Anda di halaman 1dari 46

SISPALA HIAWATA

SEKOLAH MENENGAH ATAS SMA HUTAMA


BEKASI
2014



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mendaki gunung adalah suatu olah raga keras, penuh petualangan dan membutuhkan
keterampilan, kecerdasan, kekuatan serta daya juang yang tinggi. Bahaya dan tantangan
merupakan daya tarik dari kegiatan ini. Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah
untuk menguji kemampuan diri dan untuk bisa menyatu dengan alam. Keberhasilan suatu
pendakian yang sukar, berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap
perjuangan melawan diri sendiri.
Di Indonesia, kegiatan mendaki gunung mulai dikenal sejak tahun 1964 ketika
pendaki Indonesia dan Jepang melakukan suatu ekspedisi gabungan dan berhasil mencapai
puncak Soekarno di pegunungan Jayawijaya, Irian Jaya (sekarang Papua). Mereka adalah
Soedarto dan Soegirin dari Indonesia, serta Fred Atabe dari Jepang. Pada tahun yang sama,
perkumpulan-perkumpulan pendaki gunung mulai lahir, dimulai dengan berdirinya perhimpunan

penempuh rimba dan pendaki gunung WANADRI di Bandung dan Mahasiswa Pencinta Alam
Universitas Indonesia (Mapala UI) di Jakarta, diikuti kemudian oleh perkumpulan-perkumpulan
lainnya di berbagai kota di Indonesia.[1]
Pada diktat Sekolah Manajemen Ekspedisi Wanadri 2000 bahwa hampir semua
perguruan bahwa hampir semua perguruan tingga atau SLTA mempunyai kelompok-kelompok
penggiat alam terbuka. Secara perorangan maupun berkelompok mereka mengembangkan segi
petualangan, segi ilmu pengetahuan, segi olahraga, segi rekreasi dan segi wisata. Perkembangan
ini dilakukan secara luas baik hanya mencakup satu segi saja ataupun secara berkaitan, yang
mengembangkan segi ilmu pengetahuan dan segi petualangan. Begitu pula dengan Sekolah
Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung, yang dulunya bernama KORI (Konservatori Tari)
menjadi ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia) hingga menjadi STSI Bandung pada tahun 1995.
Pada perkembangannya, STSI Bandung memiliki organisasi-organisasi seperti HMJ (Himpunan
Mahasiswa Jurusan) dan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang ikut berkembang dan salah satu
UKM-nya adalah Mapala Arga Wilis. [2]
Arga Wilis merupakan organisasi kepecintaalaman yang didirikan pada tanggal 2
Oktober 1991, yang dipelopori oleh tiga mahasiswa yaitu Dodi Darmadi (Jurusan Karawitan),
Rahmat Herawan (Jurusan Karawitan), Yan-yan (Jurusan Teater). Nama Arga Wilis sendiri
merupakan pemberian dosen STSI Bandung yang mendapat gelar sarjana Karawitan pertama di
Jawa Barat yaitu Bapak Atik Soepandi,S.Kar (almarhum). Motto Arga Wilis ialah Seni





Berpetualang - Berpetualang Seni yang harus kita jaga keutuhan maknanya. Sejak berdiri
sampai sekarang, Mapala Arga Wilis sudah memiliki 18 (Delapan Belas) angkatan dengan nama
angkatan:
1. Elang Kabut (1992)
2. Lembah Cadas (1993)
3. Ibun Sari (1994)
4. Rumpun Akar (1996)
5. Cadas Nirwana (1997)
6. Elang Rawa (1998)
7. Sanga Marga(1999)
8. Tapak Lembah (2000)
9. Parimba Swani (2002)
10. Rimba Purnama Jiwa (2003)
11. Bara Wani (2004)
12. Tapak Lancah Purnama (2005)
13. Lembah Bulan Sabit (2006)
14. Lembah Jalak Permata (2007)
15. Hawa Rimba (2008)
16. Akarwana (2009)
17. Kabut Fajar (2010)
18. Bayu Senja(2010)
Kegiatan Mapala Arga Wilis meliputi:
1. Program Wajib, diantaranya Diklatsar, Mabim, Pengembaraan.
2. Progam Insidental, yang merupakan program berdasarkan keputusan pengurus yang menjabat.
Oleh sebab itu, sebagai anggota muda diharuskan menempuh jenjang Pengembaraan
sebagai proses inisiasi keanggotan dari anggota muda menjadi anggota tetap sebagaimana
tercantum dalam TATIBDAS, yaitu : BAB XI Hak dan Kewajiban Pasal 20 KEWAJIBAN
Ayat 1 tentang Anggota Muda yang disebutkan berkewajiban :
Mematuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku
MENGIKUTI seluruh rangkaian masa bimbingan (Mabim) yang dilaksanakan oleh pengurus
Melaksanakan pengembaraan 2 (dua) gunung berketinggian diatas 3000 mdpl dan 1 (satu)
gunung berketinggian 2500 mdpl, dan atau melakukan penelitian kesenian dan kebudayaan,
Melaporkan hasil pengembaraan serta mengikuti sidang pengembaraan Arga Wilis
Menjaga nama baik organisasi.
Pengembaraan ini merupakan kelangsungan kaderisasi pengenalan kepencintaalaman
pada umumnya.[3] Maka dari itu penulis memilih gunung Ceremai untuk dijadikan sebagai
lokasi pengembaraan karena sesuai ketinggian gunung ini 3078 mdpl.
Pengembaraan ini merupakan pengembaraan yang pertama penulis setelah melakukan
penelitan kesenian debus. Awalnya penulis akan melakukan pengembaraan ke gunung Sindoro-
Sumbing, namun memang kendala yang menghambat pelaksanaan pengembaraan adalah waktu
pelaksanaan yang berbenturan dengan kegiatan penulis sendiri, sehingga penulis batal
melakukan pengembaraan ke gunung Sindoro- Sumbing. Akhirnya penulis memutuskan untuk
melakukan pengembaraan ke Gunung Ceremai bersama wilisian Jenal Mustofa.








1.2. Maksud Dan Tujuan Pengembaraan
1.2.1 Maksud
Untuk melaksanakan aturan atau kewajiban sebagai anggota muda sebagaimana tertera dalam
TATIBDAS ArgaWilis pasal 20 Ayat 1.
Untuk menambah pengalaman penulis tentang Gunung Ceremai serta agar dapat melihat secara
nyata alam sekitar gunung tersebut seperti yang telah dituliskan pada referensi tulisan dan bisa
mendokumentasikan lewat tulisan.

1.2.2 Tujuan
Dengan dilaksanakanya pengembaran ini maka kewajiban sebagai anggota muda dapat
terpenuhi dan melanjutkan ke kewajiban selanjutnya.
Sedikitnya penulis mengetahui tentang keberadaan gunung Ceremai setelah melakukan
pengembaraan.

