Oleh
1. Nadya Eka Nurhayati (218000011)
2. Eva Septiana Dewi (218000031)
3. Syahla Muthia Eronisa (218000153)
4. Anggun Dwi Permatasari (218000214)
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................i
BAB 1...................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................1
BAB 2...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Pengertian Pertumbuhan (growth), Kematangan (maturation), Belajar (learning) dan Latihan
(exercise) serta keterkaitannya dengan perkembangan (development)..............................................2
B. Definisi Perkembangan (development) serta Implikasinya dalam Pendidikan...........................5
C. Prinsip-prinsip Perkembangan.................................................................................................11
BAB III................................................................................................................................................13
PENUTUP...........................................................................................................................................13
A. Kesimpulan..............................................................................................................................13
B. Saran........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................14
i
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah:
1
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui, mendeskripsikan serta
memberikan pemahaman mengenai:
1. Dapat mengetahui pengertian pertumbuhan, kematangan, belajar dan
latihan serta keterkaitannya dengan perkembangan.
2. Dapat mengetahui pengertian perkembang serta cara implikasinya dalam
pendidikan.
3. Untuk mengetahui berbagai prinsip-prinsip dari perkembangan serta
implikasinya dalam pendidikan.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
prenatal, mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dari fetal. Nutrisi,
mempengaruhi kebutuhan fisiologis, pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
Istirahat, tidur, olahraga, hal yang penting untuk memudakan tubuh. Status
kesehatan, sakit atau luka berpotensi mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan Prinsip dari pertumbuhan yaitu urutan dari pertumbuhan dapat
diprediksi, meskipun baru pada tahap permulaan. Tahap pertumbuhan dan
beberapa efek yang timbul dari beberapa orang juga dapat diprediksi.
Pertumbuhan berlangsung terus dari kepala ke arah bawah dari bagian tubuh.
Tahap - tahap pertumbuhan:
a) Masa bayi (1 bulan – 1 tahun)
Pada masa ini pertumbuhan fisik bayi berlangusng sangat cepat. Fungsi fisik bayi
yang baru lahir kebanyakan reflektif dan stabilisasi sistem organ tubuh pertama
adalah fungsi tubuh yang utama
b) Pre-school (3 – 6 tahun)
Pada tahap ini pertumbuhan berlangsung sedikit lama. Pertumbuhan yang terjadi
pada tahap ini tidak terlalu signifikan. Perkembangan lebih berperan aktif pada
tahap ini. c) Masa remaja (12 – 20 tahun)
Pada tahap ini pertumbuhan mengalami percepatan sampai pada saat pertumbuhan
tinggi badan, ukuran tulang, dan gigi berhenti. Sedangkan pertumbuhan berat
badan masih dapat berubah. Pada tahap selanjutnya terjadi yang terjadi adalah
perkembangan tubuh.
Ciri-ciri pertumbuhan:
1) Terjadi perubahan fisik dan perubahan ukuran.
2) Terjadi peningkatan jumlah sel.
3) Terdapat penambahan kuantitatif individu.
4) Dapat dinyatakan dalam ukuran panjang maupun berat.
5) Dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal
6) Bersifat terbatas, pada usia tertentu manusia sudah tidak tumbuh lagi
2. Kematangan (Maturation)
Kematangan merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir,
timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pula
perkembangan tingkah laku individu. Kematangan mula- mula merupakan hasil
dari adanya perubahan-perubahan tertentu dan penyesuaian struktur pada diri
individu, seperti adanya kematangan jaringan-jaringan tubuh, saraf dan kelenjar-
4
kelenjar yang disebut dengan kematangan biologis. Kematangan pada aspek
psikis, meliputi keadaan berpikir, rasa, kemauan. Kematangan atau masa peka
menunjukkan kepada suatu masa tertentu yang merupakan titik kulminasi (titik
puncak) dari suatu fase pertumbuhan sebagai titik tolak kesiapan dari suatu fungsi
untuk menjalankan fungsinya.
