Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
karunia-Nya laporan perjalanan ini dapat diselesaikan. Tujuan dibuatnya laporan ini adalah untuk
memenuhi persyaratan menjadi Anggota Muda MAPEKA. Selain itu, laporan perjalanan ini juga
bermaksud untuk memberikan informasi terbaru mengenai Gunung Merbabu kepada rekan-rekan
MAPEKA lainnya.
Dalam penyusunan laporan ini penulis mengalami kesulitan dan hambatan. Namun
karena adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, pada akhirnya laporan ini dapat di
selesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
2. Bapak Andhika Sudradjat (M.41.393-AAB) selaku Kepala Bagian Operasi yang telah
mengizinkan kami melakukan perjalanan.
3. Bapak Laurentius Edo Julianto (M.39.300-AEG) selaku Anggota Biasa yang telah
menemani kami dalam melakukan perjalanan.
4. Bapak Nandito Surya Adikristianto (M.39.384-AEG) selaku Anggota Biasa yang telah
menemani kami dalam melakukan perjalanan.
5. Teman-teman yang tidak dapat di sebut satu per-satu yang memberikan dukungan serta
bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga laporan perjalanan ini dapat
diselesaikan.
Demikianlah kata pengantar dari penulis. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
bagi anggota-anggota MAPEKA lainnya.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencinta alam adalah makhluk yang mencintai alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha
Esa dan sadar bahwa alam semesta beserta isinya merupakan ciptaan-Nya. Karena itu, pencinta
alam sadar akan tanggung jawab mereka terhadap kelestarian alam.
Pendakian gunung merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan di alam bebas.
Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman tentang alam serta melatih
mental dan fisik. Setiap Anggota Muda MAPEKA mempunyai kewajiban untuk menjadi
Anggota Biasa, sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh Dewan Pengurus XXIX yaitu
tiga kali perjalanan bagi pria dan wanita.
1.2.1 Maksud
Maksud dari perjalanan ini adalah untuk memenuhi kewajiban Penulis sebagai
Anggota Muda menjadi Anggota Biasa MAPEKA. Selain itu, untuk meningkatkan
kemampuan dan pengetahuan Penulis untuk hidup di alam bebas sebagai pencinta alam.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari perjalanan ini adalah untuk memberikan informasi terbaru mengenai
keadaan Gunung Merbabu dan mengenai jalur pendakian Thekelan – Selo.
1. Jalur Thekelan
2. Jalur Selo
3. Jalur Wekas
4. Jalur Cunthel
5. Jalur Suwanting
Gunung ini pernah meletus pada tahun 1560 dan 1797. Dilaporkan juga pada tahun 1570
pernah meletus, akan tetapi belum dilakukan konfirmasi dan penelitian lebih lanjut. Puncak
gunung Merbabu berada pada ketinggian 3.145 meter di atas permukaan air laut.
Gunung Merbabu mempunyai kawasan Hutan Dipterokarp Bukit, Hutan Dipterokarp Atas,
Hutan Montane, dan hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Pada hari Senin 17 Februari 2014, terjadi getaran yang cukup hebat disekitar kaki
Gunung Merbabu. Akibat getaran tersebut, setidaknya 46 rumah rusak di wilayah Dusun Wiji,
Desa Sumogawe. Warga sekitar yang merasakan getaran sempat dilanda panik dan khawatir
Gunung Merbabu akan meletus, bahkan beberapa warga ada yang mengaku melihat kilatan
cahaya di puncak Gunung Merbabu.
Di bumi perkemahan Umbul Songo Anda dapat beristirahat menunggu malam tiba,
karena pendakian akan lebih baik dilakukan malam hari tiba dipuncak menjelang matahari terbit.
Andapun dapat beristirahat di Pos Thekelan yang menyediakan tempat untuk tidur, terutama bila
tidak membawa tenda. Dapat juga berkemah di Pos Pending karena di tiga tempat ini kita bisa
memperoleh air bersih.
