meyakinkan. apa isi percakapannya.
Hal itu kutanyakan karena selama
aku menjadi orang cacat permanen, Pengungkapan bentuk narasi dan percakapan dalam
sejuta keraguan menjalari pikiran. sebuah novel ini berjalan seiring, sambung-menyambung,
dan saling melengkap.
Seeeet! Kutarik kakiku hingga
terbebas dari tindihan motor, aku
Pengarang mengisahkan ceritanya secara mencoba berdiri sekaligus
langsung, pengungkapan yang bersifat mengangkat motor dan melanjutkan
menceritakan, telling. Ia dapat berupa perjalanan. Tetapi ketika aku
pelukisan dan atau penceritaan tetang latar, hendak berdiri, kaki kananku
tokoh, hubungan antarto koh, peristiwa, menjadi sangat berat sehingga aku
harus duduk kembali di jalan.
konflik, dan lain-lain.
Ternyata kakiku mengalami patah
pada tulang di bawah lutut.
b. Unsur Pragmatik

Dalam Percakapan Percakapan yang hidup dan wajar,


walau hal itu terdapat dalam sebuah novel, adalah
percakapan yang sesuai dengan konteks
pemakaiannya, percakapan yang mirip dengan situasi
nyata penggunaan bahasa. Bentuk percakapan yang
demikian bersifat pragmatik. Istilah pragmatik itu
sendiri mungkin diartikan pada beberapa pengertian
yang berbeda, namun intinya adalah mengacu pada
(telaah) penggunaan bahasa yang mencerminkan
kenyataan. Dalam situasi nyata, orang
mempergunakan bahasa tak hanya berurusan dengan
unsur bahasa itu sendiri, melainkan juga
mempertimbangkan unsur-unsur lain.
Untuk memahami sebuah percakapan yang Banyak kalimat percakapan yang mudah
memiliki konteks tertentu, kita tak dapat dipahami baik secara leksikal maupun
hanya mengandalkan pengetahuan leksikal sintaksis, namun jika unsur pragmatiknya
dan sintaksis saja melainkan harus pula diabaikan, maknanya kurang dimengerti,
disertai dengan interpretasi pragmatik atau paling tidak hanya sampai pada
(Leech & Shon, 1981 290) Dengan makna yang tersurat saja Makna sebuah
menyertakan konteks pragmatiknya, makna percakapan dalam banyak hal lebih
sebuah percakapan akan dapat lebih ditentukan oleh konteks pragmatiknya, dan
dipahami secara penuh. hal itu dak diungkapkan langsung dengan
unsur bahasa, melainkan hanya lewat kode
kode tenentu (budaya) yang seharusnya
telah menjadi milik pembaca.
Analisis Unsur Pragmatik
dalam novel perempuan itu
bermata Saga
Baru sepuluh menit
kemudian istriku tiba-tiba
berdiri disampingku. Ia
memelukku dan
menciumku tanpa suara.
“ya ampun!” istriku amat
kaget, menghela
nafasnya dalam-dalam”;
06
c. Tindak Ujar

Salah satu hal yang penting dalam Misalnya, penampilan tindak ujaryang
interpretasi percakapan secara pragmatik berupa penjelasan, pernyataan, permintaan,
konsep yang menghubungkan antara makna perintah, dan sebagainya. Bagaimana dan
percakapan dengan koneks, adalah konsep apa wujud penampilan tindak ujar para
tindak ujar (speech actt), sebuah konsep pelaku percakapan ditentukan oleh konteks
yang dikembangkan oleh Austin (1962) dan percakapan itu sendiri yang tentunya juga
Searle (1969) lewat Leech & Short, 1981 tergantung pada keperluan.
290) Konsep tersebut berangkat dari
kenyataan bahwa seorang mengucapkan “ waduh...tolong dilonggarkan lagi, pak”
kalimat-kalimat dalam percakapan yang teriakku lagi”.
dilakukan umumnya disertai oleh adanya
pres yang berbeda beda
Terima Kasih
Dosen pengampu mata kuliah Kajian Prosa:
Alifiah Nurachmana, S.S., M.Pd

Anda mungkin juga menyukai