Anda di halaman 1dari 120

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan yaitu kegiatan yang dilaksanakan oleh individu sebagai

upaya untuk tingkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi

pribadi yang dimilikinya, meliputi: jasmani (pancaindra serta

keterampilan), ruhani (cipta, budi nurani, karsa, pikir). Pendidikan menjadi

suatu proses kegiatan interaksi antara manusia dengan lingkungan.1

Pendidikan formal merupakan suatu pendidikan yang mempunyai

peraturan secara resmi dan peraturan sangat ketat dalam segala aspek.

Salah satu pendidikan formal yaitu sekolah, sekolah adalah suatu lembaga

yang didirikan untuk masyarakat sebagai pertumbuhan dan perkembangan

masyarakat, yang memiliki tata aturan formal, memiliki program, dan

memiliki target yang sangat jelas, serta juga memiliki suatu struktur

kepemimpinan dalam penyelenggaraan secara resmi.2 Jenjang dalam

sekolah meliputi SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA. Pada sekolah dasar

(SD) menjadi pendidikan formal pada jenjang yang pertama, peserta

didiknya dari usia antara 7 tahun sampai 12 tahun. Dengan urutan kelas

mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Siswa akan memperoleh keterampilan,

1
Rulam Ahmadi,Pengantar Pendidikan Asas dan Filsafat Pendidikan(Yogyakarta:Ar-Ruzz
Media, 2017), 38.
2
Ibid., 81-82.

1
2

kecakapan, dan pengetahuan baru melalui serangkaian kegiatan belajar di

sekolah.

Saat ini kegiatan belajar yang dilakukan secara langsung antara

siswa dengan guru dilakukan secara terbatas disebabkan karena adanya

pandemi covid-19. Pembelajaran Tatap Muka yang terbatas,

diselenggarakan oleh semua pendidikan di daerah yang ditetapkan sebagai

PPKM 1, 2, dan 3. PTM adalah Pembelajaran Tatap Muka yang

penyelenggaraan pembelajaran dan mengajarnya dilakukan di saat

pandemi virus covid-19 yang dimulai dari semester awal periode genap

tahun pengajaran 2021 sampai 2022. Ada beberapa ketentuan

Pembelajaran Tatap Muka terbatas dicantumkan dalam peraturan di Surat

Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri untuk tahun ajaran 2021 sampai

2022, yaitu tentang panduan penyelenggaraan pendidikan pembelajaran di

masa pandemi, yaitu sebagai berikut : 1) PTM wajib setiap hari dilakukan

pada wilayah PPKM level 1 yang ada ketentuannya pada wilayah tersebut

meliputi, peningkatan vaksinasi dosis 2 untuk siswa dan siswi dan guru

lebih dari 80%, peningkatan vaksinasi pada lanjut usia dosis 2 di atas 50%,

dan vaksinasi siswa-siswi terus berlamgsung, jumlah siswa dan siswi yang

berjumlah 100% dari kapasitas, durasi pembelajaran selama enam jam

dalam sehari, 2) Pembelajaran Tatap Mukaa wajib setiap hari dilakukan

pada wilayah PPKM level 2 yang ada ketentuannya pada wilayah tersebut

meliputi, peningkatan vaksinasi dosis 2 siswa dan siswi dan guru di bawah

50%, peningkatan vaksinasi lanjut usia dosis 2 di bawah 40%, jumlah


3

siswa dan siswi 50% dari kapasitas, lama pembelajaran selama 4 jam

dalam satu hari, 3) PTM wajib bergantian, dilakukan pada wilayah PPKM

level 3 yang ada ketentuannya pada wilayah tersebut meliputi, peningkatan

vaksinasi dosis 2 siswa dan siswi dan guru paling sedikit 40%,

peningkatan vaksinasi lanjut usia dosis 2 paling sedikit 10%, jumlah siswa

dan siswi 50% dari kapasitas, lama pembelajaran 4 jam dalam satu hari. 4)

PTM wajib pembelajaran jarak jauh, dilakukan pada wilayah PPKM level

4.3

Suatu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di lingkungan

sekolah menjadi kegiatan yang utama dan sangat penting bagi manusia.

Bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa dan siswi sebagai

peserta yang di didik sangat berperan penting dalam tercapai atau tidak

keberhasilam dari suatu tujuan kegiatan belajar. Belajar adalah kegiatan

yang dilakukan di sekolah untuk menciptakan perubahan melalui

serangkaian proses, antara lain : perubahan yang terjadi pada tingkah laku

yang menjadi hasil dari interaksi siswa dan siswi dengan lingkungannya

untuk memenuhi suatu kebutuhan hidupnya. Perbedaan perilaku yang

terjadi sebelum belajar dengan sesudah belajar akan terlihat nyata pada

semua aspek tingkah laku secara menyeluruh dalam keterampilan, sikap,

pengetahuan, dan lain-lain. Ketika individu belajar, suatu perubahan

perilaku seseorang saat belajar akan menyadari terjadinya suatu perbedaan

dalam dirinya antara sebelum belajar dan setelah belajar. Perbedaan

3
Media Center Direktorat Sekolah Dasar,”Semua Sekolah Wajib Melaksanakan PTM Terbatas
pada 2022”, 3 Januari 2022, https://ditpsd.kemdikbud.go.id, diakses tanggal 14 Januari 2022.
4

perilaku yang terjadi sebelum belajar dengan sesudah belajar pada individu

terjadi secara bertahap dan tidak menetap, yaitu terjadi setiap perubahan

menghasilkan perubahan yang selanjutnya serta memiliki manfaat untuk

kehidupan dan suatu kegiatan belajar yang berikutnya.4

Menurut Slameto, bahwa kesiapan dalam belajar adalah kondisi

awal siswa dalam belajar yang menjadikan siap untuk memberi respons

dengan cara yang tertentu terhadap keadaan diperlukan untuk mencapai

tujuan dalam belajar. Thorndike mengatakan bahwa kesiapan yaitu

prasyarat untuk belajar ke tahap berikutnya. Law of readiness (hukum

kesiapan) yang dikemukakan Thorndike yaitu bahwa : 1) Ketika seseorang

memiliki kesiapan untuk melakukan suatu tindakan, maka melakukannya

akan memuaskan, 2) Ketika seseorang memiliki kesiapan untuk

melakukan suatu tindakan, maka tidak melakukannya akan

menjengkelkan, 3) Ketika seseorang belum memiliki kesiapan melakukan

suatu tindakan tetapi dipaksa melakukannya, maka melakukannya akan

menjengkelkan.5 Keterkaitan pada hukum kesiapan belajar menurut

Thorndike mengatakan bahwa jika menghendaki dengaan apa yang

diharapkan dalam hasil belajar yang sesuai, individu perlu untuk disiapkan

untuk belajar. Kesiapan belajar sangat ditentukan oleh tingkat kedewasaan

individu dan pengalaman pada masing-masing individu. Secara umum,

4
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), 3.
5
B. R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning (Teori Belajar), (Jakarta,
Kencana Prenada Media, 2010), 64.
5

individu akan semakin memiliki kesiapan dalam belajar ketika individu

semakin dewasa.6

Ada beberapa aspek pada kesiapan dalam belajar, meliputi :

1) Kondisi fisik (keadaan pendengaran, penglihatan), Kondisi mental

(Kemampuan berkomunikasi, rasa percaya diri), Kondisi emosional

(Perasaan). 2) Suatu kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan yang

merupakan penunjang kesiapan belajar. 3) Suatu Keterampilan-

keterampilan (membaca, menulis, mengingat).7

Sudah hampir 2 tahun masa pandemi covid-19 terjadi, selama masa

pandemi aktivitas belajar mengajar di sekolah dan perguruan tinggi secara

tatap muka diberhentikan dan pembelajaran diganti secara jarak jauh dari

rumah menggunakan beberapa aplikasi online seperti Whatsapp, Google

Meet, Google Clasroom dan jenis lainya agar mengurangi kerumunan

sehingga dapat mencegah dalam penyebaran adanya covid-19. Saat ini

sebagian besar masyarakat baik dewasa maupun anak-anak di Indonesia

sudah melakukan vaksinasi untuk mengurangi penyebaran virus covid-19,

sehingga pembelajaran tatap muka kembali diberlakukan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Khusnul yang

merupakan guru agama di SDN 3 Mlorah, pada hari rabu, 26 Januari 2022.

Ibu Khusnul mengatakan bahwa SDN 3 Mlorah termasuk dalam wilayah

PPKM level 1, sehingga pembelajaran tatap muka dilakukan wajib setiap

hari. Sebelum pembelajaran tatap muka dilaksanakan, terlebih dahulu


6
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2017), 268.
7
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), 113.
6

diadakan sosialisasi wali murid tentang kesepakatan pelaksanaan

pembelajaran tatap muka dan siswa membawa bukti surat persetujuan

yang ditandatangani orang tua untuk melakukan belajar secara langsung di

sekolah. Dalam belajar secara langsung di sekolah ada ketentuan yang

diberlakukan yaitu jam pembelajaran dengan durasi maksimal 6 jam dalam

satu hari, mulai 07.00 WIB sampai 12.00 WIB. Pembelajaran tatap muka

dilakukan pada hari senin sampai sabtu dengan kapasitas siswa yang

mengikuti pembelajaran tatap muka 100% dari daya tampung kelas, siswa-

siswi dan guru diwajibkan mematuhi protokol kesehatan dan memakai

masker. Siswa-siswi kelas V SD Negeri 3 Mlorah, belum sepenuhnya siap

dalam menghadapi pembelajaran tatap muka hal ini dibuktikan saat hari

pertama pembelajaran tatap muka dari 65 siswa-siswi di kelas V A dan

kelas V B, ada 10 anak yang tidak datang ke sekolah dikarenakan, 2 siswa

tidak mengetahui kalau pembelajaran tatap muka sudah dilakukan, 2

siswa-siswi tidak masuk tanpa keterangan, 2 siswi sakit, 4 siswa tidak mau

berangkat sekolah karena terbiasa main game online.8

Menurut hasil wawancara dengan Ibu Darti yang merupakan guru

kelas di kelas V yang mengajar di SD Negeri 3 Mlorah, siswi dan siswa

yang sudah masuk sekolah mengikuti pembelajaran tatap muka juga tidak

sepenuhnya siap hal ini dibuktikan dengan kondisi fisik siswi-siswa yang

tidak konsentrasi mendengarkan ketika guru sedang menjelaskan mata

pelajaran di depan kelas. Saat dilakukan interaksi tanya jawab untuk maju

ke depan kelas. Kondisi mental siswa-siswi kelas V SD Negeri 3 Mlorah


8
Wawancara dengan Ibu Khusnul, guru agama di SDN 3 Mlorah.
7

yaitu tidak merespon guru dengan baik, mereka tidak percaya diri

berinteraksi dengan guru dan cenderung diam saat ditanya. Kondisi

emosional siswa-siswi selalu cemas menayakan jam pulang kepada guru

kelas mereka merasa tidak ada motivasi dalam belajar dikelas.

Keterampilan siswi dan siswa di kelas V SD Negeri 3 Mlorah dalam

membaca sudah baik, dalam menulis ada yang masih tidak rapi, dan dalam

mengingat pelajaran yang dijelaskan oleh guru sangat masih kurang. Siswi

dan siswa di SD Negeri 3 Mlorah kelas V masih kesulitan dalam

mengerjakan PR karena sering lupa materi yang disampaikan oleh guru di

kelas.9

Dari wawancara dengan siswa dan siswi SD Negeri 3 Mlorah di

kelas V, Rabu 26 januari 2022 sebanyak 65 siswa-siswi di kelas V A dan

kelas V B, ada 6 siswa tidak hadir di kelas dikarenakan 3 siswa sakit, 2

siswi izin, 1 siswa tanpa keterangan. Siswi dan siswa SD Negeri 3 Mlorah

di kelas V hadir dalam pembelajaran tatap muka dengan kondisi fisik

pendengaran dan penglihatan dalam keadaan sehat. Semua siswa-siswi

kelas V datang tepat waktu di sekolah sebelum pembelajaran di

laksanakan jam 7 pagi, yang menerapkan protocol kesehatan covid-19.

Kondisi mental siswa-siswi kelas V SD Negeri 3 Mlorah tidak percaya diri

saat ingin menanyakan materi yang kurang, cenderung diam tidak mau

berkomunikasi dengan guru sehingga mereka merasa kesulitan saat

mengerjakan PR. Kondisi emosional siswa-siswi kelas V SD Negeri 3

Mlorah di dalam kelas pembelajaran tatap muka, mereka merasa senang


9
Wawancara dengan Ibu Darti, guru kelas 5 di SDN 3 Mlorah.
8

karena belajar langsung dengan guru dan merasa senang bertemu dengan

banyak teman, akan tetapi mereka juga merasa cemas ingin segera pulang

karena melakukanan tatap muka di kelas membosankan. Siswi dan siswa

SD Negeri 3 Mlorah di kelas V mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan

dalam kesiapan belajar yaitu dari 65 siswa-siswi kelas V A dan kelas V B,

hanya 6 siswa-siswi yang mempelajari materi sebelum berangkat ke

sekolah sehingga siswa-siswi belum siap untuk belajar. Dari 65 siswi dan

siswa SD Negeri 3 Mlorah di kelas V A dan kelas V B, ada 5 yang tidak

mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam kesiapan belajar yaitu

tidak menyiapkan buku pelajaran dan peralatan belajar sebelum berangkat

sekolah. Keterampilan belajar siswi dan siswa SD Negeri 3 Mlorah di

kelas V untuk membaca, menulis serta mengingat hampir setengah dari 65

siswa mengatakan kesulitan dalam mengingat mata pelajaran yang

diberikan guru. Untuk keterampilan membaca sudah lancar, dan untuk

keterampilan menulis 55 siswa-siswi sudah rapi, 10 siswa sisanya masih

kurang rapi dan sering salah menulis.

Dengan adanya kondisi fisik, mental, emosional siswi dan siswa

SD Negeri 3 Mlorah di kelas V bermacam-macam serta keterampilan yang

dimiliki juga bermacam-macam, maka peneliti ingin mengamati dan

meneliti bagaimana hubungan kecerdasan emosional dan keterampilan

belajar dengan kesiapan belajar siswa dalam menghadapi pembelajaran

tatap muka di sekolah, yang mana sebelumnya belajar serta mengajar

dilakukan secara tidak langsung di rumah, disebabkan adanya wabah virus


9

covid-19. Sehingga semua siswa dapat menerima dengan siap perubahan

pembelajaran sesuai anjuran pemerintah yaitu pembelajaran daring di

rumah menjadi pembelajaran tatap muka di sekolah.10

Menurut Goleman, kecerdasan emosional yaitu kemampuan

individu untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi,

mengendalikan dorongan hati untuk tidak berlebihan dalam kesenangan,

mampu mengatur suasana hati serta mampu berempati.11

Hubungan kecerdasan emosional dengan kesiapan belajar yaitu jika

individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi maka individu

mampu untuk menggunakan suatu kemampuan kognitifnya secara

maksimal karena mampu mengelola perasaanya. Siswa yang memiliki

emosi yang baik dan mampu untuk kontrol diri yang baik sehingga lebih

bisa untuk menerapkan kesiapan dalam belajar.12 Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Aprilia Gustiani, dengan judul “Hubungan antara

kecerdasan emosional dengan kesiapan belajar mandiri pada siswa” yaitu

bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional

dengan kesiapan belajar mandiri pada siswa.13

Keterampilan adalah suatu kemampuan untuk melakukan suatu

kegiatan tertentu yang didapatkan dengan cara dilatih secara terus

menerus, sebab keterampilan secara sengaja diprogramkan melalui latihan

10
Wawancara dengan siswa-siswi kelas V SDN 3 Mlorah.
11
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama,2005), 514.
12
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2013), 88.
13
Aprilina Gustiyani, “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kesiapan Belajar
Mandiri Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Tuntang”, Juli 2015, (https://repository.ac.id, diakses
tanggal 22 Desember 2021).
10

terus menerus dan tidak datang sendiri secara otomatis. Menurut Budiarjo,

keterampilan belajar merupakan keahlian yang diperoleh individu dengan

proses latihan yang terus-menerus dan mencakup aspek optimalisasi cara-

cara belajar baik dalam domain kognitif, afektif ataupun psikomotor, hal

ini jika dihubungkan dengan makna belajar. Menurut Budiardjo

menjelaskan bahwa melalui keterampilan belajar, seseorang memiliki

kemampuan menetapkan langkah-langkah yang akan dilalui ketika

memasuki aktifitas belajar.14 Keterampilan belajar yaitu sesuatu sistem,

suatu metode, dan suatu teknik yang baik dikuasai oleh siswa tentang

materi belajar atau materi pengetahuan yang disampaikan oleh guru secara

afektif, tangkas dan efisien. Menurut Muhibbin, keterampilan dalam

belajar merupakan kegiatan yang berkaitan dengan otot-otot

neuromuscular dan urat-urat syaraf dan yang lazimnya tampak dalam

kegiatan-kegiatan jasmaniah seperti mengetok, menulis. Menurut Rai dwi

hastarita, keterampilan belajar merupakan sesuatu kemampuan yang

diperoleh siswa dan siswi secara dengan proses pelatihan secara terus-

menerus dan mencakup aspek yang terbaik tentang cara-cara belajar yang

baik, dalam cakupan afektif dan kognitif serta psikomotorik. Keterampilan

belajar meliputi : 1) keterampilan menulis, 2) keterampilan membaca, 3)

keterampilan mendengarkan, 4) keterampilan berbicara, 5) keterampilan

mengingat atau menghafal, 6) keterampilan berpikir kritis, 7) keterampilan

mengelola waktu, dan 8) keterampilan konsentrasi.15


14
Lily Budiarjo, Keterampilan Belajar, (Yogyakarta: Andi, 2007), 11.
15
Rai Dwi Hastarita, “Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan
Keterampilan Dalam Belajar”, 2013, (http://repository.upi.ac.id, diakses tanggal 22 Januari 2022).
11

Hubungan keterampilan belajar dengan kesiapan belajar yaitu

bahwa untuk mendukung kesiapan dalam belajar diperlukan siswa yang

terampil, seperti siswa yang membaca materi sebelum berangkat sekolah,

semangat berangkat bersekolah serta memilih tempat duduk di ruang

kelas, mencatat mata pelajaran yang diterangkan guru kelas, bertanya serta

menjawab ketika pembelajaran berlangsung, mengajukan argumen,

berusaha menjauhi sesuatu yang mengggangu dalam konsentrasi saat

belajar.16

Perubahan kegiatan belajar secara langsung di sekolah saat terjadi

wabah virus covid-19 saat ini, siswi dan siswa perlu untuk memiliki

kesiapan dalam belajarnya, di karenakan ketika siswa dan siswi memiliki

kesiapan dalam belajar, maka siswi dan siswa akan sangat mampu

memahami mata pelajaran yang dijelaskan oleh guru di kelas. Selanjutnya,

siswa harus mempunyai kecerdasan emosional yang baik, sehingga siswi

dan siswa akan mudah menempatkan dirinya sebagai peserta didik di

dalam kelas, mampu mengontrol emosi yang tidak menguntungkan dan

mengganggu ketika proses pembelajaran, dan mampu mengontrol diri

sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik. Keterampilan belajar

merupakan suatu sistem, suatu metode, dan suatu teknik yang baik

dikuasai oleh siswa tentang materi pengetahuan atau mata pelajaran yang

dijelaskan oleh guru secara tanggap dan mudah memahami. Keterampilan

16
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja RosdakaryaOffset, 1998), 120.
12

belajar yang baik sangat mendorong siswa dalam menerima pembelajaran

di sekolah.17

Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas peneliti sudah

menjelaskan, maka judul dari penelitian ini yaitu “Hubungan

Kecerdasan Emosional dan Keterampilan Belajar dengan Kesiapan

Belajar Siswa Menghadapi Pembelajaran Tatap Muka di SDN 3

Mlorah”.

B. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah dalam penelitian ini, maka diperlukan untuk

merumuskan masalah yang akan menjadi fokus dalam penelitian. Dalam

hal ini, peneliti merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan

penelitian yaitu :

1. Bagaimana hubungan kecerdasan emosional dengan kesiapan belajar

siswa menghadapi pembelajaran tatap muka di SD Negeri 3 Mlorah?

2. Bagaimana hubungan keterampilan belajar dengan kesiapan belajar

siswa mengahadapi pembelajaran tatap muka di SD Negeri 3 Mlorah?

3. Bagaimana hubungan kecerdasan emosional dan keterampilan belajar

dengan kesiapan belajar siswa menghadapi pembelajaran tatap muka di

SD Negeri 3 Mlorah?

C. Tujuan Penelitian

17
Sudarwan Danim, Khairil,Psikologi Pendidikan : Dalam Perspektif Baru, (Bandung: Alfabeta,
2010), 73.
13

Berdasarkan rumusan masalah diatas yang ditulis peneliti, tujuan dari

penelitian yaitu :

1. Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan kesiapan

belajar siswa menghadapi pembelajaran tatap muka di SD Negeri 3

Mlorah.

2. Untuk mengetahui hubungan keterampilan belajar dengan kesiapan

belajar siswa mengahadapi pembelajaran tatap muka di SD Negeri 3

Mlorah.

3. Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dan keterampilan

belajar dengan kesiapan belajar siswa menghadapi pembelajaran tatap

muka di SD Negeri 3 Mlorah

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan oleh peneliti dapat memberikan dua manfaat

atau kegunaan yaitu :

1. Manfaat secara teoritis

Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah ilmu

pengetahuan dalam bidang psikologi dan pendidikan . Penelitian ini

membuktikan teori dan untuk menguji tentang hubungan kecerdasan

emosional dan keterampilan belajar dengan kesiapan belajar siswa

menghadapi pembelajaran tatap muka di SD Negeri 3 Mlorah.

2. Manfaat secara praktis


14

a. Bagi Guru

Bagi guru, manfaat penelitian ini yaitu agar dapat meningkatkan dan

mengembangkan kecerdasan emosional dan keterampilan belajar

siswa dalam pembelajaran di kelas.

b. Bagi siswa

Bagi siswa, manfaat penelitian ini yaitu agar mampu mengontrol diri

dan memiliki keterampilan belajar yang baik sehingga bisa

menerapkan kesiapan belajar.

c. Bagi Peneliti

Bagi peneliti, manfaat penelitian ini yaitu untuk melatih dan

mengembangkan kemampuan dalam bidang penelitian dan

menambah pengetahuan tentang hubungan kecerdasan emosional

dan keterampilan belajar dengan kesiapan belajar siswa.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah uraian yang relevan dan terkait langsung

dengan persoalan yang akan dibahas tentang hasil-hasil penelitian yang

sudah dilakukan sebelumnya.18 Peneliti menemukan beberapa penelitian

yang hampir memiliki kesamaan dengan judul yang diangkat oleh penulis,

yaitu:

1. Dalam penelitian dengan judul “Hubungan antara kecerdasan emosional

dengan kesiapan belajar mandiri pada siswa kelas XI SMA Negeri 1

Tuntang” yang ditulis oleh Aprilia Gustiani, mahasiswi Psikologi

18
Tim Penyusun IAIN Kdiri, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah,(Kdiri : LPPM IAIN Kdiri,
2020), 60.
15

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Hasil dari

penelitian yaitu bahwa ketika kesiapan belajar mandiri siswa dan siswi

semakin tinggi sehingga siswa dan siswi mampu menempatkan perilaku

positif untuk menunjang segala proses belajar dan mendapatkan hasil

belajar yang diinginkan, maka terjadi juga kecerdasan emosional siswa

dan siswi semakin tinggi.19 Perbedaan dengan penelitian terdahulu

adalah terletak pada judul, disini peneliti menggunakan 3 variabel yang

mana variabel X2 (keterampilan belajar) dan penelitian terdahulu

menggunakan 2 variabel. Sedangkan persamaannya pada variabel X1

yaitu kecerdasan emosional dan variabel Y yaitu kesiapan belajar.

2. Pada penelitian dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan

Kematangan Emosi Dengan Kesiapan Belajar Anak TK B (Penelitian

pada anak kelompok B TK Tunas Harapan Krandegan Kecamatan

Bayan Kabupaten Purworejo)” yang ditulis Dari, mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Magelang. Dari penelitian menunjukkan

yaitu menunjukkan bahwa ada hubungan poistif dan signifikan antara

pola asuh orang tua dan kematangan emosi dengan kesiapan belajar

anak. Perbedaannya penelitian terdahulu adalah terletak pada judul,

peneliti menggunakan variabel X1 adalah Kecerdasan emosional dan X2

adalah Keterampilan belajar sedangkan peneliti terdahulu menggunakan

19
Aprilina Gustiyani, “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kesiapan Belajar
Mandiri Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Tuntang”, Juli 2015, (https://repository.ac.id, diakses
tanggal 22 Desember 2021).
16

variabel X1 adalah Pola asuh orang tua serta X2 adalah Kematangan

emosi.Persamaannya pada variabel Y yaitu kesiapan belajar.20

3. Pada penelitian dengan judul “Hubungan Kecerdasan Emosional

dengan Kesiapan Belajar Mandiri Mahasiswa di Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung” yang ditulis Indah Anita Dewi, mahasiswi di

Universitas Lampung. Hasil penelitian yaitu ada hubungan di antara

kecerdasan emosional dengan kesiapan belajar mandiri mahasiswa di

Universitas Lampung.21 Perbedaan penelitian terdahulu adalah terletak

pada judul, peneliti menggunakan 3 variabel yang mana variabel X 2

(keterampilan belajar) dan peneliti terdahulu menggunakan 2 variabel.

Sedangkan persamaannya pada variabel X1 adalah kecerdasan

emosional serta variabel Y adalah kesiapan belajar.

4. Pada penelitian dengan judul “Hubungan Adversity Quotient Dengan

Kesiapan Belajar Pada Mata Pelajaran PAI MAN 1 Kota Serang” yang

ditulis oleh Dede Fatchuroji, jurnal keilmuan dan pendidikan. Hasil

menunjukkan dari penelitian yaitu ada hubungan positif serta signifikan

antara adversity quotient dengan kesiapan belajar. 22 Perbedaan dengan

penelitian terdahulu adalah terletak pada judul, peneliti menggunakan 3

variabel, variabel X1 adalah Kecerdasan emosional dan X2 adalah

20
Dari, “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Kematangan Emosi dengan Kesiapan Belajar Anak
TK B (Penelitian pada anak kelompok B TK Tunas Harapan Krandegan Kecamatan Bayan
Kabupaten Purworejo)”, 2020, (http://eprintslib.ummgl.ac.id, diakses tanggal 22 Desember 2021).
21
Indah Anita Dewi, “Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kesiapan Belajar Mandiri
Mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung”, Jurnal Medula, 2, Januari 2020,
(http://juke.kedokteran.unila.ac.id, diakes tanggal 22 Desember 2021).
22
Dede Fatchuroji, “ Hubungan Adversity Quotient Dengan Kesiapan Belajar Pada Mata Pelajaran
PAI MAN 1 Serang”, jurnal keilmuan dan pendidikan, 2020, (http://www.jurnal.uinbanten.ac.id,
diakses tanggal 22 Desember 2021).
17

Keterampilan belajar sedangkan peneliti terdahulu yang variabel X

adalah Adversity Quotient. Persamaannya pada variabel Y yaitu

kesiapan belajar.

5. Pada penelitian dengan judul “Kontribusi Kompetensi Siswa dan

Pemanfaaatan Fasilitas Belajar di Sekolah Terhadap Kesiapan Belajar

Siswa” yang ditulis oleh Shine Suryadi Tanjung, mahasiswa Universitas

Neeri Padang. Hasil penelitian yaitu menunjukkan kemampuan siswi

serta pemanfaatan fasilitas untuk belajar di sekolah mendukung dalam

kesiapan siswa dalam belajar. Perbedaan dengan penelitian terdahulu

adalah terletak pada judul, peneliti menggunakan variabel X1 adalah

Kecerdasan emosional serta X2 adalah Keterampilan belajar sedangkan

peneliti terdahulu dengan variabel X1 (Kompetensi Siswa) dan variabel

X2 (Pemanfaatan fasilitas belajar). Persamaannya pada variabel Y yaitu

kesiapan belajar.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu pengertian yang memiliki dasar

suatu sifat dalam hal yang bisa diteliti. 23 Dalam penelitian ini, definisi

operasional yang menjadi acuan sebagai berikut :

1. Kecerdasan Emosional

Menurut Goleman, kecerdasan emosional yaitu kemampuan

individu untuk memberi motivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi

frustasi dan mengendalikan dorongan hati serta tidak berlebihan dalam

23
Tim Penyusun IAIN Kdiri, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah,(Kdiri : LPPM IAIN Kdiri,
2020), 60.
18

kesenangan, individu mampu mengatur suasana hati serta mampu

menjaga beban stress sehingga tidak mengganggu dalam kemampuan

berpikir, individu mampu berempati serta mampu untuk berdoa.24

Pada penelitian ini, kecerdasan emosional yang dimaksud yaitu

kecerdasan emosional siswi dan siswa kelas V dalam menghadapi

pembelajaran tatap muka di SD Negeri 3 Mlorah.

2. Keterampilan Belajar

Menurut Rai dwi hastarita, keterampilan belajar adalah suatu

kemampuan yang diperoleh siswa dan siswi secara dengan proses

pelatihan secara terus-menerus dan mencakup aspek yang terbaik

tentang cara-cara belajar yang baik, dalam cakupan afektif dan kognitif

serta psikomotorik.25.

Yang dimaksud keterampilan dalam belajar pada penelitian yang

diteliti adalah cara-cara belajar yang terampil pada peserta didik duduk

di jenjang V dalam menghadapi pembelajaran tatap muka di SD Negeri

3 Mlorah.

3. Kesiapan Belajar

Menurut Slameto, bahwa kesiapan dalam belajar adalah suatu

keseluruhan keadaan sesorang yang membuat seseorang merasa siap

untuk memberi jawaban di dalam cara tertentu dan respons terhadap

keadaan tertentu yang diperlukan dalam mencapai tujuan belajar.

24
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama,2005), 514.
25
Rai Dwi Hastarita, “Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan
Keterampilan Dalam Belajar”, 2013, (http://repository.upi.ac.id, diakses tanggal 22 Januari 2022).
19

Pada penelitian ini, dimaksud kesiapan belajar yaitu kesiapan siswi

belajar kelas V ketika proses belajar secara langsung di sekolah tatap

muka SD Negeri 3 Mlorah.

G. Hipotesis

Hipotesis yaitu perkiraan yang membutuhkan pembuktian kebenaraan

atau kesalahannya sehingga dapat terpecahkan suatu permasalahan dalam

judul yang peneliti akan diteliti.26 Pada penelitian yang diteliti, peneliti

membuat rumusan dan membuat pembuktian Hipotesis Alternatif (Ha)

serta Hipotesis Nihil (Ho) dan akan di lakukan pengujian kebenaran yaitu :

1. Ha : ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional

dengan kesiapan belajar siswa menghadapi pembelajaran tatap muka di

SDN 3 Mlorah.

Ho : tidak ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan

emosional dengan kesiapan belajar siswa menghadapi pembelajaran

tatap muka di SDN 3 Mlorah

2. Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan belajar

dengan kesiapan belajar siswa menghadapi pembelajaran tatap muka di

SDN 3 Mlorah.

Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan

belajar dengan kesiapan belajar siswa menghadapi pembelajaran tatap

muka di SDN 3 Mlorah.

26
Tim Penyusun IAIN Kdiri, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah,(Kdiri : LPPM IAIN Kdiri,
2020), 62.
20

3. Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional

dan keterampilan belajar dengan kesiapan belajar siswa mengahadapi

pembelajaran tatap muka di SDN 3 Mlorah.

Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan

emosional dan keterampilan belajar dengan kesiapan belajar siswa

mengahadapi pembelajaran tatap muka di SDN 3 Mlorah.


21

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kesiapan Belajar
1. Pengertian Kesiapan Belajar
Slameto menjelaskan bahwa kesiapan dalam belajar merupakan

keadaan yang secara keseluruhan pada sesorang yang menjadikan siap

dalam memberikan tanggapan secara tertentu terhadap suatu keadaan

yang diperlukan dalam mencapai tujuan belajar. Thorndike memberikan

penjelasan dalam buku yang ditulis oleh Slameto, kesiapan yaitu suatu

syarat digunakan dalam belajar ke tahap selanjutnya.27 Thorndike

mengatakan ada tiga jenis hukum dan prinsip- prinsip yang menjelaskan

tentang kegiatan belajar, yaitu 3 jenis hukum yang primer antara lain

meliputi, hukum kesiapan, hukum latihan, hukum efek.28

Thorndike mengemukakan suatu hukum yang disebut juga sebagai

Law of readiness (hukum kesiapan) yang terdiri atas 3 penjelasan

secara ringkas, antara lain :

a. Jika suatu konduksi unit siap menyalurkan, maka penyaluran akan

memuaskan.

b. Jika suatu konduksi unit siap untuk menyalurkan, maka tidak

menyalurkannya akan menjengkelkan.

27
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi,(Jakarta: Rineka Cipta, 2015), 113.
28
Purwa Prawira Atmaja, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru,(Jogjakarta:Ar-Ruzz
Media, 2017), 267.

21
22

c. Jika suatu konduksi unit belum siap untuk penyaluran dan dipaksa

untuk menyalurkan, maka penyaluran dengannya akan

menjengkelkan.

Dalam tulisan Thorndike yang harus diperhatikan adalah term

subjektif mungkin bisa menjadi tidak subjektif. contohnya, ketika

dimaksudkannya dengan “yang siap untuk disalurkan oleh konduksi

unit” adalah kesiapan dalam bertindak. bisa dikatakan diulang huukum

kesiapan belajar menurut Thorndike dengan menggunakan terminologi

kontemporer, yaitu :

1) individu akan melakukan tindakan akan memuaskan, jika individu

siap untuk melakukan suatu tindakan.

2) individu tidak melakukan tindakan akan menjengkelkan, jika

individu siap untuk melakukan suatu tindakan.

3) individu melakukan tindakan akan menjengkelkan, jika individu

belum siap melakukan suatu tindakan tetapi dipaksa melakukannya.

Yang dimaksud dengan keadaan yang memberi rasa puas yaitu

kondisi di mana tidak melakukan kegiatan untuk menghindar kegiatana,

selalu melakukan sesuatu dan mempertahankannya sesuatu keadaan

untuk mendapatkan keaadan itu. keadaan yang umumnya dijauhi atau

dihindari yaitu keadaan tak nyaman atau menjengkelkann.29

2. Aspek-Aspek Kesiapan Belajar


29
B. R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning (Teori Belajar), (Jakarta,
Kencana Prenada Media, 2010), 64.
23

Slameto mengemukakan bahwa aspek-aspek dalam kesiapan belajar

antara lain, sebagai berikut :

a. Kematangan, yaitu perkembangan serta pertumbuhan individu

mengalami kematangan yang disebabkan oleh suatu proses yang

menimbulkan perubahan perilaku. Pertumbuhan individu mendasari

perkembangannya, sedangkan perkembangan individu berkaitan

dengan fungsi yang dimiliki oleh tubuh dan jiwa. Jadi setiap individu

memiliki perbedaan dalam kematangannya. pelatihan yang diajarkan

saat sebelum anak matang maka tidak akan memberikan hasil.

b. Kecerdasan. Menurut J. Piaget, menjelaskan perkembangan

kecerdasan individu meliputi :

1) Perkembangan kognitif tahap pertama sensorimotor (usia 0-2

tahun)

Pada tahap ini, individu memiliki bermacam-macam reaksi reflek

yang belum teratur. Tahap awal ini akan terjadi suatu

perkembangan dengan tindakan sensori-motor dari yang biasa

sampai pada tindakan yang lebih sempurna.

2) Perkembangan kognitif tahap kedua pra operasional (usia 2-7

tahun)

Pada tahap ini, individu memulai belajar memberi nama pada

suatu objek dengan nama yang sama dengan apa yang dipahami

orang yang dewasa. Tahap kedua ini ditandai sebagai berikut: i.

Individu mendapatkan konsep dan ilmu pengetahuan, ii. Individu


24

memiliki kemampuan yang belum tetap, didapatkan dari proses

adaptasinya dengan lingkungan, iii. Individu belum mampu

berfikir secara sempurna dalam pikirannya, belum mampu untuk

membuat rencana suatu pengalaman yang dpelajari dengan

menggunakan tanda-tanda atau perangsang pancaindra, iv.

Individu memiliki sifat egosentris dalam arti berdasarkan

pengalamannya pada masa itu saja, dan memandang dunia

berdasarkan pengalamannya sendiri.

3) Perkembangan kognitif tahap ketiga konkret operasional ( usia

7-11 tahun)

Individu sudah mulai memikirkan dengan stabil dalam arti

skema pengamatan mulai diorganisasikan menjadi sistem

pengerjaan yang logis dan aktivitas batiniah (internal action).