Ciri-ciri kematangan adalah:
a. Perubahan yang relatif permanen.
b. terjadi karena hasil proses biologis,
c.terlepas dari faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
d. perubahan yang tidak direncanakan.
e.terjadi pada setiap orang.
Mengetahui adanya tahap kematangan suatu sifat sangat penting artinya bagi
seorang pendidik atau pengasuh, karena pada tingkat itulah si anak akan
memberikan reaksi yang sebaik-baiknya tehadap semua usaha bimbingan atau
pendidikan yang sesuai bagi mereka.
Adanya ciri-ciri adanya kematangan tersebut pada diri si anak dapat ditandai
dengan adanya:
a. Perhatian si anak
b. Lamanya perhaian berlangsung
c. Kemajuan jika diajar atau dilatih.
3. Belajar (Learning)
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Menurut
Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and memory berpendapat
Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam organisme (manusia atau
hewan) disebabkan oleh pengalamn yang dapat mempengaruhi tingkah laku
organisme tersebut. Sedangkan menurut Wittig dalam bukunya Psychology of
Learning mendefinisikan belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang
terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai
hasil pengalaman. Belajar yaitu Perubahan-perubahan dalam perkembangan
individu, selain dapat terjadi karena kematangan, juga dapat terjadi karena belajar.
Menurut Morgan “Belajar adalah setiap perubahan tingkah laku yang relatif
menetap yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.
5
Berdasarkan beberapa pernyataan dan definisi tentang belajar seperti disajikan
di atas dapat anda simpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pada
diri individu yang bersifat relatif permanen dan terjadi sebagai hasil pengalaman.
Ada beberapa karakteristik yang terkandung dalam pengertian belajar yaitu:
a. Pengertian belajar meliputi proses dan hasil.
b. Sebagai suatu proses belajar merupakan suatu upaya disengaja yang
berlangsung pada diri individu yang terjadi melalui pengalaman.
c. Proses belajar menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individu.
Perubahan-perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar meliputi berbagai
aspek kepribadian, baik fisik maupun psikhis, seperti perubahan mengenai
pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan, sikap, dsb.
d. Perubahan-perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar sifatnya relative
manetap atau permanen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar, diantaranya:
a. Faktor dari dalam diri individu (Internal)
a) Faktor Jasmaniah
b) Faktor Kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang
terganagu. Badan yang kurang sehat akan mengakibatkan kurangnya
semangat dalam belajar pusing atau mengantuk.
c) Faktor Cacat Tubuh
Faktor cacat tubuh sangat mempengaruhi belajar seseorang misalnya
buta, tuli, bisu, atau pincang. Upaya yang harus kita tempuh untuk
membantu dengan cara memberikan alat khusus untuk mengatasi
kecacatannya. Selain itu mereka juga di sekolahkan dilembaga
pendidikan yang khusus. Guru harus membangkitkan semangat belajar
dan rasa percaya diri kepada mereka dengan pendekatan-pendekan
khusus.
d) Faktor Psikologis
1) Intelegensi, merupakan kecakapan untuk menghadapi dan
menyesuaikan situasi yang baru dengan cepat dan efektif. Orang
yang mempunyai intelegensi yang tinggi lebih mudah belajar dari
pada yang tingkat intelegensi yang rendah.
2) Motif, merupakan daya penggerak atau pendorong untuk berbuat
6
3) Minat, merupakan kecenderngaan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenag beberapa kegiatan. Minat itu selalu diikuti dengan
perasaan dengan yang akahirnya memperoleh kepuasan.
4) Emosi, faktor emosi sangat mempengaruhi balajar anak. Emosi
yang mendalam membutuhkan situasi yang cukup tenang.
5) Bakat, merupakan kemampuan untuk belajar misalnya seseorang
yang memeiliki bakat mengajar akan lebih mudah memahami teori-
teori yang berhubungan cara mengajar atau ilmu memgajar
dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki bakar
kematangan.