Pada tahun baru jawa 1 suro penduduk melakukan upacara tradisional di kawah Gunung
Merbabu. Pada bulan Sapar, penduduk Selo (lereng Selatan Merbabu) mengadakan upacara
tradisional. Anak-anak wanita di desa tekelan dibiarkan berambut gimbal untuk melindungi diri
dan agar memperoleh keselamatan. Perjalanan dari Pos Tekelan yang berada di tengah
perkampungan penduduk, dimulai dengan melewati kebun penduduk dan hutan pinus. Dari sini
kita dapat menyaksikan pemandangan yang sangat indah ke arah Gunung Telomoyo dan Rawa
Pening.
Di Pos Pending pendaki dapat menemukan mata air, juga kita akan menemukan sungai
kecil (Kali Sowo). Sebelum mencapai Pos I pendaki akan melewati Pereng Putih dan harus
berhati-hati karena jalanan yang sangat terjal. Kemudian pendaki melewati sungai kering, dari
sini pemandangan sangat indah ke bawah melihat kota Salatiga terutama pada malam hari.
Dari Pos I kita akan melewati hutan campuran menuju Pos II, menuju Pos III jalur mulai
terbuka dan jalan mulai menanjak curam. Pendaki mendaki Gunung Pertapan, hempasan angin
yang kencang sangat terasa, apalagi berada di tempat terbuka. Pendaki dapat berlindung di Watu
Gubug, sebuah batu berlobang yang dapat dimasuki 5 orang. Konon merupakan pintu gerbang
menuju kerajaan makhluk ghaib.
Bila ada badai sebaiknya tidak melanjutkan perjalanan karena sangat berbahaya.
Mendekati pos empat pendaki mendaki Gunung Watu tulis jalur agak curam dan banyak pasir
maupun kerikil kecil sehingga licin, angin kencang membawa debu dan pasir sehingga harus siap
menutup mata bila ada angin kencang. Pos IV yang berada di puncak Gunung Watu Tulis dengan
ketinggian mencapai 2.896 mdpl ini, disebut juga Pos Pemancar karena di puncaknya terdapat
sebuah Pemancar Radio.
Menuju Pos V jalur menurun, pos ini dikelilingi bukit dan tebing yang indah. Pendaki
dapat turun menuju kawah Condrodimuko. Dan di sini terdapat mata air, bedakan antara air
minum dan air belerang.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang di sisi
kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Kemudian pendaki akan sampai di
persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak
Kenteng Songo (Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.
Menuju Puncak Kenteng Songo ini jalurnya sangat berbahaya, selain sempit hanya
berkisar 1 meter lebarnya dengan sisi kiri kanan jurang bebatuan tanpa pohon, juga angin sangat
kencang siap mendorong pendaki setiap saat. Di puncak ini terdapat batu kenteng / lumpang /
berlubang dengan jumlah 9 menurut penglihatan paranormal.
Pendaki akan menuruni dan mendaki beberapa gunung kecil yang dilapisi rumput hijau
tanpa pepohonan untuk berlindung dari hempasan angin. Disepanjang jalur tidak terdapat mata
air dan pos peristirahatan. Kabut dan badai sering muncul dengan tiba-tiba, sehingga sangat
berbahaya untuk mendirikan tenda.
Jalur menuju Selo ini sangat banyak dan tidak ada rambu penunjuk jalan, sehingga sangat
membingungkan pendaki. Banyak jalur yang sering dilalui penduduk untuk mencari rumput
dipuncak gunung, sehingga pendaki akan sampai diperkampungan penduduk.
Dari Selo dapat dilanjutkan dengan bus kecil jurusan Boyolali-Magelang, bila ingin ke
yogya ambil jurusan Magelang, dan bila hendak ke Semarang atau Solo ambil jurusan Boyolali.
Jalur pendakian Merbabu Via Selo saat ini menjadi jalur yang relatif lebih ramai dari
jalur yang lainnya. Pemandangan yang indah dengan sabana yang menghampar membuat
perjalanan menjadi lebih menyenangkan. Ditambah lagi dari jalur ini tetangga dekat gunung
merbabu yaitu Merapi bisa terlihat dengan jelas.