1.3. Sekilas Tentang Gunung Yang Didaki
Menurut sumber dari http://pecintaalam.com/gunung-ciremai (online ; 5 April 2011,
17:18), Gunung ceremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat, dapat didaki dari arah timur
melalui Linggarjati (580 mdpl), dari arah selatan melalui Palutungan (1.227 mdpl), dan dari arah
barat melalui Maja (lewat Apuy dan lewat Argalingga). Nama gunung ini berasal dari kata
cereme (Phyllanthus acidus, sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rada masam), namun
sering kali disebut Ciremai, suatu gejala hiperkorek akibat banyaknya nama tempat di wilayah
Pasundan yang menggunakan awalan ci untuk penamaan tempat. Gunung Ceremai (seringkali
secara salah kaprah dinamakan "Ciremai"). Pada ketinggian sekitar 2.900 mdpl di lereng selatan
terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet. [4]Kini gunung termasuk ke dalam
kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), yang memiliki luas total sekitar
15.000 hektare. Terbentuknya Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) merupakan usulan dari
Pemerintah Kabupaten Kuningan melalui surat No.522/1480/Dishutbun tanggal 26 Juli 2004.
Pemerintah Kabupaten Majalengka melalui surat No. 522/2394/Hutbun tanggal 13 Agustus 2004
dan surat DPRD Kab. Kuningan No. 661/266/DPRD perihalTNGC ditunjuk sebagai taman
nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 424/Menhut-II/2004 tanggal 19
Oktober 2004 seluas 15.500 hektar yang terletak di Kabupaten Kuningan dan Majalengka,
Propinsi Jawa Barat menjadi Taman Nasional. Pengelola definitif Balai Taman Nasional Gunung
Ciremai baru pada tahun 2007 melalui SK Menhut No. P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari
2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional. Hingga saat ini
Balai Taman Nasional Gunung Ciremai sudah memiliki 70 orang pegawai yang terdiri dari
pegawai struktural, non struktural dan fungsional yang terbagi menjadi dua seksi pengelolaan
taman nasional (SPTN) di Kuningan dan Majalengka.
Gunung ceremai termasuk gunung berapi kuarter aktif tipe A ( yakni, gunung berapi
magmatic yang masih aktif semenjak tahun 1600). Gunung Ceremai sudah terkenal di seluruh
penjuru Nusantara, terkait dengan status nya sebagai gunung yang cukup sulit didaki. Kondisi di



gunung Ceremai cukup asri, vegetasi yang masih lebat serta banyak variasi hewan-hewan.
Ekosistem hutan tropis yang banhyak ditumbuhi lumut dan kondisi tanah relative basah, menjadi
cirri khas tersendiri. Hutan-hutan yang masih alami di Gunung ini tinggal lagi di bagian atas. Di
sebelah bawah, terutama di wilayah yang pada masa lalu dikelola sebagai kawasan hutan
produksi Perum Perhutani, hutan-hutan ini telah diubah menjadi hutan pinus (Pinus merkusii),
atau semak belukar, yang terbentuk akibat kebakaran berulang-ulang dan penggembalaan.
1.4 Letak Administrativ
Secara administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yakni Kabupaten
Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat
1.5 Letak Geografis
Secara geografis puncaknya terletak pada 6 53' 30" LS dan 108 24' 00" BT. Ketinggian
gunung ini 3.078 mdpl.
1.6 Jalur Pendakian
Puncak gunung dapat dicapai melalui banyak jalur pendakian. Akan tetapi yang populer
dan mudah diakses adalah melalui Desa Palutungan dan Desa Linggarjati di Kab. Kuningan, dan
Desa Apuy di Kab. Majalengka. Satu lagi jalur pendakian yang jarang digunakan ialah melalui
Desa Padabeunghar di perbatasan Kuningan dengan Majalengka di utara.
Jalur Pendakian Desa Palutungan
1. Base camp-cigowong
2. Cigowong-Kuta
3. Kuta-Pangguyan Badak
4. Pangguyan Badak-Arban
5. Arban-Tanjakan Assoy
6. Tanjakan Assoy-Pasanggrahan
7. Pasanggrahan-Goa Walet
8. Goa Walet-Puncak
Jalur Pendakian Desa Apuy
1. Blok Arban
2. Tegal Jamuju
3. Pangguyangan Badak
4. Sanghiang Rangkah
5. Gua Walet
6. Puncak
Jalur Pendakian Desa Linggajati

1. Pos Linggajati
2. Cibunar
3. Leuweung Datar
4. Kuburan Kuda
5. Pangalap
6. Tanjakan Seruni
7. Bapa Tere
8. Batu Lingga
9. Sangga Buana I
10. Sangga Buana II
11. Pangasinan
12. Puncak

Jalur Pendakian Desa Linggasana

1. Pos linggasana
2. Si genteng
3. Buper Jawangsa
4. Keramat ki kuwu
5. Pangbadakan
6. Mata Air
7. Kondang amis
8. Kuburan Kuda
9. Pangalap
10. Tanjakan Bingbin
11. Tanjakan Seruni
12. Tanjakan Bapa Tere
13. Batu Lingga
14. Sanga Buana I
15. Sanga Buana II
16. Pangasinan
17. Puncak.





BAB II
PERENCANAAN PENGEMBARAAN
2.1. Perencanaan
Pengembaraan ini dilaksanakan dengan beberapa tahapan meliputi pra lapangan,
lapangan, dan pelaporan. Adapun perencanaan tersebut meliputi :
NO. KEGIATAN TANGGAL KETERANGAN
1. Latihan Fisik
29 Maret - 19
April 2011
Lari dan manjat
setiap selasa kamis
dan minggu)
2. Bimbingan pra lapangan
27 Maret s.d 28
April 2011
Di Arga Wilis
3.
Pengumpulan data gunung yang akan
didaki
25 Maret - 27
April 2011
Dari Internet dan
orang-orang yang
pernah mendaki
gunung Ceremai
4. Orientasi Medan Pada Peta 24 April 2011 Di Arga Wilis
5.
Inventarisir Logistik dan perlengkapan
pendakian
10 April s.d 17
April 2011
Di Arga Wilis
6. Penyusunan proposal pengembaraan
4 April s.d 6
April 2011
Di Arga Wilis
7. Pengajuan proposal pengembaraan 7 April 2011 Di Arga Wilis
8. Kolokium 13 April 2011 Di Arga Wilis
9. Pelaksanaan pendakian
29 April s.d 02
Mei 2011
Lapangan
10. Penyusunan laporan pengembaraan
03 s.d 08 Mei
2011
Di Arga Wilis
11. Penyerahan laporan pengembaraan 12 Mei 2011 Di Arga Wilis

2.2. Menejemen Perjalanan
Pengaturan perjalanan ini akan dilaksanakan berdasarkan tugas masing-masing sesuai
dengan divisi yang di pegang.

2.2.1. Tim Pengembaraan
Ketua Lapangan : Jenal Mustofa
Tugas :
Membentuk tim
Menentukan waktu dan jalur
Bertanggung jawab terhadap tim
Bendahara : Jenal Mustofa
Tugas :
Membuat rincian kebutuhan
Pengalokasian dana pengembaraan
Membuat laporan keuangan
Logistik : Wisnu Wirandi
Tugas :
Menginventarisir peralatan yang dibutuhkan
Cek list kebutuhan alat diluar inventaris Arga Wilis
Koordinator Konsumsi : Jenal Mustofa dan Wisnu Wirandi
Tugas :
Merincikan kebutuhan konsumsi selama pengembaraan
Menyiapkan menu makanan sesuai dengan kebutuhan kalori
P3K : Wisnu Wirandi
Memantau kesehatan tim pengembaraan

2.2.2. Pembimbing
Pembimbing perjalanan : Saipul Anwar dan Tedja Murti
Pembimbing Penulisan : Tedja Murti
2.2.3 Kondisi Terbaru Ciremai
Dari http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_(online; 5 April 2011, 12:05), (online; 5 April
2011, 12:05) dan http://pecintaalam.com/gunung-ciremai (online; 5 April 2011, 17:18), gunung
Ceremai aman untuk didaki.

2.3. Waktu dan Jalur yang Dipilih
Pengembaraan ini dilaksanakan pada tanggal 29 April sampai dengan 02 Mei 2011.
Sesuai dengan kesepakatan, kami memilih jalur Linggarjati dari Kuningan dengan pertimbangan
:
Masih ada di daerah Jawa Barat
Tidak memakan waktu lama
Memadainya referensi yang ada tentang gunung Ciremai karena merupakan jalur yang pernah
dilalui oleh anggota Arga Wilis sebelumnya.
Jalur Pendakian Desa Linggarjati

1. Pos Linggarjati
2. Cibunar
3. Leuweung Datar
4. Kuburan Kuda
5. Pangalap
6. Tanjakan Seruni
7. Bapa Tere
8. Batu Lingga
9. Sangga Buana I
10. Sangga Buana II
11. Pangasinan
12. Puncak.

