Oleh :
Anggota Muda MELPA :
1. Muhammad Bagus Setia Ramadhan
2. Alam Perkasa
3. Amelia Syafitrie
4. Aprizal Alfarizi
5. Febria Sanda
6. Feby Andre Simangunsong
7. Markus Erlando Wijaya Kusuma
8. Rezza Aliandy Fikri
Mengetahui,
Penguji I Penguji II
( ) ( )
Mentor Perjalanan
Akhyat Maulana
MPXXII/151.18/G.Lw
Menyetujui,
MPXXII/153.18/G.Lw
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan hidayah dan rahmat-Nya, sholawat dan salam kami curahkan pada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya
yang setia hingga akhir zaman. Sehingga kami sebagai Anggota Muda MELPA dapat
menyelesaikan ekspedisi Gunung Ceremai selama enam hari, yaitu dari tanggal 1
November 2020 sampai 6 November 2020.
Maksud dan tujuan penulisan laporan ini, sebagai bukti terselesainya proses
pengambilan Nomor Registrasi Anggota Tetap MELPA bagi Anggota Muda MELPA
tahun 2019 dan 2020 yang diwajibkan melakukan ekspedisi pendakian gunung
dengan batas ketinggian minimum 3000 meter diatas permukaan laut sebagai salah
satu syarat menjadi Anggota Tetap Mahasiswa Elektromedik Pencinta Alam.
Perlengkapan pribadi :
vi
Perlengkapan Kelompok :
1. Amoxcilin (1 strip)
2. Dextamin (1 strip)
3. NaCl (1 botol)
4. Promag Cair (10 buah)
5. Minyak Tawon (1 botol)
6. Bedak Salicyl (1 botol)
7. Betadine (1 botol)
8. Alkohol 70% (1 botol)
9. Salbutamol (1 strip)
10. Kasa Gulung (1 kotak)
11. Handsanitizer (4 botol)
BAB I
PENDAHULUAN
Bismillahahirohmanirrohim segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga kita masih dapat melakukan aktivitas
sehari hari dengan sehat sentosa. Tidak lupa shalawat dengan salam senantiasa kami
limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta sahabat-Nya yang telah
membawa kita kepada zaman yang berpendidikan seperti saat ini.
Sebagai salah satu program kerja tahunan Badan Pengurus Harian MELPA, yang
mewajibkan para Anggota Muda MELPA melakukan ekspedisi pendakian gunung
hutan minimal 3000 meter diatas permukaan laut, maka kami selaku Anggota Muda
MELPA tahun 2020 melaksanakan salah satu program kerja tahunan tersebut dengan
melakukan ekspedisi pendakian Gunung Ciremai yang terletak di Pulau Jawa,
Indonesia.
Alasan tim ekspedisi memilih Gunung Ciremai karena mempunyai potensi alam
yang luar biasa. Sebagai gunung api aktif, Gunung Ciremai menjadi habitat bagi Surili,
Babi Hutan, Macan Kumbang, Katak Merah, Elang Jawa, Lutung, Kijang dan masih
banyak spesies yang masih hidup di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai.
Terdapat juga 195 spesies tanaman dan tanaman obat yang hidup di Kawasan Taman
Nasional Gunung Ceremai (Arboretum TNGC, 2018). Sebagai salah satu referensi
keindahan alam di Indonesia seharusnya Taman Nasoinal Gunung Ciremai bisa
menjadi sumber referensi konservasi alam yang menyuguhkan begitu banyak objek
konservasi. Gunung Ciremai tercatat mengalami letusan pada tahun 1698 dengan
selang waktu terpendek 3 tahun dan terpajang 112 tahun, dengan letusan terakhir kali
pada tahun 1937. Setelah tahun 1698 terjadi letusan sebanyak 3 kali yakni tahun 1772,
1775 dan 1805, yang terjadi di kawah pusat, namun hal ini tidak menimbulkan
kerusakan berat. Letusan uap belerang serta tembusan fumarol baru (lubang pada kerak
bumi yang mengeluarkan uap dan gas seperti karbon dioksida, belerang dioksida, asam
klorida dan hidrogen sulfida) di dinding kawah pusat terjadi tahun 1917 dan 1924. Pada
24 Juni 1937 – 7 Januari 1938 terjadi erupsi freatik (erupsi yang terjadi karena adanya
1
kontak air dengan magma) di kawah pusat dan celah radial. Sebaran abu mencapai
daerah seluas 52,500 km bujur sangkar
2
(Kusumadinata, 1971). Pada tahun 1947, 1955 dan 1973 terjadi gempa tektonik yang
melanda daerah barat daya Gunung Ciremai, diduga berkaitan dengan struktur sesar
berarah tenggara – barat laut. Kejadian gempa merusak sejumlah bangunan di daerah
Maja dan Talaga sebelah barat Gunung Ciremai terjadi tahun 1990 dan tahun 2001.
Getarannya terasa hingga Desa Cilimus di timur Gunung Ciremai.
Gunung Ciremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat dengan ketinggian
3.078 MDPL, Gunung Ciremai memiliki 4 jalur resmi antara lain Jalur Palutungan,
Desa Palutungan, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Jalur
Linggarjati, Desa Linggarjati, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Jalur Apuy, Desa Argalingga, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Jawa
Barat. Dan Jalur Linggasana, Desa Linggasana, Kecamatan Cilimus, Kabupaten
Kuningan, Jawa Barat. Dalam kegiatan ekspedisi pengambilan nomor anggota muda,
tim ekspedisi memilih jalur baru yakni Jalur Linggasana, Desa Linggasana, Kecamatan
Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Secara administratif Gunung Ciremai berada dalam wilayah tiga kabupaten, yaitu
Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Majalengka. Gunung ini
mempunyai beragam flora dan fauna, flora seperti anggrek, kantung semar, pohon
pinus, beringin karet, kecapi, mara, mareme, puspa, kisapu dan cantigi. Sedangkan
Faunanya seperti Celepuk Jawa, Ciung Mungkal Jawa, Surili, Lutung Budeng, Kukang
Jawa dan Kijang Muncak.