6) Kesiapan, merupakan kesdiaan untuk memberi respon.
e) Faktor Kelelahan
1) Faktor kelelahan jasmani, yaitu tampak pada lemah lunglainya
badan dan berkecenderungan tubuh, misalnya karena kelaparan
2) Faktor kelelahan rohani dapat dilihat dengan Adanya kebosanan
sehingga minataa untuk menghasilkan sesuatu hilang.
7
meningkatkan keterampilan, kecakapan, dan sikap yang diperlukan oleh
pendidikan dalam usaha mencapai tujuannya. Empat istilah konsep perkembangan
yakni, pertumbuhan (growth),kematangan (maturtion), belajar (learning), dan
Latihan (exercise). Secara konseptual empat istialah ini mempunyai persamaan
dan perbedaan, persamaannya adalah : pada keempat istilah tersebut terjadi
perubahan
(changes)sedangkan letak perbedaannya terdapat pada perubahan pada
pertumbuhan yang bersifat kuantitatif, sedangkan pada kematangan, belajar dan
latihan lebih bersikap kualitatif.
Perubahan pada pertumbuhan dan kematangan lebih bersifat alamiah
sedangkan perubahan pada belajar dan latihan lebih bersifat disengaja dan
bertujuan. Perubahan perubahan yang terjadi baik sebagai pertumbuhan,
kematangan, belajar, maupun latihan itulah yang disebut: perkembangan
(development). Perubahan ini dapat terjadi pada setiap periode perkembangan
sepanjang organisme hidup. Oleh karena itu perkembangan dapat didefinisikan
sebagai perubahan sepanjang waktu (change over time) baik sebagai
pertumbuhan, kematangan, belajar, maupun sebagai hasil latihan.
Pertumbuhan & perkembangan merupakan sifat kodrat manusia yang harus
mendapat perhatian secara seksama. Perkembangan juga merupakan suatu deretan
perubahan-perubahan yg tersusun & berarti yang berlangsung pada individu
dalam jangka waktu tertentu, lebih menunjuk pada kemajuan
mental/perkembangan rohani yang melaju terus sampai akhir hayat, merupakan
proses yang sifatnya menyeluruh/holistic mencakup proses biologis – kognitif -&
psikososial. Secara singkat Perkembangan (development) adalah proses atau
tahapan pertumbuhan kearah yang lebih maju.
Pandangan tradisional terhadap perkembangan lebih ditekankan pada:
1. Kematangan
2. Pertumbuhan
3. Perubahan yang ekstream selama masa bayi, anak-anak & remaja.Sementara
perubahan selama masa dewasa & penurunan pada usia lanjut kurang
mendapat perhatian. Pandangan kontemporer tentang perkembangan manusia
menekankan pada perkembangan rentang hidup (life-span), yakni perubahan
yang terjadi selama rentang kehidupan mulai dari konsepsi hingga meninggal.
Jadi perkembangan merupakan proses yang sifatnya menyeluruh yang
mencakup proses biologis, kognitif & psikososial.
8
B. Definisi Perkembangan (development) serta Implikasinya dalam Pendidikan
Manusia pada umumnya berkembang sesuai dengan tahapan-tahapannya.
Perkembangan tersebut dimulai sejak masa konsepsi hingga akhir hayat. Ketika
individu memasuki usia sekolah, yakni antara tujuh sampai dengan dua belas tahun,
individu dimaksud sudah dapat disebut sebagai peserta didik yang akan berhubungan
dengan proses pembelajaran dalam suatu sistem pendidikan.
Cara pembelajaran yang diharapkan harus sesuai dengan tahapan
perkembangan anak yakni memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) programnya
disusun secara fleksibel dan tidak kaku serta memperhatikan perbedaan individual
anak (2) tidak dilakukan secara monoton tetapi disajikan secara variatif melalui
banyak aktivitas dan (3) melibatkan penggunaan berbagai media dan sumber belajar
sehingga memungkinkan anak terlibat secara penuh dengan menggunakan berbagai
proses perkembangannya.