Sedangkan untuk jalur turun penulis memilih jalur Apuy dengan alasan jalur ini cocok
untuk melakukan sosialisasi pedesaan.
Jalur Pendakian Desa Apuy
1. Blok Arban
2. Tegal Jamuju
3. Pangguyangan Badak
4. Sanghiang Rangkah
5. Gua Walet
6. Puncak

2.3.1 Pra Kronologis Perjalanan
Hari, Tanggal Waktu Kegiatan Keterangan
Jumat, 29 April
2011
08.00 WIB Upacara pemberangkatan
Sekretariat Arga
Wilis
09.00 WIB Start Pemberangkatan Menuju Kosambi
09.30 WIB Tiba di Kosambi Menuju Cicaheum
10.00 WIB Tiba di Cicaheum
Terminal
Cicaheum
10.30 WIB
Berangkat dari
Cicaheum menuju
Kuningan
Naik DAMRI
14.30 WIB
Sampai di Pos
Linggarjati
Naik Angkot
14.40 WIB Menuju Cibunar
Setelah
beristirahat di Pos
Linggarjati
15.40 WIB Samapai di Cibunar 1100 mdpl
16.00 WIB Persiapan Istirahat Cibunar
17.00 WIB Masak Cibunar
18.00 WIB Makan Malam Cibunar
Sabtu, 30 April
2011
04.15 WIB
Bangun, makan pagi,
packing
Cibunar
06.00 WIB Melanjutkan Perjalanan 1100 mdpl
06.30 WIB
Sampai di Leuweung
Datar
1200 mdpl
07.30 WIB Sampai di Kuburan Kuda
1400 mdpl,
istirahat 15 menit
08.30 WIB Sampai di Pangalap 1500 mdpl

10.30 WIB
Sampai di Tanjakan
Seruni
1800 mdpl,
istirahat 20 menit

11.50 WIB Sampai di Bapa Tere 2150 mdpl
12.30 WIB Sampai di Batu Lingga
2250 mdpl,
istirahat makan
siang
13.30 WIB Melanjutkan Perjalanan Batu Lingga
14.30 WIB
Sampai di Sangga Buana
I
2400 mdpl
15.30 WIB
Sampai di Sngga Buana
II
2500 mdpl,
istirahat 20 menit
17.30 WIB Sampai di Pengasinan 2750 mdpl
17.45 WIB Istirahat Pengasinan

2.4.
Perlengk
apan Dan
Logistic

2.4.1
Perlengka
pan
Pribadi

a. Carrier
kapasitas
80 liter +
Cover bag
b. Sleeping
bag
c. Rain coat
d. Matras
e. Pakaian
Ganti
f. Jaket
g. Obat-obatan pribadi
h. Sepatu + kaos kaki
Minggu, 01 Mei
2011
04.15 WIB
Bangun, makan pagi,
packing
Pengasinan
06.00 WIB Melanjutkan Perjalanan Pengasinan
07.30 WIB Sampai di Puncak
Istirahat dan
Pendokumentasian
09.00 WIB Melanjutkan Perjalanan

09.30 WIB Sampai di Gua Walet 2950 mdpl
10.30 WIB
Sampai di Sanghiang
Rangkah
2800 mdpl
11.00 WIB Pangguyangan Badak

11.30 WIB Sampai di Tegal Jamuju 2600 mdpl
12.30 WIB Sampai di Blok Arban

17.00 WIB Sampai di Desa Apuy

17.30 WIB Persiapan Istirahat Desa Apuy
Senin, 02 Mei 2011
04.15 WIB
Bangun, makan pagi,
packing
Desa Apuy
06.00 WIB SOSPED Desa Apuy
10.00 WIB Melanjutkan Perjalanan Menuju Maja
11.00 WIB Sampai di Maja Istirahat
11.30 WIB Melanjutkan Perjalanan Pulang
15.00 WIB Sampai di Kampus

i. Sandal gunung
j. Tempat minum
k. Alat tulis
l. Peralatan mandi
m. Syal anggota
n. Peralatan makan
o. Survival kit


2.4.2 Perlengkapan Kelompok

a. Tenda dome 1 buah
b. Bendera Arga Wilis
c. Trangia 2 buah
d. Pisau Komando (pisau Survival)
e. Methanol 4 liter
f. Kamera pocket
g. Flysheet 1 buah
h. Peta lokasi dan tempatnya
i. Senter +batu batre + bohlam
j. Plastic sampah 6 buah
k. Alat navigasi (kompas bidik, kompas orienteering, douglas protector, GPS)
l. Altimeter
m. Webbing 10 buah
n. Kompan kapasitas 5 liter (4 buah)
o. P3K
p. Tisu gulung 4 buah
q. Tisu basah 1 pack besar
r. Lilin 2 pak


2.5 Konsumsi Kelompok

a. Beras 3 kg
b. Super bubur 6 bungkus
c. Mie instan 12 bungkus
d. Sosis 2 pak
e. Roti tawar 2 bungkus
f. Saus 1 botol kecil
g. Kecap 1 botol kecil
h. Mentega 3 bungkus
i. Ceres 1 bungkus
j. Kornet 4 kaleng
k. Sarden 2 kaleng
l. Masako 5 bungkus
m. Nutrijel 2 bungkus
n. Gula pasir kg
o. Kopi sachet 10 bungkus
p. Nutrisari 10 bungkus
q. Teh 1 bungkus
r. Susu 1 bungkus revil
s. Apel kg
t. Oreo 2 bungkus
u. Biscuit 2 bungkus


2.6 Anggaran biaya
Iuran @ 200.000,- Rp. 800.000,-
Logistic kelompok Rp. 250.000,-
1. Ongkos pergi
Kampus-kosambi Rp. 2.500,-
Kosambi-caheum Rp. 2.500,-
Caheum-kuningan Rp. 35.000,-
Kuningan-linggarjati Rp. 5.000,-
2. Ongkos pulang
Desa Apuy-maja Rp. 10.000,-
Maja-Kampus Rp. 30.000,-
Jumlah ongkos pulang-pergi Rp. 85.000,-
Total ongkos @ 85.000,- Rp. 510.000,-
2.7 Menu Makanan
No. Hari / Tanggal Jam Makan Menu Makanan Keterangan

Jumat, 29 Juni
2011
Pagi Nasi kuning Pribadi
Siang Warteg
Terminal
Cicaheum
Malam
Nasi, Kornet, Naget,
air putih
Pos Kondang
Amis
Sabtu, 30 Juni 2011
Pagi
Nasi Goreng (nasi
sisa malam), air
putih, kopi
Pos Kondang
Amis
Siang
Roti, Susu Cair,
Keju Craft, air putih
Perjalanan
menuju pangalap
Malam
Nasi, naget, kornet+
mie goring, air putih,
kopi, susu
Pangasinan

Minggu, 1 Mei
2011
Pagi
Kopi, Susu, Roti,
keju Craft.
Pangasinan
Siang
Mie goreng, nasi, air
putih.
Sanghyang
rangkah
Malam Mie ayam
Maja (rumah
wilisian Ahmad
Hasan)