Posisi geografis puncaknya terletak pada 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT,
dengan ketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut. Gunung ini memiliki kawah
ganda. Kawah barat yang beradius 400 meter terpotong oleh kawah timur yang beradius
600 meter. Pada ketinggian sekitar 2.900 MDPL di lereng selatan terdapat bekas titik
letusan yang dinamakan Gowa Walet. Kini Gunung Ciremai termasuk ke dalam
kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), yang memiliki luas total sekitar
15.000 hektare.
Nama gunung ini berasal dari kata cereme (Phyllanthus acidus, sejenis tumbuhan
perdu berbuah kecil dengan rasa masam), namun seringkali disebut Ciremai, suatu
gejala hiperkorek (menunjukan suatu yang salah, baik ucapan maupun ejaan) akibat
banyaknya nama tempat di wilayah Pasundan yang menggunakan awalan 'ci-' untuk
penamaan tempat.
Atas dasar keingintahuan dari beberapa informasi diatas dan lebih mengenal secara
mendalam tentang keadaan alam, iklim dan keramahan penduduk sekitar Gunung
Ciremai serta ingin menerapkan pengetahuan yang telah kami dapatkan selama PDPA
dan pendidikan tambahan yang telah kami peroleh dari senior kami di MELPA, maka
kami tim ekspedisi “EIGHT-FINITY” : Muhammad Bagus Setia Ramadhan, Alam
Perkasa, Amelia Syafitrie, Aprizal Alfarizi, Febria Sanda, Feby Andre
Simangunsong, Markus Erlando Wijiaya Kusuma dan Rezza Aliandy Fikri.
Oleh karena itu, kami sebagai Anggota Muda MELPA melakukan ekspedisi di
Gunung Ciremai, Jawa Barat. Kami tentunya mengharapkan dengan adanya kegiatan
yang akan kami laksanakan ini nantinya dapat bermanfaat untuk mempererat tali
persaudaraan, kerjasama, dan kekompakan kami (Anggota Muda MELPA) sebagai
bagian dari keluarga Besar Mahasiswa Elektromedik Pencinta Alam. Demi mencapai
“Satu Tekad, Satu Persepsi, Satu Tujuan, Menuju MELPA Jaya”.
BAB II
DATA EKSPEDISI
8. Transportasi
Keberangkatan
Dari Menuju Transportasi
Sekretariatariat MELPA Terminal Lebak Bulus Grab Car
Terminal Lebak Bulus Pasar Cilimus Bis Primajasa
Angkot Trayek 030
Pasar Cilimus Basecamp Linggasana
Cilimus - Linggarjati
Basecamp Linggasana Pos 1 Pambadakan Jalan Kaki
Kepulangan
Dari Menuju Transportasi
Basecamp Linggasana MAPALA HIMAPA FE Angkot Trayek 062.B
UNIKU Cilimus – Janannuraga
Via Cijoho
MAPALA HIMAPA FE Terminal Kertawangunan Motor
UNIKU
Terminal Kertawangunan Terminal Lebak Bulus Bis Luragung
Terminal Lebak Bulus Sekretariatariat MELPA Grab Car
2.2 Legenda Gunung Ciremai
Pada tahun 1426 dalam rangka syiar islam, Para Wali akan menyelenggarakan
musyawarah dalam rangka mengatur pengembangan Agama Islam (Agama Sejati)
ke pelosok negeri. Dalam rangka perencanaan tersebut para wali sepakat akan
melaksanakan musyawarah (Mangcereman) disebelah timur di kaki Gunung
Ciremai yang pada saat itu masih bernama Desa Gede (Linggarjati).
Desa Gede yang dipimpin oleh Kuwu (Kepala Desa) yang bernama Ki Lurah
Gede pada masa Kerajaan Padjadjaran di perkirakan dibawah pimpinan Adipati
Timbang Luhur (Desa Timbang Sekarang). Diceritakan bahwa pada saat itu
sekitar abad ke 14 disepakati adanya rencana musyawarah yang akan di
selenggarakan oleh Para Wali di Gunung Gede (Sekarang Gunung Ciremai). Di
dalam musyawarahnya mereka membentuk susunan pengurus dengan susunan
sebagai berikut :
1. Sunan Bonang : Ketua
2. Sunan Gunungjati : Hakim/Imam
3. Sunan Kalijaga : Penghubung
4. Sunan Kudus : Patih
5. Syeh Maolana Magribi : Jaksa
6. Syeh Bentong : Anggota
7. Syeh Majagung : Anggota
8. Sunan Giri : Anggota
9. Syeh Lemah Abang : Anggota
Ternyata hal tersebut didengar oleh Para Kuwu / Kepala Desa yang berada
disekitar Gunung Gede, sangat mengejutkan para kuwu waktu itu, karena warga
masyarakat waktu itu masih menganut agama Budha. Hampir semua dari
penduduk setempat waktu itu tidak bisa menerima hadirnya agama Islam mereka
tetap pada keyakinannya memeluk agama Budha, selain itu pula sebenarnya
mereka merasa takut untuk berhadapan dengan kesaktian Para Wali, sehingga
dengan serempak mereka melarikan diri dengan menggunakan bermacam macam
ilmu kemampuannya ada yang berubah wujud agar tidak kelihatan sebagaimana
manusia biasa (Mokswa dan Tilem) atau mereka meninggalkan Desa masing-
masing dengan
8
tujuan untuk bersembunyi. Sehingga tidak heran bila ada penduduk desa yang
beranggapan bahwa di Gunung Gede (Gunung Ciremai Sekarang) masih terdapat
kehidupan manusia yang tersembunyi, sebagai mana kejadian orang hilang di
Gunung Ciremai biasanya sebelum hilang mereka selalu ditemui terlebih dahulu
oleh seseorang dari golongan orang tersembunyi tersebut. Menurut pengakuan
petani yang mengolah hutan sebelah utara kawasan hutan Linggajati didaerah kaki
Gunung Ciremai sesekali dikejauhan suka terdengar suara gamelan seperti kenduri
(acara adat). Mendengar berita larinya para kuwu disekitar Gunung Gede, para
wali menjadi kecewa namun tidak menghalangi rencana menyelenggarakan
musyawarah (Mangcereman) para wali di Gunung Gede (Gunung Ciremai
sekarang) karena musyawarah ini adalah musyawarah tentang syiar islam ke
penjuru nusantara khususnya pulau jawa. Selanjutnya Para Wali pun melakukan
perjalanan menuju Gunung Gede (Gunung Ciremai sekarang), dengan
kesaktiannya masing – masing mereka berangkat menuju tempat tujuannnya
dengan menggunakan ilmu seipi yang menurut cerita ada yang berjalan seperti
angin, naik naga dan lainnya. Namun lain halnya dengan Gusti Sinuhun Sunan
Gunung Jati beliau berangkat sendirian, tanpa diketahui oleh 8 (delapan) wali
lainnya, dalam perjalanannya beliau beristirahat di suatu daerah yang sekarang
bernama Desa Gede (Desa Linggarjati sekarang), tepatnya beliau beristirahat
diatas batu yang sampai sekarang batu tersebut masih ada di sebelah selatan
komplek Balai Desa Linggarjati. Setelah itu Gusti Sinuhun Sunan Gunung Jati
“Linggar” (Berangkat) menuju puncak Gunung Gede (Gunung Ciremai). Dalam
perjalanannya beliau menggunakan ilmu sejati yaitu berjalan layaknya manusia
biasa.
