Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS METAFORA DALAM KUMPULAN PUISI MELIHAT API

BEKERJA KARYA M AAN MANSYUR


Oleh:
Lia Nur Dyana (160402080057)

1. Pendahuluan

Karya satra merupakan sebuah bentuk kesenian yang diutaran


melalui bahasa lisan ataupun tulis. Karya sastra ditulis dengan
mengungkapkan sebuah pemikiran, ide dan perasaan sesuai kondisi
pengarang ataupun imajinasinya. Salah satu bentuk karya sastra adalah
puisi. Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang memiliki
keindahan esetika pada setiap kata. Keindahan tersebut didukung oleh
adanya sebuah metafora. Kemampuan menganalisis metafora dalam puisi
penting untuk dilakukan karena, dengan adanya sebuah kemampuan
tersebut seseorang bisa mengapresiasi dan menciptakan puisi hasil
karyanya sendiri dengan baik dan indah.

Kumpulan puisi yang berjudul Melihat Api Bekerja Karya M Aan


Mansyur belum pernah dianalisis oleh penulis lain. Oleh karena itu
penulis memilih kumpulan puisi untuk Melihat Api Bekerja Karya M Aan
Mansyur di analisis, sehingga analisis ini merupakan analisis pertama
tentang metafora dalam kumpulan Melihat Api Bekerja Karya M Aan
Mansyur.

Berkaitan dengan paparan diatas, penulis ingin menganilisi puisi


tersebut dari sudut pandang yaitu metafora. Langkah-langkah analisis
yang dilakukan adalah mencari dan menemukan metafora dalam
kumpulan puisi Melihat Api Bekerja Karya M Aan Mansyur. Dengan
demikian penulis akan menganalisis metafora dalam kumpulan puisi
Melihat Api Bekerja Karya M Aan Mansyur.
2. Kajian Teori

Majas adalah plihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis


atau pembicaraan dalam rangka memperoleh apek keindahan. Pada
umumnya majas dibedakan menjadi empat macam yaitu majas
penegasan, majas perbandingan, majas pertentangan, dan majas sindiran.
Beberapa jenis majas dibedakan lagi menjadi subjenis lain, sesuai dengan
cirinya masing-masing. Secara tradisional bentuk-bentuk inilah disebut
sebagai gaya bahasa. Dengan kalimat lain majas disamakan dengan gaya
bahasa. Sebaliknya menurut teori sastra kontemporer majas hanyalah
sebagian kecil dari gaya bahasa. Majas dengan demikian merupakan
penunjang, unsure-unsur yang berfungsi untuk melengkapi gaya bahasa.
Dengan kalimat lain baik gaya maupun gaya bahasa jauh lebih luas
dibandingkan dengan majas.

Majas, bagaimanapun luas pembagiannya, penggolongkannya


dengan contoh masing-masing tetap memiliki keterbatasan. Majas sudah
berpola, sehingga pola seolah-olah membatasi kreatifitas. Penggolongan
itupun pada gilirannya membatasi wilayah pemakaiannya dan dengan
demikian maknanya. Sebaliknya, baik gaya maupun gaya bahasa jelas
tidak terbatas. Dengan singkat, ruang lingkup gaya bahasa lebih luas,
sebaliknya majas lebih sempit sehingga majas bersifat membantu gaya
bahasa. (Ratna 2013:165)

Metafora secara etimologi berasal dari akar kata ‘meta’ + ‘pherein’


(yunani). ‘Meta’ berarti disamping, sesudah, mengatasi, sedangkan
‘phrein’ berarti membawa, mengalihkan. Dari definisi ini metafora berarti
membawa keluar, disamping atau diatasnya sehingga suatu kelompok
kata memiliki makna yang berbeda. (Ratna 2013:187)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) metafora adalah
pemakaian kata atau kelompok kata bukan dalam pengertian
sesungguhnya, melainkan berdasarkan persamaan atau perbandingan.

Menurut keraf 2010:139 (dalam Supriyanti )Metafora adalah


analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam
bentuk yang singkat. Misalnya bunga bangsa, buaya darat, buah hati,
cedera mata dan sebagainya. Metafora tidak menggunakan kata-kata
pembanding, sepert, bak, bagaikan, sehingga pokok pertama langsung
dihubungkan dengan pokok kedua. Proses terjadinya metafora hampr
sama dengan simile tetapi kemudia berangsur-angsur keterangan
mengenai kesamaan dan pokok pertama dihilangkan.