BAB III
PELAKSANAAN PENGEMBARAAN
3.1. Perjalanan
Hari Jumat 29 April 2011, merupakan awal perjalanan kami ke gunung Ceremai. Pagi
itu pukul 06.00 di base camp Mapala Arga Wilis penulis bangun tidur dibangunkan oleh salah
satu wilisian yang mana beliau adalah ketua MPA di Mapala Arga Wilis STSI Bandung. Beliau
adalah Dian Rusdiana NPA : AW.05.6.049.TLP, begitu kaget yang penulis rasakan waktu itu.
Penulis pun bergegas pergi ke kamar mandi untuk segera mandi agar menyegarkan badan.
Setelah selesai mandi dan memakai pakaian kebanggaan berwarna hijau, penulis prepare barang-
barang yang memang belum sempat di packing. Sementara wilisian yang lain ada yang masih
tidur. Di sela-sela prepare barang dan packing itu penulis tetap koordinasi dengan wilisian Jenal
yang posisinya sebagai ketua lapangan saat di perjalanan.
Setalah semuanya selesai, penulis pergi ke kantin untuk sarapan pagi dan ngopi seperti
biasanya. Memang kegiatan itu tidak bisa lepas setiap harinya, secangkir kopi hitam ditambah
sebatang rokok djarum coklat selalu menemani setiap paginya. Tak lama setelah itu, kami pun
menunggu wilisian berkumpul baik anggota tetap maupun anggota muda untuk melakukan
Upacara pemberangkatan kami, upacara itu biasa kami sebut upacara ala AW, karena memang
kami selalu melakukan itu, upacara kecil tapi hikmat. Setelah semua berkumpul, upacara pun
dimulai pukul 09.10 WIB, upacara berlangsung dengan hikmat ditambah joke-joke yang keluar
dari para wilisian yang ada. Setelah selesai upacara, kami berangkat menuju terminal Cicaheum
dengan diantar mobil mang Tato, yang mana beliau adalah seorang simpatisan AW. Kami sangat
bersyukur atas hal tersebut, karena selain mempercepat perjalanan yang awalnya akan naik
angkot, tapi juga mengurangi pengeluaran biaya. Kami berangkat pukul 09.45 WIB
meninggalkan base camp tercinta.
Perjalanan yang menyenangkan, dengan banyak canda dan tawa di dalam mobil. Tak
terasa kami tiba di terminal pukul 10.15 WIB. Setibanya di terminal kami melihat mobil DAMRI
menuju Cirebon, kami pun langsung say good bye dengan mang Tato, pucuk, dan wilisian
Yanuar Ibrahim yang mengantar. Kami bergegas menuju arah DAMRI. Memang DAMRI yang
menuju kuningan berangkat sekitar pukul 11.00 WIB (kata salah satu Calo). Sambil menunggu
DAMRI ke kuningan kami makan siang pukul 10.15 WIB, karena memang kami sudah lapar dan
itu memang waktunya makan siang. Setelah makan siang, DAMRI ke kuningan pun tiba, kami
bergegas bersiap-siap menyiapkan barang-barang bawaan kami lalu naik ke DAMRI tersebut.
Pukul 12.30 DAMRI yang kami naiki mulai berangkat ke Kuningan. Di perjalan menuju
kuningan penulis duduk bersama wilisian Jenal sementara wilisian Saepul Anwar dan Teja Murti
sebagai pembimbing duduk bersamaan. Duduk santai sambil di temani pengamen jalanan yang
menyanyikan lagu Iwan Fals berjudul Ujung Aspal Pondok Gede menambah perjalanan
semakin menyenangkan. 13.45 WIB kami tiba di Cibeureum-Sumedang untuk istirahat, karena
memang itu adalah Shalter DAMRI yang kami tumpangi. Disana kami istirahat serta shalat
Zuhur. Pukul 14. 05 WIB berangkat ke kuningan.
Pukul 16.45 WIB kami tiba di Kuningan, tepatnya di tugu Linggajati, disana kami
menuggu angkot untuk pergi ke pos pendakian. Tak lama kemudian angkot tiba, tanpa basa basi
kamipun berangkat. Di perjalanan di dalam angkot, ada seorang ibu-ibu setempat, kami sempat
berdialog sedikit, tak lama kemudian tiba di jalan persimpangan antara Linggajati dan
Linggasana. Supir angkot bertanya, mau lewat pos lama atau baru De? kami sempat bingung,
karena dalam literature yang kami dapat tidak ada pos pendakian lain. Namun di persimpangan
itu terdapat tulisan dengan jelas menggunakan kertas karton berwarna putih ditulis dengan spidol
hitam Pos Pendakian Gunung Ceremai Jalur Linggasana, sedikit berfikir akhirnya kami
memutuskan menggunakan jalur itu. Dengan landasan agar ada inovasi baru mendaki gunung
ceremai dengan jalur baru. Kami menuju pos tersebut.
Sesampainya di Desa Linggasana pukul 16.55 WIB, kami menuju sebuah warung yang
terdeapat tulisan POS I PENDAKIAN GUNUNG CEREMAI DESA LINGGASANA
KEC.CILIMUS KAB.KUNINGAN . Kami langsung menemui penjaga pos tersebut, penjaga
pos mengatakan bahwa jalur yang resmi saat ini digunakan untuk pendakian hanyalah ini,
sedangkan jalur lain ditutup, dikarenakan tidak memiliki izin resmi dari pihak TNGC. Setelah
selesai mengurus perizinan dan sedikit adegan foto-foto, kami bergegas memulai pendakian
dengan titik awal pendakian dengan ketinggian 690 mdpl, pada saat itu tepat pukul 17.30 WIB,
ini lah awal kami melakukan pendakian gunung Ceremai.
Tujuan pertama kami adalah pos Kondang Amis ketinggian 1.209 mdpl, kami
mengetahui pos-pos tersebut dari stiker yang bergambarkan peta yang terdapat pos-pos shalter.
Selain itu juga, di pos ini lah tempat yang dekat dengan sumber mata air. Di perjalanan kami
mengambil air di Cigenteng pada ketinggian 700 mdpl, namun hanya satu kompan, karena
menurut informasi dari pos 1 bahwa dekat kondang amis terdapat sumber mata air, sehingga
kami sengaja tidak membawa air terlalu banyak agar mengurangi beban. Di perjalanan, kami
sempat salah jalur, karena memang hari sudah gelap. Sehingga dengan jalur baru itu kami cukup
sulit berjalan. Sampai-sampai kami sempat ragu untuk melanjutkan perjalan, karena ada dua jalur
dan tidak terdapat plang arah disana, tapi sebelumnya kami sempat melewati plang yang
bertuliskan Air dengan tanda panah kearah kiri namun dengan track yang menanjak dan cukup
rembet (bhs.sunda), sehingga kami ragu untuk beberapa waktu. Memang sekitar tempat plang itu
terdapat tempat cukup luas untuk satu tenda. Setelah salah jalur itu, jalur yang menanjak dan
berbatu serta licin, yang penulis fikir itu adalah jalur Air (susukan dalam bhs.sunda). Sudah
setengah perjalanan menaiki jalur itu, keraguan kami bertambah. Akhirnya salah satu
pembimbing perjalanan, saepul anwar orientasi medan ke atas. Menurut informasinya, dia
menemukan sebuah tebing yang terjal dan tidak ada track lagi disana. Akhirnya kami pun Back
Azimut (kembali ke jalur awal). Kami akhirnya melewati jalur yang sebelahnya. Tak jauh dari
situ ternayata disana terdapat plang yang bertuliskan puncak dengan tanda panah ke depan.
