Anda di halaman 1dari 9

Nama : Ahmad Ainul Yaqin

Prodi : PBIN/ 4

Nim : 40421029

Matkul : Stilistika

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM LIRIK LAGU “BERTAUT”


NADIN AMIZAH: KAJIAN STILISTIKA

Ambarul Fatima Setiawati, Dara Mela Ayu, Sinta Wulandari,

dan Vita Agustiawati Putri

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

email: ambarul24fatima@gmail.com

Sumber: Setiawati, A. M., Ayu, D. M., Wulandari, S., & Putri, V. A.


(2021). Analisis Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu “Bertaut” Nadin Amizah:
Kajian Stilistika. Jurnal Penelitian Humaniora, 26(1), 26-37.

Aku masih ada sampai di sini

Dari studi kasus ini dapat kita simpulkan bahwa ada beberapa faktor
yang memungkinkan terjadinya hal tersebut. Faktor lainnya yang mungkin
terjadi adalah keinginan penulis untuk menyampaikan pesan dalam lagu
tersebut secara lebih mendalam. Penulis ingin mengekspresikan perasaan
«dari dulu sampai sekarang aku masih ada di sini» sehingga pemilihan kata
pada lirik tersebut jauh lebih rinci dan indah daripada hanya sekedar
menuliskannya dengan kalimat efektif. Majas aliterasi merupakan salah satu
majas yang berupa perulangan huruf konsonan yang terdapat dalam satu
baris yang sama.

Kedua susunan ini merujuk pada hal yang sama yaitu kata sifat sedikit

Baris ini termasuk dalam gaya bahasa asindeton karena marah dan
tersenyum merupakan dua kategori yang sama yaitu kata sifat. Di kedua
kata sifat tersebut terdapat kata yang sama caraku. Gaya bahasa polisidenton
adalah gaya bahasa yang penggunaannya berlawanan dari asindeton. Kata
hubung dalam struktur kalimat tersebut bersifat untuk mempertegas atas
suatu kata, frasa atau klausa yang mengikutinya.

Penelitian gaya bahasa pada lagu

«B ert aut » ka rya Nadi n Am iz ah ini menggunakan teori Keraf


tentang jenis gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang
digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu gaya bahasa retoris dan gaya
bahasa kiasan. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini setidaknya ada 16
jenis majas yang terbagi atas 8 majas retoris dan 8 majas kiasan. Secara
menyeluruh, dalam gaya bahasa retoris yang terdapat pada lagu «Bertaut»
antara lain hiperbola, litotes, pleonasme, aliterasi, aliterasi, asonansi,
anastrof, asindeton, dan polisindeton. Majas pada baris pertama juga bisa
diartikan sebagai ungkapan sindiran keras/ kasar yang biasa disebut dengan
sarkasme.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa sarkasme memberikan efek yang


dapat mengganggu kenyamanan atau ketenangan hati. Pada lirik tersebut,
kata bajingan dapat dikategorikan dalam majas sarkasme karena kata
tersebut termasuk dalam kata yang keras dan kasar. Bajingan dapat
mengandung makna yang ditujukan pada seseorang yang berbuat jahat dan
keras yang hanya memberi suasana buruk. Pesan yang terkandung dalam
lagu ini pun cukup dalam yang mana lebih menggambarkan bagaimana
hubungan ibu dan anak di setiap liriknya.
KAJIAN STILISTIKA DALAM CERPEN BERJUDUL

“PENEMBAK MISTERIUS” KARYA SENO GUMIRA AJIDAMA

Heny Kusuma Widyaningrum

Program Studi PGSD FIP IKIP PGRI Madiun, Jalan Setia Budi No.85,
Jawa Timur

Email: h3nnycecan@gmail.com

Sumber: Widyaningrum, H. K. (2015). Kajian Stilistika Dalam Cerpen


Berjudul" Penembak Misterius" Karya Seno Gumira Ajidama. Jurnal
Pendidikan Edutama, 2(2), 17-25.