Individu tidak lagi bertindak coba-coba salah, mulai dapat

berpikir lebih dulu akibat-akibat yang mungkin terjadi dari

perbuatan yang akan dilakukannya. Pada akhir period ini

individu telah menguasai prinsip menyimpan. individu masih

terikat pada objek-objekyang nyata.

4) Perkembangan kognitif tahap keempat formal operasional

(usia di atas 11 tahun)

Kemampuan individu tidak lagi terbatas pada objek-objek

yang nyata, dan sebagai berikut: i. individu dapat memandang

kemungkinan-kemungkinan yang ada melalui pemikirannya


25

(dapat memikirkan kemungkinan-kemungkinan), ii. individu

dapat mengorganisasikan situasi atau masalah, iii. individu

dapat berpikir dengan betul (dapat berpikir yang logis,

mengerti hubungan sebab akibat, memecahkan masalah atau

berpikir secara ilmiah).

3. Indikator Kesiapan Belajar

Slameto mengemukakan indikator kesiapan belajar yaitu sebagai

berikut :

a. Kondisi fisik individu meliputi : indera pengelihatan dan indera

pendengaran.

b. Kondisi mental yang meliputi : berani untuk berpendapat, berani

untuk bertanya.

c. Kondisi emosional yang meliputi : senang, nyaman, rilek.

d. Kebutuhan- kebutuhan, motif serta tujuan yang meliputi : datang

ke sekolah tepat waktu, belajar sebelum berangkat ke sekolah,

berusaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

e. Keterampilan yang meliputi : keterampilan dalam membaca dan

menulis pelajaran yang dijelaskan guru, keterampilan bertanya

serta menjawab, berdiskusi.

f. Pengetahuan yang meliputi : kemampuan dalam mengingat

pelajaran yang sudah dijelaskan guru, kemampuan dalam

membuat kesimpulan pelajaran yang sudah dipelajari.30


30
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), 113.
26

4. Prinsip-Prinsip Kesiapan Belajar

Menurut Slameto, dalam kesiapan belajar ada prinsip-prinsip

yang meliputi :

a. Keseluruhan aspek perkembangan dalam berinteraksi (saling

memberi pengaruh).

b. Kematangan pada jasmani dan rohani yaitu perlu untuk

mendapatkan manfaar dari hasil adaptasi yang didapatkan.

c. Pengalaman yang didapat individu mempunyai akibat yang

positif pada kesiapan belajar.

d. Kesiapan merupakan dasar untuk kegiatan tertentu yang

terbentuk dalam period tertentu dalam masa perkembangan

selama masa pembentukan.31

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Belajar

Faktor-faktor kesiapan dalam belajar dijelaskan oleh para ahli,

antara lain : Menurut Darsono, ada faktor-faktor yang memberi

pengaruh pada kesiapan belajar, antara lain :

a. Kondisi fisik yang tidak mendukung. yaitu ketika sakit akan

mempengaruhi faktor lain yang dibutuhkan untuk belajar.

b. Kondisi psikologis yang kurang baik. yaitu ketika gelisah dan

tertekan akan mengganggu dalam proses belajar.32

Djamarah mengemukakan bahwa faktor-faktor yang memberi

pengaruh kesiapan belajar sebagai berikut :

31
Ibid., 115.
32
Max Darsono, Belajar dan Pembelajaran, (Semarang:IKIP SemarangPress, 2008), 27.
27

a. Kesiapan pada fisik. Contohnya ketika tubuh tidak sakit (jauh

dari gangguan lesu, tidak mengantuk) akan mempengaruhi

proses belajar.

b. Kesiapan pada psikis. Contohnya ada hasrat untuk belajar, dapat

berkonsentrasi, dan memiliki motivasi belajar.

c. Kesiapan pada materiil. Contohnya ada bahan yang akan

dipelajari (buku bacaan, catatan).33

B. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional berasal dari dua kata, antara lain kata

“kecerdasan” dan kata “emosional”. Kecerdasan dalam Bahasa latin

dikenal sebagai intellectual dan intelligince, memiliki arti di dalam

bahasa indonesia yaitu kecerdasan atau intelegensi.34 Tim Cerdas

Edukasi bernama Davis Wechsler mengatakan bahwa kecerdasan

adalah semua kemampuan tampung yang dimiliki individu untuk

berpikir logika, bereaksi yang searah dengan tujuan, dan mengelola

lingkungan dengan baik.35 Menurut Edward Thorndike kecerdasan yaitu

kecakapan sesorang untuk memberikan tanggapan yang baik terhadap

stimulus yang diterima sesorang. William Sterm memberikan

penjelasan bahwa kecerdasan adalah kemampuan pada individu secara

33
Djamarah dan Syaiful Bahri, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta:Rineka Cipta, 2002), 35.
34
Hamzah Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta:Bumi Aksara, 2006), 58.
35
Tim-Cerdas Edukasi, Pintar Psikotes dan TPA, (Jakarta: Tangga Pustaka, 2013), 14.
28

umum dan sadar untuk menyelesaikan pemikirannya pada keadaan yang

diadapi.36

Emosi menurut Hamzah B. Uno yaitu mempraktikan tindakan

dengan secara langsung atau lebih jelas dan rinci, untuk

mengungkapkan perasaan. Emosi yaitu tindakan memberikan

pemahaman pada lingkungan terhadap perubahan jasmaniah yang

terjadi dalam memberi tanggapan terhadap suatu peristiwa. Emosi

secara dasar yaitu dorongan untuk melakukan tindakan, merencanakan

secara tiba-tiba untuk mengatasi masalah yang ditanamkan secara

bertahap dari generasi ke generasi selanjutnya. Goleman

mengungkapkan ada banyak emosi, yang diungkapkan bersama dengan

pencampuran, bentuk, dan duansanya. Ada beberapa emosi dan

dikelompokkan sebagai berikut : kemarahan (mengamuk, bringas,

jengkel, kesal hati, marah yang besar, merasa diganggu, merasa pahit,

berang, merasa disinggung, musuhan), rasa takut (cemas, takut, tidak

tenang, gugup, khawatir, waspada,), kesedihan (sedih, muram, suram,

pedih, melankolis, mengasihani diri, putus asa), kenikmatan (bahagia,

gembira, riang, senang, bangga, rasa puas), cinta (penerimaan,

persahabatan, hormat, kasih, kepercayaan), terkejut (takjub, terpana,

malu, rasa salah), jengkel (hina, muak, mual, jijik, benci, tidak suka),

malu (rasa salah, mulu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur

lebur).37
36
Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), 155.
37
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi,
2006), 64.
29

Daniel Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah

kecakapan seperti kecakapan untuk pengendalian dorongan dalam hati

serta tidak kelebihan dalam menyenangkan diri, memberi motivasi diri

sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengatur suasana hati,

berempati dan berdoa, menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan

kecakapan berpikir.38 Menurut Goleman, kecerdasan emosional yaitu

suatu kesensitifan terhadap situasi, untuk membaca emosi dan gerak-

gerik orang lain serta emosi diri sendiri untuk melakukan tindakan yang

benar.39

Shapiro menjelaskan bahwa kecerdasan emosi adalah sesuatu

kumpulan fungsi jiwa yang melibatkan kecakapan memantau frekuensi

perasan atau emosi yang baik pada diri sendiri serta perasan atau emosi

orang lain.40 Menurut Salovey dan Mayer dalam Lawrence kecerdasan

emosional merupakan kumpulan bagian dari kecerdasan sosial yang

melibatkan kecakapan untuk pantau perasaan dan emosi yang baik pada

diri sendiri serta pada orang lain, memilih sesuatu yang diperoleh dan

mempergunakan informasi dalam pembimbingan terhadap pemikiran

dan perilaku.41

Mayer dan Cobb mengatakan bahwa pada pusat kecerdasan

emosional ada 4 kecakapan meluas, adalah memersepsi,

38
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi Terjemahan Alex Tri
Kantjono Widodo (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2005),514.
39
Adreas Hartono,EQ Parenting, (Jakarta: Gramedia Pustaka,2012), 7-8.
40
Shapiro,E.L, Mengajarkan Emotional Inteligence Pada Anak,(Jakarta: Gramedia Pustaka,
2001),51.
41
Saefullah,Psikologi Perkembangan dan Pendidikan (Bandung : Pustaka Setia, 2012),179.
30

mengintegrasikan, memberi pemahaman, serta mengelola emosi. Baron

memberi penjelasan bahwa apabila individu tidak mampu memersepsi

perasaan yang dirasa, individu mampu membuat pilihan yang baik

tentang bagaimana manajemen waktu, pekerjaan, hubungan. Wood dan

Wood mengatakan bahwa seseorang yang mampu memersepsi dan

pemahaman terhadap emosi orang lain biasanya dengan membaca

isyarat-syarat non-verbal dan memberi respon secara tepat lebih bisa

dalam bekerjasama dengan orang dan bisa disebut sebagai pemimpin.

Apabila individu tidak dapat mengintegrasikan emosinya tentang situasi

dan memahami emosi pada dirinya, maka akan sulit

mengkomunikasikan perasaannya. Individu harus mengelola emosi

untuk memberi fokus energy, memberi pertahanan, memberi kontrol

impuls- impuls dan tunda rasa puas segeraa. Manajemen emosi ini

penting sangat dalam sekolah bagi siswa agar bisa menjadi siswa yang

baik.42

2. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional

Menurut Daniel Goleman, aspek-aspek kecerdasan emosional

dikelompokkan dalam 5 kelompok, antara lain:

a. Mengenali emosi diri

42
Anita Woolfolk, Educational Psyhology Active Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),
174.
31

Mengenali emosi dalam diri yaitu kecakapan individu dalam

mengenali perasaan ketika perasaan itu terjadi. Kecakapan

mengenali emosi merupakan dasar dari kecerdasan emosioan, yaitu

kesadaran individu terhadap emosinya.

b. Mengelola emosi

Mengelola suatu emosi yaitu kecakapan individu dalam

menangani perasaan sehingga dapat terungkap secara tepat, sehingga

mampu mencapai keseimbangan diri pada individu. Kemampuan

mengelola emosi ini mencakup kecakapan untuk bangkit dari

perasaan-perasaan yang menekan, menghibur diri sendiri,

melepaskan rasa kesinggungan dan kemurungan serta kecemasan.

c. Memotivasi diri sendiri

Memotivasi diri sendiri yaitu tindakan untuk melaksanakan suatu

sehingga membuat individu mampu sampai pada tujuan serta

membantu untuk menentukan keputusan dan melakukan tindakan

secara tepat. Dalam meraih prestasi, individu harus mempunyai

ketekunan untuk menahan diri dari rasa puas dan mengendalikan

dorongan hati serta mempunyai perasaan motivasi yang positif,

meliputi : optimis, antusianisme, gairah, keyakinan diri.

d. Mengenali emosi orang lain

Mengenali emosi orang lain yaitu kecakapan individu untuk

mengenali orang lain atau peduli. Kecakapan ini disebut juga dengan
32

empati, kemampuan mengetahui bagaimana perasaan yang dirasakan

orang lain.

e. Membina hubungan

Membina hubungan yaitu suatu keterampilan sosial yang

mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain.43

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Menurut Daniel Goleman, faktor-faktor yang mempengaruhi

kecerdasan emosional dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Internal

Faktor internal yaitu faktor yang terjadi secara adanya dalam diri

individu yang memberi pengaruh kecerdasan emosi. Faktor internal

mempunyai 2 sumber yaitu segi dalam jasmani dan segi dalam

psikologi. Segi jasmani adalah faktor fisik dan kesehatan individu,

apabila fisik dan kesehatan individu terganggu akan memberi

pengaruh proses kecerdasan emosi. Segi psikologi adalah

pengalaman, kecakapan berpikir dan memotivasi.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu stimulus dari lingkungan di mana

kecerdasan emosinya terjadi secara langsung. Faktor eksternal yaitu:

a) Stimulus itu sendiri, stimulus yaitu suatu faktor yang memberi

pengaruh yang berhasil individu dalam memberi perlakuan

kecerdasan emosinya, b) Lingkungan serta kondisi yang

43
Tutu April,EQOrang Tua VS EQ Anak,(Yogyakarta: Locus, 2009),10.
33

melatarbelakangi kecerdasan emosi. Objek dalam lingkungan yang

melatarbelakangi merupakan kebulatan yang susah terpisah.

Goleman memberi pernyataan bahwa lingkungan keluarga adalah

tempat yang utama untuk belajar memahami emosi, cara bagaimana

merasakan perasaan sendiri serta seperti apa orang lain menanggapi

perasaan individu lainnya, serta merupakan lingkungan yang akrab

dipelajari. Seperti apa memikirkan tentang perasaan-perasaan dan

memilih apa yang dimiliki untuk melakukan interaksi dan seperti apa

untuk baca dan ungkapkan rasa takut juga harapan.44

4. Usaha-Usaha Pengembangan Kecerdasan Emosional

Guru melakukan komunikasi dengan peserta didik di sekolah dalam

pengembangan kecerdasan emosional peserta didik. Mansyur isna

mengatakan bahwa ada berbagai cara untuk meningkatkan kecerdasan

emosional peserta didik, sebagai berikut:

a. Lingkungan di sekolah yang nyaman untuk siswa, adalah guru yang

memahami kondisi siswa.

b. Siswa harus memiliki perasaam dapat melakukan tugas yang

diberikan oleh guru.

c. Guru terbuka mendapat kritikan dari peserta didik tanpa

memperlihatkan jengkel dan rasa marah. Peserta didik akan

mempunyai kemampuan mengendalikan emosi apabila guru

memahami peserta didik.

44
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi Terjemahan Alex Tri
Kantjono Widodo(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005),268.
34

d. Guru harus membantu siswa menyalurkan emosi mereka melalui

kegiatan yang positif dan membangun.45

5. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional Tinggi dan Rendah

Goleman mengatakan bahwa karakteristik seseorang yang

mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi atau rendah yaitu:

a. Kecerdasan emosional yang tinggi adalah seseorang yang dapat tidak

agresif, mengendalikan perasaan marah, memikirkan akibat sebelum

bertindak, dan memiliki kesabaran, sadar dengan perasaan diri

sendiri, berupaya dan memiliki kekuatan untuk meraih cita-cita yang

menjadi tujuan hidupnya, dan dapat berempati dengan individu

lainnya. Mampu mengendalikan perasaan negative, memiliki konsep

dalam diri positif, menjalin persahabatan yang mudah dengan orang

lain, mampu dalah berkomunikasi, serta mampu selesaikan masalah

sosial secara damai.

b. Kecerdasan emosional yang rendah yaitu individu yang bertindak

mengikuti perasaan tanpa memikirkan akibatnya, pemarah, bertindak

agresif dan tidak sabar, mudah putus asa, kurang peka terhadap

perasaan diri sendiri dan orang lain, tidak dapat mengendalikan

perasaan negatif, mudah terpengaruh oleh perasaan negative,

memiliki konsep diri yang negatif, dan menyelesaikan masalah sosial

dengan kekerasan.46

C. Keterampilan Belajar
45
Mansyur Isna,Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta:Global Pustaka Utama, 2001), 90.
46
Daniel Goleman,Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi Terjemahan Alex Tri
Kantjono Widodo(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005).
35

1. Pengertian Keterampilan Belajar

Keterampilan merupakan kemampuan melaksanakan suatu kegiatan

tertentu oleh individu memperolehnya dengan berlatih secara terus

menerus, keterampilan dalam belajar terjadi dengan cara dilatihkan

secara terus menerus. Menurut Budiarjo, menjelaskan arti dari

keterampilan yang dihubungkan dengan belajar, keterampilan belajar

yaitu individu yang mendapatkan keahlian dengan proses latihan secara

terus menerus dan dalam cakupan aspek optimalisasi cara-cara belajar

baik dalam domain kognitif, afektif ataupun psikomotor. Budiardjo

menjelaskan dengan keterampilan belajar, individu mempunyai

kecakapan untuk penetapan tahap-tahap yang akan dijalani ketika

masuk dalam aktifitas belajar.47

Keterampilan belajar merupakan suatu kecakapan yang telah dimiliki

oleh peserta didik untuk bisa berhasil ketika proses belajar di kelas

dengan memahami materi yang telah dipelajari. Bisa diartikan juga

bahwa, keterampilan belajar adalah suatu kecakapan yang tertentu

dimiliki oleh peserta didik, apabila kecakapan terseebut dilatih secara

terus-menerus sehingga menjadikan kebiasaan yang baik untuk peserta

didik untuk belajar.48 Menurut Marshak dan Burkle dalam Maher dan

Zins, keterampilan belajar adalah aktivitas yang membutuhkan sadar

yang tinggi, bisa juga dikatakan bersifat neuromuscular. Keterampilan

belajar adalah kegiatan yang membutuhkan kemampuan intelektualitas

47
Lily Budiarjo, Keterampilan Belajar,(Yogyakarta: Andi, 2007),11.
48
Hermawan Nirwana, Belajar dan Pembelajaran,(Padang: FIP UNP,2002),131.
36

serta perhatian. Untuk memperoleh, mengungkapkan pengetahuan,

mempertahankan, dan menyelesaikan persoalan dibutuhkan

keterampilan belajar yang baik.49

2. Aspek-Aspek Keterampilan Belajar

Aspek-aspek keterampilan belajar menurut Rai Dwi Hastarita yaitu

sebagai berikut:

a. Keterampilan menulis, yaitu suatu aktivitas untuk membuat tulisan

tentang informasi dengan menggunakan aksara.

b. Keterampilan membaca, yaitu suatu aktivitas untuk mendapatkan

informasi dari suatu catatan atau tertulis.

c. Keterampilan mendengarkan, yaitu suatu kegiatan yang

membutuhkan konsentrasi untuk mendengarkan seseorang yang

sedang menyampaikan informasi.

d. Keterampilan berbicara, yaitu suatu kegiatan berkomunikasi dengan

orang lain.

e. Keterampilan mengingat atau menghafal, yaitu mengingat kembali

informasi yang telah di dapatkan sebelumnya, jika dilakukan dengan

berulang-ulang sehingga menjadi hafal.

f. Keterampilan berpikir kritis, yaitu suatu kegiatan dalam menyikapi

permasalahan tidak berperilaku terburu-buru, berpikir secara matang

serta menyikapi suatu hal yang tidak tepat dengan baik.