Setelah itu akhirnya para Wali bersama sama berdoa menghadap arah Kiblat
(arah barat) dan memohon kepada Allah SWT agar “kawah” permukaan kawah
Gunung Gede (Gunung Ciremai) sama tinggi dengan tempat yang mereka duduki,
dan akhirnya doa para walipun terkabul. Setelah beberapa waktu kemudian Para
Wali melanjutkan perjalanannya guna acara musyawarah dipuncak Gunung Gede
(Gunung Ciremai). Dalam isi musyawarah tersebut Para Wali sepakat untuk
menyebarkan ajaran agama islam (Ilmu Sejati) ke seluruh penjuru Bumi
Nusantara.
Terdapat juga Situs Keramat Eyang Lingga Kusuma Yudha berada di dusun
Manis Jl. Keramat, Desa Linggasana. Situs ini sudah ada sejak jaman dahulu.
Situs ini adalah tempat dimana Eyang Lingga Kusuma Yudha dimakamkan, dan
juga merupakan tempat kepala desa (kuwu) pertama Desa Linggasana
dimakamkan, yang bernama Raden Wangsareda.
Eyang Lingga Kusuma Yudha adalah pejuang islam / penyebar agama islam di
Desa Linggasana. Situs ini juga menjadi tempat acara adat dilaksanakan, seperti
Mapag Cai Kahuripan. Di sekitar kawasan Situs ini terdapat sebuah Balai Desa
yang menjadi tempat bermusyawarah warga Desa Linggasana. Situs ini jarang
terexpose oleh masyarakat luas, karena ditakutkan terjadi penyimpangan terhadap
ajaran agama islam. Di Situs ini tertulis “ulah migusti tapi mupusti” yang artinya
jangan minta tapi menjaga/menyimpan/merawat/mendoakan.
2.3 Masyarakat Desa Linggasana
APLIKASI MATERI
1. Tujuan Perjalanan
Gunung Ciremai, Desa Linggasana, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat,
Indonesia.
2. Kronologi Perjalanan
Berikut adalah kronologi perjalanan Tim yang dimulai dari Sekretariat MELPA
menuju Gunung Ceremai hingga kembali lagi ke Sekretariat MELPA.
11
selesai
12
melakukan pengarahan tim berjalan menuju Sekretariat
MELPA.
Pulang :
Basecamp Linggasana – Sekretariatariat Himapa Fe UNIKU ––
Terminal Kertawagunan – Terminal Pondok Pinang – Sekretariat
MELPA
5. Jalur Pendakian
PEMASUKAN
ANGGARAN DANA
No. Uraian Volume Frekuensi Harga satuan Jumlah
Pemasukan
1. Iuran Peserta 8 org x 1 Hr Rp. 650.000 Rp. 5.200.000
2. Dana usaha 1 org x 1 Hr Rp. 520.000 Rp. 520.000
3. Iuran Peserta Pelengkapan Data 8 org x 1 Hr Rp. 175.000 Rp. 1.400.000
TOTAL Rp. 1.345.000 Rp. 7.120.000
B. PENGELUARAN
No. Uraian Volume Frekuensi Harga satuan Jumlah
Kesekretariatan
1. Fotocopy Surat 10 lbr x 1 Hr Rp. 500 Rp. 5.000
2. Jilid Proposal 2 bh x 1 Hr Rp. 5.000 Rp. 10.000
3. Fotocopy Peta 2 lbr x 1 Hr Rp. 24.867 Rp. 49.735
4. Karcis masuk pendakian via Linggasama 8 org x 1 Hr Rp. 43.500 Rp. 348.000
5. Karcis masuk TNGC 8 org x 1 Hr Rp. 5.000 Rp. 40.000
6. Asuransi TNGC 8 org x 1 Hr Rp. 1.500 Rp. 12.000
7. Rapid Test 8 org x 1 Hr Rp. 100.000 Rp. 800.000
8. Fotocopy LPJ 318 lbr x 1 Hr Rp. 250 Rp. 79.500
9. Jilid LPJ 4 bh x 1 Hr Rp. 7.000 Rp. 28.000
10. Peta diperkecil 4 bh x 1 Hr Rp. 5.885 Rp. 23.540
11. Peniti 2 pck x 1 Hr Rp. 5.000 Rp. 10.000
Sub Total Rp. 198.502 Rp. 1.405.775
Perlengkapan
1. Trash Bag 90x120cm 2 pck x 1 Hr Rp. 12.000 Rp. 24.000
2. Plastik Kiloan (Tomat) 2 pck x 1 Hr Rp. 15.000 Rp. 30.000
3. Gas Hi-Cook 10 bh x 4 Hr Rp. 14.000 Rp. 140.000
4. Peta 1 bh x 1 Hr Rp. 100.000 Rp. 100.000
5. Romer 5 bh x 1 Hr Rp. 5.000 Rp. 25.000
6. Lilin 5 bks x 1 Hr Rp. 8.000 Rp. 40.000
7. Tissue Kering 1 bks x 1 Hr Rp. 20.000 Rp. 20.000