Kami sangat senang melihat itu. Tak jauh dari situ kami melihat sebuah bangunan dari tembok
beratap injuk (bhs.sunda). Ternyata itu adalah pos Kondang Amis yang merupakan pos ke 7 dari
pos pendakian Linggasana. Ternyata shalter-shalter yang kami temui sebelumnya seperti pos si
genteng (700 mdpl), Buper Jawangsa (800 mdpl), pos keramat ki kuwu (900 mdpl), pos
pangbadakan (1000 mdpl), pos Mata air (1300 mdpl), dan Kondang Amis (1350 mdpl).
Kami tiba di pos Kondang Amis pukul 21.10 WIB, karena memang perjalanan terhambat
oleh cuaca gelap, licin, kabut, dan sampai nyasar. Itu lah yang membuat lama perjalanan. Setelah
istirahat dan beres-beres barang, kami pun masak untuk makan malam Pukul 21.30 WIB, kami
bermalam di bangunan itu tanpa mendirikan tenda. Bangunan itu memang beratap, tapi sangat
terbuka karena dinding-dindingnya hanya setengah badan. Jadi kami tetap merasa dingin. Makan
malam pukul 21.50 WIB dilanjutkan evaluasi pukul 22. 15 WIB. Karena memang kami lelah,
kami evaluasi sambil posisi tidur dengan sleping bag. Sambil ngobrol ringan dan membahas
kejadian perjalan yang nyasar serta di campuri tawa canda, tak terasa kami pun tertidur pulas.
Hari ke II, 30 April 2011. Pukul 05.30 WIB kami bangun dari tidur kami. Memang sudah
rencana semalam untuk bangun pagi. Kami pun membagi tugas, penulis dan jenal mencari air
untuk cadangan di perjalanan sapai puncak hingga turun ke Apuy, karena memang gunung
ceremai terkenal susah Air. Saepul dan tedja memasak air dan nasi goring sisa semalam. Setelah
sarapan dan semuanya selesai, kami packing pukul 06.30 WIB. Sesuai kesepakatan, kami akan
bermalam di pangasinan pada ketinggian 2.900 mdpl pada altimeter. Berangkat menuju Pos
selanjutnya pukul 07.10 WIB. Selama perjalanan dari Kondang Amis menuju puncak kami
melewati sekitar Sembilan pos, yang urutannya sebagai berikut : Kuburan Kuda ketinggian 1.450
mdpl tiba pukul pada plang dan pada altimeter dan 1.502 mdpl 08.10 WIB, Pangalap 1650
mdpl pada plang, dan 1701 mdpl pada altimeter pukul 09.20 WIB Tanjakan Binbin 1709 mdpl
pukul 09.45 WIB Tanjakan Seruni ( 1809 mdpl) pada altimeter, 1825 mdpl pada plang pukul
10.16 WIB Bapa Tere 2.102 mdpl pukul 13.50 WIB Batu Lingga 2.402 mdpl pukul 14.00
WIB Sanga Buana I 2600 mdpl pukul 15.00 WIB Sanga Buana II 2700 mdpl pukul 16.50
WIB pangasinan 2900 mdpl. pukul 17.15 WIB.
Pukul 17.15 WIB, penulis sampai di pos Pangasinan pada ketinggian 2.900 mdpl yang
kira-kira 1 Km lagi menuju puncak. Di puncak ternyata sudah ada pendaki yang di jalan memang
bertemu bersama kami, mereka pendaki dari Bogor. Mereka sudah mendirikan tenda dan sedang
merapihkan tendanya. Sementara kami Setibanya di pangasinan penulis dan wilisian tedja murti
sebagai pembimbinmg yang datang lebih awal istirahat sejenak sambil melihat panorama alam
yang sangat menyejukan hati, rasa lelah hilang saat itu juga. Hamparan laut yang luas, dan mega
berwarna merah yang hampir tenggelam menambah suasana lebih indah. Tak lama kemudian
penulis dan mba Uti (wilisian tedja murti) tidak menyia-nyiakan momen itu, langsung kami
mengambil kamera dan terjadi adegan foto-foto. Setalah puas foto-foto penulis membongkar
carrier penulis lalu memasang tenda. Tak lama kemudian wilisian Jenal dan Saepul anwar tiba
juga. Setelah istirahat sebentar, mereka pun ikut membantu mendirikan tenda. Setelah tenda
terpasang, kami pun memasak kopi sambil melepas lelah dan menyaksikan pemandangan alam
yang semakin gelap. Setelah shalat magrib dan makan malam, kami evaluasi pukul 20.00 WIB,
tak lama kemudian karena memang kami sangat lelah, kami pun tidur.
Hari ke 3, minggu 01 mei 2011 pukul 06.15 penulis bangun dari tidur, langsung memasak
air untuk membuat kopi, seperti biasa adegan minum kopi dan sebatang rokok djarum coklat tak
dapat hilangkan. Tak lama kemudian Bang Epul (saepul anwar) dan mba Uti bangun. Mereka
pun langsung membuat minuman. Kami pun sarapan pagi dengan Roti tawar yang memakai keju
craft ditaburi susu cair. Sunggu nikmatnya, karena memang penulis beru pertama kali memakan
menu yang seperti itu. Pukul 8.30 WIB kami berangkat menuju puncak dengan jalur berbatu dan
cukup terjal serta posisi yang hamper vertical, penulis berjalan paling depan. Karena saking
semangatnya menuju puncak, penulis tak sadar ternyata jarak penulis dengan tim lumayan jauh.
Beberapa menit sekali penulis istirahat sampai akhirnya dengan penuh semangat penulis tiba di
puncak pukul 08.40 WIB dengan ketinggian 3.100 mdpl pada altimeter.
Sekitar lima menit saya menungu tim yang lainnya sambil berdiri diatas batu puncak
gunung ceremai. Terucap rasa syukur yang mendalam dari diri saya, akhirnya saya bisa
menginjakan kaki di tanah tertinggi Jawa Barat. Panorama alam yang disuguhkan sunguh
membuat saya tercengang melihatnya. Sungguh saya merasa ternyata apa yang kita bisa, apa
yang kita miliki tak sebanding dengan Kuasa-Nya. Tak lama kemudian tim datang. Kami pun tak
menyi-nyiakan moment itu. Kami langsung memulai adegan foto-foto sambil istirahat dengan
meminum nata de coco yang diberikan oleh wilisian Riana, yang mana dia adalah saudara
seangkatan dengan saya. Setelah kami puas dengan foto-foto, sekitar 35 menit kami istirahat dan
foto-foto, pukul 09.20 WIB kami melanjutkan perjalanan turun. Memang kesepakatan kami
untuk turun menggunakan jalur Apuy. Karena memang kami semua belum pernah mendaki
gunuung ceremai sebelumnya, dan menurutinformasi, jalur turun lewat Apuy adalah setengah
lingkaran dari jalur datang kami. Kami pun berjalan mengitari kawah, di puncak Sunan Mataram
tempatnya lebih landai dan luas kamai bertemu dengan pendaki dari bogor, dilihat dari atributnya
mereka adalah anggota Sispala. Merekaberjumlah 4 orang. Kami bersalaman dan saling
berkenalan. Adegan foto-foto pun terjadi disana, karena memang viewnya lagi bagus. Awan
putih yang tebal sangat terlihat jelas dan indah serasa sangat dekat dengan kami. Tak lama dari
sana kami pun berpamitan dan melanjutkan perjalanan.
Setelah berjalan mengitari jalan-jalan setapak yang kanan dan kiri adah jurang dan
ditumbuhi pohon-pohon edelwies dan pohon-pohon perdu lainnya. Kami mencari jalan turun
lewat apuy, tapi yang terjadi kami tidak menemukan track yang memang itu jalur apuy. Memang
sebelumnya kami melihat track yang kami anggap itu adalah jalur palutungan, sehingga kami