49
Devi Hendrayani, “Keterampilan Belajar”, https://tariaridevibayu.weebly.com,diakses tanggal
11 Januari 2022.
37

g. Keterampilan mengelola waktu, yaitu melaksanakan kegiatan dengan

waktu yang tepat dan segera dilaksanakan.

h. Keterampilan konsentrasi, yaitu suatu kegiatan yang dikerjakan

secara fokus.50

3. Latihan-Latihan Keterampilan Belajar


Menurut Satgasus 3SCPD, ada beberapa langkah-langkah sebagai
latihan keterampilan peserta didik dalam kegiatan belajar di kelas yaitu,
sebagai berikut :
a. Memilih kursi yang nyaman di dalam kelas
b. Membuat catatan tentang materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru
c. Bertanya dan menjawab pertanyaan
d. Mengemukakan pendapat ketika berdiskusi
e. Berusaha untuk menjauhkan diri dari hal yang dapat mengganggu
konsentrasi dalam belajar.51
4. Cara Memperoleh Keterampilan Belajar
Cara untuk memperoleh keterampilan dalam belajar yaitu metode
coba dan berhasil. Metode ini merupakan pengulangan yang dilakukan
oleh seorang pemula yang sangat bersemangat untuk berhasil. Ketika
sesuatu tindakan dilakukan maka ia akan cenderung melekat lama bila
dikerjakan dengan senang hati, namun akan mudah terlupakan bila
dikerjakan dengan paksa. Jika pelajar atau siswa bersemangat,
keberhasilan akan membawa kesenangan. Namun jika pelajar atau
siswa bersedih, kegagalan akan membawa kesedihan. Ada
kecenderungan tindakan yang sukses akan diulang lagi, sedangkan
tindakan yang gagal akan dihentikan. Metode ini sangat cocok untuk
anak-anak kecil.52 Namun untuk meningkatkan keterampilan belajar
yaitu dengan cara sebagai berikut:
50
Rai DwiHastarita,“Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan
Keterampilan Belajar”,2013, (http://repository.upi.ac.id, diakses tanggal 22 Januari 2022).
51
Ibid.
38

a. Mendengarkan, yaitu proses mendengarkan ketika guru


menyampaikan materi dan menulis kesimpulan yang penting untuk
dipahami.
b. Menulis dan Mencatat, yaitu proses membuat tulisan dan membuat
catatan pelajaran dari disampaikan guru ketika menjelaskan materi.
Siswa dalam membuat catatan harus sadar kebutuhan dan tujuannya
serta menggunakan seperangkat tertentu agar catatan itu nantinya
berguna bagi pencapaian tujuan belajar.
c. Mengingat yaitu kecakapan jiwa dalam memasukan, menyimpan,
dan memunculkan kembali hal-hal yang sudah lampau. Siswa dalam
aktivitas belajar akan mengingat rumus, pengertian, dan
sebagainya.53
d. Membuat tulisan dan catatan kecil ketika pembelajaran yaitu
membuat tulisan tentang kesimpulan materi yang sudah dibahas di
kelas. Tulisan dan catatan kecil dapat membantu siswa dalam
pengulangan materi saat diadakan ujian sekolah.
e. Mengerjakan dan menjawab soal-soal yaitu pada buku pelajaran
dibagian akhir, ada sejumlah soal yang dapat membantuu peserta
didik untuk ingat materi yang telah dipelajari dalam pelajaran dan
memberikan wawasan pengetahuan yang luas bagi siswa pada materi
pelajaran.
f. Membuat rangkuman yaitu menyusun dan membuat rangkuman
mengenai pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik dan
jelas serta mudah dipahami. Rangkuman memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengevaluasi isi pengetahuan yang telah
dikuasai, merefleksikan materi yang dipelajari serta mengingat
kembali. 54

52
Hughes A. G,Learning & Teaching: Pengantar Psikologi Pembelajaran Modern,(Bandung:
Nuansa, 2012), 255.
53
Syaiful Bahri Djamarah,Psikologi Belajar,(Jakarta: Rineka Cipta, 2002),38.
54
M. Ngalim Purwanto,Psikologi Pendidikan,(Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1998),116.
39

5. Saran-Saran yang Diperlukan untuk Terampil dalam Persiapan


Belajar
Crow and Crow menjelaskan bahwa ada beberapa saran yang
dibutuhkan untuk terampil kesiapan dalam belajar yaitu:
a. Belajar untuk membaca secara baik, yaitu pandai dalam membaca
sangat dibutuhkan untuk mendapatkan pengetahuan dan memahami
isi buku yang dibaca. Bahan-bahan dalam buku, harus diusahakan
untuk mengerti isi buku tersebut.
b. Mempelajari dan menguasai bahan belajar yang sukar dipahami
ketika sedang mempelajarinya, yaitu memelajari dengan baik-baik
poin-poin yang sukar untuk bisa dipelajari, membuat catatan ketika
dalam belajar sangat dibutuhkan.
c. Buatlah outline dan tulisan atau catatan pada waktu belajar, yaitu
tulisan atau catatan tentang bahan bacaan atau materi yang dapat
memberi kesimpulan secara menyeluruh tentang pelajaran yang di
baca.
d. Mengerjakan atau menjawab soal-soal, yaitu biasanya terdapat
sejumlah pertanyaan pada akhir bab buku pelajaran yang dapat
membantu siswa untuk mengingat kembali materi yang telah
dipelajari dan meluaskan wawasan ilmu kepada siswa tentang
sesuatu yang berhubungan dengan isi materi bab tersebut.
e. Buatlah rangkuman, yaitu membuat dan merangkum yang jelas serta

baik juga akan mudah untuk memahaminya. Hal tersebut sangat

bergantung pada bagaimana siswa dalam belajar, siswa akan

semakin pandai siswa membuat rangkuman maka semakin mudah

baginya untuk memahami isi rangkuman atau mengulang kembali

materi yang telah didapatkan. Merangkum materi membuat siswa


40

mampu untuk mengingat kembali, mengevaluasi isi materi,

merefleksikan, serta memahami pengetahuan yang telah dipelajari.55

D. Hubungan Kecerdasan Emosional (X1) dan Keterampilan Belajar (X2)

dengan Kesiapan Belajar (Y)

1. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kesiapan Belajar

Menurut Salovey dan Mayer bahwa kecerdasan emosional

merupakan wilayah awal yang sebagai berikut : pertama, mengenali

emosi diri sendiri meliputi kesadaran diri, tenggelam dalam

permasalahan, berserah diri. Jika anak menunjukkan perilaku atau

respons positif pada tanda-tanda ini memiliki arti ia sudah mempunyai

perkembangan emosional yang sudah baik.

Kedua mengelola emosi meliputi melepaskan kecemasan, kecakapan

menguasai diri individu sendiri, kemurungan atau ketersinggungan,

serta mampu menyenangkan dirinya sendiri, serta akibat-akibat yang

timbul karena kegagalan dalam mengelola emosi. Anak yang mampu

mengelola emosi akan dapat meredamkan kembali kekacauan yang

dirasakan maka mampu tumbuh lagi.

Ketiga, kecakapan anak dalam memberi motivasi pada diri individu

sendiri yaitu pengendalian dorongan hati, mampu untuk memikirkan hal

yang positif dan optimis. individu yang memiliki keterampilan dalam

memberi motivasi diri sendiri secara baik cenderung lebih

menggunakan waktu secara baik untuk kegiatan yang bermanfaat dan

efektif dalam segala kegiatan yang dikerjakannya.


55
M. Ngalim Purwanto,Psikologi Pendidikan,(Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1998), 117.
41

Keempat, mengenali emosi orang lain (empati). Menurut Salovey

dan Mayer, individu yang memiliki kemampuan memahami tentang

emosi individu lainnya akan mudah bergaul dengan masyarakat yang

luas.

Kelima, membina hubungan dengan orang lain merupakan

kemampuan mengelola emosi yang meliputi keberhasilan hubungan

antarpribadi.56 Dalam kesiapan belajar, aspek kondisi mental individu

yang menyangkut kecerdasan, bahwa anak yang memiliki bakat yang

baik, kemungkinan anak akan mampu untuk melakukan tugas- tugas

yang lebih tinggi. Kondisi emosional memberi pengaruh terhadap

kesiapan untuk berbuat suatu hal.57

Dari uraian kecerdasan emosional tersebut, dapat diketahui bahwa

kecerdasan emosional anak dalam kesiapan belajar sangat penting.

Dapat tidaknya individu mempelajari sesuatu dengan berhasil baik

dipengaruhi atau ditentukan pula oleh taraf kecerdasan emosionalnya.58

Ada beberapa penelitian yang membahas tentang hubungan

kecerdasan emosional dengan kesiapan belajar, yaitu sebagai berikut :

Aprilia Gustiani, pada penelitian dengan judul “Hubungan antara

kecerdasan emosional dengan kesiapan belajar mandiri pada siswa kelas

XI SMA Negeri 1 Tuntang”. Hasil penelitian ini adalah nilai koefisien

korelasi yang diperoleh dengan menggunakan rumus korelasi pearson

56
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2017), 160.
57
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), 114.
58
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1998), 103.
42

product moment sebesar rxy = 0,693, p = 0,000 (p<0,05) maka H o

ditolak dan H1 diterima. Hal tersebut menujukkan bahwa ada hubungan

positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan kesiapan

belajar mandiri pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tuntang.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu semakin tinggi kecerdasan

emosional siswa maka semakin tinggi pula kesiapan belajar mandirinya

sehingga mereka mampu menempatkan perilaku positif untuk

menunjang segala proses pembelajaran dan mendapatkan hasil yang

diinginkan.59

Indah Anita Dewi, pada penelitian dengan judul “Hubungan

Kecerdasan Emosional dengan Kesiapan Belajar Mandiri Mahasiswa di

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung”. Hasil penelitian yaitu hasil

analisis univariat tingkat kecerdasan emosional yang paling banyak

dialami oleh responden yaitu kecerdasan emosional tinggi 83,9%,

sedang 16,1% dan tidak ada kecerdasan emosional ren. Responden

dengan kesiapan belajar mandiri tinggi 78,4%, sedang 21,6% dan tidak

ada kesiapan belajar mandiri rendah. Analisis bivariate dengan uji chi

square didapatkan nilai p<0,05. Kesimpulan penelitian ini bahwa ada

hubungan antara kecerdasan emosional dengan kesiapan belajar mandiri

mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.60

59
Aprilina Gustiyani, “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kesiapan Belajar
Mandiri Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Tuntang”, Juli 2015, (https://repository.ac.id, diakses
tanggal 22 Desember 2021).
60
Indah Anita Dewi, “Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kesiapan Belajar Mandiri
Mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung”, Jurnal Medula, 2, Januari 2020,
(http://juke.kedokteran.unila.ac.id, diakes tanggal 22 Desember 2021).
43

Berdasarkan penelitian Aprilia Gustiani dan penelitian Indah Anita

Dewi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kecerdasan

emosional dengan kesiapan belajar, sehingga kecerdasan emosional

memegang peranan dalam kesiapan belajar siswa.

E. Hubungan Keterampilan Belajar dengan Kesiapan Belajar

Hubungan kesiapan belajar dengan keterampilan belajar yaitu bahwa

ketika anak-anak terampil bergerak dan menguasai bahan-bahan yang

dipergunakan untuk belajar, energi mereka akan semakin meningkat dan

siap untuk apa saja.61 Menjadi terampil diperlukan perhatian dan latihan

secara terus-menerus.62 Siswa yang terampil adalah ketika siswa

melakukan kegiatan belajar secara tepat, cekatan dan semangat yang

diperoleh dengan cara melatih dan membiasakan diri terus menerus,

sehingga peserta didik memiliki kesiapan dalam belajar dengan baik untuk

mengikuti pembelajaran di dalam kelas.63

Keterampilan siswa dalam belajar mendukung kesiapan belajarnya,

seperti siswa yang membaca materi sebelum berangkat sekolah, semangat

berangkat menuju sekolah serta memilih tempat duduk di kelas, membuat

catatan dari materi yang disampaikan guru di depan kelas, bertanya serta

menjawab ketika kegiatan belajar berlangsung, menyampaikan argumen,

berusaha menjauhkan diri dari berbagai hal yang mengggangu dalam

61
Hughes A. G, Learning & Teaching: Pengantar Psikologi Pembelajaran Modern,(Bandung:
Nuansa, 2012), 257.
62
Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011),100.
63
Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 129.
44

konsentrasi dalam belajar. Sehingga energi yang dimiliki siswa akan

semakin meningkat dan siswa akan siap untuk belajar. 64

Wahyu Widyatrini, dalam penelitian berjudul “Metode Bermain Peran

Dalam Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V”.65 Hasil penelitian yaitu

keterampilan siswa dalam berbicara melibatkan beberapa faktor, meliputi

kesiapan belajar, kesiapan berpikir, kesiapan mempraktikan, motivasi dan

bimbingan. Siswa mampu menguasai semua faktor-faktor dengan baik

dengan menggunakan metode bermain peran dalam keterampilan berbicara

sehingga siswa dapat mencapai keberhasilan dalam belajar.

Ida Umami, dalam penelitian berjudul “Learning Skills As Part Content

Mastery Service In Guidance Counseling”.66 Hasil penelitian menunjukkan

bahwa keterampilan belajar yang baik akan memudahkan kesiapan siswa

dalam belajar. Sehingga siswa dapat menguasai materi pelajaran dan

berbagai tuntutan dalam mencapai keberhasilan belajar.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

keterampilan belajar berperan untuk mendukung kesiapan belajar siswa

yang baik untuk melakukan kegiatan belajar di kelas.

F. Hubungan Kecerdasan Emosional dan Keterampilan Belajar dengan

Kesiapan Belajar

64
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1998), 120.
65
Wahyu Widyatrini, “Metode Bermain Peran Dalam Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V”,
(http://id.scribd.com, diakses tanggal 22 Desember 2021).
66
Ida Umami, “ Learning Skills As Part Content Mastery Service In Guidance Counseling”, Journal
of Guidance and Counseling, 2015, (http://ojs.fkip.ummetro.ac.id, diakses tanggal 22 Desember
2021).
45

Hubungan kecerdasan emosional dan keterampilan belajar dengan

kesiapan belajar yaitu kecerdasan emosional dan keterampilan belajar

mendukung kesiapan dalam belajar. Siswa yang memiliki kecerdasan

emosi yang tinggi akan mampu mempergunakan kecakapan kognitifnya

secara maksimal, karena siswa mampu mengelola dengan baik perasaanya.

Siswa yang memiliki emosi stabil dan pengontrolan diri yang baik

berpotensi lebih besar menerapkan kesiapan pembelajaran. 67 Selain itu,

untuk mendukung kesiapan dalam belajar, maka siswa perlu terampil

bergerak dan menguasai bahan-bahan yang dipergunakan untuk belajar,

seperti siswa yang membaca materi sebelum berangkat sekolah, semangat

berangkat sekolah dan memilih tempat duduk di kelas, membuat catatan

dari materi yang disampaikan guru di depan kelas, bertanya serta

menjawab ketika kegiatan belajar berlangsung, menyampaikan argumen,

berusaha menjauhkan diri dari apapun hal yang menggangu konsentrasi

dalam belajar. Sehingga energi dimiliki siswa akan semakin meningkat

dan siswa akan siap untuk belajar.68 Dari penjelasan di atas, dapat

diketahui bahwa kecerdasan emosional dan keterampilan belajar

memberikan peran penting untuk mendukung kesiapan belajar siswa.

67
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2013), 88.
68
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1998), 120.
46

Bagan Hubungan X1 dan X2 dengan Y

Kecerdasan Emosional (X1)

Aspek-aspek :
1. Mengenali emosi diri Kesiapan Belajar (Y)
2. Mengelola emosi
3. Memotivasi diri sendiri
Aspek-aspek :
4.Mengenali emosi orang lain
1. Kondisi Fisik
5. Membina hubungan
2. Kondisi Mental

Keterampilan Belajar (X2) 3.Kondisi Emosional


4. Kebutuhan-kebutuhan
5. Keterampilan
Aspek-aspek :
1. Keterampilan mengelola waktu
2. Keterampilan membaca
3. Keterampilan konsentrasi
4. Keterampilan menulis
5. Keterampilan mengingat
6. Keterampilan mendengarkan
7. Keterampilan berbicara
8. Keterampilan berpikir kritis
47

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian

kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada data-data numerikal

(angka). Data penelitian kuantitatif diolah dengan metode statistic

menggunakan pendekatan kuantitatif akan diperoleh signifikansi hubungan

antar variable yang diteliti atau perbedaan kelompok 69


Dalam rancangan

penelitian ini, peneliti menggunakan variabel yaitu :

1. Variabel independent (variabel bebas)

Variabel bebas yaitu suatu variabel yang variasinya mempengaruhi

variabel lain.70 Dalam penelitian ini, variabel bebasnya yaitu :

a. Variabel bebas 1 (X1)

Variabel bebas yaitu suatu variabel yang variasinya

mempengaruhi variabel lain.71 Dalam penelitian ini, variabel bebas

(X1) yaitu kecerdasan emosional.

b. Variabel bebas 2 (X2)

69
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogtakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2020), 5.
70
Ibid., 62.
71
Ibid., 62.
48

Variabel bebas yaitu suatu variabel yang variasinya

mempengaruhi variabel lain.72 Dalam penelitian ini, variabel bebas

(X2) yaitu keterampilan belajar.

2. Variabel dependent (variabel terikat)

Variabel terikat yaitu suatu variabel penelitian yang diukur untuk

mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain.73 Dalam


47
penelitian ini, variabel terikatnya adalah kesiapan belajar.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan suatu kelompok individu yang hendak dikenai

suatu proses yang menghasilkan kesimpulan hasil penelitian. Populasi

merupakan kelompok individu yang memiliki karakteristik-karakteristik

dan ciri-ciri yang tertentu akan diteliti. 74 Sugiyono mengatakan bahwa

populasi yaitu wilayah suatu proses yang menghasilkan kesimpulan

yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.75

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V SD Negeri

3 Mlorah. Jumlah siswa-siswi kelas V SD Negeri 3 Mlorah yaitu

sebanyak 65 anak.