8. Tissue Basah (kodomo) 1 bks x 1 Hr Rp. 12.900 Rp. 12.900
9. Tissue Basah (paseo) 1 bks x 1 Hr Rp. 15.900 Rp. 15.900
10. Totebag 1 bh x 1 Hr Rp. 5.000 Rp. 5.000
Sub Total Rp. 207.800 Rp. 412.800
Transportasi
1. Sekretariat MELPA – Terminal Lebak Bulus 8 org x 1 Hr Rp. 10.750 Rp. 86.000
2. Terminal Lebak Bulus – Pasar Cilimus 8 org x 1 Hr Rp. 145.000 Rp. 1.160.000
3. Pasar Cilimus – Basecamp linggasana 8 org x 1 Hr Rp. 10.000 Rp. 80.000
4. Basecamp Linggasana – Mapala Himapa Fe 8 org x 1 Hr Rp. 20.000 Rp. 160.000
5. Terminal Kertawangunan – Terminal Lebak Bulus 8 org x 1 Hr Rp. 110.000 Rp. 880.000
6. Terminal Lebak Bulus – Sekretariat MELPA 8 org x 1 Hr Rp. 11.500 Rp. 92.000
Sub Total Rp. 307.250 Rp. 2.458.000
Transportasi Pelengkapan Data
Sewa Mobil (Xenia) 1 bh x 1 Hr Rp. 550.000 Rp. 550.000
Bahan Bakar (Bensin) 1 bh x 1 Hr Rp. 150.000 Rp. 150.000
Sekertariat MELPA – Tol
1. 1 bh x 1 Hr Rp. 10.000 Rp. 10.000
Basecamp Linggasana Kuningan 2
E – TOL
Tol
1 bh x 1 Hr Rp. 107.500 Rp. 107.500
Palimanan
Tol Ciperna
1 bh x 1 Hr Rp. 6.000 Rp. 6.000
Barat
Bahan Bakar (Bensin) 2 bh x 1 Hr Rp. 50.000 Rp. 100.000
Tol
Palimanan 1 bh x 1 Hr Rp. 6.000 Rp. 6.000
Basecamp Linggasana –
2. Utama
Sekertariat MELPA E – TOL
Tol
Cikampek 1 bh x 1 Hr Rp. 122.500 Rp. 122.500
utama 2
Sub Total Rp. 1.002.000 Rp. 1.052.000
P3K
1. Amoxcilin 1 stp x 1 Hr Rp. 6.000 Rp. 6.000
2. Dextamin 1 stp x 1 Hr Rp. 25.000 Rp. 25.000
3. NaCl 1 btl x 1 Hr Rp. 15.000 Rp. 15.000
4. Promag Cair 10 pcs x 1 Hr Rp. 3.000 Rp. 30.000
5. Minyak Tawon 1 btl x 1 Hr Rp. 57.000 Rp. 57.000
6. Bedak Salicyl 1 btl x 1 Hr Rp. 10.000 Rp. 10.000
7. Betadine 1 btl x 1 Hr Rp. 27.000 Rp. 27.000
8. Alkohol 70% 1 btl x 1 Hr Rp. 10.000 Rp. 10.000
9. Salbutamol 1 stp x 1 Hr Rp. 5.000 Rp. 5.000
10. Kasa Gulung 1 box x 1 Hr Rp. 9.000 Rp. 9.000
11. Hand sanitizer 3 btl x 1 Hr Rp. 8.700 Rp. 26.100
12. Paracetamol 1 sct x 1 Hr Rp. 6.000 Rp. 6.000
Sub Total Rp. 181.700 Rp. 226.100
Konsumsi
Makanan
1. Beras 5 ltr x 3 Hr Rp. 12.000 Rp. 60.000
2. Abon Ayam 1 bks x 2 Hr Rp. 15.000 Rp. 15.000
3. Gepuk 1 bks x 2 Hr Rp. 20.000 Rp. 20.000
4. Ayam Goreng 8 ptg x 2 Hr Rp. 10.000 Rp. 80.000
5. Sambal Roa 3 klg x 3 Hr Rp. 33.000 Rp. 99.000
6. Nuget 1 bks x 2 Hr Rp. 22.000 Rp. 22.000
7. Sarden 3 klg x 1 Hr Rp. 8.700 Rp. 26.100
8. Sosis 2 bks x 2 Hr Rp. 12.000 Rp. 24.000
9. Bakso 1 bks x 2 Hr Rp. 40.000 Rp. 40.000
10. Minyak Goreng 1 btl x 4 Hr Rp. 15.500 Rp. 15.500
11. Bumbu sayur asem 3 bks x 1 Hr Rp. 2.000 Rp. 6.000
12. Saori 4 bks x 2 Hr Rp. 3.200 Rp. 12.800
13. Buncis 2 ikt x 2 Hr Rp. 5.000 Rp. 10.000
14. Kacang Panjang 2 Ikt x 1 Hr Rp. 2.500 Rp. 5.000
15. Bayam 1 ikt x 1 Hr Rp. 5.000 Rp. 5.000
16. Bawang Putih 1 bks x 2 Hr Rp. 5.000 Rp. 5.000
17. Bawang Merah 1 bks x 2 Hr Rp. 5.000 Rp. 5.000
18. Daun Bawang 2 ikt x 2 Hr Rp. 2.500 Rp. 5.000
19. Teri 1 bks x 1 Hr Rp. 16.000 Rp. 16.000
20. Telur 1 kg x 2 Hr Rp. 23.000 Rp. 23.000
21. Orek Tempe 1 bks x 3 Hr Rp. 25.000 Rp. 25.000
22. Teri kacang 1 bks x 3 Hr Rp. 25.000 Rp. 25.000
21. Tomat 2 bks x 2 Hr Rp. 2.500 Rp. 5.000
22. Kentang 2 bks x 2 Hr Rp. 2.500 Rp. 5.000
23. Kol 1 bh x 2 Hr Rp. 5.000 Rp. 5.000
24. Garam 1 bks x 3 Hr Rp. 5.000 Rp. 5.000
25. Kecap ABC Sachet 1 rcg x 3 Hr Rp. 11.000 Rp. 11.000
26. Saus ABC Sachet 3 bks x 3 Hr Rp. 1.000 Rp. 9.000
27. Mie Instan Rebus 16 bks x 3 Hr Rp. 16.000 Rp. 16.000