melewat jalur tersebut. Suasana semakin panas dan udara terasa semakin sesak, jelas saja karena
kami sudah hamper 3 jam di puncak. Akhirnya saya membuka peta, untuk melihat jalur, setelah
itu saya mencoba back azimuth, orientasi medan ke arah yang berlawanan, tapi saya hanya
menemukan jalur yang kami anggap itu jalur palutungan. Akhirnya kami memutuskan turun
lewat jalur itu. Tak peduli jalur mana, yang penting kami bisa turun dari puncak. Karena
memang persediaan air sudah tipis, dan udara semakin sesak saja terasa. Akhirnya kami turun,
dan ternyata tak lama kemudian disana terdapat plang Gua Walet. Kami sangat senang sekali,
karena seingat kami memang jalur turun lewat apuy melewati gua wallet, tapi kami tidak ingat
bahwa jalur apuy dan palutungan bertemu di gua wallet. Disana tertulis palutungan ke kiri, dan
apuy ke kanan. Tentu saja kami turun ke kanan, dengan mengikuti track yang sudah ada.
Pukul 12.30 WIB tiba di sanghyang Rangka, kami memutuskan untuk makan siang
disana. Karena memang sudah lapar. Cuaca pun sudah mendung dan gerimis. Kami memasan g
ply sheet agar lebih nyaman. Setelah makan siang dan packing, karena cuaca memang terlihat
buruk, kami menggunakan raincoat agar safey. Pukul 13.45 kami melakukan perjalanan kembali.
Selama perjalanan turun kami melewati empat pos, yaitu : Tegal Jamuju 2400 mdpl tegal
Warsawa 2200 mdpl pos II 2100 mdpl pos I 1600 mdpl.
Pukul 17. 30 WIB kami sampai di rumah pak Endin, setelah membersihkan diri dang anti
baju, kami langsung mewawancarai beliau untuk sosped. Pukul 21.00 WIB sami sampai di
rumah Wilisian Adhi Hasan (maja), dengan menggunakan mobil pengangkut bawang (kol bak
istilah lainnya). Pukul 01.15 WIB kami bergegas untuk pulang ke bandung, dan tak terasa tiba di
bandung pukul 04.30 WIB. Kami tiba di kampus di Base Camp Mapala Arga Wilia STSI
Bandung.
3.2 Flora dan Fauna yang Ditemui di Lapangan
3.2.1 Flora
Jenis Flora yang penulis lihat saat mendaki sangat beragam. Pada masaing-masing
ketinggian memiliki flora yang berbeda. Seperti edelwie, cantigi, pohon-pohon perdu, di daerah
Apuy seperti perkebunan warga, dan pohon-pohon Pinus dan banyak lagi yang lainnya.
Disamping itu juga banyak jenis tumbuhan yang di jumpai penuli, namun penulid tidak
mengetahui namanya.
Hutan-hutan yang masih alami di Gunung Ceremai tinggal lagi di bagian atas. Di sebelah
bawah, terutama di wilayah yang pada masa lalu dikelola sebagai kawasan hutan produksi Perum
Perhutani, hutan-hutan ini telah diubah menjadi hutan pinus (Pinus merkusii), atau semak
belukar, yang terbentuk akibat kebakaran berulang-ulang dan penggembalaan. Kini, sebagian
besar hutan-hutan di bawah ketinggian 1500 mdpl. dikelola dalam bentuk wanatani (agroforest)
oleh masyarakat setempat.
Sebagaimana lazimnya di pegunungan di Jawa, semakin seseorang mendaki ke atas di
Gunung Ciremai ini dijumpai berturut-turut tipe-tipehutan pegunungan bawah (submontane
forest), hutan pegunungan atas (montane forest) dan hutan subalpin (subalpine forest), dan
kemudian wilayah-wilayah terbuka tak berpohon di sekitar puncak dan kawah.
Lebih jauh, berdasarkan keadaan iklim mikronya, LIPI (2001) membedakan lingkungan
Ciremai atas dataran tinggi basah dan dataran tinggi kering. Sebagai contoh, hutan di wilayah
Resort Cigugur (jalur Palutungan, bagian selatan gunung) termasuk beriklim mikro basah, dan di
Resort Setianegara (sebelah utara jalur Linggarjati) beriklim mikro kering.
Secara umum, jalur-jalur pendakian Palutungan (di bagian selatan Gunung Ciremai),
Apuy (barat), dan Linggarjati (timur) berturut-turut dari bawah ke atas akan melalui lahan-lahan
pemukiman, ladang dan kebun milik penduduk, hutan tanaman pinus bercampur dengan ladang
garapan dalam wilayah hutan (tumpangsari), dan terakhir hutan hujan pegunungan. Sedangkan di
jalur Padabeunghar (utara) vegetasi itu ditambah dengan semak belukar yang berasosiasi dengan
padang ilalang. Pada keempat jalur pendakian, hutan hujan pegunungannya dapat dibedakan lagi
atas tiga tipe yaitu hutan pegunungan bawah, hutan pegunungan atas dan vegetasi subalpin di
sekitar kawah. Kecuali vegetasi subalpin yang diduga telah terganggu oleh kebakaran, hutan-
hutan hujan pegunungan ini kondisinya masih relatif utuh, hijau dan menampakkan stratifikasi
tajuk yang cukup jelas. (www.wikipedia.com ;online 10 mei 2011 pukul 11.45 WIB).
3.2.2 Fauna
Fauna yang terlihat oleh penulis saat pendakian diantaranya burung, lalat, serangga, dan
kunang-kunang, penulis tidak melihat bianatang buas saat pendakian.
Menurut sumber dari www.wikipedia.com (online; 11 mei 2011 pukul 15.45 WIB),
Keanekaragaman satwa di Ceremai cukup tinggi. Penelitian kelompok pecinta alam Lawalata
IPB di bulan April 2005 mendapatkan 12 spesies amfibia (kodok dan katak),
berbagaijenis reptil seperti bunglon, cecak, kadal dan ular, lebih dari 95 spesies burung, dan lebih
dari 20 spesies mamalia. Beberapa jenis satwa itu, di antaranya :
No. Istilah Dalam Bahasa Indonesia Istilah Dalam Bahasa Latin
1. Bangkong bertanduk Megophrys montana
2. Percil Jawa Microhyla achatina
3. Kongkang Jangkrik Rana nicobariensis
4. Kongkang kolam Rana chalconota
5. Katak-pohon Emas Philautus aurifasciatus
6. Bunglon Hutan Gonocephalus chamaeleontinus
7. Cecak Batu Cyrtodactylus sp.)
8. Elang Hitam Ictinaetus malayensis
9. Elang Brontok Spizaetus cirrhatus
10. Elang Jawa Spizaetus bartelsi
11. Puyuh-gonggong Jawa Arborophila javanica
12. Walet Gunung Collocalia vulcanorum
13. Takur Bultok Megalaima lineata
14. Takur Tulung-tumpuk Megalaima javensis
15. Berencet Kerdil Pnoepyga pusilla
16. Anis Gunung Turdus poliochepalus
17. Tesia Jawa Tesia superciliaris
18. Ceret Gunung Cettia vulcania
19. Kipasan Ekor-merah Rhipidura phoenicura
20. Burung-madu Gunung Aethopyga eximia
21. Burung-madu Jawa Aethopyga mystacalis
22. Kacamata Gunung Zosterops montanus)
23. Tenggiling Manis javanica
24. Tupai kekes Tupaia javanica
25. Kukang Nycticebus coucang
26. Lutung Surili Presbytis comate
27. Lutung Budeng Trachypithecus auratus
28. Ajag Cuon alpinus
29. Teledu Sigung Mydaus javanensis
30. Kucing Hutan Prionailurus bengalensis
31. Macan Tutul Panthera pardus
32. Kancil Tragulus javanicus
33. Kijang Muntiacus muntjak
34. Jelarang Hitam Ratufa bicolor
35. Landak Jawa Hystrix javanica