2. Sampel

72
Ibid., 62.
73
Ibid., 62.
74
Ibud., 77.
75
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2016), 80.
49

Sampel merupakan bagian dari populasi. Sampel adalah sebagian

dari populasi yang memiliki karakteristik yang dimiliki oleh

populasinya.76 Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu

pengambilan sampel nonprobabilitas. Pengambilan sampel

nonprobabilitas adalah suatu cara pengambilan sampel yang besarnya

peluang anggota populasi untuk terpilih sebagai sampel tidak

diketahui.77

Teknik pengambilan sampel nonprobabilitas yang dipilih adalah

teknik sampling jenuh. Menurut Sugiyono, teknik sampel jenuh yaitu

teknik penentuan sampel dimana semua anggota populasi digunakan

menjadi sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah siswi-siswa SD

Negeri 3 Mlorah kelas V. Jumlah siswi-siswa kelas V SD Negeri 3

Mlorah yaitu sebanyak 65 anak.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang dengan mengenakan alat

pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek

sebagai sumber informasi yang dicari untu memperoleh langsung

dari subjek penelitian.78 Dalam penelitian, data primer yang

digunakan yaitu angket (kuesioner). Angket atau kuesioner

merupakan teknik mengumpulkan data yang melakukannya dengan


76
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogtakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2020), 79.
77
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2016), 81.
78
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogtakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2020), 91.
50

memberikan pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada

responden untuk dijawab. Kuesioner adalah suatu bentuk instrumen

pengumpulan data yang sangat fleksibel dan relative mudah

digunakan. Data faktual adalah data yang diperoleh menggunakan

kuesioner.79

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapatkan dari pihak lain,

tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitian. Pada

penelitian ini, menggunakan data sekunder sebagai berikut :

a. Buku

Buku-buku digunakan peneliti sebagai bahan referensi untuk

menyusun kajian pustaka atau teori-teori serta sesuai dengan

kebutuhan penelitian.

b. Jurnal

Jurnal yang digunakan peneliti yaitu jurnal penelitian yang

terdahulu yang memiliki hubungan dengan variabel-variabel

penelitian ini.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan bagian yang digunakan untuk

mengukur variabel yang diteliti. Intrumen penelitian dapat diambil dari

instrumen yang sudah baku, atau intrumen yang sudah baku tetapi

diadaptasi, atau instrumen yang dikembangkan oleh peneliti.80


79
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogtakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2020), 101.
80
Tim Penyusun IAIN Kediri, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah,(Kediri : LPPM IAIN
Kediri, 2020), 66.
51

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini untuk

mengungkap kecerdasan emosional dan keterampilan belajar terhadap

kesiapan belajar adalah menggunakan skala likert. Menurut Azwar, skala

likert yaitu dengan menggunakan distribusi respon untuk mengukur skala

pernyataan sikap, dilakukan sebagai dasar penentuan nilai skalanya dengan

menggunakan respon yang dikategorikan kexdalam 4 macam kategori

pilihan jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS)

dan Sangat Tidak Setuju (STS).81

Tabel 1
Pedoman Skor Angket atau Kuesioner
Skala Likert

Pilihan jawaban Favorabl Unfavorable


e

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

Penyusunan instrumen penelitian dalam penelitian ini didasarkan pada

landasan teori yang disusun dan dikembangkan dalam indikator-indikator,

kemudian dijabarkan dalam aitem-aitem pernyataan. Kisi-kisi blue print

instrumen penelitian dalam penelitian ini yaitu :

81
Saifuddin Azwar, Validitas dan Reliabilitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 139.
52

1. Skala Kesiapan Belajar

Dalam penelitian ini, skala kesiapan belajar siswa-siswi kelas V

SD Negeri 3 Mlorah, peneliti mengacu pada teori Slameto tentang

aspek-aspek kesiapan belajar yaitu : kondisi fisik, kondisi mental,

kondisi emosional, kebutuhan-kebutuhan, keterampilan, pengetahuan.82

Kisi-kisi atau blue print dalam perancangan skala kesiapan belajar yaitu

sebagai berikut :

Tabel 2

Blue print Kesiapan Belajar

No Aspek Indikator Nomor Item Total


.

Favorable Unfavorable
(+) (-)

1. Kondisi Fisik Pengelihatan 7, 19 4,10 4

Pendengaran 28, 32 3, 5 4

2. Kondisi Berani berpendapat 12, 29 35, 38 4


Mental

Berani bertanya 23,24 9, 11 4

3. Kondisi Senang 20, 25 6, 16 4

Emosional Rileks 21, 26 14, 48 4

Nyaman 34, 41 49,50 4

4. Kebutuhan- Datang ke sekolah 1, 52 8, 47 4


Kebutuhan tepat waktu

82
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), 113.
53

No Aspek Indikator Nomor Item Total


.

Favorable Unfavorable
(+) (-)

Belajar sebelum ke 2, 15 30, 51 4


sekolah

Berusaha mendapatkan 18, 31 33, 46 4


hasil belajar maksimal

5. Keterampilan Keterampilan menulis 13, 42 17, 45 4

Keterampilan 27, 36 22, 39 4


membaca

Keterampilan 40, 43 37, 44 4


mengingat

Jumlah 26 26 52

2. Skala Kecerdasan Emosional

Dalam penelitian ini, skala kecerdasan emosional siswa-siswi kelas

V SD Negeri 3 Mlorah, peneliti mengacu pada teori Daniel Goleman

tentang aspek-aspek kecerdasan emosional yaitu mengenali emosi diri,

mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain,

membina hubungan.83 Kisi-kisi atau blue print dalam perancangan skala

kecerdasan emosional yaitu sebagai berikut :

Tabel 3

Blue print Kecerdasan Emosional

83
Tutu April,EQ Orang Tua VS EQ Anak,(Yogyakarta: Locus, 2009),10.
54

No. Aspek Indikator Nomor Item Total

Favorable Unfavorable
(+) (-)

1. Mengenali Mengenali 4, 19 7,10 4


Emosi Diri emosi pada
diri sendiri

Yakin akan 28, 32 3, 5 4


kemampuan
diri sendiri

Mampu 41, 50 34, 49 4


mengontrol
emosi diri
secara baik

2. Mengelola Menahan 12, 29 35, 38 4


Emosi emosi
negative

Mengurangi 23, 24 9, 11 4
rasa cemas
pada diri
sendiri

Memahami 1, 30 8, 52 4
perasaan diri
sendiri

Mampu 27, 39 22, 36 4


mengurangi
rasa kesepian
saat bergaul
dengan orang
lain

3. Memotivasi Memiliki 20, 25 6, 16 4


Diri Sendiri semangat
untuk belajar
55

No. Aspek Indikator Nomor Item Total

Favorable Unfavorable
(+) (-)

Memiliki 21, 26 14, 48 4


kesiapan
dalam belajar

4. Mengenali Memahami 2, 15 47, 51 4


Emosi perasaan
Orang Lain orang lain

Memiliki 18, 31 33, 46 4


rasa saling
percaya
dengan orang
lain

5. Membina Mengontrol 13, 42 17, 45 4


Hubungan emosi
dengan baik
ketika
berhubungan
dengan orang
lain

Mampu 40, 43 37, 44 4


berinteraksi
yang baik
dengan orang
lain

Jumlah 26 26 52

3. Skala Keterampilan Belajar

Pada penelitian ini, menggunakan skala keterampilan belajar siswi-

siswa kelas V SD Negeri 3 Mlorah, peneliti mengacu pada aspek-aspek


56

keterampilan belajar menurut Rai Dwi Hastarira, yaitu sebagai berikut:

keterampilan menulis, membaca, mendengarkan, berbicara, mengingat

atau menghafal, berpikir kritis, mengelola waktu, dan konsentrasi.84

Kisi-kisi atau blue print dalam perancangan skala keterampilan belajar

yaitu sebagai berikut :

Tabel 4

Blue print Keterampilan Belajar

No. Aspek Indikator Nomor Item Total

Favorabl Unfavorable
e (-)
(+)

1. Keterampilan Membuat 4, 9 7,10 4


mengelola daftar
waktu kegiatan
sehari-hari

2. Keterampilan Mampu 12, 29 35, 38 4


membaca mengenal
huruf

Mampu 11, 23 19, 24 4


memahami
tanda baca

3. Keterampilan Berniat dalam 20, 25 6, 16 4


konsentrasi belajar

Memiliki 21, 26 14, 34 4


kemampuan
yang baik
untuk belajar

84
Rai DwiHastarita,“Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan
Keterampilan Belajar”, 2013, (http://repository.upi.ac.id, diakses tanggal 22 Januari 2022).
57

No. Aspek Indikator Nomor Item Total

Favorabl Unfavorable
e (-)
(+)

4. Keterampilan Mampu 2, 15 37, 43 4


menulis menulis
dengan baik

5. Keterampilan Mampu 13, 42 17, 41 4


mengingat atau memahami
menghafal materi yang
didengar
dengan baik

Mampu 27, 36 22, 39 4


menyimpan
informasi
dengan baik

6. Keterampilan Perhatian 3, 28 5, 32 4
mendengarkan

7. Keterampilan Memiliki 1, 40 8, 30 4
berbicara kemampuan
untuk
bertanya dan
menjawab
pertanyaan

8. Keterampilan Memiliki 31, 33 18, 44 4


berpikir kritis kemampuan
untuk berpikir
secara kreatif

Jumlah 22 22 44

E. Teknik Analisis Data


58

Teknik analisis data merupakan teknik yang dipergunakan dalam

olah data dan analisa data yang didapatkan peneliti dari hasil penelitian

yang dilaksanakan peneliti di lapangan, maka akan diperoleh

kesimpulan.85 Teknik analisis data pada penelitian ini adalah:

1. Uji Instrumen

a. Uji Validitas

Validitas yaitu berpacu pada kecermatan alat ukur untuk

mengukur yang hendak diungkap. Uji validitas adalah syarat

pokok dari alat ukur yang baik. Suatu yang diungkap benar,

apabila suatu alat ukur menunjukkan validitas yang tinggi. 86 Uji

validitas pada penelitian ini menggunakan validitas isi yaitu

mengacu pada isi dari suatu alat ukur dapat digunakan pendapat

ahli (professional judgment ) dan validitas konstruk yaitu

bertujuan untuk memastikan alat ukur tersebut mampu

menunjukkan suatu hal yang seharusnya ditunjukkan.87

Uji validitas dengan menggunakan program SPSS 16.0.

Untuk menguji keputusan dilakukan dalam penentuan item yang

valid dengan penggunaan rhitung diperbandingkan dengan rtabel

dengan derajat kebebasan jumlah sampel yang dikurangi 2, adalah

85
Sugiono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,(Bandung :Alfabeta, 2016), 207.
86
Jelpa Periantalo,Validitas Alat Ukur Psikologi:Aplikasi Praktis,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2015), 17.
87
Ibid., 18.
59

item dan total. Jika rhitung > rtabel maka item dikatakan valid,

sedangkan jika rhitung < rtabel maka item dikatakan tidak valid.88

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yaitu alat ukur yang sudah disusun akan diuji

reliabilitasnya. Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau

keakuratan hasil ukur.89 Uji reliabilitas dalam penelitian ini

menggunakan program aplikasi SPSS 16.0. Kriteria koefisien

reliabilitas menurut Guilford90 yaitu :

Tabel 5
Kriteria koefisien reliabilitas

Koefisien Kriteria

r11< 0,20 Sangat rendah

0,21  r11 > 0,40 Rendah

0,40  r11 > 0,70 Sedang

0,70  r11 > 0,90 Tinggi

0,90  r11 > 1,00 Sangat tinggi

2. Uji Asumsi

88
Ali Anwar,Statistika untuk penelitian pendidikan : dan aplikasinya dengan SPSS dan Excel,
(Kediri: IAIAT Press, 2009), 13.
89
Ibid., 26.
90
Syamsul Bahri dan Fahkry Zamzam, Model Penelitian Kuantitatif Berbasis SEM-AMOS
Pengujian dan Pengukuran, (http://google.com, 2021, diakses tanggal 16 Maret 2022).
60

Uji asumsi bertujuan untuk mengetahui data penelitian mengalami

penyimpangan klasik atau tidak. Dalam penelitian ini menggunakan uji

asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji liniear

sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas yaitu mengetahui apakah populasi data

berdistribusi normal atau tidak perlu dilakukan uji normalitas.91

Apakah data normal atau tidak dilakukan uji dengan

mempergunakan uji One-Sample Kolmogorof Sminov Test

menggunakan program SPSS 16.0 jika nilai Asymp. signifikansi

(2-tailed) > 0,05 sehingga data normal.92

b. Uji Linieritas

Uji linearitas yaitu pernyataan tentang hubungan yang linier

antara variabel bebas dan variabel terikat. Untuk mengetahui data

linier atau tidak menggunakan program SPSS 16.0, jika nilai

Deviation from Linearity Sig. > 0,05, sehingga data dikatakan

linier.93

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah pengujian asumsi klasik yang

dilakukan untuk menguji apakah regresi ditemukan hubungan


91
Maman Abdurahman,Dasar-dasar Metode Statistika untuk Penelitian,(Bandung: Pustaka Setia,
2011), 259.
92
Wiratna Sujarwati,Belajar Mudah SPSS untuk Penelitian Mahasiswa dan Umum,(Yogyakarta:
Global Media Informasi, 2008),45.
93
Sugiyono,Statistika untuk Penelitian,(Bandung: Alfabeta, 2013), 227.
61

kuat antar variabel bebas. Regresi yang baik yaitu apabila tidak

terjadi korelasi antar variabel bebas atau tidak terjadinya

multikolinearitas pada variabel bebas dalam regresi.

ketentuannya yaitu jika nilai Tolerance > 0,10 maka tidak terjadi

multikolinearitas dalam model regresi, sebaliknya jika nilai

Tolerance < 0,10 maka terjadi multikolinearitas dalam model

regresi. Selain itu, jika nilai VIF < 10,00 maka tidak terjadi

multikolinearitas dalam model regresi, sebaliknya jika nilai VIF

> 10,00 maka terjadi multikolinearitas dalam model regresi.94

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen (X) dengan variabel dependen (Y). Uji hipotesis

mempergunakan uji korelasi product moment dan uji regresi

berganda. Untuk memudahkan pengujian hipotesis dalam penelitian

mempergunakan program SPSS 16.0.95

a. Korelasi product moment

Merupakan teknik yang dipergunakan untuk memperoleh

bukti hipotesis hubungan antar dua variabel atau lebih serta

mencari hubungan antar dua variabel atau lebih. Dalam

memberikan interpretasi ada ketentuan yaitu jika nilai signifikansi

94
Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, (Semarang : Universitas
Diponegoro, 2005), 105.
95
Ali Anwar, Statistika untuk penelitian pendidikan : dan aplikasinya dengan SPSS dan Excel,
(Kediri: IAIAT Press, 2009), 115.
62

< 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan. Serta apabila

nilai rhitung > rtabel maka Ha diterima dan H0 ditolak.96

b. Uji regresi berganda

Merupakan teknik yang dipergunakan untuk membuktikan

hipotesis hubungan dua variabel atau lebih serta untuk

mengetahui hubungan dua variabel atau lebih apakah ada

ataupun tidak hubungan antara variabel X (independen)

dengan variabel Y (dependen) menggunakan program aplikasi

SPSS 16.0. Jika nilai sig.F change < 0,05, maka ada hubungan

yang signifikan. Dan nilai rsquare > rtabel maka Ha diterima dan H0

ditolak.97

Dalam program aplikasi SPSS 16.0, dasar dari pengambilan

keputusan adalah:

1) Jika nilai dari sig. Fchange < 0,05 maka berkorelasi

2) Jika nilai dari sig. Fchange > 0,05 maka tidak berkorelasi.98

96
Ibid., 116
97
Ali Anwar, Statistika untuk penelitian pendidikan : dan aplikasinya dengan SPSS dan Excel,
(Kediri: IAIAT Press, 2009), 116.
98
Ibid., 116.
63

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SDN 3 Mlorah

NPSN : 20537858

NSS : 101051417644

Alamat Sekolah : Jalan Raya No. 01 Desa Mlorah

Propinsi : Jawa Timur

Kab/Kota : Kabupaten Nganjuk

Kecamatan : Rejoso

Desa : Mlorah

Kode pos : 64453

Jenjang : SD

Status Sekolah : Negeri

Tahun Berdiri : 15 Juli 1977

Perjalanan/ Perubahan Sekolah : SDN Jati  SDN Mlorah IV 

SDN Mlorah III  SDN 3 Mlorah

62
64

2. Visi dan Misi SDN 3 Mlorah

a. Visi SDN 3 Mlorah

Visi Sekolah Dasar Negeri 3 Mlorah yaitu : “Berprestasi berbudi

pekerti dan berbudaya berdasarkan iman dan taqwa.”

b. Misi SDN 3 Mlorah

Misi Sekolah Dasar Negeri 3 Mlorah sebagai berikut :

1) Menumbuhkan semangat berprestasi secara intensif kepada

seluruh warga sekolah.

2) Menerapkan manajemen parsipatif dengan melibatkan seluruh

warga sekolah dan kelompok kepentingan yang terkait.

3) Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif.

4) Selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

dengan mengoptimalkan pelayanan perpustakaan.

5) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut

dengan memberikan bimbingan tentang baca tulis Al-Qur’an.

3. Ketenagaan

Tabel 6

Tenaga Kependidikan SDN 3 Mlorah

Nama Tugas

Dra. Titin Winarti Handayani, M.Pd. Kepala Sekolah

Achmad Nuri, S.Pd. SD Guru Kelas VI


65

Nama Tugas

Darti, S.Pd. SD Guru Kelas V

Andi Nurseno, S.Pd Guru Kelas IV

Sunardi, S.Pd. SD Guru Kelas III

Lilis Suryani, S.Pd Guru Kelas II

Binti Khoiriyah, S.Pd Guru Kelas I

Khusnul Khotimah, S.Pd.I Guru PAI

Wiwit Nor Widiyanti, S.Pd Guru Bahasa Inggris

Gogot Miharto, S.Pd Guru Penjas

B. Deskripsi Data

1. Uji Instrumen

a. Uji Validitas

Uji validitas adalah syarat pokok dari alat ukur yang baik. Validitas

pada penelitian ini dengan menggunakan validitas isi dan validitas

konstruk sebagai berikut :

1) Validitas isi

Pada uji validitas ini dengan menggunakan pendapat ahli

(professional judgment). Peneliti menyusun item-item instrumen

sesuai dengan aspek-aspek yang diukur berdasarkan teori,


66

selanjutnya item-item pernyataan instrument dikonsultasikan pada

ahli (professional judgment) yaitu Bapak Drs. Moh. Irfan

Burhani, M.Psi selaku dosen pembimbing 1. Hasil konsultasi

dijadikan peneliti sebagai masukan untuk memperbaiki item-item

pernyataan sehingga menjadi tepat untuk mengambil data

penelitian.

2) Validitas konstruk

Pada uji validitas konstruk dengan melakukan uji baca pada 6

siswa yang usianya setara dengan responden pada penelitian ini.

Selanjutnya peneliti memperbaiki item-item pernyataan intrumen

yang tidak dipahami sehingga mudah untuk dipahami dan

dimengerti oleh responden, kemudian peneliti melakukan

penelitian pada responden yaitu siswa-siswi kelas V SDN 3

Mlorah.

Setelah instrumen disusun, diisi oleh responden, data

ditabulasikan, kemudian uji validitas dengan menggunakan

program SPSS 16.0. Pada penelitian ini dengan 3 variabel, yaitu

dua variabel bebas : kecerdasan emosional (X 1) dan keterampilan

belajar (X2) dan satu variabel terikat : kesiapan belajar (Y).