9
Anak usia sekolah dasar sudah lebih mampu mengontrol tubuhnya daripada
anak usia sebelumnya. Kondisi demikian membuat anak SD dapat memberikan
perhatian yang lebih lama terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang
berlangsung. Namun, perlu diingat bahwa kondisi fisik tersebut masih jauh dari
matang dan masih terus berkembang. Fisik mereka masih memerlukan banyak
gerak untuk peningkatan keterampilan motorik dan memenuhi kesenangan. Oleh
karena itu, suatu prinsip praktek pendidikan yang penting bagi anak usia sekolah
dasar yaitu mereka harus terlibat dalam kegiatan aktif daripada pasif.
Selanjutnya Budiamin, dkk. mengemukakan bahwa perkembangan perseptual
pada dasarnya merupakan proses pengenalan individu terhadap lingkungan.
Semua informasi tentang lingkungan sampai kepada individu melalui alat-alat
indera yang kemudian diteruskan melalui syaraf sensori ke bagian otak. Informasi
tentang objek penglihatan diterima melalui mata, informasi tentang objek
pendengaran diketahui melalui telinga, objek sentuhan melalui kulit, dan objek
penciuman melalui hidung. Tanpa adanya alat-alat indera tersebut, otak manusia
akan terasing dari dunia yang ada di sekitarnya.
Kondisi perkembangan perseptual pun masih mengalami penajaman dan
penghalusan. Aspek-aspek perseptual ini akan berkembang dengan baik jika
dirangsang dan difungsikan melalui interaksi dengan lingkungan. Pemenuhan
kebutuhan tersebut tentunya tidak bisa dilakukan hanya melalui pelajaran
penjaskes yang mungkin hanya dilaksanakan seminggu sekali.
Seiring dengan perkembangan motorik anak terhadap kegiatan pendidikan,
bahwa pada anak sekolah dasar kelas awal tepat sekali diajarkan tentang hal-hal
berikut: (1) dasar-dasar keterampilan menulis dan menggambar. (2) keterampilan
berolahraga. (3) gerakan-gerakan permainan seperti meloncat dan berlari. (4)
baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kedisiplinan. (5) gerakan-
gerakan ibadah shalat.
Selanjutnya masih berkaitan dengan perkembangan biologis dan perseptual
anak usia sekolah dasar, Purwanto memaparkan bahwa suatu keadaan yang
berbeda akan menimbulkan reaksi yang berbeda pula pada diri individu. Misalnya
di dalam suatu kelas terdapat seorang anak yang berambut pirang karena
pembawaan dari orang tuanya. Ada kalanya rambut pirang tersebut menimbulkan
perasaan tidak puas atau perasaan rendah diri pada anak itu karena merasa berbeda
dengan teman-temannya. Akan tetapi, mungkin juga rambut pirang itu akan
menjadi suatu kebanggaan karena anak tersebut merasa unik.
10
Di sinilah kita melihat bahwa perkembangan fisik peserta didik memegang
peranan yang penting terhadap pendidikan. Dengan demikian, jelaslah bahwa
perbedaan perkembangan fisik harus dihadapi dengan cara yang tepat oleh para
pendidik.
Meskipun tidak sepesat pada masa usia dini, perkembangan biologis maupun
perseptual anak terus berlangsung. Pemahaman tentang karakteristik per-
kembangan akhirnya membawa beberapa implikasi bagi penyelenggaraan
pendidikan di sekolah dasar. Implikasi-implikasi dimaksud khususnya berkenaan
dengan penyelenggaraan pembelajaran secara umum, pemeliharaan kesehatan dan
nutrisi anak, pendidikan jasmani dan kesehatan, serta penciptaan lingkungan dan
pembiasaan berperilaku sehat.
