Disusun Oleh :
Najwa Sabila Awaliyah
Kelas 12A1
YAYASAN SUNANULHUDA
MADRASAH ALIYAH SUNANULHUDA
TAHUN PELAJARAN 2022-2023
PENGESAHAN
Penguji I Penguji II
(_______________________) (_______________________)
Menyetujui,
Kepala Madrasah,
ABSTRACT
The aim of the Madrasah Field Research (MFR) Program is to enrich students' experiences regarding
certain objects by seeing, hearing and feeling for themselves how objects or objects look in their
natural state. The form of the activity carried out is in the form of the Observation Method; Namely
by looking directly at the object being visited or researched and the Literary Method; Namely by
using the internet media. The worst eruption of Mount Merapi on November 5 2010 resulted in a lot
of economic losses, especially for the people of Petung hamlet, Kepuharjo sub-district, Cangkingan
sub-district, Sleman district, Yogyakarta Special Region (DIY) province. The hamlet, which is only 3
km from the peak of Merapi, in this incident a number of victims including caretaker Mbah Maridjan
were killed and many residents' houses were damaged. There is a place to see how ferocious the 2010
Merapi eruption was. The place is the “Museum Sisa Hartaku”. The museum is intended to
commemorate the historical events of the eruption of Mount Merapi and the awesomeness of the
“Wedhus Gembel” hot clouds. The “Museum Sisa Hartaku” is a museum owned by residents who
collect their assets left over from the eruption of Mount Merapi. While there, visitors can see buckets,
glasses, and various household appliances that are almost melted, besides that, there are also animals
with only their bones left, as well as old motorbikes whose skeletons are left with a heartbreaking
inscription, "Sisa Hartaku" (The Leftovers of My Treasure). From the results of these visits and
observations, it reminds us even more and we are aware that property can be taken by the Almighty
at any time.
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan dunia pariwisata di negara kita terutama peninggalan-peninggalan
bersejarah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke menjadi salah satu alasan diadakannya Studi
Tour sekaligus Wisata Religi yang diharapkan dapat menjadi sarana untuk lebih mendekatkan diri
dengan Yang Maha Kuasa. Studi Tour merupakan suatu agenda rutin tahunan yang diselenggarakan
MTs Sunanulhuda. Madrasah kami tahun ini memilih kota Jogjakarta sebagai tempat untuk Studi
Tour karena memiliki banyak peninggalan – peninggalan bersejarah yang layak untuk kami ketahui.
B. Tujuan Kegiatan
1. Menanamkan rasa cinta tanah air dengan dibuktikan oleh kesadaran memiliki semangat belajar
yang tinggi.
2. Memperkaya pengalaman para siswa menenai objek-objek tertentu dengan cara melihat,
mendengar, meraba dan merasakan sendiri bagaimana rupa atau objek dalam keadaan aslinya.
3. Mendidik dan melatih para siswa membuat karya tulis sebagai laporan observasi.
4. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah ingin mencetak lulusan yang memiliki wawasan
nasional dan internasional.
C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pengerjaan karya tulis ini adalah:
a. Metode Observasi; Yaitu dengan melihat langsung objek yang dikunjungi atau diteliti
b. Metode Literatur; Yaitu dengan menggunakan media internet.
D. Waktu Pelaksanaan
Study Tour dilaksanakan pada :
Hari : Ahad – Kamis
Tanggal : 8 – 12 Januari 2023
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. GUNUNG MERAPI
Gunung Merapi adalah gunung api teraktif di Indonesia. Merapi terletak di Kabupaten Sleman,
Magelang, Boyolali, Klaten, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan posisi geografis
di Latitude -7.542°LU, Longitude 110.442°BT.
Peta Lokasi
Ketinggian Merapi mencapai 2968 mdpl dan di anggap sebagai gunung berapi paling berbahaya di
Indonesia.
Berdasarkan penelitian para ahli, gunung Merapi akan mengalami erupsi setiap 2 sampai 5 tahun
sekali. Sejak tahun 1548, Gunung Merapi erupsi sebanyak 68 kali.
Sejarah nama Gunung Merapi di ambil dari kata meru yang berarti gunung dengan kata Api,
sehingga terbentuk kata Merapi.
Dalam rangkaian Gunung Berapi, Gunung Merapi menjadi rangkaian gunung termuda dari gunung
yang mengarah ke selatan pulau jawa dari Gunung Ungaran, Gunung Merbabu dan Gunung Merapi.
