Anda di halaman 1dari 4

ASAL USUL BATU URIP

(CERITA RAKYAT KOTA LUBUKLINGGAU)

Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang yang bernama kerengak dia adalah
penghuni pertama yang tinggal di desa Kersek Bongen. Desa kersek bongen sudah ada
kurang lebih 4 abad yang lalu atau diperkiran 1600 tahun yang lalu karena dilihat dari
keturunan yang masih ada yaitu keturunan yang ke 7 dan juga di temukannya bekas Gerabah/
pecahan dari keramik yang diperkirakan oleh peneliti yaitu abad ke-16.

Kerengak adalah orang sakti yang memiliki ilmu kebatinan yang mampu mengobati
orang yang sakit. Kerengak yang berasal dari sebuah kerajaan kecil tepatnya di Ulak Lebar.
Kerengak merupakan keturunan Deyang Jeriji yang mana Deyang Jeriji ini merupakan
saudara dari Deyang Torek (Matorek). Kerengak sendiri mempunyai 2 orang istri dan
beberapa anak laki-laki dan anak perempuan yaitu istri pertama yang bernama Rahunang dan
istri yang kedua (tidak dapat informasi yang kami dapatkan) dan juga salah satu nama anak
laki-laki nya yg bernama Jimat dan kerengak juga memiliki beberapa orang pengawal salah
satu pengawal yang sakti nya yang bernama Ulu Balang (Syeh Rambut Panjang).

Gambaran dari pengawalnya sendiri berpakaian hitam celana tidak terlalu panjang
kurang lebih 1/4 memiliki ikat kepala bewarna merah dan memiliki rambut panjang.
(Tak banyak informasi yang kami dapatkan dari hasil wawancara langsung dari Bapak Basir
selaku keturunan ke 7 dari Kerengak karena nama istri ke 2 dan nama anak-anak nya sudah
tidak dapat diingat).

Kersek bongen adalah sebuah desa kecil di tepian sungai kelingi yang berdiri hanya
beberapa rumah panggung saja. Kehidupan masyarakatnya yang bekerja sebagai bertani
seperti kopi, karet, padi dan sayuran. pada masa itu masyarakat desa resek bonggen hidup
damai dan makmur dalam hal seperti kebutuhan pokok (pangan) yang tercukupi.

Suatu kisah salah satu anak perempuan dari kerengak ini lahir tidak normal karena
tangan dan kaki nya cekong (bengkok) dan dia sendiri tidak memiliki seorang suami. Suatu
ketika anak perempuan dari kerengak pergi ke kebun sayuran sambil menggendong keranjang
yang berisikan parang/arit tepatnya di pinggir sungai kelingi desa resek bonggen. Setelah
sampai di kebun putri dari kerengak ini merumput di lahannya yang berada di pinggir sungai
kelingi. Pada saat dia merumput tanpa sengaja dia menebas mengenai batu dan aneh nya batu
tersebut mengeluarkan darah yang sangat banyak sehingga putri dari kerengak ini terkejut
melihat batu yang ditebas nya mengeluarkan darah. Melihat batu yang ditebas nya tadi
mengeluarkan darah putri kerengak ini berlari ketakutan pulang menuju ke rumahnya untuk
memberitahu ayah dan warga sekitar desa bahwa dia menebas batu yang mengeluarkan
darah.

Setelah ayah dan warga sekitar desa mendengar cerita dari putri kerengak tersebut
ayah beserta warga desa berbondong-bondong menuju ke kebun sayuran tadi. Setelah sampai
nya di kebun sayuran warga melihat ada bekas-bekas darah dan juga bekas batu besar yang
bergerak ke arah sungai kelingi. Tetapi warga tersebut kecewa karena tidak melihat langsung
rupa batu yang berdarah. Tetapi warga melihat bekas dari batu tersebut bergeser ke arah
sungai kelingi dan warga desa resek bonggen menyakini bahwa peristiwa yang dialami putri
kerengak benar adanya.