3.3 Aplikasi Loistik di Lapangan
Pengaplikasian logistic dilapangan 99% teraplikasikan dengan baik, karena barang-
barang yang dibawa memang dipergunakan dengan baik sesuai denga safety procedure. Jadi,
tidak terjadi bahaya subjektif akibat logistic yang dibawa.
3.4 Aplikasi Biaya di Lapangan
Iuran @ Rp. 100.000,- Rp. 200.000,-
Donator Rp. 500.000,-
Total Dana Rp. 700.000,-
Logistik kelompok Rp. 336.000,-
Biaya ongkos pergi
Cicaheum-kuningan Rp. 140.000,-
Kuningan-Linggajati Rp. 20.000,-
Biaya Ongkos Pulang
Desa Apuy-Maja Rp. 60.000,-
Maja-Kampus Rp. 84.000,-
Biaya Pulang-pergi Rp. 304.000,-
Total Rp. 640.300,-

*sisa dari dana yang terkumpul dipakai untuk membeli makanan ketika di rumah wilisian
Adhi Hasan dan selama perjalan pulang.










BAB IV
SOSIOLOGI PEDESAAN
4.1. Sekilas Tentang Masyarakat Setempat
Desa Apuy merupakan desa pertama daerah pegunungan Ceremai (penduduk asli), yang
dihuni oleh pengasingan warga yang menolak dijajah Belanda. Pengasingan ini di pimpin oleh
Buyut Istrah (Bahasa Sunda). Namun sampai saat ini tidak diketahui secara pasti apakah buyut
Istrah itu penduduk asli atau pendatang. Buyut Istrah dimakamkan di Desa Apuy, sampai saat ini
makamnya ramai dikujnungi oleh Warga, khususnya orang-orang dari Jawa Tengah.
4.2. Unsur-Unsur Kebudayaan Pada Masyarakat Setempat
Sebagai teori acuan dalam sosiologi pedesaan, penulis menggunakan salah satu dari teori
7 unsur kebudayaan menurut koentjaraningrat[5], diantaranya :
1. Sistem religi dan kepercayaan
2. Bahasa



3. Sistem mata pencaharian
4. Sistem ilmu pengetahuan
5. Kesenian
6. Sistem perlengkapan dan teknologi
7. Sistem organisasi dan kemasyarakatan
4.2.1 Kepercayaan
Kepercayaan ataupun Agama yang berkembang di masyarakat sekitar kaki gunung
Ceremai adalah Muslim, namun kepercayaan yang merupakan warisan dari leluhur mereka tetap
mereka laksanakan, salah satunya adalah Parereusan (Pesta Panen). Pada setiap bulan Jumadil
Awal, masyarakat mempunyai tradisi memotong kepala kambing, lalu darah tersebut di simpan
di dalam seruas bamboo dan dibagikan ke warga setempat untuk disiramkan ke tanaman mereka.
Sementara kepala kambing yang di potong itu, di kubur di hulu cai (mata air) dengan maksud
agar airnya jernih dan tanaman di sekitarnya tumbuh subur.
4.2.2 Bahasa
Bahasa yang digunakan di daerah setempat mayoritas adalah bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda.
4.2.3 Mata Pencaharian
Mata pencaharian masyarakat sekitar Gunung Ceremai mayoritas adalah petani. Pertanian
yang menjadi komoditi utamanya adalah saledri, namun perkebunan yang selaa ini menjadi lahan
mencari upah sebagai buruh tani ditutup, karena sebagian kawasan dari kaki gunung Ceremai
ditetapkan sebagai Taman Nasional Gunung Ceremai (TNGC), hal ini lah yang memicu
kemarahan warga, karena pihak TNGC tidak memberikan konvensasi terhadap masyarakat
sekitar setelah area perkebunan di tutup, yang mana sebelumnya telah menjajikan pekerjaan
kepada masyarakat berupa tenaga kerja di perkebunan pinus dan di iming-imingi juga
peternakan, namun pada kenyataannya semua itu tidak terealisasikan. Munculah sebuah ancaman
dari wara yang mengatakan bahwa, jangan salahkan kami jika terjadi kebakaran di Gunung
Cermai.
4.2.4 Ilmu
Mayoritas pendidikan masyarakat sekitar adalah tamatan SD. Hal ini di latar belakangi
oleh factor sarana dan prasarana yang kurang menunjang. Seperti bangunan sekolah memang
disana hanya ada SD saja, apabila yang ingin meneruskan sekolah ke SMP dan SMA harus pergi
ke daerah Maja yang letaknya -+ 15 Km dari Apuy. Sehingga jarang yang meneruskan sekolah
sampai ke tingkat SMP dan SMA.
4.2.5 Kesenian
Kesenian yang masih berkembang di masyarakat desa Apuy hingga saat ini adalah
Jaipongan, calung, wayang golek, kuda renggong, dan sisingaan. Namun itu pun hanya beberapa
komunitas yang melestarikan kesenian tersebut, karena apabila ada acara biasanya mengundang
kesenian itu dari daerah lain.
4.2.6 Perlengkapan dan Teknologi
Masyarakat desa Apuy sudah menggunakan peralatan yang modern, seperti hand phone,
televise, dan alat-alat elektronik lainnya namun internet belum ada.. Karena memang sudah
terdapat listrik di desa ini. Namun menurut informasi memang belum ada jaringan internet
hingga saat ini. Terlihat juga pada bangunan-bangunan rumah di sekitar tempat kami sosped
bahkan di tempat kami sosped punb di rumah pak Endin, peralatan rumah tangganya sudah
seperti kebanyakan yang digunakan dikota. Namun masih banyak juga yang masih menggunakan
Hawu / tungku api.
4.2.7 Sistem Pemerintahan
System pemerintahan di desa Apuy sama halnya dengan system pemerintahan di desa-
desa yang ada di Negara Indonesia. Desa Apuy kecamatan Argapuro kabupaten Majalengka,
yang merupakan desa yang ada di sekitar kaki Gunung Ceremai di pimpin oleh seorang Kepala
desa yang bernama Bapak Uso dan Sekretaris desa bernama Bapak Rukman, dengan pembagian
wilayah menjadi 2 rukun warga.

BAB V
PENUTUP
5.1. Pendapat Tentang Pengembaraan Pada Gunung yang Didaki
Pendakian Gunung Ceremai yang penulis lakukan merupakan pendakian pengembaraan
pertama. Dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan menjadi anggota tetap Mapala Arga Wilis
setelah melakukan penelitian kesenian Debus. Jadi, penulis tinggal melakukan satu kali
pengembaraan lagi. Memang cukup menarik mendaki ke gunung Ceremai, walau pun baru
pertama kali mendaki. Dengan semangat yang penulis miliki, walaupun track yang di lewati
cukup terjal tapi akhirnya penulis bisa mencapai puncak. Penulis sangat terpesona dengan
panorama alam yang disuguhkan di gunung Ceremai. Selain itu juga kebanggaan tersendiri
tumbuh dalam diri penulis kerena telah menginjakan kaki di puncak tanah tertinggi Jawa Barat.
5.2. Pengalaman Realis
Pengalaman yang sangat berkesan dari penulis, ketika penulis sampai lebih awal ke
puncak gunung ceremai dari tim yang lain, rasa bangga bercampur haru terasakan oleh penulis.
Selepas itu, ketika kami mencari track untuk jalur turun kami lewat Apuy, kami sempat
kewalahan. Karena disana tidak ada plang yang jelas sama sekali. Kami berjalan begitu jauh
mengelilingi kawah, dan akhirnya kami memutuskan apabila menemukan jaur turun, kami
langsung turun. Setelah lama kami berdiskusi akhirnya memutuskan back azimuth ke jalur yang
kami temui sebelumnya. Sampai akhirnya kami dapat kembali pulang dengan selamat
menggunakan jalur Apuy yang awalnya kami anggap itu jalur palutungan, tapi ternyata di jalur
itu lah terdapat persimpangan jalur Apuy dan Palutungan.