Metafora didefinisikan melalui dua pengertian, secara sempit dan


luas. Pengertian secara sempit, metafora adalah majas seperti metonomia,
sinekdoke, hiperbola dan sebagainya. Dikaitkan dengan pengertian gaya
bahasa secaras sempit, sebagai majas, yang secara tradisional sudah
dikenal secara luas, yang dibedakan menjadi majas penegasan,
perbandingan, pertentangan, dan majas sindiran, metafora termasuk salah
satu unsure kedua, majas perbandingan. (Ratna 2009:181)

Menurut Baldic 2001:153 (Dalam Nurgiyantoro 2017 : 224)


mengatakan bahwa metafora adalah bentuk bahasa figurative yang
penting. Majas metafora tampaknya merupakan majas yang paling sering
di temukan dalam berbagai teks kesastraan. Metafora merupakan bentuk
perbandingan yang bersifat tidak langsung, tidak eksplisit. Metafora
adalah bentuk pembandingan antara dua hal yang dapat berwujud benda,
fisik, ide, sifat, atau perbuatan dengan benda, fisi, ide, sifat, atau
perbuatanlain yang bersifat implisit.
Menurut Suharto dan Irianto 2007:137 (dalam Abdul Wahab) majas
metafora adalah kata-kata yang bukan makna arti yang sebenarnya,
malainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau
perbandingan.

Menurut Pradopo 1987:212 (dalam Ratna 2009:183) dalam


pembicaraan karya sastra khususnya puisi, biasa seperti perbandingan,
personifikasi, metonomia, dan sabaginya, pada umunya disebut metafora.

Menurut Richard 1936 (dalam Siti Aisah) menyatakan bahwa


metafora adalah perbandingan yang menelaah kesamaan atau kemiripan
antara suatu objek dengan objek lain yang dijadikan pembandingnya.
Juga menyebut metafofa sebagai kajian yang melibatkan tiga unsur
didalamnya.

Menurut Richard (dalam Ratna 2009:186) metafora diartikan


sebagai ciri-ciri estetis dan puitis disatu pihak, ciri-ciri inheren setiap
bahasa dipihak yang lain. Menurut Beardsley (dalam Ratna 2009:193)
mengatakan metafora adalah sebuah paraphrase yang dapat
diinterpretasikan dan diuraikan sehingga bermakna seperti sebuah puisi
biasa. Makna dalam metafora tidak ada didalamnya melainkan melalui
penafsiran, sehingga ide yang dihasilakn lebih banyak dibandingkan
dengan kata aslinya.

Dalam jurnal ilmiah Siti Aisah (2010) George Lakoff dan Mark
Johnson (1980:5) menyatakan metafora adalah memahami dan mengalami
salah satu jenis hal dalam hal lain. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat
dikatakan bahwa seseorang dapat memahami sesuatu hal melalui proses
pemahamanya akan hal lain yang telah dikenal dan dipahami sebelumnya
dari pengalamanya sehari-hari.
Dalam jurnal ilmiah Siti Aisah (2010) George Lakoff dan Mark
Johnson (1980:3) menyatakan metafora bukan sekedar ekspresi linguistik
semata. Melainkan penyampaian dalam sistem konseptual. Menurut
pandangan mereka, metafora tidak hanya berkutat atau terbatas pada
karya sastra atau ekspresi puitis semata. Metafora lebih luas dari itu.
Metafora terdapat dalam konsep keseharian, seperti waktu, keadaan,
perbuahan, sebab-akibat, dan tujuan.

Dalam jurnal ilmiah Siti Aisah (2010) Moeliono 1989 : 175 menyebut
metafora dalam arti sempit sebagai suatu bentuk gaya bahasa kias atau
majas yang implisit, tanpa menggunakan kata seperti, sebagai, ibarat,
umpama, bak, dan laksana.

Metafora merujuk pada sebuah kata yang digunakan dalam arti


yang berubah. Sebuah bentuk ucapan dimana suatu kata(ungkapan,
pernytaan) yang menunjukkan suatu hal diterapkan pada hal yang lainya
untuk memberkan suatu keserupaan antara hal-hal itu.

Dari pemaparan di atas mengenai metafora dapat disimpulkan


bahwa metafora adalah suatu majas atau gaya bahasayang mengandung
pembandingan. Metafora adalah analogi yang membandingkan dua hal
secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Metafora dalam puisi
akan mempermudah pembaca dalam memahami makna pada puisi.

3. Analisis
...
Kau udara sesaat yang membuatku berdoa
Kau ketenangan yang terbuka menerima tubuhku yang telanjang
Dan jatuh sebagai jala gagal mengembang
(Belajar Berenang karya M Aan Mansyur, 2017)
Pada penggalan puisi di atas M Aan Mansyur
membandingkan antara suatu hal yang berhubungan dengan
keadaan saat berdoa. Yaitu membandingkan udara saat penyair itu
berdoa dan doa yang ia sematkan membuat hatinya merasa tenang.
Namun disisi lain penyair menggambarkan suasana ketika ia
menyesal atas perbuatanya selama hidupnya.

