Anda di halaman 1dari 4

BOOK REVIEW

Judul Buku : Apresiasi Sastra Indonesia


Penulis : E. Kosasih
Penerbit : Nobel Edumedia
Terbit : 2008
Cetakan : Pertama, 2008

Buku karya E. Kosasih yang terbit tahun 2008 dan diberi judul Apresiasi Sastra
Indonesia mendeskripsikan secara lengkap tentang sastra Indonesia mulai dari bidang
kesusastraan meliputi pengertian, sastra sebagai seni dan ilmu, fungsi sastra dan jenis-jenis
karya sastra. Selain itu dalam buku ini juga dijelaskan tentang sejarah sastra Indonesia.
Termasuk juga pembahasan mengenai puisi, prosa dan drama.
Kosasi dalam bukunya menyebutkan bahwa terdapat empat hal yang dimaksud
dengan kesusastraan yaitu seni mencipta suatu karya tulis yang indah bahasanya, karangan-
karangan yang berupa karya sastra, pengetahuan yang bertalian dengan seni sastra dan buku-
buku yang termasuk lingkungan seni sastra. Jadi yang dimaksud kesusastraan adalah seni,
karangan, pengetahuan dan buku yang berada dalam lingkungan seni sastra.
Kosasi juga menjelaskan bahwa sastra itu mempunyai dua buah peran yaitu sebagai
seni dan sebagai ilmu. Dalam bidang seni, sastra mempunya tiga bagian yaitu seni lukis, seni
tari dan seni musik. Sedangkan sastra sebagai ilmu yaitu pengetahuan yang menyelidiki
secara sistematis dan logis mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan karya sastra. Ilmu
sastra tersebut mempunyai empat cabang lagi yaitu teori sastra, sejarah sastra, kritik sastra
dan filologi.
Terdapat juga fungsi dari membaca karya sastra yaitu fungsi rekreatif atau membaca
karya sastra untuk memperoleh hiburan dan kesenangan. Selanjutnya yaitu fungsi didaktif
atau dengan membaca karya sastra seseorang memperoleh pengetahuan tentang seluk-beluk
kehidupan manusia dan pelajaran tentang nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang ada di
dalam karya tersebut.