Penelitian subjek stilistika yang reseached adalah cerita pendek berjudul


‘Keroncong Pembunuhan’. Tujuan dari reasearch stilistika adalah untuk
menguraikan dan untuk mengungkapkan gaya bahasa yang digunakan oleh
penulis. Dalam aspek leksikal, kalimat sederhana dan kalimat deklaratif
yang sering muncul. Dalam aspek retoris, perbandingan kiasan yang sering
muncul, struktur bijaksana, dan citra visi juga memberikan stres di makna
dalam hubungan kalimat.
Karya sastra adalah karya yang dibuat oleh manya, adalah cerita
yang pendek. Jassin mengatakan bahwa cer-memberi kesan dan menghibur
kepada pem-pen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam bacanya.
Cerpen menuntut penceritaan yang dari fiksionalitasnya yang menceritakan
berbagai serba ringkas, tidak sampai pada detil-detil khusus masalah
kehidupan manusia dalam interaksinya yang lebih bersifat memperpanjang
cerita. Dengan lingkungan dan sesama interaksinya den-Cerpen atau cerita
pendek sebagai suatu karya seni berfungsi sebagai notulen kehidupan.

Pengarang dengan daya imajinasi yang dimilikinya tidak akan bisa


tertidur dengan nyaman sebelum semua peristiwa itu ditulis, yang akhirnya
dapat dibaca, dipahami, dan direntangkan oleh siapa saja. Selain itu, karya
sastra juga memiliki tujuan estetik, sebuah karya haruslah tetap merupakan
cerita yang menarik, memiliki bangunan struktur yang koheren dan bernilai
estetis. Salah satu bentuk karya sastra yang berupa fiksi itu adalah cerpen.
Cerpen, sesuai dengan na-bila seorang membaca cerpen diharapkan dapat
mengetahui seluk beluk peristiwa kehidupan, tanpa merasa digurui.

Diantara peristiwa kehidupan itu adalah kebahagiaan, keindahan


alam, kemajuan teknologi, kesenjangan sosial, kegelisahan batin pada
orang-orang yang tertindas, harapan, kekecewaan, keadilan, kekejaman,
kemiskinan yang teramat parah atau kekayaan yang berlimpah ruah,
kehancuran di masa lalu atau harapan yang menggebugebu untuk masa
depan, dan lain-lain. Sebagai dokumentasi, cerpen bagaikan cermin yang
memperlihatkan peristiwa tersebut . Efek-efek tertentu yang dikehendaki itu
dapat dicapai dengan memanfaatkan perangkat-perangkat fonologis,
leksikal, gramatika, dan pemaknaan yang ada. Penggunaan gaya yang
bervariasi juga akan menghindari monoton dalam nada, struktur, dan pilihan
kata.

Kumpulan cerpen Penembak Misterius adalah gambaran politik yang


terjadi di Indonesia. Keroncong Pembunuhan, pembaca menjadi lebih
mengetahui seberapa besar permasalahan politik terutama tentang kasus
perekonomian yang diibaratkan sebagai pembunuhan yang misterius.
Pembunuhan yang tidak diketahui oleh khalayak sehingga dianggap rahasia
dan pribadi. Cerpen Keroncong Pembunuhan ini akan dikaji oleh peneliti
untuk menguraikan dan mengungkapkan gaya bahasa yang telah
dimanfaatkan oleh pengarang dengan mempergunakan ilmu stilistika.

Kajian stilistika terhadap cerpen tersebut yang membahas tentang


bagaimana unsur gaya bahasa, diksi, dan pemanfaatan bahasa yang
digunakan oleh pengarang. Adapun stilistika merupakan cabang ilmu
linguistik yang mengkaji stile ini. Stilistika adalah ilmu tentang gaya,
sedangkan stil secara umum adalah cara-cara yang khas, bagaimana segala
sesuatu diungkapkan dengan cara tertentu, sehingga tujuan yang
dimaksudkan dapat dicapai secara maksimal .