28. Mangga 1 kg x 2 Hr Rp. 14.000 Rp. 14.000
29. Apel 1/2 kg x 1 Hr Rp. 4.000 Rp. 20.000
30. Anggur 1/2 kg x 1 Hr Rp. 5.000 Rp. 25.000
31. Bumbu Masako 1 bks x 1 Hr Rp. 4.400 Rp. 4.400
32. Sayur Sawi dan Tahu (matang) 1 bks x 1 Hr Rp. 20.000 Rp. 20.000
Sub Total Rp. 373.400 Rp. 659.400
Minuman
1. Energen 1 rcg x 2 Hr Rp. 13.000 Rp. 13.000
2. Gula Putih 1 kg x 3 Hr Rp. 14.000 Rp. 14.000
3. Kopi Good Day 1 rcg x 4 Hr Rp. 11.000 Rp. 11.000
4. Air Mineral FIT 1 bh x 1 Hr Rp. 4.900 Rp. 4.900
Sub Total Rp. 42.900 Rp. 42.900
Snack
1. Wafer Nabati 2 bks x 2 Hr Rp. 6.600 Rp. 13.800
2. Pasta 2 bks x 1 Hr Rp. 4.500 Rp. 9.000
3. Kuaci 2 bks x 2 Hr Rp. 12.500 Rp. 25.000
4. Roma Kelapa 2 bks x 2 Hr Rp. 10.800 Rp. 21.600
5. Oats 2 bks x 2 Hr Rp. 15.200 Rp. 30.400
6. Permen Mentos 1 bks x 3 Hr Rp. 6.000 Rp. 6.000
7. Waffelo 1 rcg x 1 Hr Rp. 9.000 Rp. 9.000
8. Tim-tam 1 rcg x 1 Hr Rp. 10.500 Rp. 10.500
Sub Total Rp. 75.400 Rp. 125.300
Makan di Perjalanan
Makan pagi Nasi 16 bks x 2 Hr Rp. 5.000 Rp. 80.000
1.
2 November Capcay (matang) 1 bks x 1 Hr Rp. 10.000 Rp. 10.000
Makan malam Sayur Labu Siem dan
2. 1 bks x 1 Hr Rp. 20.000 Rp. 20.000
2 November Tahu (matang)
Makan pagi Sayur sop (kentang, kol,
3. 1 bks x 1 Hr Rp. 20.000 Rp. 20.000
3 November dan wortel) (matang)
Sub Total Rp. 55.000 Rp. 130.000
Sub Total Logistik Rp. 546.700 Rp. 827.730
Konsumsi Pelengkapan Data
Makanan dan Minuman
1. Mie soto 7 bh x 1 Hr Rp. 3.000 Rp. 21.000
2. Kopi Kapal Api 3 bh x 1 Hr Rp. 1.500 Rp. 4.500
Sub Total Rp. 4.500 Rp. 25.500
Makan di Perjalanan Pelengkapan Data
Makan Malam Nasi Jamblang 4 bh x 1 Hr Rp. 12.500 Rp. 50.000
1.
12 Desember 2020 Singkong Keju 2 bh x 1 Hr Rp. 8.000 Rp. 16.000
Makan Siang Nasi Empal Gentong 4 bh x 1 Hr Rp. 25.000 Rp. 100.000
2. Kerupuk 6 bh x 1 Hr Rp. 2.000 Rp. 12.000
13 Desember 2020
Sub Total Rp. 47.500 Rp. 178.000
Sub Total Logistik Pelengkapan Data Rp. 52.000 Rp. 203.500
Total Pengeluaran Rp. 2.495.952 Rp. 6.555.575
Perlengkapan pribadi :
Perlengkapan Kelompok :
Alam, Amel, Rizal dan Febri membawa air sebanyak 3 botol air mineral (1,5
Liter/botol) yang sudah berisi air di basecame Linggasana dan 1 jerigen (5 Liter) yang
masih kosong. Reza, Bagus, Andre dan Edo membawa masing – masing 2 jerigen (5
Liter/jerigen) yang masih kosong menuju Pos 3 (Cikacu). Kemudian di Pos 3 (Cikacu)
tim mengisi air kedalam semua jerigen berisikan penuh untuk sampai ke puncak. Untuk
persediaan turun, kami hanya mengisi 1 botol tupperware (1 Liter) di Pos 3 (Cikacu).
Laporan Manajemen perjalanan diatas adalah laporan yang sebenar – benarnya
yang telah kami aplikasikan dalam mengatur manajemen tim ekspedisi ke Gunung
Ceremai.
3.2 Sosiologi Pedesaan (SOSPED)
1. Sosiologi Pedesaan
Reza, Rizal, Alam dan Febri melakukan sosiologi pedesaan atau SOSPED.
Reza, Rizal, Alam dan Febri mendapatkan informasi dari beberapa narasumber
yang telah diwawancarai.
Berikut adalah narasumber dan informasi yang diperoleh, yaitu :
1. Pak Kirman 57 tahun adalah anak dari Mbah Isma, Mbah Isma sendiri
adalah orang yang dituakan di Desa Linggasana. Pak Kirman mempunyai 2
anak dan 4 cucu. Pak Kirman lahir di Desa Linggasana dan tinggal di Desa
Linggasana.
1. Desa Linggasana mrupakan desa yang sudah ada sejak jaman duhulu
(Desa Tua). Lingga mempunyai arti linggih dan Sana artinya kerajaan.