Berdasarkan bentuknya sastra terbagi menjadi tiga jenis yaitu puisi, prosa dan drama.
Puisi sendiri memiliki pengertian berupa bentuk karya sastra yang tersaji secara monolog,
menggunakan kata-kata yang indah dan kaya akan makna. Puisi memiliki dua unsur yaitu
unsur fisik dan unsur batin. Unsur fisik meliputi diksi (pemilihan kata) yaitu kata-kata yang
dipilih hendaknya bersifat puitis yang mempunyai efek keindahan. Pengimajian yaitu
susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi. Kata konkret, bahasa
figuratif (majas) yaitu bahasa yang digunakan oleh penyair untuk mengatakan sesuatu dengan
cara membandingkanya dengan benda atau kata lain. Rima atau Ritma yaitu pengulangan
bunyi dalam puisi dan terakhir yaitu tata wajah (tipografi) yaitu pembeda yang paling penting
antara puisi, prosa dan drama.
Unsur batin ini lebih sedikit dibandingkan dengan unsur fisik yaitu tema, perasaan
penyair, nada atau sikap penyair terhadap pembaca dan amanat. Terdapat lima tema puisi
menurut Herman J. Waluyo. Kelima tema tersebut berasaskan kelima dasar pancasila yaitu
tema ketuhanan, tema patriotisme/kebangsaan, tema kedaulatan rakyat dan tema keadilan
sosial. Namun seiring dengan perkembangan zaman, tema-tema dalam puisi telah mengalami
perubahan tidak hanya terpaku kepada lima tema tersebut tetapi bisa diluar kelima tema
tersebut.
Terdapat tiga jenis puisi yang dijelaskan didalam buku ini. Pertama, puisi naratif yang
mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Dalam puisi naratif biasanya menceritakan
tentang orang-orang perkasa atau tokoh pujaan yang disebut balada dan puisi yang
menggunakan bahasa romantis yang berisi kisah percintaan yang diselingi oleh perkelahian
dan petualangan yang disebut romansa. Kedua, puisi lirik yang dibagi menjadi tiga yaitu
elegi, ode dan serenada. Elegi, puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Serenada, sajak
percintaan yang dapat dinyanyikan. Sedangkan ode, berisi tentang pemujaan terhadap
seseorang, sesuatu hal atau suatu keadaan. Ketiga, puisi deskriptif yaitu penyair bertindak
sebagai pemberi kesan terhadap keadaan/peristiwa, benda atau suasana yang dipandang
menarik perhatiannya.
Prosa adalah karya sastra yang disusun dalam bentuk cerita atau narasi. Prosa terbagi
menjadi prosa nonsastra dan sastra. Prosa nonsastra termasuk laporan, makaah dan artikel.
Sedangkan prosa sastra terbagi menjadi fiksi dan non fiksi. Fiksi termasuk dongeng, cerpen
dan novel sedangkan nonfiksi termasuk biografi, autobiografi dan esai.
Dongeng adalah sebuah cerita yang biasanya dibumbui dengan hal-hal yang tidak
masuk akal atau tidak mungkin terjadi kecuali dalam khayalan, Setiap dongeng pasti
memiliki tema. Tema adalah pokok pikiran atau dasar cerita yang dipakai sebagai dasar oleh
pengarang dalam menggambarkan ceritanya. Walaupun tema dongeng bersifat khayalan,
peristiwa atau kelakuan para tokohnya bisa saja terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek.
Ukuran panjang-pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun, pada umumnya cerita
pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah
katanya sekitar 500–5.000 kata. Oleh karena itu, cerita pendek sering diungkapkan sebagai
cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk. Cerita pendek pada umumnya bertema
sederhana. Jumlah tokohnya terbatas. Jalan ceritanya sederhana dan latarnya meliputi ruang
lingkup yang terbatas.
Drama adalah bentuk karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan
menyampaikan pertikaian dan emosi melalui lakuan dan dialog. Bahasa menjadi unsur utama
dalam drama. Namun demikian, masih ada unsur lain yang tidak kalah pentingnya, yakni
gerak, posisi, isyarat, dan ekspresi wajah. Dalam drama, bahasa harus dioptimalkan dengan
sebaik-baiknya, tidak hanya berkenaan dengan kata-kata itu sendiri, melainkan juga intonasi
dan tempo kalimat, pelafalan, volume suara, tekanan, serta aspek-aspek kebahasaan lain agar
pesan dapat tersampaikan secara sempuma.
Unsur-unsur drama adalah plot, penokohan, dan dialog. Plot terbagi tiga yaitu
eksposisi, Eksposisi cerita menentukan aksi dalam waktu dan tempat, memperkenalkan para
tokoh, menyatakan situasi suatu cerita, mengajukan konflik yang akan dikembang kan dalam
bagian utama cerita tersebut. Komplikasi, Komplikasi atau bagian tengah cerita
mengembangkan konfl ik. Sang pahlawan atau pelaku utama menemukan rintanganrintangan
antara dia dan tujuannya. Dia mengalami aneka kesalah pahaman dalam perjuangan untuk
menanggulangi rintangan -rintangan ini. Terakhi Resolusi atau Denouement, Resolusi
hendaklah muncul secara logis dari apa-apa yang telah mendahuluinya di dalam komplikasi.
Titik batas yang memisahkan komplikasi dan resolusi biasanya disebut klimaks (turning
point).
Tokoh-tokoh dalam drama diklasifi kasi menjadi empat kelompok Tokoh Gagal atau
Tokoh Badut (The Foil), Tokoh Idaman (The Type Character), Tokoh Statis (The Static
Character), Tokoh yang Berkembang. Dalam drama, percakapan atau dialog haruslah
memenuhi dua tuntutan. Pertama, dialog harus turut menunjang gerak laku tokohnya. Kedua,
dialog yang diucapkan di atas pentas harus lebih tajam dan tertib daripada ujaran sehari-hari.
Dalam buku ini juga dijelaskan tentang jenis-jenis drama. Pertama, tragedi. Tragedi
umumnya memunculkan kisah yang sangat menyedihkan yang dialami oleh seorang insan
yang mulia, kaum bangsawan yang mempertaruhkan dirinya dengan menentang rintangan-
rintangan yang tidak seimbang dengan kekuatannya. Kedua, komedi. Pada umumnya komedi
menampilkan cerita-cerita yang ringan. Drama ini mungkin pula memunculkan kisah serius,
tetapi dengan perlakuan nada yang ringan serta Gelak tawa yang ditimbulkan bersifat
“bijaksana”. Ketiga melodrama, mengetengahkan serta menampilkan kisah yang serius,
banyak memunculkan kejadian yang bersifat kebetulan dan memunculkan rasa kasihan yang
sifatnya sentimental. Keempat, farce/pertunjukan jenaka. menimbulkan kelucuan yang tidak
karuan, bersifat episodik, memerlukan kepercayaan yang sesaat, Kelucuan-kelucuan timbul
dari situasi, bukan dari tokoh.

Anda mungkin juga menyukai