11
dan (6) pembelajaran hendaknya dibantu dengan benda-benda konkret pada anak
sekolah dasar kelas awal.
Pendapat lain mengatakan bahwa model pendidikan yang aktif adalah model
yang tidak menunggu sampai peserta didik siap sendiri. Sekolah yang sebaiknya
mengatur lingkungan belajar sedemikan rupa sehingga dapat memberi
kemungkinan maksimal pada peserta didik untuk berinteraksi dalam proses
pembelajaran. Dengan lingkungan yang penuh rangsangan untuk belajar, proses
pembelajaran aktif akan terjadi sehingga mampu membawa peserta didik untuk
maju ke tahap berikutnya. Dalam hal ini, pendidik hendaknya menyadari bahwa
perkembangan intelektual anak berada di tangannya (Pristanto, 2011).
Perkembangan intelektual pada anak usia sekolah dasar sudah cukup untuk
menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola
pikir atau daya nalarnya. Perkembangan intelektual dan pengalaman belajar anak
sangat erat kaitannya. Perkembangan intelektual peserta didik akan memfasilitasi
kemampuan belajarnya. Peserta didik sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan,
seperti membaca, menulis, dan berhitung. Dalam mengembangkan daya nalar,
caranya dengan melatih peserta didik untuk mengungkapkan pendapat, gagasan,
atau penilaiannya terhadap berbagai hal. Misalnya yang berkaitan dengan materi
pelajaran, tata tertib sekolah, dan sebagainya.
12
merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai
perbendaharaan kata. Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan
berkomunikasi dengan orang lain, anak sudah gemar membaca atau
mendengarkan cerita yang bersifat kritis (tentang petualangan, riwayat pahlawan,
dan lain-lain). Pada masa ini tingkat berpikir anak sudah lebih maju. Dia banyak
menanyakan soal waktu dan sebab akibat. Misalnya, kata tanya yang semula
digunakan hanya “apa”, sekarang sudah diikuti dengan pertanyaan “di mana”,
“mengapa”, “bagaimana”, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pelajaran bahasa yang
sengaja diberikan di sekolah dasar dapat menambah perbendaharaan kata peserta
didik, melatih peserta didik menyusun struktur kalimat, peribahasa, kesusastraan,
dan keterampilan mengarang.
Selanjutnya masih berkaitan dengan bahasa, Budiamin, dkk. memperkirakan
sekitar 50 bahasa isyarat digunakan di seluruh dunia. Penggunaan bahasa isyarat
ini diduga mempengaruhi pemrosesan informasi dan belajar.
13
Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir dan
bersikap tentang sesuatu dengan cara yang baru dan tidak biasa guna
menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan.
Menurut pendapat Galdner, kreativitas merupakan suatu aktivitas otak yang
terorganisasikan, komprehensif, dan imajinatif tinggi untuk menghasilkan sesuatu
yang orisinil. Oleh karena itu, kreativitas lebih dikatakan sebagai suatu yang lebih
inovatif daripada reproduktif.
Desmita dalam bukunya Psikologi Perkembangan memaparkan tentang
perhatian para psikolog dan kalangan dunia pendidikan terhadap kreativitas
sebagai salah satu aspek dari fungsi kognitif yang berperan dalam prestasi anak di
sekolah, yang bermula dari pidato Guilford tahun. Guilford dalam pidatonya
menegaskan bahwa kreativitas perlu dikembangkan melalui jalur pendidikan guna
mengembangkan potensi peserta didik secara utuh dan bagi kemajuan ilmu
pengetahuan dan seni.