Jadi linggasana adalah tempat dimana perlinggihan para raja. (tempat
peristirahatan para raja).
2. Orang pertama yang menyebarkan agama Islam pertama kali di Desa
Linggasana adalah mbah Eyang Lingga Kusuma Yudha. Mbah Eyang
pun seorang yang berhasil menyebarkan agama Islam di Desa
Linggasana. mbah eyang lingga kusuma yudha meninggal dan di
makamkan di dusun manis desa linggasana.
3. Batu Kalembenan (bibir) dan Batu Karut mempunyai mitologi yang
saling berhubungan. Mitologinya Batu Kalembenan menurut warga
Desa Linggasana yaitu, jika salah satu warga membuat masalah maka
berita tersebut akan menyebar ke warga sekitar dengan cepat.
Sedangkan Batu Karut menurut warga desa apabila salah satu warga
membuat masalah maka, warga desa akan bekerja sama menyelesaikan
masalah tersebut. Batu karut dan Batu Kelambenan di ambil
berdasarkan sifat dari warga desa linggasana. Batu karut dan batu
kalembenan terletak di dusun kliwon desa linggasana.
4. Batu cakrabuana, batu ini terletak di dekat Basecamp Linggasana.
Mitologi batu cakrabuana menurut warga setempat, apabila ada
seseorang yang berhasil memeluk batu tersebut maka orang tersebut
akan diberi rezeki dan apa yang di inginkan akan terkabul. Batu ini
jarang terekspos oleh warga di luar Desa Linggasana karena di
takutkan menyimpang dari ajaran agama Islam.
5. Di Desa Linggasana mempunyai panggilan – panggilan tersendiri
seperti nyuhunkeun golok (meminta golok) yang diartikan meminta
kejayaan. Nyuhunkeun Patuangan (Meminta makanan) yang di artikan
meminta kebedasan supaya jagjag ( merasa kuat). Nyuhunkeun cai
( Meminta Air ) yang diartikan meminta kahuripan, karena air adalah
sumber kehidupan,
6. Raja Sulaiman merupakan anak dari Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan
Gunungjati). Raja Sulaiman ditempatkan dipuncak Gunung Ceremai
yang mempunyai tugas yaitu Babad Alas Amr yang artinya membabad
hutan yang terdapat banyak setan dan meratakan pohon besar.
7. Pabaritan merupakan salah satu adat dimana semua orang warga
linggasana membuat makanan dan dikumpulkan di Makam Eyang
Lingga Kusuma sejak dulu, yang tujuannya untuk meminta
keselamatan.
8. Penduduk di Desa Linggasana rata – rata bersifat ramah dan tidak
sombong. Menurut cerita warga setempat pernah ada seseorang yang
bersifat sombong dan angkuh kemudian ia mendapatkan suatu musibah
yang membuatnya jatuh miskin.
9. Makanan Khas Desa Linggasana adalah Ronge Ronge dan Puntir.
Pos 1 (Pambadakan)
Pos 1 (Pambadakan) (Gambar 3.2). Asal mula nama pambadakan ini berasal
dari Kata pambadakan yang berarti pandangan yang luas, karena di Pos ini terlihat
jelas pemandangan kota kuningan. Dari perjalanan Basecamp Linggasana menuju
Pos 1 (Pambadakan) Tim harus melewati track tanah padat yang sedikit menanjak
dan track ini pun menjadi jalan utama warga sekitar untuk menuju perkebunan
kopi. Sepanjang perjalanan vegetasi yang dominan adalah pohon pinus. Di
pertengahan antara Basecamp dan Pos 1 terdapat makam Keramat Pakuwan Bewu
dan Keramat Pasarean (Gambar 3.3). Sesaat sebelum Tim tiba di Pos 1
(Pambadakan) Tim akan
73
melewati jalur menanjak yang di sebut tanjakan Jeung-jing. Pada Pos ini tidak
dapat mendirikan tenda dan Posisi Pos ini tepat berada di jalur pendakian. Jarak
dari basecamp ke Pos 1 (Pambadakan) sekitar 1,75 KM dan Waktu yang
dibutuhkan untuk sampai pada Pos ini sekitar 90 menit dari Basecamp Linggasana.
Pos 2 (Cirahong)
Setelah Pos 1, Tim berjalan menuju ke Pos 2 (Cirahong) (Gambar 3.4) dengan
kondisi jalur tanah padat yang landai dan sedikit menanjak. 30 Meter dari Pos 1
terdapat penampungan air buatan (Gambar 3.5) yang berasal dari Pos 3 (Cikacu),
yaitu sumber mata air buatan yang dialiri menggunakan pipa menuju penampungan
air tersebut. Selama perjalanan menuju Pos 2 (Cirahong) Tim melewati habitat
Surili (Gambar 3.6), vegetasinya masih di dominasi pohon-pohon yang berbuah
seperti nangka, alpukat, jambu biji dan tanaman berbuah lainnya. Naluri hewan
yang terus bergerak untuk mencari makanan sehingga menjadikan kawasan
tersebut habitat bagi surili, karena terdapat banyak sumber makanan bagi surili.
GAMABR 3. 8 KOTORAN BABI GAMABR 3. 9 POHON NANGKA
Pos 3 (Cikacu)
Pos ini merupakan satu satunya Pos yang terdapat sumber air (Gambar 3.13). Di Pos
3 (Cikacu) ini dapat menampung sekitar 5-6 Tenda. Jarak yang di tempuh untuk
sampai di Pos ini sekitar 0,8 KM dan waktu sekitar 60 menit dari Pos 2 (Cirahong).
Pos 4 (Kiaralawang)
Pos 4 (Kiaralawang) (Gambar 3.14). Asal mula nama Pos ini berasal dari kata
Kiara yaitu pohon Kiara dan lawang adalah gerbang. Kiaralawang adalah pohon
Kiara yang tumbuh di gerbang masuk menuju Pos 4. Pada saat kita akan memasuki
Pos 4, maka hal pertama yang akan kita temui adalah pohon kiara tersebut. Pohon
dengan batang besar menjulang tinggi keatas dengan daun menyirip dimaknai
seperti
gerbang besar yang menjadikan nama pos tersebut adalah kiaralawang (Gerbang
kiara). Perjalanan ke Pos 4 (Kiaralawang) ini merupakan perjalanan yang cukup
berat, dikarenakan jalur pendakian yang mulai terjal berupa tanah basah dan gembur
serta licin. Mulai dari Pos 4 vegetasi sudah mulai rapat.
