Anda di halaman 1dari 18

PENERAPAN TEORI

SEMIOTIKA MODEL MICHAEL


RIFFATERRE
Pada Geguritan Kangen karya Agus Sighro Budiono dan
Geguritan Tresnaku tresnamu karya Biyung Amie Williams

Rahmadhani Putri Saraswati


B0122066
LATAR BELAKANG
Geguritan merupakan karya sastra Rifaterre (Ratihissa, 2016:5) menjelaskan bahwa puisi
Jawa yang berbentuk puisi. adalah kegiatan berbahasa yang berbeda dengan
Merujuk pada buku Geguritan penggunaan bahasa pada umumnya. Puisi selalu
Tradisional dan Sastra Jawa yang membicarakan sesuatu secara tidak langsung atau
disusun oleh Dhanu Priyo Prabowo menyembunyikannya ke dalam suatu tanda.
dkk (2020), geguritan memiliki
kaidah tertentu yang mengatur
coraknya. Dalam perkembangannya,
geguritan berubah menjadi puisi Empat hal dalam menciptakan makna puisi, yaitu
bebas yang tidak terikat oleh (1) Pembacaan heuristik dan hermeneutik,
aturan-aturan tertentu (2) ketidaklangsungan ekspresi puisi (karya sastra) yang disebabkan
oleh penggantian arti (displacing of meaning), penyimpangan arti
(distorting of meaning), dan penciptaan arti (creating of meaning),
(3) matriks, model, dan varian,
(4) hipogram (hypogram) atau hubungan intertekstual.
LATAR BELAKANG

1) PEMBACAAN HEURISTIK & HERMENEUTIK


Pembacaan heuristik disebut juga parafrase yang merupakan suatu proses memparagrafkan atau manafsirkan
dalam puisi. Sedangkan pembacaan hermeneutik Menurut Pradopo (2010: 297), pembacaan hermeneutik
merupakan membaca ulang dari awal sampai akhir dengan pembacaan yang bersifat interpretative. Pembacaan
ini memberi makna berdasarkan konvensi sastra (puisi).

2) KETIDAKLANGSUNGAN EKSPRESI PUISI


Riffaterre 1978: 1-2 berpendapat bahwa puisi adalah ekspresi tidak langsung. Perbedaan ini berasal dari tiga hal:
a. Penggantian makna yang disebabkan oleh penggunaan bahasa kiasan.
b. Penyimpangan makna Riffaterre, 1978: 2, menyatakan penyimpangan yang terkait dengan ambiguitas atau
penafsiran ganda, kontradiksi, yaitu mengatakan sesuatu yang bertentangan, dan non-sense, yaitu kata-kata
yang tidak mempunyai arti linguistik.
c. Menciptakan makna dalam kaitannya dengan sajak ,sehingga menimbulkan intensitas arti dan makna lurus,
enjambement, yaitu jeda baris dalam puisi yang menimbulkan intensitas makna atau perhatian pada kata
terakhir atau kata-kata yang melompat ke baris berikutnya, homologi, yaitu persejajaran bentuk atau
persejajaran baris dan tipografi, yaitu tata huruf.
LATAR BELAKANG
3. Martriks, Model, dan Varian
Matriks tidak dieksplisitkan dalam sajak Riffaterre, 1978: 19-21. Matriks bukan kiasan. Matriks adalah kata kunci,
dapat berupa satu kata, gabungan kata, bagian kalimat, atau kalimat sederhana. Matriks “mengarah pada tema”.
Matriks sebagai hipogram intern yang ditransformasikan ke dalam model yang berupa kiasan. Matriks dan model
ditransformasikan menjadi varian-varian. Varian ini merupakan transformasi model pada setiap satuan tanda: baris
atau bait, bahkan juga bagian-bagian fiksi alinea, bab yang merupakan wacana. Varian- varian itu berupa
“masalahnya”.
4. Hipogram: Hubungan Intertekstual
Riffaterre (Pradopo, 2010: 300) mengemukakan bahwa hippogram adalah teks yang menjadi latar belakang
terciptanya teks atau puisi lain
ANALISIS DATA
(Geguritan Kangen karya Agus Sighro B.)
1. Ketidaklangsungan Ekspresi dalam puisi

a. Pergeseran Makna (Displacing of Meaning)


Dalam geguritan Kangen terdapat suatu pergeseran makna yang
menggunakan majas retorik dan simbolik. Diantaranya yaitu:
- Majas retorik merupakan majas yang berupa kalimat tanya namun
tak memerlukan jawaban. Tujuannya memberikan penegasan, sindiran,
atau menggugah. Diantaranya yaitu:

‘Apa nate lumesat ing wewayanganmu?’


