b. Perusakan atau Penyimpangan Makna (Distorsing of Meaning) c.Penciptaan Makna (Creating or Meaning)
Perusakan atau penyimpangan makna terjadi karena ambiguitas, Penciptaan arti terjadi karena pengorganisasian ruang teks,
kontradiksi, dan non-sense. Didalam geguritan Kangen, diantaranya: enjambement, tipografi, dan homolog.
ditemukan ambiguitas pada kalimat ana mawar ing pojok taman - Enjambement, terdapat pada bait pertama baris ke-3 yang diwakili
dengan kata yaiku. Yaiku digunakan sebagai penghubung antara baris
Kalimat tersebut mempunyai makna ganda yang dua dan empat yang sebenarnya dapat dijadikan dalam satu baris.
mengisyaratkan antara wanita itu sebagai bunga mawar atau - Sajak, geguritan diatas terdapat sajak bebas, yang tidak terikat oleh
mawar itu sebagai tumbuhan. Dan ditemukannya non- sense, aturan tertentu.
pada kalimat aku ngleyang ilang, njungkir sungsang lebur - Tipografi, tipografi dalam geguritan Kangen dibuat rata kiri yang
sawalangwalang. Pada kalimat ‘ngleyang’ tidak memiliki tidak memiliki makna tersirat didalamnya.
arti/makna jika berdiri sendiri. - Homolog, dalam geguritan Kangen karya Agung Sighro Budiono
diatas baris disusun secara sejajar, bentuk yang sejajar. Sehingga dalam
geguritan tersebut tidak ada yang ingin ditonjolkan.
ANALISIS DATA
(Geguritan Kangen karya Agus Sighro B.)
b. Pembacaan hermeneutik
Geguritan Kangen, menggambarkan perasaan penyair akan kerinduannya terhadap seseorang. Dan penyair mengungkapkan bahwa setiap
kali ia bernafas, ia menggambarkan wajah cantik seseorang di langit.
ANALISIS DATA
(Geguritan Kangen karya Agus Sighro B.)
- Persamaan kata: pada geguritan kangen terdapat pada bait ke-3 baris ke empat yaitu kalimat ‘esemu nyawiji…’ dan pada
geguritan Umpama Kepethuk terdapat pada bait ke-2 baris kedua pada kalimat ‘esemu kagawang-gawang…’.
ANALISIS DATA
( Geguritan Tresnaku Tresnamu by Biyung Amie W. )
- Majas Retorik. Majas retorik merupakan majas yang berupa kalimat tanya namun tak memerlukan jawaban. Tujuannya
memberikan penegasan, sindiran, atau menggugah.
‘Iki tenan apa ngimpi ?’
Majas Sinekdoke pars prototo. Majas sinekdoke pars prototo merupakan pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan
keseluruhan objek.
‘Telungpuluh loro warsa kapungkur’
- Majas Metonimia. Majas metonimia merupakan pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang memiliki ciri
khas, atau atribut. Apabila sepatah kata atau sebuah nama yang berasosiasi dengan suatu benda dipakai untuk menggantikan benda
yang dimaksud.
‘Lawase padha paprentahan Orde Baru’
ANALISIS DATA
(Geguritan Tresnaku Tresnamu karya Biyung Amie W.)
b. Perusakan atau Penyimpangan Makna (Distorsing of Meaning) c.Penciptaan Makna (Creating or Meaning)
Perusakan atau penyimpangan makna terjadi karena ambiguitas, Penciptaan arti terjadi karena perorganisasian ruang teks, di antaranya
kontrakdiksi, dan non-sense. Didalam geguritan Tresnaku- enjambemen, tipografi, dan homolog.