Hasil Kajian Unsur Leksikal

Hasil kajian pada unsur leksikal dapat dilihat berdasarkan


kompleksitas kata, penggunaan kata formal-non formal, penggunaan kata
dari bahasa asing, dan jenis kata yang digunakan. Hal ini menimbulkan efek
estetis cerpen ini terkait penyampaian makna yang dikemas dengan pilihan
kata yang praktis dan denotasi , sehingga pembaca mudah menangkap isi
sekaligus memaknai cerpen ini tanpa perlu menafsirkan kata-kata yang sulit
dipahami. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan kata telah sesuai
dengan kaidah ejaan yang disempurnakan dalam bahasa Indonesia dan tidak
memihak daerah atau etnis tertentu walaupun sedikit ditemukan kata
nonformal, dong,busyet, tak, auuww, dan hmmm.

Dan aku menatap mata orang itu.

Kalimat Deklaratif

Mereka terserak di bawah sana, di sekitar kolam renang, tapi


tampaknya tak banyak yang mendengarkan lagu keroncong itu dengan
sungguh-sungguh. Mereka bercakap sendiri, riuh dan tawa sesekali pecah
dari tiap kerumunan.

Jenis frasa yang digunakan dalam cerpen ini juga termasuk frasa
adverbial, frasa ajektival, koordinatif, dan sebagainya. Namun, peneliti
hanya membatasi pengkajian jenis frasa ini dengan mengambil sejumlah di
antaranya yang memang terlihat dominan, yaitu frasa nominal dan verbal.
Frasa verbal yang muncul lebih banyak tertuju pada kalimat aktif.

Majas "mata-mata " dan "sepasang bola mata "

Kedua kalimat merupakan beberapa contoh dari kalimat yang


bermajas simile ,yaitu majas yang memperbandingkan benda yang sudah
disebutkan dengan memberipersamaan dengan benda tersebut sehingga jelas
kepada pembaca keadaan benda tersebut. Majas simile disebut juga majas
perumpamaan, biasa diikuti dengan kata seperti, bagaikan, laksana, ibarat,
dan bak. Dengan adanya pendayagunaan majas hiperbola, personifikasi,
metafora, antitesis, dan simile, keestetisan cerpen menjadi lebih terasa hidup
sehingga pembaca tidak merasa bosan atau merasa monoton. Efek
munculnya majas itulah klimaks cer-pen menjadi lebih jelas.

Penggunaan penyiasatan struktur yang paling dominan adalah


tautologi,yaitu mengulang kata dalam sebuah kalimat. Pembunuhan tersebut
bertujuan untuk memberitekanan dalam sebuah hubungan kalimat dan
menciptakan efek estetis sekaligus sebagai penekanan makna.

Taulogi : perulangan bunyi dalam sebuah kalimat

Memang wajah mereka adalah wajah orang baikbaik, tapi entahlah


apa yang kurang enak di sana. ""Dia memakai baju batik merah, kebetulan
satu-satunya yang merah di sini, jadi enak buat kamu. Aku dibayar untuk
mengarahkan garis silang teleskop senapanku pada tempat yang paling
mematikan, untuk kemudian menekan pelatuknya. Aku selalu men-gatakan
pada diriku sendiri bahwa aku tidak membunuh orang, aku hanya membidik
dan menekan pelatuk.

Mereka terserak di bawah sana, di sekitar kolam renang, tapi


tampaknya tak banyak yang mendengarkan lagu keroncong itu dengan
sungguh-sungguh.
Adakah ia mempunyai firasat?

Selain itu, citraan yang yang muncul,yaitu pendengaran,


pengecapan, dan kinestetik/ gerak.

Penglihatan

Ada sesuatu yang terasa kurang enak setiap kali aku menatap wajah
orang-orang di bawah itu.

DIKSI DAN MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI NYANYIAN


DALAM KELAM

KARYA SUTIKNO W.S: KAJIAN STILISTIKA

Saiful Munir, Nas Haryati S. dan Mulyono

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Negeri Semarang, Indonesia

Sumber: Munir, S. (2013). Diksi dan majas dalam kumpulan puisi Nyanyian
dalam Kelam karya Sutikno WS: Kajian stilistika. Jurnal Sastra Indonesia, 2(1).