‘Apa nate dadi pangangenmu?’

- Majas simbolik. Majas simbolik merupakan majas yang melukiskan


sesuatu dengan mempergunakan benda, binatang, atau tumbuhan
sebagai simbol atau lambang. Diantaranya:

‘Esemu nyawiji ana ing kembang-kembang kang padha mekar.’


ANALISIS DATA
(Geguritan Kangen karya Agus Sighro B.)

b. Perusakan atau Penyimpangan Makna (Distorsing of Meaning) c.Penciptaan Makna (Creating or Meaning)

Perusakan atau penyimpangan makna terjadi karena ambiguitas, Penciptaan arti terjadi karena pengorganisasian ruang teks,
kontradiksi, dan non-sense. Didalam geguritan Kangen, diantaranya: enjambement, tipografi, dan homolog.
ditemukan ambiguitas pada kalimat ana mawar ing pojok taman - Enjambement, terdapat pada bait pertama baris ke-3 yang diwakili
dengan kata yaiku. Yaiku digunakan sebagai penghubung antara baris
Kalimat tersebut mempunyai makna ganda yang dua dan empat yang sebenarnya dapat dijadikan dalam satu baris.
mengisyaratkan antara wanita itu sebagai bunga mawar atau - Sajak, geguritan diatas terdapat sajak bebas, yang tidak terikat oleh
mawar itu sebagai tumbuhan. Dan ditemukannya non- sense, aturan tertentu.
pada kalimat aku ngleyang ilang, njungkir sungsang lebur - Tipografi, tipografi dalam geguritan Kangen dibuat rata kiri yang
sawalangwalang. Pada kalimat ‘ngleyang’ tidak memiliki tidak memiliki makna tersirat didalamnya.
arti/makna jika berdiri sendiri. - Homolog, dalam geguritan Kangen karya Agung Sighro Budiono
diatas baris disusun secara sejajar, bentuk yang sejajar. Sehingga dalam
geguritan tersebut tidak ada yang ingin ditonjolkan.
ANALISIS DATA
(Geguritan Kangen karya Agus Sighro B.)

2. Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik


a. Pembacaan secara heuristik
Apa nate lumesat ing wewayanganmu, rerunut ing ngimpi kang sinungging sureming gegana, yaiku wujud kangenku kang luruh ing
senthong wengi, lan angslup kasaput swara jangkrik mbribik ing pinggir belik. Apa nate dadi pangangenmu, sajroning mangsa kang kebak
lelena aku nitip, panjangka marang bening soca pasuryanmu. Marang sumiliring angin lan gerimis nalika candhikala, aku nandur
panglipur, ana mawar ing pojok taman, esemu nyawiji ana ing kembang kembang kang padha mekar, ing sajroning bening embun,
daksimpen rasa rembakaning kangen marang sliramu, ing saben unjaling ambegan dak gambar endah pasuryan ing awang awang, aku
ngleyang ilang, njungkir sungsang lebur dadi sawalang walang, kagulung rasa kangen ginawang gawang.

b. Pembacaan hermeneutik
Geguritan Kangen, menggambarkan perasaan penyair akan kerinduannya terhadap seseorang. Dan penyair mengungkapkan bahwa setiap
kali ia bernafas, ia menggambarkan wajah cantik seseorang di langit.
ANALISIS DATA
(Geguritan Kangen karya Agus Sighro B.)

3. Matriks, Model, dan Varian


Matriks dalam geguritan Kangen adalah kerinduan. Model dari geguritan tersebut adalah ungkapan perasaan penyair ketika
sedang mengalami gejolak asmara. Varian dari geguritan tersebut adalah (1) gambaran rasa rindu pada sang kekasih yang tak
kunjung datang. (2) wujud harapan seseorang untuk bertemu dengan kekasihnya kembali.