Gunung Merapi secara Geologis terbentuk karena aktivitas di zona subduksi lempeng Indo-Australia
yang bergerak kebawah lempeng Eruasia. Sehingga memunculkan aktivitas vulkanik di sepanjang
bagian tengah pulau Jawa.
Menurit peneliti P. Berthommier mengatakan jika fase pra-merapi terjadi kurang lebih 400 ribu
tahun lalu. Awalnya bentuk gunung merapi belum seperti sekarang, dulu terdapat gunung dengan
nama Gunung Bibi.Setelah Gunung Bibi hancur dan meledak munculah gunung baru sekitar 60 ribu
tahun lalu di sebelah baratnya. Gunung Bibi disebut juga dengan Merapi tua atau Merapi Purba.
Gunung merapi yang saat ini kita lihat merupakan bentukan gunung merapi yang baru terbentuk 2000
tahun yang lalu.
Merapi tak pernah ingkar janji, sebuah ungkapan yang kerap dilontarkan ketika membicarakan
gunung yang membentang di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah ini.
Gunung Merapi yang jika dilihat dari kejauhan, seperti halnya jika diamati dari Kali Talang ini
memang tampak gagah. Namun siapapun tahu, bahwa dibalik kegagahannya, merapi pernah
menorehkan kenangan pilu bagi warga sekitar.
Sebut saja letusan merapi yang pernah terjadi 2010 silam, dalam kejadian tersebut sejumlah korban
termasuk sang juru kunci Mbah Maridjan tewas dan rumah-rumah warga banyak yang rusak.
Sebagai gunung dengan aktivitas vulkanik tinggi, Gunung Merapi memiliki banyak sumber
keluarnya air sebagai akibat desakan uap air dari dalam bumi. Terdapat banyak sungai yang kemudian
membentuk ngarai di bagian lereng dan kemudian membentuk dataran sedimen material vulkanik.
Sungai-sungai ini terutama mengarah ke arah tenggara (Klaten), selatan (Yogyakarta) serta barat
(Magelang), memasok air untuk daerah aliran sungai Bengawan Solo (tenggara), Sungai Opak (selatan),
atau Sungai Progo (barat daya dan barat).
Tulisan Merapi Tak PErnah Ingkar Janji di Museum Sisa Hartaku(KOMPAS.com/NUR ROHMI AIDA)
Di salah satu bagian ruang, sebuah jam tergantung. Namun jam tersebut tampak seperti bekas
terbakar. Jam ini menjadi penanda waktu, pukul berapa terjadinya bencana alam 2010 silam.
Tak seperti museum-museum pada umumnya yang bangunannya berupa gedung, Museum Sisa
Hartaku justru berada di lokasi yang sangat apa adanya.
Bertempat di bekas rumah usang bekas keganasan Merapi, museum ini mampu membuat
pengunjung merasa ngilu membayangkan kembali bencana yang pernah terjadi.
Museum Sisa Hartaku beralamat di Jalan Petung Merapi, Petung, Kepuharjo, Cangkringan,
Kabupaten Sleman. Jika berkunjung ke tempat ini, pengunjung bisa sekalian mencoba naik jeep, atau
mendatangi beberapa tempat wisata di sekitarnya seperti Omahku Memoryku, The Lost World Castle
atau Stonehenge.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan adanya pembuatan karya tulis ini kami dapat memperoleh manfaat yang akan kami jadikan
bekal untuk kedepannya. Serta dalam pembuatan karya tulis ini membuat kami lebih terampil dan
bertanggung jawab menyelesaikan tugas yang telah kami terima.
Dan dari beberapa objek yang telah kami kunjungi maka dapat kami simpulkan bahwa objek-objek
itu mempunyai potensi dan manfaat dalam berpatisipasi pada pembangunan bangsa dewasa ini pada
masa yang akan mendatang, khususnya di bidang pendidikan, dan kebudayaan.
Masing-masing objek yang kami kunjungi mempunyai ciri khas masing-masing. Sehingga tiap-tiap
objek mempunyai manfaat dan daya guna yang lebih luas.
B. Saran
Saran yang kami berikan adalah Menambah waktu kunjungan disetiap objek wisata, sehingga siswa
mendapatkan data-data yang lebih lengkap dan tidak merasa terburu-buru.
https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Merapi
https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/26/145649065/museum-sisa-hartaku-cerita-
ganasnya-erupsi-merapi-26-oktober-2010?page=all