Awal pendakian, pendaki akan disambut gapura selamat datang dari Taman Nasional
Gunung Merbabu. Memasuki pintu hutan suasana jalanan kiri kanan dipenuhi pohon pinus dan
lamtoro, di siang haripun akan terasa sejuk. Jalanan masih cukup landai hingga 15 menit
perjalanan. Setelah berjalan 1-1,5 jam sampailah di pos 1 (Dok Malang). Pos ini masih berada di
rimbunnya pepohonan.
Selepas pos 1, trek belum lah terasa cukup curam, ada satu tanjakan yang lumayan terjal
dan di puncaknya adalah pos bayangan. Baru setelah berjalan 20 menit dari pos bayangan
pendaki akan sampai di pos 2 (pandean) jarak dari pos 1-2 ini bisa dibilang panjang.
Selanjutnya, jarak antara pos 2 dan 3 tidaklah jauh. Sekitar 45 menit berjalan, pendaki
akan sampai di pos 3 (Watu Tulis) pemandangan di Sini cukup indah dengan merapi yang cukup
jelas jika tidak berkabut. Ditambah lagi dengan rimbunnya pohon-pohon edelweis. Sebaiknya
istirahat sedikit lama di pos 3 ini.
Menuju pos 4 (Sabana 1) pendaki akan dihadapkan dengan trek yang cukup membuat
nafas tersendat. Trek yang terjal dengan tanah yang mudah membuat tergelincir. Pilih jalan
sedikit ke kiri untuk karena di sebelah kiri bisa mendapat pegangan.
Sabana 1 ini merupakan salah satu tempat menarik untuk berkemah, tempatnya yang
datar dan pemandangannya yang indah mungkin menjadi alasan para pendaki memilih untuk
mendirikan tenda mereka di sini. Namun angin di tempat ini cukup kencang, terlebih lagi sangat
rawan badai.
Dari sabana 1 untuk menuju sabana 2 (pos 5) tidaklah diperlukan waktu yang lama.
Sekitar 40 menit saja. Trek berupa tanjakan yang sedikit terjal meski tidak seterjal antara pos 3-
pos 4 namun angin cukup kencang bila malam di tempat ini. setelah sampai puncak bukit kita
akan berjalan menurun dan sampailah di pos 5 (sabana 2). Meskipun terpaan angin masih terasa
besar tetapi menurut saya inilah tempat mendirikan tenda yang pas.
Jika menginginkan menikmati sunrise di puncak, sebaiknya mulai bangun jam 3 pagi
untuk menyiapkan sarapan dan melakukan summit attack. Waktu tempuh ke puncak sekitar 1 –
1,5 jam. Kalau malas bangun pagi, sunrise bisa dinikmati di bukit sebelah timur sabana.
Keuntungan jalur ini adalah, sunrise bisa dinikmati di sepanjang jalur pendakian.
Catatan: untuk para pendaki yang naik dari jalur Selo, kebutuhan air minum harus dibawa
dari bawah/basecamp karena sepanjang perjalanan ke puncak tidak sumber air.
2.3.3 Jalur Wekas
Untuk menuju ke Desa Wekas kita harus naik mobil Jurusan Kopeng - Magelang turun di
Kaponan, yakni sekitar 9 Km dari Kopeng, tepatnya di depan gapura Desa Wekas. Dari Kaponan
pendaki berjalan kaki melewati jalanan berbatu sejauh sekitar 3 Km menuju pos Pendakian.
Jalur ini sangat populer dikalangan para Remaja dan Pecinta Alam kota Magelang,
karena lebih dekat dan banyak terdapat sumber air, sehingga banyak remaja yang suka berkemah
di Pos II terutama pada hari libur. Wekas merupakan desa terakhir menuju puncak yang
memakan waktu kira-kira 6-7 jam. Jalur wekas merupakan jalur pendek sehingga jarang terdapat
lintasan yang datar membentang. Lintasan pos I cukup lebar dengan bebatuan yang
mendasarinya. Sepanjang perjalanan akan menemui ladang penduduk khas dataran tinggi yang
ditanami Bawang, Kubis, Wortel, dan Tembakau, juga dapat ditemui ternak kelinci yang
kotorannya digunakan sebagai pupuk. Rute menuju pos I cukup menanjak dengan waktu tempuh
2 jam. Jalur dimulai dari perjalanan sepanjang ladang. Setelah sekitar 500 meter pendakian, akan
mencapai Makam Tetua Desa sebagai batas antara ladang penduduk dan hutan pinus.