Menyadari posisi strategis kreativitas dalam kehidupan peserta didik, perlu
dikemukakan berbagai upaya yang dapat mendukung pengembangan kreativitas
terhadap pendidikan. Namun dalam kenyataannya, kreativitas bukanlah sesuatu
yang diajarkan kepada peserta didik, melainkan hanya memungkinkan untuk dapat
dimunculkan. Oleh sebab itu, Treffinger mengemukakan sejumlah pengalaman
belajar yang dapat dikembangkan oleh pendidik agar mampu mendorong
kreativitas peserta didik, khususnya dalam proses pembelajaran. Hal tersebut
antara lain guru diharapkan dapat menyajikan materi pembelajaran, menyiapkan
berbagai media, menggunakan pendekatan pembelajaran yang memungkinkan
posisi peserta didik sebagai subjek daripada objek pembelajaran, serta
mengadakan evaluasi yang tepat sehingga mampu mendukung pengembangan
kreativitas peserta didik.
14
Lingkungan sosial merupakan pengaruh luar yang datang dari orang lain.
Selain itu, yang termasuk lingkungan sosial ialah pendidikan. Dalam hal ini, yang
dimaksud dengan pendidikan adalah pengaruh-pengaruh yang disengaja dari
anggota berbagai golongan tertentu, seperti pengaruh ayah, nenek, paman, dan
guru-guru.
Purwanto mengatakan bahwa tugas dan tujuan pendidikan sosial adalah: (1)
mengajar anak-anak yang hanya mempunyai hak saja, menjadi manusia yang
sadar akan kewajibannya terhadap bermacam-macam golongan dalam
masyarakat; dan (2) membiasakan anak-anak mematuhi dan memenuhi kewajiban
sebagai anggota masyarakat. Dalam menjalani kehidupannya sebagai makhluk
sosial, senantiasa selalu tumbuh dalam diri seorang anak yang dimaksud dengan
perkembangan sosial.
Budiamin, dkk. berpandangan bahwa perkembangan sosial merupakan
pencapaian kematangan dalam hubungan sosial yang erat kaitannya dengan
pencapaian kemandirian. Sementara itu, Sunarto dan Hartono berpendapat bahwa
perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia
sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Senada dengan kedua pendapat di atas, Yusuf mengemukakan bahwa
perkembangan sosial merupakan proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap
norma-norma kelompok, moral, tradisi, atau meleburkan diri menjadi satu
kesatuan yang saling berkomunikasi dan bekerja sama. Anak dilahirkan belum
memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai
kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan
orang lain, termasuk dengan teman sebaya.
Berkat perkembangan social seorang anak dapat menyesuaikan diri dengan
kelompok teman sebaya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitar. Dalam
proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat
dimanfaatkan oleh pendidik dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang
membutuhkan tenaga fisik maupun pikiran. Tugas-tugas kelompok ini harus
memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk menunjukkan
prestasinya, tetapi juga diarahkan untuk mencapai tujuan bersama. Dengan
melaksanakan tugas kelompok, peserta didik dapat belajar tentang kebiasaan
dalam bekerja sama, saling menghormati, dan bertanggung jawab.
Dilihat dari pemahaman terhadap aspek perkembangan sosial pada peserta
didik, terdapat beberapa implikasi menurut Budiamin, dkk. yaitu: (1) untuk
15
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menyadari dan menghayati
pengalaman sosialnya, dapat dilakukan aktivitas-aktivitas bermain peran yang
ditindaklanjuti dengan pembahasan di antara mereka; (2) keberadaan teman
sebaya bagi anak usia sekolah dasar merupakan hal yang sangat berarti, bukan
saja sebagai sumber kesenangan bagi anak melainkan dapat membantu
mengembangkan banyak aspek perkembangan anak. Ini mengimplikasikan
perlunya aktivitas-aktivitas pendidikan yang memberikan banyak kesempatan
kepada peserta didik untuk berdialog dengan sesamanya.