Selanjutnya melihat dari kejadian itu ada seorang tokoh yang bernama Pati Marepati
yang merupakan perajurit dari kerajaan majapahit yang merantau ke pulau sumatera dan
menetap tinggal di desa kersek bongen. Pati Marapati adalah menantu dari Kerengak karena
dia menikah dengan salah satu anak perempuan dari Kerengak.. Menurut pemikiran Pati
Marepati karena kejadian yang dialami putri kerengak yang menebas batu hingga
mengeluarkan darah, patih merah patih mempunyai usulan nama desa yang dulunya Kersek
Bongen diganti dengan nama batu urip yang berarti batu yang artinya batu dan urip diambil
dari bahasa jawa yang artinya hidup jadi arti dari “batu urip” itu adalah batu hidup. Warga
desa pada saat itu menyetujui usulan dari Pati Marepati nama desa yang sebelumnya adalah
bernama desa Kersek Bonggen diganti menjadi nama desa batu urip dan di setujui oleh
pemimpin desa yaitu kerengak. Kerengak mengumumkan kepada seluruh warga desa bahwa
dengan adanya kejadian yang dialami putri nya tersebut mulai hari ini saya umumkan desa
Kersek Bongen diganti dengan nama desa batu urip sampai dengan sekarang. Dan Kerengak
pun hingga akhir hayat nya meninggal kurang lebih di usia 100 tahun dan dimakamkan di
batu urip berdekatan dengan sungai kelingi dan makam disekelilingnya adalah makam istri,
anak-anaknya dan juga juga pengawalnya.