Berikut ini pengujian validitas dari variabel X1, X2, dan Y :

1) Uji Validitas Kesiapan Belajar (Y)

Hasil uji validitas kesiapan belajar dengan menggunakan

program aplikasi SPSS 16.0 ada pada lampiran 7. Untuk menguji


67

keputusan hasil uji validitas dilakukan dalam penentuan item

yang valid dengan penggunaan rhitung yang diperbandingkan

dengan rtabel dengan derajat kebebasan jumlah sampel yang

dikurangi 2 adalah item dan total. Ketentuannya jika r hitung > rtabel

maka item dikatakan valid, sedangkan jika rhitung < rtabel maka item

dikatakan tidak valid.99 Nilai rtabel pada signifikan 5% dengan uji 2

sisi dan n = 65, maka didapatkan rtabel = 0,244.

Dapat diketahui bahwa keputusan hasil uji validitas kesiapan

belajar pada tabel 7 sebagai berikut :

Tabel 7

Hasil Uji Validitas Kesiapan Belajar

No No. Item rhitung rtabel Keteranga Keputusan

. n

1 1 0,406 0,244 Valid Tetap

2 2 0,396 0,244 Valid Tetap

3 3 0,577 0,244 Valid Tetap

4 4 0,280 0,244 Valid Tetap

5 5 0,584 0,244 Valid Tetap

6 6 0,554 0,244 Valid Tetap

99
Ali Anwar,Statistika untuk penelitian pendidikan : dan aplikasinya dengan SPSS dan Excel,
(Kediri: IAIAT Press, 2009), 13.
68

No No. Item rhitung rtabel Keteranga Keputusan

. n

7 7 0,479 0,244 Valid Tetap

8 8 0,353 0,244 Valid Tetap

9 9 0,278 0,244 Valid Tetap

10 10 0,479 0,244 Valid Tetap

11 11 0,507 0,244 Valid Tetap

12 12 0,359 0,244 Valid Tetap

13 13 0,579 0,244 Valid Tetap

14 14 0,264 0,244 Valid Tetap

15 15 0,443 0,244 Valid Tetap

16 16 0,610 0,244 Valid Tetap

17 17 0,450 0,244 Valid Tetap

18 18 0,452 0,244 Valid Tetap

19 19 0,471 0,244 Valid Tetap

20 20 0,423 0,244 Valid Tetap

21 21 0,518 0,244 Valid Tetap


69

No No. Item rhitung rtabel Keteranga Keputusan

. n

22 22 0,548 0,244 Valid Tetap

23 23 0,355 0,244 Valid Tetap

24 24 0,375 0,244 Valid Tetap

25 25 0,411 0,244 Valid Tetap

26 26 0,584 0,244 Valid Tetap

27 27 0,506 0,244 Valid Tetap

28 28 0,297 0,244 Valid Tetap

29 29 0,303 0,244 Valid Tetap

30 30 0,457 0,244 Valid Tetap

31 31 0,354 0,244 Valid Tetap

32 32 0,345 0,244 Valid Tetap

33 33 0,503 0,244 Valid Tetap

34 34 0,509 0,244 Valid Tetap

35 35 0,314 0,244 Valid Tetap

36 36 0,484 0,244 Valid Tetap


70

No No. Item rhitung rtabel Keteranga Keputusan

. n

37 37 0,304 0,244 Valid Tetap

38 38 0,486 0,244 Valid Tetap

39 39 0,481 0,244 Valid Tetap

40 40 0,467 0,244 Valid Tetap

41 41 0,277 0,244 Valid Tetap

42 42 0,375 0,244 Valid Tetap

43 43 0,422 0,244 Valid Tetap

44 44 0,054 0,244 Tidak valid Hapus

45 45 0,360 0,244 Valid Tetap

46 46 0,433 0,244 Valid Tetap

47 47 0,490 0,244 Valid Tetap

48 48 0,519 0,244 Valid Tetap

49 49 0,254 0,244 Valid Tetap

50 50 0,414 0,244 Valid Tetap

51 51 0,556 0,244 Valid Tetap


71

No No. Item rhitung rtabel Keteranga Keputusan

. n

52 52 0,406 0,244 Valid Tetap

Berdasarkan pada tabel 7 yaitu keputusan hasil uji validitas

kesiapan belajar, dari 52 item angket kesiapan belajar ada 51 item

valid dan 1 item tidak valid. Item yang tidak valid yaitu item nomor

44 dikarenakan nilai rhitung < rtabel, maka item nomor 44 dihapus. Blue

print hasil uji validitas kesiapan belajar pada tabel 8 sebagai

berikut:

Tabel 8

Blue print Hasil Uji Validitas Kesiapan Belajar

No Aspek Indikator Nomor Item Total


.

Favorabl Unfavorable
e (-)
(+)

1. Kondisi Fisik Pengelihatan 7, 19 4,10 4

Pendengaran 28, 32 3, 5 4

2. Kondisi Berani 12, 29 35, 38 4


Mental berpendapat

Berani 23,24 9, 11 4
bertanya

3. Kondisi Senang 20, 25 6, 16 4


72

No Aspek Indikator Nomor Item Total


.

Favorabl Unfavorable
e (-)
(+)

Emosional Rileks 21, 26 14, 48 4

Nyaman 34, 41 49,50 4

4. Kebutuhan- Datang ke 1, 52 8, 47 4
Kebutuhan sekolah tepat
waktu

Belajar 2, 15 30, 51 4
sebelum ke
sekolah

Berusaha 18, 31 33, 46 4


mendapatkan
hasil belajar
maksimal

5. Keterampilan Keterampilan 13, 42 17, 45 4


menulis

Keterampilan 27, 36 22, 39 4


membaca

Keterampilan 40, 43 37 3
mengingat

Jumlah 26 25 51

2) Uji Validitas Kecerdasan Emosional (X1)

Hasil uji validitas kecerdasan emosional dengan menggunakan

program aplikasi SPSS 16.0 ada pada lampiran 8. Untuk menguji

keputusan hasil uji validitas dilakukan dalam penentuan item yang


73

valid dengan penggunaan rhitung yang diperbandingkan dengan rtabel

dengan derajat kebebasan jumlah sampel yang dikurangi 2 adalah

item dan total. Jika rhitung > rtabel maka item dikatakan valid,

sedangkan jika rhitung < rtabel maka item dikatakan tidak valid. Nilai

rtabel pada signifikan 5% dengan uji 2 sisi dan n = 65, maka

didapatkan rtabel = 0,244.

Dapat diketahui bahwa keputusan hasil uji validitas

kecerdasan emosional pada tabel 9 sebagai berikut :

Tabel 9

Hasil Uji Validitas Kecerdasan Emosional

No No. Item rhitung rtabel Keteranga Keputusan

. n

1 1 0,262 0,244 Valid Tetap

2 2 0,246 0,244 Valid Tetap

3 3 0,636 0,244 Valid Tetap

4 4 0,330 0,244 Valid Tetap

5 5 0,429 0,244 Valid Tetap

6 6 0,465 0,244 Valid Tetap

7 7 0,338 0,244 Valid Tetap

8 8 0,287 0,244 Valid Tetap


74

No No. Item rhitung rtabel Keteranga Keputusan

. n

9 9 0,397 0,244 Valid Tetap

10 10 0,237 0,244 Tidak valid Hapus

11 11 0,352 0,244 Valid Tetap

12 12 -0,176 0,244 Tidak valid Hapus

13 13 0,416 0,244 Valid Tetap

14 14 0,478 0,244 Valid Tetap

15 15 0,283 0,244 Valid Tetap

16 16 0,454 0,244 Valid Tetap

17 17 0,437 0,244 Valid Tetap

18 18 0,276 0,244 Valid Tetap

19 19 0,075 0,244 Tidak valid Hapus

20 20 0,378 0,244 Valid Tetap

21 21 0,513 0,244 Valid Tetap

22 22 0,496 0,244 Valid Tetap

23 23 0,269 0,244 Valid Tetap


75

No No. Item rhitung rtabel Keteranga Keputusan

. n

24 24 0,105 0,244 Tidak valid Hapus

25 25 0,328 0,244 Valid Tetap

26 26 0,263 0,244 Valid Tetap

27 27 0,432 0,244 Valid Tetap

28 28 0,441 0,244 Valid Tetap

29 29 0,450 0,244 Valid Tetap

30 30 0,323 0,244 Valid Tetap

31 31 0,416 0,244 Valid Tetap

32 32 0,243 0,244 Tidak valid Hapus

33 33 0,470 0,244 Valid Tetap

34 34 0,246 0,244 Valid Tetap

35 35 0,292 0,244 Valid Tetap

36 36 0,297 0,244 Valid Tetap

37 37 0,275 0,244 Valid Tetap

38 38 0,556 0,244 Valid Tetap


76

No No. Item rhitung rtabel Keteranga Keputusan

. n

39 39 0,459 0,244 Valid Tetap

40 40 0,370 0,244 Valid Tetap

41 41 0,387 0,244 Valid Tetap

42 42 0,470 0,244 Valid Tetap

43 43 0,485 0,244 Valid Tetap

44 44 0,315 0,244 Valid Tetap

45 45 0,337 0,244 Valid Tetap

46 46 0,336 0,244 Valid Tetap

47 47 0,553 0,244 Valid Tetap

48 48 0,236 0,244 Tidak valid Hapus

49 49 0,269 0,244 Valid Tetap

50 50 0,236 0,244 Tidak valid Hapus

51 51 0,402 0,244 Valid Tetap

52 52 0,332 0,244 Valid Tetap


77

Berdasarkan pada tabel 9 yaitu keputusan hasil uji validitas

kecerdasan emosional, dari 52 item angket kecerdasan emosional

ada 45 item valid dan 7 item tidak valid. Item yang tidak valid yaitu

item nomor 10, 12, 19, 24, 32, 48, 50 dikarenakan nilai rhitung < rtabel,

maka item nomor 10, 12, 19, 24, 32, 48, 50 dihapus. Blue print

hasil uji validitas kecerdasan emosional pada tabel 10 sebagai

berikut :

Tabel 10
Blue print Hasil Uji Validitas Kecerdasan Emosional

No. Aspek Indikator Nomor Item Total

Favorable Unfavorable
(+) (-)

1. Mengenali Mengenali 4 7 2
Emosi Diri emosi pada
diri sendiri

Yakin akan 28 3, 5 3
kemampuan
diri sendiri

Mampu 41 34, 49 3
mengontrol
emosi diri
secara baik

2. Mengelola Menahan 29 35, 38 3


Emosi emosi
negative

Mengurangi 23 9, 11 3
rasa cemas
pada diri
sendiri
78

No. Aspek Indikator Nomor Item Total

Favorable Unfavorable
(+) (-)

Memahami 1, 30 8, 52 4
perasaan diri
sendiri

Mampu 27, 39 22, 36 4


mengurangi
rasa kesepian
saat bergaul
dengan orang
lain

3. Memotivasi Memiliki 20, 25 6, 16 4


Diri Sendiri semangat
untuk belajar

Memiliki 21, 26 14 4
kesiapan
dalam belajar

4. Mengenali Memahami 2, 15 47, 51 4


Emosi perasaan
Orang Lain orang lain

Memiliki 18, 31 33, 46 4


rasa saling
percaya
dengan orang
lain

5. Membina Mengontrol 13, 42 17, 45 4


Hubungan emosi
dengan baik
ketika
berhubungan
dengan orang
lain
79

No. Aspek Indikator Nomor Item Total

Favorable Unfavorable
(+) (-)

Mampu 40, 43 37, 44 4


berinteraksi
yang baik
dengan orang
lain

Jumlah 21 24 45

3) Uji Validitas Keterampilan Belajar (X2)

Hasil uji validitas keterampilan belajar dengan menggunakan

program aplikasi SPSS 16.0 ada pada lampiran 9. Untuk menguji

keputusan hasil uji validitas dilakukan dalam penentuan item yang

valid dengan penggunaan rhitung yang diperbandingkan dengan rtabel

dengan derajat kebebasan jumlah sampel yang dikurangi 2 adalah

item dan total. Jika rhitung > rtabel maka item dikatakan valid,

sedangkan jika rhitung < rtabel maka item dikatakan tidak valid.100 Nilai

rtabel pada signifikan 5% dengan uji 2 sisi dan n = 65, maka

didapatkan rtabel = 0,244.

Dapat diketahui bahwa keputusan hasil uji validitas

keterampilan belajar pada tabel 11 sebagai berikut :

Tabel 11

100
Ali Anwar,Statistika untuk penelitian pendidikan : dan aplikasinya dengan SPSS dan Excel,
(Kediri: IAIAT Press, 2009), 13.
80

Hasil Uji Validitas Keterampilan Belajar

No No. Item rhitung rtabel Keteranga Keputusan

. n

1 1 0,517 0,244 Valid Tetap

2 2 0,401 0,244 Valid Tetap

3 3 0,521 0,244 Valid Tetap

4 4 0,268 0,244 Valid Tetap

5 5 0,531 0,244 Valid Tetap

6 6 0,270 0,244 Valid Tetap

7 7 -0,099 0,244 Tidak valid Hapus

8 8 0,425 0,244 Valid Tetap

9 9 0,349 0,244 Valid Tetap

10 10 0,438 0,244 Valid Tetap

11 11 0,319 0,244 Valid Tetap

12 12 0,578 0,244 Valid Tetap

13 13 0,634 0,244 Valid Tetap

14 14 0,305 0,244 Valid Tetap


81

No No. Item rhitung rtabel Keteranga Keputusan

. n

15 15 0,390 0,244 Valid Tetap

16 16 0,510 0,244 Valid Tetap

17 17 0,537 0,244 Valid Tetap

18 18 0,448 0,244 Valid Tetap

19 19 0,624 0,244 Valid Tetap

20 20 0,498 0,244 Valid Tetap

21 21 0,621 0,244 Valid Tetap

22 22 0,514 0,244 Valid Tetap

23 23 0,508 0,244 Valid Tetap

24 24 0,619 0,244 Valid Tetap

25 25 0,360 0,244 Valid Tetap

26 26 0,338 0,244 Valid Tetap

27 27 0,703 0,244 Valid Tetap

28 28 0,549 0,244 Valid Tetap

29 29 0,667 0,244 Valid Tetap


82

No No. Item rhitung rtabel Keteranga Keputusan

. n

30 30 0,429 0,244 Valid Tetap

31 31 0,431 0,244 Valid Tetap

32 32 0,472 0,244 Valid Tetap

33 33 0,455 0,244 Valid Tetap

34 34 0,452 0,244 Valid Tetap

35 35 0,579 0,244 Valid Tetap

36 36 0,511 0,244 Valid Tetap

37 37 0,074 0,244 Tidak valid Hapus

38 38 0,341 0,244 Valid Tetap

39 39 0,533 0,244 Valid Tetap

40 40 0,553 0,244 Valid Tetap

41 41 0,332 0,244 Valid Tetap

42 42 0,502 0,244 Valid Tetap

43 43 0,255 0,244 Valid Tetap

44 44 0,459 0,244 Valid Tetap


83

Berdasarkan pada tabel 11 yaitu keputusan hasil uji validitas

kesiapan belajar, dari 44 item angket keterampilan belajar ada 42

item valid dan 2 item tidak valid. Item yang tidak valid yaitu item

nomor 7 dan 37 dikarenakan nilai rhitung < rtabel, maka item nomor 7

dan 37 dihapus. Blue print hasil uji validitas keterampilan belajar

pada tabel 12 sebagai berikut :

Tabel 12
Blue print Hasil Uji Validitas Keterampilan Belajar

No. Aspek Indikator Nomor Item Total

Favorabl Unfavorable
e (-)
(+)

1. Keterampilan Membuat 4, 9 10 3
mengelola daftar
waktu kegiatan
sehari-hari

2. Keterampilan Mampu 12, 29 35, 38 4


membaca mengenal
huruf

Mampu 11, 23 19, 24 4


memahami
tanda baca

3. Keterampilan Berniat dalam 20, 25 6, 16 4


konsentrasi belajar

Memiliki 21, 26 14, 34 4


kemampuan
yang baik
untuk belajar
84

No. Aspek Indikator Nomor Item Total

Favorabl Unfavorable
e (-)
(+)

4. Keterampilan Mampu 2, 15 43 3
menulis menulis
dengan baik

5. Keterampilan Mampu 13, 42 17, 41 4


mengingat atau memahami
menghafal materi yang
didengar
dengan baik

Mampu 27, 36 22, 39 4


menyimpan
informasi
dengan baik

6. Keterampilan Perhatian 3, 28 5, 32 4
mendengarkan

7. Keterampilan Memiliki 1, 40 8, 30 4
berbicara kemampuan
untuk
bertanya dan
menjawab
pertanyaan

8. Keterampilan Memiliki 31, 33 18, 44 4


berpikir kritis kemampuan
untuk berpikir
secara kreatif

Jumlah 22 20 42

b. Uji Reliabilitas
85

Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji alat ukur yang sudah

disusun. Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keakuratan

dari hasil ukur. Kriteria koefisien reliabilitas menurut Guilford101

pada tabel 13 sebagai berikut :

Tabel 13
Kriteria koefisien reliabilitas

Koefisien Kriteria

r11< 0,20 Sangat rendah

0,21  r11 > 0,40 Rendah

0,40  r11 > 0,70 Sedang

0,70  r11 > 0,90 Tinggi

0,90  r11 > 1,00 Sangat tinggi

Pada penelitian ini dengan 3 variabel, yaitu dua variabel

bebas: kecerdasan emosional (X1) dan keterampilan belajar (X2),

dan satu variabel terikat : kesiapan belajar (Y). Setelah melakukan

penelitian yang kemudian dilakukan tabulasi data dari masing-

masing variabel, data hasil dari kuesioner dilakukan uji reliabilitas

dengan menggunakan program SPSS 16.0. Berikut ini pengujian

reliabitas dari variabel X1, X2, dan Y :

101
Syamsul Bahri dan Fahkry Zamzam, Model Penelitian Kuantitatif Berbasis SEM-AMOS
Pengujian dan Pengukuran, (http://google.com, 2021, diakses tanggal 16 Maret 2022).
86

1) Uji Reliabilitas Kesiapan Belajar (Y)

Hasil uji reliabilitas kesiapan belajar dengan menggunakan

program aplikasi SPSS 16.0 sebagai berikut :

Tabel 14

Hasil Uji Reliabilitas Kesiapan Belajar

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
0,926 51

Dari tabel 14 menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha

dari 51 item yaitu 0,926. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

item-item angket kesiapan belajar reliabel atau konsisten yang

sangat tinggi.