Nama Kijamuju di ambil dari nama pohon jamuju, karena di sekitar Pos 5
merupakan habitat pohon jamuju (Gambar 3.16). Pohon jamuju/kayu
embun/cemba – cemba salah satu spesies konifer (hutan yang beriklim sub
tropis) yang termasuk famili Podocarpacae dengan karakteristik mampu tumbuh
hingga setinggi 50 meter, diameter batangnya bisa mencapai antara 50 – 70 cm,
batang bawah lurus dan tidak bercabang hingga setinggi 20 meter, daun jamuju
tersusun secara spiral, berbentuk lanset dan menyerupai sisik – sisik yang saling
menutupi. Selama perjalanan menuju Pos 5 (Ki Jamuju) Vegetasi di dominasi
pepohonan besar dan lebat. terdapat lahan luas cukup untuk mendirikan 6-7
tenda dengan kapasitas 4-5 orang. Jarak dari Pos 4 (Kiaralawang) menuju Pos 5
(Ki Jamuju) sekitar 0,9 KM dan Waktu yang di perlukan sekitar 90 menit.
Selama perjalanan menuju Pos 6 (Ki Bima) pada pertengahan jalan kami
menemukan kubangan air hujan (Gambar 3.18) dan mengambil air kubangan hujan itu
untuk menerapkan materi survival, air kubahan ini berwarna coklat karena bercampur
dengan tanah dan dedaunan. Vegetasi tertutup dengan pohon berdahan lebat dan
berbatang kecil serta di selimuti lumut. Di Pos 6 terdapat lahan yang cukup untuk
mendirikan 4-5 tenda yang berkapasitas 4 – 5 orang. Jarak dari Pos 5 ke Pos 6 sekitar
0,6 KM dan Waktu yang di perlukan sekitar 90 menit.
Pos 7 (Ki Pasang) (Gambar 3.20) nama Ki Pasang sendiri di ambil dari nama
pohon pasang. Pohon pasang adalah jenis pohon oak yang dimiliki Indonesia,
biasanya pohon pasang tumbuh di tanah basah seperti bantaran sungai yang kadang
– kadang tergenang air. Di pos ini pohon pasang yang tumbuh, berada di ketinggian
2068 MDPL serta kontur tanahnya basah dan lingkungannya lembab. Jalur menuju
Pos 7 (Ki Pasang) menanjak terjal, tanpa Bonus (Landai) dengan kondisi tanah yang
basah dan gembur serta licin. Di pertengahan menuju Pos 7. Vegetasi selama
perjalanan menuju Pos 7 (Ki Pasang) di dominasi pepohonan berbatang kecil yang
di selimuti lumut. Di Pos 7 Tim mendirikan tenda di karenakan hari sudah
menjelang sore dan mulai gelap, di Pos 7 terdapat lahan yang cukup untuk
mendirikan 3 – 4 tenda berkapasitas 4 – 5 orang. Jarak dari Pos 6 (Ki Bima) menuju
Pos 7 (Ki Pasang) ini sekitar 0,5 KM dengan waktu tempuh 60 menit.
Pos 8 (Astaniah)
Pos 8 (Astaniah) (Gambar 3.21) kata Astaniah sendiri di ambil dari nama
pohon astaniah yang berada di Pos 8. Banyaknya pohon astaniah di Pos 8
menjadikan Pos ini dinamakan Astaniah memiliki jalur yang menanjak terjal, tidak
adanya bonus (Landai) dengan kondisi tanah yang basah dan gembur serta licin.
Jalur linggasana sangat mendukung untuk menerapkan materi survival karena cukup
banyak persediaan makanan yang berasal dari tumbuhan atau buah buahan.
Contohnya pada saat tim menemukan buah Raspberry (Rubus Strigosus), tim
memakannya sebagai bentuk penerapan dari materi survival.
Pos 9 (Linggabuana I)
Pos 11 (Kisembung)
Puncak Cantigi
Basecamp Linggasana
(660MDPL) Koordinat :
108°27’53” BT
06°53’17” LS
Terdapat 2 objek yaitu:
1. Menara sutet 1 (Pasir Randaminang)
Nilai Azimuth 330º, Back Azimuth 150º
2. menara sutet 2 (Desa Linggasama)
Nilai Azimuth 255º, Back Azimuth 75º
Setelah mendapatkan back azimuth dari
kedua objek lalu ditarik garis lurus pada
peta dari masing masing tanda medan
kemudian didapatkan pertemuan titik
potong dari dua garis tersebut
Pos 2 (Cirahong) (1 0 5 9 M D P
L ) Koordinat : 108°27’01” BT
06°53’21” LS
Bagian utara terdapat lembahan tidak
terlalu curam. Bagian selatan terdapat
jalur air. Bagian timur terdapat
punggungan dengan kemiringan ±45º.
Tim berjalan ke arah barat dengan ±45º.
PENUTUP
1. Objektif alam
perubahan kondisi lingkungan pada saat diperjalanan menghambat tim
untuk melakukan navigasi darat dan orientasi medan. perubahan kondisi
lingkungan ini berupa kabut,hal ini biasanya terbentuk karena hawa dingin
membuat uap air berkondensasi dan kadar kelembaban mendekati 100%.
2. Subjektif manusia
Kurangnya latihan fisik pada tiap anggota menyebabkan tim mudah lelah
sehingga perjalanan terhambat karena tim harus banyak istirahat untuk
memulihkan tenaga, padahal semakin banyak kita berhenti untuk
memulihkan tenaga justru kondisi otot yang tadinya sudah beradaptasi
dengan pola gerak tubuh kembali beristirahat. hal tersebut juga menyebabkan
banyak waktu terbuang. sebelum perjalanan, perencanaan perbekalan tim
juga bermasalah mulai dari perencanaan logsitik/makanan sampai
transportasi dan tempat pemberhentiannya.