Cerita serupa yang dialami dari 2 tokoh batu urip yaitu tokoh yang pertama bernama
Genti Urip suatu ketika pada malam hari Genti Urip mencari ikan sendirian di sungai kelingi
dengan menggunakan serapang (tombak) seperti trisula sebagai alat untuk menangkap ikan.
Genti urip mencari ikan di sungai kelingi tepatnya di kelingi 3 karena sungai tersebut tidak
terlalu dalam, sambil memegang serapang (tombak) dan memegang lampu harokeng (lampu
petromak) untuk menyinari air agar ikan terlihat yang ada dalam sungai. Genti urip
menyusuri sungai sambil mencari ikan dan menemukan ikan sungai yang besar kira-kira
sebesar paha orang dewasa ketika genti urip beberapa kali menombak ikan itu tetapi ikan itu
selalu mengelak dan ikan tersebut mengarah ke hulu sungai. Sampailah kedalaman sungai
tertentu sekitar kedalaman pinggang orang dewasa genti urip melihat cahaya yang
menyilaukan di dalam sungai dengan ukuran cahaya nya seukuran meja dan cahaya tersebut
memiliki warna seperti motif batik yang namanya kain reban rebeyo.Kain Reban Rebeyo ini
merupakan kain batik lama orang dahulu yang sekarang tidak dijumpai lagi.
Sih genti urip tadi tidak fokus lagi untuk menombak ikan yang besar tetapi kaget melihat
cahaya yang nampak. Cahaya yang dilihat genti urip tadi adalah batu besar seukuran meja
dan mempunyai motif batik (kain reban rebeyo) ikan besar tadi lalu pergi karena genti urip
hanya fokus melihat cahaya yang nampak di sungai. Perasaan genti urip pada saat itu terdiam
dan kaget melihat cahaya yang ada di dalam sungai tersebut. Akhirnya, genti urip pun pulang
menuju desa dan menceritakan nya kepada warga desa bahwa dia telah melihat cahaya yang
ada di dalam sungai dan mengajak warga desa untuk melihat secara langsung apa yang dilihat
nya tadi tetapi warga desa menolak ajakan dari genti urip dan tidak percaya apa yang di
ceritakan nya.
Pada hari berikutnya genti urip mengalami sakit parah dan demam tinggi beberapa hari
karena sebelumnya dia melihat batu bercahaya di sungai yang sangat misterius. Setelah
sembuh dari demam tinggi genti urip mendapat semacam keistimewaan dia bisa mengobati
orang sakit secara tradisional dan bisa mengobati berbagai macam penyakit.
Tokoh yang kedua yang berhasil menemukan batu misterius yang bernama Alipita bin
Matjesin. Alipita bin Matjesin merupakan keturunan yang ke 6 dari Kerengak ketika masih
remaja Alipita mengajak kedua temannya untuk mengambil umbut (pucuk pohon kelapa) di
kebun untuk dijadikan sayur. Suatu ketika alipita dan kedua temannya menyusuri di tepian
sungai kelingi mereka menemukan pohon kelapa yang mau mereka ambil tadi pada saat itu
sih alipita adalah seorang remaja yang paling tua umurnya diantara kedua temannya. Pada
saat itu alipita yang mengambil umbut (pucuk pohon kelapa) dengan menggunakan parang
yang mereka bawa dari rumah. Ketika sih alipita mengupas umbut (pucuk pohon kelapa)
dengan menggunakan parang, parang tersebut tanpa sengaja terlepas dari tanggannya dan
parang itu jatuh ke sungai. Pada kejadian itu salah satu diantara kedua temannya yang tadi
menangis karena parang yang dimilikinya jatuh ke sungai. Teman alipita tadi berbicara
sambil menangis kalau sampai parang tersebut hilang dia akan kena pukul oleh orang tua nya
dirumah. Maka sih alipita terjun dari pohon kelapa karena sungai yang ada dibawahnya itu
dalam dan ketika alipita terjun pertama hasil nya nihil tidak menemukan parang yang dicari.
Lalu dicoba percobaan yang kedua ketika sih alipita terjun dan menyelam kedalam sungai sih
alipita ini kaget melihat di dalam sungai ada batu misterius yang bercahaya seukuran meja
yang memiliki motif kain batik (kain reban rebeyo). Sih alipita ini melihat parang yang
dicarinya bersandar di batu yang bercahaya dengan cepat sih alipita tadi menginjak batu yang
bercahaya kemudian mengambil langsung parang dan berhasil mengambil parang sampai
dibawa ke daratan sambil dalam hati sih alipita ini ketakutan karena batu tersebut bercahaya
dan tidak bergerak sama sekali. Akhirnya, parang tersebut dikembalikan kepada salah satu
dari kedua temannya. Sih alipita ini bercerita kepada kedua temannya bahwa ia melihat batu
misterius yang bercahaya dan sih alipita ini mengajak kedua temannya untuk terjun ke dalam
sungai tetapi kedua temannya ini menolak karena takut dan tidak berani untuk menyelam ke
dalam sungai dan akhirnya mereka pun pulang ke rumah.
Kejadian yang lain pula seorang yang bernama Ali bin Matjesin ini mengalami hal
yang sama seperti kejadian yang dialami genti urip Ali bin Matjesin mengalami sakit keras
dan setelah sembuh Ali bin Matjesin ini memiliki keistiwewaan secara perlahan sih Ali bisa
mengobati berbagai penyakit dengan cara pengobatan tradisional.
Kesimpulan yang dapat diambil dari cerita rakyat batu urip ini bahwa baru 2 orang yang
berhasil melihat batu misterius itu sampai sekarang dan orang-orang pilihan lah yang bisa
melihat batu misterius karena tidak sembarang orang atau tidak semua orang yang bisa
melihat batu tersebut. Harapannya untuk semua orang silahkan berkunjung ke batu urip ayo
ngelong ke batu urip (ayo jalan-jalan ke batu urip) siapa tau anda beruntung dan anda bisa
menemukan batu misterius ini.

 Arti Kersek Bongen?


 Nama kedua teman Alipita bin Matjesin?

Anda mungkin juga menyukai