Anda di halaman 1dari 3

SEBUAH KOTA

Disini udara dingin


Sedikit kering

Pada penggalan puisi itu Fadzil Sufina membandingkan dua keadaan di
suatu kota. Kota yang berudara dingin seperti yang ditulis oleh penyair
tersebut. Namun disisi lain kota tersebut mengalami kekerngan atau
gersang. Hal ini membuat Fadzil Sufina menyamakan bahwa keadaan di
kota dingin dan kering.

RESAH JIWA

Malam hilang jejak
Aku minta pagi saja
Aku ingin memeluknya damai
Di sini penyair membandingkan malam hari dan pagi hari. Pembanding
seperti ini disebut majas metafora. Melalui majas ini penyair
menggambarkan bahwa seseorang kehilangan jejak di malam hari dan ia
berinisiatif untuk diganti menjadi pagi hari karena seseorang itu ingin
berdamai dan ingin memeluknya di pagi hari.

LANGIT MENDUNG

Di antara gunung dan samudra
Kelam menekanku
Aku sudah lama disini
Orang orang berpaling
Pada penggalan puisi itu Fadzil Sufina di atas, membandingkan dua kata
yakni gunung dan samudra. Fadzil Sufina menggambarkan orang yang
sedang bekerja keras dan berdiam diri di antara gunung dan samura.
Gunung yang berarti tempat yang menjulang tingi sedangkan samudra
tempat yang sangat luas. Ha ini membuat Fadzil Sufina membandingkan
seseorang yang dalam puisi diatas sedang bekerja keras tdak peduli
gunung dan samudra akan ia lalui.

KEDUANYA ITU
Jiwa telah berkembang, menebar diantara gubuk dan hotel mengkilat
Antara keduanya
Antara jasad yang ditelantarkan ruhnya
Membusuk berserakan

Dalam pengalan puisi di atas, penyair membandingkan orang yang
bertempat tinggal yang bagus seperti hotel dan gubuk tidak dapat
menentukan kelak dia akan mati dengan tenang atau tidak. Pada bait
puisi diatas pemyair mengambarkan saat kita mati dan dunia saat kita
mati yang ditulis untuk membuat sang pembaca sadar akan kematian.

SAJAK UNTUK KAWAN PENDIAM



Kita sebagai sepasang manusia pertama yang merasakan pilu
Nyeri, dan linu diterpa angina pagi
Waktu selalu riang mempermainkan keadaan
Kau kini berubah

Pada penggalan puisi itu Fadzil Sufina membandingkan antara nyeri dan
linu diterpa angina pagi. Penyair ini menggambarkan seseorang yang
sedang menuliskan ajak untuk teman pendiamnya. Penyair
membandingkan ketika seseorang tersebut merasa pilu nyeri sebab teman
pendiamnya telah berubah dan linu hati seseorang tersebut karena
temannya meninggalkanya sendirian merasakan sepi.

BUKIT YANG KU RINDU



Harapan dan kenangan jalan kita
Masih ku ingat dalam kalbu
Jalam berliku
Dan kita melaju
Pada penggalan puisi diatas Fadzil Sufina membandingkan dua rasa
didalam jiwa. Pembandingan seperti ini disebut dengan majas metafora.
Harapan ingin kembali lagi ke bukit itu dan kenangan yang telah ia alami
dahulu dibukit itu. Penyair enggambarkan seseorang tersebut rindu dan
ingin kembai bersama pacarnya ke bukit itu yang miliki jalan yang berliku
dan seseorang itu menaiki motor bersama pacarnya.

Anda mungkin juga menyukai