5.3. Evaluasi
Banyak hal yang harus kami evaluasi dari perjalan, salah satu nya dari manajemen
perjalanan kami yang kurang tepat dengan waktu pelaksanaan. Seperti dari informasi-informasi
terbaru tentang gunung yang akan kita daki. Karena yang kami alami memang banyak kegiatan
yang memang melenceng dari jadwal yang kami buat, lebih tepatnya kepada konsisten waktu.
Karena akhirnya apabila tidak sesuai jadwal, akan menghambat kegiatan yang lain. Tapi selain
itu perjalanan dapat berjalan dengan baik.
5.4. Kesan dan Pesan
Kesan yang didapat penulis ketika mendaki gunung Ceremai adalah betapa besarnya
ciptaan yang maha kuasa dan penulis yang berdiri di puncaknya sangatlah tidak ada apa-apanya
dibandingkan dengan kuasa-Nya. Perjalanan sungguh sangatlah menarik dengan di barengi
canda tawa kami yang tidak dengan sengaja menambah semangat kami menuju puncak.
Pesan yang terlintas dan ingin penulis sampaikan ketika menulis laporan ini adalah awal
yang baik dibarengi kekuatan doa dan keyakinan yang kuat akan memperlancar perjalanan,
dengan jangan lupakan safety prosedur. Ingat lah selalu ketika kita mendaki gunung manapun,
jangan lah sekali-kali berniat untuk menaklukan gunung tersebut, tapi jadikan lah gunung
tersebut sebagai bagian dari kawan kita, yang akhirnya akan menuju puncak kemenangan
bersama.
Penulis hanya dapat berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan segala
keagungannya yang maha segalanya, dengan segala ciptaannya yang begitu sempurna. Manusia
hanya bisa berencana namun Sang Khalik-lah yang menentukannya. Begitu pula dengan
pengembaraan di gunung Ceremai ini, sematang apapun direncanakan jika Allah berkehendak
lain maka tidak sama dari apa yang telah direncanakan. Tetap semangat berpetualang seni-seni
berpetualang.




DAFTAR PUSTAKA
Hasan Ahmad, Laporan Pengembaraan Gunung Ceremai, Bandung : MAPALA AGRA WILIS
Mardi sumardi, Proposal Pengembaraan Gunung Sindoro, Bandung : MAPALA ARGA WILIS
Sumber (literature Flora dan Fauna) : www.wikipedia.com
(online; 10-05-2011, 11:45)
Sumber (literature gunung ) : http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_
(online ; 5 April 2011, 12:05)
Sumber (literature gunung ) : http://pecintaalam.com/gunung-ciremai
(online ; 5 April 2011, 17:18)
Tatibdas Mapala Arga Wilis
Tedja Murti, Laporan Pengembaraan Gunung Cikuray, Bandung : MAPALA ARGA WILIS


SUMBER INFORMAN
Bapak Endin (Warga Desa Apuy)



BIODATA PENULIS






Nama : Wisnu Wirandi
Tempat, tanggal Lahir : Lebak, 02 Januari 1991
Agama : Islam
Status : Mahasiswa
Jurusan : Karawitan
NIM : 09 222 03
Alamat : Jl. Pramuka No.05 Kp. Pasir Laban RT.01/01 Desa Cikotok Kecamatan Cibeber Kabupaten
Lebak Provinsi Banten
Angkatan : Kabut Fajar
No telepon : 087871200216 / 085624172923



LAMPIRAN-LAMPIRAN
I. Tabel Kronologis Perjalanan
Hari, Tanggal Waktu Kegiatan Keterangan
Jumat, 29 April 2011 05.30 WIB Bangun tidur,
mandi, sarapan,
prepare alat dan
packing
Base Camp AW
09.10 WIB Apel
pemberangkatan
Base Camp AW
09.45 WIB Berangkat Ke
Terminal Cicaheum
Perjalanan
10.10 WIB Tiba di terminal
cicaheum
Terminal cicaheum
10.15 WIB Makan, dan
menunggu bis ke
kuningan
Terminal cicaheum
12.30 WIB Berangkat menuju
kuningan
Perjalanan
13.45 WIB Istirahat di shalter
Bis
Cibeureum-
Sumedang
14.05 WIB Berangkat ke
kuningan
Perjalanan
16.45 WIB Tibs di tugu
linggajati
Lingajati
16.55 WIB Tiba di pos 1
pendakian jalur
linggasana
Desa linggasana
kec.cilimus
kab.kuningan
17.30 WIB Berangkat dari pos 1
menuju kondang
amis
Perjalanan
21.10 WIB Tiba Pos Kondang
Amis, masak, makan
dan istirahat
Kondang amis
22.15 WIB Evaluasi Kondang amis
(1350 mdpl)
22.40 WIB Berselimut kabut
malam
Kondang Amis
(1350 mdpl)
30 April 2011 5.30 WIB Bangun tidur,
masak, dan
mengambil Air
untuk perjalanan
Kondang Amis
(1350 mdpl)
6.30 WIB Packing Kondang Amis
(1350 mdpl)
07.10 WIB Berangkat Kondang Amis
(1350 mdpl)
08.10 WIB Sampai di pos
kuburan kuda
Kuburan Kuda
(1502 mdpl)
09.20 WIB Sampai di pos
pangalap
Pangalap (1702
mdpl)
09.54 WIB Sampai di tanjakan
Binbin
Tanjakan Binbin
(1709 mdpl)
10.16 WIB Sampai di tanjakan
Seruni
Tanjakan Seruni
(1825 mdpl)
13. 50 WIB Sampai di tanjakan
Bapa Tere
Bapa Tere (2102
mdpl)
14.00 WIB Sampai di Batu
Lingga
Batu Lingga (2.402
mdpl)
15.00 WIB Sampai di pos sanga
Buana I
Sanga Buana I
(2600 mdpl)
16.00 WIB Sampai di sanga
Buana II
Sanga Buana II
(2700 mdpl)
17.00 WIB Sampai di pos
Pangasinan
Pangasinan ( 2900
mdpl)
18.30 WIB Masak dan Pangasinan ( 2900
menikmati suasana
malam
mdpl)
19.00 WIB Makan malam Pangasinan ( 2900
mdpl)
20.00 WIB Evaluasi Pangasinan ( 2900
mdpl)
1 Mei 2011 06.00 WIB Bangun tidur,
masak, sarapan
Pangasinan ( 2900
mdpl)
07.30 WIB Packing Pangasinan ( 2900
mdpl)
08.30 WIB Berangkat menuju
puncak gunung
Ceremai
Pangasinan ( 2900
mdpl)
09.30 WIB Tiba di puncak,
foto-foto, istirahat
Puncak (3.100 mdpl
dari Altimeter,
3.078 mdpl)
10.00 WIB Perjalanan turun Puncak (3.100 mdpl
dari Altimeter,
3.078 mdpl)
11.40 WIB Sampai di pos Goa
Walet
Goa Walet 3000
mdpl
12.44 WIB Sampai di Pos
Sanghyang Rangka
Sanghyang Rangka
(2600 mdpl)
13.45 WIB Melanjutkan
perjalanan turun
Perjalanan
14.18 WIB Sampai di Pos Tegal
Jamuju
Tegal Jamuju (2400
mdpl)
14.40 WIB Sampai di Tegal
Warsawa
Tegal Warsawa
(2200 mdpl)
15.00 WIB Sampai di pos II Pos II 2100 mdpl
15.50 WIB Sampai di Pos I Pos I (1600 mdpl)
17.25 WIB Sampai di Rumah
Bapak Endin
Apuy
18.30 WIB SOSPED Rumah pak Endin
Apuy
21. 00 WIB Sampai di rumah
Wilisian Adhi Hasan
(Maja)
Maja
22.00 WIB Istirahat Maja
Senin, 02 Mei 2011 01.15 WIB Berangkat menuju
Bandung
Perjalanan
04.30 WIB Sampai di kampus Bandung














BUKTI BIMBINGAN PENULISAN LAPORAN PENGERMBARAAN
GUNUNG CEREMAI (3078 Mdpl)
Kuningan-Majalengka Jawa Barat
29 April s.d. 02 Mei 2011

Oleh : Wisnu Wirandi
ANGKATAN KABUT FAJAR
MAPALA ARGA WILIS SEKOLAH TINGGI SENI INDONESIA (STSI) BANDUNG
No Hari/Tanggal Pembimbing NPA TTD

Bandung, 04 Februari 2011
Penulis

Wisnu Wirandi

Anda mungkin juga menyukai