Mantap ………………………………………………………………...
……………………………………………….. (Rezza Aliandy Fikri)
4.3.3Kesimpulan
Ekspedisi pendakian Gunung Ciemai sangat berkesan dan
meninggalkan banyak cerita bagi masing – masing anggota tim. Rasa
persaudaraan dan kerjasama antar anggota tim sangat diuji pada
pendakian serta kita saling menghargai dan tenggang rasa akan situasi
dan kondisi yang terjadi selama pendakian dan bisa saling memahami
antar tiap anggota tim. Suka dan duka mengiringi perjalanan yang tim
lakukan. Serta kesiapan fisik dan mental yang benar – benar diuji dan
harus tetap bertahan hidup dalam mendaki Gunung Ciremai ini.
1. Pos 1 (Pambadakan)
2. Pos 2 (Cirahong)
3. Pos 3 (Cikacu)
4. Pos 4 (Kiaralawang)
5. Pos 5 (Kijamuju)
6. Pos 6 (Kibima)
7. Pos 7 (Kipasang)
8. Pos 8 (Astaniah)
9. Pos 9 (Linggabuana I)
10. Pos 10 (Linggabuana II)
11. Pos 11 (Kisembung)
12. Pos 12 (Puncak Cantigi)
95
Nama Lengkap : Alam Perkasa
Nama Lapangan : COBEK (Congor Bebek)
Tempat/ tanggal lahir : Jakarta, 28 September 1999.
Alamat : Jl Raya Ragunan No 29c Rt 08 Rw 01
Pasar Minggu Jaksel 12540
Agama : Islam
Tinggi badan : 170 cm
Berat badan : 70 Kg
Hobby : Olahraga Sepeda
Moto hidup : Berguna Bagi Sesama
Nama : Amelia Syafitrie
Nama Lapangan : Pulus
Tempat Tanggal Lahir : Jebus, 01 Januari 2000
Alamat : Asrama putri Darmesti Niramaya
Hang Jebat 3
Agama : Islam
Tinggi Badan : 169 cm
Berat Badan : 60 kg
Hobby : Berenang
Moto Hidup : Kejar lah mimpimu sampai suara
cemoohan itu berubah jadi tepuk
tangan
Nama : Aprizal Alfarizi
Nama Lapangan : Pacet
Tempat Tanggal Lahir : Sukabumi , 18 April 2001
Alama : Jl.R A Kosasih Ciaul GG.Uben No.2
RT03/08 Sukabumi Jabar
Agama : Islam
Tinggi Badan : 170 cm
Berat Badan : 60 kg
Hobby : Inline Skate
Moto Hidup : Bekerja keras dan bersikap baiklah. Hal
luar biasa akan terjadi
Nama : Febria Sanda
Nama Lapangan : Odol
Tempat Tanggal Lahir : Bogor ,27-Mei-1999
Alamat : Kp. Ciherang pondok, RT06, RW01,
KEC. Caringin, KAB.Bogor 16730
Agama : Islam
Tinggi Badan : 175cm
Berat Badan : 56kg
Hobby : Futsal
Moto Hidup : Berjuanglah seakan-akan nyawamu
sedang dipertaruhkan.
Nama Lengkap : Feby Andre Simangunsong
Nama Lapangan : Batu
Tempat/ tanggal lahir : Karawang ,07 Oktober 2000.
Alamat : Perumnas BTJ Blok x No 65 RT/RW
05/10 Desa Sukaharja Kec. Teluk
Jambe Timur
Agama : Kristen Protestan
Tinggi badan : 172 cm
Berat badan : 50 Kg
Hobby : Olah raga
Moto hidup : Doakan Kerja Mu, Kerjakan Doa Mu.
Nama Lengkap : Markus Erlando Wijaya Kusuma
Nama Lapangan : Capung
Tempat/Tanggal Lahir : Pekalongan/10 September 2001
Alamat : Desa Jojog RT 12, RW 05,
Kec.
Pekalongan, Lamtim
Agama : Katolik
Tinggi Badan : 168 cm
Berat Badan : 42 kg
Hobby : Otomotif
Moto Hidup : “Dream Bigger and Work Harder”
Nama : Rezza Aliandy Fikri
Nama Lapangan : Kecong
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 3 Agustus 2001
Alamat : Jln. Anggur XI no.14 Parung
Panjang Bogor
Agama : Islam
Tinggi Badan : 168 cm
Berat Badan : 60 kg
Hobby : berenang, bermain game
Moto Hidup : Jalani Hidup Seperti Air yang Mengalir
SURAT KESEHATAN
77
KWITANSI PEMBELIAN SIMAKSI
KWITANSI PEMBELIAN PERLENGKAPAN
KWITANSI PEMBELIAN LOGISTIK
83
TIKET BIS
KWITANSI TRANSPORTANSI
87
KWITANSI LOGISTIK PELENGKAPAN DATA
KWITANSI TRANSPORTASI PELENGKAPAN DATA
90
DOKUMENTASI
93
Palm Monyet di Pos 3 (Cikacu) Buah Rotan di Pos 3 (Cikacu)
Garut, sejenis pohon tapi berupa akar Makan siang di Pos 5 (Kijamuju)
di Pos 5 (Kijamuju)
101
DOKUMENTASI PELENGKAPAN DATA
102
Puskesmas Linggarjati RSUD Linggarjati
103
SERTIFIKAT GUNUNG CIREMAI
VIA LINGGASANA
104
105
DAFTAR PUSTAKA
https://www.viapendaki.com/2016/10/sejarah-letusan-gunung-
ciremai.html#:~:text=Erupsi%20G.%20Ciremai%20tercatat%20sejak,dan%20y
ang%20terpanjang%20112%20tahun.&text=Pada%20tanggal%2024%20Juni
% 201937,kawah%20pusat%20dan%20celah%20radial
https://desa-linggarjati.kuningan.go.id/profil/sejarah
https://desa-linggarjati.kuningankab.go.id/profil/sejarah
106
10