4. Hipogram : Hubungan Intertekstual


Dalam hubungan intertekstual, penulis menemukan puisi di tahun 2016 dengan judul Umpama Kepethuk karya Ki Rizal Sofyana
yang memiliki keterkaitan dengan geguritan Kangen ini.
Hipogram: Intertekstual
Hipogram: Intekstual
Geguritan diatas memiliki tema, dan kata yang sama dengan geguritan Kangen. Diantaranya:

- Persamaan tema: sama-sama menggambarkan kerinduan.

- Persamaan kata: pada geguritan kangen terdapat pada bait ke-3 baris ke empat yaitu kalimat ‘esemu nyawiji…’ dan pada
geguritan Umpama Kepethuk terdapat pada bait ke-2 baris kedua pada kalimat ‘esemu kagawang-gawang…’.
ANALISIS DATA
( Geguritan Tresnaku Tresnamu by Biyung Amie W. )

1. Ketidaklangsungan Ekspresi dalam puisi

a. Pergeseran Makna (Displacing of Meaning)


Pergeseran makna disebabkan oleh adanya penggunaan kata kiasan di dalam suatu puisi.
Dalam geguritan terdapat suatu pergeseran makna yang menggunakan majas simile,
retorika, sinekdoke pars prototo dan metonimia. Diantaranya yaitu:
- Majas Simile merupakan bahasa kiasan berupa pernyataan satu hal dengan hal lain
dengan menggunakan kata-kata pembanding yang ditandai oleh pamakaian kata: seperti,
sebagai, ibarat, umpama, bak, laksana, serupa. Diantaranya:
‘Rikala kori dakbukak byak, kaya sinambêr gelap lêpat.’
ANALISIS DATA
( Geguritan Tresnaku Tresnamu by Biyung Amie W. )

- Majas Retorik. Majas retorik merupakan majas yang berupa kalimat tanya namun tak memerlukan jawaban. Tujuannya
memberikan penegasan, sindiran, atau menggugah.
‘Iki tenan apa ngimpi ?’

Majas Sinekdoke pars prototo. Majas sinekdoke pars prototo merupakan pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan
keseluruhan objek.
‘Telungpuluh loro warsa kapungkur’

- Majas Metonimia. Majas metonimia merupakan pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang memiliki ciri
khas, atau atribut. Apabila sepatah kata atau sebuah nama yang berasosiasi dengan suatu benda dipakai untuk menggantikan benda
yang dimaksud.
‘Lawase padha paprentahan Orde Baru’
ANALISIS DATA
(Geguritan Tresnaku Tresnamu karya Biyung Amie W.)

b. Perusakan atau Penyimpangan Makna (Distorsing of Meaning) c.Penciptaan Makna (Creating or Meaning)

Perusakan atau penyimpangan makna terjadi karena ambiguitas, Penciptaan arti terjadi karena perorganisasian ruang teks, di antaranya
kontrakdiksi, dan non-sense. Didalam geguritan Tresnaku- enjambemen, tipografi, dan homolog.
Tresnamu terdapat non-sense yaitu pada kalimat rikala kori - Enjambemen, terdapat pada barit ke-3, baris ke-enam dan tujuh pada
dibukak byak, kaya sinamber gelap lepat. Kata ‘byak’ tidak kalimat berikut; ‘Tresnaku-tresnamu dadi rangu Kelindhes wektu’ Dan
memiliki arti/makna bila ia berdiri sendiri, sebenarnya itu terdapat pada bait ke-4, baris ke lima dan enam pada kalimat berikut;
menggambarkan bahwa ia sedang membuka pintu lebar. ‘Nadyan nora bisa nyawiji Nanging tresna aji lan Suci, tresna sejati’
- Sajak, pada geguritan diatas terdapat sajak bebas, yang tidak terikat
Dan terdapat ambiguitas pada kata ‘lepat’. Kalimat ini oleh aturan tertentu.
menggambarkan mengakui kesalahan, sebenarnya hal itu - Tipografi, tipografi dalam geguritan Tresnaku-Tresnamu buat rata kiri.
menggambarkan bahwa kata itu bermakna berjalan depan cepat. - Homolog, dalam geguritan diatas baris disusun secara sejajar, bentuk
yang sejajar. Sehingga dalam geguritan tersebut tidak ada yang ingin
ditonjolkan.
ANALISIS DATA
( Geguritan Tresnaku Tresnamu by Biyung Amie W. )
2. Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik

a. Pembacaan secara heuristik


Rikala kori dakbukak byak, kaya sinamber lepat, iki tenan apa ngimpi? Sliramu jumeneng nyunggi katresnan, panggah
ora owah, dinodhog rasa jroning dhadha, meh wae aku kantaka, angenku daklarak ing pangumbaran, telung puluh loro
warsa kapungkur. Kangmas, rasa tentrem rinengkuh ing astamu, edhum nyawang sorot netramu, aku katrem, aku
kasmaran, engga wektu jumangkah mlaku, tresnaku tresnamu dadi rangu, kelindhes wektu, daktantang-daktanting ora
maelu, sansaya adoh lumayu, tangeh anggonku bakal ngluru. Kangmas, tresnaku-tresnamu gunibel wektu, lawase padha
peprentahan Orde Baru, wis kukut, wes kemput, nadyan ora bisa nyawiji, nanging tresna aji lan suci, tresna sejati, bakal
dakturuti nganti tumekang janji

b. Pembacaan hermeneutik
Pembacaan hermeneutik Geguritan Tresnaku-Tresnamu menggambarkan ungkapan penyair akan rasa tidak bisa melupakan
kekasihnya yang pernah ada dikehidupannya (Gagal Move On).
ANALISIS DATA
( Geguritan Tresnaku Tresnamu by Biyung Amie W. )
3. Matriks, Model, dan Varian
Matriks dalam geguritan Tresnaku-Tresnamu adalah Cinta kasih. Model dari geguritan tersebut adalah penggambaran
rasa nyaman dalam menjalin sebuah hubungan, namun kenyataannya mereka tidak bersatu. Varian dari geguritan tersebut
adalah (1) penggambaran rasa Ikhlas untuk merelakan sesuatu yang belum bisa menjadi milik kita. (2) menggambarkan
bahwasanya rasa kasih sayang itu tidak bisa dikaitkan dengan materi.

4. Hipogram: Intertekstual
Dalam hubungan intertekstual, penulis menemukan puisi di tahun 2016 dengan judul Kangen lan Tresna karya Ki Rizal
Sofyana yang memiliki keterkaitan dengan geguritan Tresnaku Tresnamu ini,
Hipogram: Intertekstual
Hipogram: Intekstual
Geguritan diatas memiliki tema, dan kata yang sama dengan geguritan Tresna Tresnamu. Diantaranya:

- Persamaan tema: sama-sama menggambarkan cinta kasih.

- Persamaan kata: pada geguritan Tresnaku-tresmu terdapat pada bait ke-2 baris kedua yaitu kalimat ‘Sliramu
jumeneng…’ dan pada geguritan Kangen lan Tresna terdapat pada bait ke-3 baris kedua pada kalimat ‘Saiki, aku
ngaengen-angen sliramu…’.

Dan pada geguritan Tresnaku Tresnamu bait ke-4 baris pertama pada kalimat ‘tresnaku tresnamu gunibel wektu’. Pada
geguritan Kangen lan Tresnamu bait ke-7 baris pertama pada kalimat ‘Rasa tresnaku mring sliramu.’
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa analisis puisi menggunakan tahapan Semiotika Riffaterre yakni (1)
pembacaan heuristik dan hermeneutik, (2) ketidaklangsungan ekspresi yang terdiri dari penggantian makna,
penyimpangan makna, dan penciptaan makna, (3) matriks, model, dan varian, dan (4) hipogram, akan ditemukan makna
puisi secara utuh. Dengan demikian geguritan Kangen dan Tresnaku Tresnamu dapat dipahami serta dimengerti melalui
konsep dasar penciptaaannya melalui analisis teori Semiotika Riffaterre. Kemudian geguritan diatas mempunyai latar
penciptaan yang berbeda, geguritan pertama diciptakan atas dasar kerinduan sedangkan geguritan kedua diciptakan atas
dasar cinta kasih.

Anda mungkin juga menyukai