Pos I merupakan sebuah dataran dengan sebuah balai sebagai tempat peristirahatan. Pos I
berjarak sekitar 1,5 km dari basecamp. sebelum mencapai Pos I pendaki akan menemui Pos i
Bayangan yang ditandai dengan Papan Nama. Pos I Bayangan merupakan lahan terbuka yang
bisa digunakan untuk beristirahat dan berkemah. tidak ada sumber air baik di Pos I maupun pos I
bayangan. Waktu tempuh menuju pos II adalah 2 jam, dengan jalur yang terus menanjak curam.
Pos II merupakan sebuah tempat yang terbuka dan datar, yang biasa didirikan hingga
beberapa puluhan tenda. Pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur Pos II ini banyak digunakan
oleh para remaja untuk berkemah. Sehingga pada hari-hari tersebut banyak penduduk yang
berdagang makanan. Pada area ini terdapat sumber air yang di salurkan melalui pipa-pipa besar
yang ditampung pada sebuah bak. Terdapat toilet di Pos II sejumlah 4 buah.
Dari Pos II terdapat jalur buntu yang menuju ke sebuah sungai yang dijadikan sumber air
bagi masyarakat sekitar Wekas hingga desa-desa di sekitarnya. Jalur ini mengikuti aliran pipa air
menyusuri tepian jurang yang mengarah ke aliran sungai di bawah kawah. Terdapat dua buah
aliran sungai yang sangat curam yang membentuk air terjun yang bertingkat-tingkat, sehingga
menjadi suatu pemandangan yang sangat luar biasa dengan latar belakang kumpulan puncak -
puncak Gunung Merbabu.
Selepas pos II jalur mulai terbuka hingga bertemu dengan persimpangan jalur Kopeng
yang berada di atas pos V (Watu Tulis), jalur Kopeng. Dari persimpangan ini menuju pos
Helipad hanya memerlukan waktu tempuh 15 menit. Perjalanan dilanjutkan dengan melewati
tanjakan yang sangat terjal serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan
Jembatan Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif
(Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo (Gunung Kenteng Songo)
yang memanjang.
Untuk menuju ke desa Cuntel dapat ditempuh dari kota Salatiga menggunakan mini bus jurusan
Salatiga Magelang turun di areal wisata Kopeng, tepatnya di Bumi perkemahan Umbul Songo.
Perjalanan dimulai dengan berjalan kaki menyusuri Jalan setapak berbatu yang agak lebar sejauh
2,5 km, di sebelah kiri adalah Bumi Perkemahan Umbul Songo. Setelah melewati Umbul Songo
berbelok ke arah kiri, di sebelah kiri adalah hutan pinus setelah berjalan kira-kira 500 meter di
sebelah kiri ada jalan setapak ke arah hutan pinus, jalur ini menuju ke desa Thekelan.
Untuk menuju ke Desa Cuntel berjalan terus mengikuti jalan berbatu hingga ujung. Banyak tanda
penunjuk arah baik di sekitar desa maupun di jalur pendakian. Di Basecamp Desa Cuntel yang
berada di tengah perkampungan ini, pendaki dapat beristirahat dan mengisi persediaan air.
Pendaki juga dapat membeli berbagai barang-barang kenangan berupa stiker maupun kaos.
Setelah berjalan sekitar 30 menit dengan menyusuri bukit yang berliku-liku pendaki akan sampai
di pos Bayangan I. Di tempat ini pendaki dapat berteduh dari sengatan matahari maupun air
hujan. Dengan melintasi jalur yang masih serupa yakni menyusuri jalan berdebu yang diselingi
dengan pohon-pohon pinus, sekitar 30 menit akan sampai di Pos Bayangan II. Di pos ini juga
terdapat banguanan beratap untuk beristirahat.