Aku mencengkeram kepala dan wajahku


Menyarankanya pantang menyerah
Hidungku jalan sempit dan datar
Aku mewarisi keterbatasan
...
(Telanjang di depan cermin karya M Aan Mansyur, 2017)
Dalam penggalan bait puisi diatas penyair memandingkan
ketika seseorang sedang mencengkeram kepalanya dan wajahnya.
Dan penyair juga membandingkan dua hal yang mengenai postur
hidung yang sempit dan datar. Hal ini menggambarkan ketika
penyair mencengkeram kepala dan wajahnya, ia frustasi atas apa
yang sedang ia alami. Dan ia bercermin didepan kaca dan melihat
hidungnya yang sempit dan datar menggambarkan bahwa peluang
dia untuk memperbaiki hidupnya sempit dan datar adalah
menggambarkan kehidupanya yang tidak ada yang menarik.

Hari ini, kematian membisikkan


Perihal-perihal indah
Langit pagi yang perangainya tenang dan hangat telah ditanggalkan
...
(Melihat Peta karya M Aan Mansyur, 2017)
Pada penggalan puisi di atas penyair membandingkan dua
hal yang berbeda, langit yang cuacanya bersifat menenangkan dan
menghangatkan. Pembanding seperti ini disebut majas metafora.
Melalui majas ini penyair menggambarkan bahwa seseorang
sedang bahagia disuatu hari saat kematian membisiskkanya. Dan
pembanding itu membuat seseorang itu merasa tenang dan hangat.

biarkan bintang padam sebagian


dan langit tetaplah satu-satunya yang tidak mudah kutebak
langit yang lapang dan dalam akan berterima kasih kepada tubuhnya
karena kau punya mata dan benak
...
(Menenangkan Rindu karya M Aan Mansyur, 2017)
Pada penggalan puisi di atas penyair membandingkan
seseorang yang sedang menenangkan rindunya dimalam hari.
Pembanding ini ditandai dengan kata langit yang lapang dan
dalam. Langit yang lapang ini menggambarkan langit yang sangat
luas dan dalam yang menggambarkan seseorag yang sangat
merindukan orang yang disayanginya. Hal ini dapat dibuktikan
pada sajak yang berbunyi “karena kau punya mata dan benak”.

Kau tak ingat apa yang membuatmu pelupa


Kau negara dan anak-anak buahnya yang menggunakan hati menyakiti
diri sendiri
Kau kantor berita dan ruang redaksi.
...
(Jalan yang Berkali-kali Kau Tempuh karya M Aan Mansyur, 2017)
Pada penggalan bait puisi diatas penyair membandingkan
dua tempat kerja yang menggambarkan dunia politik di suatu
negara. Pembanding seperti ini disebut majas metafora. Melalui
majas ini penyair menggambarkan bahwa seseorang sedang
menyindir politikus atas apa yang diperbuatnya. Penyair
menggambarkan dalam kata kantor berita yang berarti plitikus ini
sering melakukan hal yang membuat dia terkenal di masyarakat
dan ruang redaksi berarti politikus ini membuat masyarakat
mendukung apa yang telah dilakukanya meski melalui jalur yang
tidak benar.

Cinta adalah kapsul yang tidak menyembuhkan apapun


Kecuali kegembiraan dan tabungan
Di titik itu,
Siapapun butuh tikungan atau penghianatan yang cerdik
...
(Mengunjungi Ambon karya M Aan Mansyur, 2017)
Pada penggalan bait puisi diatas penyair membandingkan
dua hal yang memiliki arti berbeda namun tujuannya sama.
Pembanding seperti ini disebut majas metafora. Penyair
menggambarkan seseorang yang hendak mengunjungi kampung
halamanya yaitu Ambon. Tikungan dalam arti kehidupan
seseorang itu di kota rantauanya dan penghianatan yang cerdik
adalah ketika ia melangsungkan hidup dikota rantauanya itu.

Astaga!
Kau mengagetkan pagi
Seperti kota membangunkan kesepian
Koran dan puisiku jatuh menimpa dan menumpahkan buah-buahan dari
gelas yang telah menempuh usia
Dan perjalanan jauh demi menjilat lidahmu
...
(Memimpikan Hari Libur karya M Aan Mansyur, 2017)
Disini penyair membandingkan koran dan puisi.
Pembanding seperti ini debut majas metafora. Melalui majas ini
penyair menggambarkan seseorang yang sedang kesepian saat hari
libur, oenyair menggambarkan koran sebagai alat untuk mengisi
luang waktu dan puisi digambarkan sebagai keindahan dihari
libur.