Tresnamu terdapat non-sense yaitu pada kalimat rikala kori - Enjambemen, terdapat pada barit ke-3, baris ke-enam dan tujuh pada
dibukak byak, kaya sinamber gelap lepat. Kata ‘byak’ tidak kalimat berikut; ‘Tresnaku-tresnamu dadi rangu Kelindhes wektu’ Dan
memiliki arti/makna bila ia berdiri sendiri, sebenarnya itu terdapat pada bait ke-4, baris ke lima dan enam pada kalimat berikut;
menggambarkan bahwa ia sedang membuka pintu lebar. ‘Nadyan nora bisa nyawiji Nanging tresna aji lan Suci, tresna sejati’
- Sajak, pada geguritan diatas terdapat sajak bebas, yang tidak terikat
Dan terdapat ambiguitas pada kata ‘lepat’. Kalimat ini oleh aturan tertentu.
menggambarkan mengakui kesalahan, sebenarnya hal itu - Tipografi, tipografi dalam geguritan Tresnaku-Tresnamu buat rata kiri.
menggambarkan bahwa kata itu bermakna berjalan depan cepat. - Homolog, dalam geguritan diatas baris disusun secara sejajar, bentuk
yang sejajar. Sehingga dalam geguritan tersebut tidak ada yang ingin
ditonjolkan.
ANALISIS DATA
( Geguritan Tresnaku Tresnamu by Biyung Amie W. )
2. Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik
b. Pembacaan hermeneutik
Pembacaan hermeneutik Geguritan Tresnaku-Tresnamu menggambarkan ungkapan penyair akan rasa tidak bisa melupakan
kekasihnya yang pernah ada dikehidupannya (Gagal Move On).
ANALISIS DATA
( Geguritan Tresnaku Tresnamu by Biyung Amie W. )
3. Matriks, Model, dan Varian
Matriks dalam geguritan Tresnaku-Tresnamu adalah Cinta kasih. Model dari geguritan tersebut adalah penggambaran
rasa nyaman dalam menjalin sebuah hubungan, namun kenyataannya mereka tidak bersatu. Varian dari geguritan tersebut
adalah (1) penggambaran rasa Ikhlas untuk merelakan sesuatu yang belum bisa menjadi milik kita. (2) menggambarkan
bahwasanya rasa kasih sayang itu tidak bisa dikaitkan dengan materi.
4. Hipogram: Intertekstual
Dalam hubungan intertekstual, penulis menemukan puisi di tahun 2016 dengan judul Kangen lan Tresna karya Ki Rizal
Sofyana yang memiliki keterkaitan dengan geguritan Tresnaku Tresnamu ini,
Hipogram: Intertekstual
Hipogram: Intekstual
Geguritan diatas memiliki tema, dan kata yang sama dengan geguritan Tresna Tresnamu. Diantaranya:
- Persamaan kata: pada geguritan Tresnaku-tresmu terdapat pada bait ke-2 baris kedua yaitu kalimat ‘Sliramu
jumeneng…’ dan pada geguritan Kangen lan Tresna terdapat pada bait ke-3 baris kedua pada kalimat ‘Saiki, aku
ngaengen-angen sliramu…’.
Dan pada geguritan Tresnaku Tresnamu bait ke-4 baris pertama pada kalimat ‘tresnaku tresnamu gunibel wektu’. Pada
geguritan Kangen lan Tresnamu bait ke-7 baris pertama pada kalimat ‘Rasa tresnaku mring sliramu.’
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa analisis puisi menggunakan tahapan Semiotika Riffaterre yakni (1)
pembacaan heuristik dan hermeneutik, (2) ketidaklangsungan ekspresi yang terdiri dari penggantian makna,
penyimpangan makna, dan penciptaan makna, (3) matriks, model, dan varian, dan (4) hipogram, akan ditemukan makna
puisi secara utuh. Dengan demikian geguritan Kangen dan Tresnaku Tresnamu dapat dipahami serta dimengerti melalui
konsep dasar penciptaaannya melalui analisis teori Semiotika Riffaterre. Kemudian geguritan diatas mempunyai latar
penciptaan yang berbeda, geguritan pertama diciptakan atas dasar kerinduan sedangkan geguritan kedua diciptakan atas
dasar cinta kasih.