Nyanyian dalam Kelam karya Sutikno W.S. Data penelitiannya yaitu data
deskriptif yang berupa frasa, kata, dan kalimat dalam kumpulan puisi
Nyanyian dalam Kelam karya Sutikno W.S. Jawa, bahasa asing, dan
pemanfaatan sinonim. Majas yang dimaksud seperti perbandingan,
metafora, perumpamaan epos, personifikasi, metonimia, sinekdoke, dan
alegori.

Sutikno W.S. Nyanyian dalam Kelam by Sutikno W.S. Majas is like


comparisons, metaphors, parables epics, personification, metonymy,
sinekdoke, and allegory.

Iwan ketika si aku lirik menikmati cahaya matahari yang sinarnya


menembus trali jendela . Maka jika cahaya matahari telah memenuhi
ruangan yang dia tempati , ruangan akan menjadi terang, atap-atap ruangan
jika tidak rendah sebentar lagi dan burung-burung pun akan riang menyanyi
di dahan dan di ranting-ranting trembesi akan menjadi leluasa, dinding jika
tidak membentengi akan terlihat lebih luas, dan udara tidak menyesakkan.
Hingga manisnya kepak sayap dan kicauan burung-burung mampu
menyaingi suara gemerincing kunci yang membuat si aku lirik melupakan
kebebasannya dari penjara. Bagian kedua menceritakan keadaan si aku lirik
yang sebenarnya, saat dia masih menunggu suasana pagi hari.

Keadaan yang dialami si aku lirik saat malam yang sunyi, saat angin
berhembus di puncak rumah dan cahaya bulan menyinari halaman luar.
Tentang kenangan masa lalunya yang membahagiakan. Namun, si aku lirik
tidak berhenti mencari kebebasan, karena dia masih mempunyai keyakinan
yang dia percayai di dalam hatinya. Dalam puisi tersebut terdapat kata
"tembang dolanan" berasal dari bahasa Jawa yang berarti nyanyian
permainan.

Kata "tembang dolanan" yang dimaksudkan pengarang adalah


kenangan masa lalu. Kata "tembang dolanan" digunakan untuk membangun
suasana jiwa si aku lirik yang sendu. Kenangan si aku lirik ketika dia masih
anak-anak atau remaja yang penuh kebahagiaan dengan seseorang yang
bernama Iwan. "Tembang dolanan" juga mempunyai arti lain saat pengarang
berkarya bersama seseorang yang bernama Iwan, sehingga membentuk
kesan sedih sebab ada sesuatu yang hilang dari dirinya.
Kata "tembang dolanan" merupakan kata yang dipakai dalam bahasa
Jawa. Hal ini berarti menguatkan latar asal tokoh si aku lirik yang berasal
dari Jawa. Pemanfaatan sinonim dalam puisi berkaitan dengan nilai rasa
dalam kata.

Fungsi majas personifikasi dalam

Sutikno W.S untuk memberi bayangan angan yang kongret.

Majas metonimia sejumlah enam belas, yang terdapat dalam puisi-puisi

Majas sinekdoke totem proparto sejumlah delapan, yang terdapat


dalam puisi-puisi Sutikno W.S yaitu Impresi ‘07, Makna puisi bagian
pertama menceritakan pemandangan dalam penjara. Sepohon sawi yang
tumbuh di pojok tembok penjara yang ikut meramaikan suasana sepi
pengarang di dalam penjara. Kawat-kawat berduri yang memagari atau
membatasi atap dinding penjara memisahkannya dari kebebasan untuk
mengetahui keadaan di luar. Bunga sesawi yang merekah menjadi temannya
saat kesepian dalam penjara di tanah pengasingan.

Dia merasa sebagai sahabat yang terbuang di tanah pengasingan.


Bagian kedua menceritakan burungburung gereja yang hinggap di
temboktembok dinding penjara saling berpatukpatukan dan melompat-
lompat dengan burung lainnya. Burung-burung itu seperti anak-anak yang
bermain petak umpet. Bunga sawi seakan mempunyai waktu luang seperti
sifat angan yang kongret.

Dari uraian majas-majas tersebut, dapat disimpulkan dalam


kumpulan puisi. Nyanyian dalam Kelam gaya Sutikno W.S memilih banyak
mempergunakan majas personifikasi.

Anda mungkin juga menyukai