Aku pulang dan jalanan beraroma kampung halaman terbakar


Aku berhenti setiap ada pohon
Dan mengucapkan terimakasih sebelum tiba pada jam-jam tidak bisa tidur
dikamar
(Menyimak Musik di Kafe Karya M Aan Mansyur, 2017)
Disini penyair membandingkan pulang dan jalanan yang
beraroma. Penyair menggambarkan seseorang yang sedang
berjalan pulang dari kafe dan saat ia berjalan menelusuri pohon-
pohon ia mencium aroma kebakaran. Pembanding ini disebut
majas metafora.

Sajak ditulis bukan untuk kaukenakan ke pesta


Kata-kata sesungguhnya pemalu dan benci keriuhan
Sajak tidak tahu cara menjatuhkan negara yang paling lemah sekalipun.
Sajak ditulis untuk menjaga kata tidak meledak semaunya di jantungmu
(Menyunting Sajak Untukmu karya M Aan Mansyur, 2017)
Disini penyair membandingkan pemalu dan benci.
Pembanding seperti ini debut majas metafora. Melalui majas ini
penyair menggambarkan seseorang yang berusaha menulis sajak.
Seseorang yang tidak bisa menulis sajaknya karena keramaian.
Aku pulang membawa surat kehilangan dan senyum seorang ibu yang
belepotan air mata
Diperempatan sebelum belok ke bank,
Aku mengirim pesan pendek kepada ibuku
(Mengurus Surat Keterangan Hilang karya M Aan Mansyur, 2017)
Disini penyair membandingkan seseorang ketika membawa
surat kehilangan dan senyum senyum seorang ibu yang belepotan
air mata. Penyair disini menggambarkan kekesalan seseorang yang
tidak ingin berhadapan dengan polisi dan seorang ibu yang
menangis karena berurusan dengan polisi.

Aku akan menuliskan benda-benda yang menutup matamu ketika


menyebutkan nama mereka
Saat sendiri, aku mengucapkan dan mengecupkan nama itu agar mimpiku
bisa tertidur
(Menjadi Tamu karya M Aan Mansyur, 2017)
Disini penyair membandingkan seseorang ketika saat
sendiri, dua kata pembanding yaitu mengucapkan dan
mengecupkan ini disebut majas metafora. Penyair menggambarkan
seseorang sendirian dalam tidurnya sehingga ia mengucapkan doa
dan mengecupkan nama supaya ia bisa tidur.

4. Penutup

Majas adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis


atau pembicaraan dalam rangka memperoleh apek keindahan. Pada
umumnya majas dibedakan menjadi empat macam yaitu majas
penegasan, majas perbandingan, majas pertentangan, dan majas sindiran.
Beberapa jenis majas dibedakan lagi menjadi subjenis lain, sesuai dengan
cirinya masing-masing. Secara tradisional bentuk-bentuk inilah disebut
sebagai gaya bahasa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) metafora adalah


pemakaian kata atau kelompok kata bukan dalam pengertian
sesungguhnya, melainkan berdasarkan persamaan atau perbandingan.

Menurut Baldic, 2001 : 153 (Dalam Nurgiyantoro 2017 : 224)


Metafora adalah bentuk pembandingan antara dua hal yang dapat
berwujud benda, fisik, ide, sifat, atau perbuatan dengan benda, fisik, ide,
sifat, atau pembuatan lain yang bersifat implisit. Majas metafora
tampaknya merupakan majas yang paling sering ditemukan dalam
berbagai teks kesastraan.

Metafora merupakan bentuk pembanding yang bersifat tidak


langsung, tidak eksplisit. Metafora didefinisikan melalui dua pengertian,
secara sempit dan luas. Pengertian secara sempit, metafora adalah majas
seperti metonomia, sinekdoke, hiperbola dan sebagainya. Dikaitkan
dengan pengertian gaya bahasa secaras sempit, sebagai majas, yang secara
tradisional sudah dikenal secara luas, yang dibedakan menjadi majas
penegasan, perbandingan, pertentangan, dan majas sindiran, metafora
termasuk salah satu unsure kedua, majas perbandingan. (Ratna 2009:181)

Daftar Pustaka

Nurgiyantoro. Burhan. 2017. Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hajriansyah. 2007. Jejak Air. Banjarmasin: Tahura Media
http://repository.ump.ac.id/2478/3/WIWIT%20SUPRIYATIN%20BAB
%20II.pdf (di akses pada 17 Mei 14.00)
http://lib.ui.ac.id/file=digital/122677-T%2025898-Konseptualisasi
%20metafora-Literatur.pdf

Anda mungkin juga menyukai