2) Uji Reliabilitas Kecerdasan Emosional (X1)

Hasil uji reliabilitas kecerdasan emosional dengan

menggunakan program aplikasi SPSS 16.0 sebagai berikut :

Tabel 15

Hasil Uji Reliabilitas Kecerdasan Emosional

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
0,896 45
87

Dari tabel 15 menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha dari

45 item yaitu 0,896. Sehingga dapat disimpulkan bahwa item-

item angket kecerdasan emosional reliabel atau konsisten yang

tinggi.

3) Uji Reliabilitas Keterampilan Belajar (X2)

Hasil uji reliabilitas keterampilan belajar dengan

menggunakan program aplikasi SPSS 16.0 sebagai berikut :

Tabel 16

Hasil Uji Reliabilitas Keterampilan Belajar

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
0,927 42

Dari tabel 16 menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha dari

42 item yaitu 0,927. Sehingga dapat disimpulkan bahwa item-

item angket keterampilan belajar reliabel atau konsisten yang

sangat tinggi.

2. Uji Asumsi

Uji asumsi dilakukan dengan pengujian asumsi klasik, tujuannya

untuk mengetahui data yang digunakan mengalami penyimpangan

asumsi klasik atau tidak. Uji prayarat dalam penelitian ini ada 3 yaitu

uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji liniearitas sebagai berikut :


88

a. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini digunakan untuk menguji

variabel bebas yaitu kecerdasan emosional (X1) dan keterampilan

belajar (X2) dan variabel terikat yaitu kesiapan belajar (Y). Uji

normalitas dengan mempergunakan uji One-Sample Kolmogorof

Sminov Test menggunakan program SPSS 16.0. Berikut ini hasil

uji normalitas:

Tabel 17

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardiz
ed Residual
N 65
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 10.40160601
Most Extreme Absolute .117
Differences Positive .117
Negative -.091
Kolmogorov-Smirnov Z .940
Asymp. Sig. (2-tailed) .340
a. Test distribution is Normal.

Untuk mengetahui hasil uji normalitas ada ketentuannya

yaitu jika nilai Asymp. signifikansi (2-tailed) > 0,05 sehingga

data normal, tetapi jika nilai Asymp. signifikansi (2-tailed) < 0,05
89

sehingga data tidak normal.102. Hasil uji normalitas One-Sample

Kolmogorof Sminov Test pada tabel 17 yaitu nilai Asymp.

signifikansi (2-tailed) adalah 0,340 maka data normal. Berikut

adalah plot diagram normalitas :

Tabel 18

Plot Diagram Normalitas

Pada plot diagram menunjukkan bahwa titik-titik mengikuti

garis diagonal yang berarti data tersebut normal.

b. Uji Liniearitas

Uji linearitas pada penelitian ini digunakan untuk

mengetahui hubungan yang linier antara variabel bebas yaitu

kecerdasan emosional (X1) dan keterampilan belajar (X2) dengan

102
Wiratna Sujarwati,Belajar Mudah SPSS untuk Penelitian Mahasiswa dan Umum,(Yogyakarta:
Global Media Informasi, 2008),45.
90

variabel terikat yaitu kesiapan belajar (Y). Untuk mengetahui data

linier atau tidak menggunakan program SPSS 16.0.

Berikut ini tabel hasil uji linieritas kecerdasan emosional

(X1) dengan kesiapan belajar (Y) dan hasil uji linieritas kesiapan

belajar (Y) dengan keterampilan belajar (X2) :

Tabel 19

Uji Linieritas Kecerdasan Emosional dengan Kesiapan

Belajar

ANOVA Table
Sum of Mean
Squares Df Square F Sig.
Kesiapan Between (Combined) 14751.80
36 409.772 3.683 .000
Belajar * Groups 5
Kecerdasan Linearity 9788.59 87.97
Emosional 9788.594 1 .000
4 8
Deviation
from 4963.211 35 141.806 1.275 .257
Linearity
Within Groups 3115.333 28 111.262
Total 17867.13
64
8

Untuk mengetahui hasil uji linieritas ada ketentuannya yaitu

jika nilai Deviation from Linearity Sig. > 0,05 maka data linier.103

103
Sugiyono,Statistika untuk Penelitian,(Bandung: Alfabeta, 2013), 227.
91

. Hasil uji linieritas pada tabel 19 dapat diketahui bahwa nilai

Deviation from Linearity Sig adalah 0,257. Dapat disimpulkan

bahwa variabel kecerdasan emosional (X1) dengan variabel

kesiapan belajar (Y) mempunyai hubungan yang linier.

Tabel 20

Uji Linieritas Keterampilan Belajar dengan Kesiapan Belajar

ANOVA Table

Sum of Mean
Squares Df Square F Sig.

Kesiapan Belajar * Between (Combined) 13405.138 35 383.004 2.489 .007


Keterampilan Groups
Linearity 9924.267 1 9924.267 64.501 .000
Belajar
Deviation from
3480.871 34 102.379 .665 .873
Linearity

Within Groups 4462.000 29 153.862

Total 17867.138 64

Untuk mengetahui hasil uji linieritas ada ketentuannya yaitu jika

nilai Deviation from Linearity Sig. > 0,05 maka data linier. Hasil

uji linieritas pada tabel 20 dapat diketahui bahwa nilai Deviation

from Linearity Sig adalah 0,873. Dapat disimpulkan bahwa

variabel keterampilan belajar (X2) dengan variabel kesiapan

belajar (Y) mempunyai hubungan yang linier.

c. Uji Multikoliniearitas
92

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah regresi

ditemukan hubungan kuat antar variabel bebas. Regresi yang baik

yaitu apabila tidak terjadi korelasi antar variabel bebas atau tidak

terjadinya multikolinearitas pada variabel bebas dalam regresi.

Pada penelitian ini, uji multikoliniearitas dilakukan untuk menguji

variabel kecerdasan emosional (X1) dengan keterampilan belajar

(X2). Berikut ini hasil uji multikolinearitas :

Tabel 21

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Standardize
Unstandardized d Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Std. Toleranc
Model B Error Beta t Sig. e VIF
1 (Constant) 39.163 12.804 3.059 .003
Kecerdasan
.466 .154 .399 3.020 .004 .357 2.798
Emosional
Keterampilan
.463 .144 .425 3.215 .002 .357 2.798
Belajar
a. Dependent Variable:
Kesiapan Belajar

Untuk mengetahui hasil uji multikolinearitas ada

ketentuannya yaitu jika nilai Tolerance > 0,10 maka tidak terjadi

multikolinearitas dalam model regresi, sebaliknya jika nilai


93

Tolerance < 0,10 maka terjadi multikolinearitas dalam model

regresi. Selain itu, dapat diketahui dengan melihat nilai VIF

dengan ketentuannya yaitu jika nilai VIF < 10,00 maka tidak

terjadi multikolinearitas dalam model regresi, sebaliknya jika nilai

VIF > 10,00 maka terjadi multikolinearitas dalam model

regresi.104 Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada tabel 18,

dapat diketahui bahwa nilai Tolerance Kecerdasan Emosional

(X1) yaitu 0,357 > 0,10 dan nilai Tolerance Keterampilan Belajar

(X2) yaitu 0,357 > 0,10 maka data tidak terjadi multikolinearitas.

Sehingga tidak ada hubungan antar variabel kecerdasan

emosional (X1) dengan keterampilan belajar (X2).

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui

hubungan antara variabel bebas yaitu kecerdasan emosional (X1)

dan keterampilan belajar (X2) dengan variabel terikat yaitu

kesiapan belajar (Y) dengan menggunakan program SPSS 16.0.

Uji hipotesis mempergunakan uji korelasi product moment dan uji

regresi berganda.

a. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif yaitu dilakukan dengan memberi

kategorisasi variabel penelitian dan menetapkan kriteria

104
Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, (Semarang : Universitas
Diponegoro, 2005), 105.
94

kategorisasi yang didasari oleh asumsi bahwa nilai subjek

dalam populasi normal105. Untuk menentukan kriteria kategori

ada pedoman rumusnya pada tabel 21. Dalam penelitian ini,

kategorisasi subjek penelitian menjadi tiga kategori yaitu :

rendah, sedang, tinggi.

Tabel 22

Pedoman kriteria kategorisasi data

Rendah X < M – 1 SD

Sedang M – 1 SD  X < M + 1 SD

Tinggi M + 1 SD  X

Statistik deskriptif kategorisasi variabel kesiapan belajar

(Y), kecerdasan emosional (X1), keterampilan belajar (X2)

sebagai berikut :

1) Kesiapan Belajar

Variabel kesiapan belajar dengan jumlah item pernyataan

sebanyak 51 item. Penghitungan nilai pada item maksimal

yaitu 4 dan nilai pada item minimal yaitu 1. Berikut tabel

105
Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi edisi 2, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012),
107.
95

statistik deskriptif variabel kesiapan belajar (Y)

menggunakan program SPSS 16.0 :


96

Tabel 23

Statistik Deskriptif Kesiapan Belajar (Y)

Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Kesiapan Belajar 65 128 204 162.37 16.709
Valid N
65
(listwise)

Dari hasil statistik deskriptif di atas, jumlah responden

65 siswa memiliki nilai mean yaitu 162,37 dan nilai Std.

Deviation yaitu 16,709. Hasil kategorisasi variabel kesiapan

belajar sesuai dengan pedoman rumus sebagai berikut :

Tabel 24

Hasil Kategorisasi Variabel Kesiapan Belajar

Rendah X < M – 1 SD

X < 162,37 – 16,709

X < 145,661

X < 146

Sedang M – 1 SD  X < M + 1 SD

162,37 – 16,709  X 162,37

+ 16,709

145,661  X < 179,079

146  X < 179


97

Tinggi M + 1 SD  X

162,37 + 16,709  X

179,079  X

179  X

Selanjutnya dari hasil kategorisasi tersebut, dilakukan

penghitungan menggunakan program SPSS 16.0 untuk

mengetahui frekuensi kategorisasi kesiapan belajar siswa-

siswi kelas V SDN 3 Mlorah, sebagai berikut :

Tabel 25

Hasil Frekuensi Kategorisasi Kesiapan Belajar (Y)

Kategorisasi Frequency Percent Keterangan

X < 146 13 20,0% Rendah

146  X < 179 43 66,2% Sedang

179  X 9 13,8% Tinggi


98

66,2%

20,0 %
13,8%

Berdasarkan tabel 25 dapat diketahui bahwa dari 65

siswa, ada 13 anak memiliki kesiapan belajar yang rendah,

ada 43 anak memiliki kesiapan belajar yang sedang, dan ada

9 anak yang memiliki kesiapan belajar yang tinggi.

Sehingga dapat di simpulkan bahwa kesiapan belajar siswa

SDN 3 Mlorah masuk dalam kategorisasi sedang dengan

presentase 66,2 %.

2) Kecerdasan Emosional

Variabel kecerdasan emosional dengan jumlah item

pernyataan sebanyak 45 item. Penghitungan nilai pada item

maksimal yaitu 4 dan nilai pada item minimal yaitu 1.

Berikut tabel statistik deskriptif variabel kecerdasan

emosional (X1) menggunakan program SPSS 16.0 :


99

Tabel 26

Statistik Deskriptif Kecerdasan Emosional (X1)

Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Kecerdasan
65 113 164 137.26 14.334
Emosional
Valid N (listwise) 65

Dari hasil statistik deskriptif di atas, jumlah responden

65 siswa memiliki nilai mean yaitu 137,26 dan nilai Std.

Deviation yaitu 14,334. Hasil kategorisasi variabel

kecerdasan emosional sesuai dengan pedoman rumus

sebagai berikut :

Tabel 27

Hasil Kategorisasi Variabel Kecerdasan Emosional

Rendah X < M – 1 SD

X < 137,26 – 14,334

X < 122,926

X < 123

Sedang M – 1 SD  X < M + 1 SD

137,26 – 14,334  X 137,26

+ 14,334

122,926  X < 151,594


100

123  X < 152

Tinggi M + 1 SD  X

137,26 + 14,334  X

151,594  X

152  X

Selanjutnya dari hasil kategorisasi tersebut, dilakukan

penghitungan menggunakan program SPSS 16.0 untuk

mengetahui frekuensi kategorisasi kecerdasan emosional

siswa-siswi kelas V SDN 3 Mlorah, sebagai berikut :

Tabel 28

Hasil Frekuensi Kategorisasi Kecerdasan Emosional (X1)

Kategorisasi Frequency Percent Keterangan

X < 123 10 15,4% Rendah

123  X < 152 44 67,7% Sedang

152  X 11 16,9% Tinggi


101

67,7%

15,4% 16,9%

Berdasarkan tabel 28 dapat diketahui bahwa dari 65

siswa, ada 10 anak memiliki kecerdasan emosional yang

rendah, ada 44 anak memiliki kecerdasan emosional yang

sedang, dan ada 11 anak yang memiliki kecerdasan

emosional yang tinggi. Sehingga dapat di simpulkan bahwa

kecerdasan emosional siswa SDN 3 Mlorah masuk dalam

kategorisasi sedang dengan presentase 67,7 %.

3) Keterampilan Belajar

Variabel keterampilan belajar dengan jumlah item

pernyataan sebanyak 42 item. Penghitungan nilai pada item

maksimal yaitu 4 dan nilai pada item minimal yaitu 1.


102

Berikut tabel statistik deskriptif variabel keterampilan

belajar (X2) menggunakan program SPSS 16.0 :

Tabel 29

Statistik Deskriptif Keterampilan Belajar (X2)

Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Keterampilan
65 89 163 128.17 15.351
Belajar
Valid N (listwise) 65

Dari hasil statistik deskriptif di atas, jumlah responden

65 siswa memiliki nilai mean yaitu 128,17 dan nilai Std.

Deviation yaitu 15,351. Hasil kategorisasi variabel

keterampilan belajar sesuai dengan pedoman rumus sebagai

berikut :

Tabel 30

Hasil Kategorisasi Variabel Keterampilan Belajar

Rendah X < M – 1 SD

X < 128,17 – 15,351

X < 112,819

X < 113

Sedang M – 1 SD  X < M + 1 SD

128,17 – 15,351  X 128,17


103

+ 15,351

112,819  X < 143,521

113  X < 144

Tinggi M + 1 SD  X

128,17 + 15,351  X

143,521  X

144  X

Selanjutnya dari hasil kategorisasi tersebut, dilakukan

penghitungan menggunakan program SPSS 16.0 untuk

mengetahui frekuensi kategorisasi kecerdasan emosional

siswa-siswi kelas V SDN 3 Mlorah, sebagai berikut :

Tabel 31

Hasil Frekuensi Kategorisasi Keterampilan Belajar (X2)

Kategorisasi Frequency Percent Keterangan

X < 113 8 12,3% Rendah

113  X < 144 46 70,8% Sedang

144  X 11 16,9% Tinggi


104

70,8%

16,9%
12,3%

Berdasarkan tabel 31 dapat diketahui bahwa dari 65

siswa, ada 8 anak memiliki keterampilan belajar yang

rendah, ada 46 anak memiliki keterampilan belajar yang

sedang, dan ada 11 anak yang memiliki keterampilan

belajar yang tinggi. Sehingga dapat di simpulkan bahwa

keterampilan belajar siswa SDN 3 Mlorah masuk dalam

kategorisasi sedang dengan presentase 70,8%.

b. Uji Korelasi Product Moment

Dalam uji korelasi product moment ada kriteria

penerimaan dan penolakan hipotesis. Pada penelitian ini

yaitu jika nilai signifikansi < 0,05 maka terdapat hubungan


105

yang signifikan. Serta apabila nilai rhitung > rtabel maka Ha

diterima dan H0 ditolak.106

1) Uji Korelasi Product Moment Kecerdasan Emosional

(X1) dengan Kesiapan Belajar (Y)

Ha : ada hubungan positif yang signifikan antara

kecerdasan emosional dengan kesiapan belajar siswa

menghadapi pembelajaran tatap muka di SDN 3 Mlorah.

Ho : tidak ada hubungan positif yang signifikan antara

kecerdasan emosional dengan kesiapan belajar siswa

menghadapi pembelajaran tatap muka di SDN 3 Mlorah

Berikut ini hasil uji korelasi product moment X1 dengan

Y:

Tabel 32

Hasil Uji Korelasi Product Moment X1 dengan Y

106
Ibid., 116
106

Correlations
Kecerdasan Kesiapan
Emosional Belajar
Kecerdasan Pearson
1 .740**
Emosional Correlation
Sig. (2-tailed) .000
N 65 65
Kesiapan Belajar Pearson
.740** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000
N 65 65
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil uji korelasi product moment X1 dengan Y pada

tabel 31, dapat diketahui yaitu bahwa nilai signifikansi

0,000 < 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan

antara kecerdasan emosional dengan kesiapan belajar. Nilai

rhitung > rtabel yaitu 0,740 > 0,244 maka Ha diterima dan H0

ditolak, sehingga ada hubungan positif antara kecerdasan

emosional dengan kesiapan belajar. Dapat disimpulkan

bahwa korelasi product moment kecerdasan emosional (X1)

dengan kesiapan belajar (Y) mempunyai hubungan yang

signifikan dan positif, artinya apabila variabel kecerdasan

emosional (X1) meningkat, maka variabel kesiapan belajar

(Y) juga akan meningkat.

2) Uji Korelasi Product Moment Keterampilan Belajar

(X2) dengan Kesiapan Belajar (Y)


107

Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara

keterampilan belajar dengan kesiapan belajar siswa

menghadapi pembelajaran tatap muka di SDN 3 Mlorah.

Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara

keterampilan belajar dengan kesiapan belajar siswa

menghadapi pembelajaran tatap muka di SDN 3 Mlorah.