Dari Pos I hingga pos Pemancar jalur mulai terbuka, di kiri kanan jalur banyak ditumbuhi alang-
alang. Sementara itu beberapa pohon pinus masih tumbuh dalam jarak yang berjauhan.
Pos Pemancar atau sering juga di sebut gunung Watu Tulis berada di ketinggian 2.896 mdpl. Di
puncaknya terdapat stasiun pemancar relay. Di Pos ini banyak terdapat batu-batu besar sehingga
dapat digunakan untuk berlindung dari angin kencang. Namun angin kencang kadang datang dari
bawah membawa debu-debu yang beterbangan. Pendakian di siang hari akan terasa sangat panas.
Dari lokasi ini pemandangan ke arah bawah sangat indah, tampak di kejauhan Gunung
Sumbing dan Gunung Sindoro, tampak Gunung Ungaran di belakang Gunung Telomoyo.
Jalur selanjutnya berupa turunan menuju Pos Helipad, suasana dan pemandangan di sekitar Pos
Helipad ini sungguh sangat luar biasa. Di sebelah kanan terbentang Gunung Kukusan yang di
puncaknya berwarna putih seperti muntahan belerang yang telah mengering. Di depan mata
terbentang kawah yang berwarna keputihan. Di sebelah kanan di dekat kawah terdapat sebuah
mata air, pendaki harus dapat membedakan antara air minum dan air belerang.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang di sisi kiri dan
kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Kemudian kita akan sampai di
persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak
Kenteng Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.
Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gunung Merapi dengan puncaknya yang
mengepulkan asap setiap saat, tampak dekat sekali. Ke arah barat tampak Gn.Sumbing dan
Sindoro yang kelihatan sangat jelas dan indah, seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat
lagi tampak Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu
dengan puncaknya yang memanjang.
2.3.5 Jalur Suwanting
Jalur pendakian Suwanting berada di bagian barat gunung Merbabu. Di mana, area
sebelah barat gunung Merbabu tidak ada bukit atau lembah yang landai. Semua tinggi, dan
curam. Kemiringan rata-rata tanjakan di jalur Suwanting adalah 30,8 derajat. Pada beberapa
medan pendakian, ada tanjakan yang kemiringannya sampai 59,1 derajat. Artinya, pendaki harus
siap nanjak mulai dari basecamp sampai ke puncak.
Jalur pendakian Suwanting terkenal dengan angin dinginnya. Suhu udara di area
ngecamp sekitar 3-8 derajat Celsius di malam hari. Artinya, pendaki butuh tenda anti angin agar
tetap hangat selama bermalam di area pos 3. Jarak pendakian dari basecamp ke puncak
Triangulasi gunung Merbabu sekitar 6,45 km. Artinya, jalur Suwanting jauh lebih berat daripada
jalur Selo 5,75 Km.
Jarak total pendaki yang kamu tempuh dari Basecamp pendakian Suwanting sampai puncak
Triangulasi gunung Merbabu adalah 6,45 km. Dengan kondisi fisik bugar, kamu dapat mencapai
puncak Triangulasi dalam waktu 8 jam 40 menit. Namun, untuk pendaki pemula, biasanya butuh
waktu 10-12 jam.
Sedangkan musim dapat diartikan yaitu peristiwa di muka bumi yang siklusnya bersifat tahunan
yang umumnya berdasarkan pada perubahan cuaca di setiap tahun. Perbedaan dari iklim, cuaca
dan musim adalah bila cuaca dalam satu cakupan wilayah tertentu, iklim terjadi pada daerah
yang luas dan menyeluruh namun cakupan musim lebih luas dari semua itu. (dari berbagai
sumber)
Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson,
termasuk iklim tipe B dengan nilai Q = 31,42% dengan curah hujan berkisar 2.000-3.000 mm
dan kisaran suhu 17-30oC.
2.6.1 Flora