16
Begitu pentingnya faktor perkembangan emosional dalam menentukan
keberhasilan belajar peserta didik, Desmita mengutip pernyataan DePorter,
Reardon, dan Singer-Nourie dalam buku mereka yang sangat terkenal Quantum
Teaching: Orchestrating Student Success, yang menyarankan agar para pendidik
memahami emosi para siswa. Memperhatikan dan memahami emosi siswa dapat
membantu pendidik mempercepat proses pembelajaran yang lebih bermakna dan
permanen. Memperhatikan dan memahami emosi siswa berarti membangun ikatan
emosional dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan,
dan menyingkirkan segala ancaman dari suasana belajar. Melalui kondisi belajar
di maksud, para siswa akan lebih ikut serta dalam kegiatan sukarela yang
berhubungan dengan bahan pelajaran.
17
8. Implikasi Perkembangan Spiritual
Anak-anak sebenarnya telah memiliki dasar-dasar kemampuan spiritual yang
dibawanya sejak lahir. Untuk mengembangkan kemampuan ini, pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, untuk melahirkan
manusia yang ber-SQ tinggi dibutuhkan pendidikan yang tidak hanya berorientasi
pada perkembangan aspek IQ saja, melainkan EQ dan SQ juga.
Zohar dan Marshall pertama kali meneliti secara ilmiah tentang kecerdasan
spiritual, yaitu kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna
dan nilai, yang menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna
yang lebih luas dan kaya.
Purwanto mengemukakan bahwa pendidikan yang dilakukan terhadap
manusia berbeda dengan “pendidikan” yang dilakukan terhadap binatang.
Menurutnya, pendidikan pada manusia tidak terletak pada perkem-bangan
biologis saja, yaitu yang berhubungan dengan perkembangan jasmani. Akan
tetapi, pendidikan pada manusia harus diperhitungkan pula perkembangan
rohaninya. Itulah kelebihan manusia yang diberikan oleh Allah Swt., yaitu
dianugerahi fitrah (perasaan dan kemampuan) untuk mengenal penciptanya, yang
membedakan antara manusia dengan binatang. Fitrah ini berkaitan dengan aspek
spiritual.
18
Anak merupakan satuan kesatuan antara fisik dan psikis dan kesatuan
komponen dari kedua unsur tersebut. Perkembangan aspek fisik atau psikis
berkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi. Setiap aspek tidak
berkembang secara sendiri-sendiri tetapi perkembangan satu aspek
berpengaruh terhadap aspek yang lainnya. Jadi, dalam proses belajar sangatlah
penting untuk melibatkan sebanyak mungkin aspek fisik maupun psikis anak
secara serempak agar hasil belajar yang maksimal dapat tercapai. Makin
banyak alat indra anak terlibat dalam proses belajar makin mudah dan
pahamlah siswa dengan apa yang dipelajarinya.
3. Prinsip Tempo dan Irama Perkembangan
Remaja berkembangan dengan tempo dan irama perkembangan sendiri-
sendiri. Remaja memiliki tempo dan irama perkembangan yang berbeda
dengan remaja yang lain. Ada remaja yang cepat dan ada pula yang lambat
perkembangannya, misalnya, didalam satu kelas, ada remaja yang umumnya
sama, namun kematangan berpikir mereka berbeda.
Tempo dan irama perkembangan remaja ditentukan oleh dua faktor, yaitu
faktor pembawaan (potensi dasar) dan lingkungan. Makin tinggi potensi dasar
makin cepat irama dan tempo perkembangannya apabila lingkungannya
memberikan rangsangan yang sesuai. Sebaliknya, makin rendah potensi yang
dimiliki anak ditambah lagi dengan lingkungan yang kurang memacu
perkembangan tersebut, maka tempo dan irama perkembangan akan menjadi
lambat. Banyak ahli yang berpendapat bahwa tempo dan irama perkembangan
anak dapat di percepat oleh lingkungan dalam batas-batas tertentu. Atau
sebaliknya tempo dan irama perkembangan yang telah terpola itu dapat
menjadi lambat dan bahkan terlambat sama sekali jika lingkungan kurang
sekali memberikan gizi kesehatan dan rangsangan pendidikan yang cukup.