Berikut hasil uji korelasi product moment X2 dengan Y:

Tabel 33

Hasil Uji Korelasi Product Moment X2 dengan Y

Correlations
Keterampilan Kesiapan
Belajar Belajar
Keterampilan Pearson
1 .745**
Belajar Correlation
Sig. (2-tailed) .000
N 65 65
Kesiapan Belajar Pearson
.745** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000
N 65 65
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil uji korelasi product moment X2 dengan Y pada

tabel 32, dapat diketahui yaitu bahwa nilai signifikansi

0,000 < 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan

antara keterampilan belajar dengan kesiapan belajar. Nilai


108

rhitung > rtabel yaitu 0,745 > 0,244 maka Ha diterima dan H0

ditolak, sehingga ada hubungan positif antara keterampilan

belajar dengan kesiapan belajar. Dapat disimpulkan bahwa

korelasi product moment keterampilan belajar (X2) dengan

kesiapan belajar (Y) mempunyai hubungan yang signifikan

dan positif, artinya apabila variabel keterampilan belajar

(X2) meningkat, maka variabel kesiapan belajar (Y) juga

akan meningkat.

c. Uji Regresi Berganda Kecerdasan Emosional (X 1) dan

Keterampilan Belajar (X2) dengan Kesiapan Belajar (Y)

Uji regresi berganda digunakan untuk mengetahui

hubungan antara variabel bebas yaitu kecerdasan emosional

(X1) dengan keterampilan belajar (X2) dengan variabel terikat

yaitu kesiapan belajar (Y) dengan menggunakan program

aplikasi SPSS 16.0. Jika nilai sig.F change < 0,05, maka ada

hubungan yang signifikan. Dan nilai rsquare > rtabel maka Ha

diterima dan H0 ditolak.107

Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan

emosional dan keterampilan belajar dengan kesiapan belajar

siswa mengahadapi pembelajaran tatap muka di SDN 3

Mlorah.

107
Ali Anwar, Statistika untuk penelitian pendidikan : dan aplikasinya dengan SPSS dan Excel,
(Kediri: IAIAT Press, 2009), 116.
109

Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara

kecerdasan emosional dan keterampilan belajar dengan

kesiapan belajar siswa mengahadapi pembelajaran tatap muka

di SDN 3 Mlorah.

Tabel 34

Hasil Uji Regresi Berganda Kecerdasan Emosional dan

Keterampilan Belajar dengan Kesiapan Belajar

Model Summary

Std. Change Statistics


R Adjusted Error of F
Mode Squar R the R Square Chang Sig. F
l R e Square Estimate Change e df1 df2 Change
1 .783a .612 .600 10.568 .612 48.990 2 62 .000
a. Predictors: (Constant), Keterampilan Belajar,
Kecerdasan Emosional

Hasil uji regresi berganda pada tabel 33, dapat diketahui

bahwa nilai sig. F Change yaitu 0,000 < 0,05 maka ada

hubungan yang signifikan antara kecerdasam emosional dan

keterampilan belajar dengan kesiapan belajar. Nilai rsquare > rtabel

yaitu 0,612 > 0,244 maka Ha diterima dan H0 ditolak. Dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan dan positif antara

kecerdasan emosional (X1) dan keterampilan belajar (X2)

dengan kesiapan belajar (Y).


110

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam bab V ini peneliti menjelaskan tentang hasil yang telah didapatkan

dari penelitian di SDN 3 Mlorah. Hasil kategorisasi data menggunakan program

SPSS 16.0 yaitu kesiapan belajar siswa-siswi SDN 3 MLorah sebesar 66,2%

dalam kategorisasi sedang, kecerdasan emosional siswa-siswi SDN 3 Mlorah

sebesar 67,7% dalam kategorisasi sedang, dan keterampilan belajar siswa-siswi

SDN 3 Mlorah sebesar 70,8% dalam kategorisasi sedang. Berikut ini penjelasam

hasil dari penelitian yang berkaitan dengan rumusan masalah dan tujuan

penelitian:

A. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kesiapan Belajar

Hasil program SPSS 16.0 menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang

signifikan kecerdasan emosional dengan kesiapan belajar, dimana nilai

signifikansi 0,000 < 0,05 dan nilai rhitung > rtabel yaitu 0,740 > 0,244.

Menurut Daniel Goleman, kecerdasan emosional adalah kemampuan

individu untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi,

mengendalikan dorongan hati untuk tidak berlebihan dalam kesenangan,

mampu mengatur suasana hati serta mampu berempati. 108. Kecerdasan

emosional sangat penting untuk mendukung kesiapan dalam belajar, dimana

mampu atau tidaknya siswa dalam mempelajari sesuatu dengan berhasil

108
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi Terjemahan Alex Tri
Kantjono Widodo (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2005),514.
111

ditentukan pula oleh tingkat kecerdasan emosionalnya. 109 Salovey dan Mayer

menjelaskan bahwa kecerdasan emosional meliputi : 1) Mengenali emosi diri

sendiri antara lain : kesadaran diri untuk tidak tenggelam dalam permasalahan

dan berserah diri. Apabila individu menunjukkan perilaku yang positif pada

tanda-tanda ini, maka individu sudah mempunyai perkembangan emosional

yang sudah baik. 2) Mengelola emosi, antara lain : melepaskan kecemasan,

mampu menguasai diri sendiri, serta mampu menyenangkan diri sendiri.

Apabila individu mampu mengelola emosi, sehingga dapat meredamkan

kekacauan yang dirasakan. 3) Kecakapan individu dalam memotivasi diri

sendiri, antara lain : pengendalian dorongan hati, mampu memikirkan hal yang

positif dan optimis. Apabila individu mampu memberi motivasi pada diri

sendiri secara baik, maka individu akan menggunakan waktu secara baik untuk

kegiatan yang bermanfaat dan melakukan kegiatan belajar di sekolah dengan

efektif. 4) Mengenali emosi orang lain dan berempati. Apabila individu mampu

memahami emosi orang lain, maka akan mudah bergaul dengan masyarakat

yang luas. 5) Membina hubungan dengan orang lain. Apabila individu mampu

berkomunikasi yang baik maka akan mudah bergaul dengan orang lain di

sekolah maupun di luar sekolah.110

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aprilia

Gustiani, pada penelitian dengan judul “Hubungan antara kecerdasan

emosional dengan kesiapan belajar Mandiri Pada Siswa Kelas XI SMAN 1

Tuntang”. Hasil penelitian menujukkan bahwa ada hubungan positif yang


109
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1998), 103.
110
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2017), 160.
112

signifikan antara kecerdasan emosional dengan kesiapan belajar.111 selain itu,

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah Anita Dewi, pada

penelitian dengan judul “Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kesiapan

Belajar Mandiri Mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kecerdasan

emosional dengan kesiapan belajar.112

B. Hubungan Keterampilan Belajar dengan Kesiapan Belajar

Hasil program SPSS 16.0 menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang

signifikan keterampilan belajar dengan kesiapan belajar, dimana nilai

signifikansi 0,000 < 0,05 dan nilai rhitung > rtabel yaitu 0,745 > 0,244.

Menurut Budiarjo, keterampilan belajar adalah kemampuan individu

dalam cara-cara belajar yang baik, mencakup aspek afektif, kognitif serta

psikomotorik yang diperoleh melalui proses pelatihan secara terus-menerus.113

Keterampilan belajar sangat mendukung kesiapan dalam belajar, meliputi :

siswa yang membaca materi sebelum berangkat sekolah, semangat berangkat

menuju sekolah serta memilih tempat duduk di kelas, membuat catatan dari

materi yang disampaikan guru di depan kelas, bertanya serta menjawab ketika

kegiatan belajar berlangsung, menyampaikan argumen, berusaha menjauhkan

diri dari berbagai hal yang mengggangu dalam konsentrasi dalam belajar.

111
Aprilina Gustiyani, “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kesiapan Belajar
Mandiri Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Tuntang”, Juli 2015, (https://repository.ac.id, diakses
tanggal 22 Desember 2021).
112
Indah Anita Dewi, “Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kesiapan Belajar Mandiri
Mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung”, Jurnal Medula, 2, Januari 2020,
(http://juke.kedokteran.unila.ac.id, diakes tanggal 22 Desember 2021).
113
Lily Budiarjo, Keterampilan Belajar,(Yogyakarta: Andi, 2007),11.
113

Sehingga energi yang dimiliki siswa akan semakin meningkat dan siswa akan

siap untuk belajar. 114

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida

Umami, dalam penelitian berjudul “Learning Skills As Part Content Mastery

Service In Guidance Counseling”.115 Hasil penelitian menunjukkan bahwa

keterampilan belajar yang baik akan memudahkan kesiapan siswa dalam

belajar. Sehingga siswa dapat menguasai materi pelajaran dan berbagai

tuntutan dalam mencapai keberhasilan dalam belajar.

C. Hubungan Kecerdasan Emosional dan Keterampilan Belajar dengan

Kesiapan Belajar

Hasil program SPSS 16.0 menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang

signifikan kecerdasan emosional dan keterampilan belajar dengan kesiapan

belajar, dimana nilai bahwa nilai sig. F Change yaitu 0,000 < 0,05 dan nilai

rsquare > rtabel yaitu 0,612 > 0,244.

Slameto menjelaskan bahwa kesiapan belajar merupakan keadaan yang

secara keseluruhan pada sesorang yang menjadikan siap dalam memberikan

tanggapan secara tertentu terhadap suatu keadaan yang diperlukan dalam

mencapai tujuan belajar.116 Secara teoritis, kesiapan belajar berhubungan

dengan kecerdasan emosional yaitu kemampuan individu untuk memotivasi

diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati untuk

114
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1998), 120.
115
Ida Umami, “ Learning Skills As Part Content Mastery Service In Guidance Counseling”, Journal
of Guidance and Counseling, 2015, (http://ojs.fkip.ummetro.ac.id, diakses tanggal 22 Desember
2021).
116
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi,(Jakarta: Rineka Cipta, 2015), 113.
114

tidak berlebihan dalam kesenangan, mampu mengatur suasana hati damn

mampu berempati. Serta keterampilan belajar yaitu kemampuan individu

dalam cara-cara belajar yang baik yang mencakup aspek afektif, kognitif serta

psikomotorik dengan proses pelatihan secara terus-menerus.

Kecerdasan emosional dan keterampilan belajar erat hubungannya dengan

kesiapan belajar, dimana kecerdasan emosional dan keterampilan belajar

memiliki peranan penting untuk mendukung kesiapan siswa dalam belajar.

Siswa yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi akan mampu

mempergunakan kecakapan kognitifnya secara maksimal, karena siswa mampu

mengelola emosi dengan baik. Sehingga siswa dapat menerapkan kesiapan

dalam belajar secara maksimal. Selain itu, siswa yang memiliki keterampilan

belajar tinggi akan bergerak dan menguasai bahan-bahan yang dipergunakan

untuk belajar, sehingga energi yang dimiliki siswa akan semakin meningkat

untuk siap dalam belajar.117

117
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2013), 88.
115

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti

tentang Hubungan Kecerdasan Emosional dan Keterampilan Belajar Siswa

Menghadapi Pembelajaran Tatap Muka di SDN 3 Mlorah, dapat diambil

kesimpulan yaitu :

1. Hasil kategorisasi data menggunakan program SPSS 16.0 yaitu

kesiapan belajar siswa-siswi SDN 3 MLorah sebesar 66,2% dalam

kategorisasi sedang, kecerdasan emosional siswa-siswi SDN 3 Mlorah

sebesar 67,7% dalam kategorisasi sedang, dan keterampilan belajar

siswa-siswi SDN 3 Mlorah sebesar 70,8% dalam kategorisasi sedang

2. Ada hubungan positif yang signifikan kecerdasan emosional dengan

kesiapan belajar siswa menghadapi pembelajaran tatap muka di SDN 3

Mlorah. Dimana nilai signifikansi yaitu 0,000 < 0,05 dan nilai r hitung >

rtabel yaitu 0,740 > 0,244.

3. Ada hubungan positif yang signifikan keterampilan belajar dengan

kesiapan belajar siswa menghadapi pembelajaran tatap muka di SDN 3

Mlorah. Dimana nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan nilai r hitung > rtabel

yaitu 0,745 > 0,244.

112
116

4. Ada hubungan positif yang signifikan kecerdasan emosional dan

keterampilan belajar dengan kesiapan belajar siswa menghadapi

pembelajaran tatap muka di SDN 3 Mlorah. Dimana nilai sig. F Change

yaitu 0,000 < 0,05 dan nilai rsquare > rtabel yaitu 0,612 > 0,244.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan

saran, yaitu :

1. Saran bagi siswa

Saran bagi siswa yaitu agar siswa mampu untuk lebih

meningkatkan kecerdasan emosional seperti mampu memikirkan hal

positif dan yakin dalam belajar serta siswa mampu lebih meningkatkan

keterampilan belajar dengan melakukan latihan cara-cara belajar yang

baik secara terus-menerus. ketika kecerdasan emosional dan

keterampilan belajar yang tinggi, akan mendukung dalam

meningkatkannya kesiapan siswa dalam belajar.

2. Saran bagi guru

Saran bagi guru yaitu agar guru memberikan penguatan kepada

siswa, seperti penguatan verbal. Sehingga siswa memiliki kecerdasan

emosional dan keterampilan belajar yang tinggi untuk mendukung

kesiapan dalam belajar yang tinggi.


117

3. Saran bagi peneliti selanjutnya

Saran bagi peneliti selanjutnya yaitu agar penelitian ini menjadi

acuan untuk penelitian yang dilakukan peneliti selanjutnya. Dengan

adanya kekurangan pada penelitian ini yang hanya menggunakan

variabel kecerdasan emosional dan keterampilan belajar, akan lebih

baik jika diperluas dengan menambahkan variabel-variabel lain untuk

mengetahui hubungannya dengan kesiapan belajar seperti motivasi

belajar dan perhatian orang tua.


118

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Maman. Dasar-dasar Metode Statistika untuk Penelitian.


Bandung: Pustaka Setia, 2011.
A. G, Hughes. Learning & Teaching: Pengantar Psikologi Pembelajaran
Modern. Bandung: Nuansa, 2012.
Ahmadi, Rulam. Pengantar Pendidikan Asas & Filsafat Pendidikan.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017.
Anwar, Ali. Statistika untuk penelitian pendidikan : dan aplikasinya
dengan SPSS dan Excel. Kediri: IAIAT Press, 2009
April, Tutu. EQ Orang Tua VS EQ Anak. Yogyakarta: Locus, 2009.
Aprilina Gustiyani. “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan
Kesiapan Belajar Mandiri Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1
Tuntang”, Juli 2015, (https://repository.ac.id, diakses tanggal 22
Desember 2021).
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rhineka Cipta, 2011.
Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2013.
Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogtakarta : Pustaka Pelajar Offset,
2020.
Azwar, Saifuddin. Penyusunan Skala Psikologi edisi 2. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2012.
Azwar, Saifuddin. Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007.
Balgies, Soffy. Wawancara Teori & Aplikasi dalam Psikodiagnostik.
Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011.
Budiarjo, Lily. Keterampilan Belajar. Yogyakarta: Andi, 2007.
Danim, Sudarwan dan Khairil. Psikologi Pendidikan (Dalam Perspektif
Baru). Bandung: Alfabeta, 2010.
Dari. “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Kematangan Emosi dengan
Kesiapan Belajar Anak TK B (Penelitian pada anak kelompok B TK
Tunas Harapan Krandegan Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo)”.
2020. (http://eprintslib.ummgl.ac.id, diakses tanggal 22 Desember
2021).
Darsono, Max. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang
Press, 2008.
Dede Fatchuroji, “ Hubungan Adversity Quotient Dengan Kesiapan
Belajar Pada Mata Pelajaran PAI MAN 1 Serang”. Jurnal keilmuan
dan pendidikan. 2020. (http://www.jurnal.uinbanten.ac.id, diakses
tanggal 22 Desember 2021).
Devi Hendrayani. “Keterampilan Belajar”.
https://tariaridevibayu.weebly.com, diakses tanggal 11 Januari 2022.
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Djamarah, Syaiful Bahri. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta,
2002.
119

E. L, Shapiro. Mengajarkan Emotional Inteligence Pada Anak. Jakarta:


Gramedia Pustaka, 2001.
Goleman, Daniel. Working with Emotional Intelligence: Kecerdasan
Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi Terjemahan Alex Tri
Kantjono Widodo. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Ghazali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
(Semarang : Universitas Diponegoro, 2005).
Hartono, Adreas. EQ Parenting. Jakarta: Gramedia Pustaka,2012.
Hergenhahn, B. R dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning (Teori
Belajar). Jakarta, Kencana Prenada Media, 2010.
Ida Umami. “ Learning Skills As Part Content Mastery Service In
Guidance Counseling”. Journal of Guidance and Counseling. 2015.
(http://ojs.fkip.ummetro.ac.id, diakses tanggal 22 Desember 2021).
Indah Anita Dewi. “Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kesiapan
Belajar Mandiri Mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung”. Jurnal Medula, 2. Januari 2020.
(http://juke.kedokteran.unila.ac.id, diakes tanggal 22 Desember 2021).
Isna, Mansyur. Diskursus Pendidikan Islam. Yogyakarta: Global Pustaka
Utama, 2001.
Media Center Direktorat Sekolah Dasar,”Semua Sekolah Wajib
Melaksanakan PTM Terbatas pada 2022”, 3 Januari 2022,
https://ditpsd.kemdikbud.go.id, diakses tanggal 14 Januari 2022.
Nirwana, Hermawan. Belajar dan Pembelajaran. Padang: FIP UNP,2002.
Nurhayati, Eti. Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011.
Periantalo, Jelpa. Validitas Alat Ukur Psikologi: Aplikasi Praktis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
Prawira, Purwa Atmaja. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2017.
Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset, 1998.
Rai Dwi Hastarita. “Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling untuk
Mengembangkan Keterampilan Belajar”. 2013.
(http://repository.upi.ac.id, diakses tanggal 22 Januari 2022).
Saefullah. Psikologi Perkembangan dan Pendidikan. Bandung : Pustaka
Setia, 2012.
Siregar, Sofyan. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Bumi Aksara, 2015.
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta, 2015.
Sobur, Alex. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia, 2003.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung :
Alfabeta, 2016.
Sujarwati, Wiratna. Belajar Mudah SPSS untuk Penelitian Mahasiswa dan
Umum. Yogyakarta: Global Media Informasi, 2008.
120

Syamsul Bahri dan Fahkry Zamzam. Model Penelitian Kuantitatif


Berbasis SEM-AMOS Pengujian dan Pengukuran. (http://google.com,
2021. diakses tanggal 16 Maret 2022).
Tim Cerdas Edukasi. Pintar Psikotes dan TPA. Jakarta: Tangga Pustaka,
2013.
Tim Penyusun IAIN Kediri, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Kediri : LPPM IAIN Kediri, 2020.
Uno, Hamzah B. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:
Ikrar Mandiri Abadi, 2006.
Wahyu Widyatrini. “Metode Bermain Peran Dalam Keterampilan
Berbicara Siswa Kelas V”. (http://id.scribd.com, diakses tanggal 22
Desember 2021).
Wawancara dengan siswa-siswi kelas V SDN 3 Mlorah.
Wawancara dengan Ibu Darti, guru kelas 5 di SDN 3 Mlorah.
Wawancara dengan Ibu Khusnul, guru agama di SDN 3 Mlorah.
Woolfolk, Anita . Educational Psyhology Active Learning. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009.

Anda mungkin juga menyukai