4. Prinsip Kesamaan Pola
Prinsip kesamaan pola mempunyai beberapa implikasi dalam pelaksanaan
pendidikan, yaitu sebagai berikut:
a. Pada umunya pendidikan dapat dilaksanakan secara klasikal terhadap
remaja yang berumur kronologis sama.
b. Dapat disediakan alat-alat permainan tertentu yang dapat digunakan dari
generasi ke generasi berikutnya untuk anak yang sebaya.
Jadi, prinsip ini mengemukakan bahwa anak sebagai manusia mengikuti
pola umum yang sama dalam perkembangannya.
19
5. Prinsip Kontinuitas
Menurut prinsip kontinuitas, perkembangan berlangsung secara terus
menerus dan berkesinambungan. Perkembangan pada periode awal
mempengaruhi pencapaian perkembangan periode berikutnya. Jika tugas
perkembangan pada periode awal dapat dicapai dengan sempurna, maka tugas
perkembangan pada periode berikutnya dapat diselesaikan dengan baik.
Menurut Jersiled mengemukakan bahwa para pendidik hendaknya
berusaha untuk menghindarkan hal-hal yang mengganggu tercapainya tugas-
tugas perkembangan sebelum remaja dan berusaha mencapai kondisi yang
dapat memungkinkan tugas-tugas perkembangan pada masa remaja
terselesaikan dengan sempurna agar tugas-tugas perkembangan pada masa
dewasa dapat diraih tanpa gangguan yang berarti.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan adalah perubahan yang bersifat kualitatif dan dialami setiap
individu secara terus-menerus dan bertahap sepanjang hidup manusia. Pertumbuhan
adalah perubahan yang bersifat fisik dan dapat diukur secara kuantitatif (jumlah) pada
diri individu.
Aspek-aspek perkembangan peserta didik yang berimplikasi terhadap proses
pendidikan meliputi implikasi perkembangan biologis dan perseptual, intelektual,
bahasa, kreativitas, sosial, emosional, moral dan spiritual.
Prinsip-prinsip perkembnagan yaitu: (1)Prinsip Kematangan seperti; emosional,
sosial, intelektual, dan tanggun jawab. (2)Kesatuan Organisasi. (3)Tempo dan irama
perkembangan. (4)Kesamaan pola. (5) Kontinuitas.
Ciri khas remaja yang sedang berkembang adalah sebagai berikut: (1)Remaja
mengalami perubahan fisik (pertumbuhan) paling pesat. (2)Mempunyai energi
yangberlipat secara fisik dan psikis. (3)Perhatian mereka lebih terarah kepada teman
sebaya (social competence). (4)Remaja memiliki keterkeitan yang kuat dengan lawan
jenis (relationship). (5)Periode idealis. (6)Menunjukkan kemandirian. (7) Berada pada
transisi moralitas (morality). (8)Insight (berwawasan).
Prinsip kesatuan organisasi adalah suatu kesatuan antara fisik dan psikis dan
kesatuan komponen dari kedua unsur perkembangan aspek fisik dan psikis tersebut.
Pencarian identitas diri adalah suatu kekhasan perkembangan remaja untuk mengatasi
periode transisi. Jadi, remaja memerlukan keyakinan hidup yang benar untuk
mengarahkan mereka dalam bertingkah laku.
B. Saran
Dari penyusunan makalah ini penulis menyadari dalam pembuatan makalah
ini banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami dari
21
kelompok 2 sebagai penyusun berharap agar dari semua pihak dapat memberikan
kritik dan saran untuk melengkapi kekurangan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Umami, Ida. 2019. “Konsep Dasar Perkembangan Remaja.” Psikologi Remaja 12–30.
Salwanis, Melji. 2016. “Pengertian Pertumbuhan, Kematangan Belajar Dan Latihan Serta
Kaitannya Dengan Perkembangan.” Retrieved
(http://meljisalwanis.blogspot.com/2016/09/pengertian-pertumbuhankematangan.html?
m=1).
22